2.2.3 Hakikat Kearifan Lokal pdf
2.2.3 Hakikat Kearifan Lokal
Kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom), dan lokal (local). Secara
umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. “Kearifan lokal merupakan
produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal”
(Permana 2012).
Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang
berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku bangsa yang tinggal di
daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan
teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam
mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di
abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan
masyarakat.
Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam dunia pendidikan masih sangat kurang. Ada
istilah muatan lokal dalam struktur kurikulum pendidikan, tetapi pemaknaannya sangat
formal karena muatan lokal kurang mengeksporasi kearifan lokal. Muatan lokal hanya
sebatas bahasa daerah dan tari daerah yang diajarkan kepada siswa. Tantangan dunia
pendidikan sangatlah kompleks. Apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan global di bidang
sains dan teknologi, nilai-nilai lokal mulai memudar dan ditinggalkan. Karena itu eksplorasi
terhadap kekayaan luhur budaya bangsa sangat perlu untuk dilakukan.
Menurut Tukiran dan Daud (2007), pendidikan kearifan lokal berfungsi untuk
mendasari perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya sekaligus pribadi yang tidak
terprovokasi hal yang tidak baik itu adalah pribadi yang welas asih, wicaksono, digdaya,
andhap asor , dan ajur ajer . Welas asih adalah pribadi yang mempunyai rasa belas kasihan
pada setiap orang. Wicaksono yaitu pribadi yang bijaksana melihat semuanya, bijak dalam
berkata dan bertindak. Digadaya adalah pribadi yang yang sangat berdaya, mempunyai
kelebihan yang dalam hitungannya adalah banyak. Andhap asor merupakan pribadi yang
rendah hati, sopan santun, bisa menempatkan diri dalam tempat dimana dia berpijak. Ajur
ajer erat kaitannya dengan andhap asor yaitu pribadi yang ajur yaitu pribadi yang bisa
bergaul dengan siapa saja. Bisa merasakan apa yang dirasakan temannnya atau mempunyai
empati terhadap sesama. Kata-kata yang dilukiskan dalam sikap ini adalah kata kata yang
terdapat pada kearifan lokal pada masyarakat jawa. Kearifan lokal ini juga ada pada daerah
daerah lain.
Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan
kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan kita secara luas adalah
bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah bangsa. Budaya
nusantara yang plural dan dinamis merupakan sumber kearifan lokal yang tidak akan mati,
karena semuanya merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari.
Dengan demikian, kearifan lokal merupakan kebanggaan masyarakat lokal yang
bersumber dari potensi lokal, baik intelektual, sosial, alam dan lain sebagainya. Kesuksesan
sekolah dalam menggalli dan mengembangkan kearifan lokal secara tidak langsung
mengangkat reputasi daerah sekaligus menjadikannya sebagai teladan bagi daerah lain.
Tentunya, sekolah harus berpikir masa depan dan kearifan lokal itu bisa meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam buku pengayaan menemukan gagasan
utama wacana berbasis kearifan lokal ini siswa dapat terinspirasi untuk melakukan aktivitas
ekonomi kreatif dan kegiatan tersebut diharapkan menjadi awal kebangkitan daerah dan
kearifan lokal yang bersumber dari potensi lokal sehingga masyarakat semakin cerdas,
kreatif, sejahtera, serta mandiri dan kompetitif dalam mengarungi tantangan hidup pada era
globalisasi dan modernisasi sekarang.
Kearifan lokal yang digunakan untuk penyusunan pengembangan buku pengayaan
menemukan gagasan utama wacana mengenai kearifan lokal yang terdapat di Magelang.
Penulis memilih kearifan lokal di daerah tersebut karena Magelang merupakan salah satu
pusat kerajinan, kebudayaan, dan keanekaragaman lainnya sehingga membuat penulis merasa
tertantang dalam mendeskripsikan kearifan lokal sebuah wacana di buku pengayaan untuk
kelas 7 SMP di kota sejuta bunga ini.
Variasi kearifan lokal di kota Magelang dilihat dari potensi kerajinan (miniatur candi,
batu, kerang, kaligrafi, dan mainan anak-anak), kebudayaan (tari jathilan dan topeng ireng),
dan makanan khas (kripik tahu, kripik singkong, dan gethuk trio).
Kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom), dan lokal (local). Secara
umum maka local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan
setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan
diikuti oleh anggota masyarakatnya. Kearifan lokal terbentuk sebagai keunggulan budaya
masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam arti luas. “Kearifan lokal merupakan
produk budaya masa lalu yang patut secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup.
Meskipun bernilai lokal tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal”
(Permana 2012).
Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang
berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku bangsa yang tinggal di
daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan
teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam
mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di
abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan
masyarakat.
Pemaknaan terhadap kearifan lokal dalam dunia pendidikan masih sangat kurang. Ada
istilah muatan lokal dalam struktur kurikulum pendidikan, tetapi pemaknaannya sangat
formal karena muatan lokal kurang mengeksporasi kearifan lokal. Muatan lokal hanya
sebatas bahasa daerah dan tari daerah yang diajarkan kepada siswa. Tantangan dunia
pendidikan sangatlah kompleks. Apalagi jika dikaitkan dengan kemajuan global di bidang
sains dan teknologi, nilai-nilai lokal mulai memudar dan ditinggalkan. Karena itu eksplorasi
terhadap kekayaan luhur budaya bangsa sangat perlu untuk dilakukan.
Menurut Tukiran dan Daud (2007), pendidikan kearifan lokal berfungsi untuk
mendasari perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya sekaligus pribadi yang tidak
terprovokasi hal yang tidak baik itu adalah pribadi yang welas asih, wicaksono, digdaya,
andhap asor , dan ajur ajer . Welas asih adalah pribadi yang mempunyai rasa belas kasihan
pada setiap orang. Wicaksono yaitu pribadi yang bijaksana melihat semuanya, bijak dalam
berkata dan bertindak. Digadaya adalah pribadi yang yang sangat berdaya, mempunyai
kelebihan yang dalam hitungannya adalah banyak. Andhap asor merupakan pribadi yang
rendah hati, sopan santun, bisa menempatkan diri dalam tempat dimana dia berpijak. Ajur
ajer erat kaitannya dengan andhap asor yaitu pribadi yang ajur yaitu pribadi yang bisa
bergaul dengan siapa saja. Bisa merasakan apa yang dirasakan temannnya atau mempunyai
empati terhadap sesama. Kata-kata yang dilukiskan dalam sikap ini adalah kata kata yang
terdapat pada kearifan lokal pada masyarakat jawa. Kearifan lokal ini juga ada pada daerah
daerah lain.
Kearifan lokal sesungguhnya mengandung banyak sekali keteladanan dan
kebijaksanaan hidup. Pentingnya kearifan lokal dalam pendidikan kita secara luas adalah
bagian dari upaya meningkatkan ketahanan nasional kita sebagai sebuah bangsa. Budaya
nusantara yang plural dan dinamis merupakan sumber kearifan lokal yang tidak akan mati,
karena semuanya merupakan kenyataan hidup (living reality) yang tidak dapat dihindari.
Dengan demikian, kearifan lokal merupakan kebanggaan masyarakat lokal yang
bersumber dari potensi lokal, baik intelektual, sosial, alam dan lain sebagainya. Kesuksesan
sekolah dalam menggalli dan mengembangkan kearifan lokal secara tidak langsung
mengangkat reputasi daerah sekaligus menjadikannya sebagai teladan bagi daerah lain.
Tentunya, sekolah harus berpikir masa depan dan kearifan lokal itu bisa meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam buku pengayaan menemukan gagasan
utama wacana berbasis kearifan lokal ini siswa dapat terinspirasi untuk melakukan aktivitas
ekonomi kreatif dan kegiatan tersebut diharapkan menjadi awal kebangkitan daerah dan
kearifan lokal yang bersumber dari potensi lokal sehingga masyarakat semakin cerdas,
kreatif, sejahtera, serta mandiri dan kompetitif dalam mengarungi tantangan hidup pada era
globalisasi dan modernisasi sekarang.
Kearifan lokal yang digunakan untuk penyusunan pengembangan buku pengayaan
menemukan gagasan utama wacana mengenai kearifan lokal yang terdapat di Magelang.
Penulis memilih kearifan lokal di daerah tersebut karena Magelang merupakan salah satu
pusat kerajinan, kebudayaan, dan keanekaragaman lainnya sehingga membuat penulis merasa
tertantang dalam mendeskripsikan kearifan lokal sebuah wacana di buku pengayaan untuk
kelas 7 SMP di kota sejuta bunga ini.
Variasi kearifan lokal di kota Magelang dilihat dari potensi kerajinan (miniatur candi,
batu, kerang, kaligrafi, dan mainan anak-anak), kebudayaan (tari jathilan dan topeng ireng),
dan makanan khas (kripik tahu, kripik singkong, dan gethuk trio).