Hak Asasi Manusia Dan Rule Of Law
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) sebenarnya adalah hak mutlak yang dimiliki setiap
warga negara sejak dari lahir, tidak bisa dialihkan, tidak bisa digantikan dan
berlaku selama ia masih hidup. Setiap orang bebas menyuarakan apapun, sesuai
dengan yang telah dimilikinya. Namun tidak lepas dari norma-norma dan
kententuan yang berlaku. Hak asasi manusia pada dasarnya perjuangan demokrasi
juga merupakan sejarah perjuangan menegakan hak asasi manusia di dunia ini.
Hak asasi manusia ini bersifat melekat pada diri seseorang, tanpa membedabedakan suku, ras, golongan, agama, etnik dan sebagaimana. Karena pada
dasarnya kita adalah makluk ciptaan Tuhan.
Dengan label makluk ciptaam Tuhan, maka penting untuk manusia untuk menjaga
dan ikut serta menghormati tiap individu lainnya. Namun sayangnya, masih
banyak pelanggaran – pelanggaran HAM yang di terjadi di Indonesia ini. Banyak
ketimpangan di negara ini, yang harus di perbaiki.
Untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang berlangsung di negara kita,
maka di bentuklah Rule of Law supaya terciptanya keadilan. Rule of Law
merupakan konsep mengenai common law ialah seluruh aspek negara yang
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta
egalitarian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang di bahas sebagai
berikut :
a. Bagaimana pengertian dan perkembangan Hak Asasi Manusia?
b. Bagaimana penegakan pelanggaran dan macam-macam Hak Asasi
Manusia di Indonesia ?
1
c. Bagaimana
pengertian
dari
Negara
Hukum
dan
seperti
apa
keberlangsungnnya di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan
apa saja ragam dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.
b. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di
Indonesia maupun di negara lain dan bagaimana sistem yang berlaku
dengan adanya HAM.
c. Untuk mempelajari apa saja yang Hak Asasi Manusia yang tercantum dan
bagaimana penegakan bila kita melakukan pelanggaran dan lembaga apa
yang mengawasinya
d. Untuk mengetahui apa itu negara hukum dan bagaimana penerapannya di
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hak Asasi Manusia
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Istilah hak asasi manusia bermula dari bangsa Barat yang dikenal dengan
”right of man” untuk menggantikan “natural rights”. Kaarena istilah right of
man tidak mncakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan
istilah human rights yang lebih universal dan netral (Gazalli,2004).
Berdasarkan Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ,
dinyatakan bahwa HAM yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindingu oleh negara
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Jadi adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa
mereka adalah sama dan sederajat.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia, bahwa
kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya.
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan menciptakan
manusia. Bahwa semua manusia adalah mahluk dari pencipta yang sama,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
3
2.1.2 Macam Hak Asasi Manusia
1. Hak asasi menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia 1948, meliputi :
1. Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat,
2. Hak memiliki sesuatu,
3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,
5. Hak untuk hidup,
6. Hak untuk kemerdekaan hidup,
7. Hak untuk memperoleh nama baik,
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,dan
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
2. Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi manusia, meliputi:
1. Hak untuk hidup,
2. Hak berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,
8. Hak kesejahteraan, dan
9. Hak perlindungan.
Hak asasi meliputi berbagai bidang, yaitu:
1. Hak asasi pribadi ( personal rights),
2. Hak asasi politik ( political rights),
3. Hak asasi ekonomi ( property rights),
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and cultural rights),
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintah
(rights of legal equality),
4
6. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (prosedural rights).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 156-157)
2.1.3 Sejarah Perkembangan HAM
Latar belakang sejarah Hak Asasi Manusia, Pada hakikatnya muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai tindakan sewenangwenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman
(tirani).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 157)
1.
Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah
1) Perjuangan nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan
( tahun 6000 SM).
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan ke adilan bagi
warga negara (tahun 2000 SM).
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM)
sebagai filosofi Yunani peletak dasar diakuinya Hak Asasi Manusia. Mereka
mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan,
cita-cita, dan kebijaksanaan.
4) Perjuangan nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita
dan wanita dari penindasan bangsa Quraisy (tahun 600 SM).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158)
2.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris
Negara Inggris dipandang sebagai negara pertama yang memperjuangkan Hak
asasi manuisia. Perjuangan untuk HAM di Inggris tampak dari beberapa
dokumen, yaitu:
5
1) Magna Charta atau Piagam Agung tahun 1215 terjadi pada pemerintahan
Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan terhadap
bangsawan. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak puas , kemudian
kaum bangsawan membuat perjanjian yang disebut Magna Charta yaitu
membatasi kekuasaan Raja Jhon.
2) Piagam “ Petition of Right” tahun 1628 , piagam ini berisi pernyataan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.
3) Habeas Corpus Act tahun 1679, Dokumen ini merupakan Undang-undang
yang mengatur tentang penahanan seseorang.
4) Bill of Rights tahun 1689, merupakan undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158-159)
3.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara pertama yang menetapkan dan melindungi
hak asasi manusia dalam konstitusinya. Hak asasi manusia di Amerika serikat
didasari pemikiran Jhon Locke tentang hak-hak alam, seperti hak hidup, hak
kebebasan, dan hak milik. Di Amerika Serikat perjuangan hak asasi manusia
disebabkan oleh rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran
yang merasa tertindas oleh pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan
jajahan Inggris. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)
4.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Perancis
Perjuangan hak asasi manusia di Perancis dirumuskan dalam suatu naskah
yaitu Declaration des Droits de L’homme et Du Citoyen ( pernyataan mengenai
hak-hak asasi manusia dan warga negara) pada awal Revolusi Perancis tahun 1789
, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat terhadap
kesewenang-wenangan
Raja
Louis
XVI.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan
Tinggi, hlm. 160)
6
5.
Atlantic Charter tahun 1941
Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang
dipelopori oleh Franklin D. Roosvelt yang menyebutkan The Four Freedoms ( 4
Kebebasan), yaitu : kebebasan untuk beragama, kebebasan untuk bebrbicara,
kebabasan
dari
ketakutan,
dan
kebabsan
dari
kemiskinan.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)
6.
Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB berhasil merumuskan naskah yang
dikenal sebagai Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia. Deklarasi tersebut melambangkan komitmen
moral dunia internasional pada hak asasi manusia. Dan dalam sidang Majelis
Umum PBB tahun 1966,”International Covenants on Human Rights” telah diakui
dalam hukum Internasional dan diratidikasi oleh negara-negara anggota PBB.
Konvensi tersebut adalah The International Convenant on Civil and Political
Rights ( tentang hak sipil dan politik ), The International Covenant on
Economic,Social, and Cultural Rights (tentang hak ekonomi, sosial, budaya) dan
Optional Protocol. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 161-162)
Berdasarkan Perkembangan Sejarah ada 3 Generasi Hak Asasi Manusia, yaitu:
1. Generasi Pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula dari dunia Barat
(Eropa).
2. Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang diperjuangkan
oleh negara sosialis di Eropa Timur,
3. Generasi Ketiga adalah hak perdamaian an ppembangunan yang
diperjuangkan oleh negara-negara berkembang.
Perkembangan berikutnya muncul Generasi keempat hak asasi manusia
yang dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 ( Tim ICCE UIN,
2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik peranan negara yang
7
sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan rakyat.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 162-163)
2.1.4 Hak Asasi Manusia di Indonesia
1.
Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia.
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam
UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding Deklarasi Universal PBB
yang lahir pada 10 Desember 1948. Berikut ini pengakuan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 dan perataturan perundang-undangan lainnya, yaitu:
1) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama
Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD
1945. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia sendiri sejak masa
berdirinya tidak bisa lepas dari HAM itu sendiri.
2) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama
Pancasila sebagai dasar negara mengandung pemikiran bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek, yakni
aspek Individualitas ( Pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena
itu, kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain.
3) Batang Tubuh UUD 1945
Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya yang tersebar dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945. Pada
berakhirnya era Orde Baru tahun 1998, hak asasi manusia di Indonesia tidak
banyak mengalami perkembangan. Rumusan baru tentang hak asasi manusia
tertuang dalam Pasal 28 A-J UUD 1945 hasil amandemen I tahun 1999.
4) Peraturan Perundang-undangan
8
Undang-Undang yang menjamin HAM di Indonesia adalah Undang-Undang
No.39 Tahun 1999 tentang HAM. Hak-hak yang terdapat dalam UU No.39 Tahun
1999 yaitu:
1.
Hak untuk hidup (Pasal 4),
2.
Hak untuk berkeluarga ( Pasal 10),
3.
Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16),
4.
Hak untuk memperoleh keadilan ( Pasal 17,18,19),
5.
Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),
6.
Hak atas rasa aman (Pasal 28-35),
7.
Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),
8.
Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44),
9.
Hak wanita (Pasal 45-51),
10. Hak anak (Pasal 52-66).
Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan juga
dijamin melalui undang-undang maka semakin kuat jaminan hak asasi manusia di
Indonesia.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 164-167)
2.
Penegakan Hak Asasi Manusia
Kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan penegakan
HAM, yaitu:
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( KomNas HAM) dibentuk berdasar
Keppres No. 50 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian
dikukuhkan lagi melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Tujuan Komnas HAM yaitu Pertama, mengembangkan kondisi yang
konduktif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila,
UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal Hak asasi
manusia.Kedua, Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi
9
manusia guna perkembangan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpatisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Pengadilan HAM, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun
2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pengadilan HAM bertugas dan berwewenang memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran HAM yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia
oleh warga negara Indonesia.
3. Pengadilan HAM Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan keputusan presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi
sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
4. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Undang-Undang No. 26 Tahun
2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran HAM berat
dapat dilakukan di luar pengadilan HAM, yaitu melalui Komisi Kebenaran
dan Rekonsilasi yang dibentuk berdasarkan UU N.27 Tahun 2004 tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 167-168)
10
2.2 Rule of Law
Rule of law merupakan istilah yang diberikan oleh ahli hukum AngloSakson. Rechtstaat atau Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk
perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut
gagasan ini dinamakan Constitutional State atau Rechtstaat (Miriam Budiardjo,
2008).
Secara sederhana negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa
Kamal Pasha, 2003).
Lebih lanjut Soetandyo Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa konsep
rechtstaat atau negara hukum adalah konsep yang berparadigma bahwa negara dan
alat kekuasaannya (yang disebut pemerintah) tak dibenarkan bertindak atas dasar
kekuasaannya belaka, melainkan harus ditumpukan pada dasar kebenaran hukum
yang telah dipositifkan ialah undang-undang, yang pada gilirannya berdiri tegk di
atas kebenaran hukum undang-undang yang paling dasar, ialah undang-undang
dasar.
Dari sinilah lahir sekurang-kurangnya tiga karakter konsep rechtstaat dalam
kehidupan bernegara bangsa. Pertama, bahwa apa yang disebut hukum itu harus
dibentuk dalam wujudnya yang positif guna merumuskan adanya hubungan sebab
akibat antara suatu perbuatan hukum. Kedua, hukum disebut ius konstitutum
harus merupakan hasil proses kesepakatan golongan-golongan dalan suatu negeri,
langsung ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui suatu proses yang disebut
“proses legislasi”. Ketiga, undang-undang yang paling mendasar yang disebut
undang-undang dasar dan bersifat konstraktual itu akan mengikat seluruh warga
bangsa secara mutlak, mengalahkan aturan-aturan normatif macam apapun, yang
lokal ataupun yang sektarian, namun yang belum disepakatkan melalui proses
legislatif agar diberlakukan sebagai bagian dari hukum nasional.
11
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak
boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan
kepastian (Ahmad Ali, 2002) oleh karena itu pelaksanaan hukum negara harus
memperhatikan tiga hal tersebut. Ada dua unsur dalam negara hukum. Pertama,
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektif yang juga mengikat pihak
yang memerintah. Kedua, norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak
hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide
hukum.
((Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 137-139)
2.2.1 Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materil
Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme
yang hidup pada abad ke-19 adalah bahwa sifat pemerintahan yang pasif, artinya
pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat
yang dirumuskan para wakilnya diparlemen. Pada waktu itu
(ke-19), masih
dikuasai gagasan bahwa pemerintah hendaknya tidak turut ikut campur dalam
urusan warga negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum seperti
bencana alam, hubungan luar negeri, dan pertahanan negara (miriam budiarjo,
1977). Aliran ini disebut liberalisme yang dirumuskan dalam dalil (pemerintahan
yang
paling
sedikit).
Negara dalam pandangan ini adalah negara yang memiliki ruang gerak
sempit. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak apabila hakhak warga negara dilanggar atau ketertiban keamnan umum terancam. Jadi negara
hukum formil adalah negara hukum dalam arti sempit, yaitu negara yang
membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat negara.
Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan
warga negara. Pada awal abad-20, negara hukum formil dikecam banyak banyak
pihak karena mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang amat mencolok terutama
setelah Perang Dunia Kedua. Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut
12
negara hukum modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan umum
di berbagai lapangan kehidupan.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 140-141)
2.2.2 Ciri Negara Hukum
Ciri-ciri Rule of Law masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum formil
atau negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi yang terdiri dari 106 hakim
dari 16 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik yang tergabung dalam
“international commission of jurists” pada konferensinya di Bangkok tanggal 1519 Februari tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis, ciriciri tersebut adalah:
a. perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain daripada
menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin,
b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,
c. kebebasan untuk menyatakan pendapat
d. pemilihan umum yang bebas
e. kebebasan untuk berorganisasi dan berposisi, dan
f. pendidikan civic (kewarganegaraan)
ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsep negara hukum
materiil(modern) bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) disepakati
sebagai isyarat bagi pemerintahan demokrasi dibawah rule of law yang dinamis.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara
hukum sebagai berikut.
a. pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
b. peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
13
c. legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm 142-145)
2.2.3 Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara indonesia adalah negara hukum sekarang ini
tertuang dengan jelas pada Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 Perubahan Ketiga yang
berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi
hukum, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Negara hukum akan terlihat dengan ciri-ciri
adanya:
a. jaminan perlindungan hak asasi manusia,
b. kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan
c. legalitas dalam arti hukum, yaitu baik penyelenggara negara maupun warga
negara dalm bertindak berdasar atas dan melalui hukum (MPR RI, 2012)
konsekuensi dari ketentuan di atas, bahwa setiap sikap dan perilaku
penyelenggara negara dan warga negara berdasarkan dan sesuai hukum.
Ketentuan itu juga dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan
tindakan kesewenang-wenangan baik yang dilakukan penyelenggara negara,
maupun warga negara.
Selain rumusan Pasal 1 Ayat 3, Pasal 24 dan Pasal 27 ayat 1 UUD 1945,
paham negara hukum indonesia, termuat pada rumusan:
a. setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (Pasal 28 D Ayat 1).
14
b. setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D Ayat 2).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 145-147)
2.2.4 Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Sistem hukum terdiri atas berbagai peraturan hukum, sebagai komponenkomponennya dan saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan hukum
itu. Sistem hukum tersusun secara hierarkis. Artinya peraturan-peraturan yang
membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum yang tertinggi sampai
aturan hukum yang rendah. Sebagai sebuah sistem, setiap hukum yang ada di
dalamnya tidak boleh saling bertentangan. Isi hukum yang saling bertentangan
dalam kesatuan itu akan merusak sistem.
Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang- Undang No.
12 Tahun 2011 sebagai berikut.
a. UUD 1945
merupakan sumberhukum bagi pembentkan peraturan perundang-undangan
dibawahnya
b. Ketetapan MPR
“ketetapan
majelis
permusyawaratan
rakyat”
adalah
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang masih berlaku.
c. UU/Peraturan pemerintahan pengganti undang-undang
peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPR dengan persetujuan
bersama presiden
d. peraturan pemerintah
15
peratran perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.
e. peraturan presiden
peraturan perundang-undangan yg ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan
perintah
peraturan
perundang-undangan
yg
lebih
tinggi
atau
dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan
f. peraturan daerah provinsi
peraturan perundang-undangan yg dibentuk leh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provins dengan persetujuan bersama Gubernur
g. peraturan daerah kabupaten/kota
peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan
persetujuan bersama Bupati/Wali kota
Kedudukan Pancasila sebagi dasar negara berimplikasi yuridis, yakni
menjadi cita hukum. Menurut Hamid S. Attamimi (1991), dasar nrgara merupakan
cita hukum (rechtsidee)dari negara. Sebagi norma tertinggi, cita hukum atau dasar
negra ini, Pancasila mempunyai fungsi regulatifdan fungsi konstitutif.. Pancasila
sebagai dasar negara berkonotasi yuridis dalam arti melahirkan berbagai peraturan
perundangan yg tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 148-152)
2.2.5 Hubungan Negara Hukum dengan Demokrsi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi adalah dapat
dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Magnis
Suseno (1997) menyatakan ada lima gugus ciri hakiki dari negara demokrasi,
yaitu :
16
1. negara hukum,
2. pemerintah dibawah kontrol nyata masyarakat,
3. pemilihan umum yg bebas
4. prinsip mayoritas, dan
5. adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis
Demokasi melatarbelakangi munculnya negaraa hukum. Demokrasi baik
sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan diatas dan
tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main
demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi
akan menjadi liar tak terkendalikan. Jadi, negara demokrasi, sangat membutuhkan
hukum.
Sebagimana yg dikemukakan oleh Miriam Budiardjo (1977) yg
menyatakan bahwa “demokrasi konstitusional” pertama tama merupakan
Rechtstaat.. perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme yg dicapai pada
abad ke-19 dan abad ke-20 diberi istilah rechtsaat atau rule of law, yg diIndonesia
diterjemahkan sebagai “Negara Hukum”.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 152-153)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap warga negara itu
sendiri tidak bisa tergantikan, dipindah tangan kan, dan itu sudah ada sejak
mereka lahir namun jangan lupa akan ketentuan yang berlaku bahwa Hak Asasi
Manusia juga berhubunga erat dengan norma-norma hukum. Ada hak orang lain
juga yang harus kita hargai karena kita sebagai makluk ciptaan Tuhan. Semua
batasan dalam Hak Asasi Manusia juga menyangkut Rule Of Law, yang
berkonsep Common Law yaitu seluruh aspek negara yang menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta egalitarian.
Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis
dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan
Constitutional State atau Rechtstaat. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
3.2 Saran
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita harus mampu menjaga dan
menghargai hak orang yang ada di sekitar kita. Demi kebaikan kita semua
harusnya kita mampu menjaga diri kita agar terhindar dari pelanggaran HAM dan
jika bisa kita mampu mengingat kepada orang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara.
19
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hak Asasi Manusia (HAM) sebenarnya adalah hak mutlak yang dimiliki setiap
warga negara sejak dari lahir, tidak bisa dialihkan, tidak bisa digantikan dan
berlaku selama ia masih hidup. Setiap orang bebas menyuarakan apapun, sesuai
dengan yang telah dimilikinya. Namun tidak lepas dari norma-norma dan
kententuan yang berlaku. Hak asasi manusia pada dasarnya perjuangan demokrasi
juga merupakan sejarah perjuangan menegakan hak asasi manusia di dunia ini.
Hak asasi manusia ini bersifat melekat pada diri seseorang, tanpa membedabedakan suku, ras, golongan, agama, etnik dan sebagaimana. Karena pada
dasarnya kita adalah makluk ciptaan Tuhan.
Dengan label makluk ciptaam Tuhan, maka penting untuk manusia untuk menjaga
dan ikut serta menghormati tiap individu lainnya. Namun sayangnya, masih
banyak pelanggaran – pelanggaran HAM yang di terjadi di Indonesia ini. Banyak
ketimpangan di negara ini, yang harus di perbaiki.
Untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran yang berlangsung di negara kita,
maka di bentuklah Rule of Law supaya terciptanya keadilan. Rule of Law
merupakan konsep mengenai common law ialah seluruh aspek negara yang
menjunjung tinggi supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta
egalitarian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang di bahas sebagai
berikut :
a. Bagaimana pengertian dan perkembangan Hak Asasi Manusia?
b. Bagaimana penegakan pelanggaran dan macam-macam Hak Asasi
Manusia di Indonesia ?
1
c. Bagaimana
pengertian
dari
Negara
Hukum
dan
seperti
apa
keberlangsungnnya di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Hak Asasi Manusia dan
apa saja ragam dari Hak Asasi Manusia itu sendiri.
b. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Hak Asasi Manusia di
Indonesia maupun di negara lain dan bagaimana sistem yang berlaku
dengan adanya HAM.
c. Untuk mempelajari apa saja yang Hak Asasi Manusia yang tercantum dan
bagaimana penegakan bila kita melakukan pelanggaran dan lembaga apa
yang mengawasinya
d. Untuk mengetahui apa itu negara hukum dan bagaimana penerapannya di
Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Hak Asasi Manusia
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia
Istilah hak asasi manusia bermula dari bangsa Barat yang dikenal dengan
”right of man” untuk menggantikan “natural rights”. Kaarena istilah right of
man tidak mncakup right of women maka oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan
istilah human rights yang lebih universal dan netral (Gazalli,2004).
Berdasarkan Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ,
dinyatakan bahwa HAM yaitu seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib di hormati, dijunjung tinggi dan dilindingu oleh negara
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.
Kesadaran akan hak asasi manusia didasarkan pada pengakuan bahwa
semua manusia sebagai mahluk Tuhan memiliki derajat dan martabat yang sama.
Jadi adanya hak asasi manusia tumbuh dari pengakuan manusia sendiri bahwa
mereka adalah sama dan sederajat.
Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, yaitu:
1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat manusia, bahwa
kodrat manusia adalah sama derajat dan martabatnya.
2. Landasan yang kedua dan yang lebih dalam, yakni Tuhan menciptakan
manusia. Bahwa semua manusia adalah mahluk dari pencipta yang sama,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
3
2.1.2 Macam Hak Asasi Manusia
1. Hak asasi menurut Piagam PBB tentang Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia 1948, meliputi :
1. Hak berfikir dan mengeluarkan pendapat,
2. Hak memiliki sesuatu,
3. Hak mendapatkan pendidikan dan pengajaran,
4. Hak menganut aliran kepercayaan atau agama,
5. Hak untuk hidup,
6. Hak untuk kemerdekaan hidup,
7. Hak untuk memperoleh nama baik,
8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,dan
9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.
2. Hak Asasi Manusia menurut Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi manusia, meliputi:
1. Hak untuk hidup,
2. Hak berkeluarga,
3. Hak mengembangkan diri,
4. Hak keadilan,
5. Hak kemerdekaan,
6. Hak berkomunikasi,
7. Hak keamanan,
8. Hak kesejahteraan, dan
9. Hak perlindungan.
Hak asasi meliputi berbagai bidang, yaitu:
1. Hak asasi pribadi ( personal rights),
2. Hak asasi politik ( political rights),
3. Hak asasi ekonomi ( property rights),
4. Hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and cultural rights),
5. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintah
(rights of legal equality),
4
6. Hak untuk mendapat perlakuan sama dalam tata cara peradilan dan
perlindungan (prosedural rights).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 156-157)
2.1.3 Sejarah Perkembangan HAM
Latar belakang sejarah Hak Asasi Manusia, Pada hakikatnya muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai tindakan sewenangwenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman
(tirani).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 157)
1.
Perkembangan Hak Asasi Manusia pada Masa Sejarah
1) Perjuangan nabi Musa dalam membebaskan umat Yahudi dari perbudakan
( tahun 6000 SM).
2) Hukum Hammurabi di Babylonia yang memberi jaminan ke adilan bagi
warga negara (tahun 2000 SM).
3) Socrates (469-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM)
sebagai filosofi Yunani peletak dasar diakuinya Hak Asasi Manusia. Mereka
mengajarkan untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan,
cita-cita, dan kebijaksanaan.
4) Perjuangan nabi Muhammad SAW untuk membebaskan para bayi wanita
dan wanita dari penindasan bangsa Quraisy (tahun 600 SM).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158)
2.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Inggris
Negara Inggris dipandang sebagai negara pertama yang memperjuangkan Hak
asasi manuisia. Perjuangan untuk HAM di Inggris tampak dari beberapa
dokumen, yaitu:
5
1) Magna Charta atau Piagam Agung tahun 1215 terjadi pada pemerintahan
Raja John, yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan terhadap
bangsawan. Tindakan tersebut mengakibatkan rasa tidak puas , kemudian
kaum bangsawan membuat perjanjian yang disebut Magna Charta yaitu
membatasi kekuasaan Raja Jhon.
2) Piagam “ Petition of Right” tahun 1628 , piagam ini berisi pernyataan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya.
3) Habeas Corpus Act tahun 1679, Dokumen ini merupakan Undang-undang
yang mengatur tentang penahanan seseorang.
4) Bill of Rights tahun 1689, merupakan undang-undang yang diterima
parlemen Inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 158-159)
3.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Amerika Serikat adalah negara pertama yang menetapkan dan melindungi
hak asasi manusia dalam konstitusinya. Hak asasi manusia di Amerika serikat
didasari pemikiran Jhon Locke tentang hak-hak alam, seperti hak hidup, hak
kebebasan, dan hak milik. Di Amerika Serikat perjuangan hak asasi manusia
disebabkan oleh rakyat Amerika Serikat yang berasal dari Eropa sebagai emigran
yang merasa tertindas oleh pemerintahan Inggris, yang pada waktu itu merupakan
jajahan Inggris. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)
4.
Perkembangan Hak Asasi Manusia di Perancis
Perjuangan hak asasi manusia di Perancis dirumuskan dalam suatu naskah
yaitu Declaration des Droits de L’homme et Du Citoyen ( pernyataan mengenai
hak-hak asasi manusia dan warga negara) pada awal Revolusi Perancis tahun 1789
, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan rakyat terhadap
kesewenang-wenangan
Raja
Louis
XVI.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan
Tinggi, hlm. 160)
6
5.
Atlantic Charter tahun 1941
Atlantic Charter, muncul pada saat terjadinya Perang Dunia II yang
dipelopori oleh Franklin D. Roosvelt yang menyebutkan The Four Freedoms ( 4
Kebebasan), yaitu : kebebasan untuk beragama, kebebasan untuk bebrbicara,
kebabasan
dari
ketakutan,
dan
kebabsan
dari
kemiskinan.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 160)
6.
Pengakuan Hak Asasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa
Pada tanggal 10 Desember 1948, PBB berhasil merumuskan naskah yang
dikenal sebagai Universal Declaration of Human Rights, yaitu pernyataan sedunia
tentang hak-hak asasi manusia. Deklarasi tersebut melambangkan komitmen
moral dunia internasional pada hak asasi manusia. Dan dalam sidang Majelis
Umum PBB tahun 1966,”International Covenants on Human Rights” telah diakui
dalam hukum Internasional dan diratidikasi oleh negara-negara anggota PBB.
Konvensi tersebut adalah The International Convenant on Civil and Political
Rights ( tentang hak sipil dan politik ), The International Covenant on
Economic,Social, and Cultural Rights (tentang hak ekonomi, sosial, budaya) dan
Optional Protocol. (Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 161-162)
Berdasarkan Perkembangan Sejarah ada 3 Generasi Hak Asasi Manusia, yaitu:
1. Generasi Pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula dari dunia Barat
(Eropa).
2. Generasi Kedua adalah hak ekonomi, sosial dan budaya yang diperjuangkan
oleh negara sosialis di Eropa Timur,
3. Generasi Ketiga adalah hak perdamaian an ppembangunan yang
diperjuangkan oleh negara-negara berkembang.
Perkembangan berikutnya muncul Generasi keempat hak asasi manusia
yang dipelopori oleh negara-negara Asia pada tahun 1983 ( Tim ICCE UIN,
2003). Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkritik peranan negara yang
7
sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negatif bagi keadilan rakyat.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 162-163)
2.1.4 Hak Asasi Manusia di Indonesia
1.
Pengakuan Bangsa Indonesia Akan Hak Asasi Manusia.
Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia telah tercantum dalam
UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding Deklarasi Universal PBB
yang lahir pada 10 Desember 1948. Berikut ini pengakuan hak asasi manusia
dalam UUD 1945 dan perataturan perundang-undangan lainnya, yaitu:
1) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama
Hak Asasi Manusia sebenarnya sudah tercantum dalam Pembukaan UUD
1945. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara Indonesia sendiri sejak masa
berdirinya tidak bisa lepas dari HAM itu sendiri.
2) Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama
Pancasila sebagai dasar negara mengandung pemikiran bahwa manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan menyandang dua aspek, yakni
aspek Individualitas ( Pribadi) dan aspek sosialitas (bermasyarakat). Oleh karena
itu, kebebasan setiap orang dibatasi oleh hak asasi orang lain.
3) Batang Tubuh UUD 1945
Rumusan hak tersebut mencakup hak dalam bidang politik, ekonomi, sosial,
dan budaya yang tersebar dari Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 1945. Pada
berakhirnya era Orde Baru tahun 1998, hak asasi manusia di Indonesia tidak
banyak mengalami perkembangan. Rumusan baru tentang hak asasi manusia
tertuang dalam Pasal 28 A-J UUD 1945 hasil amandemen I tahun 1999.
4) Peraturan Perundang-undangan
8
Undang-Undang yang menjamin HAM di Indonesia adalah Undang-Undang
No.39 Tahun 1999 tentang HAM. Hak-hak yang terdapat dalam UU No.39 Tahun
1999 yaitu:
1.
Hak untuk hidup (Pasal 4),
2.
Hak untuk berkeluarga ( Pasal 10),
3.
Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16),
4.
Hak untuk memperoleh keadilan ( Pasal 17,18,19),
5.
Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27),
6.
Hak atas rasa aman (Pasal 28-35),
7.
Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42),
8.
Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44),
9.
Hak wanita (Pasal 45-51),
10. Hak anak (Pasal 52-66).
Dengan masuknya rumusan hak asasi manusia dalam UUD 1945 dan juga
dijamin melalui undang-undang maka semakin kuat jaminan hak asasi manusia di
Indonesia.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 164-167)
2.
Penegakan Hak Asasi Manusia
Kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan penegakan
HAM, yaitu:
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( KomNas HAM) dibentuk berdasar
Keppres No. 50 Tahun 1993 pada tanggal 7 Juni 1993 yang kemudian
dikukuhkan lagi melalui Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia.
Tujuan Komnas HAM yaitu Pertama, mengembangkan kondisi yang
konduktif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan Pancasila,
UUD 1945, Piagam PBB, serta Deklarasi Universal Hak asasi
manusia.Kedua, Meningkatkan perlindungan dan penegakan hak asasi
9
manusia guna perkembangan pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan
kemampuannya berpatisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
2. Pengadilan HAM, dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun
2000 tentang pengadilan Hak Asasi Manusia.
Pengadilan HAM bertugas dan berwewenang memeriksa dan memutuskan
perkara pelanggaran HAM yang berat. Pengadilan HAM berwewenang juga
memeriksa dan memutus perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat
yang dilakukan di luar batas teritorial wilayah negara Republik Indonesia
oleh warga negara Indonesia.
3. Pengadilan HAM Ad Hoc dibentuk atas usul dari DPR berdasarkan
peristiwa tertentu dengan keputusan presiden untuk memeriksa dan
memutuskan perkara pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang terjadi
sebelum diundangkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia
4. Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). Undang-Undang No. 26 Tahun
2000 memberikan alternatif bahwa penyelesaian pelanggaran HAM berat
dapat dilakukan di luar pengadilan HAM, yaitu melalui Komisi Kebenaran
dan Rekonsilasi yang dibentuk berdasarkan UU N.27 Tahun 2004 tentang
Komisi Kebenaran dan Rekonsilasi.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 167-168)
10
2.2 Rule of Law
Rule of law merupakan istilah yang diberikan oleh ahli hukum AngloSakson. Rechtstaat atau Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk
perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut
gagasan ini dinamakan Constitutional State atau Rechtstaat (Miriam Budiardjo,
2008).
Secara sederhana negara hukum adalah negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa
Kamal Pasha, 2003).
Lebih lanjut Soetandyo Wignjosoebroto (2010) menyatakan bahwa konsep
rechtstaat atau negara hukum adalah konsep yang berparadigma bahwa negara dan
alat kekuasaannya (yang disebut pemerintah) tak dibenarkan bertindak atas dasar
kekuasaannya belaka, melainkan harus ditumpukan pada dasar kebenaran hukum
yang telah dipositifkan ialah undang-undang, yang pada gilirannya berdiri tegk di
atas kebenaran hukum undang-undang yang paling dasar, ialah undang-undang
dasar.
Dari sinilah lahir sekurang-kurangnya tiga karakter konsep rechtstaat dalam
kehidupan bernegara bangsa. Pertama, bahwa apa yang disebut hukum itu harus
dibentuk dalam wujudnya yang positif guna merumuskan adanya hubungan sebab
akibat antara suatu perbuatan hukum. Kedua, hukum disebut ius konstitutum
harus merupakan hasil proses kesepakatan golongan-golongan dalan suatu negeri,
langsung ataupun melalui wakil-wakilnya, melalui suatu proses yang disebut
“proses legislasi”. Ketiga, undang-undang yang paling mendasar yang disebut
undang-undang dasar dan bersifat konstraktual itu akan mengikat seluruh warga
bangsa secara mutlak, mengalahkan aturan-aturan normatif macam apapun, yang
lokal ataupun yang sektarian, namun yang belum disepakatkan melalui proses
legislatif agar diberlakukan sebagai bagian dari hukum nasional.
11
Negara berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi
(supreme) sehingga ada istilah supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak
boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum yaitu keadilan, kemanfaatan, dan
kepastian (Ahmad Ali, 2002) oleh karena itu pelaksanaan hukum negara harus
memperhatikan tiga hal tersebut. Ada dua unsur dalam negara hukum. Pertama,
hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan
kekuasaan, melainkan berdasarkan suatu norma objektif yang juga mengikat pihak
yang memerintah. Kedua, norma objektif itu harus memenuhi syarat bahwa tidak
hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan ide
hukum.
((Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si,
2014,
Paradigma
Baru
Pendidikan
Kewarganegaraan, panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 137-139)
2.2.1 Negara Hukum Formil dan Negara Hukum Materil
Salah satu ciri penting dalam negara yang menganut konstitusionalisme
yang hidup pada abad ke-19 adalah bahwa sifat pemerintahan yang pasif, artinya
pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana dari berbagai keinginan rakyat
yang dirumuskan para wakilnya diparlemen. Pada waktu itu
(ke-19), masih
dikuasai gagasan bahwa pemerintah hendaknya tidak turut ikut campur dalam
urusan warga negaranya kecuali dalam hal menyangkut kepentingan umum seperti
bencana alam, hubungan luar negeri, dan pertahanan negara (miriam budiarjo,
1977). Aliran ini disebut liberalisme yang dirumuskan dalam dalil (pemerintahan
yang
paling
sedikit).
Negara dalam pandangan ini adalah negara yang memiliki ruang gerak
sempit. Negara hanya mempunyai tugas pasif, yaitu baru bertindak apabila hakhak warga negara dilanggar atau ketertiban keamnan umum terancam. Jadi negara
hukum formil adalah negara hukum dalam arti sempit, yaitu negara yang
membatasi ruang geraknya dan bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat negara.
Negara tidak campur tangan secara banyak terhadap urusan dan kepentingan
warga negara. Pada awal abad-20, negara hukum formil dikecam banyak banyak
pihak karena mengakibatkan kesenjangan ekonomi yang amat mencolok terutama
setelah Perang Dunia Kedua. Dalam negara hukum materiil atau dapat disebut
12
negara hukum modern, pemerintah diberi tugas membangun kesejahteraan umum
di berbagai lapangan kehidupan.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 140-141)
2.2.2 Ciri Negara Hukum
Ciri-ciri Rule of Law masih dipengaruhi oleh konsep negara hukum formil
atau negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi yang terdiri dari 106 hakim
dari 16 negara di wilayah Asia Tenggara dan Pasifik yang tergabung dalam
“international commission of jurists” pada konferensinya di Bangkok tanggal 1519 Februari tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis, ciriciri tersebut adalah:
a. perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain daripada
menjamin hak-hak individu harus menentukan pula cara prosedural untuk
memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin,
b. badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak,
c. kebebasan untuk menyatakan pendapat
d. pemilihan umum yang bebas
e. kebebasan untuk berorganisasi dan berposisi, dan
f. pendidikan civic (kewarganegaraan)
ciri-ciri negara hukum diatas sudah dipengaruhi oleh konsep negara hukum
materiil(modern) bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) disepakati
sebagai isyarat bagi pemerintahan demokrasi dibawah rule of law yang dinamis.
Mustafa Kamal Pasha (2003) menyatakan adanya tiga ciri khas negara
hukum sebagai berikut.
a. pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
b. peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak
13
c. legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm 142-145)
2.2.3 Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia
Dasar pijakan bahwa negara indonesia adalah negara hukum sekarang ini
tertuang dengan jelas pada Pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 Perubahan Ketiga yang
berbunyi “Negara Indonesia adalah negara hukum”.
Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang menegakkan supremasi
hukum, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan dan tidak ada kekuasaan yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Negara hukum akan terlihat dengan ciri-ciri
adanya:
a. jaminan perlindungan hak asasi manusia,
b. kekuasaan kehakiman atau peradilan yang merdeka, dan
c. legalitas dalam arti hukum, yaitu baik penyelenggara negara maupun warga
negara dalm bertindak berdasar atas dan melalui hukum (MPR RI, 2012)
konsekuensi dari ketentuan di atas, bahwa setiap sikap dan perilaku
penyelenggara negara dan warga negara berdasarkan dan sesuai hukum.
Ketentuan itu juga dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan
tindakan kesewenang-wenangan baik yang dilakukan penyelenggara negara,
maupun warga negara.
Selain rumusan Pasal 1 Ayat 3, Pasal 24 dan Pasal 27 ayat 1 UUD 1945,
paham negara hukum indonesia, termuat pada rumusan:
a. setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan sama di hadapan hukum (Pasal 28 D Ayat 1).
14
b. setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja (Pasal 28 D Ayat 2).
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 145-147)
2.2.4 Perwujudan Negara Hukum di Indonesia
Sistem hukum terdiri atas berbagai peraturan hukum, sebagai komponenkomponennya dan saling berinteraksi satu sama lain guna mencapai tujuan hukum
itu. Sistem hukum tersusun secara hierarkis. Artinya peraturan-peraturan yang
membentuk sistem hukum itu berjenjang dari aturan hukum yang tertinggi sampai
aturan hukum yang rendah. Sebagai sebuah sistem, setiap hukum yang ada di
dalamnya tidak boleh saling bertentangan. Isi hukum yang saling bertentangan
dalam kesatuan itu akan merusak sistem.
Jenis dan hierarki peraturan perundangan, menurut Pasal 7 Undang- Undang No.
12 Tahun 2011 sebagai berikut.
a. UUD 1945
merupakan sumberhukum bagi pembentkan peraturan perundang-undangan
dibawahnya
b. Ketetapan MPR
“ketetapan
majelis
permusyawaratan
rakyat”
adalah
Ketetapan
Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat yang masih berlaku.
c. UU/Peraturan pemerintahan pengganti undang-undang
peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPR dengan persetujuan
bersama presiden
d. peraturan pemerintah
15
peratran perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan
undang-undang sebagaimana mestinya.
e. peraturan presiden
peraturan perundang-undangan yg ditetapkan oleh presiden untuk menjalankan
perintah
peraturan
perundang-undangan
yg
lebih
tinggi
atau
dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan
f. peraturan daerah provinsi
peraturan perundang-undangan yg dibentuk leh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provins dengan persetujuan bersama Gubernur
g. peraturan daerah kabupaten/kota
peraturan perundang-undangan yg dibentuk oleh DPRD Kabupaten/Kota dengan
persetujuan bersama Bupati/Wali kota
Kedudukan Pancasila sebagi dasar negara berimplikasi yuridis, yakni
menjadi cita hukum. Menurut Hamid S. Attamimi (1991), dasar nrgara merupakan
cita hukum (rechtsidee)dari negara. Sebagi norma tertinggi, cita hukum atau dasar
negra ini, Pancasila mempunyai fungsi regulatifdan fungsi konstitutif.. Pancasila
sebagai dasar negara berkonotasi yuridis dalam arti melahirkan berbagai peraturan
perundangan yg tersusun secara hierarkis dan bersumber darinya.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 148-152)
2.2.5 Hubungan Negara Hukum dengan Demokrsi
Hubungan antara negara hukum dengan demokrasi adalah dapat
dinyatakan bahwa negara demokrasi pada dasarnya adalah negara hukum. Magnis
Suseno (1997) menyatakan ada lima gugus ciri hakiki dari negara demokrasi,
yaitu :
16
1. negara hukum,
2. pemerintah dibawah kontrol nyata masyarakat,
3. pemilihan umum yg bebas
4. prinsip mayoritas, dan
5. adanya jaminan terhadap hak-hak demokratis
Demokasi melatarbelakangi munculnya negaraa hukum. Demokrasi baik
sebagai bentuk pemerintahan maupun suatu sistem politik berjalan diatas dan
tunduk pada koridor hukum yang disepakati bersama sebagai aturan main
demokrasi. Tanpa aturan hukum, kebebasan dan kompetisi sebagai ciri demokrasi
akan menjadi liar tak terkendalikan. Jadi, negara demokrasi, sangat membutuhkan
hukum.
Sebagimana yg dikemukakan oleh Miriam Budiardjo (1977) yg
menyatakan bahwa “demokrasi konstitusional” pertama tama merupakan
Rechtstaat.. perumusan yuridis dari gagasan konstitusionalisme yg dicapai pada
abad ke-19 dan abad ke-20 diberi istilah rechtsaat atau rule of law, yg diIndonesia
diterjemahkan sebagai “Negara Hukum”.
(Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, hlm. 152-153)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki setiap warga negara itu
sendiri tidak bisa tergantikan, dipindah tangan kan, dan itu sudah ada sejak
mereka lahir namun jangan lupa akan ketentuan yang berlaku bahwa Hak Asasi
Manusia juga berhubunga erat dengan norma-norma hukum. Ada hak orang lain
juga yang harus kita hargai karena kita sebagai makluk ciptaan Tuhan. Semua
batasan dalam Hak Asasi Manusia juga menyangkut Rule Of Law, yang
berkonsep Common Law yaitu seluruh aspek negara yang menjunjung tinggi
supremasi hukum yang dibangun atas prinsip keadilan serta egalitarian.
Rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis
dari gagasan konstitusionalisme. Negara yang menganut gagasan ini dinamakan
Constitutional State atau Rechtstaat. Dalam negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan hukum (supremasi
hukum) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum
3.2 Saran
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan kita harus mampu menjaga dan
menghargai hak orang yang ada di sekitar kita. Demi kebaikan kita semua
harusnya kita mampu menjaga diri kita agar terhindar dari pelanggaran HAM dan
jika bisa kita mampu mengingat kepada orang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Winarno,S.Pd.,M.Si, 2014, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan,
panduan Kuliah di Perguruan Tinggi, Jakarta : PT Bumi Aksara.
19