Laporan Praktikum dan Metode Pemerahan

LAPORAN INDIVIDU
MANAJEMEN TERNAK PERAH

METODE PEMERAHAN

OLEH :
AHMAD SYAKIR
I111 13 72

LABORATORIUM TERNAK PERAH
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

MANAJEMEN PEMERAHAN
Ahmad Syakir/I111 13 072
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar
Email : ahmadsyakir@yahoo.com
ABSTRAK
Sapi perah merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu.

Usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif karena masih
terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu.
Kebutuhan protein hewani yang berasal dari susu di Indonesia sebesar 5
kg/kapita/tahun, tetapi hanya sekitar 32 % dipenuhi dari produksi dalam negeri dan
sisanya sekitar 68 % harus diimpor. Proses pemerahan merupakan aspek penting
dalam peternakan sapi perah. Hal ini disebabkan karena susu adalah produk utama
dari sapi perah, dan jika tidak ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang
dihasilkan tidak akan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari
praktikum Metode Pemerahan yaitu untuk mengetahui tahapan dalam proses
pemerahan air susu pada ternak perah dan teknik pemerahan yang dapat dilakukan
pemerahan air susu. Materi yang digunakan pada praktikum Metode Pemerahan yaitu
mesin pemerahan dan alat peranga sapi. Metode yang digunakan pada praktikum
Metode Pemerahan yaitu melakukan diskusi. Teknik Pemerahan dapat terbagi
menjadi 2 yaitu teknik pemerahan dengan menggunakan mesin dan teknik pemerahan
secara manual.
Kata Kunci
Pemerahan

:


Sapi

Perah,

Anaatomi,

Metode

Pemerahan,

Syarat-Syarat

PENDAHULUAN
Sapi perah merupakan salah satu ternak yang produksi utamanya adalah susu.
Usaha sapi perah untuk menghasilkan susu segar sangat prospektif karena masih
terdapat kesenjangan yang cukup besar antara ketersediaan dan permintaan susu.
Kebutuhan protein hewani yang berasal dari susu di Indonesia sebesar 5
kg/kapita/tahun, tetapi hanya sekitar 32 % dipenuhi dari produksi dalam negeri dan
sisanya sekitar 68 % harus diimpor. Perkembangan usaha peternakan sapi perah di
Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, salah satunya akibat peningkatan


permintaan susu dan daging. Peningkatan permintaan sejalan dengan meningkatnya
jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat terhadap gizi seimbang akan sumber
protein (Priska, et.al, 2013).
Proses pemerahan merupakan aspek penting dalam peternakan sapi perah. Hal
ini disebabkan karena susu adalah produk utama dari sapi perah, dan jika tidak
ditangani dengan baik, maka kualitas susu yang dihasilkan tidak akan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Susu sebagai bahan yang kaya dengan kandungan
nutrisi menyebabkan mikroba akan mudah berkembang biak pada susu, demikian
juga berbagai pencemer lainnya berupa material fisik dari lingkungan sekitar, dan
juga susu sangat mudah menyerap bau yang ada. Berdasarkan hal ini, maka
dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan setelah proses pemerahan ternak,
demikian juga susu yang dihasilkan, harus segera ditangani dengan baik dan benar,
tentu tujuan utamanya adalah untuk menghindari kerusakan pada produk susu yang
telah diperah.
Pada proses pemerahan dibutuhkan penangan khusus sebelum, ketika, dan
setelah proses pemerahan ternak, demikian juga susu yang dihasilkan, harus segera
ditangani dengan baik dan benar, tentu tujuan utamanya adalah untuk menghindari
kerusakan pada produk susu yang telah diperah. Hal inilah yang melatarbelakangi
dilaksanakannya praktikum Manajemen Ternak Perah mengenai Metode Pemerahan


TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan dari praktikum Metode Pemerahan yaitu untuk mengetahui tahapan
dalam proses pemerahan air susu pada ternak perah dan teknik pemerahan yang dapat
dilakukan pemerahan air susu serta bagian-bagian mesin perah (Milking Machine).
Kegunaan dari praktikum Metode Pemerahan yaitu sebagai sumber informasi
terhadap mahasiswa maupun masyarakat mengenai tahapan dalam proses pemerahan
air susu pada ternak perah dan teknik pemerahan yang dapat dilakukan pemerahan air
susu serta bagian-bagian mesin perah (Milking Machine).

METODOLOGI PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah di laksanakan pada hari senin pukul
15.00 WITA-selesai, bertempat di Laboratorium Manajemen Ternak Perah dan
Laboratorium Manajemen Ternak Potong dan Kerja Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Materi Praktikum
Materi yang digunakan pada praktikum Metode Pemerahan yaitu mesin
pemerahan dan alat peranga sapi.

Metode Praktiukum
Metode yang digunakan pada praktikum Metode Pemerahan yaitu melakukan
diskusi antara praktikan dan asisten serta melakukan tanya jawab kepada praktikan
megenai metode pemerahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Anatomi, Mekanisme dan Pembentukan Ambing

Sumber : Wikantadi (1978)
Berdasarkan hasil diskusi mengenai anatomi ambing diperoleh hasil bahwa
ambing terdiri dari 4 puting dan 4 kuartir ambing. Satu kuartir ambing terdiri dari
jaringan glandular, saluran susu, lobe dan puting. Jika dilihat pada satu penampang
lobe, terdapat lobus yang menyerupai tulang-tulang pada daun, terdapat alveol
sebagai tempat penyimpanan susu, ada akar-akar lobe yang disebut milk duck. Milk
duck ada dua yaitu primer sebagai saluran darah dan sekunder sebagai saluran susu.
Puting memiliki tiga bagian yaitu yang masuk di dalam ambing disebut glancistern,
bagian yang di luar ambing disebut teat cistern, dan pembungkus teat cistern disebut
teat meatus. Pada pembesaran lobus, terdapat saluran darah, sel muscle, sel epitel dan
alveolus. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutopo (2001) yang menyatakan bahwa

pembagian ambing menjadi empat bagian meliputi jaringan kelenjar dan sistem

saluran yang lebih mirip dua pohon yang saling berdekatan di antara ranting dan serta
dahannya saling terkait namun masing-masing mempunyai ciri sendiri.
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan, dikatakan bahwa mekanisme
dan pembentukan air susu yaitu di mulai dari hipotalamus mensekresi hormon GnRH,
kemudian GnRH menstimulasi hipofisa anterior yang akan menghasilkan hormone
prolaktin, kemudian hormone prolaktin memerintahkan darah agar masuk kesaluran
darah pada lobus. Setelah itu darah akan diserap oleh sel muscel yang hanya
menyerap protein, kemudian sel epitel lebih menyerap protein pada darah setelah itu
prolaktin bekerja lagi untuk mengubah protein darah menjadi air susu yang dibawah
ke alveolus kemudian air susu akan ditampung di alveoli. Ketika terjadi rangsangan
dari putting oleh pedet ataupun rangsangannya lainnya, hipotalamus kemudian
kembali mensekresi hormone GnRH, kemudian GnRH yang akan mengstimulasi
hipofisa anterior yang untuk menghasilkan hormone oksitosin yang akan ke milk duct
kemudian dari milk duct susu menuju putting dan setelah itu keluarlah air susu dari
putting. Hal ini sesuai dengan pendapat Wikantadi (1978), yang mengatakan bahwa
Lobus anterior hypophyse sangat diperlukan untuk mengatur pertumbuhan kelenjar
susu. Kelenjar mi mempengaruhi sekresi estrogen dan progesteron oleh ovarium.
Disamping itu lobus anterior hypophyse dapat mempengaruhi kelenjar susu secara

langsung dengan sekresi prolactin dan growth hormone dan secara tak langsung
dengan mengeluarkan TSH dan ACTH yang mempengaruhi sekresi thyroxin dan
hormon-hormon cortex adrenal. Prolactin, ACTH, growth hormone, placenta dan
corticoid-corticoid adrenal merangsang pertumbuhan kelenjar susu. Sebaliknya,
thyroxin dan cortison menghambat pertumbuhan kelenjar susu.

Syarat-syarat dan Persiapan Pemerahan
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa syaratsyarat dan persiapan pemerahan yaitu :
1. Terlebih dahulu kuku peugas dibersihkan (dipotong) agar ambing sapi tidak
terluka pada saat pemerahan
2. Melaksanakan sanitasi kandang dengam membersihkan kandang pemerahan
3. Sanitasi ternak dengan memandikan ternak terlebih dahulu
4. Memperthatikan kesehatan ternak
5. Memperhatikan kebersihan kamar susu
6. Melaksanakan pemerahan yang teratur
Hal ini sesuai dengan pendapat Firman, (2010) yang mengatakan bahwa
sebelum melakukan pemerahan, pertama kali yang harus dilakukan adalah
pemeriksaan kesehatan ternak perah yang sedang laktasi. Pemeriksaan kesehatan ini
penting agar susu yang dihasilkan berkualitas dan tidak mengandung bibit penyakit.
Selain ternak perah yang harus sehat, peternak yang memerah pun harus dalam

keadaan sehat karena penyakit dari manusia ke ternak atau sebaliknya bisa saling
menyebarkan satu sama lain. Hal ini juga didukung oleh pendapat Siregar, et, al
(1996), yang mengatakan bahwa peralatan dalam pemerahan maupun alat
penampungan susu harus terbuat dari bahan yang anti karat, tahan lama, dan mudah
dibersihkan. Bahan atau alat tersebut pada umumnya terbuat dari stainless atau
aluminium. Hal ini juga didukung oleh pendapat Ako (2013), yang mengatakan
bahwa persiapan yang perlu diperhatikan oleh peternak sebelum melakukan proses
pemerahan, khususnya menggunakan tangan ialah menyediakan peralatan,

membersihkan kandang sapi, mengikat dan menenangkan sapi, menyediakan air
hangat, mencuci tangan, melicingkan puting dan merangsang keluarnya air susu
Teknik Pemerahan Manual
Dari hasil diskusi yang di peroleh dikatakan bahwa teknik pemerahan manual
ada 2 cara yaitu dengan menggunakan 2 jari dan menggunakan5 jari. Dengan
menggunakan 2 jari yaitu Puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk kemudian
menarik atau mengurut putting dari pangkal ke kebawah hingga air susu keluar dari
puting. Teknik ini dilakukan pada putting yang kecil dan pada tahap akhir pemerahan
dikarenakan jumlah air susu yang tinggal sedikit
Sedangkan pada teknik 5 jari yaitu dengan cara penuh tangan, tetapi dengan
membengkokan ibu jari, cara ini sering dilakukan jika pemerah merasa lelah, dengan

menggunakan teknik 5 jari kita dapat mengontrol kondisi putting ternak. Hal ini
sesuai dengan pendapat (Syarief dan Harianto, 2011). yang menyatakan bahwa
dengan menggunakan teknik 2 jari puting diletakkan diantara ibu jari dan telunjuk
yang digeserkan dari pangkal puting ke bawah sambil memijat. Dengan demikian air
susu tertekan ke luar melalui lubang puting. Pijatan dikendorkan lagi sambil
menyodok ambing sedikit ke atas, agar air susu di dalam cistern (rongga susu).
Pijatan dan geseran ke bawah diulangi lagi. Cara ini dilakukan hanya untuk
pemerahan penghabisan dan untuk puting yang kecil atau pendek yang sukar
dikerjakan dengan cara lain, sedangkan dengan menggunakan teknik 5 jari cara ini
sama dengan cara penuh tangan, tetapi dengan membengkokan ibu jari, cara ini
sering dilakukan jika pemerah merasa lelah. Lama-kelamaan bungkul ibu jari

menebal lunak dan tidak menyakiti puting. Teknik ini hanya dilakukan pada sapi
yang memiliki puting pendek.
Mesin Perah
1.

Gambar Mesin Perah

Sumber : Himam, 2008


2.

3.

Keterangan
1. Trolly

18. Air Pulse Clip

2. Cluster

19. Vaccum Unit

3. Manifold

20. Pinc Valve

4. Vacuum Regulator


21. Teat Cup

5. Vacuum Gauge

22. Shell

6. Vaccum nipple

23. Liner

7. Pulsator

24. Short Pulse Tube

8. Pulsator Adaptor

25. Short Tube Pulse

9. Bucket 25 liter

26. Milk Claw

10. Bucket Lid

27. Milk Claw Upper Part

11. Bucket Lid Gusket

28. Vacuum Inlet

12. Rubber Handie Cap

29. Claw Gasket

13. Rubber Feet Cap

30. Bowl Milk Claw

14. Cluster Eirm

31. Milk Out Let

15. Milk Tube

32. Wear Plug Milk Claw

16. Single Pulse Tube

33. Valve

17. Tube Clip

34. Air Bleed

Prinsip Kerja
Prinsip kerja dari mesin ini yaitu menghisap susu dari putting sapi
secara otomatis sehingga kontaminasi bakteri dapat diminimalisir. Menurut
Nababan (2008) cara pengoperasian mesin ini yaitu di ruang pemerahan
mengangkat cluster di jeter cup biarkan tergantung. Ubah krantogel koposisi

pemerahan (kiri kebawah), (kanan ke atas) bila ada susu kolostrum
kembalikan posisi keraha yang berlawanan dengan cepat. Angkat jeter cup
sampai tutup terbalik dan putar saklar.
4.

Mekanisme Kerja
Cara kerja pemerahan menggunakan mesin perah hampir sama dengan

pemerahan menggunakan tangan, hanya bedanya adalah pemerahan dilakukan dengan
mesin. Sebelum pemerahan, ambing dibersihkan dan dirangsang terlebih dahulu
menggunakan rabaan tangan, kemudian diperiksa pancaran pertama air susu dari
masing-masing puting. Apabila ada penggumpalan, bernanah, berdarah dan kelainan
yang lain, menandakan puting ataupun ambing dalam keadaan tidak sehat. Sebaiknya
tidak dilakukan pemerahan dengan menggunakan mesin (Abubakar et. al., 2009).
Setalah ambing dipersiapkan (dibersihkan, dirangsang dan diperiksa), kemudian
mesin perah dipasangkan pada masing-masing puting lalu mesin di jalankan (di “on”
kan). Pemerahan berjalan dan susu yang dihasilkan ditampung didalam ember
ataupun tangki penampungan. Lamanya pemerahan untuk setiap individu sapi kurang
lebih selama delapan menit. Hal ini tergantung pada banyaknya produksi susu yang
dihasilkan dan kemampuan mesin perah. Apabila corong mesin perah pada puting
lepas, maka harus segera dipasang kembali, dan apabila aliran susu mulai sedikit atau
habis, maka segera corong puting harus segera dilepaskan. Penuntasan sisa
pemerahan dilakukan dengan menggunakan tangan. Pembersihan dan disinfektan
dilakukan pada masing-masing puting ketika proses pemerahan telah selesai, hal ini
untuk mencegah infeksi dan radang ambing (mastitis) (Abubakar et. al., 2009).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikumyang telah dilaksanakan, daoat di Tarik
kesimpulan bahwa :
1. Anatomi ambing bahwa ambing terdiri dari 4 puting dan 4 kuartir ambing. Satu
kuartir ambing terdiri dari jaringan glandular, saluran susu, lobe dan puting.
2. Mekanisme dan pembentukan air susu yaitu di mulai dari hipotalamus mensekresi
hormon GnRH, kemudian GnRH menstimulasi hipofisa anterior yang akan
menghasilkan hormone prolaktin, kemudian hormone prolaktin memerintahkan
darah agar masuk kesaluran darah pada lobus. Setelah itu darah akan diserap oleh
sel muscel yang hanya menyerap protein, kemudian sel epitel lebih menyerap
protein pada darah setelah itu prolaktin bekerja lagi untuk mengubah protein darah
menjadi air susu yang dibawah ke alveolus kemudian air susu akan ditampung di
alveoli. Ketika terjadi rangsangan dari putting oleh pedet ataupun rangsangannya
lainnya, hipotalamus kemudian kembali mensekresi hormone GnRH, kemudian
GnRH yang akan mengstimulasi hipofisa anterior yang untuk menghasilkan
hormone oksitosin yang akan ke milk duct kemudian dari milk duct susu menuju
putting dan setelah itu keluarlah air susu dari putting.

DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, C. Sunarko, B. Sutrasno, Siwi S., A. Kumalajati, H. Supriadi, A. Marsudi
dan Budiningsih. 2009. Petunjuk Pemeliharaan Bibit Sapi Perah. Departemen
Pertanian. Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul Sapi Perah, Baturraden.
Ako. 2012. Ilmu Ternak Perah. IPB Press. Bogor.
Himam, S. 2008. Alat Pemerahan Susu (Milking Machine). Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya, Malang.
Nababan. 2008. Teknologi Pengolahan Susu Dan Hasil Ikutan Ternak. Fakultas
Peternakan Universitas Sumatera Utara.
Prihadi, S. 1997. Tatalaksana dan Produksi Ternak Perah. Universitas
Wangsamangg ala, Yogyakarta.
Sutopo. 2001 Mastitis Pada Sapi Perah. Fakultas Pertanian Peternaka Universitas
Muhammadiyah Malang.
Syarief, M. Z dan Harianto. 2011. Ternak Perah. C.V. Yasaguna, Jakarta.
Witakandi. 1978. Mekanisme Pembentukan Ambing. Balai Besar Penelitan dan
Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor.