Makalah Kaitan Etika Nilai dan Moral dal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan, pemeriksaan tanda – tanda vital sangat
dibutuhkan, karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang
apa yang dialami pasien/klien. Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah pemeriksaan
pernafasan, nadi, tekanan darah dan suhu.
Pemeriksaan tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Data ini juga memberikan sebagian keterangan pokok yang memungkinkan
disudunnnya rencana keperawatan. Selanjutnya pengambilan tanda – tanda vital ini dilakukan
dengan jarak waktu pengambilan tergantung pada keadaan umum klien.
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital perawat senantiasa bersikap baik sesuai
dengan kode etik perawat. Hal ini tidak luput dengan adanya keterkaitan antara etika, nilai dan
norma dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud tanda – tanda vital?
2. Bagaimana pemeriksaan suhu tubuh pada pasien?
3. Bagaimana pemeriksaan denyut nadi pasien?
4. Bagaimana pemeriksaan pernapasan pada pasien?

5. Bagaimana pemeriksaan tekanan darah pada pasien?
6. Bagaimana kaitan etika, nilai, dan moral dalam pelaksanaan praktik keperawaatan
“pemeriksaan tanda-tanda vital”?

1

1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui pengertian tanda – tanda vital.
2. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan tubuh pasien
3. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan denyut nadi pasien
4. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan pola pernapasan pada pasien
5. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan tekanan darah pada pasien
6. Untuk mengetahui bagaimana kaitan etika nilai dan moral pada pelaksaanan asuhan
keperawatan dengan tindakan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien

2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanda-Tanda Vital

Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi yang
diberikan. Penggunaan tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui respons
terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Hal ini sangatlah
penting sehingga disebut tanda – tanda vital.
Waktu untuk mengukur tanda – tanda vital:
● Saat klien pertama kali masuk ke fasilitas
● Saat memeriksa klien pada kunjungan rumah
● Di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal rutin sesuai program
● Sebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasif
● Sebelum, saat, dan setelah transfuse darah
● Saat keadaan umum klien berubah
● Sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat.
● Sebelum dan sesudah intervensi keperawatan yang mempengaruhi tanda – tanda vital
● Saat klien mendapat gejala fisik yang non spesifik
● Menggigil adalah respon tubuh terhadap perbedaan suhu dalam tubuh.
Ada beberapa pemeriksaan fisik diantaranya adalah

pemeriksaan suhu tubuh, nadi,


pernapasan dan tekanan darah.

2.2 Pemeriksaan Suhu Tubuh
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan
jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Suhu tubuh diukur dalam derajat. Pusat
pengukuran suhu tubuh diatur oleh hipotalamus. Pusat ini menerima pesan dari lokasi

3

reseptor panas ke tubuh yang lain untuk menghasilkan atau mempertahankan kehilangan
panas tubuh.
Permukaan tubuh berfluktuasi sesuai dengan respon terhadap faktor lingkungan sehingga
tiddak tetap untuk pemantauan status kesehatan klien. Kondisi normal dari panas tubuh
antara 35,9°C sampai 37,4°C. Alat pengukur suhu tubuh adalah termometer dan tempat
pengukuran suhu tubuh yaitu oral, rectal, axilla, membrane timpani, esophagus, dan arteri
pulmoner.
A. Jenis-Jenis Suhu Tubuh
Suhu tubuh dibagi menjadi dua yaitu suhu tubuh inti dan suhu tubuh permukaan.
a. Suhu Tubuh Inti
Suhu tubuh inti (core temperature), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam

seperti cranial, toraks, rongga abdomen dan pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan
relatif konstan sekitar 37°C. tempat pengukuran suhu tubuh inti paling efektif adalah
pada bagian rektum, membran timpani, esophagus, arteri pulmoner, kandung kemih dan
rectal.
b. Suhu Tubuh Permukaan
Suhu tubuh permukaan (surface temperature), yaitu suhu yang terdapat pada
kulit, jaringan subkutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C
sampai 40°C. Tempat pengukuran suhu tubuh permukaan paling efektif yakni pada kulit,
dan aksila oral.
Tabel suhu tubuh normal sesuai tingkatan umur
Umur
3 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
13 tahun

Suhu (Celcius)

37,5
37,7
37,2
37,2
37,0
36,7
36,6

4

(Sumber : Joice Engel, 1995)
Tabel perbandingan suhu berdasarkan jenis kelamin
Suhu
Mulut
Probandus

Axilla

sebelu


Sesuda

m

h

sebelum

Anus

sesudah

Sebelu

Skrotum

sesudah

sebelum


sedudah

m

♂ Normal

34,1

34,4

35,6

36

31,8

33,95

34,65


36,25

♂ Gemuk

34,3

34,9

35,95

35,9

34,3

36,15

34,05

36,05


♂ Kurus

35,1

34,35

35,75

35,65

35,55

35,85

34,6

36,25

♂Alkoholi


34,15

33,6

35,65

35,55

36,3

38,3

35,75

36,35

k
♀ Normal

33,4


32,2

35

35,1

34,1

35,1

-

-

♀ Sakit

33,8

32

35,7

35,5

36,7

37,1

-

-

♀ Gemuk

34,2

33,8

35

34,1

37,2

37,6

-

-

♀ Kurus

34,4

32,2

35,2

34,8

35,4

36,6

-

-

(Sumber : Joice Engel, 1995)
B. Keuntungan dan Kerugian Pengukuran Suhu Tubuh pada Membran Timpani, Rektal, Oral
dan Aksilla
1. Membran timpani
a) Keuntungan :


Tempat mudah dicapai

● Perubahan posisi yang dibutuhkan minimal
● Memberi pembacaan inti yang akurat
● Waktu pengukuran sangat cepat (2-5 detik)
● Dapat dilakukan tanpa membangunkan atau menggangu klien

5

b) Kerugian :
● Alat bantu dengar harus dikeluarkan sebelum pengukuran
● Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah telinga atau membran timpani
● Membutuhkan pembungkus probe sekali pakai
● Implikasi serumen dan otitis media dapat menggangu pengukuran suhu
● Keakuratan pengukuran pada bayi baru lahir dan anak-anak dibawah 3 tahun masih
diragukan.
2. Rektal
a) Keuntungan :
● Terbukti lebih dapat diandalkan bila suhu oral tidak dapat diperoleh
● Menunjukan suhu inti
b) Kerugian :
● Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah rektal, kelainan rektal, nyeri
pada area rektal, atau cenderung pendarahan


Memerlukan perubahan posisi dan dapat merupakan sumber rasa malu bagi klien.

● Memerlukan lubrikasi
● Dikontradiksikan pada bayi baru lahir
3. Oral
a) Keuntugan :
● Mudah dijangkau dan tidak membutuhkan perubahan posisi
● Nyaman bagi klien


Memberi pembacaan suhu permukaan yang akurat

b) Kerugian :
● Tidak boleh dilakukan pada klien yang bernapas lewat mulut


Tidak boleh dilakukan pada klien yang mengalami bedah oral, trauma oral, riwayat
epilepsi, atau gemetar atau kedinginan

● Tidak boleh dilakukan pada bayi, anak kecil, anak yang sedang menangis atau klien
konfusi, tidak sadar atau tidak kooperatif
6

4. Aksilla
a) Keuntungan :
● Aman dan non-invasif
● Cara yang lebih disukai pada bayi baru lahir an klien tidak kooperatif
b) Kerugian :
● Waktu pengukuran lama
● Memerlukan bantuan perawat untuk mempertahankan posisi klien
C. Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh
1.

Kecepatan Metabolisme Basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula.

2.

Rangsangan Saraf Simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Di samping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak
coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Umumnya, rangsangan
saraf simpatis ini dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi
epinefrin dan non-epinefrin yang meningkatkan metabolisme.

3.

Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (growth hormone) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.

4.

Hormon Tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% di atas normal.

7

5.

Hormon Kelamin
Hormon kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme kira-kira 1015% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormon
progresteron pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3°C-0,6°C di atas
suhu normal.

6.

Demam (Peradangan)
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C

7.

Status Gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami malnutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia) karena lemak merupak isolator yang
cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga kecepatan
jaringan yang lain.

8.

Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot/organ yang menghasilkan energi termal. Aktivitas dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3°C-40,0°C.

9.

Gangguan Organ
Kerusakan organ seperti trauma pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh. Kelainan
kulit berupa kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan mekanisme
pengaturan suhu tubuh terganggu.
8

10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga
sebaliknya, lingkungan dapat mempengaruhi suhu antara manusia dan lingkungan terjadi
sebagian besar melalui kulit.
D. Proses Pengeluaran Panas
1.

Radiasi
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang
panas inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki
panjang gelombang 5-20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas
ke segala penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar
pada kulit 60%.

2.

Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan bendabenda yang ada disekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas tubuh dengan
mekanisme konduksi sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak
kehilangan suhu yang kecil karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk
terpapar langsung dengan benda relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan
udara, dan sifat isolator benda menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat
terjadi secara efektif terus menerus.

3.

Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena gerakan udara. Panas dikonduksi
pertama kali pada molekul udara secara langsung dalam kontak dengan kulit. Arus udara
membawa udara hangat pada saat kecepatan arus udara meningkat, dan kehilangan
panas konventif meningkat.

9

4.

Evaporasi
Evaporasi (penguapan air dari kulit) dapat memfasilitasi peerpindahan panas
tubuh. Setiap 1gr air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas
tubuh sebesar 0,58 kkal. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi
berlangsung sekitar 450-600 ml/hari.

E. Hal-hal yang Harus diperhatikan Pada Saat Pengukuran Suhu Tubuh
a) Suhu termometer harus dalam keadaan 0°
b) Penggunaan thermometer untuk tiap tempat pengukuran harus pisah
c) Cara menurunkan suhu harus dilakukan secara hati-hati, jangan sampaai termometer
jatuh dan pecah
d) Sebelum melakukan pengukuran harus dijelaskan dengan benar tentang tempat dan
tujuan pengukuran suhu.
e) Fungsi termometer harus menghadap keluar untuk arah yang dibaca.
f) Pembacaan termometer harus di tempat yang cukup cahaya.
F. Tujuan Tindakan
Pengukuran suhu tubuh dilakukan untuk mengetahui suhu badan pasien untuk melakukan
tindakan perawatan.
G. Persiapan
a)

Persiapan Alat
● Termometer bersih dalam tempatnya.
● Tiga buah botol beisi larutan sabun, larutan desinfektan, dan air bersih
● Bengkok (interbekken)
● Potongan-potongan kertas atau tissue
● Vaselin dalam tempatnya
● Buku catatan suhu dan nadi

b)

Persiapan Pasien
10

Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang dilakukan
H. Pelaksanaan
1. Pemeriksaan Suhu pada Ketiak
a) Bila perlu lengan baju pasien dibuka dan ketiaknya harus dikeringatkan lebih dahulu
b) Jika menggunakan termometer air raksa, suhu pada termometer harus 0°. Lalu
jepitkan dengan reservoirnya tepat ditengah ketiak, dan lengan pasien dilipatkan ke
dada.
c) Setelah 5-10 menit angkat termometer lalu baca suhu dengan teliti kemmudian
hasilnya dicatat pada buku.
d) Termometer dicelupkan ke dalam larutan sabun, dilapdengan pototngan kertas atau
tissue, kemudian dimasukkan ke dalam larutan desinfektan, selanjutnya dibersihkan
dengan air bersih dan keringkan.
e) Air raksa diturunkan kembali pada angka 0, dan termometer diletakkan pada
tempatnya serta siap untuk dipakai pasien berikutnya.
2. Pengukuran Suhu pada Mulut
a) Untuk tiap pasien harus digunakan satu termometer
b) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, kemudian ujungnya
sampai batas resevoirnya diletakkan di bawah lidah pasien.
c) Mulut dikatupkan selama 3-5 menit, kemudian thermometer diangkat, dilap dengan
tissue. Selanjutnya baca hasil pemeriksaan dengan teliti, kemudian catat suhu badan
pasien.
Catatan :
● Sebelum pengukuran suhu, pasien tidak boleh diberi minuman panas maupun dingin
● Selama pengambilan suhu, pasien tidak boleh bicara
● Dilarang melakukan pemeriksaan oral pada anak atau bayi

11

3. Pengukuran suhu pada anus
a) Setelah pasien diberitahu prosedur pemeriksaan, pasien harus dimiringkan
b) Pakaian pasien harus diturunkan sampai di bawah bokong
c) Termometer diperiksa apakah air raksa tepat pada angka 0, lalu resevoirnya diolesi
vaseline. Selanjutnya termometer dimasukan ke dalaam anus
d) Diamkan 3-5 menit, lalu angkat thermometer dan lap dengan tissue. Kemudian baca
hasil pemeriksaan dan catat suhu badan pasien.
Catatan :
● Sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan, perawat harus mencuci tangan.
● Sebelum diapakai periksa keadaan termometer
● Termometer harus dalam keadaan kering saat menurunkan air raksa
● Jangan membersihkan termometer dengan air panas
2.3 Pemeriksaan Denyut Nadi
Palpasi artinya mengukur denyut nadi. Denyut adalah getaran/denyut darah dalam
pembuluh darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri jantung. Frekuensi denyut nadi manusia
bervariasi. Cepat atau lambatnya denyut nadi dipengaruhi oleh beberapa faktor
A. Faktor yang Mempengaruhi Denyut Nadi
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi diantaranya :
1. Jenis kelamin
Denyut nadi yang tepat dicapai pada kerja maksimum kerja maksimum pada wanita lebih
tinggi dar pada laki-laki. Pada laki-laki muda dengan kerja 50% maksimal rata-rata nadi kerja
mencapai 128 denyut /menit, sedangkan pada wanita mencapai 138 denyut /menit. Pada kerja
maksimal pria nadi rata-rata mencapai 154 denyut /menit, dan pada wanita mencapai 164
denyut /menit.

12

2. Usia
Frekuens denyut nadi pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa. Denyut nadi akan
menurun seiring berkurangnya usia.
Tabel frekuensi denyut nadi
No
1
2
3
4
5
6
7

Usia
< 1 bulan
< 1 tahun
2 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
>14

Frekuensi Nadi (denyut/menit)
90-170
80-160
80-120
75-115
70-110
65-100
60-100

tahun
(Sumber : Joice Engel, 1995)
3. Kehamilan
Frekuensi jantung meningkat secara progresif selama masa kehamilan dan
mencapaimaksimal sampai masa aterm yang frekuensinya berkisar20% di atas keadaan
sebesar hamil.
4. Keadaan kesehatan
Orang yang tidak sehat dapat berpotensi mengalami perubahan irama denyut nadi.
Riwayat penderita penyakit jantung, hipertensi, hipotensi bahkan anemia dapat
mempengaruhi kerja jantung sehingga denyut nadi dapat mengalami perubahan.
5. Ukuran tubuh
6. Rokok dan kafein
7. Intensitas dan lama kerja
8. Faktor fisik dan kondisi psikis

Tabel frekuensi denyut nadi normal
13

Pada bayi baru lahir
Selama satu tahun

140
120

pertama
Selama tahun kedua
110
Pada umur 5 tahun
90-100
Pada umur 10 tahun
80-90
Pada orang dewasa
60-80
(Sumber : Joice Engel, 1995)
Tabel kecepatan denyut nadi pada saat tidur
Bayi baru lahir
100-180
Usia 1 minggu-3 bulan
100-220
Usia 3 bulan-2 tahun
80-150
Usia 10-21 tahun
60-90
Usia > 21 tahun
69-100
(Sumber : Joice Engel, 1995)
B. Tempat-Tempat Menghitung Denyut Nadi
1. Ateri radalis

: Pada pergelangan tangan

2. Arteri temporalis

: Pada tulang pelipis

3. Arteri caratis

: Pada leher

4. Arteri femoralis

: Pada lipatan paha

5. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
6. Arteri politela

: Pada lipatan lutut

7. Arteri bracialis

: Pada lipatan siku

8. Ictus cordis

: Pada dinding iga, 5 – 7

Tabel pola nadi

Pola Nadi

Deskripsi

14

Bradikardia

Frekuensi nadi lambat
Frekuensi nadi meningkat dalam keadaan tidak

Takikardia

pada ketakutan, menangis, aktivitas meningkat,
atau demam yang menunjukan penyakit jantung
Frekuensi nadi meningkat selaama inspirasi,

Sinus Aritmia

menurun

selama

ekspirasi.

Sinus

Aritmia

merupakan variasi normal pada anak, khususnya
Pulsus Alternans

selama tidur
Denyut nadi yang silih berganti : kuat-lemah dan

Pulsus Begeminus

kemungkinan menunjukan adanya gagal jantung
Denyut berpasangan dan berhubungan dengan
denyut premature
Denyut nadi cepat dan lemah menunjukan adanya

Thready Pulse

tanda shock, nadi sukar dipalpasi tampak muncul

Pulsus corrigen

dan menghilang
Denyut nadi kuat dan berdetak-detak. Hal ini
disebabkan oleh variasi yang luas pada tekana nadi

C. Alat, persiapan, dan cara pemeriksaan
1. Arteri radialis
Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan pada
sisi ibu jari. Relatif mudah untuk diperiksa dan sering digunakan untuk pemeriksaan
a. Persiapan alat
● Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stopwatch)
15

● Buku catatan nadi (kartu status)
● Alat tulis
b. Persiapan pasien
● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan
● Buatlah pasien rileks dan nyaman
c. Cara pemeriksaan
● Cuci tangan pemeriksa
● Minta pasien untuk menyingsingkan baju yang menutupi lengan
● Pada posisi duduk, tangan diletakan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur,
kedua lengan ekstensi menghadap atas
● Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah, lakukan palpasi sepanjang lekuk radial pada pergelangan tangan
● Rasakan denyut arteri radialis dan irama yang teratur
● Hitung denyut tersebut selama satu menit
● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku
2. Arteri Brachialis
Terletak di dalam oto biceps dari lengan atau medial dilipatan siku (fossa antekubital).
Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardia arrest pada infant
a. Persiapan alat
● Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stopwatch)
● Buku catatan nadi (kartu status)
● Alat tulis
b. Persiapan pasien
● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan
● Buatlah pasien rileks dan nyaman
c. Pemeriksaan pasien
● Cuci tangan pemeriksa
● Singsingkan baju yang menutupi lengan atas

16

● Pada posisi duduk, tangan diletakan pada paha dan lengan ekstensi. Pada posisi tidur,
kedua lengan ekstensi menghadap atas
● Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah pada fossa cubiti (lekuk antara otot biceps dan triceps di atas siku)
● Rasakan denyut arteri brankialis dan irama yang teratur
● Hitung denyut tersebut selama satu menit
● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku

3. Arteri carotid
Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri carotid berjalan diantara
trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasus cardiac arrest
dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak
a. Persiapan pasien
● Alat pengukur waktu (jam tangan dengan jarum detik, stopwatch)
● Buku catatan nadi (kartu status)
● Alat tulis
b. Persiapan pasien
● Jelaskan pada pasien perlunya pemeriksaan yang dilakukan
● Buatlah pasien rileks dan nyaman

c. Cara pemeriksaan
● Cuci tangan pemeriksa
● Minta pasien melepaskan baju sehingga bagian leher terlihat jelas
● Pasien duduk dengan posisi tangan diistirahatkan di atas paha
● Inspeksi kedua sisi leher untuk melihat denyut arteri karotis

17

● Mintalah pasien untuk memiringkan kepala pada sisi yang berlawanan arah dengan
yang akan diperiksa
● Lakukan palpasi ringan arteri karotis dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
pada sekitar otot sternokleidomastoideus
● perhatikan perubahan denyut pada saat menarik atau menghembuskan napas
● Hitung frekuensi nadi dengan alat pengukur waktu untuk 30 detik, kemudian hasilnya
dikalikan 2. Bila irama tidak teratur hitung selama 1 menit
● Informasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku
D. Cara mengukur denyut nadi
Mengukur denyut nadi menggunakan 2 jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, atau tiga
jari yaitu dengan jari telujuk, jari tengah dan jari manis. Temukan titik nadi (daerah yang
denyutannya paling keras), yaitu nadi karotis dicekungan bagian leher (kira-kira 2cm
disaamping jakun pada laki-laki), nadi radialis dipergelangan tangan di sisi ibu jari.
Setelah menemukan denyut nadi, tekan perlahan kemudian hitunglahjumlah
denyutannya selama 15 detik, setelah itu kalikan 4, ini merupakan denyut nadi dlam 1 menit.
Secara umum denyut nadi maksimum orang sehat saat berolahraga adalah 80% x (200-usia)
untuk kebutuhan fitness. Lebih akurat, Sally Edward memberikan rumusan perhitungan
denyut nadi maksimum 210-(0,5 x umur)-0,05x berat badan (dalam pound).
Catatan : 1kg = 2,2 pound.
Dalam olahraga diberikan tiga tingkatan kebutuhan :
1. Untuk sehat : 50-70 % denyut nadi maksimum
2. Untuk kebugaran : 70-80% denyut nadi maksimum
3. Untuk atlit : 80-100% denyut nadi maksimum
2.4 Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernapasan.
18

Tingkat respirasi atau respirasi rate adalah jumlah seseorang mengambil napas per
menit. Tingkat respirasi biasanya diukur ketika seseorang dalam posisi diam dan hanya
melibatkan menghitung jumlah napas selama satu menit dengan menghitung berapa kali dada
meningkat.
Respirasi dapat meningkat pada saat demam, berolahraga, emosi. Ketika memeriksa
pernapasan, adalah penting untuk juga diperhatikan apakah seseorang memiliki kesulitan
bernapas.
Tabel frekuensi pernapasan
Umur
Frekuensi pernapasan rata-rata
Bayi
30-40 kali/menit
2-6 tahun
21-30 kali/menit
6-10 tahun
20-26 kali/menit
12-14 tahun
18-22 kali/menit
Dewasa
12-20 kali/menit
Lanjut usia
12-20 kali/menit
(Sumber : Joice Engel, 1995)

A. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan bernapas adalah :
1. Usia
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya
berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan napas yang
pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke
19

belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa dada
diasumsikan berbentuk oval. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan bentuk pada dada dan
pola napas
2. Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga
darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh
akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan
meningkat. Sebaliknya pada lingkungan yang dingin akan terjadi kontraksi pembuluh dadar
perifer, akibatnya dapat meningkatkan darah yang akan menurunkan kegiatan jantung
sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3. Gaya hidup
Aktivitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut
jantung, demikian juga suplay oksigen di dalam tubuh. Merokok dan beberapa pekerjaan
tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4. Status kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan
oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem
kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel
tubuh.Seklain itu penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya
terhadap oksigen darah.

5. Narkotika
Narkotika seperti morfin dapat menurunkan laju dan kedaalaman pernapasan ketiika
depresi. Oleh karena itu jika memberikan obat narkotik algenik, perawat harus memantau
laju dan kedalaman pernapasan pasien.
6. Jenis kelamin
20

Pria dan wanita memiliki kecepatan respirasi yang berbeda. Setiap individu memilik
variasi pernapasan sendiri.
7. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi permukaan maka makin rendah
pula kadar oksigen. Orang yang tinggal pada daerah yang permukaannya lebih tinggi
memiliki laju dan kedalaman pernapasan yang lebih besar.
8. Polusi udara
Dengan adanya polusi udara, kecepatan pernapasan kita akan terganggu. Bernapas
menjadi lebih menyesakkan sehingga kecepatan pernapasan menurun, jumlah oksigen yang
dihirup menurun, yang akan mengakibatkan badan menjadi lemas.
B. Metode perhitungan pernapasan
Setiap pernapasan adalah satu kali menghirup napas dan satu kali mengeluarkan napas
(satu kali gerak naik turun). Pernapasan dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2 untuk
mendapatkan frekuensi pernapasan setiap menit. Pada keadaan normal pernapasan hanya
dihitung selama 15 detik lalu hasilnya dikalikan 4.

Tabel pola pernapasan

Pola Pernapasan

Deskripsi

Dispnea

Susah bernapas yang menunujukan adanya

21

retraksi
Frekuensi pernapasan lambat yang abnormal,

Bradipnea

irama kurang teratur
Takipnea

Frekuensi pernapasan cepat yang abnormal

Hiperpnea

Pernapasan cepat dan dangkal

Apnea

Tidak ada pernapasan
Periode pernapasan cepat dan dalam yang

Chyene Stokes

bergantian dengan periode apnea. Umumnya
pada bayi selama tidur nyenyak, depresi dan
kerusakan otak
Napas dalam yang abnormal, bisa cepat,

Kusmaul

lambat, atau normal khususnya pada asidosi

Biot

metabolic
Napas tidak teratur menunjukan adanya
kerusakan otak
(Sumber : Joice Engel, 1995)

C. Persiapan alat :
● Stopwatch atau jam tangan
● Stetoskop
● Buku catatan
D. Cara kerja
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2. Membuka baju klien untuk mengobservasi pergeraakan dada

22

3. Menghitung pernapasan klien dengan melihat gerakan inspirasi dan ekspirasi. Jika
pernapasan teratur dihitung selama 30 detik dan dikalikan 2, bila pernapasan tidak teratur
dihitung selaama 1 menit
4. Mendengarkan bunyi pernapasan dengan stetoskop, kemudiaan cek apakah terdengar suara
napas yang abnormal
5. Akhiri tindakan dengan baik
6. Mencuci tangan
2.5

Pemeriksaan tekanan darah
Tekanan darah dadaalah tekanan dari darah terhadap dinding pembuluh darah yang
merujuk kepada tekanan darah pada arteri secara sistematik. Dimana, tekanan darah di vena
lebih rendah dari pada tekanan darah di arteri. Nilai tekanan darah secara umum dinyatakan
dalam mmHg (millimeter air raksa).
Tekanan sistolik didefinisikan sebagai tekanan puncak pada arteri selama siklus
jantung. Tekanan diastolic merupakan tekanan terendah (pada fase istirahat siklus jantung).
Selama gerakan jantung dapat terdengar dua macam suara yang disebabkan oleh katup-katup
yang menutup secara pasif.
Bunyi pertama disebabkan menutupnya katup atrio-ventrikuler. Bunyi kedua karena
menutupnya katup aoritik dan pulmoner sesudah kontraksi ventrikel. Yang pertama adalah
panjang dan rata (terdengar seperti “lup”), yang kedua pendek dan tajam (terdengar bunyi
“dup”) (Evelyn Pearce, 2010)
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekaanan
diastolic. Sebagai contoh, tekanan darah pada angka 120/80 menunjukan tekanan sistolik
pada nilai 120 mmHg dan tekanan diastolik pada nilai 80 mmHg. Nilai tekanan darah pada
orang dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/80 (Smeltzer & Bare, 2001)

A. Tekanan darah normal
1.

Tabel nilai normal tekanan darah

Umur

Sistolik (mmHg)
23

Diastolik (mmHg)

Neonate
2-6 tahun
7 tahun
8-9 tahun
10 tahun
11-12 tahun
13 tahun
14 tahun

2.

75-105
80-110
85-120
90-120
95-130
95-135
100-140
105-140

45-75
50-80
50-80
55-85
60-85
60-85
60-90
65-90

Tabel klasifikasi hipertensi didasarkan pada nilai diastolik
Hipertensi ringan
92-104 mmHg
Hipertensi sedang
105-114 mmHg
Hipertensi berat
115 mmHg
Hipertensi ganas
130 mmHg
(Sumber : Joice Engel, 1995)

3.

Tabel tekanan darah normal berdasarkan usia

Usia

Tekanan Darah

Bayi di bawah usia 1 bulan
Usia 1-6 bulan
Usia 6-12 bulan
Usia 1-4 tahun
Usia 4-6 tahun
Usia 6-8 tahun
Usia 8-10 tahun
Usia 10-12 tahun
Usia 12-14 tahun
Usia 14-16 tahun
Usia > 16 tahun

85/15 mmHg
90/60 mmHg
96/65 mmHg
99/65 mmHg
160/60 mmHg
185/60 mmHg
110/60 mmHg
115/60 mmHg
118/60 mmHg
120/65 mmHg
130/75 mmHg
24

Usia lanjut
4.

Tabel nilai normal tekanan darah sistolik
Neonatal
Laki-laki
Perempuan

5.

130-139/85-89 mmHg

1 tahun-3

13 tahun-18 tahun

tahun
87-105
105-124
16-105
105-124
(Sumber : Joice Engel, 1995)

> 18 tahun
124-136
124-127

Tabel nilai normal tekanan darah diastolik
Neonatal
Laki-laki
Perempuan

1 tahun-3

13 tahun-18 tahun

tahun
68-69
69-79
60-67
67-80
(Sumber : Joice Engel, 1995)

> 18 tahun
77-84
78-80

B. Persiapan
a)

Persiapan alat :

● Tensimeter atau sphygmomanometer
● Stetoskop
● Buku catatan
b) Persiapan pasien
● Pasien diberi penjelasan tentang hal-hal yang dilakukan
● Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
C. Pelaksanaan
1.

Lengan baju dibuka ataau digulung

2.

Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada di sisi luar

lengan
3.

Manset dipasang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu longgar

4.

Pompa tensimeter dipasang

5.

Denyut arteri brachialis diraba, lalu stetoskop ditempatkan pada daerah tersebut
25

6.

Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka. Selanjutnya balon dipompa

sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa di dalam gelas naik
7.

Sekrup balon dibuka perlahan-lahan. Sambil memperhatikan turunnya air raksa,

dengarkan bunyi denyutan pertama
8.

Skala permukaan air raksa pada waktu terdengar denyutan pertama disebut sistol

(misalnya 120 mmHg)
9.

Dengarkan terus sampai denyutan yang terakhir disebut tekanan diastol (misalnya 80

mmHg)
10.

Pencatatan hasil ditulis dengan cara sistol/diastol. Contoh 120/80 mmHg

Catatan :
1.

Memasang manset harus tepat diatas permukaan dinding arteria brachialis

2.

Menempelkan stetoskop jangan terlalu keras dan penggunaannya harus betul-betul

tepat
3.

Sebelum menutup tensimeter, masukan dulu air raksa kedalam resevoirnya, manset

dan balon disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya tabung air raksa.
4.

Pada anak-anak digunakan manset khusus

5.

Bilamana menggunakan tensimeter elektronik (battery), penggunannya sesuaikan

dengan petunjuk yang ada secara tepat dan benar

2.6 Kaitan Etika Nilai dan Moral dalam Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
A. Etika
Etika termasuk kelompok filsafat praksis dan di bagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umun dan etiika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis yang mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan berhadapan dengan moral . Etika adalah
26

suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikitu suatu ajaran
moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab dengan
berbagai ajaran moral.
Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia. Dapat juga di katakan bahwa etika berkaitan
dengan dasar-dasar filosofi dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.
Etika perawat saat melaksanakan asuhan keperawatan yakni memeriksa tanda-tanda vital
anatar lain :
1. Perawat menghargai martabat klien, keunikan, serta kelebihan dan kekurangan pasien
2. Dalam melakukan suatu tindakan, perawat senantiasa menghargai suku dan budaya serta
agama yang dianut oleh klien
3. Jika dalam melakukan suatu asuhan keperawatan maka perawat harus selalu menjaga
kerahasiaan atas segala sesuatu yang berhubungan dengan pasien selama jalannya asuhan
keperawatan
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, perawat harus selalu bersikap santun sesuai
dengan kode etik perawat seharusnya.
B. Nilai
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian rupa oleh
seseorang dengan tuntutan hati nuraninya. Menurut Simon (1973), nilai adalah
sepereangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan,
dan penghargaan dari suatu pemikiran, objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan
dan pemberian arah serta makna pada kehidupan sesorang.
Dalam memeriksa tanda-tanda vital, terdapat nilai-nilai yang harus diperhatikan yakni
1. Nilai kejujuran
2. Nilai lemah lembut
3. Nilai ketepatan suatu tindakan saat melakukan asuhan keperawatan
4. Nilai menghargai orang lain
C. Moral
27

Moral menurut suseno (1998) adalah ukuran baik buruknya seseorang baik sebagai
pribadi maupun sebagai warga masyarakat dan warga negara. Menurut ousaka dan whellan
(1997), moral adalah prinsip baik buruk yang ada daan melekat dalam diri seseorang.
Dalam memeriksa tanda-tanda vital, terdapat nilai-nilai yang harus diperhatikan yakni :
1. Berperilaku sopan dan santun
2. Ramah dalam bertutur kata dengan pasien

BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Setiap pelaksanaan pengukuran tanda-tanda vital hendaknya kita mengetahui apa
sebenarnya pengertian dari pengukuran tanda-tanda vital, apa tujuannya, bagaimana cara
persiapan alat, pasien, cara pelaksanaannya serta mengetahui nilai normal dari masingmasing tanda vital agar mudah dalam menjalani pengukuran.
Dalam melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital terdapat keterkaitan etika nilai dan
moral di dalamnya yang dapat menjadi acuan bagi seorang perawat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
3.2 Saran
Pengukuran tanda-tanda vital harus dilaksanakan berdasarkan prosedur yang ada, agar
pasien merasa aman dan nyaman terhadap pelayanan yang diberikan dan petugas kesehatan
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat.
28

DAFTAR PUSTAKA
Potter and Perry, 2004. Fundamental of Nursing : Concepts process & practice. Jakarta : EGC
Priraharjo Robet, 1996. Pengkajian fisik keperawatan Jilid 2. Jakarta : EGC
Aziz H. A. Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika
Aziz H. A. Alimul, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kusmiyati Yuni, 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta :
Fitramaya .
Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta.

29