Laporan Praktikum Akustik Eksperimen Mat

  LAPORAN PRKTIKUM ESPERIMEN MATERIAL DAN ENERGI AKUSTIK OLEH NAMA : DWI NURFATIMAH NIM : H21111006 KELOMPOK: IV (EMPAT) ASISTEN : WA ODE HASTUTI

  LABORATORIUM FISIKA MATERIAL DAN ENERGI JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKADAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013/2014

  BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akustik yang tidak lain adalah salah satu cabang dari ilmu fisika yang mempelajari tentang suara, bagaimana suatu suara bisa diproduksi/dihasilkan, perambatan, dan dampaknya. Serta mempelajari bagaimana suatu ruang atau medium merespon suara dan karakteristik dari suara itu sendiri yang sensasinya dirasakan oleh telinga. Lebih luas lagi, ada yang berpendapat bahwa akustik adalah ilmu interdisipliner yang berkaitan dengan studi dari semua gelombang mekanik dalam gas, cairan dan padatan termasuk getaran, USG, suara dan infrasonik. Penerapan ilmu akustik dapat dilihat di hampir semua aspek masyarakat modern, yang paling jelas adalah industri audio. Ilmu akustik ini sangant banyak berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari, selama masih ada sumber suara, medium rambatan, dan pendengar maka ilmu akustik akan sangat berguna bagi umat manusia dan mampu meningkatkan kualitas hidup. Maka dari itu, kita perlu lagi memahami lebih lanjut terkait materi akustik ini dengan melakukan suatu sebuah praktikum.

  1.2 Ruang Lingkup Percobaan ini menitik beratkan pada penggunaan sekam sebagai bahan penyerapan suara dan soundlevel meter sebagai alat untuk membaca tingkat penyerapan bunyi, sehingga dapat diketahui sejauh mana tingkat penyerapan suatu bahan dan berapa waktu dengungnya.

  I.3 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum akustik, adalah sebagai berikut: 1. Menghitung reduksi bunyi dinding akustik.

  2. Menghitung tingkat penyerapan bunyi dindiding akustik.

  3. Menentukan waktu dengung dinding akustik.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bunyi adalah suatu gelombang yang dihasilkan oleh perubahanmekanik dari gas, cair atau padat akibat umbukan antarmolekul-molekulnya.Telinga normal tanggap terhadap bunyi di antara jangkauan frekuensi audio sekitar 20 sampai 20.000 Hz. Kebanyakan bunyi (pembicaraan, musik, dan bising) terdiri dari banyak frekuensi, yaitu komponen-komponen frekuensi rendah, tengah, medium. Karena itu amatlah penting untuk memeriksa masalah-masalah akustik meliputi spektrum frekuensi yang dapat didengar. Frekuensi standar yang dapat dipilih secara bebas sebagai wakil yang penting dalam akustik lingkungan adalah 125, 250, 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz atau 128, 256, 512, 1024, 2048, dan 4096 Hz.

  Bunyi berdasarkan frekuensi dibedakan menjadi tiga, yaitu:

  1. Infrasonik (frekuensi 0 – 16 Hz). Frekuensi ini tidak dapat ditangkap oleh indera pendengar manusia, misalnya getaran gempa, tanah longsor, getaran truk dan sebagainya.

  2. Sonik (frekuensi 16 Hz sampai dengan 20.000 Hz). Frekuensi ini dapat ditangkap oleh indera pendengar manusia, misalnya suara pembicaran, suara lonceng dan sebagainya.

  3. Ultrasonik (frekuensi >20.000 Hz). Frekuensi ini tidak dapat ditangkap oleh indera pendengar manusia, misalnya getaran yang dihasilkan oleh magnet listrik, getaran Kristal piezoelektrik. Frekuensi ini digunakan dalam bidang kedokteran misalnya USG, diatermi dan sebagainya, karena memiliki daya tembus yang cukup besar.

  Pendapat yang lain, menyatakan bunyi atau akustik merupakan gelombang mekanik yang menjalar dalam ruang tiga dimensi dengan muka gelombang berbentuk bola (sperik). Gelombang bunyi merambat melalui medium padat, cair, dan gas. Kecepatan rambatnya bergantung pada medium yang dilaluinya.

  Telinga manusia tanggap terhadap bunyi pada frekuensi 20 Hz sampai 20.000 Hz, dan ini disebut gelombang suara (sonik). Bunyi kurang dari 20 Hz disebut gelombang bunyi intresonik. Frakuensi yang besar dari 20.000 Hz disebut gelombang ultrasonik, dan banyak digunakan untuk peralatan pendeteksi kesehatan (USG) Rentang intensitas bunyi yang dapat ditangkap oleh telinga manusia berada pada

  • 12

  2

  daerah 10 W/m . Kenyaringan bunyi secara psikologis tidak berubah secara langsung terhadap intensitas bunyi, tetapi mendekati logritmik. Suatus kala logaritmik digunakan untuk menyatakan tingkat tekanan bunyi. Tingkat tekanan bunyi dinyatakan dengan decibel (dB).

  Tingkat tekanan bunyi pendengaran manusia berkisar 0-120 dB.Nilai 0 disebut ambang pendengaran dan nilai 120 dB adalah ambang rasa sakit untuk manusia. Bunyi yang merambat mengalami pemantulan, pembeokan, penyerpan, penyebaran, dan juga diteruskan.ini sangat bergantung pada medium yang dilaluinya, Penyerapan bunyi diperlukan untuk mengurangi tingkat kebisingan yang tidak dikehendaki. Bahan penyerapan bunyi yang sering digunakan adalah bahan yang berpori, penyerapan panel, resonator rongga.Penyerapan bunyi adalah perubahan energy bunyi menjadi energy berbentuk lain panas) jika melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Tingkat/koefisien penyerapan bunyi didefenisikan sebagai energy bunyi yang diserap dibagi dengan energy bunyi yang datar atau membentur material. Penerapan bunyi suatu permukaan diukur dalam

  2

  sabin. Satu sabin menyatakan suatu permukaan seluas 1 m yang mempunyai koefisien 1. Penyerapan dipermukaan diperoleh dengan koefisien penyerpan bunyi didefinisikan sebgai energy bunyi yang diserap dibagi dengan energy bunyi yang datar atau membentur material .penyerapan bunyi suatu permukaan seluas 1

  2 mengalikan luas permukaan dengan mengalikan luas permukaan dengan mengalikan luas permukaan dengan koefisien penyerapan bunyi.

  S = A.α ………………………………………………………………………(2.1) Dengan : S = penyerapan bunyi (sabin)

  α = koefisien penyerapan bunyi Bunyi yang berkepanjangan akibat pemantulan berkali-kali dalam ruang tertutup setelah sumber bunyi dihentikan disebut dengung. Pendalian dengung dalam rancangan akustik ruangan mengharuskan adanya besaran lain yang disebut waktu dengung (RT = Reverberation Time). Ruangan tertutup dengan volume yang relative kecil memiliki waktu dengung yang bergantung koefisien penyerapan bunyi.jika koefisien penyerapan bunyi rata-rata lebih besar dari 0,1 digunakan persamaan:

  k V

  RT = detik …………………………………………………… − 2,3 A log (1−α)

  (2.2) Jika koefisien penyerapan bunyi rata-rata lebih kecil dari 0,1digunakan persamaan:

  k V

  RT = detik

  s

  Dengan : k = factor koreksi V = volume ruangan RT = waktu dengung

  Bahan menyerap bunyi dengan cara yang berbeda pada frekuensi yang berbeda pula. Terdapat bahan yang menyerap bunyi dengan baik pada frekuensi tinggi, sementara ada bahan lain pula yang menyerap dengan baik pada frekuensi rendah. Pola penyerapan yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda sepenuhnya tergantung pada molekul bahan-bahan tersebut dan merupakan karakter bahan yang bersangkutan.Efisiensi penyerapan suatu bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerapan bunyi.Koefisien penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi dating yang diserap, atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Permukaan interior yang keras, yang tak dapat ditembus (kedap), seperti bata, bahan bangunan batu, dan beton, biasanya menyerap energi gelombang bunyi datang kurang dari 5% (0,05). Di lain pihak, isolasi tebal menyerap energi gelombang bunyi yang datang lebih dari 80% (koefisien penyerapan di atas 0,8).

  Dalam kepustakaan akustik arsitektur dan pada lembaran informasi yang diterbitkan oleh pabrik-pabrik dan penyalur, bahan akustik komersial kadang- kadang dicirikan oleh koefisien reduksi bising, yang merupakan rata-rata dari koefisien penyerapan bunyi pada frekuensi 250, 500, 1000, dan 2000 Hz yang dinyatakan dalam kelipatan terdekat dari 0,05. Nilai ini berguna dalam membandingkan penyerapan bunyi bahan-bahan akustik komersial secara menyeluruh bila digunakan untuk tujuan reduksi bising. Bila bunyi menumbuk suatu permukaan, maka ia dipantulkan atau diserap. Energi bunyi yang diserap oleh oleh lapisan penyerap sebagian diubah menjadi panas, tetapi sebagian besar ditransmisikan ke sisi lain lapisan tersebut, kecuali bila transmisi tadi dihalangi oleh penghalang yang berat dan kedap. Dengan perkataan lain penyerap bunyi yang baik adalah pentransmisi bunyi yang efisien dan arena itu adalah insulator bunyi yang tidak baik. Sebaliknya dinding insulasi bunyi yang efektif akan menghalangi transmisi bunyi dari satu sisi ke sisi lain. Bahan-bahan dan kontruksi penyerap bunyi dapat dipasang pada dinding ruang ataupun digantung di udara.

  Bahan-bahan penyerap bunyi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  1. Bahan berpori, seperti papan serat (fiberboard), plesteran lembut, mineral

  wools, dan selimut isolasi, memiliki karakteristik dasar suatu jaringan

  seluler dengan pori-pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang di ubah menjadi energi panas dalam pori-pori ini. Bahan-bahan selular, dengan sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti damar busa, karet selular, dan gelas busa, adalah penyerap bunyi yang buruk. Penyerap berpori mempunyai karakteristik penyerapan bunyinya lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah dan efisiensi akustiknya membaik pada jangkauan frekuensi rendah dengan bertambahnya tebal lapisan penahan yang padat dan dengan bertambahnya jarak dari lapisan penahan ini. Bahan berpori ini antara lain ubin selulosa, serat mineral, serat-serat karang (rock wool), serat-serat gelas (glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut, karpet, kain dan sebagainya.

  2. Penyerap panel atau selaput merupakan penyerap frekuensi rendah yang efisien. Bila dipilih dengan benar, penyerap panel mengimbangi penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak berlebihan oleh penyerap-penyerap berpori dan isi ruang. Jadi penyerap ruang menyebabkan karakteristik dengung yang serba sama pada seluruh jangkauan frekuensi audio. Penyerap-penyerap panel yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah antara lain panel kayu dan hardboard,

  gypsum boards, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu,

  jendela, kaca, dan pintu. Bahan-bahan yang berpori yang diberi jarak dari lapisan penunjangnya yang padat juga berfungsi sebagai penyerap panel yang bergetar dan menunjang penyerapan pada frekuensi rendah.

  3. Resonator rongga (Helmholtz) merupakan penyerap bunyi yang terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh celah sempit ke ruang sekitarnya, di mana gelombang bunyi merapat. Bahan-bahan akustik dimaksudkan untuk mengkombinasikan fungsi penyerapan bunyi dan penyelesaian interior, maka dalam pemilihan lapisan akustik sejumlah pertimbangan di luar segi akustik juga harus diperhatikan. Perincian berikut ini harus diperiksa dalam pemilihan lapisan-lapisan penyerap bunyi yaitu mengenai koefisien penyerapan bunyi pada frekuensi-frekuensi wakil jangkauan frekuensi audio, penampilan (ukuran, tepi, sambungan, warna, jaringan), daya tahan terhadap kebakaran dan hambatan terhadap penyebaran api, biaya instalasi, kemudahan instalasi, keawetan (daya tahan terhadap tumbukan, luka-luka mekanis, dan goresan), pemantulan cahaya, ketebalan dan berat, nilai insulasi termis, daya tarik terhadap kutu, kutu busuk, jamur, kemungkinan penggantiannya dan kebutuhan serentak akan insulasi bunyi yang cukup. Jenis bahan peredam suara yang sudah ada yaitu bahan berpori, resonator dan panel.Dari ketiga jenis bahan tersebut, bahan berporilah yang sering digunakan.Khususnya untuk mengurangi kebisingan pada ruang-ruang yang sempit seperti perumahan dan perkantoran. Hal ini karena bahan berpori retaif lebih murah dan ringan dibanding jenis peredam lain Material yang telah lama digunakan pada peredam suara jenis ini adalah glasswool dan rockwool.

  Bising yang cukup keras, di atas sekitar 75 dB, dapat menyebabkan kegelisahan, kurang enak badan, kejenuhan mendengar, sakit lambung dan masalah peredaran darah. Bising yang sangat keras, di atas 85 dB, dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kesehatan seseorang pada umumnya, dan bila berlangsung lama, kehilangan pendengaran sementara atau permanen dapat terjadi. Bising yang berlebihan dan berkepanjangan terlihat dalam masalah-masalah kelainan seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan luka perut.

Table 2.1 Singkap bising yang diijinkan seperti yang dinyatakan dalam Walsh- Healay Public Contracts Act (United States).

  8

  ½ 110 ¼ atau kurang

  97 2 100 1½ 102 1 105

  3

  95

  4

  92

  6

  90

  BAB III Durasi, per hari jam Tingkat bunyi Db-a

  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tingkat pajanan kebisingan maksimal selama 1 hari pada ruang proses produksi adalah sebagai berikut :

  7 97 30 menit 8 100 15 menit

  6 94 1 jam

  5 91 2 jam

  4 97 3 jam

  3 88 4 jam

  2 93 6 jam

  1 85 8 jam

  No Tingkat Kebisingan (Dba) Pemaparan Harian

Table 2.2 Tingkat kebisingan yang diijinkan

  115 III.1 Alat dan Bahan

  III.1.1 Alat dan Fungsinya Adapun alat yang digunakan dalam praktikum iniialah:

  1. Soundlevel Meter Soundlevel meter berfungsi sebagai alat pengukur tingkat tekanan bunyi.

  2. Osilator Audio (Speaker) Osilator audio (Speaker) berfungsi sebagai sumber bunyi.

  3. Sine Wave Generator Sine wave generator berfungsi sebagai alat pengatur frekuensi bunyi.

  4. Kotak Penguji Kotak penguji berfungsi sebagai ruang untuk menyusun alat sekaligus alat untuk mengisolasi bunyi.

  5. Meteran Meteran berfungs isebagai alat pengukur satuan panjang.

  III.1.2 Bahan beserta fungsinya

  Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini ialah:  Sekam padi

  Sekam padi berfungsi sebagai sampel yang digunakan untuk menyerap bunyi.

  III.2 Prosedur percobaan 1) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

  2) Mengukur panjang,lebar dan tinggi kotak penguji, kemudian menghitung volume dan luas kotak kosong. 3) Menyusun alat dalam kotak penguji dengan susunan yaitu Sine wave generator, speaker dan sound level meter.

  4) Melakukan pengukuran tingkat tekanan bunyi (dB) tanpa sampel untuk frekuensi 125Hz, 250Hz, 500Hz dan 800Hz dengan menggunakan soundlevel meter untuk posisi didepan speaker danjarak 60 cm dari

  5) Mengukur tingkat tekanan bunyi untuk soundlevel meter dalam keadaan membelakangi speaker.

  6) Menyusun sampel sekam pada dinding kotak penguji.

  7) Melakukan pengukuran tingkat tekanan bunyi (dB) untuk frekuensi yang sama dan dengan perlakuan yang sama Mencatat hasil yang diperoleh.

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil IV.1.1 Tabel Data Tabel sensor menghadapsumberbunyi Tingkat tekananbunyi (dB) padafrekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 800 Hz L

  80.7

  88.4

  75.1

  69.7

  73.3 ´L

  L 86,6 91,8 80,5 80,5 ´

  84.85 L L S 101.2 106.6 103.3 106.1

  ´ 110.1

  L S

  NR

  5.9

  3.4

  5.4

  10.8

  2 A 0,3411 m

  b). Tabel sensor membelakangisumberbunyi Tingkat tekananbunyi (dB) padafrekuensi 125 Hz 250 Hz 500 Hz 800 Hz

  L

  78.4

  87.7

  66.9

  81.1 78.425

  ´L

  ´

  8.2

  1. 125 Hz 0,345 2. 250 Hz 0,959 3. 500 Hz 0,250 4. 800 Hz 4.633

  d). Tabelwaktudengung sensor membelakangisumberbunyi No F (Hz) RT (detik)

  1. 125 Hz 2.202 2. 250 Hz 0,2732 3. 500 Hz 0,161 4. 800 Hz 0,123

  c). Tabelwaktudengung sensor menghadapsumberbunyi No F (Hz) RT (detik)

  2

  8.2 11.9 -9.1 A 0,3411 m

  86.2 NR

  L

  L S

  80.2 ´

  82.1

  92.5

  91.0

  83.175 L S

  IV.1.2 Pengolahan data  p = 124,7 cm  l = 27,4 cm

   t = 31,8 cm

  a) Luas kotak pengujian

  2

  2 A = p x l = 124,7 x 27,4 = 3403,08 cm = 0,3403 m

  b) Volume kotak pengujian

  2

  3 V = p x l x t = 124,7 x 27,4 x 31,8 = 108217.944 cm = 0,1082 m

  c) Reduksi bunyi untuk sensor menghadap sumber bunyi NR = L – L NR = L – L = 86,6 – 80.7 NR = L – L = 80.5 – 75.1

  (125Hz) (500Hz)

  = 5.9 = 5.4 NR (250Hz) = L – L = 91.8 – 88,4 NR (800Hz) = L – L = 80.5 – 69.7

  = 3.4 = 10.8

  d) Reduksi bunyi untuk sensor membelakangi sumber bunyi NR = L – L NR = L – L = 86.6 – 78.4 NR = L – L = 78.8 - 66.9

  (125Hz) (500Hz)

  = 8.2 = 11.9 NR (250Hz) = L – L = 95,9 – 87.7 NR (800Hz) = L – L = 72.0 - 81.1

  = 8.2 = -9.1

  e) Koefisien penyerapan bunyi untuk sensor menghadap sumber bunyi α = (L – L) / L

  S S

  α (125Hz) = (L S – L) / L S α (500Hz) = (L S – L) / L S = (101.2 – 80.7) / 101.2 = (103.3 – 75.1) / 103.3

  • – L) / L
  • – L) / L
  • – L) / L
  • – L) / L

  R T 250 Hz

  − 2,3 A log(1−α)

  R T

  500 Hz

  =

  k v

  − 2,3 A log(1−α )

  ¿

  0,161 x 0,1082 − 2,3 x 0,3403 log (1−0,023)

  ¿

  0,161 x 0,1082 − 2,3 x 0,3403 log (1−0,273)

  = 2.202 detik = 0,161 detik

  =

  =

  k v

  − 2,3 A log(1−α)

  R T 800 Hz

  =

  k v

  − 2,3 A log(1−α)

  ¿

  0,161 x 0,1082 − 2,3 x 0,3403 log (1−0,171)

  ¿

  0,161 x 0,1082 − 2,3 x 0,3403 log (1−0,343)

  = 0,2732 detik = 0,123 detik

  k v

  detik R T 125 Hz

  α (250Hz) = (L S – L) / L S α (800Hz) = (L S – L) / L S = (106.6– 88.4) / 106.6 = (106.1 – 69.7) / 106.1 = 0,171 = 0,343

  = (91.0 – 78.4) / 91.0 = (82.2 – 66.9) / 82.2 = 0,138 = 0,185

  f) Koefisien penyerapan bunyi untuk sensor membelakangi sumber bunyi α = (L S – L) / L S

  α

  (125Hz)

  = (L

  S

  S

  α

  (500Hz)

  = (L

  S

  S

  α

  − 2,3 A log(1−α)

  (250Hz)

  = (L

  S

  S

  α

  (800Hz)

  = (L

  S

  S

  = (92.5 – 87.7) / 92.5 = (80.2 – 81.1) / 80.2 = 0,052 = -0,011

  g) Waktu dengung untuk sensor menghadap sumberbunyi

  RT = k v

  h) Waktu dengung untuk sensor membelakangi sumber bunyi

  k v RT = detik

  − 2,3 A log(1−α)

  k v k v R T R T

  = =

  125 Hz 500 Hz

  2,3 A log(1−α) 2,3 A log(1−α ) − −

  0,161 x 0,1082

  ¿

  − 2,3 x 0,3403 log (1−0,138) 0,161 x 0,1082

  ¿

  − 2,3 x 0,3403 log (1−0,185) = 0,345 detik = 0,250 detik

  k v k v R T = R T = 250 Hz 800 Hz

  − 2,3 A log(1−α) − 2,3 A log(1−α) 0,161 x 0,1082

  ¿

  − 2,3 x 0,3403 log (1−0,052) 0,161 x 0,1077

  ¿

  2,3 x 0,3411log(1−0,011) −

  = 0,959 detik = 4.633 detik

  IV.3 Pembahasan Pada praktikum ini digunakan kotak penguji berbentuk persegi panjang dengan

  

p= 124,7 cm, l = 27,4 cm dan t = 31,8 cm. Dari pengukuran tersebut diperolah

  3

  2

  volume kotak kosong V = 0,1082 m dengan luas A= 0,3403 m .Peralatan disusun dalam kotak penguji, kemudian dilakukan pengukura tingkat tekanan bunyi tanpa sampeldengan frekuensi yang berbeda yaitu 125Hz, 250Hz, 500Hz dan 800Hz. Untuk frekuensi 125Hz diperoleh L = 86,6 dB dan L = 101.2 dB untuk posisi

  s

  sensor menghadap sumber bunyi, sedangkan untuk posisi sensor membelakangi sumber bunyi diperoleh L = 86,0 dB dan L = 91,0 dB. Untuk frekuensi 250Hz

  s

  diperoleh L = 91.8 dB dan L = 106.6 dB untuk posisi sensor menghadap sumber

  s

  bunyi, sedangkan untuk posisi sensor membelakangi sumber bunyi diperoleh L = 95,9 dB dan L s = 92.5 dB. Untuk frekuensi 500Hz diperoleh L = 80,5 dB dan L s = sensor membelakangi sumber bunyi diperoleh L = 78,8 dB dan L s = 82,1 dB. Dan untuk frekuensi 800Hz diperoleh L = 80.5 dB dan L s = 106,1 dB untuk posisi sensor menghadap sumber bunyi, sedangkan untuk posisi sensor membelakangi sumber bunyi diperoleh L = 72,0 dB dan L = 80,2 dB.

  s

  Dari data yang diperoleh nilai lo pada frekuensi 500 Hz dan 800 Hz sama. Selain itu tekanan bunyi lebih besar pada frekuensi 250 Hz dibandingkan dengan frekuensi 500 Hz. Sehingga data ini mempengaruhi nilai waktu dengungnya. Adapun ketidaksesuaian nilai yang diperoleh mungkin disebabkan oleh pengaruh kondisi peralatan yang digunakan dan faktor lingkungan sehingga berdampak pada keakuratan hasil dari pengukuran yang menyebabkan nilai praktikum melenceng dari teori yang seharusnya.

  BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari praktikum tersebut adalah: 1. Semakin tinggi frekuensi semakin rendah reduksi bunyi.

  2. Pemasangan bahan berupa sekam mempengaruhi bunyi karena terjadi penyerapan bunyi (α) yang dalam praktikum ini besarnya 0.023, 0.171, 0.273 dan 0,343 untuk posisi sensor menghadap ke sumber bunyi, dan α sebesar 0.138, 0.185, 0.052 dan -0,011 untuk posisi sensor membelakangi sumber.

  3. Waktu dengung dinding akustik dapat ditentukan bergantung besar frekuensi, volume ruang dan penyerapan total yang terjadi dalam ruang tersebut.

  DAFTAR PUSTAKA Anonym.2011.FisikaGelombang.

  

  da tanggal 18 April 2014 pukul 20:43 WITA.

  Anonym.2011.FisikaGelombang

  da tanggal 18 April 2014 pukul 21:43 WITA.

  Giant, Colli. 2001. FISIKA. Erlangga : Jakarta.