KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
MAKALAH
Diajukan Untuk Pemenuhan Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Dosen Pengampu
Bapak Dr. Agus Taufik, M.Pd. dan Bapak Hendri Rismayadi, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok IV
Ahmad Rully Setiadi
Damar Aji Pramastiko
Gugum Surya Gumilar
Sandi Firmandani
Sihabudin
Tiara Tsani Wulandari

1607060
1604558
1601912
1601835
1604528
1604430

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah swt. Atas rahmat serta
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah konsep dasar dan perkembangan
peseta didik . Makalah ini di buat untuk pemenuhan tugas dari mata kuliah
psikologi

pendidikan

Yang

merupakan

bukti

pertanggungjawaban


atas

terlaksananya presentasi kelompok.
Di samping itu, makalah ini bertujuan untuk bahan pengetahuan bagi para
pembaca. Kami berharap juga makalah ini betul-betul dapat memberikan bekal
sebagai calon pendidik. Karena seorang pendidik yang berkualitas sangat
diharapkan memahami dan mengerti tentang materi-materi dalam Pendidikan
psikologi Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
masukan dan saran dari pembaca kami harapkan untuk kesempurnaan makalah
ini.
Wasalam’mualaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.

Bandung , 10 September 2015

Penyusun

i


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ................................................................................

2

C. Tujuan ..................................................................................................

2

BAB II PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF……........................................

3

1. Konsep guru efektif……………… ..............................................

4

2. Ciri-ciri guru efektif………..........................................................

8

3. Komitmen guru efektif………......................................................

9

B. KONSEP DASAR PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN…...

12


1. Dinamika pandangan tentang pesrta didik………………………… 12
2. Peserta didik sebagai subjek pendidikan………………………….

13

3. Perkembangan peserta didik……………………………………….

14

a. Perkembangan …………………………………………….......

14

b. Pertumbuhan ………………………………………………….

19

c. Kematangan …………………………………………………..

20


d. Perubahan ………………………………………………….....

21

4. Konsep serta tugas perkembangan peserta didik Indonesia……..

23

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………..

26

B. Saran ……………………………………………………………...

27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..


28

ii

ii

BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, pendidikan Indonesia masih tertinggal dengan
negara-negara yang lain. Negara tetangga seperti Malaysia dan singapura
pendidikannya sudah tinggi sehingga sumber daya manusia di Negara tersebut
berkualitas dan memiliki keahlian, rata-rata masyarakatnya sekolah sampai tingkat
sarjana berbeda dengan Indonesia yang masih tertinggal.Inilah salah satu faktor
masalah yang ada di Indonesia pendidikan yang masih rendah. Oleh karena itu
indonesia harus mampu meningkatkan mutu pendidikan, sehingga tidak kalah
bersaing dengan negara lain. Negara kita harus mencetak orang-orang yang
berjiwa mandiri dan mampu berkompetisi di tingkat dunia. Saat ini, Indonesia
membutuhkan orang-orang yang dapat berfikir secara efektif, efisien dan juga
produktif. Hal tersebut dapat diwujudkan jika kita mempunyai tenaga pendidik

yang handal, beradab, berprofesional dan mampu mencetak generasi bangsa yang
beradab, pintar dan bermoral.
Guru merupakan komponen pendidikan yang berperan sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting dalam
dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu,
kebijakan sertifikasi bagi guru dan dosen memang suatu langkah yang strategis
untuk dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Kompetensi guru merupakan seperangkat penguasaan kemampuan yang harus
ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerja secara tepat dan efektif.
Sedangkan guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melaksanakan tugas dan
fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
Guru merupakan orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar
mengajar dan mencetak generasi bangsa yang bermutu oleh karena itu guru harus
diberikan kesejahteraan dan harus diperhatikan lebih oleh pemerintah.

1

2


Dalam kehidupan anak ada 2 proses yang berlangsung yaitu pertumbuhan dan
perkembangan.Keduanya sangat erat kaitanya dengan anak –anak, ya anak-anak.
Keduanya saling melingkapi satu sama lain. Pertumbuhan di mulai dari dalam
kandungan yang berlangsung selama 9 bulan lalu dilanjutkan dengan masa balita
dan anak – anak, Masa ini adalah masa yang rentang untuk anak di masa ini anak
perlu yang di namakan taching atau sentuhan pelukan dan juga kasih sayang.
anak – anak sangat rentan dengan yang namanya bentakan dan nada tinggi jadi
cobalah untuk selau berkata lembut pada anak.
Anak pada hakikatyna adalah mahkluk Allah yang sangat hangat. Anak juga
mampu berkembang dengan cepat dalam memahami pelajaran asalkan metode
dan pembelajaran yang sesuai dengan anak. Mengajarkan anak harus bertahap
karena jika tidak bertahap akan mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
struktur batang otak anak. Sebagai seorang guru kita harus memperhatikan
perkembangan peserta didik, mulai dari perkembangan sikap, intelektual, dan
psikomotor.
Tugas pokok seorang guru bukan hanya mengajarkan pembelajaran di bidang
akademik tetapi juga mengajarkan anak cara hidup mandiri bersosialisasi dengan
orang lain. Mengajarkan mereka untuk memiliki sifat akhlakul karimah

dan


dalam setiap kegiatan belajar seorang guru harus mengetahui perkembangan
peserta didik yang sesuai dengan tahap perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Mengetahui kensep guru efektif dalam perspektif psikologi pendidikan
2. Mengetahui ciri-ciri guru efektif dalam psikologi pendidikan
3. Mengetahui komitmen guru efektif
4. Mengetahui konsep dasar peserta didik
5. Mengetahui konsep dasar perkembangan peserta didik, dan
6. Mengetahui konsep serta tugas perkembangan pesrta didik Indonesia.
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu
guru efektif dan peserta didik. adapun tujuan lainnya adalah membatu guru untuk
mengembangkan bahan ajar di sekolah dasar.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK GURU EFEKTIF

Istilah guru efektif merupakan terobosan terbaru di era sekarang karena lebih
terukur dibandingkan dengan istilah guru yang baik. Pengertian guru yang baik
lebih bersifat sebagai kemampuan personal seorang guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran dan pengajaran. Sementara itu, pengertian guru efektif lebih
bersifat sebagai kemampuan profesional.Guru efektif adalah guru yang bisa
memotivasi peserta didik untuk belajar dan meningkatkan semangat belajar yang
tumbuh dari kesadaran peserta pendidik itu sendiri, bukan karena takut pada
gurunya.
Eksistensi seorang guru adalah sebagai pendidik profesional di sekolah,
dalam hal ini guru sebagai uswatun hasanah, jabatan administratif, dan petugas
kemasyarakatan.
Guru efektif merupakan istilah lain dari guru profesional mempunyai
seperangkat karaktersitik atau ciri-ciri tertentu. Untuk menggambarkan sosok guru
profesional, Dedi Supardi mengutip laporan dari satu jurnal bertajuk Educational
Leadership edisi Maret 1993.
Karakteristik guru adalah segala tindak tanduk atau sikap dan perbuatan guru
baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Misalnya, sikap guru dalam
meningkatkan

pelayanan,

meningkatkan

pengetahuan,

memberi

arahan,

bimbingan dan motivasi kepada peserta didik, cara berpakaian, berbicara, dan
berhubungan baik dengan peserta didik, teman sejawat, serta anggota masyarakat
lainnya.
Guru merupakan orang tua kedua peserta didik yang berada disekolah
mengapa disebut orang tua karena guru memiliki kewajiban mendidik dan
memberikan pengajaran pada kita dengan istilah lain guru sebagai pengganti
orang tua pada saat orang tua tidak memiliki wakttu banyak untuk memberikan
pendidikan dan pengajaran pada kita serta dengan kekurangan-kekurangan yang
dimiliki orang tua sehingga menitipkan kita pada guru disekolah.

2

Semua di antara kita sudah sangat akrab dengan guru, baik sering bertatap
muka dan berkomunikasi. Akan tetapi, berapa banyak di antara kita yang pernah
merenungkan dan memikirkan sesungguhnya seperti apa guru efektif itu?
Mengapa kita harus mengatahuinya karena pemahaman akan hakekat guru efektif
ini sangat penting sebagai landasan tolak ukur dalam penilaian guru yang
baik. Kalau direnungkan secara mendalam, Menurut Hamim Ahmad (2014) maka
kita akan dapat menemukan beberapa karakteristik guru efektif , antara lain:
a. Mempunyai cita-cita menjadi guru yang hebat atau professional,
b. Dalam kesehariannya tidak lepas dari yang namanya perencanaan yang
matang,
c. Mampu menguasai teknologi, informasi dan komunikasi (tik),
d. Mampu membangun tim kerja yang kuat,
e. Mampu membangun networking yang kuat,
f. Menguasai metode pembelajaran dengan baik,
g. Mampu mengelola pembelajaran dengan baik,
h. Mempunyai semangat belajar yang kuat.
1. Konsep Guru Efektif
Menurut Soedjadi (2000:14) pengertian konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada
umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata.
Menurut Singarimbun dan Effendi (2009) pengertian konsep adalah
generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu
kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan.Dalam
merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita
memakainya.
Karakteristik

Kompetensi

Pedagogik

Guru

cms-formulasi

(sistem

manajeman) Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah
kompetensi pedagogik. Karakteristik kompetensi tersebut seperti berikut:
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural,emosional, dan intelektual. Penguasaan karakteristik tidak dapat

2

dicapai apabila guru masih menjaga jarak (jauh) dengan peserta
didiknya.Selama guru tidak mau berperan sebagai orangtua yang baik,
maka pemahaman terhadap karakter peserta didiknya hanya sebuah
terkaan belaka.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Teori harus selalu diperbaharui oleh seorang guru. Semakin siswa
disibukkan dengan tugas-tugas dari gurunya, maka selayaknya seorang
guru harus semakin sibuk mendengarkan keluhan dari siswa ketika
menyikapi setumpuk tugasnya, sehingga guru akan membuahkan strategistrategi

baru

dalam

pengajarannya

untuk

berusaha

membantu

memudahkan atau mencarikan jalan alternatif dalam penyelesaian
tugasnya. Guru harus selalu memotivasi diri untuk semakin rajin membaca
dan berdiskusi baik secara online maupun offline.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu. Kemampuan guru untuk mengembangkan kurikulum yang
lebih

baik

dari

standar

merupakan

hal

yang

sangat

diharapkan.Pengembangan kurikulum ini tidak hanya peningkatan dari
segi materi pembelajaran, tapi aspek pendukungnya pun harus
diperhatikan, seperti media pembelajaran.Kecermatan melihat keberadaan
siswa dan sarana yang tersedia harus diperhatikan secara serius dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik Kegiatan
pengembangan dapat berupa berbagai kreativitas yang dibangun siswa
bersama gurunya. Penting dicatat bahwa kreativitas itu bukan hanya
dilakukan oleh siswa, tapi harus bersama-sama dengan guru sebagai
partner-nya.Misalnya membangun kreativitas menulis di blog atau mengisi
Facebook

dengan

posting-posting

yang

mengandung

nilai-nilai

pendidikan.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik. Sudah banyak
tool Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dapat digunakan
sebagai media pembelajaran. Dengan Microsoft Word guru/siswa dapat

2

membuat catatan sekolahnya dengan daftar isi yang mengandung Link ke
halaman terkait.Microsoft PowerPoint dapat digunakan guru/siswa untuk
menyusun bahan presentasinya.Milis dapat digunakan siswa sebagai
sarana

diskusi

dengan

siswa

lainnya,

bahkan

dengan

guru

sekalipun.Dengan kehadiran media online ini, komunikasi/konsultasi
siswa dengan guru dalam rangka mengerjakan tugas-tugas sekolahnya
dapat dilakukan.Ketika guru memberikan tugas tidak cukup hanya
memberikan tugas di minggu pertama dan menunggu pengumpulannya di
minggu kedua, tapi selama waktu antara minggu pertama sampai minggu
kedua harus tersedia waktu bagi siswa yang ingin berkonsultasi terkait
tugasnya.
f. Memfasilitasi

pengembangan

potensi

peserta

didik

untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Secara sederhana,
pada waktu istirahat atau hari-hari tertentu, lab komputer kadang-kadang
tidak digunakan, maka kesempatan ini dapat dimanfaatkan oleh siswa
untuk belajar/ menggunakan komputer. Guru tidak hanya terpaku dengan
waktu yang sudah dijadwalkan, tapi apabila ada waktu yang bisa
digunakan di luar jadwal itu akan lebih berpeluang membantu peserta
didik dalam menggali potensinya. Atau sekedar bertegur sapa dalam
bahasa asing ketika waktu istirahat, ini menjadi modal berharga untuk
pengembangan potensi peserta didik.Bahkan mendukung siswa untuk
mengikuti perlombaan atau pelatihan di luar sekolah merupakan sikap
guru yang bagus.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
Ini yang harus menjadi sorotan cukup serius, karena selama ini
komunikasi guru kepada siswanya masih dianggap kurang.Ini terjadi salah
satunya terlihat dari pemikiran bahwa siswa membutuhkan guru, bukan
guru membutuhkan siswa.Ini membuat guru jaga image, jual mahal, tidak
mau proaktif membangun komunikasi dengna siswanya. Guru dekat
dengan siswa merasa khawatir akan mengurangi reputasinya, padahal tidak
demikian adanya. Kejujuran guru atas kelemahannya pun boleh diketahui

2

siswa, karena alih-alih mendapat ejekan para siswa, malahan mendapat
doa dari mereka.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Guru
memiliki hak istimewa dalam menentukan nilai siswa. Pemikiran ini harus
ditinjau ulang, karena dalam prakteknya kadang-kadang guru dengan
kurang pertimbangan suka memberikan nilai jelek di ujian harian, UTS
atau UAS, padahal belum melakukan usaha-usaha yang tepat dalam
pengajarannya dan guru tersebut belum sempat memberikan solusi belajar
kepada siswa yang gagal ujian tersebut.
i. Memanfaatkan

hasil

penilaian

dan

evaluasi

untuk

kepentingan

pembelajaran. Hasil ujian harus dijadikan masukan bagi guru untuk
melakukan langkah pengajaran berikutnya. Contoh: Siswa ‘A’ mendapat
nilai 100, Siswa ‘B’ mendapat nilai 40. Maka guru tersebut harus berusaha
keras memberikan strategi-strategi alternatif untuk siswa ‘B’. Kalau
perlakuan guru menyamaratakan antara gaya belajar ‘A’ dan ‘B’, maka
kemungkinan besar prestasi belajar siswa ‘B’ akan gagal lagi pada saat
ujian berikutnya.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Guru yang mudah memberikan ilmu kepada siswanya, tidak terbatas di
kelas saja merupakan tindakan yang bagus. Tidak benar seorang guru
harus jual mahal ilmu dengan alasan ia sudah mengeluarkan berjuta-juta
rupiah ketika masa kuliahnya.

2. Ciri-ciri guru efektif
Menurut Efendi Pakpahan (2013) Guru yang efektif pada suatu tingkat tertentu
mungkin tidak efektif pada tingkat yang lain, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaanperbedaan dalam tingkat perkembangan mental dan emosional siswa. Dengan kata lain

2

para siswa memiliki respons yang berbeda-beda terhadap pola-pola prilaku guru yang
sama. Guru yang baik digambar dengan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berpandangan luas tentang dunia pengajaran yang bermuara pada proses
pemanusiaan manusia. Memiliki rasa humor, empatik pada siswa, jujur,
fleksibel, demokratik, berinteraksi secara ilmiah, mudah bergaul dengan
siswa. Memiliki kelas yang senantiasa terbuka dan dapat menumbuhkan
kepercayaan siswa.
b. Memiliki rasa percaya diri dan mempercayai orang lain.
c. Memiliki pengetahuan dan informasi yang luas dalam bidangnya. Respek
pada pengetahuan, selalu mendorong siswa agar selalu belajar agar mereka
memiliki kekuatan, semangat, kebahagiaan, dan produktif
d. Mampu berkomunikasi secara efektif, mampu mengembangkan interaksi
untuk memaknai pendapat.
e. Memahami kapasitas peserta didik dalam menerima informasi dengan
memberikan informasi sesuai dengan kapasitas peserta didik Menjelaskan
dan memberi ilustrasi sebuah konsep secara abstrak maupun dengan
contoh nyata.
f. Mengajar secara urut dan runtut yang meliputi semua aspek yang harus
diajarkan.
g. Mengudang pendapat peserta didik dengan pertanyaan yang kritis, tetapi
bertanya dengan suasana rileks.
h. Menggunakan berbagai metode pembelajaran.
i. Mengantisipasi apa yang akan terjadi di kelas.
j. Mengenal perilaku peserta didik yang tidak sesuai dengan aktivitas yang
sedang berlangsung di kelas.
k. Memiliki kepekaan atas kebutuhan peserta didik dan mampu menasehati
dengan tepat.
l. Tahu bagaimana cara mencapai tujuan kelas.
m. Tenag dalam menghadapi masalah.
n. Menghindari perilaku marah yang berlebihan.
o. Memanfaatkan ruangan kelas secara optimal dalam mengajar tidak hanya
berdiri di depan kelas saja.

2

p. Lebih menekankan apresiasi daripada hukuman dalam mendisiplinkan
murid.
3. Komitme guru efektif
Kata komitmen berasal dari bahasa latin commitere, to connect, entrust-the
state of being obligated or emotionally, impelled adalah keyakinan yang mengikat
sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan
kemudian

menggerakan

perilaku

menuju

arah

yang

diyakininya,

(Tasmara,2006:26).
Dalam Ahmad dan Rajak (2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan
kekuatan batin yang dating dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu
sendiri tentang tugasya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru
berupa tanggung jawab dan responsive ( inivatif ) terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Dari uraian di atas dapat dapat disimpulkan bahwa komitmen guru efektif
adalah suatu keterikatan diri terhadap tugas dan kewajiban sebagai guru yang
dapat melahirkan tanggung jawab dan sikap responsive dan inovatif terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jadi didalam komitmen tersebut
terdapat beberapa unsur antara lain adanya kemampuan memahami diri dan
tugasnya, pancaran sikap batin (kekuatan batin) kekuatan dari luar dan tanggapan
terhadap perubahan. Unsur-unsur inilah yang melahirkan tanggung jawab
terhadap tugas dan kewajiban yang menjadi komitmen seseorang sehingga tugas
tersebut dilakukan dengan penuh keikhlasan.
a. Ciri-ciri komitmen guru efektif
a) Tingginya perhatian terhadap siswa-siswi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan
perhatiannya kepada siswa dan siswinya, antara lain sebagai berikut :
1. Memberikan bimbingan

2

Salah satu tugas guru adalah membimbing siswa-siswi. Membimbing berarti
mengarahkan siswa-siswi yang mempunyai kemampuan kurang, sedang dan
tinggi.
Disini arti bimbingan yang sebenarnya bagi guru. Guru harus memahami masingmasing siswa-siswinya dari kondisi fisik dan psikisnya agar mampu
melaksanakan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Dalam proses bimbingan,
guru menyatu dalam jiwa siswa-siswinya tidak boleh egois atau memaksakan
kehendak dengan tujuan agar pengajaran cepat sesuai dengan target waktu. Akan
tetapi guru dituntut untuk mengahrgai kemampuan siswa siswinya dengan tidak
melupakan batasan waktu.
2. Mengadakan komunikasi yang intensif teutama dalam memperoleh
infomasi tentang anak didik
Komunikasi dalam segala hal sangat dibutuhkan, apalagi berkaitan dengan
aktifitas sebagi guru. Guru yang bijaksana adalah guru yang peduli terhadap
keadaan siswa-siswinya. Perbedaan-perbedaan yang terdapat pada peserta didik
hendaknya dijadikan landasan dalam memberikan pengajaran. Oleh karenanya,
guru harus selalu menjalin komunikasi intensif dengan orang tua dan masyarakat
terkait dengan keadaan keluarga, lingkungan dan pergaulan peserta didiknya.
Disinilah peran guru sebagi pengganti orang tua didalam menyiapkan siswasiswinya menjadi anggota masyarakat.

b. Banyaknya waktu dan tenaga yang dikeluarkan
Tugas guru merupakan tugas yang kompleks mulai dari mendidik, mengajar,
melatih, membimbing dan sebagainya. Oleh karenanya guru harus memiliki
banyak waktu dan tenaga untuk menunaikan kewajibannya yaitu sebagai berikut :
1. Guru tidak hanya pendidik didalam kelas, tetapi juga disela-sela waktu
di luar jam mengajar.
2. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

2

c. Bekerja sebanyak-banyaknya untuk orang lain
Pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas
tersebut, para guru dibebankan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
1. Guru memiliki tugas profesional
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian
khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang diluar bidang kependidikan meskipun kenyataannya masih banyak
dilakukan orang diluar kependidikan.
2. Guru memiliki tugas kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan
dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mapu menarik simpati sehingga ia
menjai idola para siswa-siswinya.
3. Guru memiliki tugas kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat
dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan.

B. KONSEP DASAR PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBIonline) konsep adalah ide atau
pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret. Dasar Menurut kamus besar
bahasa indonesia (KBBIonline) dasar adalah bagian yang terbawah. Jadi, dapat di
simpulkan bahwa konsep dasar adalah ide atau pengertian yang bersifat konkret
dan menjadi landasan yang mendasar.
1. Dinamika Pandangan Tentang Peserta Didik

2

Menurut E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soejarwo, 1991) dan Slavin, R.E.
(2006).

Pengertian

dinamika

perkembangan

peserta

didik

Dinamika

perkembangan merupakan perubahan dinamis/tidak statis dalam perkembangan.
Perubahan itu sendiri adalah hal yang melekat dalam pengertian perkembangan.
Perkembangan terdiri atas serangkain perubahan yang bersifat progresif (maju),
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga
“Pertumbuhan”. Sedangkan perubahan kualitatif meliputi perubahan aspek
psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berfikir, berbahasa, perubahan emosi,
sikap, dan lain-lain.
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya “Kematangan
dan Pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan
aktualisasi/ realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam)
yang dibawa setiap individu sejak lahir. Seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat.
Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan
sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini
secara simultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Sikap manusia terhadap
perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya pengalaman
pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta penampilan dan
perilaku seseorang. Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama
dalam penyelanggaraan pendidikan dan pembelajaran. Konsep peserta didik
sebagai suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga pengertian. Ketiga
pengertian itu mencakup, pertama; peseta didik adalah makhluk hidup atau
(organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat
dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik
sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan
bagian lainnya. Kedua; keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki
hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu aspek mengalami
gangguan, maka emosinya juga terganggu. Ketiga; peserta didik usia SD/MI
berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara
keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang
dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.

2

2. Peserta didik sebagai subjek pendidikan
Menurut Siti Norjanah (2012) Peserta didik adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar.
Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih
cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal.
Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah
peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu
menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan,
bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan
mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik
peserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada
beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu:
a. Memahami dan menerima keadaan jasmani
b. Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
c. Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
d. Mencapai kematangan Emosional
e. Menunjuk kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan finansial.
f. Mencapai kematangan intelektual
g. Membentuk pandangan hidup
h. Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri
Hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa, Mencapai
kematangan Emosional, Menunjuk kepada keadaan berdiri sendiri dalam lapangan
finansial, Mencapai kematangan intelektual, Membentuk pandangan hidup,
Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.
Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses perkembangan
dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing, dimana mereka sangat
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik
optimal kemampuan fitrahnya. Berdasarkan pengertian ini, maka anak didik dapat
dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu,
bimbingan dan pengarahan.

2

Hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu,
Memahami dan menerima keadaan jasmani, Memperoleh hubungan yang
memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3. Perkembangan peserta didik
a. perkembangan
Pengertian Perkembangan Secara Etimologis Perkembangan berasal dari kata
kembang yang berarti maju, menjadi lebih baik.Pengertian Perkembangan Secara
Termitologis. Perkembangan adalah proses kualitatif yang mengacu pada
penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis dalam diri seseorang dan
berlangsung sepanjang hidup manusia.
a) Hakikat Perkembangan
Menurut Makmun, S.A. (2007) dan Desmita. (2009). Istilah “perkembangan”
(development) dalam psikologi merupakan sebuah konsep yang cukup
kompleks.Di dalamnya terkandung banyak dimensi. Oleh sebab itu, untuk dapat
memahami konsep dasar perkembangan, perlu dipahami beberapa konsep lain
yang terkandung didalamnya, diantaranya: pertumbuhan, kematangan, dan
perubahan.
b) Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik
Secara

umum,

pada

bab

ini

mengetengahkan

kajian

psikologi

perkembangan, yang secara khusus membahas perkembangan anak usia sekolah
(SD) dan remaja (SMP & SMA). Aspek-aspek perkembangan yang dibahas
didalam bab ini secara garis besarnya meliputi: perkembangan fisik-motorik dan
otak, perkembangan kognitif, dan perkembangan sosioemosional. Masing-masing
aspek perkembangan dihubungkan dengan pendidikan, sehingga para guru
diharapkan mampu memberikan layanan pendidikan atau menggunakan strategi
pemebelajaran yang relevan dengan karakteristik perkembangan tersebut.
Menurut E.B. Harlock yang di kutip oleh Muhammad Syamsussabri.
“Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai
akibat dari proses kematangan dan pengalaman, terdiri atas serangkaian
perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.”

2

Spikier yang di kutip oleh Muhammad Syamsussabri.mengemukakan dua macam
pengertian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yaitu:
1) Ontogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya
individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa
2) Filogenetik, perkembang dari asal-usul manusia sampai sekarang ini.
Kesimpulan umum yang dapat ditrik dari beberapa definisi di atas adalah
bahwa perkembangan tidaklah terbatas pada pengertian pertumbuhan yang
semakin membesar , melainkan di dalamnya juga tergantung serangkaian
perubahan yang berlangsung secara terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsifungsi jamaniah dan rohaniah yang dimiliki individu menuju ke tahap pematangan
melalui pertumbuhan, pemasakan, dan belajar.
Perkembangan menghasilkan bentuk-bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru
yang sederhana ke tahap yang lebih tinggi.Perkembangan itu bergerak secara
berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap
berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan
berakhir dengan kematian.

c) Prinsip-Prinsip Perkembangan
Hurlock (1997: 29) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip perkembangan tersebut
meliputi:
1)

Perkembangan Melibatkan Adanya Perubahan
Perkembangan selalu ditandai adanya perubahan yang bersifat progresif

yang bertujuan agar manusia dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
2) Perkembangan Awal Lebih Kritis dari Perkembangan Selanjutnya
Perkembangan merupakan proses continue, dimana perkembangan
sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Oleh karena itu
kesalahan ataupun gangguan pada perkembangan awal akan terus mempengaruhi
perkembangan-perkembangan berikutnya.
3) Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar

2

Kematangan merupakan hasil perkembangan melalui tahapan-tahapan yang
kompleks dan saling terkait dari tahapan-tahapan awal ke tahapan-tahapan
selanjutnya.Perkembangan

merupakan

hasil

belajar

mengartikan

bahwa

perkembangan diperoleh melalui usaha sadar dan latihan.
d) Aspek-aspek perkembangan pserta didik
1)

Aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia
yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan
lingkungannya.
Salah satu tokoh yang penting yang mengkaji dan meneliti perkembangan
kognitif anak adalah Jean Piaget. Piaget menyatakan bahwa cara berpikir anak
bukan hanya kurang matang dibandingkan dengan orang dewasa karena kalah
pengetahuan, tetapi juga berbeda secara kualitatif. Menurut penelitiannya tahaptahap perkembangan individu serta perubahan umur sangat mempengaruhi
kemampuan belajar individu. Dengan demikian seorang individu yang lebih
dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia
masih kecil. Piaget mengemukakan empat tahapan kognitif anak yaitu tahap
sensori-motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang
mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai
pada

kemampuan

memecahkan

masalah

yang

menuntut

siswa

untuk

menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
2)

Aspek Perkembangan Fisik

Secara umum, fisik berarti bentuk. Jadi perkembangan fisik adalah
perkembangan struktur tubuh manusia yang terjadi sejak dalam kandungan hingga
ia dewasa atau mencapai tingkat kematangan pertumbuhannya. Proses
perubahannnya adalah menjadi panjang (pertumbuhan vertikal) dan menjadi lebar
(pertumbuhan horizontal) dalam suatu proporsi bentuk tubuh.
Pertumbuhan sebelum lahir dimulai sejak terjadinya pembuahan
(fertilisasi) antara sel telur dengan sel sperma yang kemudian berkembang

2

menjadi embrio. Masa sebelum lahir merupakan pertumbuhan dan perkembangan
manusia yang sangat kompleks, karena pada masa itu merupakan awal
terbentuknya organ-organ tubuh dan tersusunnya jaringan saraf yang membentuk
sistem saraf yang paling lengkap. Kelahiran pada dasarnya merupakan pertanda
kematangan biologis, masing-masing komponen biologi telah mampu berfungsi
secara mandiri.
Pertumbuhan fisik setelah kelahiran yang akan menyempurnakan struktur
dan fungsi dari fisik peserta didik. Setiap bagian fisik seseorang atau individu
akan terus mengalami perubahan karena pertumbuhan, sehingga masing-masing
komponen tubuh akan mencapai tingkat kematangan untuk menjalankan
fungsinya.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku anak sehari-sehari. Secara langsung pertumbuhan fisik
seorang anak akan menentukan anak dalam bergerak. Secara tidak langsung,
pertumbuhan dan perkembangan fungsi fisik akan mempengaruhi bagaimana ia
memandang dirinya sendiri dan bagamana ia memandang orang lain.
Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor,antara lain faktor
nutrisi yangtelah terasa pengaruhnya sejak bayi belum lahir dan sesudah lahir,
faktor perawatanyang menyangkut perawatan fisik maupun psikis seperti kasih
sayang atau cinta kasih.
3) Aspek Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan Psikomotorik dalam kamus besar bahasa Indonesia
psikomotor secara harfiah berarti sesuatu yang berkenaan dengan gerak fisik yang
berkaitan

dengan

proses

mental. Perkembangan psikomotorik

adalah

perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan yang
terkoordinasi antara susunan saraf pusat, saraf tepi dan otot. Perkembangan
motorik meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik halus. Kemampuan
motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang
berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi
mata-tangan.

2

4) Aspek Perkembangan Afektif
Perkembangan afektif mencakup emosi atau perasaan yang dimiliki oleh
setiap peserta didik.
Emosi adalah suatu keadaan perasaan yang kompleks yang disertai
karakteristik kegiatan kelenjar dan motoris. Emosi adalah setiap keadaan pada diri
seseorang dan berhubungan dengan kondisi afektifnya dengan tingkatan yang
lemah maupun yang kuat. Keadaan afektif yang dimaksud adalah perasaanperasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi suatu situasi tertentu, seperti
rasa senang, bahagia, benci, kangen, terkejut, tidak puas, tidak senang dan
sebagainya. Keadaan emosi pada setiap anak berbeda, kadang ada anak yang
dapat mengontrol sehingga emosinya tidak tercetus keluar dengan perubahan atau
tanda-tanda fisiknya.

5) Aspek Perkembangan Sosial
Syamsu Yusuf menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat juga
diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma
kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama. Pada awal manusia dilahirkan belum bersifat
sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi dengan orang
lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirasakan sejak anak memasuki usia 6 bulan. Disaat itu mereka
telah mampu mengenal manusia lain terutama yang dekat dengan dirinya yaitu ibu
atau anggota keluarga yang lain. Anak mulai mampu membedakan arti senyum,
marah,tidak senang, terkejut, dan kasih sayang.
e) Tahapan perkembangan peserta didik
1) Tahap pertama disebut periode sensorik motorik (sekitar 0-2 tahun)
Pada tahap ini anak (bayi) menggunakan alat indera dan kemampuan mmotorik
untuk memahami dunia sekitarnya.

2

2) Tahap kedua disebut periode praoperasional (sekitar 2-7 tahun)
Pada tahap ini anak dapat membuat penyesuaian perseptual dan motorik terhadap
objek dan kejadian yang direpresentasikan dalam bentuk simbol (bayangan
mental, kata-kata, isyarat) dalam meningkatkan bentuk logika.
3) Tahap ketiga disebut periode konkret operasional (sekitar 7-11 tahun)
Pada tahap ini anak mendapatkan struktur logika tertentu yang membuatnya dapat
melaksanakan berbagai macam operasi mental, yang merupakan tindakan
terinternalisasi yang dapat dikeluarkan bila perlu. Anak melaksanakan operasi ini
dalam situasi konkret. Operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsepkonsep atau skema-skema.
4) Tahap keempat disebut periode formal operasional (sekitar 11-15 tahun)
Pada tahap ini operasi mental pada anak tidak lagi terjadi pada objek konkret,
tapi juga dapat diaplikasikan pada kalimat verbal atau logika, yang tidak hanya
menjangkau kenyataan melainkan juga kemungkinan, tidak hanya menjangkau
masa kini tetapi juga masa depan.
b. Pertumbuhan
Dalam konsep perkembangan juga terkandung pertumbuhan.Pertumbuhan
(growth) sendiri sebenernya merupakan sebuah istilah yang lazim digunakan
dalam biologi, sehingga pengertiannya lebih bersifat biologis. C.P. Chaplin
(2002), mengartikan pertumbuhan sebagai: satu pertambahan atau kenaikan dalam
ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan.
Menurut Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan
jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya
perbanyakan (multiplication) sel-sel.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa istilah pertumbuhan
dalam konteks perkembangan merujuk perubahan-perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan
bdan, pertumbuhan kaki, kepala, jantung, paru-paru, dan sebagainya.Dengan
demikian, tidak tepat jika kita misalnya mengatakan pertumbuhan ingatan,
pertumbuhan

berpikir,

pertumbuhan

kecerdasan, dan

sebagainya,

sebab

kesemuanya merupakan perubahan fungsi-fungsi rohaniah.Demikian juga tidak

2

tepat kalau dikatakan pertumbuhan kemampuan berjalan, pertumbuhan menulis,
pertumbuhan pengindreraan, dan sebagainya, sebab kesemuanya merupakan
perubahan fungsi-fungsi jasmaniah.
c. Kematangan
Pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani yang disebutkan di atas,
sebenarnya merupakan satu kesatuan dalam diri manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Lalu perkembangan rohani dipengaruhi oleh laju
pertumbuhan jasmani, demikian pula sebaliknya.Pertumbuhan dan perkembangan
itu pada umumnya berjalan selaras dan pada tahap-tahap tertentu menghasilkan
suatu “kematangan”, baik kematangan jasmani maupun kematangan mental.
Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan
maturation, sering dilawankan dengan immaturation, yang artinya tidak
matang.Seperti pertumbuhan, kematangan juga berasal dari istilah yang sering
digunakan

dalam

biologis,

kemasakan.Kemudian

istilah

yang
ini

menunjuk

diambil

dari

pada
untuk

keranuman
digunakan

atau
dalam

perkembangan individu karena dipandang terdapat beberapa persesuaian.
Davidoff (1988), menggunakan istilah kematangan (maturation) untuk
menunjuk pada munculnya pola perilaku tertentu yang bergantung pada
pertumbuhan jasmani dan kesiapan susunan saraf. Proses kematangan ini juga
sangat bergantung pada gen, karena pada saat terjadinya pembuahan, gen sudah
memprogramkan potensi-potensi tertentu untuk perkembangan makhluk tersebut
di kemudian hari. Banyak dari potensi tersebut yang sudah lengkap ketika ia
dilahirkan, dan ini dapat terlihat dari perjalanan perkembangan makhluk itu secara
perlahan-lahan di kemudia hari.
d. Perubahan
Pekembangan mengandung perubahan-perubahan, tetapi bukan berarti setiap
perubahan bermakna perkembangan. Perubahan-perubahan itu tidak pula
mempengaruhi proses perkembangan seseorang dengan cara yang sama.
Perubahan-perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk memungkinkan

2

orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana ia hidup. Untuk mencapai
tujuan ini, realisasi diri atau yang biasanya disebut “aktualisasi diri” merupakan
factor yang sangat penting.Tujuan ini dapat dianggap sebagai suatu dorongan
untuk melakukan sesuatu yang tepat, untuk menjadi manusia seperti yang
diinginkan baik secara fisik maupun psikis.
Bagaiman manusia mengungkapkan dorongan ini, sangat bergantung pada
kemampuan-kemampuan bawaan dan latihan yang diperoleh, tidak hanya selama
masa anak-anak, tetapi juga saat usianya meningkat dan sampai saat ia menjumpai
tekanan-tekanan yang lebih lebar untuk menyesuakian diri dengan harapanharapan masyarakat.
Secara garis besarnya, perubahan yang terjadi dalam perkembangan itu
dapat dibagi ke dalam empat bentuk, yaitu:
a. Perubahan dalam ukuran besarnya
Perubahan-perubahan

dalam

bentuk

dan

ukuran

ini

terlihat

dalam

pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental seseorang. Setiap tahun seorang
anak tumbuh menjadi dewasa, tinggi dan berat bdannya bertambah, kecuali juka
keadaan yang tidak normal mempengaruhinya, maka akan terjadi bebagai
penyimpangan dalam pertumbuhannya.
Perkembangan mental pun akan menunjukkam kemajuan yang sama, seperti
terlihat pada semakin meningat dan bertambahnya perbendaharaan kosakata setiap
tahunnya,

kemampuannya

dalam

berpikir,

meningkat,

mengecap,

dan

menggunakan sesuatu yang berlangsung selama masa perkembangannya dari
tahun ke tahun.
b. Pertumbuhan-pertumbuhan dalam proporsi
Pertumbuhan fisik tidaklah terbatas pada perubahan-perubahan ukuran, tetapi
juga pada proporsi.Ank bukanlah sekadar manusia dewasa dalam bentuk kecil,
melainkan keseluruhan tubuhnya menunjukkan proporsi-proporsi yang berbeda
dengan orang dewasa.Hal ini terbukti apabila tubuh seorang bayi dibandingkan

2

dengan tubuh orang dewasa. Kemudian ketika anak mencapai usia pubertas, baru
proporsi-proporsi tubuhnya mulai menyerupai orang dewasa.
c. Hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama
Jenis perubahan ketiga yang terjadi dalam perkembangan individu adalah
hilangnya bentuk dan ciri-ciri tertentu.Di antara ciri-ciri fisik, terlihat secara
berangsur hilangnya kelenjar kanak-kanak (thymus gland) yang terletak di leher,
kelenjar pineal pada otak, reflek-reflek tertentu, rambut, gigi dengan hilangnya
gigi anak-anak. Sementara itu, ciri-ciri mental di antaranya terlihat dalam
perkembangan bicaranya, impuls-impuls gerakan yang kekanak-kanakan sebelum
berpikir,

bentuk-bentuk

gerakan

bayi,

seperti

merangkak,

merambat,

perkembangan penglihatannya yang semakin tajam atau pengindraan lainnya,
terutama yang berkaitan dengan rasa dan bau atau penciuman.
d. Timbal atau lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru
Dengan menghilangnya bentuk dan ciri-ciri lama yang tidak bedaya guna lagi,
timbullah ciri-ciri dan bentuk perubahan-perubahan fisik dan mental yang baru.
Beberapa perubahan itu terjadi antara lain melalui belajar, tetapi kebanyakan
daripadanya dihasilkan dari atau karena terjadinya proses kematangan yang pada
saat lahir belum sepenuhnya dapat berkembang.
Di antara ciri dari bentuk pertumbuhan fisik yang sangat penting adalah
tumbuhnya gigi pertama dan kedua yang terlihat jelas pada masa kanak-kanak
memasuki masa remaja.Sedangkan ciri dan bentuk perkembangannya mental ialah
tumbuhnya rasa ingin.
4. Konsep serta tugas perkembangan peserta didik Indonesia
a. Pengertian Tugas Perkembangan
Setiap individu pasti tumbuh dan berkembang, perkembangan itu dilalui
dengan beberapa periode atau fase- fase perkembangan selama perjalanan
kehidupan setiap individu.Menurut Robert Huvigrust mendefinisikan tugas
perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar satu periode
tertentu dari kehidupan individu, jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia
dan membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.

2

Sebaliknya, jika tugas-tugas tersebut tidak dilalui dengan baik maka akan timbul
rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
b. Sumber Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan berasal dari tiga jenis sumber. Pertama adalah tugas
yang berasal dari pertumbuhan fisik. Misalnya, kesiapan fisik balita membuatnya
mulai belajar berjalan dan bicara. Keterampilan itu akan diperlukan untuk tahap
perkembangan berikutnya, misalnya untuk bermain bersama teman-teman. Di usia
remaja, pertumbuhan fisik hormonal memunculkan rasa ketertarikan pada lawan
jenis. Di sini ada tugas perkembangan untuk belajar menjaga sikap pada lawan
jenis.
Kedua, ada tugas-tugas yang berasal dari kematangan kepribadian. Yang
ini terkait dengan pertumbuhan sistem nilai dan aspirasi. Misalnya, di usia SD
mulai muncul kesadaran akan perbedaan kelompok sosial dan ras, maka di usia ini
ada tugas perkembangan untuk bisa menyikapi dengan tepat perbedaan tersebut.
Ketika beranjak remaja muncul harapan tentang karier, sehingga di sini muncul
tugas untuk mulai mempelajari pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan
kerja.
Adapun yang menjadi sumber dari pada tugas-tugas perkembangan
tersebut menurut Havighurst adalah: Kematangan pisik, tuntutan masyarakat atau
budaya

dan

nilai-nilai

dan

aspirasi

individu.

Pembagian

tugas-tugas

perkembangan untuk masing-masing fase dari sejak masa bayi sampai usia lanjut
dikemukakan oleh Havighurst sebagai berikut:
1.) Masa bayi dan anak-anak
a. Belajar berjalan.
b. Belajar makan makanan padat.
c. Belajar berbicara.
d. Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh.
e. Mencapai stabilitas fisiologik.
f. Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial.
g. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain.
h. Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati.

2

2.) Masa Anak Sekolah
a. Belajar ketangkasan fisik untuk bermain.
b. Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai organism yang
sedang tumbuh.
c. Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya.
d. Belajar peranan jenis kelamin.
e. Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan berhitung.
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna keperluan
kehidupan sehari-hari.
g. Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai.
h. Belajar membebaskan ketergantungan diri.
i. Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembga-lembaga.
3.) Masa Remaja
a. Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secara efektif.
b. Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/wanita.
c. Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab
social.
d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa
lainnya.
e. Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita dan anak-anak lakilaki.
f. Perkembangan skala nilai.
g. Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebih adekwat.
h. Persiapan mandiri secara ekonomi.
i. Pemilihan dan latihan jabatan.
j. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
4.) Masa Dewasa Awal
a. Mulai bekerja.
b. Memilih pasangan hidup.
c. Belajar hidup dengan suami/istri.
d. Mulai membentuk keluarga.
e. Mengasuh anak.