Metodologi kuantitatif dan kualitatif da (1)

Me to d o lo gi ku an titatif d an ku alitatif d alam p e n e litian
ilm u p e rp u s takaan d an in fo rm as i 1
Sulistyo-Basuki
Departem en Ilm u Perpustakaan
Fakultas Ilm u Pengetahuan
Universitas Indonesia
Kam pus UI Depok, Depok 16424
e-m ail: sbasuki@indosat.net.id
1. Pendahuluan
Dalam dunia Ilm u Perpustakaan dan Inform asi (selanjutnya disingkat IPI
m irip dengan LIS atau Library and Inform ation Science) penelitian yang benarbenar dianggap penelitian dim ulai sekitar tahun 1930 an tatakala Library School
University of Chicago m em buka program doktor. Dari kandidat doktor ini
diharapkan m uncul karya ilm iah dalam bentuk disertasi. 2 Dalam penelitian yang
dituangkan dalam bentuk disertasi, 3 m ahasiswa berpijak pada paradigm a. 4
Paradigm a artinya pandangan dunia atau kerangka kerja um um yang m em andu
peneliti dalam penyelidikan (inquiry ) ilm iah.
Untuk Indonesia, program pascasarjana Ilm u Perpustakaan baru dibuka
pada tahun 1990 di Universitas Indonesia. Hal serupa juga dilakukan di
Indonesia tem pat m ahasiswa m enyelesaikan tugas akhirnya dalam bentuk tesis.
Dalam penelitian, para peneliti berpegang pada paradigm a yang dianut dalam
bidang keilm uan m asing-m asing.


2. Paradigm a

Paradigm a juga m engacu pada m odel penyelidikan dan alat khusus,
instrum en dan prosedur yang diterim a secara universal yang digunakan untuk
m eneliti dalam disiplin keilm uan. 5 Paradigma penelitian m em iliki akar filosofis
yaitu peneliti secara sadar atau tidak sadar mengikuti paradigm a yang
m em bentuk cara berpikirnya kearah pendekatan um um . Artinya
sebuah
m asalah penelitian dapat m engam bil berbagai pendekatan sebagaim ana
ditentukan oleh peneliti. Di dalam paradigm a itu sendiri ada pihak-pihak yang
berkeberatan terhadap m etode tertentu, nam un ada juga pihak yang m enerim a
Tulisan ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari ceramah bulanan Departemen Ilmu
Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia tahun
2005.
2 Pada waktu itu untuk program Master masih diperlukan tesis (theses) namun dikritik sebagai
deskripsi kegiatan perpustakaan saja. Ironisnya, kini Library School University of Chicago justru
ditutup pada tahun 1980an akhir.
3 Disertasi berbagai universitas di AS dapat diperiksa pada International Dissertation Abstracts.
4 Istilah ini dipopulerkan oleh Thomas Kuhn.

5 Peiling Wang, “Methodologies and methods for user behavioral research.” Annual Review of
Information Science and Tcehnology(ARIST), vol. 34, 1999:56

1

1

m etode tertentu. Dewasa ini ada dua paradigm a dasar yang m em bentuk
penelitian dalam ilm u perpustakaan dan inform asi yaitu paradigm a positivism e
tradisional dan paradigm a alternatif.
Paradigm a positivism e disebut juga em pirism e, objektivism e, kuantitatif
atau paradigm a ilmiah berasal dari abad 19. Paradigm a ini m endom inasi
penelitian dalam ilm u pengetahuan alam dan m enjalar ke ilm u pengetahuan
sosial dan perilaku. Perkem bangan dalam bidang ilm u pengetahuan sosial
m enim bulkan kritik atas positivism e. Kritik tersebut m enyangkut teori yang
harus dikem ukakan sebelum observasi; teori direduksi menjadi elem en
term atakan; m aujud atau entitas diasingkan dari konteksnya; kom pleksitas
perilaku manusia dalam kehidupan sehari-hari diabaikan; yang dikaji hanya
hubungan sebab dan akibat; tidak ada pengam at netral yang m am pu m engukur
secara objektif akan objek yang diam ati, dan statistik dapat dim anipulasi untuk

m endukung setiap penelitian. Kritik tersebut m enghasilkan paradigm a alternatif
atau baru, disebut sebagai paradigm a naturalistik; pendekatan penyusunan akal
(sense-m aking approach), m etodologi kualitatif dan paradigm a ilum inatif.
Seringkali digunakan nam a-nam a seperti etnografi, herm eneutika, fenom enologi,
konstrukvism e, kontekstualism e, posm odernism e, postpositivism e dan lainlainnya; istilah itu m encerm inkan perspektif disiplin ilm u atau asal ilm u.
Misalnya etnografi berasal dari bidang antropologi, herm eneutika sem ua
m erupakan teori dan m etode m enafsirkan Alkitab, kem udian dikem bangkan ke
interpretasi perilaku m anusia. Fenom enologi berasal dari filsafat dan kini
m erupakan pendekatan riset yang penting dalam psikologis dan sosiologi.
Istilah lain ialah naturalism e yang berarti perilaku m anusia harus diam ati
dalam setting natural dan ditafsirkan dalam konteks tersebut; m etode
positivism e berdasarkan pada m etodologi ilm u pengetahuan alam tidak cocok
untuk kajian naturalistik.
Sebaliknya filsuf ilm u pengetahuan sosial
m enggunakan istilah naturalism e sebagai kurang lebih identik atau diasosiasikan
dengan positivism e, Karenanya naturalism e epistem ologis percaya bahwa
kehidupan sosial m anusia dapat diketahui seperti kita m engetahui dunia natural;
m etodologi naturalism e m enerapkan m etodologi ilm u pengetahuan alam ke
ilm u pengetahuan sosial (Benton 1998).
Di dunia perpustakaan contoh m etodologi kuantitatif terdapat pada

survei, operations research, m odel, sim ulasi, eksperim en sedangkan kualitatif
terdapat pada kajian pem akai, analisis isi, m etode Delphi. Beberapa topik seperti
kepustakawanan bandingan, pendidikan pem akai, kerjasam a perpustakaan,
kajian profesi pustakawan dapat m enggunakan salah satu dari kedua m etodologi.
3. Perbandingan m etodologi kuantitatif dengan kualitatif.
Kedua paradigm a penelitian menggunakan m etodologi yang berbeda
dalam penyidikan ilm iah. Metodologi m engacu pada prinsip dan filosofi yang
digunakan peneliti dalam prosedur serta strategi penelitian serta asum si yang
m ereka gunakan tentang sifat penelitiannya. Metodologi terdiri dari pemikiran
yang m endasari pengum pulan data serta analisis. Metodologi berbeda dengan
m etode. Metode terdiri dari prosedur, strategi dan teknik untuk pengum pulan
dan analisis data. Bedanya dengan m etodologi ialah m etodologi m engacu ke

2

prinsip dan epistem ologi yang didasarkan sebagai pijakan peneliti dalam
prosedur dan strategi penelitiannya. Maka m ungkin saja seorang peneliti
m enggunakan pendekatan yang predom inan dalam m asalah penelitiannya,
nam un juga m enerima m etode atau teknik dari ancangan lain.
Mengenai definisi ham pir tidak ada kesepakatan nam un ada kesepakatan

m enyangkut ciri. Misalnya Fidel (1993) m endeskripsikan m etode kualitatif
sebagai nonm anipulatif dan nonkontrol, holistik dan berorientasi pada kasus,
m em usatkan diri pada proses, terbuka dan fleksibel tanpa kerangka pikir
konseptual yang apriori, m enggunakan m etode jam ak untuk triangulasi,
m engkode data ke kategori yang berasal dari analisis isi, pengam at bersifat
hum anistik dan yang diam ati mem iliki rapor yang baik, bersifat induktif dalam
analisis data.
Untuk m etode kuantitatif, m isalnya Reaves (1992, 16) m engatakannya
sebagai penelitian yang m eliputi pengukuran hal kuantitatif, lazim nya kuantitas
num erik. Dengan kata lain kuantitatif m erupakan ungkapan sebuah ciri atau
kualitas dalam istilah kuantitatif (Slater, 1992)
3.1. Alasan m em ilih sebuah paradigm a.
Pem ilihan paradigm a tergantung pada beberapa hal seperti pandangan
peneliti, pelatihan dan pengalam annya, atribut psikologisnya, sifat m asalah serta
sasaran yang ingin dituju (Tabel 1)

Kriteria
Pandangan
peneliti


Tabel 1 Alasan m em ilih sebuah paradigm a
Paradigm a kuantitatif
Paradigm a kualitatif
Peneliti m erasa lazim dengan
Peneliti m erasa lazim
asum si ontologi, epistem ologi,
dengan asum si ontologi,
aksiologi , retoris dan m etodologis
epistem ologi, aksiologi .,
paradigm a kualitatif
retoris dan m etodologis
paradigm a kuantitatif

2. Pendidikan
dan
pengalam an
peneliti
3. Atribut
psikologis
peneliti


Ketram pilan m enulis teknis;
ketram pilan statistik
kom puter; ketram pilan
perpustakaan
Merasa nyam an dengan
peraturan untuk
m elaksanakan penelitian;
toleransi rendah terhadap
am biguitas; waktu untuk
penelitian berdurasi pendek

4. Sifat
persoalan

Sebelum nya telah dikaji
oleh peneliti lain sehingga
tersedia batang tubuh
literatur; variabel diketahui;
ada teori

Perorangan yang terbiasa
dengan atau bersifat

5. Audiensi
untuk hasil

3

Ketram pilan m enulis literer;
ketram pilan analisis teks
kom puter; ketram pilan
perpustakaan
Peneliti m erasa terbiasa dengan
ketiadaan peraturan spesifik dan
prosedur untuk m elakukan
penelitian; toleransi tinggi
terhadap am biguitas; tersedia
waktu untuk pengkajian berwaktu
panjang.
Penelitian eksploratif; variabel

tidak dikenal; konteks penting;
m ungkin kekurangan teori untuk
dasar pengkajian
Perorangan yang terbiasa dengan
atau bersifat suportif terhadap

suportif terhadap kajian
kajian
kajian kualitatif
m isalnya
kuantitatif
editor dan
pem baca
jurnal,
pascasarjana)
Sum ber : Creswell (1994) dengan ubahan oleh pnulis
4. Perbedaan
Banyak penulis telah m engem ukakan perbedaan antara kedua m etodologi.
Bila digabungkan m aka perbedaan antara kedua m etodologi dinyatakan pada
hasilnya nam pak pada tabel 2.


#
1.
2.

3

4.
5.

Tabel 2. Perbandingan m etodologi kuantitatif dan kualitatif
Butir bandingan
Kuantitatif
Kualitatif
Ontologi
Realitas adalah objektif Realitas adalah subjektif dan
dan singular
banyak
Epistem ologi
Peneliti

bebas Peneliti berinteraksi dengan
(independent) dari apa apa yang diteliti
yang ditelitinya
Aksiologi
Pertanyaan
(inquiry ) Pertanyaan terikat nilai
bebas
dari
pertim bangan nilai dan
bias
Retorika
Form al
dan
suara Inform al dan suara personal
im personal
Tujuan
Generalisasi (ram padan) Deskripsi yang kaya serta
dan prediksi
panjang dan pengem bangan
teori
Hukum universal

6.
7.

8.
9.

Perm ulaan
(outset)
Fenom ena

Logika
Teori

10 . Ukuran

Pem aham an yang terkait
dengan konteks
Kita tahu bahwa kita Kita tidak tahu bahwa kita
tidak tahu
tidak tahu
(focus
pada
Atom istik (fokus pada Holistik
keseluruhan)
bagian-bagian)
Kom pleksitas rendah
Deduksi hipotetis
Bebas dari waktu dan
konteks

Kom pleksitas tinggi
Induksi analitik
Terikat pada waktu
konteks

dan

Hubungan sebab dan Faktor sim ultan tim abl balik
akibat
Keandalan
Ketergantungan
Kesahihan internal
Kredibilitas
4

11.

Pengam bilan
sam pel
12. Lingkugan,
keadaan (setting)
13. Data
14. Pengum pulan
data

15.

Analisis data

Kesahihan eksternal
Objektivitas
Penarikan sam pel acak

Transferabilitas
Konfirm abilitas
Penarikan sam pel bertujuan

Eksperim en
(kontrol,
penanganan)
Data
kuantitatif
(num erik)
Kuesioner, tes

Lingkungan alam i
(lapangan)
Data kualitatif (berbagai
form at)
Wawancara
Observasi lapangan
Wacana (discourse)

Instrum en benda m ati
(skala, kom puter,
perekam atau recorder)`
Analisis statistik yang
objektif untuk keperluan
pengujian hipotesis

Manusia, jadi m ahluk hidup

Analisis isi
Deskripsi
Interpretasi untuk
m enghasilkan wawasan dan
pem aham an
Sum ber: Peiling Wang (20 0 0 ) dengan ubahan oleh penulis

4.1. Ontologi
Ontologi, epistemologi dan aksiologis lazim dibicarakan dalam filsafat
pengetahuan. Ontologi adalah sebuah arahan dalam filsafat yang berhubungan
dengan sifat dan eksistensi Yang Ada (being).
Objek apa yang ditelaah? Bagaimana ujud yang hakiki dari objek tersebut?
Bagaimana hubungan antara objek tersebut dengan daya tangkap manusia (seperti
berpikir, merasa, mengindera) yang membuahkan pengetahuan? Pada penelitian
kuantitatif realitas yang diperoleh bersifat objektif namun terbatas sedangkan pada
metode kualitatif bersifat subjektif.
Objektivitas m erupakan kem am puan seorang peneliti untuk m elihat dunia
em piris sebagaim ana adanya (selam a hal ini m em ungkinkan), bebas dari
distorsi. Distorsi ini seringkali disebabkan oleh perasaan pribadi, em osi atau
interpretasi yang terlalu bersifat pribadi. Sebaliknya subjektivitas m erupakan
sifat observasi penelitian, data atau tem uan yang m encerm inkan faktor pribadi
dan psikologis.
4. 2. Epistemologis
Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang
berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu
sendiri? Apakah kriteria kebenaran? Cara/ teknik/ sarana apa yang membantu kita
dalam mendapatklan pengetahuan yang berupa ilmu?
Pada riset kualitatif, peneliti bebas artinya terlepas dari penilaian nilai dan
bias. Hal ini berbeda dengan riset kualitatif, karena ada kontak dengan yang diteliti
maka cenderung subjektif.

5

4.3. Aksiologis
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan
antara cara penggunaan pengetahuan daln ilmu itu sendiri dilihat dari segi moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan moral? Bagaimana
kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah
dengan norma moral/ profesional?
Pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok pertama disebut landasan
ontologis; kelompok kedua adalah epistemologis dan kelompok ketiga adalah
aksiologis. Semua pengetahuan pada dasarnya memiliki ketiga landasan itu, yang
berbeda adalah materia perwujudan serta sejauh mana landasan dari ketiga aspek
itu dikembangkan dan dilaksanakan.
4.4. Retorika
Pada riset kuantitatif, retorika yang dihasilkan cenderung form al serta
bersifat impersonal. Perhatikan kalim at di bawah ini:
“Maka disim pulkan tidak ada korelasi antara jam buka perpustakaan
dengan penggunaan ruang baca.”
Pada riset kualitatif kalim at yang digunakan sangat inform al dan
m engem ukakan pendapat personal. Perhatikan kalim at di bawah ini:
“Gue nggak suka kalau anak m em baca sam bil tidur”
4.5. Tujuan
Riset kuantitatif bertujuan m em peroleh pem aham an um um dan dari
pem aham an um um atau generalisasi ini dapat dibuat perkiraan atau prediksi.
Contoh:
Tujuan kedua ialah m enghasilkan dalil yang bersifat universal. Hal ini
nam pak m isalnya pada ilm u pengetahuan alam yang m enghasilkan dalil yang
berlaku di m ana-m ana. Hal itu tidak nam pak pada m etodologi kualitatif yang
cenderung m enghasilkan sebuah pem aham an yang terikat pada konteks.
Misalnya pem aham an siri atau carok di Madura harus dilihat dalam konteks
kultur Madura, tidak dapat diram padkan sebagai m isalnya orang ngam uk atau
pem bunuhan.
Pada riset kualitatif, penuh dengan deskripsi serta bertujuan
ke
pengem bangan teori. Bila m etode kuantitatif bertujuan m enghasilkan dalil yang
universal m aka pada kualitatif bertujuan m em peroleh pem aham an yang
dikaitkan dengan konteks. Misalnya pem aham an bahwa kepala perpustakaan di
Indonesia harus m em ikirkan kesejahteraan bawahannya dikaitkan dengan
konteks bahwa gaji pustakawan, terutam a pustakawan pegawai negeri, sangat
rendah sehingga pim pinan harus m em ikirkan kesejahteraan anak buahnya.
Contoh pendekatan kualitatif:
(a) Peneliti m em fokuskan pada kehidupan sehari orang-orang dalam
lingkungannya;
(b) Data m em iliki prim acy ; kerangka kerja teori tidak ditentukan
sebelum nya m elainkan berasal langsung dari data. Peneliti um um nya
m endekati orang-orang dengan tujuan m engetahui m ereka; peneliti
m endatangi partisipan untuk m engum pulkan data yang m endalam dan
kaya yang m ungkin m enjadi dasar pengem bangan teori. Interaksi antara
peneliti dengan partisipan m engarah ke penciptaan konsep yang

6

m erupakan produk tindakan penelitian. Data itu sendiri m enghasilkan ide
teoritis baru atau m em bantu m odifikasi teori yang sudah ada.
(c) Penelitian kualitatif terikat pada konteks 6
(d) Peneliti kualitatif mem usatkan diri pada perspektif em ic 7 , pandangan
orang-orang yang terlibat dalam penelitian serta persepsi m ereka, m akna
dan interpretasi;
(e) Peneliti kualitatif m endeskripsi secara rinci; m ereka m enganalisis dan
m enafsirkan;
(f) Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti erat dan berdasarkan
kesam aan posisi sebagai um at m anusia;
(g) Pengum pulan dan analisis data dilakukan bersam a serta saling
berinteraksi. Maka pada penelitian kualitatif, pengum pulan data dapat
dilakukan berulang-ulang walaupun sudah sam pai tahap analisis; hal ini
berbeda dengan kuantitatif Bila sudah m encapai tahap analisis, m aka
peneliti kuantitatif tidak dapat mengum pulkan data lagi. Misalnya tatkala
analisis kuesioner, peneliti tidak dapat m engulang lagi penyebaran
kuesioner.
4.6. Perm ulaan
Metodologi kuantitatif dim ulai dengan anggapan bahwa peneliti itu tahu
bahw a dia tidak tahu. Karena dia tidak tahu m aka m engadakan penelitian.
Sebaliknya pada m etodologi kualitatif, ketika penelitian m ulai si peneliti itu tidak
tahu bahwa dia itu tahu atau tidak tahu.
4.7. Fenom ena
Pada kuantitatif fenom ena yang dituju berfokus pada bagian-bagian
sehingga disebut atom istik sedangkan pada kualitatif berfokus pada keseluruhan,
jadi sifatnya holistik.
4.8. Logika
Pada m etodologi kuantitatif, logika yang digunakan berpijak pafa deduksi
hipotetis. Deduksi artinya peneliti m ulai dari um um ke spesifik artinya peneliti
m ulai dengan teori um um dan dari teori tersebut ditarik sebuah kesim pulan.
Peneliti kem udian m encari bukti em piris dengan m enguji hipotesis m elalui
pengum pulan data dam kem udian m enganalisisnya. Deduksi um um nya
digunakan dalam ilm u pengetahuan alam .
Metode kualitiatif m elakukan induksi analitik. Penalaran induktif artinya
m ulai dari spesifik m enuju ke um um , artinya m ulai dari observasi atau kajian
sejum lah kasus dan kem udian m enyusun generalitas yang m engaitkan hal-hal
tersebut. Peneliti m engum pulkan data (tanpa asum si apriori), analisis data dan
m enghasilkan teori.
4.9. Teori
Metodologi kuantitatif bebas dari waktu dan konteks artinya waktu serta
konteks tidak m em pengaruhi kajiannya. Hal ini berbeda dengan kualitatif yang
terikat pada waktu dan konteks. Contohnya percobaan obat baru pada m encit
Lihat juga pada butir 4.9 Tentang teori metodologi kualitatif yang bersifat terikat pada waktu
dan konteks.
7 Diciptakan oleh K.L. Pike, linguis, tahun 1954. Perspektif emic artinya perspektif orang dalam
atau asli berlainan dengan perspektif etuic artinya kerangka kerja peneliti dan orang luar
6

7

tidak terikat waktu, apakah dilakukan pada pagi hari atau petang serta tidak ada
kaitannya dengan konteks m isalnya di lab Indonesia atau luar negeri.
Pada kualitatif kajian sangat terikat pada waktu dan konteks. Perilaku
orang Aceh terhadap im igran J awa berbeda konteksnya bila dilakukan sebelum
Indonesia m erdeka dan sesudah Indonesia m erdeka. Migran J awa di Aceh juga
tidak dapat lepas dari konteks bahwa m ajoritas tentara adalah suku J awa.
Metodologi kuantitatif m encoba m engkaji hubungan sebab akibat
m isalnya bila jum lah kucing ditingkatkan apakah berakibat pada penurunan
populasi tikus padi atau tidak. Pada kualitatif, yang dikaji ialah faktor sim ultan
bersam a yang m em pengaruhi m isalnya perilaku. Misalnya di perpustakaan
dalam penggunaan bahan bacaan, apakah sikap m ahasiswa berubah bila ada
dosen yang m encari literatur yang sam a.
4.10 . Ukuran
Pada m etodologi kuantitatif dikenal istilah keandalan (reliability ),
validitas internal dan eksternal serta objektivitas. Istilah keandalan digunakan
untuk m enjelaskan sifat yang stabil,
konsisten dari m etode penelitian,
instrum en, data atau hasil yang dapat dipercayai (dependable). Bila disain
sebuah penelitian bersifat andal m aka penem uan penelitian dapat diulang atau
ditiru dan dapat digeneralisasikan di luar sebuah penelitian. Replika yang eksak
dari sebuah kajian, term asuk prosedurnya, dapat digunakan untuk m enilai
keandalan disain. Untuk replika konseptual hanya ide atau konsepnya yang dapat
digunakan untuk m enilai kesahihan (validity ) ekstern dari sebuah disain.
Penelitian m ensyaratkan bahwa orang lain dapat m engukur konsep dan
m em bangunnya. Keandalan terbagi atas beberapa jenis sebagaim ana diuraikan
di bawah ini.
4.10 .1. Keandalan dalam pengukuran
Penelitian m ensyaratkan bahwa peneliti harus dapat m engukur konsep
dan gagasan sebagaim ana diwakili oleh variabel dan variabel ini diwujudkan
m enjadi atau diberi definisi operasional sebagai him punan kategori atau skala.
Sayangnya ham pir sem ua ukuran tidak sem purna. Karena itu ukuran atau skor
yang diam ati terdiri dari skor yang benar dan galat ukuran atau kesenjangan
antara skor yang diamati dengan skor yang benar. Sebuah ukuran dianggap andal
bilam ana kom ponen galat berjum lah kecil dan tidak berfluktuasi dari satu
observasi ke observasi lainnya. J adi keandalan dapat diberi definisi sebagai
tingkat sebuah instrum en m am pu m engukur secara tepat dan konsisten, apapun
yang diukurnya. Instrum en tersebut harus cocok dengan tinukur (yang diukur),
m isalnya penggaris harus digunakan untuk m engukur panjang atau lebar atau
tinggi namun tidak dapat digunakan untuk m engukur berat. Hal itu tidak sahih.
Sebaliknya sebuah tim bangan yang digunakan untuk m engukur berat akan
dikatakan bahwa alat ukur tim bangan itu sahih. Adapun keandalan alat tim bang
dikaitkan dalam penggunaannya untuk m engukur apakah tepat dan konsisten.
Bila alat tim bangan itu digunakan untuk m engukur beras dari berbagai tem pat
m enunjukkan hasil yang cerm at dan konsisten m aka alat tim bang itu dikatakan
sebagai andal.
Dewasa ini terdapat berbagai m etode untuk m enilai keandalan atau
stabilitas teknik pengukuran. Salah satu m etode itu adalah korelasi uji ulang.

8

Peneliti menggunakan teknik ini (instrum en pengum pulan data) yang sam a
untuk m engam ati atau m engum pulkan skor dua kali untuk kelom pok subjek
yang sam a. Instrum en digunakan pada waktu yang berlainan, m isalnya hari
Senin – Rabu – Minggu atau pagi, sore dan petang nam un dalam kondisi yang
sam a. Kedua him punan skor itu kem udian dikorelasikan untuk m engetahui
seberapa jauh konsistensi atau andalnya instrum en itu dalam m engukur variabel.
Sem akin kecil galat ukuran sem akin tinggi korelasinya
Kesahihan atau validitas (validity ) m erupakan karakteristik esensial dari
m aujud ("entity ", entitas), prosedur atau gawai (device) yang secara aktual
digunakan untuk m engukur dim ensi. Dengan kata lain sebuah penelitian
dianggap sahih bilam ana kesim pulannya benar serta dianggap andal (reliable)
bilam ana tem uan penelitian dapat diulang. Nam un dem ikian sesungguhnya
keandalan dan kesahihan m erupakan persyaratan disain dan ukuran penelitian.
Menyangkut disain, peneliti akan m enanyakan apakah kesim pulannya benar
(sahih), andal (reliable) dan terulangkan. Pengukuran m erupakan proses untuk
m engetahui dengan pasti akan dim ensi, kuantitas atau kapasitas sesuatu.
Pengukuran m erupakan prosedur, di dalam nya seseorang m em bubuhkan
num eral, nom or atau sim bol lain pada variabel em piris sesuai dengan ketentuan.
Istilah objektivitas dan subjektivitas digunakan untuk m em beri label data
penelitian, terpulang pada tingkat observasi yang bebas dari bias pribadi.
Objektivitas m erupakan kem ampuan seorang peneliti untuk m elihat dunia
em piris sebagaim ana adanya (selam a hal ini m em ungkinkan), bebas dari
distorsi. Distorsi ini seringkali disebabkan oleh perasaan pribadi, em osi atau
interpretasi yang terlalu bersifat pribadi. Sebaliknya subjektivitas m erupakan
sifat observasi penelitian, data atau tem uan yang m encerm inkan faktor pribadi
dan psikologis.
Pada kualitatif, dikenal istilah dependability ¸ kredibilitas, transferability ,
confirm ability .
4.11. Penarikan sam pel
Pada m etodologi kuantitatif, penarikan dilakukan secara acak. Untuk
memperoleh contoh dari populasi, pembaca harus melakukan sebuah proses yang
disebut penarikan contoh atau "sampling". Agar contoh yang diambil dianggap
representatif maka contoh tersebut harus memenuhi ketiga syarat seperti di bawah
ini :
(a)
Populasi bersifat homogen artinya ciri subjek penelitian harus tercakup.
(b)
J umlah contoh cukup memadai
(c)
Teknik pemilihan contoh cukup dan benar.
Secara umum proses penarikan contoh dapat dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu (1)
Penarikan contoh peluang (probability sam pling). Ada
yang menyebutnya sebagai penarikan contoh sebanding dan (2) penarikan
contoh nonpeluang atau ada yang menyebutnya sebagai nonsebanding
(nonprobability sampling)
4.11.1. Penarikan contoh peluang
Dalam ancangan ini, penarikan contoh m engikuti kaidah peluang artinya
setiap unit m em peroleh peluang (probability ) yang sam a untuk terpilih sebagai

9

contoh.Dengan kata lain m erupakan m etode penentuan ukuran contoh sehingga
setiap lapisan banyaknya anggota yang dipilih sebanding dengan besarnya
lapisan itu sendiri. Misalnya di J akarta terdapat 10 0 0 pustakawan, sedangkan
untuk penelitian memerlukan katakanlah 40 pustakawan, maka setiap pustakawan
memperoleh peluang untuk terpilih sebagai contoh 40 / 10 0 0 atau 1/ 25 artinya
setiap 40 orang terpilih 1 contoh pustakawan.
Penarikan contoh sebanding digunakan dalam hal:
(a)
Data mengenai besarnya populasi diketahui.
(b)
Penelitian tersebut akan mengarah pada generalisasi (rampatan)
pada populasi.
(c)
Menggunakan analisis inferensial.
(d) Pembaca memperhitungkan galat (errors) dalam penarikan contoh.
Tingkat galat ini ditentukan oleh peneliti serta berkaitan dengan
seberapa jauh galat tersebut mempengaruhi parameter.
Rancang bangun penarikan contoh sebanding (probability sampling design)
ini dapat dibagi lagi menjadi:
(1)
Penarikan contoh acak sederhana (simple random sampling)
(2)
Penarikan contoh acak berstrata (Stratified random
sam pling), dibagi lagi menjadi:
(a) proporsional
(b) nonproporsional
(3)
Penarikan contoh kawasan atau gerombol (area/ cluster
sam pling)
Penarikan contoh acak memiliki keuntungan ialah teorinya mudah dipakai.
Adapun kerugiannya sebagai berikut:
(a) Apabila variasi dalam populasi bersifat tidak teratur, maka mungkin terpilih
contoh yang justru tidak mewakili populasi.
(b) Pemberian nomor kepada anggota populasi merupakan pekerjaan
membosankan.
(c) Dengan cara penarikan contoh acak, penarikan contoh harus dilakukan pada
banyak anggota populasi yang tersebar.
Pada m etodologi kualitatif, penarikan sam pel dilakukan dengan m etode
bertujuan selektif (selective purpose sam pling). Penarikan contoh bertujuan
Pemilihan contoh dilakukan oleh peneliti berdasarkan kriteria yang
ditentukan oleh peneliti. Kalau pada pemilihan contoh berdasarkan kuota yang
dipilih sebagai contoh adalah mahasiswa yang memiliki karakteristik tertentu,
maka pada penarikan contoh bertujuan dilakukan terhadap mahasiswa yang
memiliki karakteristik tersebut. Misalkan peneliti ingin mengetahui mahasiswa
yang aktif dalam Kuliah Kerja Nyata. Peneliti mengambil asumsi bahwa
mahasiswa yang aktif dalam KKN adalah mahasiswa yang menerima beasiswa
dan orangtuanya adalah pegawai negeri. Maka atas asumsi tersebut, peneliti
akan mengambil contoh sebahagian besar dari kedua golongan mahasiswa
(penerima beasiswa dan orangtuanya pegawai negeri) tersebut di atas. Penarikan
contoh bertujuan banyak dipakai dalam penelitian kualitatif.
4.12. Keadaan, lingkungan (setting)

10

Pada kuantitatif, setting atau lingkungan dilakukan dalam lab atau
eskperim en sehingga lingkungan dapat dikendalikan. Misalnya di perpustakaan,
dapat dilakukan eksperim en m isalnya denda dinaikkan, apakah keterlam batan
pengem balian akan turun atau tetap. Di lab lebih jelas lagi, m isalnya m encit
diberi makanan bervitam in kem udian diperiksa apakah ada perubahan atau
tidak. J adi lingkungan dikendalikan oleh peneliti.
Pada m etodologi kualitatif, penelitian dilakukan di lapangan sehingga
lingkungan m erupakan lingkungan alam i tanpa dapat dikendalikan oleh peneliti.
Misalnya penelitian m engenai kebiasaan m em baca petani, lingkungan sekitar
petani tidak dapat diubah-ubah atau dikendalikan oleh peneliti.
4.13. Data
Data kuantitatif lazim nya data num erik, dapat diukur. Atribut yang diukur
serta unit ukuran m isalnya
Panjang
m eter
Massa
kilogram
Waktu
detik
Arus listrik
am per
0 K (suhu Kelvin)
Tem peratur
Keberserian
kandela
(lum inositas)
Data kualitatif diukur dalam skala ordinal m isalnya bahasa, agam a, warna,
4.14. Pengum pulan data
Metodologi kuantitatif m enggunakan kuesioner, tes atau percobaan guna
pengum pulan data. Instrum en yang digunakan m erupakan instrum en benda
m ati seperti skala, kom puter, perekam . Hal tersebut berbeda dengan kualitatif
yang m enggunakan wawancara, observasi lapangan dan wacana sebagai sarana
pengum pulan data.
4.15. Analisis data
Metodologi kuantitatif m enggunakan analisis statistika objektif guna
m enguji hipotesis. Maka sering dijum pai hipotesis n ditolak atau diterim a pada
tingkat kepercayaan 0 .95.
Pada kualitatif, analisis data dilakukan dengan cara analisis isi, deskripsi,
interpretasi guna m endapatkan wawasan dan pem aham an. Misalnya penolakan
m asyarakat desa pada perpustakaan desa yang ditem patkan di kelurahan
dipaham i sebagai penolakan warga terhadap kegiatan lurah yang m engaitkan
perpustakaan dengan kewajiban m em bayar pajak.
4.16. Form at
Form at pada kajian kuantitatif sesuai dengan standar yang dapat
ditem ukan pada artikel jurnal dan laporan penelitian. Form atnya lazim nya
m encakup pendahuluan, tinjauan literatur, m etode, hasil dan pem bahasan.
Contoh form at kuantitatif
Pendahuluan
Pernyataan m asalah (Konteks)
Tujuan penelitian
Pernyataan kajian n atau tujuan kajian atau hipotesis
Perspektif teori
Definis istilah

11

Keunggulan dan keterbatasan penelitian
Signifikansi kajian
Tinjauan literatur
Metode
Disain penelitian
Sam pel, populasi atau subjek penelitian
Instrum entasi dan m aterial
Variabel dalam kajian
Analisis
Lam piran : Instrum en
Form at kualitatif kurang baku dibandingkan dengan kuantitatif. Nam un
dem ikian ada karakteristik m endasar yaitu disain konsisten dengan asum si
paradigm a kualitatif. Berikut ini contoh form at kualitatif:
Pendahuluan
Pernyataan m asalah
Tujuan kajian
Pertanyaan utam a
Definisi
Kelebihan dan kekurangan
Signifikansi kajian
Prosedur
Asum si dan alasan disain kualitatif
J enis disain yang digunakan
Peranan peneliti
Prosedur pengum pulan data
Prosedur analisis data
Metode verifikasi
Hasil kajian dan hubungannya dengan teori dan literatur
Lam piran
5. Kom binasi disain kuantitatif dengan kualitatif
Dengan adanya perbedaan yang tajam antara kuantitatif dengan kualitatif
tim bul pertanyaan apakah tidak m ungkin kedua m etodologi digabung,
m enghubungkan paradigm a ke m etode serta m engkom binasikan disain
penelitian dalam sem ua fase kajian. Gagasan penggabungan kedua metode
diajukan dengan alasan (a) m enguntungkan bagi peneliti untuk lebih baik
m em aham i sebuah
konsep
yang sedang diuji atau
dijelajah;(b)
m em pertim bangkan m engintegrasikan paradigm a pada beberapa tahap proses
penelitian, dan (c) m enggunakan disain dua fase (phase) yaitu disain dom inan
kurang
dom inan
atau
m encam purkan
disain
m etodologi
guna
m engkom binasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam satu kajian
tunggal.
Creswell (1994) m enyebutkan tiga m odel yaitu pendekatan disain dua
fase, disain dom inan kurang dom inan dan disain m etodologi cam puran.
5.1. Disain dua fase

12

Disini peneliti m enggunakan fase kualitatif dan m em isahkan fase
kuantitatif. Keuntungan pendekatan ini ialah kedua paradigm a terpisah jelas
serta m em ungkinkan peneliti asum si paradigm a pada m asing-m asing fase.
Kerugiannya ialah pem baca tidak m erasa berkepentingan dengan kaitan antara
dua fase.
5.2. Disain dom inan kurang dom inan
Pada pendekatan ini peneliti mengajukan kajian dengan berdasar pada
satu paradigm a dominan dengan satu bagian kecil kom ponen dari paradigm a
yang kurang dom inan. Contoh kajian kuantitatif berdasarkan pengujian sebuah
teori dalam sebuah eksperim en dengan kom ponen wawancara kualitatif pada
fase pengum pulan data. Pilihan lain m ulai dengan observasi kualitatif terbatas
pada sejum lah inform an, diikuti dengan survei kuantitatif sebuah sam pel dari
sebuah populasi. Keuntungan pendekatan ini ialah m engem ukakan gam baran
paradigm a yang konsisten dalam pengkajian dan m asih m engum pulkan
inform asi terbatas untuk m enjelajah rincian sebuah aspek. Kerugiannya ialah
pendukung kualitatif m em andang pendekatan ini sebagai penyalahgunaan
paradigm a kualitatif karena asum si dasar tidak m enghubungkan atau m enyam ai
prosedur pengum pulan data kualitatif. Pendukung kuantitatif juga m em andang
tidak ada kesetaraan antara data kuantitatif dengan kualitatif.
5.3. Disain m etodologi cam puran
Peneliti mencam purkan aspek paradigm a kuantitatif dan kualitatif pada
sem ua langkah m etodologis dalam disain. Paradigma akan bercam pur pada
pendahuluan, tinjauan literatur dan penggunaan teori, pernyataan tujuan
penelitian dan pertanyaan penelitian. Ancangan ini m enam bah kerum itan pada
pem buatan disain penelitian serta m endayagunakan keunggulan paradigm a
kuantitatif dan kualitatif. Disain tersebut m encerm inkan proses penelitian ke
belakang dan ke depan antara m odel pem ikiran deduktif dan induktif.
Kerugiannya ialah m em butuhkan pengetahuan yang m endalam m engenai kedua
paradigm a, m elanjutkan pengaitan paradigm a yang tidak dapat diterim a oleh
beberapa peneliti serta m ensyaratkan bahwa peneliti m enguraikan kom binasi
paradigm a yang dirasakan tidak lazim bagi peneliti lain.

6. Penutup
Ilm u pengetahuan berkem bang berkat adanya penelitian. Dalam
penelitian dikenal konsep paradigm a yang m erupakan pandangan dunia atau
kerangka kerja um um yang m em andu peneliti dalam penyelidikan (inquiry )
ilm iah. Dalam paradigm a ada dua m etodologi yang digunakan yaitu m etodologi
kuantitatif dan kualitatif. Kedua m etodologi m em iliki persam aan, nam un banyak
perbedan yang berim bas pada penulisan pendahuluan, tinjauan literatur,
pengum pulan data, analisis data serta penarikan kesim pulan. Dalam ilm u
perpustakaan dan inform asi kedua m etodologi digunakan dalam berbagai kajian,
ada kajian yang sepenuhnya bersifat kuantitatif ada pula yang kualitatif serta ada
bagian yang dapat dikaji m enggunakan m etodologi kuantitatif dan kualitatif
nam un tidak pada saat yang bersam aan.

13

Ada upaya m enggabungkan kedua m etodologi itu yang diwujudkan dalam
tiga m odel dengan kekurangan dan keunggulan m asing-m asing m odel.
Pem ilihan m etodologi tergantung sepenuhnya pada peneliti yang dipengaruhi
oleh pandangan hidup, pendidikan dan pelatihan, sifat perm asalahan serta
sasaran yang dituju.

Biblio grafi
Benton, Ted.
“Naturalism in social, science.” Dalam Ency clopedia of philosophy vol
6:717-721. New York: Routledge, 1998.
Boyce, Bert R.; Meadow, Charles T. And Kraft, Donald H.
Measurem ent in inform ation science. New York: Academ ic Press, 1994.
Busha, Charles H. And Harter, Stephen P.
Research m ethods in librarianship: techniques and interpretation. New
York: Academ ic Press, 1980 .
Creswell, J ohn W.
Research design: qualitative & quantitative approaches. Thousand
Oaks,CA: Sage Publications, 1994.
Diao, Ai Lien. “Metode penelitian kualitatif dalam penelitian tentang
kebutuhan dan perilaku pem akai inform asi.” Dalam Prosiding Sem inar
Sehari Lay anan Pusdokinfo Berorientasi Pem akai di Era Inform asi:
pandangan akadem isi dan praktisi, Depok 16 Maret 1996. Hal:17-28
J akarta: Program Studi Ilm u Perpustakaan Program Pascasarjana
Universitas Indonesia, 1996.
Fidel, Raya. “Qualitative m ethods in inform ation retrieval research,” Library &
Inform ation Science Research, 15 (3) Sum m er 1993:219-47
Gorm ann, G.E. and Clayton, Peter
Qualitative research for the inform ation professional: a practical
handbook. London: library Asssociation Publishing, 1997.
Holloway, Inny.
Basic concepts for qualitative research. Oxford: London, 1997.
Reaves, Celia C.
Quantitative research for the behavioral sciences. New York: J ohn
Wiley, 1992.
“Ringkasan pokok-pokok pikiran tentang ilm u perpustakaan”. Perpustakaan &
Inform asi, 1 (2) 1991:5-7
Slater, Margaret
Research m ethods in library and inform ation studies. London: The
Library Association, 1990 .
Sulistyo-Basuki
Metode penelitian : m ulai dari filsafat ilm u pengetahuan, m elalui
m etodologi dan m etode penelitian ke penarikan sam pel dilanjutkan
dengan pengajuan usulan penelitian dan diakhiri dengan cara

14

pencatatan sum ber dari internet. Dalam proses penerbitan oleh penerbit
Wedatam a Widya Satra.
Wang, Peiling
“Methodological and m ethods for user behavioral research.” Annual
Review of Inform ation Science and Technology , vol. 34, 1999-20 0 0 :53-99

15