Hubungan budaya dan lingkungan sekitar
Alam semesta, memiliki arti tersendiri bagi kehidupan masyarakat kita, khususnya masyarakat
pedalamaman. Alam ibarat seorang ibu yang selalu mendampingi dan menyertai kehidupan
masyarakatnya, alam selalu menyertai, setiap tradisi begitu menyatu dengan pola kehidupan.
Keselarasan menjadi bukti atau tanda nyata setiap rangkaian kebutuhan sehari-hari. Alam masih
sebagai tanda untuk berbagi. Rindangnya pepohonan sebagai rona dan pelengkap dalam proses
hidup membaur dan berdampingan. Bukti terciptanya keselarasan. Pembentukan berdasarkan
kisah nyata, langkah dan kehidupan seakan tumbuh selaras. Hubungan erat antara budaya dan
lingkungan adalah sangat jelas bagi masyarakat adat. Semua masyarakat adat memiliki hubungan
spritual, budaya, sosial dan ekonomi dengan wilyah tradisionalnya. Hukum-hukum adat, tradisi
dan praktek-praktek yang menggambarkan keterikatan atas tanah dan tanggung jawab untuk
melestarikan wilayah tradisional untuk kebutuhan generasi selanjutnya. Sebagai contoh di
Amerika Tengah, di lembah Amazon, Asia, Amerika Utara, Australia dan Afrika Utara,
keberlangsungan hidup dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat adat di sana tergantung
pada perlindungan wilayah dan sumberdayanya. Selama berabad-abad, hubungan antara
masyarakat adat dan lingkungannya telah terkikis dengan hilangnya kepemilikan wilayah atau
dipaksa pindah dari wilayah tradisional dan lokasi-lokasi penting mereka. Hak tanah, tata guna
lahan dan pengelolaan sumberdaya tetap merupakan masalah-masalah kritis bagi masyarakat
adat di seluruh dunia. Proyek-proyek pembangunan, penambangan, kegiatan kegiatan kehutanan
dan program-program pertanian terus-menerus menyingkirkan masyarakat adat. Kerusakan
lingkungan yang terjadi sangat besar: tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis satwa menjadi punah
atau terancam punah, ekosistem-ekosistem unik telah hancur, sungai dan tangkapan air lainya
telah terpolusi berat. Berbagai varietas tanaman-tanaman komersil telah menggantikan varietasvarietas lokal yang digunakan dalam sistem pertanian tradisional, yang mengakibatkan
peningkatan metode pertanian industrial. Momen penting dalam perjuangan hak-hak masyarakat
adat yang terkait dengan lingkungan terlihat jelas dalam Konferensi PBB Mengenai Lingkungan
dan Pembangunan (Konferensi Tingkat Tinggi Bumi atau sering disebut KTT Bumi) yang
diselenggarakan di Brazil pada 1992. Sejumlah instrumen hukum disahkan dalam KTT Bumi
tersebut, antara lain Deklarasi Rio, Agenda 21 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang
menjadi standar hukum internasional untuk melindungi hak-hak masyarakat adat atas
pengetahuan dan praktek-praktek tradisional yang mereka miiliki di wilayah-wilayah
pengelolaan lingkungan dan konservasi (dalam Lembar 10 Masyarakat Adat dan Lingkungan hal
1-2). Poin penting dari hasil pertemuan tersebut adalah saat ini kita memiliki kerangka hukum
internasional yang mengakui hubungan khusus yang dimiliki oleh masyarakat adat dengan
wilayah tradisionalnya. Penghargaan Masyarakat Terhadap Adat dan Lingkungan; secara jelas
bahwa pemerintah harus mengakui hak-hak warisan leluhur masyarakat adat untuk menempati,
memiliki dan mengelola wilayah tradisional dan teritorinya semakin bertambah banyak. Banyak
negara juga telah membentuk Kementerian Lingkungan dan menyusun Pernyataan dan Strategi
Strategi Kebijakan Lingkungan Skala Nasional. Meskipun beberapa pemerintah saat ini telah
melakukan konsultasi dengan masyarakat adat menyangkut masalah kepemilikan tanah dan
lingkungan, banyak juga pemerintah yang belum membuat peraturan hukum dan kebijakan yang
memungkinkan masyarakat adat mengklaim tanah-tanah adat atau mempromosikan partisipasi
masyarakat adat. Pada tatanan masyarakat kita (khususnya di Masyarakat Dayak), hubungan erat
antara lingkungan dan budaya menyngkut masyarakat adat sangat jelas terlihat, seperti misalnya
pengargaan masyarakat terhadap tradisi berkaitan dengan berladang. Pada tahapan berladang ini
sangat jelas terlihat bahwa adat dan tradisi begitu sangat dijunjung tinggi. Setiap memulai dan
mengahkiri kegiatan selalu memakai simbol-simbol adat dan tradisi adat sebagai patokan
penghargaan terhadap budaya (adat dan tradisi) dan lingkungan. Masyarakat adat sangat
menghargai lingkungan dan budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari berkaitan kebiasaan dan
rutinitas. Penghargaan terhadap lingkungan (alam atau hutan) dan tentunya sangat berkaitan.
Kedua, Lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Dayak. Mengapa
dikatakan demikian, salah satu alasan sudah barang tentu adalah peran lingkungan dan budaya
sangat besar dalam kehidupan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Ketiga, Penghargaan
terhadap lingkungan dan budaya terlihat dari antusias masyarakat adat yang selalu mengadakan
tradisi tahunan seperti Gawai Adat Dayak, Naik Dango, Nyapat Taun’t, Babantant
(membersihkan kampung laman benua dari segala sakit dan penyakit) dan banyak lagi kegiatan
lainnya. Hal ini sebagai simbol penghargaan terhadap lingkungkan (alam atau hutan) dan budaya
sebagai napas dan hidup tempat berpijak. Saat ini kondisi lingkungan semakin memprihatinkan.
Alam dan lingkungan semakin rusak, budaya semakin terkikis oleh perkembangan jaman.
Harapan satu-satunya adalah tinggal bagaimana kita semua, kaum muda untuk selalu menjunjung
tinggi nilai budaya dan selalu tanggap. Sebelum terlambat berbuatlah sekecil apapun itu,
lingkungan dan budaya akan menghargai kita apabila kita juga menghormati mereka.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/hubungan-erat-alam-dan-budayadalam-masyarakat_5510c9ed813311ca35bc70a6
PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Budaya
yang
dikembangkan
oleh
manusia
akan
berimplikasi
pada
lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan
suatu ciri khas dari masyara-katnya yang tampak dari luar, artinya orang asing.
Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang
dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan
lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam
kaidah dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan
mengandung banyak variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem
terbuka. Pendekatan yang saling berhubungan dengan psikologi lingkungan
adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa
subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang melingkupi
satuan budaya yang ada.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan
lingkungan:
Ø Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti: temperatur,
curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora dan fauna.
Ø Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosia-lisasi seperti: norma - norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
Ø Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan
keeper-cayaan kognitif yang berbeda beda pada setiap masyarakat mengenai
Iingkungannya.
Ø
Environmental
Behavior
and
Process,
meliputi
bagaimana
masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
Ø Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komu-nitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan
fisik seperti budaya pertanian dan iklim.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan
dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku,
norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
ANALISIS ARTIKEL
1) Studi Literatur
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kata berimbuhan dari kata dasar budaya. Budaya atau
kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu budayyah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia
(duniabaca.com).
Dalm Bahasa Inggris, kebudayaan disebut dengan culture yang berasal dari Bahasa Latin
Colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia culture sudah
menjadi kata serapan yaitu kultur.
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam ehidupan seharihari kita melihat segala upaya yang dilakukan manusia untuk menemukan dan penciptakan suatu
inovasi merupakan proses dan hasil dari budaya.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi, segala penryataan intelektual dan artistik yng menjadi ciri khas suatu masyarakat
(wikipedia.org).
Sedangkan definisi dari Ki Hajar Dewantara, mengartikan kebudayaan sebagai buah budi
manusia yang merupakan perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman alam
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai macam rintangan dan
kesukaran dalam hidup (fadila-hasnan93.blogspot.com).
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya
ditujukan
untuk
membantu
manusia
dalam
melangsungkan
kehidupan
bermasyarakat.
Jadi, kebudayaan merupakan suatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang
meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun, kebudayaan dapat dilihat dari perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata yang ada di lingkungan masyarakat sebagai wujud ciptaannya
sebagai makhluk yang berbudaya.
Setiap mansyarakat memiliki tujuh unsusr kebudayaan (cultural universal) yang
dikemukan oleh C. Kluckhon, yaitu:
1) Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai makhluk homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan
pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekutan lain yang
Maha Besar. Karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang
sekarang menjadi agama.
2) Sistem organisasi kemasyarakatn (homo socius)
Merupakan produk manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun
memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan di mana manusia bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3) Sistem pengetahuan (homo safiens)
Merupakan produk manusia sebagai homo safiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran
sendiri maupun dari orang lain.
4) Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (homo economicus)
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan
manusia secara umum terus meningkat.
5) Sistem peralatan hidup dan teknologi (homo faber)
Marupakan produk manusi sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan
dibantu dengan tangannya manusia dapat membuat dan menggunakan alat, dengan alat-alat
ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya.
6) Kesenian
7) Sistem bahasa
Ketujuh hal ini, oleh C. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Univesral Categories of
Culture, disebur sebagai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal (cultural universals).
Unsur-unsur ini merupakan perwujudan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
memelihara eksistensi diri dan kelompokknya.
Usaha yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain
melahirkan teknologi yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dan menjalani
kehidupannya di dalam lingkungan. Sehingga Ridwan Effendi dan Elly Malihah (2007:112)
mengemukakan bahwa kebudayaan berperan sebagai:
1) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4) Pembeda manusia dan binatang.
5) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam
pergaulan.
6) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7) Sebagai modal dasar pembangunan.
Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, untuk
menaklukkan berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti
kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik
secara spiritual maupun materil.
b. Proses Perkembangan Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia
oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan terebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia
membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif. Karena kemampuannya beradaptasi
secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi
derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.
Suatu masyarakat akan terus berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai
bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek,
namun demikian, tidaklah luput dari perhatian masyarakat tersebut untuk berupaya menelusuri,
mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jati
diri sebagai masyarakat yang bermartabat.
Proses belajar budaya meliputi tiga hal, yaitu:
1) Proses Interelasi
Manusia terlahir dengan potensi bawaan; perasaan, hasrat, nafsu, emosi dan seterusnya.
Sepanjang hidupnya manusia menanamkan dalam kepribadiannya hal-hal yang diperlukan dalam
kehidupan. Individu berusaha memenuhi hasrat dan motivasi dalam dirinya; beradaptasi, belajar
dari alam dan lingkungan sosial dan budayanya.
2) Proses Sosialisasi
Individu belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan sesama, dari individu yang
menduduki aneka peranan sosial. Sosialisasi berarti proses belajr anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
3) Proses Enkulturasi
Individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem
norma, dan peraturan-peraturan dalam kebudayaannya. Pada awalnya manusia meniru, sesuai
dengan perkembangan kehidupan, ‘membaca’, menghayati, hingga menjadi pola tindakan.
Budaya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Kebudayaan dari
kelompok sosial tidak secara komplit ditentukan oleh lingkungan fisik saja, namun lingkungan
tersebut memberikan peluang untuk terbentuk hingga berkembangnya suatu budaya. Ada enam
tahap
perkembangan
kebudayaan
yang
kita
kenal
secara
umum
(mustofaabihamid.blogspot.com), yaitu:
1) Cultural Evolution
Prose evolusi dari suatu masyarakat dan kebudyaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti, seolaholah dari dekat secara detail atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan
perubahan-perubahan yang besar saja. Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail
akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagi macam proses perubahan yang terjadi dalam
dinamuka kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
2) Diffusion Process
Proses difusi ini terjadi karena adanya penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di
muka bumi. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan dan sejarah juga ikut menyebar. Salah satu
bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya
migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, seperti
para pedagang dan pelaut.
3) Aculturation Process
Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
4) Asimilation Process
Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemudian saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang
campuran.
5) Innovation
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat
erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu dicovery dan
invention.
6) Discovery dan Invention
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat
baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudai
mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para
penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang
dengan budaya yang dianut di dalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol
sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu ‘cambuk’ bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan
man yang tidak sesuai (Effendi Ridwan dan Elly Malihah, 2007: 114).
c.
Pegaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya tercipta atau terwujud sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan segala
isi yang ada di alam raya ini. manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan dibekali
akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan pada hakikatnya manusia
merupakan khalifah di atas bumi ini. Selain itu, manusia juga diberi kelebihan dalam hal akal,
kecerdasan, kemauan, dan daya khayal.
Dengan semua potensi dan kemampuan yang dimiliki manusia, maka manusia bisa
menciptakan kebudayaan. Jika demikian, tentu ada hubungan antara manusia dengan
kebudayaan. Kebudayaan merupakan produk dari manusia, manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusi ayang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus ada
selama ada manusia sebagai pendukungnya (bukittingginews.com).
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan :
1) Phisival Environment, yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora,
fauna, iklim, dan sebagainya.
2) Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasinya
seperti norma-norma, adat istiadat , dan nilai-nilai.
3) Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayan kognitif
4)
yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
5) Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia, seperti membangun rumah, komunitas,
dan sebagainya.
Jadi, kebudayaan yang berlaku dan berkembang dalam lingkungan masyarakat tertentu
akan berimplikasi terhadap pola tata kelakuan, norma, nilai, dan aspek kehidupan lainnya yang
menjadi ciri khaas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Kebudayaan yang telah ada dalam suatu lingkungan masyarakat tidak mungkin terhindar
dari kebudayaan yang berasal dari kelompok lainnya, dikarenakan adanya kontak dan juga
interaksi dia antara keduanya. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan
tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi permasalah dan tuntutan yang
ada saat itu.
Budaya terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Perkembangan zaman akan
mendorong terjadinya perubahan diberbagai bidang. Maka dari itu mau tidak mau kebudayaan
yang dianut suatu kelompok akan mengalami pergeseran hingga perubahan.
Perubahan kebudayaan harus disertai dengan adanya kontrol atau kendali terhadap
perilaku masyarakat yang tampak dari pelaku kebudayan itu sendiri. Jika budaya dan
kebudayaan yang berkembang tidak disertai dengan kontrol atau kendali maka kemungkinan
yang akan terjadi adalah perilaku yang ditampilkan akan bertolak belakang dengan budaya yang
dianut suatu kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Kontrol/kendali sosial yang ada di
masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak
sesuai.
pedalamaman. Alam ibarat seorang ibu yang selalu mendampingi dan menyertai kehidupan
masyarakatnya, alam selalu menyertai, setiap tradisi begitu menyatu dengan pola kehidupan.
Keselarasan menjadi bukti atau tanda nyata setiap rangkaian kebutuhan sehari-hari. Alam masih
sebagai tanda untuk berbagi. Rindangnya pepohonan sebagai rona dan pelengkap dalam proses
hidup membaur dan berdampingan. Bukti terciptanya keselarasan. Pembentukan berdasarkan
kisah nyata, langkah dan kehidupan seakan tumbuh selaras. Hubungan erat antara budaya dan
lingkungan adalah sangat jelas bagi masyarakat adat. Semua masyarakat adat memiliki hubungan
spritual, budaya, sosial dan ekonomi dengan wilyah tradisionalnya. Hukum-hukum adat, tradisi
dan praktek-praktek yang menggambarkan keterikatan atas tanah dan tanggung jawab untuk
melestarikan wilayah tradisional untuk kebutuhan generasi selanjutnya. Sebagai contoh di
Amerika Tengah, di lembah Amazon, Asia, Amerika Utara, Australia dan Afrika Utara,
keberlangsungan hidup dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat adat di sana tergantung
pada perlindungan wilayah dan sumberdayanya. Selama berabad-abad, hubungan antara
masyarakat adat dan lingkungannya telah terkikis dengan hilangnya kepemilikan wilayah atau
dipaksa pindah dari wilayah tradisional dan lokasi-lokasi penting mereka. Hak tanah, tata guna
lahan dan pengelolaan sumberdaya tetap merupakan masalah-masalah kritis bagi masyarakat
adat di seluruh dunia. Proyek-proyek pembangunan, penambangan, kegiatan kegiatan kehutanan
dan program-program pertanian terus-menerus menyingkirkan masyarakat adat. Kerusakan
lingkungan yang terjadi sangat besar: tumbuh-tumbuhan dan berbagai jenis satwa menjadi punah
atau terancam punah, ekosistem-ekosistem unik telah hancur, sungai dan tangkapan air lainya
telah terpolusi berat. Berbagai varietas tanaman-tanaman komersil telah menggantikan varietasvarietas lokal yang digunakan dalam sistem pertanian tradisional, yang mengakibatkan
peningkatan metode pertanian industrial. Momen penting dalam perjuangan hak-hak masyarakat
adat yang terkait dengan lingkungan terlihat jelas dalam Konferensi PBB Mengenai Lingkungan
dan Pembangunan (Konferensi Tingkat Tinggi Bumi atau sering disebut KTT Bumi) yang
diselenggarakan di Brazil pada 1992. Sejumlah instrumen hukum disahkan dalam KTT Bumi
tersebut, antara lain Deklarasi Rio, Agenda 21 dan Konvensi Keanekaragaman Hayati, yang
menjadi standar hukum internasional untuk melindungi hak-hak masyarakat adat atas
pengetahuan dan praktek-praktek tradisional yang mereka miiliki di wilayah-wilayah
pengelolaan lingkungan dan konservasi (dalam Lembar 10 Masyarakat Adat dan Lingkungan hal
1-2). Poin penting dari hasil pertemuan tersebut adalah saat ini kita memiliki kerangka hukum
internasional yang mengakui hubungan khusus yang dimiliki oleh masyarakat adat dengan
wilayah tradisionalnya. Penghargaan Masyarakat Terhadap Adat dan Lingkungan; secara jelas
bahwa pemerintah harus mengakui hak-hak warisan leluhur masyarakat adat untuk menempati,
memiliki dan mengelola wilayah tradisional dan teritorinya semakin bertambah banyak. Banyak
negara juga telah membentuk Kementerian Lingkungan dan menyusun Pernyataan dan Strategi
Strategi Kebijakan Lingkungan Skala Nasional. Meskipun beberapa pemerintah saat ini telah
melakukan konsultasi dengan masyarakat adat menyangkut masalah kepemilikan tanah dan
lingkungan, banyak juga pemerintah yang belum membuat peraturan hukum dan kebijakan yang
memungkinkan masyarakat adat mengklaim tanah-tanah adat atau mempromosikan partisipasi
masyarakat adat. Pada tatanan masyarakat kita (khususnya di Masyarakat Dayak), hubungan erat
antara lingkungan dan budaya menyngkut masyarakat adat sangat jelas terlihat, seperti misalnya
pengargaan masyarakat terhadap tradisi berkaitan dengan berladang. Pada tahapan berladang ini
sangat jelas terlihat bahwa adat dan tradisi begitu sangat dijunjung tinggi. Setiap memulai dan
mengahkiri kegiatan selalu memakai simbol-simbol adat dan tradisi adat sebagai patokan
penghargaan terhadap budaya (adat dan tradisi) dan lingkungan. Masyarakat adat sangat
menghargai lingkungan dan budaya dalam kehidupan mereka sehari-hari berkaitan kebiasaan dan
rutinitas. Penghargaan terhadap lingkungan (alam atau hutan) dan tentunya sangat berkaitan.
Kedua, Lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Dayak. Mengapa
dikatakan demikian, salah satu alasan sudah barang tentu adalah peran lingkungan dan budaya
sangat besar dalam kehidupan dan keberlangsungan hidup masyarakat. Ketiga, Penghargaan
terhadap lingkungan dan budaya terlihat dari antusias masyarakat adat yang selalu mengadakan
tradisi tahunan seperti Gawai Adat Dayak, Naik Dango, Nyapat Taun’t, Babantant
(membersihkan kampung laman benua dari segala sakit dan penyakit) dan banyak lagi kegiatan
lainnya. Hal ini sebagai simbol penghargaan terhadap lingkungkan (alam atau hutan) dan budaya
sebagai napas dan hidup tempat berpijak. Saat ini kondisi lingkungan semakin memprihatinkan.
Alam dan lingkungan semakin rusak, budaya semakin terkikis oleh perkembangan jaman.
Harapan satu-satunya adalah tinggal bagaimana kita semua, kaum muda untuk selalu menjunjung
tinggi nilai budaya dan selalu tanggap. Sebelum terlambat berbuatlah sekecil apapun itu,
lingkungan dan budaya akan menghargai kita apabila kita juga menghormati mereka.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/pit_kanisius/hubungan-erat-alam-dan-budayadalam-masyarakat_5510c9ed813311ca35bc70a6
PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN
Budaya
yang
dikembangkan
oleh
manusia
akan
berimplikasi
pada
lingkungan tempat kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan
suatu ciri khas dari masyara-katnya yang tampak dari luar, artinya orang asing.
Dengan menganalisis pengaruh akibat budaya terhadap lingkungan seseorang
dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan tertentu akan berbeda dengan
lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang berbeda pula.
Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam
kaidah dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan
mengandung banyak variabel yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem
terbuka. Pendekatan yang saling berhubungan dengan psikologi lingkungan
adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian sistemik antara beberapa
subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang melingkupi
satuan budaya yang ada.
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan
lingkungan:
Ø Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural seperti: temperatur,
curah hujan, iklim, wilayah geografis, flora dan fauna.
Ø Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses
sosia-lisasi seperti: norma - norma, adat istiadat, dan nilai-nilai.
Ø Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan
keeper-cayaan kognitif yang berbeda beda pada setiap masyarakat mengenai
Iingkungannya.
Ø
Environmental
Behavior
and
Process,
meliputi
bagaimana
masyarakat
menggunakan lingkungan dalam hubungan sosial.
Ø Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komu-nitas, kota beserta usaha-usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan
fisik seperti budaya pertanian dan iklim.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan
dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku,
norma, nilai dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu
masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Pengaruh Budaya Terhadap Lingkungan
ANALISIS ARTIKEL
1) Studi Literatur
a. Kebudayaan
Kebudayaan merupakan kata berimbuhan dari kata dasar budaya. Budaya atau
kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu budayyah, yang merupakan bentuk jamak dari
buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia
(duniabaca.com).
Dalm Bahasa Inggris, kebudayaan disebut dengan culture yang berasal dari Bahasa Latin
Colere, yang berarti mengolah atau mengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia culture sudah
menjadi kata serapan yaitu kultur.
Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan
Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam ehidupan seharihari kita melihat segala upaya yang dilakukan manusia untuk menemukan dan penciptakan suatu
inovasi merupakan proses dan hasil dari budaya.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,
norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,
tambahan lagi, segala penryataan intelektual dan artistik yng menjadi ciri khas suatu masyarakat
(wikipedia.org).
Sedangkan definisi dari Ki Hajar Dewantara, mengartikan kebudayaan sebagai buah budi
manusia yang merupakan perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yaitu zaman alam
yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai macam rintangan dan
kesukaran dalam hidup (fadila-hasnan93.blogspot.com).
Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya
ditujukan
untuk
membantu
manusia
dalam
melangsungkan
kehidupan
bermasyarakat.
Jadi, kebudayaan merupakan suatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan yang
meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam fikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak. Namun, kebudayaan dapat dilihat dari perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata yang ada di lingkungan masyarakat sebagai wujud ciptaannya
sebagai makhluk yang berbudaya.
Setiap mansyarakat memiliki tujuh unsusr kebudayaan (cultural universal) yang
dikemukan oleh C. Kluckhon, yaitu:
1) Sistem religius (homo religius)
Merupakan produk manusia sebagai makhluk homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan
pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekutan lain yang
Maha Besar. Karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan yang
sekarang menjadi agama.
2) Sistem organisasi kemasyarakatn (homo socius)
Merupakan produk manusia sebagai homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun
memiliki akal, maka disusunlah organisasi kemasyarakatan di mana manusia bekerja sama untuk
meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
3) Sistem pengetahuan (homo safiens)
Merupakan produk manusia sebagai homo safiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran
sendiri maupun dari orang lain.
4) Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi (homo economicus)
Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan
manusia secara umum terus meningkat.
5) Sistem peralatan hidup dan teknologi (homo faber)
Marupakan produk manusi sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan
dibantu dengan tangannya manusia dapat membuat dan menggunakan alat, dengan alat-alat
ciptaannya itulah manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya.
6) Kesenian
7) Sistem bahasa
Ketujuh hal ini, oleh C. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Univesral Categories of
Culture, disebur sebagai tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal (cultural universals).
Unsur-unsur ini merupakan perwujudan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dan
memelihara eksistensi diri dan kelompokknya.
Usaha yang dilakukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya antara lain
melahirkan teknologi yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dan menjalani
kehidupannya di dalam lingkungan. Sehingga Ridwan Effendi dan Elly Malihah (2007:112)
mengemukakan bahwa kebudayaan berperan sebagai:
1) Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompoknya.
2) Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3) Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia, termasuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
4) Pembeda manusia dan binatang.
5) Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku di dalam
pergaulan.
6) Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan
sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7) Sebagai modal dasar pembangunan.
Kebudayaan memiliki fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, untuk
menaklukkan berbagai macam kekuatan yang harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti
kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik
secara spiritual maupun materil.
b. Proses Perkembangan Budaya
Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta, karsa dan rasa manusia
oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya sejalan dengan
perkembangan manusia itu. Perkembangan terebut dimaksudkan untuk kepentingan manusia
sendiri, karena kebudayaan diciptakan oleh dan untuk manusia.
Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia
membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif. Karena kemampuannya beradaptasi
secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkan diri sebagai makhluk yang tertinggi
derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.
Suatu masyarakat akan terus berupaya mengadakan proses modernisasi pada berbagai
bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan bidang iptek,
namun demikian, tidaklah luput dari perhatian masyarakat tersebut untuk berupaya menelusuri,
mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jati
diri sebagai masyarakat yang bermartabat.
Proses belajar budaya meliputi tiga hal, yaitu:
1) Proses Interelasi
Manusia terlahir dengan potensi bawaan; perasaan, hasrat, nafsu, emosi dan seterusnya.
Sepanjang hidupnya manusia menanamkan dalam kepribadiannya hal-hal yang diperlukan dalam
kehidupan. Individu berusaha memenuhi hasrat dan motivasi dalam dirinya; beradaptasi, belajar
dari alam dan lingkungan sosial dan budayanya.
2) Proses Sosialisasi
Individu belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan sesama, dari individu yang
menduduki aneka peranan sosial. Sosialisasi berarti proses belajr anggota masyarakat untuk
mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.
3) Proses Enkulturasi
Individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran dan sikapnya dengan adat istiadat, sistem
norma, dan peraturan-peraturan dalam kebudayaannya. Pada awalnya manusia meniru, sesuai
dengan perkembangan kehidupan, ‘membaca’, menghayati, hingga menjadi pola tindakan.
Budaya mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Kebudayaan dari
kelompok sosial tidak secara komplit ditentukan oleh lingkungan fisik saja, namun lingkungan
tersebut memberikan peluang untuk terbentuk hingga berkembangnya suatu budaya. Ada enam
tahap
perkembangan
kebudayaan
yang
kita
kenal
secara
umum
(mustofaabihamid.blogspot.com), yaitu:
1) Cultural Evolution
Prose evolusi dari suatu masyarakat dan kebudyaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti, seolaholah dari dekat secara detail atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan
perubahan-perubahan yang besar saja. Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail
akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagi macam proses perubahan yang terjadi dalam
dinamuka kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
2) Diffusion Process
Proses difusi ini terjadi karena adanya penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di
muka bumi. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan dan sejarah juga ikut menyebar. Salah satu
bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya
migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, seperti
para pedagang dan pelaut.
3) Aculturation Process
Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan
diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
4) Asimilation Process
Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang
berbeda-beda. Kemudian saling bergaul secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga
kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga
unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang
campuran.
5) Innovation
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal,
pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat
erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya
membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu dicovery dan
invention.
6) Discovery dan Invention
Discovery adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat
baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam
masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudai
mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya
kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para
penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yang ditampilkan sangat bertolak belakang
dengan budaya yang dianut di dalam kelompok sosialnya. Yang diperlukan disini adalah kontrol
sosial yang ada di masyarakat, yang menjadi suatu ‘cambuk’ bagi komunitas yang menganut
kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuai dan
man yang tidak sesuai (Effendi Ridwan dan Elly Malihah, 2007: 114).
c.
Pegaruh Budaya Terhadap Lingkungan
Budaya tercipta atau terwujud sebagai hasil dari interaksi antara manusia dengan segala
isi yang ada di alam raya ini. manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan dibekali
akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan pada hakikatnya manusia
merupakan khalifah di atas bumi ini. Selain itu, manusia juga diberi kelebihan dalam hal akal,
kecerdasan, kemauan, dan daya khayal.
Dengan semua potensi dan kemampuan yang dimiliki manusia, maka manusia bisa
menciptakan kebudayaan. Jika demikian, tentu ada hubungan antara manusia dengan
kebudayaan. Kebudayaan merupakan produk dari manusia, manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusi ayang menciptakannya dan
manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus ada
selama ada manusia sebagai pendukungnya (bukittingginews.com).
Beberapa variabel yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan :
1) Phisival Environment, yaitu lingkungan fisik menunjuk kepada lingkungan natural seperti flora,
fauna, iklim, dan sebagainya.
2) Cultural Social Environment, meliputi aspek-aspek kebudayaan beserta proses sosialisasinya
seperti norma-norma, adat istiadat , dan nilai-nilai.
3) Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan kepercayan kognitif
4)
yang berbeda-beda pada setiap masyarakat mengenai lingkungannya.
Environmental Behaviordan and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
5) Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia, seperti membangun rumah, komunitas,
dan sebagainya.
Jadi, kebudayaan yang berlaku dan berkembang dalam lingkungan masyarakat tertentu
akan berimplikasi terhadap pola tata kelakuan, norma, nilai, dan aspek kehidupan lainnya yang
menjadi ciri khaas suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya.
Kebudayaan yang telah ada dalam suatu lingkungan masyarakat tidak mungkin terhindar
dari kebudayaan yang berasal dari kelompok lainnya, dikarenakan adanya kontak dan juga
interaksi dia antara keduanya. Suatu kelompok sosial akan mengadopsi suatu kebudayaan
tertentu bilamana kebudayaan tersebut berguna untuk mengatasi permasalah dan tuntutan yang
ada saat itu.
Budaya terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Perkembangan zaman akan
mendorong terjadinya perubahan diberbagai bidang. Maka dari itu mau tidak mau kebudayaan
yang dianut suatu kelompok akan mengalami pergeseran hingga perubahan.
Perubahan kebudayaan harus disertai dengan adanya kontrol atau kendali terhadap
perilaku masyarakat yang tampak dari pelaku kebudayan itu sendiri. Jika budaya dan
kebudayaan yang berkembang tidak disertai dengan kontrol atau kendali maka kemungkinan
yang akan terjadi adalah perilaku yang ditampilkan akan bertolak belakang dengan budaya yang
dianut suatu kelompok sosial yang ada dalam masyarakat. Kontrol/kendali sosial yang ada di
masyarakat sehingga dapat memilah-milah mana kebudayaan yang sesuai dan mana yang tidak
sesuai.