laporan dan praktikum dan epidemiologi
PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RESPONDEN
OLEH :
SUSIATI
NIM. 1111015153
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
LAPORAN HASIL
HASIL
Responden 1 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Yuliati
Jenis kelamin : Perempuan
Usia
: 23 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Penyakit
: Alergi
Alamat
: Jl. Gelatik Gang Aman
No. Hp
Asal
: 082311447337
: Sebatik Kabupaten Nunukan
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Meminta ijin untuk melakukan
pengontrolan
2. Memperolah RAP masalah kesehatan
3. Melihat kondisi tempat tinggal
B2 (10 hari kedua)
1. menanyakan masalah perilaku seharihari
2. memberi saran untuk menghindari
pemicu alergi responden
B3 (10 hari ketiga)
1. Saling berbagi cerita tentang kesehatan
2. Menanyakan apakah saran yang telah
dilakukan
3. Mengecek asupan makanan
B4 (10 hari keempat)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
2. Responden mengaku gatal-gatal akibat
alergi di tangannya masih sering merasa
gatal
3. Responden mulai menghindari
makanan pemicu alergi
B5 (10 Hari kelima)
1. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
2.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
1. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
2. Pasien
mengeluhkan
pekerjaan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
3. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
1. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
2. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
3. Pengecekan tekanan darah 160/90
4. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
1. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
2. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
1. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
2.
Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
3.
Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
4.
Saran masih dijalankan dengan baik
RAP RESPONDEN 1
1.
2.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
Responden tidak memliki alergi atau belum
mengetahui adanya gelrgi pada dirinya
Seperti masih sering mengkomsumsi
makanan telur dan menggunakan kosmetik
yang dapat memicu alergi
Muncul rasa gatal dan bintik kemerahan
pada daerah siku dan tangan setelah
mengkomsumsi telur. Dan bercak
kemerakan pada muka setelah
menggunakan kosmetik
Rasa gatal dan menimbulkan bekas di
pergelangan tangan setelah mengggunakan
kosmetik tersebut ataupun mengkonsumsi
telur secar berlebihan. Karena responden
tidak memperdulikan hal tersebut dan sering
menggaruk daerah timbulnya alergi
menyebabkan kulit responden menjadi
hitam dan berbintik bintik.
Umumnya penyakit Alergi tidak
menyisakan kecacatan. Namunalergi akan
muncul kembali jika mengkonsumsi
makanan dan menggunakan kosmetik yang
memicu alegi.
PEMBAHASAN
Responden 1
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Melihat kondisi dan situasi hunian pasien ini, dapat dikatakan rumah pasien
telah masuk kategori rumah sehat. Rumah pasien memiliki pencahayaan, sanitasi,
dan tata letak yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien tidak berhubungan dengan kondisi lingkungan, namun lebih kepada gaya
hidup pasien.
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ini bernama Masumi dan berusia 51 tahun, dengan status pekerjaan
sebagai karyawan swasta. Dengan usia ini, dapat diketahui penyakit degeneratif
akan mudah dialami pasien (khususnya asam urat dan hipertensi). Pada kunjungan
pertama diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi dan memiliki
kebiasaan makan makanan yang berkadar purin tinggi (terutama seafood dan
makanan bersantan), hal inilah yang menjadi penyebab utama pasien menderita
penyakit asam urat. Dengan beberapa gejala yang dialami, yaitu terjadinya
pembengkakan di wilayah sekitar punggung tangan dan rasa nyeri serta kram
dibagian bengkak tersebut.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut :
Faktor resiko : Usia, Gaya hidup dan Kurang Ber –Olahraga, Kadar
Kolestrol Tinggi, Memilik Riwayat Hipertensi
Faktor pendorong : Kebiasaan istri pasien memasak makanan yang
mengandung santan dan seafood
Faktor pencetus : Pasien memakan masakan dengan santan kental
Saran diberikan pada kunjungan pertama, yaitu mengubah perilaku host
untuk menjaga asupan makannya dalam hal ini yakni mengurangi makanan yang
bersantan agar tidak terjadi pembengkakan akibat asam urat.
Pada kunjungan kedua, didapatkan dari hasil kunjungan penderita mengaku
asam urat yang dideritanya akan cepat kambuh apabila mengkonsumsi makanan
yang bersantan. Pada kunjungan ini belum didapatkan perubahan dari saran yang
telah diberikan dimana pasien belum menghindari makanan yang bersantan dan
seafood. Bahkan dikagetkan dengan hasil pengukuran tekanan darah pasien
setinggi 210/120, saat itu pasien ke dokter dan mendapat rujukan ke RSU
A.Wahab Syahrani. Dalam kunjungan ini pemberian saran difokuskan kepada istri
pasien agar mengurangi memasak masakan yang bersantan.
Pada kunjungan ketiga, didapatkan informasi tambahan bahwa pasien jarang
berolahraga. Pasien pun masih sering makan makanan yang bersantan diluar
rumah, terutama pasien sering mendapatkan undangan dari teman dan kerabatnya.
Namun, untuk dirumah istri pasien mulai menuruti saran yang telah diberikan.
Hasil kunjungan ke-empat, dilakukan pengecekan tekanan darah kembali
dan didapatkan tekanan darah pasien 180/100 (terjadi penurunan) selain itu mulai
ada respon positif dari pasien. Istri pasien juga turut serta memberikan dukungan
terhadap pasien dengan rutin memberikan jus labu siam untuk menurunkan
tekanan darah pasien. Jus labu siam ini merupakan saran dari dokter untuk
menurunkan tekanan darah pasien.
Pada kunjungan ke-lima, pasien sudah mulai menghindari makanan yang
bersantan, seafood dan kacang-kacangan. Selain itu, pasien mulai menjadwalkan
olahraga rutin setiap hari Sabtu dan Minggu.
Ketika kunjungan ke-enam, bengkak akibat asam urat yang dialami pasien
sudah mulai berkurang. Namun, pasien mengeluhkan banyaknya pekerjaan yang
mengharuskan ia banyak mengetik sehingga tangan yang bengkak lambat sembuh.
Pada kunjungan ini pasien diberikan saran agar membatasi waktu kerja (tidak
memforsir).
Hasil kunjungan ke-tujuh diketahui pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu. Selain itu, didapatkan bengkak akibat asam urat yang
pasien derita ditangan telah sembuh. Dilakukan pengecekan tekanan darah
kembali, dimana didapatkan hasil pengukuran 160/90 (terus mengalami
penurunan). Istri pasien pun diketahui masih rutin memberikan jus labu siam
(setiap hari) kepada pasien.
Pada kunjungan ke-delapan, dilakukan pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang telah dilakukannya. Selain itu didapatkan
bahwa pasien sudah sangat jarang mengkonsumsi makanan yang berpurin lagi
(bersantan dan seafood).
Pada kunjungan ke-sembilan, saran-saran yang diberikan sebagian besar
telah dilaksanakan pasien dengan baik dan jam kerja pasien tidak begitu di forsir
lagi.
Pada kunjungan kesepuluh (terakhir), penyakit asam urat yang diderita
pasien sudah tidak kambuh lagi. Dilakukan pengecekan tekanan darah kembali,
didapatkan tekanan darah pasien telah mendekati normal, yaitu 140/90. Saransaran yang diberikan pun masih dijalankan dengan baik.
Responden 2 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Supardi Agus Susanto
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 62 tahun
Pekerjaan
: Security TupperWare
Penyakit
: Diabetes Melitus
Alamat
: Perum Samarinda Hills Blok B no 5
Kel. Rapak Dalam Kec. Loa jana Ilir
No. Hp
: 085250018005
Jmlh keluarga : 3 orang
Asal
: Samarinda
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Perkenalan
2. Meminta ijin melakuakn pengontrolan
3. Menanyakan masalah kesehatan
4. Melihat kondisi rumah
B2 (10 hari kedua)
1. Saling berbagi cerita tentang kesehatan
2. Memperoleh RAP Responden
3. memberdayakan keluarga responden
dalam perubahan perilaku konsumsi
B3 (10 hari ketiga)
1. Memeriksa tekanan darah dan denyut
nadi responden
2. Memberikan saran dan arahan agar
selalu mengurangi makanan yang
mengandung glukosa lebih seperti
mengkonsumsi kopi dan susu yang manis
B4 (10 hari keempat)
B5 (10 Hari kelima)
3. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
4.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
4. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
5. Pasien
pekerjaan
mengeluhkan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
6. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
5. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
6. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
7. Pengecekan tekanan darah 160/90
8. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
3. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
4. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
5. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
6.
Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
7.
Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
8.
Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 2
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
Responden sangat menyukai makanna
cemilan yang manis dan meminum susu
kopi yang manis setiap hari. Karena
pekerjaan responden sebagai sekuriti maka
Responden jarang beristirahat dan sering
melakuakn aktifitas di malam hari.
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya DM
Seperti melakukan pola hidup yang tidak
sehat seperti jarang beristirahat, jarang
melakukan aktifitas fisikdan kebanyakan
duduk. Pola makan yang tidak teratur
seperti kelebihan the dan kopi manis, sering
mengkomsumsi cemilan manis. Responden
juga sering terpapar radikal bebas dan
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
menggunakan botol plastik berulang kali.
Responden juga seorang perokok aktif sejak
masih muda
Responden sering merasa kelelahan dan
sering buang air kecil yang berlebihan dan
mulai adanya peningkatan kadar gula dalam
darah dan air seni.dan juga kadar kolesterol
semakin tinggi
Berat badan responden menurun drastic,
terus menerus merasa haus, baung air kecil
semakin sering sel-sel kehilangan air karena
tubuh
mengalami
dehidrasi
akibat
perpindahan osmotic air dari dalam sel ke
cairan ekstrasel yang hipertonik. timbul
gangguan fungsi system sarat dengan rasa
haus yang berlebihan pada responden.
Umumnya Diabetes mellitus kering tidak
menimbulkan luka yang membusuk
karenajuka ada luka pada diabetes mellitus
kering akan lebih mudah sembuh
PEMBAHASAN
Responden 2
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Mengingat pasien yang sudah lansia, maka denah rumah harus dirancang
seaman mungkin bagi pasien. Namun kenyataannya, sekalipun keadaan kondisi
lingkungan pasien yang sudah dapat dikatakan cukup baik (rumah permanen).
Masih ditemui kurangnya pencahayaan di rumah tersebut, terutama di bagian
dapur. Selain itu, lantai dapur yang terbuat dari keramik sudah pasti licin dan
dapat membahayakan keselamatan ibu Eliani (terutama saat kakinya bengkak).
Gambar dapur Ibu Eliani
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ke-2 ini bernama Ibu Eliani Wongso yang telah berusia 76 tahun
termasuk dalam usia lansia, pekerjaannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pada saat kunjungan pertama dilakukan upaya pendekatan agar pasien mau
dipantau kondisi kesehatannya. Selain itu didapatkan bahwa pasien menderita
asam urat akibat penuaan/penyakit degeneratif mengingat usia pasien telah lansia.
Gejala yang terlihat jelas yaitu terjadi pembengkakan sendi di sekitar daerah kaki
pasien. Bengkak tersebut terasa nyeri dan kaku, hal ini merupakan gejala utama
penyakit hipertensi.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut :
Faktor resiko : Usia (LANSIA), Riwayat Hipertensi
Faktor pendorong : Kurangnya perhatian keluarga terhadap konsumsi
makanan pasien
Faktor pencetus : Pasien pernah terjatuh di dapur
Saran diberikan pada kunjungan 1 yaitu mengubah perilaku host untuk
mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang.
Pada kunjungan kedua, dilakukan pengecekan kesehatan pasien berupa
pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan darah pasien 140/90. Namun
didapatkan informasi bahwa pasien telah rutin mengkonsumsi jus timun tiap
harinya.
Hasil kunjungan ketiga, didapatkan informasi bahwa pasien pernah
terjatuh di dapur, hal ini yang menyebabkan bengkaknya semakin bengkak. Pada
kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien agar membatasi asupan
makanan yang dikonsumsi agar tidak memperparah asam urat yang diderita
pasien.
Pada kunjugan keempat, dilakukan pemantauan kondisi pasien
dan
dilakukan pemberian saran kepada anggota keluarga pasien agar senantiasa
mengawasi aktivitas pasien untuk menghindari kemungkinan pasien terjatuh
kembali.
Pada kunjungan ke-lima, kembali dilakukan pemantauan pasien diamana
didapatkan perkembangan bengkak pasien yang semakin membaik.
Kunjungan ke-enam, keluarga pasien telah lebih peduli terhadap pasien
terbukti dengan adanya pengawasan jenis makanan yang dikonsumsi pasien untuk
menghindari makanan yang memicu asam urat (berkadar purin tinggi). Selain itu,
ketika dilakukan pengukuran tekanan darah pasien didapatkan tekanan pasien
telah 130/90 (mendekati normal).
Hasil
kunjungan
ke-tujuh,
diketahui
bahwa
pasien
masih
rutin
mengkonsumsi jus timun. Jus timun dipercaya dapat dengan cepat menurunkan
tekanan darah dan dapat menjaga tekanan darah agar tidak tinggi. Dengan
kebiasaan pasien tersebut, terlihat kondisi bengkak pasien yang hampir sembuh.
Pada kunjungan ke-delapan, keluarga pasien mengaku telah melarang
pasien untuk beraktivitas di dapur, hal ini dilakukan dengan cara membagi
pekerjaan dengan anggota keluarga lainnya agar pasien tidak perlu sering bekerja
di dapur. Pada kunjungan ini pula, dilakukan pemberian saran untuk
mempertahankan kondisi pasien.
Di kunjungan ke-sembilan, dilakukan kembali pemantauan pasien dan
dilakukan pemberian saran agar pasien membatasi aktivitas di rumah untuk
menghindari accident yang pernah dialami pasien.
Pertemuan kesepuluh (terakhir), ternyata ditemukan bengkak pasien belum
sembuh total sekalipun saran-saran yang diberikan masih dijalankan dengan baik.
Adanya kecenderungan penyakit pasien yang sulit sembuh ini dikarenakan faktor
usia dan kondisi fisik pasien yang memang sangat mudah mengalami bengkak
apabila ada aktivitas yang memberatkan pasien.
Responden 3 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Dimas R
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 20 Tahun
Pasien tidak memberikan
izin dalam pengambilan
foto
Pekerjaan
: Mahasiswa
Penyakit
: Maag
Alamat
: Jl. Bukit Barisan, Kampung Jawa
belakang RS Dirgahayu
No. HP
Asal
: 085346953385
: Jawa
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Memperoleh masalah kesehatan
2. Meminta ijin untuk melakukan
pengontrolan
3. Saling bertukar informasi seputar
kesehatan
4. Memperoleh RAP Masalah kesehatan
Responden
B2 (10 hari kedua)
1. Berbagi cerita tentang kesehatan
2. Mengecek perilaku pola makan dan asupan
responden
3. Memberikan saran untuk menghindari
makanan yang dapat memicu maag
B3 (10 hari ketiga)
1. Periksa tekanan darah dan denyut jantung
2. Responden masih belum bisa mengatur
pola makan
3. Memberdayakan keluarga dan teman
responden untuk saling mengingatkan
tentang sarapan pagi, asupan dan pola
makan
B4 (10 hari keempat)
1. Responden masih sering telat makan dan
sulit mengatur pola makan namun
responden menyadari akan pentingnya
makan tepat waktu
2. Responden masih mengkonsumsi makanan
yang dapat memicu maag
3. Memberikan penyuluhan tentang gzi
seimbang dan pola makan yang tepat
B5 (10 Hari kelima)
1. Tetap menanyakan apakah saran yang
diberikan tetap dijalankan
2. Responden mengaku bahwa intensitas
timbulnya indikasi maag mulai berkurang
3. Memberikan
saran
mempertahankan
untuk
sarapan
pagi
tetap
dan
menjaga pola makan dengan gizi seimbang
B6 (10 Hari kelima)
1. Hanya melakukan kontak via telepon
dengan menanyakan kabar responden dan
kondisi kesehatan responden
B7 (10 Hari kelima)
1. Responden mengaku penyakit maagnya
sempat kambuh disebabkan responden
terlalu sibuk dengan aktivitas organisasi
kampus sehingga sulit mengontrol pola
makan
2. Tetap memberikan saran untuk tetap
menjaga pola makan
3. Memanfaatkan teman sesama aktivis untuk
mengiatkan responden tetap menjaga pola
makannya
B8 (10 Hari kelima)
1. Hanya melakukan hubungan via SMS
karena sulitnya bertemu responden namun
tetap menanyakan kondisi responden dan
saran yang telah diberikan
B9 (10 Hari kelima)
1. Responden tetap mengaku masih sulit
sarapan pagi dan menjaga pola makan
namun tetap komitmen untuk menjalankan
saran yang telah diberikan
PEMBAHASAN
Responden 3
1. Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Responden 3 tinggal dikontrakan bersama dengan temannya. Kesibukan
aktifitas akademik dan organisasi responden menyebabkan jarang sarapan
pagi, sering telat makan selain itu responden juga menyukai makanan yang
berminyak dan pedas yang dapat memicu timbulnya maag.
2. Kunjungan dan Pengintervensian
Pada saat kunjungan pertama dengan Reponden 3 bernama Dimas
berusia 20 tahun, dengan status mahasiswa di Universitas Mulawarman yaitu
mencari permasalahan kesehatan yang diderita dan didapati bahwa responden
memiliki penyakit gastritis (maag) yang diderita sejak kecil. Responden
mengaku bahwa kondisi lambungnya lemah. Gejala yang dialami sering
merasakan nyeri pada ulu hati.
Setelah wawancara singkat dengan responden maka ditemukan beberapa
faktor dan RAP dari penyakit maag yaitu:
Faktor Resiko
Stress beban tugas kuliah dan aktivitas organisasi,
Faktor Pendorong
pola makan
Sikap dari teman sebaya. Dukungan teman kuliah
dan teman kontrakan untuk selalu mengingatkan
responden tentang kebiasaan sarapan pagi dan dan
menjaga pola makan akan menjadi peran yang sangat
Faktor Pencetus
penting
Makanan pedas, asam dan berminyak, aktivitas
organisasi reponden yang sangat padat
RAP Responden 3
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
Responden masih belum mengalami gelaja
maag namun faktor risiko seperti pola
makandan psikologis telah ada pada
responden. Responden mengatakan bahwa
lambungnya sangat lemah dan sensitive
terhadap makanan
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya maag
maka akan menimbulkan gejala maag.
Responden masih sering telat makan dan
tidak membiasakan sarapan pagi sebelum
beraktifitas.
Responden sering merasa nyeri dan keram di
daerah perut. Apalagi saat responden tidak
memperdulikan pola makannya dan sering
telat makan
Responden sibuk dengan aktifitas dan resing
telat makan ditambah faktor stress akibat
beban tugas kuliah sehingga penyakit maag
sering kambuh dan responden mengaku saat
maag telah kambuh responden sudah tidak
dapat beraktifitas hanya bisa berbaring atau
duduk saja
-
Pada kunjungan kedua didapat hasil kunjungan, bahwa maag yang
diderita responden sering kambuh ketika responden mulai sibuk dengan tugas
kuliah dan aktivitas organisasi serta saat responden mengkonsumsi makan
pedas. Sehingga Saran yang dapat yaitu dengan menghindari makanan yang
dapat memicu kambuhnya maag.
Kunjungan ketiga, pada kunjungan ini saya melakukan pemeriksaan
tekanan darah pada responden, responden masih belum bisa mengatur pola
makan sehingga belum ada perkembangan karena penyakit maag masih sering
kambuh. Sehingga saran yang dilakukan adalan dengan memberdayakan
keluarga dan teman responden untuk saling mengingatkan tentang asupan dan
pola makan
Pada kunjungan ke-empat belum ada perkembangan, responden masih
belum terbiasa untuk selalu sarapan pagi sebelum berangkat kuliah, makan
yang teratur dan responden masih sering mengkonsumsi makanan yang pedas
dan asam. Saran yang dapat diberikan yaitu menyuruh kepada keluarga untuk
selalu mengingatkan untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat
kuliah, makan yang teratur, dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang
pedas dan asam.
Hasil kunjungan ke-lima yaitu tidak bertemu responden dikarenakan
kesibukan responden di kampus.
Kunjungan ke-enam, responden sudah mulai terbiasa untuk sarapan pagi
sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur dan mulai mengurangi makanan
yang pedas dan asam. Pemberian saran untuk selalu memotivasi diri sendiri agar
terus menerapkan kebiasaan tersebut dikehidupan sehari-hari sehingga responden
akan selalu sarapan pagi sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur, dann
mengurangi makanan yang pedas dan asam.
Hasil kunjungan ke-tujuh, tidak bertemu responden lagi dikarenakan
responden ada tugas lapangan.
Pada kunjungan yang ke-delapan , responden mengaku penyakit maag yang
dideritanya sudah jarang kambuh dan responden juga sudah bisa mengatasi
apabila stres. Saran yang diberikan kepada responden untuk terus-terusan
menerapkan perubahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
Pada kunjungan ke-sembilan, responden sudah terbiasa untuk sarapan pagi
sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur. Dan responden masih agak susah
mengurangi makanan yang pedas dan asam. Pemberian saran untuk sedikit demi
sedikit mulai membiasakan untuk mengurangi makanan yang pedas dan asam.
Pada kunjungan terakhir, Sudah mengalami perkembangan tetapi belum
sepenuhnya dikarenakan responden masih belum bisa mengurangi makanan yang
pedas dan asam.
Responden 4 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Nasrullah
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 55 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penyakit
: Penyakit Jantung Koroner
Alamat
: Jl. Kemakmuran
No. Hp
Suku
: 081258050559
: Bugis
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Perkenalan
2. Memperolah RAP masalah kesehatan
3. Meminta ijin
4. Memperoleh informasi aktifitas seharihari responden
B2 (10 hari kedua)
1. Saling berbagi informasi tentang
kesehatan
2. Memberikan saran tentang perilaku
hidup sehat misalnya olahraga dan
menghindari rokok
3. Memberdayakan keluarga responden
untuk saling mengingatkan untuk
menghindari faktor yang dapat menjadi
pencetus
B3 (10 hari ketiga)
1. Responden masih sangat sulit
meluangkan waktu untuk olahraga
2. Responden mengaku lebih suka
mengonsumsi makanan yang dapat
menurunkan kolesterol
3. Pemberian arahan untuk
mengkomsumsi sayur dan buah
B4 (10 hari keempat)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
Jantung
2. Responden mengaku sering merasa
sesak dalam dada
3. Responden mulai teratur berolahraga
dengan lari pagi sekitar wilayah unmul
namun tidak teratur
4. Responden mengkonsumsi makanan
penurun kolesterol sebagai alternative
untuk menghindari obat yang mahal
B5 (10 Hari kelima)
5. Pasien sudah mulai menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
6.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
7. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
8. Pasien
pekerjaan
mengeluhkan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
9. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
9. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
10. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
11. Pengecekan tekanan darah 160/90
12. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
5. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
6. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
9. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
10. Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
11. Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
12. Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 4
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
Responden mengaku adalah seorang perokok
aktif saat masih muda dan sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol yang tinggi
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya
Penyakit Jantung Koroner seperti merokok
dengan frekunsi sering dan banyak
Responden sering merasa kelelahan dan
nyeri pada daerah jantung apalagi saat
selesai merokok dan stress dengan pekerjaan.
Responden juga mengaku nyeri dan sesak
timbul saat emosi tidak stabil dan melakukan
aktifitas lebih
Berat badan responden menurun drastic, dan
nyeri pada daerah jantung menjadi sering.
5.
disease)
Responden mengaku nyeri yang dirasakan
sampai responden tidak merasakan jantung
namun hanya berlansung beberapa menit
saja. Responden mengaku telah berhenti
merokok saat 5 tahun yang lalu
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
-
PEMBAHASAN
Responden 4
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Melihat masalah kesehatan yang diderita oleh pasien adalah termasuk
dalam PAK (penyakit akibat kerja), kondisi lingkungan tempat tinggal tidak turut
mempengaruhi parahnya penyakit pasien. Faktor utama yang mempengaruhi,
yaitu kondisi lingkungan tempat kerja pasien, dimana kondisi lingkungan tempat
kerja pasien sangat berpotensi menyebabkan penyakit SBS (Sick Building
Syndrome).
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ini bernama Triyadi Yulianto berusia 40 tahun dengan status
sebagai pekerja swasta. Pada saat kunjungan pertama yang dilakukan di tempat
kerja pasien, dilakukan upaya pendekatan agar pasien mau dikontrol kondisi
kesehatannya. Pada saat ini, didapatkan bahwa pasien menderita salah satu jenis
penyakit akibat kerja yang dikenal dengan istilah Sick Building Syndrome.
Pada kunjungan pertama ini belum didapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan yang diderita pasien, hal ini dikarenakan waktu
kunjungan hanya sebentar (menyesuaikan waktu kerja pasien).
Selanjutnya pada kunjungan kedua, barulah diketahui bahwa penyebab
utama masalah kesehatan yang diderita pasien akibat dari kondisi lingkungan
kerja pasien. Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui
penyebanya maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut :
Faktor resiko : Dari host yang jarang berolahraga; Agent berupa agent
biologis, agent kimia, dan radiasi
Faktor pendorong : Paparan agent biologis dari sirkulasi AC yang jarang
dibersihkan
Faktor pencetus : Posisi tempat kerja yang searah dengan sumber
pendingin (AC)
Pada kunjungan kedua ini pasien mengeluhkan gejala seperti flu yang
dideritanya tidak kunjung sembuh. Gejala yang dirasakan pasien di antaranya
adalah hidung dan mata berair, kepala sakit, dan kulit kering. Berdasarkan teori,
gejala yang dialami pasien bukanlah gejala flu melainkan gejala Sick Building
Syndrome. Pada kunjungan ini diberikan saran kepada pasien agar mengkonsumsi
banyak vitamin C dengan tujuan utama meningkatkan imunitas tubuh pasien agar
tidak memperparah gejala yang diderita pasien.
Pada kunjugan ketiga, diketahui bahwa kantor tempat pasien bekerja tidak
memiliki jendela maupun ventilasi dan hanya mengandalkan AC sebagai sirkulasi
udara utama. Padahal diketahui bahwa AC yang jarang mendapatkan perawatan
akan menjadi tempat perkembangbiakkan bibit penyakit, dari sinilah pasien
mendapatkan paparan agent biologis. Selanjutnya didapatkan pengakuan pasien
yang jarang berolahraga, sehingga dilakukan pemberian saran agar pasien rajin
berolahraga.
Pada kunjugan keempat, diketahui bahwa posisi kerja pasien searah
dengan AC (paparan agent biologis), hal inilah yamg menjadi faktor pencetus
gejala SBS yang diderita pasien tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien mengaku
masih belum meluangkan waktu untuk berolahraga. Pada kunjungan ini dilakukan
pemberian saran agar pasien tidak seharian penuh didalam ruangan ber-AC
(menyempatkan diri keluar ruangan untuk sirkulasi udara bersih), hal ini guna
menghindari tingginya paparan agent biologis sebagai penyebab utama penyakit
SBS yang diderita pasien.
Pada kunjugan kelima, pasien masih mengeluhkan gejala mata dan hidung
selalu berair saat bekerja. Namun pada kunjungan ini diketahui bahwa pasien
mulai menyempatkan waktu untuk berolahraga. Pada kunjungan ini dilakukan
pemberian saran kepada atasan pasien agar memberikan perawatan rutin bagi AC
untuk meminimalisir kemungkinan perkembangan agent biologis dalam sirkulasi
udara di ruangan kerja pasien.
Pada kunjungan keenam, pasien sudah mulai membuka pintu ruangan
kantor terlebih dahulu setiap paginya, dalam hal ini pasien sudah mulai menyadari
pengaruh dari sirkulasi udara ruangan kantor yang cukup buruk dapat
memperparah penyakit Sick Building Syndrome yang pasien derita. Pada
kunjungan ini pula pasien mengaku telah memperbanyak konsumsi vitamin C.
Selain itu, saran kepada atasan kantor pasien yang diberikan pada kunjungan
sebelumnya telah diterima dengan baik pada kunjungan keenam ini.
Pada kunjungan ketujuh, pasien mengaku gejala SBS yang ia derita telah
berkurang. Selain itu, pasien juga telah memiliki jadwal tetap berolahraga 1
minggu sekali yaitu setiap hari minggu pagi. Pada kunjungan ini dapat
disimpulkan bahwa pasien telah mulai melakukan pola hidup sehat.
Pada kunjungan kedelapan, hanya dilakukan pemantauan kondisi pasien
dimana didapatkan kondisi pasien semakin membaik. Selain itu, dilakukan
pemberian saran kepada pasien agar pasien mempertahankan kebiasaan baik yang
mulai dibuat pasien tersebut.
Ketika kunjungan kesembilan, pasien tidak dapat ditemui karena sedang
ditugaskan pihak kantor untuk mengikuti diklat dan pelatihan, sehingga pada
jadwal kunjungan ini tidak dapat diketahui kondisi pasien.
Pada pertemuan kesepuluh (terakhir), pasien mengaku gejala SBS yang
dirasakan sudah sembuh walaupun terkadang masih kambuh sebagian (misal mata
berair, kepala sakit, dan susah berkonsentrasi). Namun pasien mengaku masih
menjalankan saran-saran yang diberikan. Selain itu, pihak kantor pasien merespon
dengan baik masukan/saran yang diberikan, terbukti dengan adanya kebijakan
atasan pasien dalam mengubah posisi meja kerja pasien (dilakukan perombakan
posisi tempat kerja).
Responden 5 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Muhammad Fajar
Jenis kelamin : laki-laki
Usia
: 24 tahun
Pekerjaan
:
Mahasiswa
Teknik
STIMIK
Penyakit
Alamat
No. Hp
Suku
: perokok
: Jl. Lambung Mangkurat
: 085250793378
: Bugis
B1 (10 hari pertama)
1. memperoleh masalah kesehatan
2. meminta ijin melakukan pengontrolan
3. menanyakan RAP Merokok
B2 (10 hari kedua)
1. Menanyakan RAP merokok
2. Responden mengaku tidak sanggup
menghindari rokok
3. Memberdayakan keluarga agar
responden mulai mengurangi mengisap
rokok
B3 (10 hari ketiga)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
2. Menanyakan responden tentang apa
yang di rasakan responden jika
mengisap rokok yang banyak
3. Responden mulai mengerti tentang
bahaya merokok namun mengaku
sangat sulit mneghindari rokok
B4 (10 hari keempat)
4. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
5. Responden mengaku gatal-gatal akibat
alergi di tangannya masih sering merasa
Informatika
gatal
6. Responden mulai menghindari
makanan pemicu alergi
B5 (10 Hari kelima)
7. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
8.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
10. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
11. Pasien
mengeluhkan
pekerjaan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
12. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
13. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
14. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
15. Pengecekan tekanan darah 160/90
16. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
7. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
8. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
13. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
14. Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
15. Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
16. Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 5
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
5.
Lingkungan responden yang dominan
dengan perokok termasuk keluarga
responden, pergaulan responden yang bebas
dan rasa keingintahuan yang tinggi akan
sesuatu hal yang baru
Responden mulai mencoba merokok saat
smp. Hanya satu atau dua batang saja.
Responden mengaku membeli rokok dengan
uang jajan yang diberikan orang tua.
Responden mulai menyukai aktifitas
merokok apalagi saat orang tua responden
telah berpisah dan tidak ada larangan dari
orang tua karena kedua orang tua sibuk
dengan pekerjaan masing-masing
Responden mulai tergantung dengan rokok.
Responden mengaku menghisap rokok bisa
satu bungkus tiap hari.
-
PEMBAHASAN
Responden 5
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Sama halnya dengan pasien sebelumnya, pasien ini menderita penyakit
akibat kerja yang penyebabnya lebih kepada kondisi lingkungan kerja bukan
menekankan pada kondisi dan situasi hunian. Sehingga tidak dilakukan
pengamatan di rumah pasien. Didapatkan lingkungan kerja pasien yang berada di
sebuah gedung permanen dan terletak di pinggir jalan dengan polusi udara cukup
tinggi.
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ke-5 ini bernama Dewi Anggraini berusia 27 tahun yang sehariharinya bekerja sebagai salah satu karyawan swasta di kawasan perkantoran
Samarinda. Pada saat kunjungan pertama dengan target mencari permasalahan
kesehatan yang diderita ternyata didapati bahwa responden menderita penyakit
akibat kerja Sick Building Syndrome. Dengan beberapa gejala yang dialami
seperti hidung berair, kulit kering, dan sulit berkonsentrasi. Hal ini merupakan
gejala dari penyakit Sick Building Syndrome.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Faktor resiko : Dari host yang jarang berolahraga; Agent berupa agent
biologis, agent kimia, dan radiasi
Faktor pendorong : Paparan agent biologis dari sirkulasi AC yang jarang
dibersihkan
Faktor pencetus : Jam kerja full dalam ruangan, mengoperasikan mesin
photo copy
Pada kunjungan pertama ini, tidak diberikan saran bagi pasien karena masih
dipelajari penyebab-penyebab dari masalah kesehatan yang diderita oleh pasien.
Pada kunjungan kedua, pasien mengeluhkan jam kerja yang full di dalam
ruangan, yaitu selama kurang lebih 8 jam. Padahal setelah dilakukan pengamatan,
ruang kerja pasien tidak memiliki ventilasi, yaitu hanya mengandalkan AC
sebagai sirkulasi udara. Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran agar
pasien meluangkan waktu keluar ruangan kerja sesekali yang diharapkan dapat
membantu pasien memperoleh udara bersih.
Hasil kunjungan ketiga, pasien mengaku tidak senang berolahraga. Selain
itu, diketahui pula bahwa pasien selalu berhadapan dengan komputer selama 8
jam kerja. Hal ini merupakan bagian dari paparan radiasi penyebab SBS bagi
pasien. Tidak hanya berhadapan dengan komputer selama jam kerja, pasien juga
sering mengoperasikan mesin foto copy yang ada dikantor tersebut. Pada
kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien untuk rajin berolahraga.
Pada kunjungan keempat, diketahui adanya pemakaian pengharum ruangan
yang cukup banyak disekitar tempat kerja. Dari teori yang didapatkan,
penggunaan pengharum ruangan merupakan bagian dari faktor penyebab gejala
Sick Building Syndrome yang sifatnya sebagai agent kimia. Namun, pada
kunjungan ini didapatkan kemajuan pasien yang mulai rajin berolahraga.
Pada kunjungan ke-lima, pasien masih mengalami gejala SBS (terutama
hidung berair). Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien
untuk mengkonsumsi buah-buahan sebagai sumber utama vitamin untuk
meningkatkan stamina tubuh pasien. Karena penyakit akan semakin parah apabila
tidak diiringi dengan stamina tubuh yang baik.
Kunjungan ke-enam, terjadi penurunan kebiasaan pasien, dimana pasien
yang awalnya sudah mulai membiasakan diri untuk berolahraga kini mulai malas
berolahraga kembali. Namun di sisi lain, pasien mulai mengurangi paparan dari
radiasi komputer dengan menambah waktu istirahat dan membatasi waktu kerja di
depan komputer. Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran agar pasien dapat
konsisten rajin berolahraga.
Hasil kunjungan ke-tujuh, yaitu didapatkan pasien yang mulai membiasakan
diri mengkonsumsi buah-buahan. Selain itu telah ada kebijakan baru dari atasan,
yaitu dilakukannya pembagian tugas foto copy dengan karyawan lainnya untuk
mengurangi paparan radiasi dari mesin foto copy. Pada kunjungan ini pasien
mengaku telah mulai kembali rajin berolahraga.
Pada kunjungan ke-delapan, gejala SBS yang dirasakan pasien telah
sembuh. Selanjutnya dilakukan pemberian saran agar pasien senantiasa
mempertahankan pola hidup yang sehat (seperti yang telah dijalankan
sebelumnya).
Di kunjungan ke-sembilan kembali dilakukan pemantauan kondisi pasien.
Pada saat ini pasien masih menjalankan saran-saran yang diberikan dengan baik.
Untuk selanjutnya, yaitu pada kunjungan kesepuluh tidak dilakukan
kunjungan. Hal ini dikarenakan kondisi pasien telah sesuai dengan yang
diharapkan (pasien telah sembuh total dari gejala SBS) dan ketika itu bertepatan
dengan pasien yang tidak bisa ditemui.
KESAN DAN PESAN
Kesan yang didapatkan selama proses pemantauan dan intervensi masalah
kesehatan ini, yaitu adanya hambatan-hambatan yang ditemui selama proses
kegiatan berlangsung. Mulai dari sulitnya menemui responden karena responden
awalnya selalu berusaha menghindar dan tidak ingin diikuti perkembangan
kesehatannya. Selain itu juga terletak pada proses intervensi yang tidak selalu
berjalan dengan mulus, dikarenakan watak pasien yang berbeda-beda dan tidak
semua mau menerima apalagi menjalankan saran dan masukan yang telah
diberikan. Kesulitan dalam analisis faktor penyebab juga menjadi suatu hal yang
cukup berat, dikarenakan peneliti harus mengikuti terus perkembangan dan
kegiatan pasien agar dapat menarik suatu kesimpulan.
Namun
dengan
adanya
tugas
ini,
mahasiswa
akan
bertambah
pengalamannya. Mahasiswa juga dapat tau sedikit cara membina hubungan yang
baik dengan masyarakat. Dari tugas ini juga dapat diketahui bahwa masalah
kesehatan di masyarakat kian kompleks dengan faktor penyebab yang berbedabeda, sehingga berbeda pula cara intervensinya. Pasien yang satu dengan pasien
lainnya sekalipun memiliki masalah kesehatan yang sama, ternyata memiliki
faktor resiko, faktor pendorong, dan faktor pencetus yang berbeda.
Pesan yang ingin disampaikan, yaitu diharapkan pada penelitian
selanjutnya dari awal telah diberitahukan bahwa pengambilan dokumentasi harus
dilakukan di setiap kunjungan. Selain itu, seharusnya dari awal pemberian tugas
step pembuatan laporan sudah diberikan, sehingga mahasiswa dapat melakukan
proses pemantauan dan intervensi sesuai dengan format yang seharusnya.
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RESPONDEN
OLEH :
SUSIATI
NIM. 1111015153
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2014
LAPORAN HASIL
HASIL
Responden 1 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Yuliati
Jenis kelamin : Perempuan
Usia
: 23 tahun
Pekerjaan
: Mahasiswa
Penyakit
: Alergi
Alamat
: Jl. Gelatik Gang Aman
No. Hp
Asal
: 082311447337
: Sebatik Kabupaten Nunukan
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Meminta ijin untuk melakukan
pengontrolan
2. Memperolah RAP masalah kesehatan
3. Melihat kondisi tempat tinggal
B2 (10 hari kedua)
1. menanyakan masalah perilaku seharihari
2. memberi saran untuk menghindari
pemicu alergi responden
B3 (10 hari ketiga)
1. Saling berbagi cerita tentang kesehatan
2. Menanyakan apakah saran yang telah
dilakukan
3. Mengecek asupan makanan
B4 (10 hari keempat)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
2. Responden mengaku gatal-gatal akibat
alergi di tangannya masih sering merasa
gatal
3. Responden mulai menghindari
makanan pemicu alergi
B5 (10 Hari kelima)
1. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
2.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
1. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
2. Pasien
mengeluhkan
pekerjaan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
3. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
1. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
2. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
3. Pengecekan tekanan darah 160/90
4. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
1. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
2. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
1. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
2.
Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
3.
Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
4.
Saran masih dijalankan dengan baik
RAP RESPONDEN 1
1.
2.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
Responden tidak memliki alergi atau belum
mengetahui adanya gelrgi pada dirinya
Seperti masih sering mengkomsumsi
makanan telur dan menggunakan kosmetik
yang dapat memicu alergi
Muncul rasa gatal dan bintik kemerahan
pada daerah siku dan tangan setelah
mengkomsumsi telur. Dan bercak
kemerakan pada muka setelah
menggunakan kosmetik
Rasa gatal dan menimbulkan bekas di
pergelangan tangan setelah mengggunakan
kosmetik tersebut ataupun mengkonsumsi
telur secar berlebihan. Karena responden
tidak memperdulikan hal tersebut dan sering
menggaruk daerah timbulnya alergi
menyebabkan kulit responden menjadi
hitam dan berbintik bintik.
Umumnya penyakit Alergi tidak
menyisakan kecacatan. Namunalergi akan
muncul kembali jika mengkonsumsi
makanan dan menggunakan kosmetik yang
memicu alegi.
PEMBAHASAN
Responden 1
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Melihat kondisi dan situasi hunian pasien ini, dapat dikatakan rumah pasien
telah masuk kategori rumah sehat. Rumah pasien memiliki pencahayaan, sanitasi,
dan tata letak yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan penyakit yang diderita
pasien tidak berhubungan dengan kondisi lingkungan, namun lebih kepada gaya
hidup pasien.
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ini bernama Masumi dan berusia 51 tahun, dengan status pekerjaan
sebagai karyawan swasta. Dengan usia ini, dapat diketahui penyakit degeneratif
akan mudah dialami pasien (khususnya asam urat dan hipertensi). Pada kunjungan
pertama diketahui bahwa pasien memiliki riwayat hipertensi dan memiliki
kebiasaan makan makanan yang berkadar purin tinggi (terutama seafood dan
makanan bersantan), hal inilah yang menjadi penyebab utama pasien menderita
penyakit asam urat. Dengan beberapa gejala yang dialami, yaitu terjadinya
pembengkakan di wilayah sekitar punggung tangan dan rasa nyeri serta kram
dibagian bengkak tersebut.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut :
Faktor resiko : Usia, Gaya hidup dan Kurang Ber –Olahraga, Kadar
Kolestrol Tinggi, Memilik Riwayat Hipertensi
Faktor pendorong : Kebiasaan istri pasien memasak makanan yang
mengandung santan dan seafood
Faktor pencetus : Pasien memakan masakan dengan santan kental
Saran diberikan pada kunjungan pertama, yaitu mengubah perilaku host
untuk menjaga asupan makannya dalam hal ini yakni mengurangi makanan yang
bersantan agar tidak terjadi pembengkakan akibat asam urat.
Pada kunjungan kedua, didapatkan dari hasil kunjungan penderita mengaku
asam urat yang dideritanya akan cepat kambuh apabila mengkonsumsi makanan
yang bersantan. Pada kunjungan ini belum didapatkan perubahan dari saran yang
telah diberikan dimana pasien belum menghindari makanan yang bersantan dan
seafood. Bahkan dikagetkan dengan hasil pengukuran tekanan darah pasien
setinggi 210/120, saat itu pasien ke dokter dan mendapat rujukan ke RSU
A.Wahab Syahrani. Dalam kunjungan ini pemberian saran difokuskan kepada istri
pasien agar mengurangi memasak masakan yang bersantan.
Pada kunjungan ketiga, didapatkan informasi tambahan bahwa pasien jarang
berolahraga. Pasien pun masih sering makan makanan yang bersantan diluar
rumah, terutama pasien sering mendapatkan undangan dari teman dan kerabatnya.
Namun, untuk dirumah istri pasien mulai menuruti saran yang telah diberikan.
Hasil kunjungan ke-empat, dilakukan pengecekan tekanan darah kembali
dan didapatkan tekanan darah pasien 180/100 (terjadi penurunan) selain itu mulai
ada respon positif dari pasien. Istri pasien juga turut serta memberikan dukungan
terhadap pasien dengan rutin memberikan jus labu siam untuk menurunkan
tekanan darah pasien. Jus labu siam ini merupakan saran dari dokter untuk
menurunkan tekanan darah pasien.
Pada kunjungan ke-lima, pasien sudah mulai menghindari makanan yang
bersantan, seafood dan kacang-kacangan. Selain itu, pasien mulai menjadwalkan
olahraga rutin setiap hari Sabtu dan Minggu.
Ketika kunjungan ke-enam, bengkak akibat asam urat yang dialami pasien
sudah mulai berkurang. Namun, pasien mengeluhkan banyaknya pekerjaan yang
mengharuskan ia banyak mengetik sehingga tangan yang bengkak lambat sembuh.
Pada kunjungan ini pasien diberikan saran agar membatasi waktu kerja (tidak
memforsir).
Hasil kunjungan ke-tujuh diketahui pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu. Selain itu, didapatkan bengkak akibat asam urat yang
pasien derita ditangan telah sembuh. Dilakukan pengecekan tekanan darah
kembali, dimana didapatkan hasil pengukuran 160/90 (terus mengalami
penurunan). Istri pasien pun diketahui masih rutin memberikan jus labu siam
(setiap hari) kepada pasien.
Pada kunjungan ke-delapan, dilakukan pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang telah dilakukannya. Selain itu didapatkan
bahwa pasien sudah sangat jarang mengkonsumsi makanan yang berpurin lagi
(bersantan dan seafood).
Pada kunjungan ke-sembilan, saran-saran yang diberikan sebagian besar
telah dilaksanakan pasien dengan baik dan jam kerja pasien tidak begitu di forsir
lagi.
Pada kunjungan kesepuluh (terakhir), penyakit asam urat yang diderita
pasien sudah tidak kambuh lagi. Dilakukan pengecekan tekanan darah kembali,
didapatkan tekanan darah pasien telah mendekati normal, yaitu 140/90. Saransaran yang diberikan pun masih dijalankan dengan baik.
Responden 2 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Supardi Agus Susanto
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 62 tahun
Pekerjaan
: Security TupperWare
Penyakit
: Diabetes Melitus
Alamat
: Perum Samarinda Hills Blok B no 5
Kel. Rapak Dalam Kec. Loa jana Ilir
No. Hp
: 085250018005
Jmlh keluarga : 3 orang
Asal
: Samarinda
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Perkenalan
2. Meminta ijin melakuakn pengontrolan
3. Menanyakan masalah kesehatan
4. Melihat kondisi rumah
B2 (10 hari kedua)
1. Saling berbagi cerita tentang kesehatan
2. Memperoleh RAP Responden
3. memberdayakan keluarga responden
dalam perubahan perilaku konsumsi
B3 (10 hari ketiga)
1. Memeriksa tekanan darah dan denyut
nadi responden
2. Memberikan saran dan arahan agar
selalu mengurangi makanan yang
mengandung glukosa lebih seperti
mengkonsumsi kopi dan susu yang manis
B4 (10 hari keempat)
B5 (10 Hari kelima)
3. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
4.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
4. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
5. Pasien
pekerjaan
mengeluhkan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
6. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
5. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
6. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
7. Pengecekan tekanan darah 160/90
8. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
3. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
4. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
5. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
6.
Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
7.
Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
8.
Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 2
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
Responden sangat menyukai makanna
cemilan yang manis dan meminum susu
kopi yang manis setiap hari. Karena
pekerjaan responden sebagai sekuriti maka
Responden jarang beristirahat dan sering
melakuakn aktifitas di malam hari.
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya DM
Seperti melakukan pola hidup yang tidak
sehat seperti jarang beristirahat, jarang
melakukan aktifitas fisikdan kebanyakan
duduk. Pola makan yang tidak teratur
seperti kelebihan the dan kopi manis, sering
mengkomsumsi cemilan manis. Responden
juga sering terpapar radikal bebas dan
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
menggunakan botol plastik berulang kali.
Responden juga seorang perokok aktif sejak
masih muda
Responden sering merasa kelelahan dan
sering buang air kecil yang berlebihan dan
mulai adanya peningkatan kadar gula dalam
darah dan air seni.dan juga kadar kolesterol
semakin tinggi
Berat badan responden menurun drastic,
terus menerus merasa haus, baung air kecil
semakin sering sel-sel kehilangan air karena
tubuh
mengalami
dehidrasi
akibat
perpindahan osmotic air dari dalam sel ke
cairan ekstrasel yang hipertonik. timbul
gangguan fungsi system sarat dengan rasa
haus yang berlebihan pada responden.
Umumnya Diabetes mellitus kering tidak
menimbulkan luka yang membusuk
karenajuka ada luka pada diabetes mellitus
kering akan lebih mudah sembuh
PEMBAHASAN
Responden 2
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Mengingat pasien yang sudah lansia, maka denah rumah harus dirancang
seaman mungkin bagi pasien. Namun kenyataannya, sekalipun keadaan kondisi
lingkungan pasien yang sudah dapat dikatakan cukup baik (rumah permanen).
Masih ditemui kurangnya pencahayaan di rumah tersebut, terutama di bagian
dapur. Selain itu, lantai dapur yang terbuat dari keramik sudah pasti licin dan
dapat membahayakan keselamatan ibu Eliani (terutama saat kakinya bengkak).
Gambar dapur Ibu Eliani
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ke-2 ini bernama Ibu Eliani Wongso yang telah berusia 76 tahun
termasuk dalam usia lansia, pekerjaannya sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Pada saat kunjungan pertama dilakukan upaya pendekatan agar pasien mau
dipantau kondisi kesehatannya. Selain itu didapatkan bahwa pasien menderita
asam urat akibat penuaan/penyakit degeneratif mengingat usia pasien telah lansia.
Gejala yang terlihat jelas yaitu terjadi pembengkakan sendi di sekitar daerah kaki
pasien. Bengkak tersebut terasa nyeri dan kaku, hal ini merupakan gejala utama
penyakit hipertensi.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut :
Faktor resiko : Usia (LANSIA), Riwayat Hipertensi
Faktor pendorong : Kurangnya perhatian keluarga terhadap konsumsi
makanan pasien
Faktor pencetus : Pasien pernah terjatuh di dapur
Saran diberikan pada kunjungan 1 yaitu mengubah perilaku host untuk
mengonsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang.
Pada kunjungan kedua, dilakukan pengecekan kesehatan pasien berupa
pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan darah pasien 140/90. Namun
didapatkan informasi bahwa pasien telah rutin mengkonsumsi jus timun tiap
harinya.
Hasil kunjungan ketiga, didapatkan informasi bahwa pasien pernah
terjatuh di dapur, hal ini yang menyebabkan bengkaknya semakin bengkak. Pada
kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien agar membatasi asupan
makanan yang dikonsumsi agar tidak memperparah asam urat yang diderita
pasien.
Pada kunjugan keempat, dilakukan pemantauan kondisi pasien
dan
dilakukan pemberian saran kepada anggota keluarga pasien agar senantiasa
mengawasi aktivitas pasien untuk menghindari kemungkinan pasien terjatuh
kembali.
Pada kunjungan ke-lima, kembali dilakukan pemantauan pasien diamana
didapatkan perkembangan bengkak pasien yang semakin membaik.
Kunjungan ke-enam, keluarga pasien telah lebih peduli terhadap pasien
terbukti dengan adanya pengawasan jenis makanan yang dikonsumsi pasien untuk
menghindari makanan yang memicu asam urat (berkadar purin tinggi). Selain itu,
ketika dilakukan pengukuran tekanan darah pasien didapatkan tekanan pasien
telah 130/90 (mendekati normal).
Hasil
kunjungan
ke-tujuh,
diketahui
bahwa
pasien
masih
rutin
mengkonsumsi jus timun. Jus timun dipercaya dapat dengan cepat menurunkan
tekanan darah dan dapat menjaga tekanan darah agar tidak tinggi. Dengan
kebiasaan pasien tersebut, terlihat kondisi bengkak pasien yang hampir sembuh.
Pada kunjungan ke-delapan, keluarga pasien mengaku telah melarang
pasien untuk beraktivitas di dapur, hal ini dilakukan dengan cara membagi
pekerjaan dengan anggota keluarga lainnya agar pasien tidak perlu sering bekerja
di dapur. Pada kunjungan ini pula, dilakukan pemberian saran untuk
mempertahankan kondisi pasien.
Di kunjungan ke-sembilan, dilakukan kembali pemantauan pasien dan
dilakukan pemberian saran agar pasien membatasi aktivitas di rumah untuk
menghindari accident yang pernah dialami pasien.
Pertemuan kesepuluh (terakhir), ternyata ditemukan bengkak pasien belum
sembuh total sekalipun saran-saran yang diberikan masih dijalankan dengan baik.
Adanya kecenderungan penyakit pasien yang sulit sembuh ini dikarenakan faktor
usia dan kondisi fisik pasien yang memang sangat mudah mengalami bengkak
apabila ada aktivitas yang memberatkan pasien.
Responden 3 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Dimas R
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 20 Tahun
Pasien tidak memberikan
izin dalam pengambilan
foto
Pekerjaan
: Mahasiswa
Penyakit
: Maag
Alamat
: Jl. Bukit Barisan, Kampung Jawa
belakang RS Dirgahayu
No. HP
Asal
: 085346953385
: Jawa
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Memperoleh masalah kesehatan
2. Meminta ijin untuk melakukan
pengontrolan
3. Saling bertukar informasi seputar
kesehatan
4. Memperoleh RAP Masalah kesehatan
Responden
B2 (10 hari kedua)
1. Berbagi cerita tentang kesehatan
2. Mengecek perilaku pola makan dan asupan
responden
3. Memberikan saran untuk menghindari
makanan yang dapat memicu maag
B3 (10 hari ketiga)
1. Periksa tekanan darah dan denyut jantung
2. Responden masih belum bisa mengatur
pola makan
3. Memberdayakan keluarga dan teman
responden untuk saling mengingatkan
tentang sarapan pagi, asupan dan pola
makan
B4 (10 hari keempat)
1. Responden masih sering telat makan dan
sulit mengatur pola makan namun
responden menyadari akan pentingnya
makan tepat waktu
2. Responden masih mengkonsumsi makanan
yang dapat memicu maag
3. Memberikan penyuluhan tentang gzi
seimbang dan pola makan yang tepat
B5 (10 Hari kelima)
1. Tetap menanyakan apakah saran yang
diberikan tetap dijalankan
2. Responden mengaku bahwa intensitas
timbulnya indikasi maag mulai berkurang
3. Memberikan
saran
mempertahankan
untuk
sarapan
pagi
tetap
dan
menjaga pola makan dengan gizi seimbang
B6 (10 Hari kelima)
1. Hanya melakukan kontak via telepon
dengan menanyakan kabar responden dan
kondisi kesehatan responden
B7 (10 Hari kelima)
1. Responden mengaku penyakit maagnya
sempat kambuh disebabkan responden
terlalu sibuk dengan aktivitas organisasi
kampus sehingga sulit mengontrol pola
makan
2. Tetap memberikan saran untuk tetap
menjaga pola makan
3. Memanfaatkan teman sesama aktivis untuk
mengiatkan responden tetap menjaga pola
makannya
B8 (10 Hari kelima)
1. Hanya melakukan hubungan via SMS
karena sulitnya bertemu responden namun
tetap menanyakan kondisi responden dan
saran yang telah diberikan
B9 (10 Hari kelima)
1. Responden tetap mengaku masih sulit
sarapan pagi dan menjaga pola makan
namun tetap komitmen untuk menjalankan
saran yang telah diberikan
PEMBAHASAN
Responden 3
1. Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Responden 3 tinggal dikontrakan bersama dengan temannya. Kesibukan
aktifitas akademik dan organisasi responden menyebabkan jarang sarapan
pagi, sering telat makan selain itu responden juga menyukai makanan yang
berminyak dan pedas yang dapat memicu timbulnya maag.
2. Kunjungan dan Pengintervensian
Pada saat kunjungan pertama dengan Reponden 3 bernama Dimas
berusia 20 tahun, dengan status mahasiswa di Universitas Mulawarman yaitu
mencari permasalahan kesehatan yang diderita dan didapati bahwa responden
memiliki penyakit gastritis (maag) yang diderita sejak kecil. Responden
mengaku bahwa kondisi lambungnya lemah. Gejala yang dialami sering
merasakan nyeri pada ulu hati.
Setelah wawancara singkat dengan responden maka ditemukan beberapa
faktor dan RAP dari penyakit maag yaitu:
Faktor Resiko
Stress beban tugas kuliah dan aktivitas organisasi,
Faktor Pendorong
pola makan
Sikap dari teman sebaya. Dukungan teman kuliah
dan teman kontrakan untuk selalu mengingatkan
responden tentang kebiasaan sarapan pagi dan dan
menjaga pola makan akan menjadi peran yang sangat
Faktor Pencetus
penting
Makanan pedas, asam dan berminyak, aktivitas
organisasi reponden yang sangat padat
RAP Responden 3
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
5.
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
Responden masih belum mengalami gelaja
maag namun faktor risiko seperti pola
makandan psikologis telah ada pada
responden. Responden mengatakan bahwa
lambungnya sangat lemah dan sensitive
terhadap makanan
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya maag
maka akan menimbulkan gejala maag.
Responden masih sering telat makan dan
tidak membiasakan sarapan pagi sebelum
beraktifitas.
Responden sering merasa nyeri dan keram di
daerah perut. Apalagi saat responden tidak
memperdulikan pola makannya dan sering
telat makan
Responden sibuk dengan aktifitas dan resing
telat makan ditambah faktor stress akibat
beban tugas kuliah sehingga penyakit maag
sering kambuh dan responden mengaku saat
maag telah kambuh responden sudah tidak
dapat beraktifitas hanya bisa berbaring atau
duduk saja
-
Pada kunjungan kedua didapat hasil kunjungan, bahwa maag yang
diderita responden sering kambuh ketika responden mulai sibuk dengan tugas
kuliah dan aktivitas organisasi serta saat responden mengkonsumsi makan
pedas. Sehingga Saran yang dapat yaitu dengan menghindari makanan yang
dapat memicu kambuhnya maag.
Kunjungan ketiga, pada kunjungan ini saya melakukan pemeriksaan
tekanan darah pada responden, responden masih belum bisa mengatur pola
makan sehingga belum ada perkembangan karena penyakit maag masih sering
kambuh. Sehingga saran yang dilakukan adalan dengan memberdayakan
keluarga dan teman responden untuk saling mengingatkan tentang asupan dan
pola makan
Pada kunjungan ke-empat belum ada perkembangan, responden masih
belum terbiasa untuk selalu sarapan pagi sebelum berangkat kuliah, makan
yang teratur dan responden masih sering mengkonsumsi makanan yang pedas
dan asam. Saran yang dapat diberikan yaitu menyuruh kepada keluarga untuk
selalu mengingatkan untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum berangkat
kuliah, makan yang teratur, dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang
pedas dan asam.
Hasil kunjungan ke-lima yaitu tidak bertemu responden dikarenakan
kesibukan responden di kampus.
Kunjungan ke-enam, responden sudah mulai terbiasa untuk sarapan pagi
sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur dan mulai mengurangi makanan
yang pedas dan asam. Pemberian saran untuk selalu memotivasi diri sendiri agar
terus menerapkan kebiasaan tersebut dikehidupan sehari-hari sehingga responden
akan selalu sarapan pagi sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur, dann
mengurangi makanan yang pedas dan asam.
Hasil kunjungan ke-tujuh, tidak bertemu responden lagi dikarenakan
responden ada tugas lapangan.
Pada kunjungan yang ke-delapan , responden mengaku penyakit maag yang
dideritanya sudah jarang kambuh dan responden juga sudah bisa mengatasi
apabila stres. Saran yang diberikan kepada responden untuk terus-terusan
menerapkan perubahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
Pada kunjungan ke-sembilan, responden sudah terbiasa untuk sarapan pagi
sebelum berangkat kuliah, makan yang teratur. Dan responden masih agak susah
mengurangi makanan yang pedas dan asam. Pemberian saran untuk sedikit demi
sedikit mulai membiasakan untuk mengurangi makanan yang pedas dan asam.
Pada kunjungan terakhir, Sudah mengalami perkembangan tetapi belum
sepenuhnya dikarenakan responden masih belum bisa mengurangi makanan yang
pedas dan asam.
Responden 4 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Nasrullah
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia
: 55 Tahun
Pekerjaan
: Wiraswasta
Penyakit
: Penyakit Jantung Koroner
Alamat
: Jl. Kemakmuran
No. Hp
Suku
: 081258050559
: Bugis
Tabel hasil kunjungan, dan pengintervesian atau perlakuan terhadap pembatasan
baik agent, environment dan host
B1 (10 hari pertama)
1. Perkenalan
2. Memperolah RAP masalah kesehatan
3. Meminta ijin
4. Memperoleh informasi aktifitas seharihari responden
B2 (10 hari kedua)
1. Saling berbagi informasi tentang
kesehatan
2. Memberikan saran tentang perilaku
hidup sehat misalnya olahraga dan
menghindari rokok
3. Memberdayakan keluarga responden
untuk saling mengingatkan untuk
menghindari faktor yang dapat menjadi
pencetus
B3 (10 hari ketiga)
1. Responden masih sangat sulit
meluangkan waktu untuk olahraga
2. Responden mengaku lebih suka
mengonsumsi makanan yang dapat
menurunkan kolesterol
3. Pemberian arahan untuk
mengkomsumsi sayur dan buah
B4 (10 hari keempat)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
Jantung
2. Responden mengaku sering merasa
sesak dalam dada
3. Responden mulai teratur berolahraga
dengan lari pagi sekitar wilayah unmul
namun tidak teratur
4. Responden mengkonsumsi makanan
penurun kolesterol sebagai alternative
untuk menghindari obat yang mahal
B5 (10 Hari kelima)
5. Pasien sudah mulai menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
6.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
7. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
8. Pasien
pekerjaan
mengeluhkan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
9. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
9. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
10. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
11. Pengecekan tekanan darah 160/90
12. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
5. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
6. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
9. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
10. Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
11. Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
12. Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 4
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
Responden mengaku adalah seorang perokok
aktif saat masih muda dan sering
mengkonsumsi makanan yang mengandung
kolesterol yang tinggi
Selama responden terpapar dengan faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya
Penyakit Jantung Koroner seperti merokok
dengan frekunsi sering dan banyak
Responden sering merasa kelelahan dan
nyeri pada daerah jantung apalagi saat
selesai merokok dan stress dengan pekerjaan.
Responden juga mengaku nyeri dan sesak
timbul saat emosi tidak stabil dan melakukan
aktifitas lebih
Berat badan responden menurun drastic, dan
nyeri pada daerah jantung menjadi sering.
5.
disease)
Responden mengaku nyeri yang dirasakan
sampai responden tidak merasakan jantung
namun hanya berlansung beberapa menit
saja. Responden mengaku telah berhenti
merokok saat 5 tahun yang lalu
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
-
PEMBAHASAN
Responden 4
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Melihat masalah kesehatan yang diderita oleh pasien adalah termasuk
dalam PAK (penyakit akibat kerja), kondisi lingkungan tempat tinggal tidak turut
mempengaruhi parahnya penyakit pasien. Faktor utama yang mempengaruhi,
yaitu kondisi lingkungan tempat kerja pasien, dimana kondisi lingkungan tempat
kerja pasien sangat berpotensi menyebabkan penyakit SBS (Sick Building
Syndrome).
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ini bernama Triyadi Yulianto berusia 40 tahun dengan status
sebagai pekerja swasta. Pada saat kunjungan pertama yang dilakukan di tempat
kerja pasien, dilakukan upaya pendekatan agar pasien mau dikontrol kondisi
kesehatannya. Pada saat ini, didapatkan bahwa pasien menderita salah satu jenis
penyakit akibat kerja yang dikenal dengan istilah Sick Building Syndrome.
Pada kunjungan pertama ini belum didapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan yang diderita pasien, hal ini dikarenakan waktu
kunjungan hanya sebentar (menyesuaikan waktu kerja pasien).
Selanjutnya pada kunjungan kedua, barulah diketahui bahwa penyebab
utama masalah kesehatan yang diderita pasien akibat dari kondisi lingkungan
kerja pasien. Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui
penyebanya maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut :
Faktor resiko : Dari host yang jarang berolahraga; Agent berupa agent
biologis, agent kimia, dan radiasi
Faktor pendorong : Paparan agent biologis dari sirkulasi AC yang jarang
dibersihkan
Faktor pencetus : Posisi tempat kerja yang searah dengan sumber
pendingin (AC)
Pada kunjungan kedua ini pasien mengeluhkan gejala seperti flu yang
dideritanya tidak kunjung sembuh. Gejala yang dirasakan pasien di antaranya
adalah hidung dan mata berair, kepala sakit, dan kulit kering. Berdasarkan teori,
gejala yang dialami pasien bukanlah gejala flu melainkan gejala Sick Building
Syndrome. Pada kunjungan ini diberikan saran kepada pasien agar mengkonsumsi
banyak vitamin C dengan tujuan utama meningkatkan imunitas tubuh pasien agar
tidak memperparah gejala yang diderita pasien.
Pada kunjugan ketiga, diketahui bahwa kantor tempat pasien bekerja tidak
memiliki jendela maupun ventilasi dan hanya mengandalkan AC sebagai sirkulasi
udara utama. Padahal diketahui bahwa AC yang jarang mendapatkan perawatan
akan menjadi tempat perkembangbiakkan bibit penyakit, dari sinilah pasien
mendapatkan paparan agent biologis. Selanjutnya didapatkan pengakuan pasien
yang jarang berolahraga, sehingga dilakukan pemberian saran agar pasien rajin
berolahraga.
Pada kunjugan keempat, diketahui bahwa posisi kerja pasien searah
dengan AC (paparan agent biologis), hal inilah yamg menjadi faktor pencetus
gejala SBS yang diderita pasien tidak kunjung sembuh. Selain itu pasien mengaku
masih belum meluangkan waktu untuk berolahraga. Pada kunjungan ini dilakukan
pemberian saran agar pasien tidak seharian penuh didalam ruangan ber-AC
(menyempatkan diri keluar ruangan untuk sirkulasi udara bersih), hal ini guna
menghindari tingginya paparan agent biologis sebagai penyebab utama penyakit
SBS yang diderita pasien.
Pada kunjugan kelima, pasien masih mengeluhkan gejala mata dan hidung
selalu berair saat bekerja. Namun pada kunjungan ini diketahui bahwa pasien
mulai menyempatkan waktu untuk berolahraga. Pada kunjungan ini dilakukan
pemberian saran kepada atasan pasien agar memberikan perawatan rutin bagi AC
untuk meminimalisir kemungkinan perkembangan agent biologis dalam sirkulasi
udara di ruangan kerja pasien.
Pada kunjungan keenam, pasien sudah mulai membuka pintu ruangan
kantor terlebih dahulu setiap paginya, dalam hal ini pasien sudah mulai menyadari
pengaruh dari sirkulasi udara ruangan kantor yang cukup buruk dapat
memperparah penyakit Sick Building Syndrome yang pasien derita. Pada
kunjungan ini pula pasien mengaku telah memperbanyak konsumsi vitamin C.
Selain itu, saran kepada atasan kantor pasien yang diberikan pada kunjungan
sebelumnya telah diterima dengan baik pada kunjungan keenam ini.
Pada kunjungan ketujuh, pasien mengaku gejala SBS yang ia derita telah
berkurang. Selain itu, pasien juga telah memiliki jadwal tetap berolahraga 1
minggu sekali yaitu setiap hari minggu pagi. Pada kunjungan ini dapat
disimpulkan bahwa pasien telah mulai melakukan pola hidup sehat.
Pada kunjungan kedelapan, hanya dilakukan pemantauan kondisi pasien
dimana didapatkan kondisi pasien semakin membaik. Selain itu, dilakukan
pemberian saran kepada pasien agar pasien mempertahankan kebiasaan baik yang
mulai dibuat pasien tersebut.
Ketika kunjungan kesembilan, pasien tidak dapat ditemui karena sedang
ditugaskan pihak kantor untuk mengikuti diklat dan pelatihan, sehingga pada
jadwal kunjungan ini tidak dapat diketahui kondisi pasien.
Pada pertemuan kesepuluh (terakhir), pasien mengaku gejala SBS yang
dirasakan sudah sembuh walaupun terkadang masih kambuh sebagian (misal mata
berair, kepala sakit, dan susah berkonsentrasi). Namun pasien mengaku masih
menjalankan saran-saran yang diberikan. Selain itu, pihak kantor pasien merespon
dengan baik masukan/saran yang diberikan, terbukti dengan adanya kebijakan
atasan pasien dalam mengubah posisi meja kerja pasien (dilakukan perombakan
posisi tempat kerja).
Responden 5 :
Tabel Identitas Responden
Nama
: Muhammad Fajar
Jenis kelamin : laki-laki
Usia
: 24 tahun
Pekerjaan
:
Mahasiswa
Teknik
STIMIK
Penyakit
Alamat
No. Hp
Suku
: perokok
: Jl. Lambung Mangkurat
: 085250793378
: Bugis
B1 (10 hari pertama)
1. memperoleh masalah kesehatan
2. meminta ijin melakukan pengontrolan
3. menanyakan RAP Merokok
B2 (10 hari kedua)
1. Menanyakan RAP merokok
2. Responden mengaku tidak sanggup
menghindari rokok
3. Memberdayakan keluarga agar
responden mulai mengurangi mengisap
rokok
B3 (10 hari ketiga)
1. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
2. Menanyakan responden tentang apa
yang di rasakan responden jika
mengisap rokok yang banyak
3. Responden mulai mengerti tentang
bahaya merokok namun mengaku
sangat sulit mneghindari rokok
B4 (10 hari keempat)
4. Periksa tekanan darah dan denyut
jantung
5. Responden mengaku gatal-gatal akibat
alergi di tangannya masih sering merasa
Informatika
gatal
6. Responden mulai menghindari
makanan pemicu alergi
B5 (10 Hari kelima)
7. Pasien sudah
mulai
menghindari
makanan yang bersantan, seafood dan
kacang-kacangan
8.
Pasien mulai menjadwalkan olahraga
rutin setiap Sabtu dan Minggu
B6 (10 Hari kelima)
10. Bengkak akibat asam urat sudah mulai
berkurang
11. Pasien
mengeluhkan
pekerjaan
yang
banyaknya
mengharuskan
ia
banyak mengetik sehingga tangan yang
bengkak lambat sembuh
12. Pemberian
saran
agar
pasien
membatasi waktu kerja
B7 (10 Hari kelima)
13. Pasien telah rutin berolahraga (jogging)
setiap Sabtu dan Minggu
14. Bengkak akibat asam urat ditangan
telah sembuh
15. Pengecekan tekanan darah 160/90
16. Istri pasien masih rutin memberikan jus
labu siam
B8 (10 Hari kelima)
7. Pemberian saran bagi pasien agar
mempertahankan kebiasaan baik yang
telah dilakukan
8. Pasien sangat jarang mengkonsumsi
makanan yang berpurin lagi (bersantan
dan seafood)
B9 (10 Hari kelima)
13. Saran-saran yang diberikan sebagian
besar telah dilaksanakan pasien dengan
baik
14. Jam kerja tidak begitu di forsir lagi
15. Tekanan
darah
mendekati
normal
140/90
16. Saran masih dijalankan dengan baik
RAP Responden 5
1.
Masa sebelum sakit
(Prepatogenesis)
2.
Masa Inkubasi (Early
Pathogenesis)
3.
Masa penyakit dini
(Demostrable but early
disease)
4.
Masa penyakit lanjut
(Advance or manifest
disease)
Masa akhir penyakit
(Convalesence)
5.
Lingkungan responden yang dominan
dengan perokok termasuk keluarga
responden, pergaulan responden yang bebas
dan rasa keingintahuan yang tinggi akan
sesuatu hal yang baru
Responden mulai mencoba merokok saat
smp. Hanya satu atau dua batang saja.
Responden mengaku membeli rokok dengan
uang jajan yang diberikan orang tua.
Responden mulai menyukai aktifitas
merokok apalagi saat orang tua responden
telah berpisah dan tidak ada larangan dari
orang tua karena kedua orang tua sibuk
dengan pekerjaan masing-masing
Responden mulai tergantung dengan rokok.
Responden mengaku menghisap rokok bisa
satu bungkus tiap hari.
-
PEMBAHASAN
Responden 5
Deskripsi kondisi dan situasi Hunian
Sama halnya dengan pasien sebelumnya, pasien ini menderita penyakit
akibat kerja yang penyebabnya lebih kepada kondisi lingkungan kerja bukan
menekankan pada kondisi dan situasi hunian. Sehingga tidak dilakukan
pengamatan di rumah pasien. Didapatkan lingkungan kerja pasien yang berada di
sebuah gedung permanen dan terletak di pinggir jalan dengan polusi udara cukup
tinggi.
Kunjungan dan Pengintervensian
Pasien ke-5 ini bernama Dewi Anggraini berusia 27 tahun yang sehariharinya bekerja sebagai salah satu karyawan swasta di kawasan perkantoran
Samarinda. Pada saat kunjungan pertama dengan target mencari permasalahan
kesehatan yang diderita ternyata didapati bahwa responden menderita penyakit
akibat kerja Sick Building Syndrome. Dengan beberapa gejala yang dialami
seperti hidung berair, kulit kering, dan sulit berkonsentrasi. Hal ini merupakan
gejala dari penyakit Sick Building Syndrome.
Meninjau dari pemaparan yang dijelaskan untuk mengetahui penyebanya
maka dapat diambil prediksi beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Faktor resiko : Dari host yang jarang berolahraga; Agent berupa agent
biologis, agent kimia, dan radiasi
Faktor pendorong : Paparan agent biologis dari sirkulasi AC yang jarang
dibersihkan
Faktor pencetus : Jam kerja full dalam ruangan, mengoperasikan mesin
photo copy
Pada kunjungan pertama ini, tidak diberikan saran bagi pasien karena masih
dipelajari penyebab-penyebab dari masalah kesehatan yang diderita oleh pasien.
Pada kunjungan kedua, pasien mengeluhkan jam kerja yang full di dalam
ruangan, yaitu selama kurang lebih 8 jam. Padahal setelah dilakukan pengamatan,
ruang kerja pasien tidak memiliki ventilasi, yaitu hanya mengandalkan AC
sebagai sirkulasi udara. Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran agar
pasien meluangkan waktu keluar ruangan kerja sesekali yang diharapkan dapat
membantu pasien memperoleh udara bersih.
Hasil kunjungan ketiga, pasien mengaku tidak senang berolahraga. Selain
itu, diketahui pula bahwa pasien selalu berhadapan dengan komputer selama 8
jam kerja. Hal ini merupakan bagian dari paparan radiasi penyebab SBS bagi
pasien. Tidak hanya berhadapan dengan komputer selama jam kerja, pasien juga
sering mengoperasikan mesin foto copy yang ada dikantor tersebut. Pada
kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien untuk rajin berolahraga.
Pada kunjungan keempat, diketahui adanya pemakaian pengharum ruangan
yang cukup banyak disekitar tempat kerja. Dari teori yang didapatkan,
penggunaan pengharum ruangan merupakan bagian dari faktor penyebab gejala
Sick Building Syndrome yang sifatnya sebagai agent kimia. Namun, pada
kunjungan ini didapatkan kemajuan pasien yang mulai rajin berolahraga.
Pada kunjungan ke-lima, pasien masih mengalami gejala SBS (terutama
hidung berair). Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran kepada pasien
untuk mengkonsumsi buah-buahan sebagai sumber utama vitamin untuk
meningkatkan stamina tubuh pasien. Karena penyakit akan semakin parah apabila
tidak diiringi dengan stamina tubuh yang baik.
Kunjungan ke-enam, terjadi penurunan kebiasaan pasien, dimana pasien
yang awalnya sudah mulai membiasakan diri untuk berolahraga kini mulai malas
berolahraga kembali. Namun di sisi lain, pasien mulai mengurangi paparan dari
radiasi komputer dengan menambah waktu istirahat dan membatasi waktu kerja di
depan komputer. Pada kunjungan ini dilakukan pemberian saran agar pasien dapat
konsisten rajin berolahraga.
Hasil kunjungan ke-tujuh, yaitu didapatkan pasien yang mulai membiasakan
diri mengkonsumsi buah-buahan. Selain itu telah ada kebijakan baru dari atasan,
yaitu dilakukannya pembagian tugas foto copy dengan karyawan lainnya untuk
mengurangi paparan radiasi dari mesin foto copy. Pada kunjungan ini pasien
mengaku telah mulai kembali rajin berolahraga.
Pada kunjungan ke-delapan, gejala SBS yang dirasakan pasien telah
sembuh. Selanjutnya dilakukan pemberian saran agar pasien senantiasa
mempertahankan pola hidup yang sehat (seperti yang telah dijalankan
sebelumnya).
Di kunjungan ke-sembilan kembali dilakukan pemantauan kondisi pasien.
Pada saat ini pasien masih menjalankan saran-saran yang diberikan dengan baik.
Untuk selanjutnya, yaitu pada kunjungan kesepuluh tidak dilakukan
kunjungan. Hal ini dikarenakan kondisi pasien telah sesuai dengan yang
diharapkan (pasien telah sembuh total dari gejala SBS) dan ketika itu bertepatan
dengan pasien yang tidak bisa ditemui.
KESAN DAN PESAN
Kesan yang didapatkan selama proses pemantauan dan intervensi masalah
kesehatan ini, yaitu adanya hambatan-hambatan yang ditemui selama proses
kegiatan berlangsung. Mulai dari sulitnya menemui responden karena responden
awalnya selalu berusaha menghindar dan tidak ingin diikuti perkembangan
kesehatannya. Selain itu juga terletak pada proses intervensi yang tidak selalu
berjalan dengan mulus, dikarenakan watak pasien yang berbeda-beda dan tidak
semua mau menerima apalagi menjalankan saran dan masukan yang telah
diberikan. Kesulitan dalam analisis faktor penyebab juga menjadi suatu hal yang
cukup berat, dikarenakan peneliti harus mengikuti terus perkembangan dan
kegiatan pasien agar dapat menarik suatu kesimpulan.
Namun
dengan
adanya
tugas
ini,
mahasiswa
akan
bertambah
pengalamannya. Mahasiswa juga dapat tau sedikit cara membina hubungan yang
baik dengan masyarakat. Dari tugas ini juga dapat diketahui bahwa masalah
kesehatan di masyarakat kian kompleks dengan faktor penyebab yang berbedabeda, sehingga berbeda pula cara intervensinya. Pasien yang satu dengan pasien
lainnya sekalipun memiliki masalah kesehatan yang sama, ternyata memiliki
faktor resiko, faktor pendorong, dan faktor pencetus yang berbeda.
Pesan yang ingin disampaikan, yaitu diharapkan pada penelitian
selanjutnya dari awal telah diberitahukan bahwa pengambilan dokumentasi harus
dilakukan di setiap kunjungan. Selain itu, seharusnya dari awal pemberian tugas
step pembuatan laporan sudah diberikan, sehingga mahasiswa dapat melakukan
proses pemantauan dan intervensi sesuai dengan format yang seharusnya.