MAKALAH Perilaku Komunikasi Antar umat b
MAKALAH
“Perilaku Komunikasi Antar umat beragama Di
Asrama Kujang Jawa Barat- Yogyakarta”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS
Dosen Pengampu : Dr. Roma Ulinnuha, M.Hum.
DISUSUN OLEH:
RIZAL HEMA SAPRUDIN
NIM:
(14520040)
PROGRAM STUDI AGAMA - AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kemajemukan dan keberagamaan didalam kehidupan adalah seuatu
hal yang sudah sunatullah dalam hidup ini, dalam hidup tanpa disadari
banyak perilaku-perilaku komunikasi yang dilakukan untuk saling menengal
dan berdialog baik secara langsung ataupun tidak langsung (non verbal).
Bukan hanya kepada sesama pemeluk yang berkeyakinan sama tetapi juga
kepada seluruh manusia yang hidup di tengah-tengah kita dengan berbagai
macam perilaku dan keberagamaan di sekitar kita.
Sekilas tentang Asrama Kujang Jawa Barat- Yogyakarta, asrama ini
terletak di jalan pengok kidul, No.14 Kelurahan Baciro Kecamatan
Gondokusuman Kota Yogykarta. Asrama ini di huni oleh Warga-Mahasiswa
jabar yang sedang kuliah di Yogyakarta, Mahasiswa yang menghuni di
asrama tersebut tidak hanya dari 1 kabupaten di jawabarat tapi dari seluruh
kabupaten jabar tepatnya dari 16 kabupaten di jabar1.
Disetiap kabupaten memiliki budaya dan khas yang berbeda-beda
serta perilaku dan keragamaan serta keberagamaan yang berbeda-beda
walaupun tetap 1 bahasa yaitu sunda walaupun bahasa sunda yang begitu
variatif dan banyak versi. Dari mulai yang sunda biasa percakapan hingga
yang sunda halus atau sunda buhun(sangat halus) Walaupun 1 bahasa
masyarakat sunda jabar-yogya dapat di golongkan juga dengan masyarakat
multikultural, karena setiap kabupaten mempunyai ciri khas masing-masing
selain itu pula terdapat perbedaan bahasa yang hampir ataupun tidak
dijumpai di kab. Lain, selain keduanya perbedaan keragamaan agama juga
menghiasi tanah sunda sebagai tanah yang subur akan budaya dan perilaku
sosial- agama, misal agama yang berkembang di tatar sunda diantaranya
hindu, budha, Kristen, Katolik, dan Islam. Dalam keberagaman keyakinan
tersebut mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta
hidup rukun di lingkungan asrama.2
1
2
Wawancara Dengan Ki Demang Wangsyafudin S.H
Wawancara Dengan Rofiqul Ma’arif Syam Ketua IKPM Jabar-Yogyakarta
2
Sikap dan perilaku masyarakat Jabar-Yogya dalam menghormati dan
menghargai satu sama lain yang berbeda agama mempunyai karakteristik
tersendiri dan unik seperti dalam penggunaan bahasa, baik verbal maupun
nonverbal. Misalnya Anggota Kab. Kuningan yang beragama Kristen
Katolik mengucapkan salam menggunakan assalamu’alaikum(Islam) dan
hom suastiastu (Hindu) secara beriringan saat memulai rapat, ataupun
kumpul dalam acara keagamaan yang diselenggarakan di Asrama tersebut.
Fenomena di atas menginspirasi peneliti untuk melihat bagaimana
perilaku komunikasi antarumat beragama di Asrama Kujang JabarYogyakarta, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Oleh karena itu penulis
mencoba menelusuri Bagaimana Perilaku Komunikasi Antar umat
Beragama di Asrama Kujang Jabar-Yogyakarta?
3
PEMBAHASAN
Teori
A. Etnografi Penelitian
Studi etnografi komunikasi adalah pengembangan dari antropologi
linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi.Studi ini diperkenalkan
pertama kali oleh Dell Hymes pada tahun 1962, sebagai kritik terhadap ilmu
linguistik yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja.Definisi
etnografi komunikasi sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam
perilaku komunuikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa
dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda- beda kebudayaan.
Hymes dalam Engkus Kuswanto menjelaskan ruang lingkup kajian
etnografi komunikasi sebagai berikut:
Pola dan fungsi komunikasi.
Hakikat dan definisi masyarakat tutur.
Cara-cara berkomunikasi.
Komponen-komponen kompetensi komunikatif.
Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan
organisasi sosial.
Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial.
Secara singkat etnografi komunikasi merupakan pendekatan terhadap
sosiolinguistik bahasa, yaitu melihat penggunaan bahasa secara umum
dihubungkan dengan nilai-nilai sosial dan kultural. Sehingga tujuan
deskripsi etnografi adalah untuk memberikan pemehaman global mengenai
pandangan dan nilai-nilai suatu masyarakat sebagai cara untuk menjelaskan
sikap dan perilaku anggotanya. Dengan kata lain etnografi komunikasi
menggabungkan sosiologi (analisis interaksinal dan identitas peran) dengan
4
antropologi
(kebiasaan
penggunaan bahasa
dan filosofi
yang
melatarbelakanginya) dalam konteks komunikasi, atau ketika bahasa itu
dipertukarkan.3
B. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau
kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses
komunikasi.
Sementara Siti Chotijah dalam tesisnya memandang perilaku
komunikasi sebagai cara bagaimana individu berkomunikasi, yang meliputi
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Cara komunikasi dapat
diartikan sebagai cara berbicara, pemilihan bahasa, penggunaan isyarat,
gestural, facial,
maupun postural dalam berkomunikasi.
Bahasa dipahami sebagai sebuah institusi social yang dirancang,
dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau
subkultur yang terus menerus berubah. Karenanya bahasa dari setiap daerah
atau kultur akan berbeda dengan kultur yang lain.4
C. Komunikasi Interpesonal
Definisi kontekstual mengarah pada suatu komunikasi antara dua
individu atau lebih, yang mana individu-individu tersebut secara fisik saling
berinteraksi, saling memberikan feedback, dan terjadi dalam keadaan
spontan. Sementara definisi faktual mengarah pada komunikasi yang terjadi
antara beberapa individu (bukan banyak individu) yang saling kenal satu
sama lainnya dalam periode waktu tertentu. Artinya hubungan yang dijalin
didasarkan pada kualitas orang yang diajak bicara. Dengan demikian ada
fakta yang harus diperhatikan, bahwa dalam berkomunikasi perhatian kita
justru lebih tertuju kepada figur orang yang berkomunikasi dengan kia.
Dalam hal ini, “siapa” lebih penting dari “apa”.
3
Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya,
(Bandung: Widya Padjajaran, 2008), hlm. 11
4
Siti Chotijah, Potret Perilaku Komunikasi Perempuan Jawa Anggota Kelompok Batik
Tulis Sungging Tumpuk Imogiri Bantul, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011), hlm.
56
5
Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, artinya
suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Komunikasi
interpersonal mempunyai banyak tujuan, di antaranya: mengungkapkan
perhatian kepada orang lain, menemukan diri sendiri, menemukan dunia
luar,
membangun
dan
memelihara
hubungan
yang
harmonis,
memengaruhisikap dan tingkah laku (perilaku) serta menghilangkan
kerugian akibat salah komunikasi (miss communication). 5
D. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai pertukaran makna melalui
bahasa atau kata-kata. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata
yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat
yang mengandung makna.6
E. Komunikasi Non Verbal
Burgoon dan Saine dalam Judy C. Person mengartikan komunikasi
nonverbal sebagai Perilaku seseorang, selain
penggunaan kata-kata,
yang memiliki makna sosial bersama, sengaja dikirim atau ditafsirkan,
secara sadar diterima, dan memiliki potensial untuk mendapatkan tanggapan
dari penerima.
Komunikasi nonverbal tercermin melalui perilaku-perilaku seperti
mimik muka, gerak tubuh, ekspresi wajah, gerakan otot maupun komunikasi
tubuh lainnya. Komunikasi nonverbal digunakan sebagai penyambung dan
penegas dari komunikasi verbal dalam proses interaksi dengan manusia
lainnya, yang meliputi enam jalan: pengulangan (to repeat), penekanan (to
emphasize), melengkapi (to complement), dan menentang (to contradict).
Komunikasi nonverbal berdasarkan pendekatan struktural mempunyai
sebuah sistem kode.Sistem kode ini merupakan sejumlah perilaku yang
digunakan untuk menyampaikan makna. Jude Burgoon menggambarkan
sistem kode nonverbal memiliki sejumlah perangkat struktural berikut:
5
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm.3
Skripsi Rizal Mahri, perilaku komunikasi antarumat beragama di plumbon banguntapan
bantul Yogyakarta.
6
6
1. Kode nonverbal cenderung bersifat analog (seperti tingkat suara, terang
cahaya, ekspresi wajah dan intonasi vokal) daripada digital (seperti
angka dan huruf).
2. Pada sebagian kode nonverbal-berarti tidak semua-terdapat faktor yang
disebut iconicity, yaitu kemiripan (resemblance). Kode nonverbal
menyerupai objek yang tengah disimbolkan, misalnya ketika kita
menggambarkan bentuk sesuatu di udara dengan menggunakan jari kita.
3. Beberapa kode nonverbal memakai makna universal. Misalnya
seseorang yang kebelet ingin ke toilet.
4. Kode nonverbal memungkinkan transmisi sejumlah pesan secara
serentak: ekspresi wajah, tubuh, suara, dan tanda lainnya serta beberapa
pesan berbeda lainnya dapat dikirim sekaligus.
5. Tanda nonverbal sering kali menghasilkan tanggapan otomatis tanpa
berpikir. Misalnya kita menginjak rem motor karena ada orang
menyeberang jalan tiba-tiba.
6. Tanda nonverbal sering kali ditunjukkan secara spontan. Misalnya
ketika seseorang merasa cemas (nervous), sering kali ia bermain- main
dengan rambutnya atau menggoyangkan kaki.7
Komunikasi nonverbal mempunyai beberapa bentuk, di antaranya
kinesics(ekspresi wajah, gerak tubuh, postur dan sentuhan), proxemics dan
paralanguage.
a. Kinesik (Kinesics)
Kinesik atau yang lebih dikenal dengan bahasa tubuh atau gerakan
tubuhpertama kali dipopulerkan oleh Ray Birdwhistel. Kinesik
dipahami sebagai komunikasi nonverbal melalui gerakan tubuh
seseorang atau bagian-bagian tubuh. Kinesik dalam penelitian ini
meliputi ekspresi wajah, gerak isyarat, postur dan sentuhan.
b. Ekspresi wajah(Facial)
Ekspresi wajah merupakan pengaturan dari otot-otot muka untuk
berkomunikasi dalam keadaan emosional atau reaksi terhadap pesanpesan.Ekspresi wajah kita terutama penting dalam menyampaikan
keenam dasar emosi yaitu kegembiraan, kesedihan, kejutan, ketakutan,
7
Morissan, Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan,
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 92-93.
7
kemarahan, dan kemuakan. Ekspresi wajah begitu penting bagi
komunikasi antarpribadi di mana orang telah menemukan sistem
penyampaian ekspresi wajah secara online.
c. Gerak isyarat (Gesture)
Gerak isyarat merupakan komunikasi nonverbal dalam bentuk
gerakan tangan, lengan, dan jari-jari yang kita gunakan untuk
menjelaskan atau untuk menegaskan komunikasi verbal. Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, gerak isyarat (gesture) dapat
memberikan dukungan atau tekanan yang lebih atas komunikasi
Verbal yang kita lakukan. Ekman (1992) membagi gesture ke
dalam tiga kategori: manipulators, illustrator dan emblems.
1) Sikap badan (Posture)
Sikap badan atau postur merupakan posisi dan gerakan tubuh yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai adanya penuh
perhatian, rasa hormat, dan kekuasaan. Orientasi tubuh (body
orientation) mengacu pada postur kita dalam hubungan dengan orang
lain. Menghadapi orang lain secara jujur dinamakan orientasi tubuh
secara langsung (direct body orientation). Apabila postur dua orang ada
sudut pandang yang tidak berhadapan, ini yang dinamakan orientasi
tubuh tidak langsung (indirect body orientation) menunjukkan tidak
adanya perhatian dan sikap sopan atau hormat.
2)
Sentuhan(Touch)
Sentuhan secara formal dikenal dengan istilah haptics, yaitu
menempatkan bagian dari tubuh dalam kontak dengan sesuatu.Ini
merupakan bentuk pertama dari komunikasi nonverbal yang kita alami.
Perilaku menyentuh merupakan aspek fundamental komunikasi
nonverbal pada umumnya dan mengenai perkenalan diri (self
presentation) pada khususnya. Sentuhan sebagai bahasa nonverbal
terbagi menjadi tiga macam:
a. Kinesik
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu
sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
b. Sociofugal
8
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling
merangkul.
c. Thermal
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang
terlalu
emosional
sebagai
tanda
persahabatan
yang
begitu
intim.Misalnya menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu
F. Suara (Paralanguage)
Paralanguage atau vocalics adalah “suara” nonverbal apa yang kita
dengar bagimana sesuatu dikatakan, atau dengan kata lain cara pengucapan
bahasa verbal. Paralanguage meliputi empat aspek: pola titinada, volume,
kecepatan, dan kualitas. Pola titinada atau yang disebut pith merupakan
tinggi atau rendahnya nada vokal. Orang menaikkan atau menurunkan pola
titinada vokal dan mengubah suara untuk mempertegas gagasan,
menunjukkan
pertanyaan
dan
memperlihatkan
kegugupan.Volume
merupakan keras lembutnya nada.Kecepatan (rate) mengacu pada
kecepatan pada saat orang berbicara.Orang cenderung berbicara lebih cepat
apabila sedang berbahagia, terkejut, gugup atau sedang gembira.Berbicara
lebih lambat apabila mereka sedang memikirkan jalan keluar penyelesaian
atau mencoba menegaskan pendiriannya. Sementara kualitas merupakan
bunyi dari suara seseorang.
Menurut Chen dan Strarosta sebagaimana dikutip Muhammad
Budyatna dan Leila Mona bahwa terdapat beberapa perbedaan kultural dan
gender dalam penggunaan paralanguage. Di Timur Tengah, berbicara
keras sebagai pertanda kuat dan hati yang tulus. Orang-orang Hongkong
menggunakan suara yang nyaring dan eskpresif.Apa yang di Amerika
Serikat sebagai gangguan vokal tidak dianggap sebagai gangguan di Cina,
dengan menggunakan pengisi mengisyaratkan kearifan dan merupakan hal
9
yang menarik.
Kerangka Pemikiran
Perilaku komunikasi antar umat beragama secara singkat kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan skema berikut:
Berdasarkan skema di atas, penelitian tentang komunikasi antarumat
beragama di Asrama Kujang Jabar-Yogyakarta akan dilihat dalam dua
bentuk perilaku komunikasi yaitu komunikasi verbal dan perilaku
komunikasi non verbal. Perilaku komunikasi verbal akan dilihat pada jenis
verbal dan perilaku nonverbal. Perilaku komunikasi verbal akan dilihat pada
jenis bahasa yang digunakan serta tingkatan bahasanya. Sementara perilaku
komunikasi nonverbal akan dilihat pada bentuk-bentuk komunikasi
nonverbal
yang
meliputi
kinesik,
paralanguage
dan
olfactory
communication.
Analisis
Perilaku Komunikasi Verbal
Umat Beragama di Asrama Kujang saling bekomunkasi satu dengan
yang lainnya, termasuk kepada umat beragama. Hal ini di sebabkan karena
asrama kujang di huni oleh beragam agama yaitu Islam, dan
Kristen/Katolik. Komunikasi verbal yang mereka lakukan tersalurkan
melalui bahasa. Bahasa dijadikan sebagai alat pertukaran pesan dalam
komunikasi antar umat beragama. Peneliti menemukan bahasa yang
digunakan dalam percakapan antarumat beragama di asrama kujang terdiri
10
dari dua bahasa sunda dan jawa. Namun sebagian besar komunikasi yang
dilakukan oleh umat beragama satu dengan umat beragama lainnya di
asrama kujang menggunakan bahasa sunda.
Pengunaan bahasa sunda menunjukan bahwa umat bergama di asrama
merupakan orang sunda.
Hasil interview menunjukan bahasa sunda yang digunakan sebagian
besar oleh umat beragama di asrama sebagai identitas yang menunjukan
bahwa mereka orang sunda, yang memiliki bahasa, norma, serta
kepercayaan sebagai orang sunda. “didieu mah unggal dinten’na ngangge
bahasa sunda, kumargi nu calik didieu teh mung ti sunda wungkul”.
Penggalan pernyataan yang peneliti temui di atas menunjukan bahwa bahasa
memiliki fungsi sebagai identitas. Bahasa sunda yang digunakan oleh umat
bergama satu dengan lainnya dalam berkomunikasi merupakan hasil dari
pembentukan kebiasaan dalam lingkup sosial sejak dari lahir. Devito
menyatakan bahwa bahasa merupakan identitas dan trasmisi budaya seperti
budaya orang inggris yang lahir dari seorang ibu yang inggris, maka akan
menggunakan bahasa inggris sebagai identitas dan bahasa ibunya.
Contoh komunikasi antar umat beragama dalam perayaan pelantikan
antar komda daerah jawabarat, misal daerah kuningan dalam pelantikan
komda kuningan, terdapat anggota pengurus yang beragama kristen/katolik.
Dimulai salam yang dari berbagai macam agama hingga pengambilan
sumpah. Dimana ketua ada saling membantu membimbing sumpah jabatan.
Bukan dari itu minoritas agama kristen/katolik di asrama kujan tidak
menutup untuk saling membantu dalam hal acara-acara keagamaan lain
yang bernuansa budaya, seperti acara sarahsehan umat beragama, ataupun
doa bersama, serta seminar/diskusi-diskusi keagamaan lainnya.
Perilaku Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal, sebagaimana komunikasi verbal memiliki
keragaman bentuk yang berbeda-beda. Faktor-faktor personal maupun
faktor situasional akan memberikan warna yang berbeda dalam setiap
komunikasi nonverbal yang terjadi. Komunikasi nonverbal yang mereka
(umat beragama satu dengan umat beragama lain) lakukan tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal digunakan
hampir dalam setiap kesempatan saat berkomunikasi. Berbagai jenis
11
komunikasi nonverbal ditemukan dalam obeservasi yang peneliti lakukan
diantaranya:
1. Kinesik (kinesics)
Kinesik dipahami sebagai komunikasi non verbal melalui gerakan
tubuh seseorang atau bagian-bagian tubuh. Pesan kinesik ini dibagi
dalam 4 macam, gestutal, facial, postural dan sentuhan. Pesan-pesan
kinesik yang ditemukan peneliti sebagai berikut:
a. Gestural
Tindakan reflek tangan ketika berbicara untuk mengungkapkan
setuju atau tidaknya sebuah ajakan, untuk mengerjakan sesuatu,
misal dalam acara besar kebudayaan & keagamaan yang melibatkan
semua pengurus misal anggota sebut saja neng lisa (agama katolik)
disuruh berpartisipasi dalam sarahsehan lintas iman ketika dalam
acara tersebut ada reflek tangan bahwa dia engga ikut membantu
membereskan tempat seusai acara, sarahsehan tersebut padahal
temannya yang bernama ayu(agama islam) mengajaknya untuk ikut
bersih-bersih selesai acara tersebut.
b. Facial
Pesan Facial dalam komunikasi antarumat beragama dapat dilihat
dari penggunaan mata atau mimik muka. Senyum adalah bentuk
komunikasi facial yang dilakukan oleh umat beragama satu dengan
umat beragama lain. Ketika proses Cek Sound sebelum milangkala
kab. Subang ada sebut saja neng ita (agama katolik) yang berbeda
keyakinan ketika proses tersebut ikut tersenyum dan bernyanyi
bareng dengan eskpresi gembira pada waktu acara cek sound
dilakukan bahakan turut serta membantu persiapan perfome dari
para personil dan crew kang lutfhi (agama islam).
c. Postural
Posisi gerakan tubuuh secara keseluruhan memberikan postur yang
berbeda-beda dalam komunikasi antar umat beragama di asrama
kujang jabar. Misal ada anggota yang tidak menetap di situ
kebetulan dia salah satu personil kang beny (islam) sanggar yang
mengadakan acara liwetan(maka-makan) setelah perfome dan akhir
pengurusan sanggar, distitu terjadi berbaur dengan berbagai macan
12
personil terutama sebut saja neng lia(katolik) yang ikut serta dalam
acara tersebut.
d. Sentuhan
Misal dalam acara pelantikan kepengurusan diadakan jabatan
tangan antar seluruh komda daerah sebagai ucapan selamat misal di
awali
dari
sesepuh
sebut
saja
kang
armand(Islam)
yang
mengucapkan selamat dan sukses dalam bertugas kepada sebut saja
neng
iceu(katolik)
untuk
menjalankan
roda
keperngurusan
selanjutnya.
PENUTUP
Disini peneliti menumukan bagaiamana intekasi antar umat beragama
tercipta melalui komunikasi yang beragam baik dalam komunikasi verbal
ataupun nonverbal dimana semuanya memliki keunikan. Hasil temua ini
menciptakan suatu warna dimana komunikasi antar umat beragama di
lingkup asrama kujang jabar-jogja sangat terbangun, toleransi dan
kebersamaan selalu di junjung tinggi dan diperhatikan serta di aplikatifkan
dalam keseharian, rasa kekeluargaan yang begitu nampak membuat warna
semakin menjadi cerah, karena dalam urusan sosial semua orang berhak dan
pastinya mempunyai hak dalam kontribusi bagi suksesnya seluruh kegitan
program maupun membangun rasa tenang damai dan tentram dalam setiap
acara dan terjalin sebuah sistem komunikasi yang menjadi nilai tersendiri
dimana jauh dari rasa saling curiga dan diskriminatif satu dengan yang lain.
Menuju masyarakat Jabar-Yogyakarta yang toleran dan menciptakan rasa
kekeluargaan yang kental dan saling tolong menolong memajukan budaya
dan saran unjuk gigi kepada masyarakat IKPM provinsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara
dengan
sesepuh
adat
jabar-yogyakarta
Ki
Demang
Wangsyafudin, S.H
Wawancara dengan ketua jabar-yogyakarta Rafiqul Ma’arif Syam.
Morissan,
2009.
Teori
Komunikasi
Tentang
Komunikator,
Pesan,
Percakapan dan Hubungan, Bogor: Ghalia Indonesia
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu
13
Kuswarno, Engkus. 2008 Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan
Contoh Penelitiannya, Bandung: Widya Padjajaran
Chotijah, Siti. 2011. Potret Perilaku Komunikasi Perempuan Jawa Anggota
Kelompok Batik Tulis Sungging Tumpuk Imogiri Bantul, Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Skripsi Mahri, Rizal. 2014. Perilaku komunikasi antarumat beragama di
plumbon banguntapan bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Di Upload
14
“Perilaku Komunikasi Antar umat beragama Di
Asrama Kujang Jawa Barat- Yogyakarta”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS
Dosen Pengampu : Dr. Roma Ulinnuha, M.Hum.
DISUSUN OLEH:
RIZAL HEMA SAPRUDIN
NIM:
(14520040)
PROGRAM STUDI AGAMA - AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kemajemukan dan keberagamaan didalam kehidupan adalah seuatu
hal yang sudah sunatullah dalam hidup ini, dalam hidup tanpa disadari
banyak perilaku-perilaku komunikasi yang dilakukan untuk saling menengal
dan berdialog baik secara langsung ataupun tidak langsung (non verbal).
Bukan hanya kepada sesama pemeluk yang berkeyakinan sama tetapi juga
kepada seluruh manusia yang hidup di tengah-tengah kita dengan berbagai
macam perilaku dan keberagamaan di sekitar kita.
Sekilas tentang Asrama Kujang Jawa Barat- Yogyakarta, asrama ini
terletak di jalan pengok kidul, No.14 Kelurahan Baciro Kecamatan
Gondokusuman Kota Yogykarta. Asrama ini di huni oleh Warga-Mahasiswa
jabar yang sedang kuliah di Yogyakarta, Mahasiswa yang menghuni di
asrama tersebut tidak hanya dari 1 kabupaten di jawabarat tapi dari seluruh
kabupaten jabar tepatnya dari 16 kabupaten di jabar1.
Disetiap kabupaten memiliki budaya dan khas yang berbeda-beda
serta perilaku dan keragamaan serta keberagamaan yang berbeda-beda
walaupun tetap 1 bahasa yaitu sunda walaupun bahasa sunda yang begitu
variatif dan banyak versi. Dari mulai yang sunda biasa percakapan hingga
yang sunda halus atau sunda buhun(sangat halus) Walaupun 1 bahasa
masyarakat sunda jabar-yogya dapat di golongkan juga dengan masyarakat
multikultural, karena setiap kabupaten mempunyai ciri khas masing-masing
selain itu pula terdapat perbedaan bahasa yang hampir ataupun tidak
dijumpai di kab. Lain, selain keduanya perbedaan keragamaan agama juga
menghiasi tanah sunda sebagai tanah yang subur akan budaya dan perilaku
sosial- agama, misal agama yang berkembang di tatar sunda diantaranya
hindu, budha, Kristen, Katolik, dan Islam. Dalam keberagaman keyakinan
tersebut mereka saling menghargai dan menghormati satu sama lain serta
hidup rukun di lingkungan asrama.2
1
2
Wawancara Dengan Ki Demang Wangsyafudin S.H
Wawancara Dengan Rofiqul Ma’arif Syam Ketua IKPM Jabar-Yogyakarta
2
Sikap dan perilaku masyarakat Jabar-Yogya dalam menghormati dan
menghargai satu sama lain yang berbeda agama mempunyai karakteristik
tersendiri dan unik seperti dalam penggunaan bahasa, baik verbal maupun
nonverbal. Misalnya Anggota Kab. Kuningan yang beragama Kristen
Katolik mengucapkan salam menggunakan assalamu’alaikum(Islam) dan
hom suastiastu (Hindu) secara beriringan saat memulai rapat, ataupun
kumpul dalam acara keagamaan yang diselenggarakan di Asrama tersebut.
Fenomena di atas menginspirasi peneliti untuk melihat bagaimana
perilaku komunikasi antarumat beragama di Asrama Kujang JabarYogyakarta, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta. Oleh karena itu penulis
mencoba menelusuri Bagaimana Perilaku Komunikasi Antar umat
Beragama di Asrama Kujang Jabar-Yogyakarta?
3
PEMBAHASAN
Teori
A. Etnografi Penelitian
Studi etnografi komunikasi adalah pengembangan dari antropologi
linguistik yang dipahami dalam konteks komunikasi.Studi ini diperkenalkan
pertama kali oleh Dell Hymes pada tahun 1962, sebagai kritik terhadap ilmu
linguistik yang terlalu memfokuskan diri pada fisik bahasa saja.Definisi
etnografi komunikasi sendiri adalah pengkajian peranan bahasa dalam
perilaku komunuikatif suatu masyarakat, yaitu cara-cara bagaimana bahasa
dipergunakan dalam masyarakat yang berbeda- beda kebudayaan.
Hymes dalam Engkus Kuswanto menjelaskan ruang lingkup kajian
etnografi komunikasi sebagai berikut:
Pola dan fungsi komunikasi.
Hakikat dan definisi masyarakat tutur.
Cara-cara berkomunikasi.
Komponen-komponen kompetensi komunikatif.
Hubungan bahasa dengan pandangan dunia dan
organisasi sosial.
Semesta dan ketidaksamaan linguistik dan sosial.
Secara singkat etnografi komunikasi merupakan pendekatan terhadap
sosiolinguistik bahasa, yaitu melihat penggunaan bahasa secara umum
dihubungkan dengan nilai-nilai sosial dan kultural. Sehingga tujuan
deskripsi etnografi adalah untuk memberikan pemehaman global mengenai
pandangan dan nilai-nilai suatu masyarakat sebagai cara untuk menjelaskan
sikap dan perilaku anggotanya. Dengan kata lain etnografi komunikasi
menggabungkan sosiologi (analisis interaksinal dan identitas peran) dengan
4
antropologi
(kebiasaan
penggunaan bahasa
dan filosofi
yang
melatarbelakanginya) dalam konteks komunikasi, atau ketika bahasa itu
dipertukarkan.3
B. Perilaku Komunikasi
Perilaku komunikasi menurut ilmu komunikasi adalah tindakan atau
kegiatan seseorang, kelompok atau khalayak, ketika terlibat dalam proses
komunikasi.
Sementara Siti Chotijah dalam tesisnya memandang perilaku
komunikasi sebagai cara bagaimana individu berkomunikasi, yang meliputi
komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Cara komunikasi dapat
diartikan sebagai cara berbicara, pemilihan bahasa, penggunaan isyarat,
gestural, facial,
maupun postural dalam berkomunikasi.
Bahasa dipahami sebagai sebuah institusi social yang dirancang,
dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau
subkultur yang terus menerus berubah. Karenanya bahasa dari setiap daerah
atau kultur akan berbeda dengan kultur yang lain.4
C. Komunikasi Interpesonal
Definisi kontekstual mengarah pada suatu komunikasi antara dua
individu atau lebih, yang mana individu-individu tersebut secara fisik saling
berinteraksi, saling memberikan feedback, dan terjadi dalam keadaan
spontan. Sementara definisi faktual mengarah pada komunikasi yang terjadi
antara beberapa individu (bukan banyak individu) yang saling kenal satu
sama lainnya dalam periode waktu tertentu. Artinya hubungan yang dijalin
didasarkan pada kualitas orang yang diajak bicara. Dengan demikian ada
fakta yang harus diperhatikan, bahwa dalam berkomunikasi perhatian kita
justru lebih tertuju kepada figur orang yang berkomunikasi dengan kia.
Dalam hal ini, “siapa” lebih penting dari “apa”.
3
Engkus Kuswarno, Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya,
(Bandung: Widya Padjajaran, 2008), hlm. 11
4
Siti Chotijah, Potret Perilaku Komunikasi Perempuan Jawa Anggota Kelompok Batik
Tulis Sungging Tumpuk Imogiri Bantul, (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2011), hlm.
56
5
Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, artinya
suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Komunikasi
interpersonal mempunyai banyak tujuan, di antaranya: mengungkapkan
perhatian kepada orang lain, menemukan diri sendiri, menemukan dunia
luar,
membangun
dan
memelihara
hubungan
yang
harmonis,
memengaruhisikap dan tingkah laku (perilaku) serta menghilangkan
kerugian akibat salah komunikasi (miss communication). 5
D. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dapat diartikan sebagai pertukaran makna melalui
bahasa atau kata-kata. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat kata
yang telah disusun secara berstruktur sehingga menjadi himpunan kalimat
yang mengandung makna.6
E. Komunikasi Non Verbal
Burgoon dan Saine dalam Judy C. Person mengartikan komunikasi
nonverbal sebagai Perilaku seseorang, selain
penggunaan kata-kata,
yang memiliki makna sosial bersama, sengaja dikirim atau ditafsirkan,
secara sadar diterima, dan memiliki potensial untuk mendapatkan tanggapan
dari penerima.
Komunikasi nonverbal tercermin melalui perilaku-perilaku seperti
mimik muka, gerak tubuh, ekspresi wajah, gerakan otot maupun komunikasi
tubuh lainnya. Komunikasi nonverbal digunakan sebagai penyambung dan
penegas dari komunikasi verbal dalam proses interaksi dengan manusia
lainnya, yang meliputi enam jalan: pengulangan (to repeat), penekanan (to
emphasize), melengkapi (to complement), dan menentang (to contradict).
Komunikasi nonverbal berdasarkan pendekatan struktural mempunyai
sebuah sistem kode.Sistem kode ini merupakan sejumlah perilaku yang
digunakan untuk menyampaikan makna. Jude Burgoon menggambarkan
sistem kode nonverbal memiliki sejumlah perangkat struktural berikut:
5
Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), hlm.3
Skripsi Rizal Mahri, perilaku komunikasi antarumat beragama di plumbon banguntapan
bantul Yogyakarta.
6
6
1. Kode nonverbal cenderung bersifat analog (seperti tingkat suara, terang
cahaya, ekspresi wajah dan intonasi vokal) daripada digital (seperti
angka dan huruf).
2. Pada sebagian kode nonverbal-berarti tidak semua-terdapat faktor yang
disebut iconicity, yaitu kemiripan (resemblance). Kode nonverbal
menyerupai objek yang tengah disimbolkan, misalnya ketika kita
menggambarkan bentuk sesuatu di udara dengan menggunakan jari kita.
3. Beberapa kode nonverbal memakai makna universal. Misalnya
seseorang yang kebelet ingin ke toilet.
4. Kode nonverbal memungkinkan transmisi sejumlah pesan secara
serentak: ekspresi wajah, tubuh, suara, dan tanda lainnya serta beberapa
pesan berbeda lainnya dapat dikirim sekaligus.
5. Tanda nonverbal sering kali menghasilkan tanggapan otomatis tanpa
berpikir. Misalnya kita menginjak rem motor karena ada orang
menyeberang jalan tiba-tiba.
6. Tanda nonverbal sering kali ditunjukkan secara spontan. Misalnya
ketika seseorang merasa cemas (nervous), sering kali ia bermain- main
dengan rambutnya atau menggoyangkan kaki.7
Komunikasi nonverbal mempunyai beberapa bentuk, di antaranya
kinesics(ekspresi wajah, gerak tubuh, postur dan sentuhan), proxemics dan
paralanguage.
a. Kinesik (Kinesics)
Kinesik atau yang lebih dikenal dengan bahasa tubuh atau gerakan
tubuhpertama kali dipopulerkan oleh Ray Birdwhistel. Kinesik
dipahami sebagai komunikasi nonverbal melalui gerakan tubuh
seseorang atau bagian-bagian tubuh. Kinesik dalam penelitian ini
meliputi ekspresi wajah, gerak isyarat, postur dan sentuhan.
b. Ekspresi wajah(Facial)
Ekspresi wajah merupakan pengaturan dari otot-otot muka untuk
berkomunikasi dalam keadaan emosional atau reaksi terhadap pesanpesan.Ekspresi wajah kita terutama penting dalam menyampaikan
keenam dasar emosi yaitu kegembiraan, kesedihan, kejutan, ketakutan,
7
Morissan, Teori Komunikasi Tentang Komunikator, Pesan, Percakapan dan Hubungan,
(Bogor:Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 92-93.
7
kemarahan, dan kemuakan. Ekspresi wajah begitu penting bagi
komunikasi antarpribadi di mana orang telah menemukan sistem
penyampaian ekspresi wajah secara online.
c. Gerak isyarat (Gesture)
Gerak isyarat merupakan komunikasi nonverbal dalam bentuk
gerakan tangan, lengan, dan jari-jari yang kita gunakan untuk
menjelaskan atau untuk menegaskan komunikasi verbal. Ketika kita
berkomunikasi dengan orang lain, gerak isyarat (gesture) dapat
memberikan dukungan atau tekanan yang lebih atas komunikasi
Verbal yang kita lakukan. Ekman (1992) membagi gesture ke
dalam tiga kategori: manipulators, illustrator dan emblems.
1) Sikap badan (Posture)
Sikap badan atau postur merupakan posisi dan gerakan tubuh yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi mengenai adanya penuh
perhatian, rasa hormat, dan kekuasaan. Orientasi tubuh (body
orientation) mengacu pada postur kita dalam hubungan dengan orang
lain. Menghadapi orang lain secara jujur dinamakan orientasi tubuh
secara langsung (direct body orientation). Apabila postur dua orang ada
sudut pandang yang tidak berhadapan, ini yang dinamakan orientasi
tubuh tidak langsung (indirect body orientation) menunjukkan tidak
adanya perhatian dan sikap sopan atau hormat.
2)
Sentuhan(Touch)
Sentuhan secara formal dikenal dengan istilah haptics, yaitu
menempatkan bagian dari tubuh dalam kontak dengan sesuatu.Ini
merupakan bentuk pertama dari komunikasi nonverbal yang kita alami.
Perilaku menyentuh merupakan aspek fundamental komunikasi
nonverbal pada umumnya dan mengenai perkenalan diri (self
presentation) pada khususnya. Sentuhan sebagai bahasa nonverbal
terbagi menjadi tiga macam:
a. Kinesik
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu
sama lain, sebagai simbol keakraban atau kemesraan.
b. Sociofugal
8
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling
merangkul.
c. Thermal
Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang
terlalu
emosional
sebagai
tanda
persahabatan
yang
begitu
intim.Misalnya menepuk punggung karena sudah lama tidak bertemu
F. Suara (Paralanguage)
Paralanguage atau vocalics adalah “suara” nonverbal apa yang kita
dengar bagimana sesuatu dikatakan, atau dengan kata lain cara pengucapan
bahasa verbal. Paralanguage meliputi empat aspek: pola titinada, volume,
kecepatan, dan kualitas. Pola titinada atau yang disebut pith merupakan
tinggi atau rendahnya nada vokal. Orang menaikkan atau menurunkan pola
titinada vokal dan mengubah suara untuk mempertegas gagasan,
menunjukkan
pertanyaan
dan
memperlihatkan
kegugupan.Volume
merupakan keras lembutnya nada.Kecepatan (rate) mengacu pada
kecepatan pada saat orang berbicara.Orang cenderung berbicara lebih cepat
apabila sedang berbahagia, terkejut, gugup atau sedang gembira.Berbicara
lebih lambat apabila mereka sedang memikirkan jalan keluar penyelesaian
atau mencoba menegaskan pendiriannya. Sementara kualitas merupakan
bunyi dari suara seseorang.
Menurut Chen dan Strarosta sebagaimana dikutip Muhammad
Budyatna dan Leila Mona bahwa terdapat beberapa perbedaan kultural dan
gender dalam penggunaan paralanguage. Di Timur Tengah, berbicara
keras sebagai pertanda kuat dan hati yang tulus. Orang-orang Hongkong
menggunakan suara yang nyaring dan eskpresif.Apa yang di Amerika
Serikat sebagai gangguan vokal tidak dianggap sebagai gangguan di Cina,
dengan menggunakan pengisi mengisyaratkan kearifan dan merupakan hal
9
yang menarik.
Kerangka Pemikiran
Perilaku komunikasi antar umat beragama secara singkat kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dengan skema berikut:
Berdasarkan skema di atas, penelitian tentang komunikasi antarumat
beragama di Asrama Kujang Jabar-Yogyakarta akan dilihat dalam dua
bentuk perilaku komunikasi yaitu komunikasi verbal dan perilaku
komunikasi non verbal. Perilaku komunikasi verbal akan dilihat pada jenis
verbal dan perilaku nonverbal. Perilaku komunikasi verbal akan dilihat pada
jenis bahasa yang digunakan serta tingkatan bahasanya. Sementara perilaku
komunikasi nonverbal akan dilihat pada bentuk-bentuk komunikasi
nonverbal
yang
meliputi
kinesik,
paralanguage
dan
olfactory
communication.
Analisis
Perilaku Komunikasi Verbal
Umat Beragama di Asrama Kujang saling bekomunkasi satu dengan
yang lainnya, termasuk kepada umat beragama. Hal ini di sebabkan karena
asrama kujang di huni oleh beragam agama yaitu Islam, dan
Kristen/Katolik. Komunikasi verbal yang mereka lakukan tersalurkan
melalui bahasa. Bahasa dijadikan sebagai alat pertukaran pesan dalam
komunikasi antar umat beragama. Peneliti menemukan bahasa yang
digunakan dalam percakapan antarumat beragama di asrama kujang terdiri
10
dari dua bahasa sunda dan jawa. Namun sebagian besar komunikasi yang
dilakukan oleh umat beragama satu dengan umat beragama lainnya di
asrama kujang menggunakan bahasa sunda.
Pengunaan bahasa sunda menunjukan bahwa umat bergama di asrama
merupakan orang sunda.
Hasil interview menunjukan bahasa sunda yang digunakan sebagian
besar oleh umat beragama di asrama sebagai identitas yang menunjukan
bahwa mereka orang sunda, yang memiliki bahasa, norma, serta
kepercayaan sebagai orang sunda. “didieu mah unggal dinten’na ngangge
bahasa sunda, kumargi nu calik didieu teh mung ti sunda wungkul”.
Penggalan pernyataan yang peneliti temui di atas menunjukan bahwa bahasa
memiliki fungsi sebagai identitas. Bahasa sunda yang digunakan oleh umat
bergama satu dengan lainnya dalam berkomunikasi merupakan hasil dari
pembentukan kebiasaan dalam lingkup sosial sejak dari lahir. Devito
menyatakan bahwa bahasa merupakan identitas dan trasmisi budaya seperti
budaya orang inggris yang lahir dari seorang ibu yang inggris, maka akan
menggunakan bahasa inggris sebagai identitas dan bahasa ibunya.
Contoh komunikasi antar umat beragama dalam perayaan pelantikan
antar komda daerah jawabarat, misal daerah kuningan dalam pelantikan
komda kuningan, terdapat anggota pengurus yang beragama kristen/katolik.
Dimulai salam yang dari berbagai macam agama hingga pengambilan
sumpah. Dimana ketua ada saling membantu membimbing sumpah jabatan.
Bukan dari itu minoritas agama kristen/katolik di asrama kujan tidak
menutup untuk saling membantu dalam hal acara-acara keagamaan lain
yang bernuansa budaya, seperti acara sarahsehan umat beragama, ataupun
doa bersama, serta seminar/diskusi-diskusi keagamaan lainnya.
Perilaku Komunikasi Nonverbal
Komunikasi nonverbal, sebagaimana komunikasi verbal memiliki
keragaman bentuk yang berbeda-beda. Faktor-faktor personal maupun
faktor situasional akan memberikan warna yang berbeda dalam setiap
komunikasi nonverbal yang terjadi. Komunikasi nonverbal yang mereka
(umat beragama satu dengan umat beragama lain) lakukan tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal digunakan
hampir dalam setiap kesempatan saat berkomunikasi. Berbagai jenis
11
komunikasi nonverbal ditemukan dalam obeservasi yang peneliti lakukan
diantaranya:
1. Kinesik (kinesics)
Kinesik dipahami sebagai komunikasi non verbal melalui gerakan
tubuh seseorang atau bagian-bagian tubuh. Pesan kinesik ini dibagi
dalam 4 macam, gestutal, facial, postural dan sentuhan. Pesan-pesan
kinesik yang ditemukan peneliti sebagai berikut:
a. Gestural
Tindakan reflek tangan ketika berbicara untuk mengungkapkan
setuju atau tidaknya sebuah ajakan, untuk mengerjakan sesuatu,
misal dalam acara besar kebudayaan & keagamaan yang melibatkan
semua pengurus misal anggota sebut saja neng lisa (agama katolik)
disuruh berpartisipasi dalam sarahsehan lintas iman ketika dalam
acara tersebut ada reflek tangan bahwa dia engga ikut membantu
membereskan tempat seusai acara, sarahsehan tersebut padahal
temannya yang bernama ayu(agama islam) mengajaknya untuk ikut
bersih-bersih selesai acara tersebut.
b. Facial
Pesan Facial dalam komunikasi antarumat beragama dapat dilihat
dari penggunaan mata atau mimik muka. Senyum adalah bentuk
komunikasi facial yang dilakukan oleh umat beragama satu dengan
umat beragama lain. Ketika proses Cek Sound sebelum milangkala
kab. Subang ada sebut saja neng ita (agama katolik) yang berbeda
keyakinan ketika proses tersebut ikut tersenyum dan bernyanyi
bareng dengan eskpresi gembira pada waktu acara cek sound
dilakukan bahakan turut serta membantu persiapan perfome dari
para personil dan crew kang lutfhi (agama islam).
c. Postural
Posisi gerakan tubuuh secara keseluruhan memberikan postur yang
berbeda-beda dalam komunikasi antar umat beragama di asrama
kujang jabar. Misal ada anggota yang tidak menetap di situ
kebetulan dia salah satu personil kang beny (islam) sanggar yang
mengadakan acara liwetan(maka-makan) setelah perfome dan akhir
pengurusan sanggar, distitu terjadi berbaur dengan berbagai macan
12
personil terutama sebut saja neng lia(katolik) yang ikut serta dalam
acara tersebut.
d. Sentuhan
Misal dalam acara pelantikan kepengurusan diadakan jabatan
tangan antar seluruh komda daerah sebagai ucapan selamat misal di
awali
dari
sesepuh
sebut
saja
kang
armand(Islam)
yang
mengucapkan selamat dan sukses dalam bertugas kepada sebut saja
neng
iceu(katolik)
untuk
menjalankan
roda
keperngurusan
selanjutnya.
PENUTUP
Disini peneliti menumukan bagaiamana intekasi antar umat beragama
tercipta melalui komunikasi yang beragam baik dalam komunikasi verbal
ataupun nonverbal dimana semuanya memliki keunikan. Hasil temua ini
menciptakan suatu warna dimana komunikasi antar umat beragama di
lingkup asrama kujang jabar-jogja sangat terbangun, toleransi dan
kebersamaan selalu di junjung tinggi dan diperhatikan serta di aplikatifkan
dalam keseharian, rasa kekeluargaan yang begitu nampak membuat warna
semakin menjadi cerah, karena dalam urusan sosial semua orang berhak dan
pastinya mempunyai hak dalam kontribusi bagi suksesnya seluruh kegitan
program maupun membangun rasa tenang damai dan tentram dalam setiap
acara dan terjalin sebuah sistem komunikasi yang menjadi nilai tersendiri
dimana jauh dari rasa saling curiga dan diskriminatif satu dengan yang lain.
Menuju masyarakat Jabar-Yogyakarta yang toleran dan menciptakan rasa
kekeluargaan yang kental dan saling tolong menolong memajukan budaya
dan saran unjuk gigi kepada masyarakat IKPM provinsi lain.
DAFTAR PUSTAKA
Wawancara
dengan
sesepuh
adat
jabar-yogyakarta
Ki
Demang
Wangsyafudin, S.H
Wawancara dengan ketua jabar-yogyakarta Rafiqul Ma’arif Syam.
Morissan,
2009.
Teori
Komunikasi
Tentang
Komunikator,
Pesan,
Percakapan dan Hubungan, Bogor: Ghalia Indonesia
Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta: Graha Ilmu
13
Kuswarno, Engkus. 2008 Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan
Contoh Penelitiannya, Bandung: Widya Padjajaran
Chotijah, Siti. 2011. Potret Perilaku Komunikasi Perempuan Jawa Anggota
Kelompok Batik Tulis Sungging Tumpuk Imogiri Bantul, Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Skripsi Mahri, Rizal. 2014. Perilaku komunikasi antarumat beragama di
plumbon banguntapan bantul Yogyakarta. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga
Di Upload
14