Budaya dan Pengaruhnya dalam Penerjemaha
PROPOSAL SKRIPSI
BUDAYA DAN PENGARUHNYA DALAM PENERJEMAHAN IDIOM
(Telaah Idiom dalam Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` Karya Naguib Mahfouz)
RATIH DIAN RAHAYU
NIM: 11140240000046
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./2017 M.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II WAWASAN SEPUTAR BAHASA, BUDAYA DAN PENERJEMAHAN
A. Wawasan Bahasa dan Budaya
1. Definisi Bahasa
2. Hubungan antara Bahasa dan Budaya
B. Wawasan Idiom dan Penerjemahan Idiomatik
1. Definisi Idiom
2. Definisi Penerjemahan Idiomatik
3. Hubungan antara Penerjemahan dan Budaya
4. Penerjemahan Idiom Berdasarkan Faktor Budaya
Bab III BIOGRAFI PENULIS
A. Mengenal Sosok Naguib Mahfouz
1. Riwayat Hidup Naguib Mahfouz
2. Latar Belakang Penulisan Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
3. Karya-karya Lainnya
BAB IV ANALISIS DATA
A. Telaah Penerjemahan Idiom dalam Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` Karya
Naguib Mahfouz
C. Budaya dan Pengaruhnya dalam Penerjemahan Idiom
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2
A. Latar Belakang Masalah
Doster mengatakan di dalam buku Ilmu al-Lughah wa al-Shina’ah alMu’jamiyyah karya Ali al-Qasimi bahwa penerjemahan adalah kegiatan memindahkan
arti suatu teks dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Lebih jauh, ia mengatakan
bahwa terjemah adalah cabang linguistik terapan yang secara khusus berurusan
dengan masalah pemindahan makna dari suatu simbol bahasa ke dalam simbol bahasa
yang lain.1 Arti dari suatu teks di sini yaitu ide, gagasan, pesan, atau informasi yang
terkandung dalam teks atau ujaran.
Menerjemah bukanlah semata-mata kegiatan dalam mentransfer maksud
(meaning) atau masalah pengalihan bahasa (linguistic transfer) dari sebuah naskah
asal ke dalam bahasa penerima, melainkan juga harus memecahkan persoalan
mengenai padanan (equivalence) dan perbedaan kultural antar dua bahasa yang
melatarinya. Penerjemahan merupakan pekerjaan yang amat kompleks, seperti
pengalihan lintas budaya (crosscultural transfer) dan konteks situasi (context of
situation).2
Seorang penerjemah dalam melakukan tugasnya dihadapkan pada dua budaya,
yaitu budaya penerjemah dan budaya yang ada pada teks sumber (Tsu). Kedua budaya
tersebut pada umumnya berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun bentuknya
sama, namun nilai yang terkandung dalam kedua budaya itu berbeda. Budaya yang
satu memandang suatu bentuk budaya memiliki makna yang dalam, namun budaya
yang lain tidak demikian halnya. Bahkan sebaliknya.
1 Nur Mufid, Karerun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia. (Penerbit Pustaka
Progressif: Surabaya, 2007), h. 7.
2 Halliday, M.A.K and Ruqaiya Hasan. Language, Context and Text: Aspects of Language in a Social
Perspective. (Oxford: Oxford University Press. 1985) h. 5-6.
3
Dalam mempelajari bahasa, kita mengenal istilah idiom. Menurut Gorys
Keraf, biasanya pengertian idiom disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam
bahasa Indonesia. Namun sebenarnya, pengertian idiom sendiri jauh lebih luas dari
peribahasa. Yang disebut idiom adalah, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya
tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya. Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap
orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya
melalui makna dari kata-kata yang membentuknya.3 Pengertian idiom dalam kamus
bahasa Arab disebut dengan ta’bir ishtilahi atau ibarah ishtilahiyyah.4
Mengacu pada teori Gorys dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa, penulis
mengambil contoh طويل اللسانyang jika diterjemahkan secara harfiah tanpa
memperhatikan aspek idiomatis, maka hasil terjemahannya adalah panjang lidah.
Kata طويلberarti panjang dan kata اللسانberarti lidah. Namun tugas seorang
penerjemah bukan hanya mengalihkan teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran
secara akurat, tetapi ia juga dituntut untuk menemukan padanan yang sesuai dengan
bahasa sumber. Makna طويل اللسانsebenarnya adalah lancang/kurang ajar
Berangkat dari kasus inilah, penulis tertarik mengkaji lebih dalam tentang
sejauh
mana
pengaruh
budaya
dalam
penerjemahan,
khususnya
dalam
menerjemahkan idiom. Hal ini cukup beralasan, mengingat banyaknya konsep budaya
yang tidak dapat dipahami pembaca dan kata atau istilah tersebut tidak terdapat dalam
konteks budaya bahasa sasaran (Bsa). Dan minimnya penelitian tentang idiom,
khususnya idiom bahasa Arab.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
3 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Flores: Nusa Indah, 1981) h. 96-97.
4 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-‘Ashr. (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998) h. 511.
4
1. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya jumlah idiom dalam bahasa Arab, agar pembahasan tidak
meluas, penulis bermaksud menelaah idiom yang hanya ada dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz.
2. Perumusan Masalah
Pokok persoalan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh budaya dalam penerjemahan, khususnya dalam
penerjemahan idiom?
2) Metode apa yang harus digunakan penerjemah dalam kegiatannya
menerjemahkan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya
Naguib Mahfouz?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah diidentifikasikan penulis, penelitian ini memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
1. Memberikan sedikit wawasan penelaahan atas unsur budaya dan pengaruhnya
dalam penerjemahan, khususnya penerjemahan idiom yang terdapat dalam
novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz;
2. Mengetahui metode apa yang harus digunakan seorang penerjemah agar
budaya dalam bahasa sumber (Bsu) dapat tersampaikan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca dan peneliti mengenai budaya dan bahasa serta pengaruhnya dalam
penerjemahan. Dan memberi sedikit pencerahan/jalan keluar bagi penerjemah dalam
menyelami teks-teks Arab yang penuh dengan konteks budaya. Sedangkan, manfaat
praktis dari penelitian ini yaitu untuk membantu pembaca teks bahasa sasaran dalam
memahami pesan yang dimaksudkan oleh penulis asli teks bahasa sumber (Tsu).
E. Tinjauan Pustaka
5
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa literatur yang dijadikan penulis
sebagai acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan
sisi menarik atau sisi lain dan kegunaan dari penelitian skripsi yang akan penulis teliti
serta menghindari plagiarisme. Ada beberapa tinjauan pustaka yang penulis temukan
sebagai instrumen perbandingan dalam melakukan penelitian mengenai Budaya dan
Pengaruhnya dalam Penerjemahan Idiom.
Siti Marwiyah (2006), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wawasan Budaya
dalam Penerjemahan (Analisis Polisemi Kata Syaikh dari Bahasa Arab ke dalam
Bahasa Indonesia). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kata yang memiliki
banyak makna dan perubahan penggunaan makna kata tersebut sehingga memperoleh
makna yang baru. Khususnya, tentang makna kata syaikh.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bagaimana sebuah kata
bisa memiliki banyak makna, sekaligus memberi wawasan kepada penerjemah
tentang metode apa yang harus dilakukan agar makna budaya dalam bahasa sumber
(Bsu) dapat tersampaikan ke dalam bahasa sasaran (Bsa) ketika menghadapi kata
Arab yang berpolisemi, khususnya kata syaikh.
Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama
melakukan penelitian di bidang bahasa dan mengkaji tentang budaya. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek yang dianalisis. Siti Marwiyah melakukan
penelitian dengan polisemi kata syaikh sebagai analisis objeknya, sedangkan penulis
akan menggunakan penerjemahan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk dianalisis.
Nasrullah Nurdin (2011), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan
Sosiokultural atas Teks Terjemahan: Telaah Domestikasi dan Foreignisasi terhadap
Buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
6
adanya perbedaan antara penikmat buku terjemahan yang menginginkan pesan dalam
Bsu disampaikan dengan bahasa dan budaya yang sesuai dengan Bsa, dengan
penikmat buku terjemahan yang menginginkan agar budaya dalam Bsu tetap
dipertahankan, tidak dialihbahasakan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelaahan atas unsur
budaya dan aplikasi pendekatannya dalam studi penerjemahan sekaligus mengetahui
kompetensi seorang penerjemah dalam menyelami lautan teks Arab yang digenangi
konteks budaya.
Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama
meneliti di bidang bahasa dan mengkaji tentang budaya dan penerjemahan.
Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dianalisis. Jika dalam skripsinya,
Nasrullah Nurdin menggunakan buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris sebagai
objek sekaligus sumber data, maka penulis akan menggunakan penerjemahan idiom
dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek
untuk dianalisis.
Nurhasanah Ardiati Nst. (2009), Universitas Sumatera Utara. Analisis Idiom
dalam Bahasa Arab. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya teori yang
dikemukakan oleh Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya
Bahasa. Menurutnya, yang disebut idiom adalah: pola-pola struktural yang
menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa,
sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Dari sinilah, Nurhasanah
Ardiati berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam tentang seluk-beluk bahasa Arab,
terutama idiom dalam bahasa Arab yang menjadi objek penelitian.
7
Penelitian ini bertujuan untuk memperluas wawasan mengenai idiom dalam
bahasa Arab dan memperkaya referensi idiom dalam bahasa Arab. Relevansinya
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan idiom
sebagai objek penelitian. Jika Nurhasanah Ardiati menganalisis idiom dalam bahasa
Arab, penulis akan menjadikan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk diterjemahkan.
Umi Nurul Fatimah (2013), Universitas Negeri Semarang. Idiom Bahasa Arab
Tinjauan Gramatikal dan Semantis. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya
perbedaan aspek gramatikal idiom dan aspek semantiknya. Pada aspek gramatikal
akan diungkap struktur gramatikal idiom, semantara pada aspek semantik akan
dikupas perubahan makna leksikal ke makna idiom beserta hubungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk idiom
bahasa Arab dalam tinjauan gramatikal dan mendeskripsikan perubahan makna dan
hubungan makna pembentuk idiom serta makna idiom bahasa Arab dalam tinjauan
semantik. Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu samasama menjadikan idiom sebagai objek penelitian. Jika Umi Nurul Fatimah mengkaji
idiom melalui aspek gramatikal dan semantis, penulis akan menjadikan idiom dalam
novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk
diterjemahkan.
Anisatu Thoyyibah, S.Hum (2015) Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Idiom Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yang Berunsur Bendabenda Alam (Kajian Sosiosemantik). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya
perbedaan konstruksi idiom yang berunsur benda-benda alam dalam bahasa Arab dan
bahasa Indonesia. Pada idiom bahasa Arab ditemukan konstruksi berbentuk frasa,
yakni frasa nominal, frasa preposisional dan frasa adverbial, serta konstruksi idiom
8
berbentuk klausa dan kalimat. Sedangkan dalam idiom bahasa Indonesia ditemukan
konstruksi idiom kata ulang, yakni kata ulang penuh dan kata ulang pemberian
afiksasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan idiom bahasa Arab dan bahasa
Indonesia yang berunsur benda-benda alam. Serta menjelaskan persamaan dan
perbedaan idiom bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang berunsur benda-benda alam
dan faktor yang melatarbelakanginya dari segi semantik dan sosiolinguistik. adapun
relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama
menjadikan idiom sebagai objek penelitian. Jika Anisatu Thoyyibah, S.Hum mengkaji
idiom bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang berunsur benda-benda alam dari segi
semantik dan sosiolinguistik, penulis akan menjadikan idiom dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk diterjemahkan.
F. Kerangka Teori
1. Teori Penerjemahan Idiomatik
Menurut Newmark ada dua bentuk/orientasi dalam metode penerjemahan.
Pertama, metode penerjemahan yang diberi tekanan pada bahasa sumber (BSU).
Yaitu, penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia, dan
penerjemahan semantik. Kedua, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada
bahasa sasaran (BSA). Yaitu, adaptasi/saduran, penerjemahan bebas, penerjemahan
idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Dalam penerjemahan idiom, penulis akan
menggunakan teori penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sasaran (BSA),
yaitu penerjemahan idiomatik.
Saat menerjemahkan dengan metode idiomatik ini, seorang penerjemah
mereproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini mengharuskannya untuk sering
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatis yang tidak didapati pada versi
9
aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup dan lebih nyaman
dibaca.
Newmark berpendapat seperti Nida dan Taber bahwa dalam penerjemahan,
makna bahasa sumber merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh seorang
penerjemah. Menurut Mona Baker, penerjemahan idiom sulit dilakukan karena idiom
bahasa sumber tidak memiliki padanan dalam bahasa sasaran, atau idiom mungkin
memiliki bentuk yang serupa dalam bahasa sasaran tetapi berbeda konteks
penggunaan dan konotasinya, atau suatu idiom memiliki makna literal dan makna
idiomatik.5
2. Hubungan antara Penerjemahan dan Budaya
Bahasa merupakan bagian dari budaya sekaligus juga merupakan komponen
budaya, karena itulah bahasa mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Penerjemahan di sini tidak hanya mengalihkan pesan tapi juga
mengalihkan budaya. Mengingat tidak ada satupun budaya yang sama maka sering
terdapat kesulitan dalam menemukan padanan yang tepat dalam menerjemahkan katakata dan ungkapan dari satu bahasa ke bahasa lain, bahkan banyak kata-kata yang
sama ternyata tidak sepadan.6
Beberapa definisi penerjemahan dan dan proses penerjemahan telah
dikemukakan oleh para ahli. Dari beberapa definisi tersebut, menyatakan hal yang
kurang lebih sama bahwa dari kegiatan penerjemahan adalah pencarian padanan
makna dari Bsu ke Bsa. Makna yang dimaksud secara ekstralinguistik, yaitu makna
teks secara keseluruhan. Apabila seorang penerjemah menjumpai kata atau istilah
yang berhubungan dengan sosio-kultural dalam teks bahasa sumber (Bsu), dan kata
5 Mona Baker. In Other Words. (London and New York, 1992) h. 68-69.
6 Sri Mulyati, Kajian Ketepatan Terjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel Kode Davinci. (Universitas
Negeri Semarang: 2006) h. 51.
10
atau istilah tersebut tidak terdapat di dalam konteks budaya bahasa sasaran (Bsa),
maka ia harus menentukan apakah harus mencari padanan yang terdekat atau
menggunakan istilah aslinya dengan diberi anotasi.7
Menurut Larson, proses penerjemahan itu terdiri dari mempelajari dan
menganalisa kata-kata, struktur gramatikal, situasi komunikasi dalam teks Bsu dan
konteks budaya Bsu dalam rangka ingin memakai makna yang ingin disampaikan
oleh teks Bsu. Adapun makna yang telah dipahami tersebut, diungkapkan kembali
dengan kata-kata, struktur gramatikal, yang cocok dengan konteks budaya bahasa
sasaran (Bsa).8
Dalam penerjemahan, perbedaan budaya dapat menimbulkan keterbatasan
budaya. Yang dimaksud dengan keterbatasan budaya adalah ketidakmampuan mencari
atau mendapatkan kata padanan ke dalam bahasa sasaran dikarenakan adanya
hambatan budaya. Perbedaan budaya dapat menimbulkan keterbatasan perangkat
leksikal bahasa sasaran. Keterbatasan perangkat leksikal juga menjadi penghalang
untuk memperoleh padanan yang tepat.
3. Idiom dalam Bahasa Arab
Idiom dalam bahasa Arab dikenal dengan التعبيرات الصطلحيية. Kata
التعبيراتmerupakan bentuk jamak dari kata تعبيرyaitu masdar dari kata عيبر – يعيبر
– تعبيرراyang berarti ungkapan. Adapun الصطلحييةmerupakan bentuk masdar dari
kata حا
اصطلح – يصطلح – اصطل رyang mendapatkan tambahan ‘ya nisbah’ yang
menjadi sifat bagi kata تعبير, sedangkan arti kata اصطلحitu sendiri adalah ‘kebiasaan,
tradisi, konvensi, istilah, ungkapan, dan idiom’.
7 Thomas Soemarno, Hubungan antara Lama Belajar dalam Bidang Penerjemahan, Jenis Kelamin,
Kemampuan Berbahasa Inggris, dan Tipe-Tipe Kesilapan Terjemahan Dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia. (Malang: IKIP, 1988) h. 26.
8 Sugeng Hariyanto dan Zuchridin Suryawinata, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis
Penerjemahan. (Jakarta: Kanisius, 2003) h. 40.
11
Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang susunannya terbentuk secara
tetap (baku) dan saling ketergantungan; atau gabungan kata yang maknanya tidak
sama dengan unsur-unsur pembentuknya. Richard mendefinisikan idiom adalah suatu
ungkapan yang berfungsi sebagai satu unit tunggal dan maknanya tidak dapat
diperoleh dari bagian-bagian yang terpisah.9 Menurut Kridalaksana, idiom memiliki 2
pengertian. Pertama, konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih masing-masing
anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain (kolokasi).
Kedua, idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggoa-anggotanya.10
Sedangkan, idiom dalam bahasa Arab dapat dibentuk dari unsur-unsur:
1. السم/ al-`ismu / kata benda
2. الفعل/ al-fi’lu / kata kerja
3. الحرف/ al-harfu / huruf
Berdasarkan unsur-unsur inilah, akan tampak bentuk-bentuk idiom. Idiom
dalam bahasa Arab ada yang terbentuk dari dua kata dan ada pula yang terbentuk dari
tiga kata.
G. Metodologi Penelitian
a. Metode dan Jenis Penelitian
Adapun jenis riset ini merupakan jenis penelitian kualitatif, penulis
menggunakan metode deskriptif-analitis. Dalam memperoleh data, penulis melakukan
studi kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penelitian dari buku-buku, jurnal, majalah, dan media lain yang berkaitan
9 Richard Jack et al. Longman Dictionary of Applied Linguistics. (Essex: Longman Group Ltd., 1985) h.
134.
10 Harimurti, Kridalaksana. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 159.
12
dengan
penelitian.
Dalam
penelitian
ini,
penulis
melakukan
pendekatan
sosiolinguistik dalam menerjemahkan data.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data
sekunder digunakan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan
bahan pelengkap atau pembanding. Data primer dalam penelitian ini berupa idiomidiom yang terdapat dalam novel حديث الصباح و المساءkarya Naguib Mahfouz.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku dan penelitian lain yang
berkaitan dengan objek studi ini.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini terarah dan sistematis, berikut sistematika penulisan yang akan
penulis uraikan:
Bab I, Pendahuluan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
penelitian yang akan penulis lakukan, yang berisi sejumlah sub-bab: Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, Wawasan Seputar Bahasa, Budaya dan Penerjemahan. Bab ini
bertujuan untuk membahas konsepsi dan hubungan antara bahasa, budaya dan
penerjemahan serta memberikan pijakan teoritis atas pendekatan dan metode yang
penulis gunakan dalam menerjemahkan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa alMasa` karya Naguib Mahfouz, dengan sejumlah sub-bab: Wawasan Bahasa dan
Budaya, Wawasan Idiom dan Penerjemahan Idiomatik.
13
Bab III, Biografi Penulis. Bab ini bertujuan untuk memaparkan biografi
Naguib Mahfouz, karya-karyanya dan faktor di balik penulisan novel Hadits alShobah wa al-Masa`, dengan satu sub-bab, yaitu: Mengenal Sosok Naguib Mahfouz.
Bab IV, Analisis Data. Bab ini merupakan inti dari penelitian yang penulis
lakukan, ysng berisi dua sub-bab: Telaah Penerjemahan Idiom dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz serta Budaya dan Pengaruhnya Dalam
Penerjemahan Idiom.
Bab V, Penutup. Tujuan dari penulisan bab ini adalah untuk menjelaskan
kesimpulan dari penelitian yang telah penulis lakukan. Dan hal-hal apa saja yang
harus direkomendasikan kepada para penerjemah, dengan sub-bab: Kesimpulan dan
Saran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Mudhor. 1998. Kamus al-‘Ashr. (Yogyakarta: Yayasan Ali
Maksum).
14
Baker, Mona. 1992. In Other Words. London and New York: Routledge).
E. A., Nida dan Taber, R. 1969. The Theory and Practice of Translation. (Lellden: B. Brill).
Hajjah Bainar dkk., 2006. Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar. (Jakarta: Jenki Satria).
Halliday, M.A.K and Hasan, Ruqaiya. 1985. Language, Context and Text: Aspects of
Language in a Social Perspective. (Oxford: Oxford University Press).
Hariyanto, Sugeng dan Suryawinata, Zuchridin. 2003. Translation: Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Penerjemahan. (Jakarta: Kanisius).
Hidayatullah, Syarif. 2014. Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia. (Tangerang Selatan:
AlKitabah).
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. (Flores: Nusa Indah).
Koentjaranigrat. 1965. Pengantar Antropologi. (Jakarta: UI).
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama).
Mufid, Nur dan AS., Karerun Rahman. 2007. Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia.
(Penerbit Pustaka Progressif: Surabaya).
Mulyati, Sri. 2006. Kajian Ketepatan Terjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel Kode
Davinci. (Universitas Negeri Semarang).
Richard Jack et al. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. (Essex: Longman
Group Ltd).
Soemarno, Thomas. 1988. Hubungan antara Lama Belajar dalam Bidang Penerjemahan,
Jenis Kelamin, Kemampuan Berbahasa Inggris, dan Tipe-Tipe Kesilapan Terjemahan
dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. (Malang: IKIP).
Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik. (Bandung: PT. Mandar Maju).
15
BUDAYA DAN PENGARUHNYA DALAM PENERJEMAHAN IDIOM
(Telaah Idiom dalam Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` Karya Naguib Mahfouz)
RATIH DIAN RAHAYU
NIM: 11140240000046
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H./2017 M.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Tinjauan Pustaka
F. Metode Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II WAWASAN SEPUTAR BAHASA, BUDAYA DAN PENERJEMAHAN
A. Wawasan Bahasa dan Budaya
1. Definisi Bahasa
2. Hubungan antara Bahasa dan Budaya
B. Wawasan Idiom dan Penerjemahan Idiomatik
1. Definisi Idiom
2. Definisi Penerjemahan Idiomatik
3. Hubungan antara Penerjemahan dan Budaya
4. Penerjemahan Idiom Berdasarkan Faktor Budaya
Bab III BIOGRAFI PENULIS
A. Mengenal Sosok Naguib Mahfouz
1. Riwayat Hidup Naguib Mahfouz
2. Latar Belakang Penulisan Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
3. Karya-karya Lainnya
BAB IV ANALISIS DATA
A. Telaah Penerjemahan Idiom dalam Novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` Karya
Naguib Mahfouz
C. Budaya dan Pengaruhnya dalam Penerjemahan Idiom
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
2
A. Latar Belakang Masalah
Doster mengatakan di dalam buku Ilmu al-Lughah wa al-Shina’ah alMu’jamiyyah karya Ali al-Qasimi bahwa penerjemahan adalah kegiatan memindahkan
arti suatu teks dalam suatu bahasa ke dalam bahasa lain. Lebih jauh, ia mengatakan
bahwa terjemah adalah cabang linguistik terapan yang secara khusus berurusan
dengan masalah pemindahan makna dari suatu simbol bahasa ke dalam simbol bahasa
yang lain.1 Arti dari suatu teks di sini yaitu ide, gagasan, pesan, atau informasi yang
terkandung dalam teks atau ujaran.
Menerjemah bukanlah semata-mata kegiatan dalam mentransfer maksud
(meaning) atau masalah pengalihan bahasa (linguistic transfer) dari sebuah naskah
asal ke dalam bahasa penerima, melainkan juga harus memecahkan persoalan
mengenai padanan (equivalence) dan perbedaan kultural antar dua bahasa yang
melatarinya. Penerjemahan merupakan pekerjaan yang amat kompleks, seperti
pengalihan lintas budaya (crosscultural transfer) dan konteks situasi (context of
situation).2
Seorang penerjemah dalam melakukan tugasnya dihadapkan pada dua budaya,
yaitu budaya penerjemah dan budaya yang ada pada teks sumber (Tsu). Kedua budaya
tersebut pada umumnya berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun bentuknya
sama, namun nilai yang terkandung dalam kedua budaya itu berbeda. Budaya yang
satu memandang suatu bentuk budaya memiliki makna yang dalam, namun budaya
yang lain tidak demikian halnya. Bahkan sebaliknya.
1 Nur Mufid, Karerun AS. Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia. (Penerbit Pustaka
Progressif: Surabaya, 2007), h. 7.
2 Halliday, M.A.K and Ruqaiya Hasan. Language, Context and Text: Aspects of Language in a Social
Perspective. (Oxford: Oxford University Press. 1985) h. 5-6.
3
Dalam mempelajari bahasa, kita mengenal istilah idiom. Menurut Gorys
Keraf, biasanya pengertian idiom disejajarkan dengan pengertian peribahasa dalam
bahasa Indonesia. Namun sebenarnya, pengertian idiom sendiri jauh lebih luas dari
peribahasa. Yang disebut idiom adalah, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya
tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada
makna kata-kata yang membentuknya. Untuk mengetahui makna sebuah idiom, setiap
orang harus mempelajarinya sebagai seorang penutur asli, tidak mungkin hanya
melalui makna dari kata-kata yang membentuknya.3 Pengertian idiom dalam kamus
bahasa Arab disebut dengan ta’bir ishtilahi atau ibarah ishtilahiyyah.4
Mengacu pada teori Gorys dalam bukunya Diksi dan Gaya Bahasa, penulis
mengambil contoh طويل اللسانyang jika diterjemahkan secara harfiah tanpa
memperhatikan aspek idiomatis, maka hasil terjemahannya adalah panjang lidah.
Kata طويلberarti panjang dan kata اللسانberarti lidah. Namun tugas seorang
penerjemah bukan hanya mengalihkan teks dari bahasa sumber ke bahasa sasaran
secara akurat, tetapi ia juga dituntut untuk menemukan padanan yang sesuai dengan
bahasa sumber. Makna طويل اللسانsebenarnya adalah lancang/kurang ajar
Berangkat dari kasus inilah, penulis tertarik mengkaji lebih dalam tentang
sejauh
mana
pengaruh
budaya
dalam
penerjemahan,
khususnya
dalam
menerjemahkan idiom. Hal ini cukup beralasan, mengingat banyaknya konsep budaya
yang tidak dapat dipahami pembaca dan kata atau istilah tersebut tidak terdapat dalam
konteks budaya bahasa sasaran (Bsa). Dan minimnya penelitian tentang idiom,
khususnya idiom bahasa Arab.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
3 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa. (Flores: Nusa Indah, 1981) h. 96-97.
4 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Mudhor, Kamus al-‘Ashr. (Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum, 1998) h. 511.
4
1. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya jumlah idiom dalam bahasa Arab, agar pembahasan tidak
meluas, penulis bermaksud menelaah idiom yang hanya ada dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz.
2. Perumusan Masalah
Pokok persoalan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1) Bagaimana pengaruh budaya dalam penerjemahan, khususnya dalam
penerjemahan idiom?
2) Metode apa yang harus digunakan penerjemah dalam kegiatannya
menerjemahkan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya
Naguib Mahfouz?
C. Tujuan Penelitian
Sebagaimana yang telah diidentifikasikan penulis, penelitian ini memiliki
beberapa tujuan, antara lain:
1. Memberikan sedikit wawasan penelaahan atas unsur budaya dan pengaruhnya
dalam penerjemahan, khususnya penerjemahan idiom yang terdapat dalam
novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz;
2. Mengetahui metode apa yang harus digunakan seorang penerjemah agar
budaya dalam bahasa sumber (Bsu) dapat tersampaikan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan
pembaca dan peneliti mengenai budaya dan bahasa serta pengaruhnya dalam
penerjemahan. Dan memberi sedikit pencerahan/jalan keluar bagi penerjemah dalam
menyelami teks-teks Arab yang penuh dengan konteks budaya. Sedangkan, manfaat
praktis dari penelitian ini yaitu untuk membantu pembaca teks bahasa sasaran dalam
memahami pesan yang dimaksudkan oleh penulis asli teks bahasa sumber (Tsu).
E. Tinjauan Pustaka
5
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa literatur yang dijadikan penulis
sebagai acuan dan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk menemukan
sisi menarik atau sisi lain dan kegunaan dari penelitian skripsi yang akan penulis teliti
serta menghindari plagiarisme. Ada beberapa tinjauan pustaka yang penulis temukan
sebagai instrumen perbandingan dalam melakukan penelitian mengenai Budaya dan
Pengaruhnya dalam Penerjemahan Idiom.
Siti Marwiyah (2006), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Wawasan Budaya
dalam Penerjemahan (Analisis Polisemi Kata Syaikh dari Bahasa Arab ke dalam
Bahasa Indonesia). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh suatu kata yang memiliki
banyak makna dan perubahan penggunaan makna kata tersebut sehingga memperoleh
makna yang baru. Khususnya, tentang makna kata syaikh.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi bagaimana sebuah kata
bisa memiliki banyak makna, sekaligus memberi wawasan kepada penerjemah
tentang metode apa yang harus dilakukan agar makna budaya dalam bahasa sumber
(Bsu) dapat tersampaikan ke dalam bahasa sasaran (Bsa) ketika menghadapi kata
Arab yang berpolisemi, khususnya kata syaikh.
Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama
melakukan penelitian di bidang bahasa dan mengkaji tentang budaya. Sedangkan
perbedaannya terletak pada objek yang dianalisis. Siti Marwiyah melakukan
penelitian dengan polisemi kata syaikh sebagai analisis objeknya, sedangkan penulis
akan menggunakan penerjemahan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk dianalisis.
Nasrullah Nurdin (2011), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pendekatan
Sosiokultural atas Teks Terjemahan: Telaah Domestikasi dan Foreignisasi terhadap
Buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
6
adanya perbedaan antara penikmat buku terjemahan yang menginginkan pesan dalam
Bsu disampaikan dengan bahasa dan budaya yang sesuai dengan Bsa, dengan
penikmat buku terjemahan yang menginginkan agar budaya dalam Bsu tetap
dipertahankan, tidak dialihbahasakan.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan sumbangan penelaahan atas unsur
budaya dan aplikasi pendekatannya dalam studi penerjemahan sekaligus mengetahui
kompetensi seorang penerjemah dalam menyelami lautan teks Arab yang digenangi
konteks budaya.
Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama
meneliti di bidang bahasa dan mengkaji tentang budaya dan penerjemahan.
Sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dianalisis. Jika dalam skripsinya,
Nasrullah Nurdin menggunakan buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris sebagai
objek sekaligus sumber data, maka penulis akan menggunakan penerjemahan idiom
dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek
untuk dianalisis.
Nurhasanah Ardiati Nst. (2009), Universitas Sumatera Utara. Analisis Idiom
dalam Bahasa Arab. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya teori yang
dikemukakan oleh Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya
Bahasa. Menurutnya, yang disebut idiom adalah: pola-pola struktural yang
menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa,
sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Dari sinilah, Nurhasanah
Ardiati berkeinginan untuk mengkaji lebih dalam tentang seluk-beluk bahasa Arab,
terutama idiom dalam bahasa Arab yang menjadi objek penelitian.
7
Penelitian ini bertujuan untuk memperluas wawasan mengenai idiom dalam
bahasa Arab dan memperkaya referensi idiom dalam bahasa Arab. Relevansinya
dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu sama-sama menggunakan idiom
sebagai objek penelitian. Jika Nurhasanah Ardiati menganalisis idiom dalam bahasa
Arab, penulis akan menjadikan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa al-Masa`
karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk diterjemahkan.
Umi Nurul Fatimah (2013), Universitas Negeri Semarang. Idiom Bahasa Arab
Tinjauan Gramatikal dan Semantis. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya
perbedaan aspek gramatikal idiom dan aspek semantiknya. Pada aspek gramatikal
akan diungkap struktur gramatikal idiom, semantara pada aspek semantik akan
dikupas perubahan makna leksikal ke makna idiom beserta hubungannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur pembentuk idiom
bahasa Arab dalam tinjauan gramatikal dan mendeskripsikan perubahan makna dan
hubungan makna pembentuk idiom serta makna idiom bahasa Arab dalam tinjauan
semantik. Relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu samasama menjadikan idiom sebagai objek penelitian. Jika Umi Nurul Fatimah mengkaji
idiom melalui aspek gramatikal dan semantis, penulis akan menjadikan idiom dalam
novel Hadits al-Shobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk
diterjemahkan.
Anisatu Thoyyibah, S.Hum (2015) Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga. Idiom Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia yang Berunsur Bendabenda Alam (Kajian Sosiosemantik). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya
perbedaan konstruksi idiom yang berunsur benda-benda alam dalam bahasa Arab dan
bahasa Indonesia. Pada idiom bahasa Arab ditemukan konstruksi berbentuk frasa,
yakni frasa nominal, frasa preposisional dan frasa adverbial, serta konstruksi idiom
8
berbentuk klausa dan kalimat. Sedangkan dalam idiom bahasa Indonesia ditemukan
konstruksi idiom kata ulang, yakni kata ulang penuh dan kata ulang pemberian
afiksasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan idiom bahasa Arab dan bahasa
Indonesia yang berunsur benda-benda alam. Serta menjelaskan persamaan dan
perbedaan idiom bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang berunsur benda-benda alam
dan faktor yang melatarbelakanginya dari segi semantik dan sosiolinguistik. adapun
relevansinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama
menjadikan idiom sebagai objek penelitian. Jika Anisatu Thoyyibah, S.Hum mengkaji
idiom bahasa Arab dan bahasa Indonesia yang berunsur benda-benda alam dari segi
semantik dan sosiolinguistik, penulis akan menjadikan idiom dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz sebagai objek untuk diterjemahkan.
F. Kerangka Teori
1. Teori Penerjemahan Idiomatik
Menurut Newmark ada dua bentuk/orientasi dalam metode penerjemahan.
Pertama, metode penerjemahan yang diberi tekanan pada bahasa sumber (BSU).
Yaitu, penerjemahan kata demi kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan setia, dan
penerjemahan semantik. Kedua, metode penerjemahan yang diberi penekanan pada
bahasa sasaran (BSA). Yaitu, adaptasi/saduran, penerjemahan bebas, penerjemahan
idiomatik, dan penerjemahan komunikatif. Dalam penerjemahan idiom, penulis akan
menggunakan teori penerjemahan yang diberi penekanan pada bahasa sasaran (BSA),
yaitu penerjemahan idiomatik.
Saat menerjemahkan dengan metode idiomatik ini, seorang penerjemah
mereproduksi pesan dalam teks Bsu. Metode ini mengharuskannya untuk sering
menggunakan kesan keakraban dan ungkapan idiomatis yang tidak didapati pada versi
9
aslinya. Banyak terjadi distorsi nuansa makna, tetapi lebih hidup dan lebih nyaman
dibaca.
Newmark berpendapat seperti Nida dan Taber bahwa dalam penerjemahan,
makna bahasa sumber merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh seorang
penerjemah. Menurut Mona Baker, penerjemahan idiom sulit dilakukan karena idiom
bahasa sumber tidak memiliki padanan dalam bahasa sasaran, atau idiom mungkin
memiliki bentuk yang serupa dalam bahasa sasaran tetapi berbeda konteks
penggunaan dan konotasinya, atau suatu idiom memiliki makna literal dan makna
idiomatik.5
2. Hubungan antara Penerjemahan dan Budaya
Bahasa merupakan bagian dari budaya sekaligus juga merupakan komponen
budaya, karena itulah bahasa mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Penerjemahan di sini tidak hanya mengalihkan pesan tapi juga
mengalihkan budaya. Mengingat tidak ada satupun budaya yang sama maka sering
terdapat kesulitan dalam menemukan padanan yang tepat dalam menerjemahkan katakata dan ungkapan dari satu bahasa ke bahasa lain, bahkan banyak kata-kata yang
sama ternyata tidak sepadan.6
Beberapa definisi penerjemahan dan dan proses penerjemahan telah
dikemukakan oleh para ahli. Dari beberapa definisi tersebut, menyatakan hal yang
kurang lebih sama bahwa dari kegiatan penerjemahan adalah pencarian padanan
makna dari Bsu ke Bsa. Makna yang dimaksud secara ekstralinguistik, yaitu makna
teks secara keseluruhan. Apabila seorang penerjemah menjumpai kata atau istilah
yang berhubungan dengan sosio-kultural dalam teks bahasa sumber (Bsu), dan kata
5 Mona Baker. In Other Words. (London and New York, 1992) h. 68-69.
6 Sri Mulyati, Kajian Ketepatan Terjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel Kode Davinci. (Universitas
Negeri Semarang: 2006) h. 51.
10
atau istilah tersebut tidak terdapat di dalam konteks budaya bahasa sasaran (Bsa),
maka ia harus menentukan apakah harus mencari padanan yang terdekat atau
menggunakan istilah aslinya dengan diberi anotasi.7
Menurut Larson, proses penerjemahan itu terdiri dari mempelajari dan
menganalisa kata-kata, struktur gramatikal, situasi komunikasi dalam teks Bsu dan
konteks budaya Bsu dalam rangka ingin memakai makna yang ingin disampaikan
oleh teks Bsu. Adapun makna yang telah dipahami tersebut, diungkapkan kembali
dengan kata-kata, struktur gramatikal, yang cocok dengan konteks budaya bahasa
sasaran (Bsa).8
Dalam penerjemahan, perbedaan budaya dapat menimbulkan keterbatasan
budaya. Yang dimaksud dengan keterbatasan budaya adalah ketidakmampuan mencari
atau mendapatkan kata padanan ke dalam bahasa sasaran dikarenakan adanya
hambatan budaya. Perbedaan budaya dapat menimbulkan keterbatasan perangkat
leksikal bahasa sasaran. Keterbatasan perangkat leksikal juga menjadi penghalang
untuk memperoleh padanan yang tepat.
3. Idiom dalam Bahasa Arab
Idiom dalam bahasa Arab dikenal dengan التعبيرات الصطلحيية. Kata
التعبيراتmerupakan bentuk jamak dari kata تعبيرyaitu masdar dari kata عيبر – يعيبر
– تعبيرراyang berarti ungkapan. Adapun الصطلحييةmerupakan bentuk masdar dari
kata حا
اصطلح – يصطلح – اصطل رyang mendapatkan tambahan ‘ya nisbah’ yang
menjadi sifat bagi kata تعبير, sedangkan arti kata اصطلحitu sendiri adalah ‘kebiasaan,
tradisi, konvensi, istilah, ungkapan, dan idiom’.
7 Thomas Soemarno, Hubungan antara Lama Belajar dalam Bidang Penerjemahan, Jenis Kelamin,
Kemampuan Berbahasa Inggris, dan Tipe-Tipe Kesilapan Terjemahan Dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa
Indonesia. (Malang: IKIP, 1988) h. 26.
8 Sugeng Hariyanto dan Zuchridin Suryawinata, Translation: Bahasan Teori dan Penuntun Praktis
Penerjemahan. (Jakarta: Kanisius, 2003) h. 40.
11
Idiom adalah gabungan dua kata atau lebih yang susunannya terbentuk secara
tetap (baku) dan saling ketergantungan; atau gabungan kata yang maknanya tidak
sama dengan unsur-unsur pembentuknya. Richard mendefinisikan idiom adalah suatu
ungkapan yang berfungsi sebagai satu unit tunggal dan maknanya tidak dapat
diperoleh dari bagian-bagian yang terpisah.9 Menurut Kridalaksana, idiom memiliki 2
pengertian. Pertama, konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih masing-masing
anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain (kolokasi).
Kedua, idiom merupakan konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan
makna anggoa-anggotanya.10
Sedangkan, idiom dalam bahasa Arab dapat dibentuk dari unsur-unsur:
1. السم/ al-`ismu / kata benda
2. الفعل/ al-fi’lu / kata kerja
3. الحرف/ al-harfu / huruf
Berdasarkan unsur-unsur inilah, akan tampak bentuk-bentuk idiom. Idiom
dalam bahasa Arab ada yang terbentuk dari dua kata dan ada pula yang terbentuk dari
tiga kata.
G. Metodologi Penelitian
a. Metode dan Jenis Penelitian
Adapun jenis riset ini merupakan jenis penelitian kualitatif, penulis
menggunakan metode deskriptif-analitis. Dalam memperoleh data, penulis melakukan
studi kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan data yang berkaitan
dengan penelitian dari buku-buku, jurnal, majalah, dan media lain yang berkaitan
9 Richard Jack et al. Longman Dictionary of Applied Linguistics. (Essex: Longman Group Ltd., 1985) h.
134.
10 Harimurti, Kridalaksana. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008) h. 159.
12
dengan
penelitian.
Dalam
penelitian
ini,
penulis
melakukan
pendekatan
sosiolinguistik dalam menerjemahkan data.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data
sekunder digunakan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan
bahan pelengkap atau pembanding. Data primer dalam penelitian ini berupa idiomidiom yang terdapat dalam novel حديث الصباح و المساءkarya Naguib Mahfouz.
Adapun data sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku dan penelitian lain yang
berkaitan dengan objek studi ini.
H. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini terarah dan sistematis, berikut sistematika penulisan yang akan
penulis uraikan:
Bab I, Pendahuluan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
penelitian yang akan penulis lakukan, yang berisi sejumlah sub-bab: Latar Belakang
Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan.
Bab II, Wawasan Seputar Bahasa, Budaya dan Penerjemahan. Bab ini
bertujuan untuk membahas konsepsi dan hubungan antara bahasa, budaya dan
penerjemahan serta memberikan pijakan teoritis atas pendekatan dan metode yang
penulis gunakan dalam menerjemahkan idiom dalam novel Hadits al-Shobah wa alMasa` karya Naguib Mahfouz, dengan sejumlah sub-bab: Wawasan Bahasa dan
Budaya, Wawasan Idiom dan Penerjemahan Idiomatik.
13
Bab III, Biografi Penulis. Bab ini bertujuan untuk memaparkan biografi
Naguib Mahfouz, karya-karyanya dan faktor di balik penulisan novel Hadits alShobah wa al-Masa`, dengan satu sub-bab, yaitu: Mengenal Sosok Naguib Mahfouz.
Bab IV, Analisis Data. Bab ini merupakan inti dari penelitian yang penulis
lakukan, ysng berisi dua sub-bab: Telaah Penerjemahan Idiom dalam novel Hadits alShobah wa al-Masa` karya Naguib Mahfouz serta Budaya dan Pengaruhnya Dalam
Penerjemahan Idiom.
Bab V, Penutup. Tujuan dari penulisan bab ini adalah untuk menjelaskan
kesimpulan dari penelitian yang telah penulis lakukan. Dan hal-hal apa saja yang
harus direkomendasikan kepada para penerjemah, dengan sub-bab: Kesimpulan dan
Saran.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Mudhor. 1998. Kamus al-‘Ashr. (Yogyakarta: Yayasan Ali
Maksum).
14
Baker, Mona. 1992. In Other Words. London and New York: Routledge).
E. A., Nida dan Taber, R. 1969. The Theory and Practice of Translation. (Lellden: B. Brill).
Hajjah Bainar dkk., 2006. Ilmu Sosial, Budaya dan Kealaman Dasar. (Jakarta: Jenki Satria).
Halliday, M.A.K and Hasan, Ruqaiya. 1985. Language, Context and Text: Aspects of
Language in a Social Perspective. (Oxford: Oxford University Press).
Hariyanto, Sugeng dan Suryawinata, Zuchridin. 2003. Translation: Bahasan Teori dan
Penuntun Praktis Penerjemahan. (Jakarta: Kanisius).
Hidayatullah, Syarif. 2014. Seluk-Beluk Penerjemahan Arab-Indonesia. (Tangerang Selatan:
AlKitabah).
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. (Flores: Nusa Indah).
Koentjaranigrat. 1965. Pengantar Antropologi. (Jakarta: UI).
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama).
Mufid, Nur dan AS., Karerun Rahman. 2007. Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia.
(Penerbit Pustaka Progressif: Surabaya).
Mulyati, Sri. 2006. Kajian Ketepatan Terjemahan Ungkapan Budaya dalam Novel Kode
Davinci. (Universitas Negeri Semarang).
Richard Jack et al. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. (Essex: Longman
Group Ltd).
Soemarno, Thomas. 1988. Hubungan antara Lama Belajar dalam Bidang Penerjemahan,
Jenis Kelamin, Kemampuan Berbahasa Inggris, dan Tipe-Tipe Kesilapan Terjemahan
dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. (Malang: IKIP).
Yusuf, Suhendra. 1994. Teori Terjemah: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan
Sosiolinguistik. (Bandung: PT. Mandar Maju).
15