Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan, Serta Financial Distress sebagai Variabel Inter-

Media Trend

Berkala Kajian Ekonomi dan Studi Pembangunan

http://journal.trunojoyo.ac.id/mediatrend

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, dan Corporate Governance Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan, Serta Financial Distress sebagai Variabel Inter-

vening

Albert Adi Nugroho 1* , Zaki Baridwan 2 , Endang Mardiati 3

1,2,3 Universitas Brawijaya

Informasi Artikel

ABSTRACT

Sejarah artikel:

This paper examines the affect of profitability, liquidity, leverage, and

Diterima Juli 2018 Disetujui Oktober 2018

corporate govern-ance to financial statement fraud, and financial distress as

Dipublikasikan Oktober

a intervening variable. Based on Association of Certified Fraud Examiners

(ACFE) 2016, financial statement fraud was growth from 2012 – 2016,

Keywords:

it’s mean more companies have a motivated to do manip-ulate financial

Financial Statement Fraud,

statement. In this paper, financial distress as a intervening variable before

Financial Distress, Corporate Governance,

companies manipulate financial statement. We conclude profitability,

Financial Ratio

leverage, share-holding, number of boards are significant to financial distress. Finally financial distress is significant to financial statement fraud

© 2018 MediaTrend

Penulis korespondensi: E-mail: albertadi@ymail.com

DOI: http://dx.doi.org/10.21107/mediatrend.v13i2.4065 2460-7649 © 2018 MediaTrend. All rights reserved. Terakreditasi Kemenristekdikti Nomor 21/E/KPT/2018

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Pendahuluan

merupakan frekuensi fraud terendah yaitu Perusahaan menyusun laporan 9.6%. Namun kerugian yang diakibatkan keuangan dengan maksud untuk memberi- asset misappropriation fraud merupakan kan informasi tentang kondisi keuangan, tingkat kerugian terendah dibandingkan kinerja keuangan serta peru-bahan posisi fraud lainnya yaitu sebesar US$ 125.000, keuangan dalam perusahaan yang dapat sedangkan kecurangan laporan keuan- bermanfaat bagi para pemakai informasi gan yang merupakan frekuensi fraud ter- tersebut untuk pengambilan keputusan endah memiliki tingkat kerugian tertinggi ekonomi (PSAK 1 tahun 2014). Laporan dibandingkan fraud lainnya yaitu sebesar keuangan dapat menunjukkan apa yang US$ 975.000

telah dilakukan manajmen perusahaan Penelitian lain membuktikan bahwa atas sumber daya yang dipercayakan ke- kecurangan laporan keuangan memberi- padanya. Setiap perusahaan publik di- kan dampak yang serius dan yang paling wajibkan untuk menyampaikan laporan merugikan dari segi finansial dibandingkan keuangan tahunan secara terbuka kepada dengan kecurangan yang lainnya. Dari pemerintah dan masyrakat sesuai dengan segi non finansial, kecurangan laporan PP No.24 Tahun 98 Pasal 2 tentang in- keuangan merupakan salah satu tipe ke- formasi keuangan tahunan perusahaan. curangan dengan dampak substansial yang Berdasarkan data yang diperoleh dari As- negatif, seperti kehilangan kepercayan

sociation of Certified Fraud Examiners investor, hancurnya reputasi, denda po- (ACFE) pada periode 2012 hingga 2016 tensial hingga terjadinya tindak kriminal. menunjukan terjadinya pertumbuhan ke- Kasus penipuan seperti ini dapat menye- curangan laporan keuangan secara global, babkan hilangnya kepercayaan terhadap artinya masih banyak perusahaan yang pasar keuangan, informasi keuangan dan mencoba untuk memanipulasi data lapo- juga profesi akuntan di seluruh dunia (Law,

ran keuangan.

Kegiatan manipulasi laporan Menurut data ACFE (2016) ke- keuangan yang dilakukan oleh perusa- curangan laporan keuangan terus haan dengan tujuan mencari keuntungan meningkat dari tahun 2012 – 2016, artinya tersebut dapat disebut sebagai sebuah ke- skandal kecurangan laporan keuangan curangan. Kecurangan ( fraud) merupakan terjadi di seluruh dunia, termasuk di suatu tindakan penipuan atau kekeliruan Indonesia. Tindakan kecurangan laporan yang dibuat oleh seseorang atau badan keuangan telah memunculkan bebera- yang mengetahui bahwa kekeliruan terse- pa kasus skandal pelaporan akuntansi but dapat mengakibatkan beberapa man- yang secara luas diketahui antara lain PT faat yang tidak baik kepada individu atau Cakra Minerial (CKRA) Tbk, PT Inovisi In- entitas atau pihak lain. Fenomena tentang fracom (INVS), dan PT Tirta Amarta Bot-

fraud telah banyak terjadi di banyak peru- tling. Pada tahun 2015 PT Tirta Amarta sahaan di seluruh dunia dengan berbagai Bottling mengajukan terkait perpanjangan jenisnya. Association of Certified Fraud kredit oleh bank Mandiri, PT Tirta Amarta

Examiners (ACFE) membagi fraud men- Bottling terlibat dalam pemalsuan laporan jadi tiga jenis, yaitu kecurangan laporan keuangan untuk mendapatkan fasilitas keuangan, asset misappropriation dan ko- kredit dari bank Mandiri. Pemalsuan lapo- rupsi. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE ran keuangan tersebut berupa pencatatan pada tahun 2016 mengungkapkan bahwa nilai aset yang tidak benar. Kasus tersebut tingkat fraud tertinggi terletak pada asset bermula dengan kredit macet pada tahun misappropriation dengan frekuensi 83,5%, 2016 sehingga timbul kerugian negara sedangkan kecurangan laporan keuangan sebesar 1.4 triliun yang terdiri dari pokok,

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

bunga, dan denda. (http://www.rmol.co/ perusahaan. Peneliti menambahkan varia- read/2018/02/05/325579/Kumpulkan-Buk- bel financial distress sebagai variabel in- ti-Tambahan,-Jaksa-Geledah-Bank-Man- tervening sebelum terjadinya kecurangan diri-)

laporan keu-angan.

Kasus skandal kecurangan laporan Perbedaan penelitian ini dengan keuangan pernah menimpa perusahaan penelitian terdahulu adalah menjadi- elektronik besar, yaitu Toshiba. Skandal kan financial distress sebagai variabel keuangan tersebut terungkap akibat pe- mediasi. Financial distress merupakan nyelidikan yang dilakukan oleh kejaksaan salah satu faktor yang berpengaruh ter- Jepang terhadap laporan keuangan pe- hadap kecurangan laporan keuangan rusahaan tersebut yaitu telah melakukan (Ngan, 2013; Dalnial, 2013; Aima et al, tindakan melebih-lebihkan keuntungan pe- 2015; dan Mardiana 2015). Berdasarkan rusahaan sebesar 151,8 Miliar Yen (US$ fraud diamond theory salah satu faktor 1,2 Miliar) yang terjadi pada tahun tahun ter-jadinya fraud adalah tekanan, perusa- 2008 hingga 2014. Tanaka dan Sasaki haan yang mengalami financial distress yang merancang laporan palsu tersebut akan mendapatkan tekanan dari investor telah mengakuinya, dan laporan keuangan dan kreditor, hal tersebut mendukung pe- sebenarnya telah dirancang untuk sulit rusahaan untuk melakukan kecurangan diketahui oleh auditor. Menurut Reuters, laporan keuangan. Penelitian ini akan sebagai sanksi kemungkinan Toshiba akan meneliti terkait hubungan antara profita- dikenakan denda senilai 300-400 miliar bilitas, likuiditas, leverage, dan corporate Yen karena kasus kecurangan ini. Jumlah governance terhadap kecurangan laporan denda tersebut belum final karena masih keuangan, dan financial distress sebagai

menunggu hasil penyelidikan berikutnya variabel intervening. dari pihak ketiga. Krisis yang terjadi pada Financial distress merupakan perusahaan Toshiba ini dalam perkem- salah satu faktor berpengaruh terhadap bangannya telah mengakibatkan separuh terjadinya kecurangan laporan keuan- dewan direksinya meninggalkan jabatan gan (Mardiana, 2015; Ngan, 2013). Fi- yaitu 8 dari 16 dewan direksi yang ada. nancial distress merupakan suatu ke- (http://bisnis.liputan6.com/read/2277114/ adaan financial perusahaan mengalami skandal-terungkap-ceo-toshiba-mundur)

kesulitan dalam memenuhi kewajiban- Penelitian ini akan menggabung- nya yang pada akhirnya dapat mengaki- kan antara faktor-faktor yang berpengaruh batkan kebangkrutan bagi perusahaan terhadap kecurangan laporan keuangan (Ilman, Zakaria, dan Nindito, 2011). Suatu dan financial distress dari hasil penelitian perusahaan dikatakan sedang berada Dalnial et al. (2014) dan Ngan (2013) ter- dalam keadaan financial distress apabila kait kecurangan laporan keuangan dan perusahaan tersebut tidak mampu atau penelitian Wang dan Deng (2006); dan mengalami kesulitan dalam membiayai ke- Ugurlu dan Aksoy (2006) terkait finan- wajiban keuangannya dan menghasilkan cial distress. Selanjutnya peneliti me- laba yang negatif (Andreas et al., 2009). nambahkan faktor-faktor keuangan untuk Dalam memprediksi perusahaan apakah menguji dan menganalisis pengaruhnya akan mengalami financial distress atau ti- terhadap kecurangan laporan keuangan dak, pada umumnya dapat dengan meng- yang secara otomatis menjawab saran gunakan rasio keuangan dan informasi non dari Mardiana (2015) yang menyatakan keuangan yang berasal dari income state- bahwa penelitian selanjutnya dapat meng- ments, financial position statement, cash gunakan rasio keuangan untuk mempre- flows statement, dan disclosure yang ada diksi kecurangan laporan keuangan pada di laporan keuangan. Penelitian-penelitian

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

mengenai financial distress telah dilakukan financial distress, maka perusahaan akan oleh Priego dan Merino (2015), Siregar mendapatkan tekanan sehingga muncul dan Fauzie (2012), Hapsari (2012), Ilman motivasi perusahaan untuk melakukan ke- et al.(2011), Widarjo dan Setiawan (2009), curangan laporan keuangan. dan Li, Wang, dan Deng (2008).

Agency Theory

Landasan Teori

Pada sub bab ini akan dibahas

Fraud Diamond Theory

tentang teori agency yang berhubungan Dalam fraud diamond theory me- dengan penelitian ini. Perspektif hubungan nyebutkan bahwa faktor-faktor yang me- keagenan menjadi dasar yang dinilai dapat nyebutkan terdapat 4 faktor yang mempen- menjelaskan dan memberikan pemahaman garuh fraud, yaitu pressure, opportunity, terkait corporate governance. Jensen dan rationalization, dan capability. Tekanan Meckling (1976) menjelaskan yang dimak-

merupakan situasi dimana manajemen sud hubungan keagenan adalah suatu mendapatkan tekanan dari pemangku ke- kontrak antara manajer (agent) dengan pentingan, salah satunya adalah investor investor ( principal) dalam suatu hubungan untuk meningkatkan profitabilitas perusa- kerjasama bisnis. Konflik kepentingan an-

haan, hal tersebut akan menekan perusa- tara investor dan agen yang terjadi terjadi haan untuk melakukan kecurangan lapo- sering disebabkan adanya kemungkinan ran keuangan.

agen tidak selalu melakukan perbuatan Tekanan perusahaan dalam ben- atau kebijakan yang sesuai dengan ke- tuk lain adalah financial distress. Perusa- pentingan principal, sehingga menyebab- haan akan merasa tertekan untuk melaku- kan adanya biaya keagenan ( agency cost) kan kecurangan laporan keuangan ketika yang harus ditanggung investor.

mengetahui perusahaannya mengalami Menurut Eisenhardt (1989) teori financial distress. Tekanan tersebut dapat agensi mempunyai tiga asumsi dasar ten-

berasal dari pihak eksternal yaitu inves- tang sifat manusia, yaitu: 1) manusia cen- tor dan kreditur. Hal tersebut membuat derung untuk selalu mementingkan diri perusahaan termotivasi untuk melakukan sendiri ( self interest), 2) manusia memiliki kecurangan laporan keuangan untuk men- keterbatasan daya pikir terkait masa yang cari pendanaan eksternal

akan datang ( bounded rationality), dan 3) Faktor selanjutnya yang mempe- manusia cenderung menghindari risiko ngaruhi fraud dalam fraud diamond theory (risk averse). Ketiga sifat dasar manusia adalah kesempatan. Kesempatan terjadi tersebut dapat mengakibatkan informasi ketika terdapat kesempatan untuk peru- yang dihasilkan manusia untuk manu- sahaan dalam melakukan manajemen sia lain selalu dipertanyakan kebenaran- laba. Elemen ke tiga yaitu rasionalisasi, nya dan realibilitasnya. Informasi yang hal tersebut disebabkan adanya serang- disampaikan juga biasanya diterima oleh kaian nilai-nilai etis yang memperbolehkan penerima informasi tidak sesuai dengan manajemen untuk melakukan tindakan ti- kondisi perusahaan yang sebenarnya. dak jujur. Elemen terakhir yaitu kapabilitas.

Ketidakseimbangan informasi Kapabilitas merupakan daya seseorang yang dimiliki manajemen dan investor, untuk melakukan kecurangan

atau biasa disebut asymmetry information, Berdasarkan agency theory peru- merupakan salah satu contoh kontrak yang sahaan harus mempertanggungjawabkan tidak efisien antara keduanya. Konflik kea- kinerja perusahaan terhadap investor kare- genan dalam perusahaan seperti itu akan na perusahaan memiliki kontrak terhadap menghambat tujuan perusahaan yaitu investor. Ketika perusahaan dalam kondisi memaksimalkan nilai saham atau mening-

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

katkan kesejahteraan pemilik perusahaan yang menjadi prioritas adalah dari utang dan juga mempengaruhi kualitas laba daripada penerbitan saham baru. yang dilaporkan . Selain itu, asymmetry in-

Perusahaan-perusahaan yang fomation dapat memberikan peluang bagi memiliki tingkat profitabilitas yang baik

manajemen untuk melakukan kecurangan maka akan mengurangi penggunaan hu- berupa manajemen laba. (Ujiyantho, dan tang. Perusahaan yang memiliki tingkat Pramuka, 2007)

profitabilitas yang baik akan menghasilkan Investor selaku pemilik perusahaan tunai secara interen, sehingga menun- pada umumnya tidak menginginkan pe- jukan kurangnya kebutuhan pendanaan rusahaannya terlibat dalam suatu skandal eksternal. Perusahaan yang memiliki kecurangan. Hal tersebut mengakibatkan tingkat profitabilitas yang baik, maka akan manajemen dan investor harus memiliki mengurangi ketergantungan terhadap

kontrak atau hubungan yang efisien, yang pendanaan eksternal. berisi wewenang dan tanggungjawab, Perusahaan dalam mencari modal yang telah disepakati bersama. Beberapa tambahan lebih mengutamakan meng- macam bentuk mekanisme pengawasan gunakan retained earnings dibanding- dapat dilakukan untuk mengharmonisasi kan dengan utang. Wardianto (2013)

hubungan antara manajemen dan inves- dalam penelitiannya menunjukan terdapat tor (Harahap dan Wardhani 2006). Dengan

hubungan negatif antara profitabilitas demikian akan terbentuk goal congruence dengan tingkat hutang, artinya semakin antara manajemen dan investor yang tinggi profitabilitas yang dihasilkan perusa- menghindarkan manajemen dari tindakan haan maka tingkat hutang perusahaan se-

kecurangan yang dapat merugikan banyak makin rendah. Semakin rendahnya tingkat pihak.

hutang dalam perusahaan akan mengu- rangi potensi perusahaan mengalami fi-

Pecking Order Theory

nancial distress (Ilman et al., 2011). Pecking order theory merupakan Menurut Sjahrial (2014:284) pe-

salah satu teori yang berkaitan dengan rusahaan lebih cenderung menggunakan struktur modal perusahaan. Terdapat dua ekuitas sendiri, karena hutang perusahaan pilihan struktur modal yaitu sumber modal memiliki resiko kegagalan. Dalam peck- yang berasal dari internal perusahaan dan ing order theory tidak menetapkan target eksternal perusahaan. Sumber pendanaan

hutang dalam perusahaan, tiap–tiap pe- internal perusahaan didapat dari saldo rusahaan memilih resiko hutangnya di- laba perusahaan sedangkan pendanaan dasarkan pada pembiayaan. Dana untuk external perusahaan didapat dari hutang melakukan investasi awal yang keluar dari dan menerbitkan saham

perusahaan harus menggunakan saldo Pecking order theory merupakan laba, hal teresebut menunjukan bahwa teori yang menyarankan keputusan pen- perusahaan harus memiliki rasio saldo danaan mengikuti suatu hierarki, dalam hutang yang rendah dalam struktur modal

pecking order theory lebih mengutamakan karena pendaan dari dalam akan mening- pendanaan dari dalam ( internal financing ) katkan nilai buku dan nilai pasar ekuitas.

dibandingkan dengan pendanaan dari Dalam pecking order theory, pe- luar perusahaan. Perusahaan lebih rusahaan yang sedang mengalami defisit mengutamakan pendanaan internal kare- maka perusahaan akan menggunakan na perusahaan tidak perlu mendapat so- dana eksternal. Dana eksteral yang diuta- rotan dari publik sebagai akibat penerbitan makan dalam pecking order theory adalah saham baru. Dalam pecking order theory penerbitan hutang. Perusahaan lebih cen- menjelaskan bahwa pendanaan eksternal derung menerbitkan hutang dibandingkan

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

menerbitkan saham karena perusahaan ROA yang tinggi menunjuk- tidak ingin informasi terkait perusahaan di- kan tingkat efisiensi dan efektivitas atas publikasikan, kemudian ketika perusahaan manajemen aset, yang berarti perusa- menerbitkan saham maka terdapat potensi haan mampu menggunakan aset yang adanya agency cost.

dimilikinya untuk menghasilkan laba dari Bhama et al.(2015) menyatakan penjualan dan investasi yang dilakukan bahwa pecking order theory berdampak oleh perusahaan tersebut (Widarjo dan terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Setiawan, 2009). Manajer keuangan yang Perusahaan yang menerapkan pecking menganut dan menggunakan pecking or- order theory, maka perusahaan tersebut der theory akan cenderung untuk mem- memiliki kelangsungan hidup yang lebih perbesar profitabilitas dengan tujuan untuk panjang.

meningkatkan laba perusahaan (Amirya dan Atmini, 2008). Hal tersebut menun-

Pengembangan Hipotesis

jukan semakin tinggi rasio profitabilitas, Pengaruh Profitabilitas Terhadap Finan- maka perusahaan akan semakin terhindar

cial Distress

dari kondisi financial distress Berdasarkan pecking order theory Pada hasil penelitian Hapsari

perusahaan cenderung lebih menyukai (2012); Widarjo dan Setiawan (2009) menggunakan pendanaan melalui dana profitabilitas yang diproksikan dengan re- internal yang dapat berasal dari saldo laba turn on asset (ROA) berpengaruh nega- yang dihasilkan oleh kegiatan operasional tif terhadap financial distress. Penelitian perusahaan. Kinerja keuangan perusa- yang dilakukan oleh Ilman et al. (2011), haan dalam menghasilkan laba dapat Siregar dan Fauzi (2012), Amendola et al. diukur dengan menggunakan rasio (2014) menunjukan ada pengaruh antara profitabilitas . Profitabilitas adalah rasio profitabilitas dengan financial distress. Se- hasil akhir bersih terkait semua kebijakan dangkan menurut penelitian yang dilaku- dan keputusan dalam perusahaan, dima- kan oleh Kristanti et al. (2015) profitabilitas na rasio ini digunakan sebagai alat untuk yang diproksikan dengan profit on sales mengukur kemampuan perusahaan untuk tidak berpengaruh terhadap financial dis- mendapatkan keuntungan dari usahanya tress . Hal ini menunjukkan bahwa sema-

(penjualannya ). Profitabilitas didefinisi- kin tinggi rasio profitabilitas yang dihasil- kan sebagai tingkat keberhasilan atau kan oleh suatu perusahaan, maka besar kegagalan perusahaan yang ditunjukkan kemungkinannya bagi perusahaan untuk dalam jangka waktu yang telah ditentukan. terhindar dari financial distress. Berdasar- Rasio profitabilitas diantaranya dapat di- kan uraian tersebut maka hipotesis dalam

tunjukkan dengan profit margin on sales, penelitian ini adalah se-bagai berikut: return on total assets dan lain sebagainya H 1 : Profitabilitas berpengaruh negatif ter- (Widarjo dan Setiawan, 2009). Pada pene- hadap financial distress. litian ini return on asset (ROA) dijadikan

sebagai alat ukur dari profitabilitas. ROA Pengaruh Likuiditas Terhadap Financial adalah rasio untuk mengukur kemampuan Distress

perusahaan menghasilkan laba yang dihi- Pada pecking order theory telah tung menggunakan total asset (kekayaan) disebutkan bahwa urutan pendanaan in- yang dimiliki oleh perusahaan setelah di- vestasi yang dilakukan oleh perusahaan kurangi dengan biaya-biaya untuk mem- lebih diutamakan dengan menggunakan

biayai aset yang ada (Hanafi dan Halim, dana internal. Apabila manajer keuangan 2005).

mengikuti teori tersebut karena berlim- pahnya sumber dana internal, hal tersebut

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

memungkinkan perusahaan tidak memer- Pengaruh leverage terhadap financial lukan utang untuk pendanaan, terutama distress

utang jangka pendek. Likuiditas adalah Pecking order theory menjelas- kemampuan perusahaan untuk membiayai

kan tata urutan dalam mendapatkan dana kepentingan operasional perusahaan dan eksternal yaitu dengan terlebih dulu mener- kemampuan dalam melunasi kewajiban bitkan utang dibanding saham baru. Kondi- jangka pendek perusahaan. Penguku- si ini disebabkan karena investor atau pe- ran likuiditas dapat digunakan tiga jenis milik perusahaan mempunyai interpretasi rasio, yaitu current ratio, quick ratio dan buruk atau negatif jika perusahaan men- cash ratio (Widarjo dan Setiawan, 2009). danai investasi dengan menerbitkan ekui- Penelitian ini menggunakan rasio likuidi- tas (Sofyaningsih dan Hardiningsih, 2011). tas current ratio, yang mana rumus rasio Untuk mengukur seberapa besar jumlah ini mengukur kemampuan perusahaan aset perusahaan yang didanai dengan dalam memenuhi utang jangka pendeknya utang dapat dengan menggunakan rasio dengan menggunakan asset lancar yang leverage. Rasio leverage atau solvabilitas dimilikinya perusahaan. Apabila utang merupakan rasio yang digunakan untuk jangka pendek perusahaan tidak bertam- mengukur sejauh mana aset perusahaan bah dan perusahaan memiliki aset lancar dibiayai dengan menggunakan utang yang berlebih, yang ditunjukkan dengan (Ilman et al., 2011).

kas setara kas dari saldo laba, maka pe- Leverage merupakan rasio yang rusahaan tidak akan mengalami masalah mengukur kemampuan perusahaan dalam dengan likuiditas. Selanjutnya, dengan memenuhi kewajiban jangka pendek dan tingkat likuiditas yang tinggi maka peru- jangka panjang apabila perusahaan di- sahaan memiliki kecenderungan untuk likuidasi atau dibubarkan (Widarjo dan terhindar dari financial distress di masa Setiawan, 2009). Transaksi leverage yang mendatang. Hal tersebut mengindikasikan tinggi dalam suatu perusahaan merupa- semakin tinggi rasio likuiditas perusahaan, kan penyebab umum dari financial dis- maka tingkat financial distress perusahaan tress suatu perusahaan (Waznah et al., akan semakin rendah.

2015). Apabila perusahaan lebih banyak Pada hasil penelitian Widarjo dan menggunakan dana eksternal, terutama Setiawan (2009) dan Ilman et al. (2011) dengan menggunakan utang, dalam pen- rasio likuiditas yang diukur dengan current danaannya dibandingkan dengan dana ratio berpengaruh positif terhadap financial internal akan mengakibatkan tingkat le- distress. Hasil berbeda ditunjukkan oleh verage perusahaan yang tinggi. Apabila penelitian Hapsari (2012) yang menunjuk- tingkat utang atau leverage perusahaan kan bahwa likuiditas yang diukur dengan semakin tinggi, hal tersebut akan berdam- current ratio berpengaruh negatif. Kristanti

pak pada kondisi keuangan perusahaan di et al. (2015), Venkadasalam (2016), dan masa mendatang. Perusahaan akan me-

Amendola et al. (2014) menemukan miliki potensi yang besar untuk mengalami adanya pengaruh antara current ratio financial distress apabila tingkat leverage dengan

financial distress Berdasarkan yang dimilikinya tinggi apabila kinerja uraian tersebut maka hipotesis dalam keuangannya tidak mampu menutupi se- penelitian ini adalah sebagai berikut:

luruh utang yang dimilikinya. Artinya bah-

H 2 : Likuiditas berpengaruh negatif terha- wa semakin tinggi leverage perusahaan dap financial distress.

maka semakin tinggi potensi perusahaan mengalami financial distress

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Pada penelitian Ilman et al. (2011) corporate governance dapat digunakan leverage berpengaruh positif terhadap fi- untuk mengontrol manajemen (Harahap nancial distress. Sedangkan pada pene- dan Wardhani, 2006). Beberapa macam litian Hapsari (2012); dan Widarjo dan bentuk mekanisme pengawasan tersebut Setiawan (2009) leverage berpengaruh dapat dilakukan untuk mengharmonisasi negatif terhadap financial distress. Dalam hubungan antara manajemen dan investor penelitian Ilman et al. (2011), Kristanti et (Harahap dan Wardhani, 2006). Dengan al. (2015), dan Gruszczynski (2014) me- melakukan pengawasan yang diarahkan nyatakan bahwa leverage berpengaruh kepada perilaku manajemen, pemilik dapat terhadap financial distress. Berdasarkan menilai apakah keputusan yang dibuat uraian tersebut hipotesis pada penelitian oleh manajemen menguntungkan perusa- ini adalah sebagai berikut:

haan secara keseluruhan atau sebaliknya.

H 3 : Leverage berpengaruh positif terha- Coporate governance diharap- dap financial distress.

kan mampu untuk mengendalikan dan mengawasi keputusan dan kebijakan yang

Pengaruh Corporate Governance Ter- dibuat oleh manajemen terkait keuangan

hadap Financial Distress

perusahaan agar perusahaan tidak Permasalahan agensi dalam pe- mengalami

financial distress. Lehmann rusahaan muncul dikarenakan adanya dan Warning (2004) menyatakan bahwa pemisahan antara pemilik dan pengelola tingkat efisiensi sebuah corporate gover-

perusahaan. Berdasarkan teori agensi, nance perusahaan dapat dinilai dari tiga adanya perbedaan kepentingan ( conflict aspek kinerja perusahaan, yaitu investa- of interest ) antara keduanya dapat mem- si, pertumbuhan perusahaan dan profit- pengaruhi jalannya perusahaan dalam abilitas. Semakin tinggi tingkat efisiensi mencapai tujuannya. Manajemen selaku suatu corporate governance yang secara agent yang mengelola perusahaan tidak otomatis meningkatkan investasi, per- selalu bertindak sesuai dengan keinginan tumbuhan dan profitabilitas perusahaan, dari principal yang menyebabkan timbul- semakin rendah kemungkinan suatu peru- nya masalah keagenan ( agency problem) sahaan mengalami financial distress. Hal (Harahap dan Wardhani, 2006).

tersebut mengindikasikan semakin tinggi Asymmetry information yang meru- tingkat efisiensi corporate governance pakan salah satu bentuk dari masalah maka semakin rendah potensi perusahaan keagenan yang memberikan manajemen, mengalami financial distress.

selaku agen pengelola perusahaan, untuk Pada penelitian Priego dan Me- memiliki informasi lebih banyak dibanding- rino (2015) mekanisme corporate gover- kan dengan pemilik mengenai keadaan nance dapat mengurangi kemungkinan dan kondisi keuangan perusahaan dan perusahaan untuk mengalami financial cenderung bersifat oportunistik. Manaje- distress. Hal serupa juga dibuktikan oleh men memiliki kesempatan yang besar penelitian Li et al. (2008), Kristanti et al. untuk membuat keputusan dan kebijakan (2015), dan Manzaneque et al. (2015) berkaitan dengan utang dan investasi bahwa mekanisme corporate governance yang dapat merugikan keuangan peru- berpengaruh negatif terhadap financial dis-

sahaan hingga perusahaan mengalami tress . Hipotesis dalam penelitian ini adalah financial distress. Corporate governance sebagai berikut:

merupakan sebuah upaya untuk men- H 4 : Corporate governance berpengaruh cari jalan terbaik dalam menjalankan pe- negatif terhadap financial distress. rusahaan, yaitu kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang ada dalam

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Pengaruh Financial Distress Terhadap sahaan akan terlihat sehat dan memiliki

Kecurangan Laporan Keuangan

prospek yang baik sehingga perusahaan Pressure adalah tekanan perusa- akan dengan mudah mendapatkan dana haan dan merupakan salah satu elemen tambahan. Di sisi lain, manajemen juga penyebab terjadinya kecurangan dalam ‘terlihat’ telah memenuhi ekspektasi dari

fraud triangle theory. Tekanan dapat dibagi pemegang saham karena perusahaan menjadi empat kategori, yaitu tekanan fi- menunjukkan kinerja keuangan yang baik.

nancial, non financial, politik dan sosial Artinya adalah semakin tinggi financial (Aghghaleh et al., 2014). Salah satu ben- distress perusahaan maka semakin tinggi

tuk dari tekanan secara financial adalah potensi perusahaan dalam melakukan ke- financial distress. Financial distress meru- curangan laporan keuangan.

pakan tahap penurunan kondisi keuangan Dengan demikian, perusahaan perusahaan yang terjadi sebelum likuidasi yang mengalami financial distress akan atau kebangkrutan terjadi (Platt dan Platt mendorong manajemen untuk melakukan 2002). Perusahaan yang mengalami finan- kecurangan. Pada penelitian Mardiana cial distress apabila perusahaan memiliki (2015) dan Waznah et al. (2015) finan- rasio utang lebih dari satu (>1) atau dise- cial distress berpengaruh negatif terhadap but interest cover ratio nya lebih kecil dari kecurangan laporan keuangan. Sedang- satu (<1). Apabila kondisi ini berlanjut akan kan pada penelitian Ngan (2013) financial mengakibatkan keuangan perusahaan se- distress berpengaruh positif terhadap ke- makin memburuk dan dapat menyebabkan curangan laporan keuangan. Dalam pene- kebangkrutan atau pailit (Waznah et al., litian Dalnial et al. (2014); dan Bisogno dan 2015).

Luca (2015) menyatakan terdapat penga- Manajemen akan merasa ter- ruh antara financial distress terhadap ke- tekan untuk melakukan kecurangan ketika curangan laporan keuangan mengetahui perusahaan yang dikelolanya Berdasarkan uraian di atas maka mengalami financial distress yang disebab- hipotesis dalam penelitian ini adalah se- kan oleh beberapa hal terkait kinerja dari bagai berikut:

manajemen tersebut. Tekanan tersebut H 5 : Financial distress berpengaruh positif dapat berasal pihak eksternal, yaitu dari terhadap kecurangan laporan keuangan para pemegang saham dan kreditur yang

memiliki ekspektasi tertentu pada perusa- Metodologi

haan. Selain itu dengan kondisi keuangan Penelitian ini menggabungkan be- yang tidak sehat, perusahaan juga akan berapa konstruk dalam penentuan varia- mengalami kesulitan untuk mendapatkan belnya. Penelitian ini akan menggabung-

dana tambahan guna bersaing dengan kan antara faktor-faktor yang berpengaruh para kompetitornya. Tambahan dana terhadap financial distress dan kecurangan tersebut misalnya untuk pembiayaan baru laporan keuangan berdasarkan hasil pene- yang mungkin diperlukan untuk mengejar litian Dalnial et al. (2014), Ngan (2013) penelitian dan pengembangan utama atau terkait kecurangan laporan keuangan dan untuk memperluas pabrik dan fasilitas penelitian Wang dan Deng (2006); dan (Skousen et al., 2009). Salah satu cara yang Ugurlu dan Aksoy (2006) terkait financial mungkin akan dilakukan oleh manajemen distress. Teori yang mendasari penelitian

adalah dengan melakukan kecurangan ini adalah fraud diamond theory seperti menyajikan laporan keuangan Penelitian ini mengkaji fraud dia- yang over-stated pada aset dan laba serta mond theory yang salah satu faktornya menutupi utang-utang yang dimiliki peru- adalah pressure yang digambarkan sahaan. Dengan begitu keuangan peru- dengan financial distress. Dalam peneli-

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

tian Ngan et al. (2013) menyatakan bahwa cial distress. Penelitian Ugurlu dan Aksoy financial distress memiliki pengaruh terha- (2006) menemukan adanya pengaruh dap kecurangan laporan keuangan , penga- negatif antara likuiditas dan profitabilitas ruh financial distress terhadap kecurangan terhadap financial distress, artinya adalah laporan keuangan sehingga menggambar- semakin tinggi likuiditas dan profitabilitas kan semakin tinggi tingkat financial distress suatu perusahaan maka tingkat hutang perusahaan maka tingkat kecurangan perusahaan akan semakin rendah dan po- laporan keuangan perusahaan semakin tensi financial distress pada perusahaan tinggi. Hal tersebut mendukung fraud dia- berkurang. Hal tersebut mendukung peck- mond theory yang menyatakan salah satu ing order theory.

faktor perusahaan melakukan fraud adalah Teori agensi merupakan teori tekanan. Faktor yang menentukan finan- yang menghubungkan antara para pe- cial distress adalah tingkat profitabilitas , mangku kepentingan dan perusahaan. likuiditas, dan leverage, dalam pecking Dalam penelitian yang dilakukan oleh order theory men-jelaskan suatu hierarki Harahap dan Wardhani (2006) menemu- pendanaan

kan hubungan antara corporate gover- Dalam pecking order theory meru- nance dengan konflik keagenan. Semakin pakan teori yang menyarankan keputusan tingginya konflik keagenan maka semakin pendanaan mengikuti suatu hierarki, sum- tingginya potensi perusahaan untuk terjadi ber pendanaan dari dalam perusahaan financial distress dan kecurangan laporan ( internal financing) lebih didahulukan dari- keuangan. Dalam penelitian yang dilaku- pada sumber pendanaan dari luar peru- kan oleh Wang et al. (2006) menunjukan sahaan ( external financing). Berdasarkan adanya hubungan negatif antara corporate teori tersebut perusahaan dituntut untuk governance yang diproksikan dengan kon-

menghasilkan profitabilitas dan likuiditas sentrasi kepemilikan, kepemilikan negara, yang tinggi, sekaligus tingkat leverage proporsi komisaris independen, dan opini yang rendah. Artinya adalah perusahaan auditor terhadap financial distress. Ber- berusaha untuk mencapai tingkat profit dasarkan uraian diatas maka kerangka yang tinggi dan memiliki hutang yang penelitiannya adalah sebagai berikut: rendah untuk menghindari potensi finan-

Financial Distress

Statement Fraud

Leverage

Corporate Governance

Gambar 1 Alur Diagram Teori Agensi

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Sampel

M = -4.840 + 0,920 x DSRI + 0,528 x GMI + Penelitian ini menggunakan popu- 0,404 x AQI + 0,892 x SGI + 0,115 x DEPI- lasi seluruh perusahaan manufaktur yang 0,172 x SGAI + 4,697 x TATA- 0,327 x LVGI terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama (Sumber: Gasperz, 2013; Christy, et al. periode 2013-2016. Perusahaan manufak- 2015) tur dipilih untuk dijadikan sampel dari pene-

litian ini karena berdasarkan data ACFE Formula di atas didapat dari 2016, perusahaan manufaktur merupakan beberapa rumus seperti yang dipaparkan perusahaan yang melakukan kecurangan oleh Beneish et al. (1999) yaitu; laporan keuangan dengan presentase ter-

a. Days Receivable Index (DSRI) = (Net tinggi diantara perusahaan lainnya dan ber- Receivablest / Salest) / (Net Receiv- dasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) ablest-1 / Salest-1) tahun 2017 jenis perusahaan manufaktur merupakan jumlah terbesar dibandingkan

b. Gross Margin Index (GMI) = [(Salest-1 jenis perusahaan lainnya.

- COGSt-1) / Salest-1] / [(Salest - COGSt) / Salest]

Definisi Variabel Kecurangan Laporan Keuangan

c. Asset Quality Index (AQI) = [Total Assett Kecurangan laporan keuangan - (Current Assetst + PPdanEt) / Total As- dalam penelitian ini diwakili oleh kegiatan setst] / [Total Assett - ((Current Assetst-1 + memanipulasi pendapatan. Manipula- PPdanEt-1) / Total Assetst-1)] si pendapatan diuji dengan Beneish-M Score . Beneish-M Score adalah metode

d. Sales Growth Index (SGI) = Salest / Sal- yang dapat digunakan untuk mendeteksi est-1 perusahaan dengan kecenderungan un- tuk melakukan penipuan pada laporan

e. Depreciation Index (DEPI) = (Deprecia- keuangan (Beneish et al., 2012). Secara tiont-1/ (PP dan Et-1 + Depreciationt-1)) / empiris, perusahaan dengan nilai M-Score (Depreciationt / (PPdanEt + Depreciationt)) yang tinggi memiliki kecenderungan lebih tinggi juga untuk melakukan penipuan. Be-

f. Selling, General, and Aministra-tive Ex- neish M-Score adalah model probabilistik, pense Index (SGAI) = (SGdanA Expenset sehingga salah satu keterbatasan adalah / Salest) / (SGdanA Expenset-1 / Salest-1) bahwa kemampuan untuk mendeteksi fraud tidak dengan akurasi 100 %, sama

g. Leverage index (LVGI) = [(Current Lia- dengan model lainnya.

bilitiest + Total Long Term Debtt) / Total As- Pemilihan model Beneish M-Score setst] / [(Current Liabilitiest-1 + Total Long dalam penelitian ini karena Beneish M- Term Debtt-1) / Total Assetst-1] Score mempunyai 8 indikator pengukuran dibandingkan model probabilitas lain yang

h. Total Accruals to Total Assets (TATA) hanya memiliki 5 indikator pengukuran, se- = (Income from Continuing Operationst - hingga lebih sensitif atau lebih teliti untuk Cash Flows from Operationst) / Total As- mendeteksi kecurangan laporan keuangan setst perusahaan. Seringkali dengan model 5

indikator perusahaan lolos dari fraud, na- Jika M = >22 maka perusahaan mun dengan 8 indikator terdeteksi fraud.

tersebut memiliki kecenderungan melaku- Rumus Beneish M-Score adalah kan kecurangan laporan keuangan sebagai berikut :

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Financial Distress

X4 adalah Market Value of Equity to Total Financial distress didefinisikan se- Liabilities, X5 adalah Net Sales to Total As- bagai suatu kondisi kesulitan keuangan sets karena hasil dari operasional perusahaan

atau hasil perusahaan tidak cukup untuk Profitabilitas

memenuhi kewajiban-kewajiban perusa- Variabel profitabilitas pada peneli- haan. Beberapa literatur dan hasil pene- tian ini akan diukur dengan menggunakan litian memberikan bukti bahwa perusa- Return On Asset (ROA). Rasio ini mengukur haan yang mengalami financial distress tingkat efisiensi manajemen dalam menge- akan cenderung melakukan kecurangan lola aset yang dimiliki oleh perusahaan un- keuangan karena tertekan secara financial tuk menghasilkan laba sebesar-besarnya. (Ngan, 2013).

ROA adalah ukuran kinerja operasional Febrina (2010) menjelaskan bah- yang banyak digunakan untuk menunjuk- wa terdapat beberapa alat untuk menguji kan seberapa efisien asset telah bekerja sebuah perusahaan mengalami financial (Skousen et al., 2009).

distress atau tidak, diantaranya: Model Z- Pengukuran profitabilitas sebenar- Score , Model Zeta, Model O-Score, Model nya dapat dilakukan dengan beberapa

Zmijewski, dan rasio Camel. Namun dalam proksi seperti Retun On Equity (ROE) dan penelitian tersebut dijelaskan bahwa Model

Return On Invesment (ROI), namun un- yang paling kuat dan memiliki tingkat eror tuk menjelaskan laba secara keseluruhan paling rendah adalah model Altman Z- menggunakan Return On Asets (ROA). Score , sehingga dalam penelitian meng- Ugurlu dan Aksoy (2006) dalam konteks gunakan model Altman Z- Score sebagai financial distress menguji profitabilitas

model yang digunakan untuk mengukur menggunakan beberapa proksi dianta- variabel financial distress.

raya adalah ROA, return on sales, dan Variabel financial distress diukur ROE namun menurut Ugurlu dan Aksoy dengan menggunakan Altman Z-Score (2006) pengukuran terbaik menggu- dan dengan menggunakan variabel dum- nakan return on asset. Dalam penelitian my yang diberikan nilai 1 jika nilai Altman ini menggunakan ROA untuk mengukur Z-Score perusahaan <2.073 dan nilai tingkat profitabilitas perusahaan.

0 jika nilai Altman Z-Score perusahaan Pada umumnya kinerja keuangan ≥2.073. Altman mengemukakan bahwa dikatakan baik apabila hasil dari rasio ini perusahaan yang memiliki nilai Z-Score adalah 1 atau lebih dari 1. Dengan demiki- < 2.073 diasumsikan bahwa perusahaan an, semakin tinggi rasio profitabilitas, hal mengalami tekanan keuangan dan memi- tersebut menandakan manajemen se- liki motif ekonomi yang kuat untuk melaku- makin efektif dalam mengelola aset yang kan kecurangan pada laporan keuangan. dimiliki perusahaan untuk menghasilkan (Ngan, 2013).

laba yang tinggi. Rasio ROA dapat diper- Rumus Altman Z-Score adalah se- oleh dengan rumus sebagai berikut: bagai berikut:

Z = 1.2 X1 + 1.4 X2 + 3.3 X3 + 0.6 X4 +

1.0 X5 (Sumber: Ngan, 2013)

dimana: X1 adalah Working Capital to To- tal Asset, X2 adalah Retained Earning to Total Asset, X3 adalah EBIT to Total Asset,

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Leverage

likuiditas diukur dengan menggunakan Leverage merupakan rasio untuk current ratio. Pengukuran menggunakan mengukur kemampuan perusahaan dalam current ratio menggunakan seluruh aset memenuhi seluruh utang yang dimilikinya, lancer perusahaan dibandingkan dengan baik jangka pendek maupun jangka pan- liabilitas lancer perusahaan, sehingga jang. Untuk mengukur leverage dapat dalam penelitian ini menggunakna current menggunakan debt to equity ratio (DER) ratio untuk mengukur tingkat likuiditas pe- dan debt to asset ratio (DAR). Pada pene- rusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh litian ini leverage diukur dengan menggu- Waznah et al (2015); Amara et al (2013); nakan Debt to Asset Ratio (DAR). Dalam Widarjo dan Setiawan (2009); dan Hanifa konteks fraud, external pressure yang di- (2015) menggunakan current ratio se- proksikan oleh leverage yang merupakan bagai pengukuran likuiditas

kemampuan perusahaan untuk memenuhi Munawir (2007:72) menjelaskan kewajiban yang dimilikinya, baik itu jangka bahwa current ratio menunjukkan tingkat pendek maupun jangka panjang apabila keamanan ( margin of safety) kreditor dalam suatu saat perusahaan dilikuidasi atau jangka pendek, atau kemampuan peru- dibubarkan (Widarjo dan Setiawan, 2009). sahaan untuk membayar hutang-hutang Oleh karena itu secara konseptual pen- jangka pendek. Current ratio merupakan gukuruan leverage digunakan rasio utang rasio yang menunjukkan kemampuan pe- dengan aset yang dimiliki.

rusahaan dalam membayar hutang jangka Rasio ini menunjukkan seberapa pendeknya dengan menggunakan aset besar dari aset perusahaan yang dibiayai lancar yang dimiliki perusahaan misalnya , dengan utang. Selain itu rasio ini juga kas, piutang, setara kas, investasi dan menunjukkan berapa nilai utang yang di- persediaan atau cadangan. Perusahaan jamin per 1 dari nilai aset. Pada umumnya, pada umumnya dapat dinyatakan likuid perusahaan yang kondisi keuangannya apabila perusahaan yang memiliki rasio baik memiliki rasio DAR 1 atau di bawah likuiditas 1 atau di atas 1. Jadi semakin dari 1. Semakin tinggi rasio yang dihasil- tinggi rasio yang dihasilkan, hal tersebut kan, semakin tinggi tingkat utang yang di- menunjukkan bahwa perusahaan semakin miliki perusahaan yang juga menandakan likuid. Rasio likuiditas dapat diperoleh dari perusahaan memiliki risiko yang besar. rumus berikut: Rasio DAR dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

Likuiditas Corporate Governance

Likuiditas merupakan rasio yang Corporate governance merupakan digunakan untuk mengukur tingkat likuid suatu tata kelola perusahaan yang dari perusahaan, dalam arti lain adalah menghubungkan antara pemilik perusa- kemampuan perusahaan untuk melu- haan dengan manajemen perusahaan. nasi utang-utang jangka pendek yang Pengukuran corporate governance dapat dimilikinya . Dalam Robinson .et al (2009 dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 286), pengukuran likuiditas dapat dibe- konsentrasi kepemilikan, institutional dakan menjadi current ratio, quick ratio, ownership , proporsi saham yang dimiliki dan cash ratio. Pada penelitian ini rasio dewan, duality CEO, proporsi dewan inde-

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

penden, board size, jumlah komite audit, Statistik Deskriptif

jumlah direktur, dan lain sebagainya Statistik deskriptif merupakan gam- Pada penelitian ini corporate gover- baran dari data variabel yang akan diolah nance diukur dengan menggunakan kon- dalam penelitian. Statistik deskriptif dalam sentrasi kepemilikan, ukuran dewan direk- penelitian ini merupakan deskripsi data si dan komite audit. Pemilihan pengukuran dari masing-masing variabel penelitian. tersebut didasarkan pada agency theory Statistik deskriptif secara umum meng- yang menyatakan bahwa adanya pemisa- gambarkan nilai rata-rata ( mean), median, han antara pemilik perusahaan dengan maximum, minimum, standard deviation manajemen perusahaan. Pemilik perusa- serta beberapa deskripsi lain yang diperlu- haan digambarkan dengan konsentrasi kan dalam penelitian. Data diolah dengan kepemilikan sedangkan manajemen pe- menggunakan aplikasi Eviews 9 dan statis- rusahaan digambarkan dengan jumlah tik deskriptif disajikan dalam tabel 1.

direksi perusahaan. Konsentrasi kepemi- Berdasarkan tabel 1, profitabilitas likan diukur dengan presentase kepemi- (X1), likuiditas (X2), leverage (X3), jumlah likan saham yang dimiliki oleh pemegang pemilik saham > 3% (X4), ukuran dewan di- saham terbesar, pemegang saham terbe- reksi (X5), jumlah komite audit (X6), Finan- sar adalah yang memiliki 3% atau lebih cial Distress (Z) dan Fraud (Y) semuanya dari total jumlah saham (Kanapickiene dan terdiri dari 400 kasus yang berarti tidak ada Grundiene, 2015). Ukuran dewan direksi data yang hilang ( missing ). Profitabilitas diukur dengan jumlah anggota dari dewan diketahui mempunyai mean 4,79 dengan direksi dari suatu perusahaan (Aghghaleh nilai minimum -54,85 (perusahaan IKAI et al., 2014; Ainul et al., 2014; Andreas et 2016) dan nilai maximum 71,51 (perusa- al., 2009; Priego dan Merino, 2015). Selan- haan UNVR 2013). Likuiditas mempunyai jutnya, komite audit diukur dengan meng- mean 0,77 dengan nilai minimum -22,28 gunakan jumlah dari anggota dari komite (perusahaan MASA 2015) dan nilai maxi- audit yang ada pada suatu perusahaan mum 50,00 (perusahaan BRPT 2015). (Aghghaleh et al., 2014).

Leverage mempunyai mean 0,60 dengan nilai minimum 0,04 (perusahaan JPRS

Deskripsi Sampel

2014) dan nilai maximum 10,17 (perusa- Penelitian ini menggunakan metode haan IMAS 2013). Jumlah pemilik saham purposive sampling dengan menggunakan >3 % mempunyai mean 3,85 dengan jum- seluruh perusahaan manufaktur yang ter- lah minimum 1 pemilik saham (perusahaan daftar di Bursa Efek Indonesia selama peri- HMSP) dan jumlah maximum 8 pemilik ode 2013-2016. Perusahaan manufaktur saham (perusahaan AISA, INAI, KLBM, dipilih untuk dijadikan sampel dari pene- dan LMPI). Ukuran dewan direksi mempu- litian ini karena berdasarkan data ACFE nyai mean 4,98 dengan jumlah minimum 2016, perusahaan manufaktur merupakan

2 orang direksi (perusahaan FPNI, INDR perusahaan yang melakukan kecurangan dan UNIT) dan jumlah maximum16 orang laporan keuangan dengan presentase ter- direksi (perusahaan TCID 2016). Jumlah tinggi diantara perusahaan lainnya ( Sur- komite audit mempunyai mean 3,11 dengan vey Fraud Indonesia, ACFE 2016). Ber- jumlah minimum 2 orang komite audit (pe- dasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) rusahaan MBTO, FPNI, KBRI, SKLT) dan tahun 2017 jenis perusahaan manufaktur jumlah maximum 5 komite audit (perusa- merupakan jumlah perusahaan terbesar haan CPIN dan MAIN). Financial distress dibandingkan jenis perusahaan lainnya.

mempunyai mean 4,26 dengan nilai mini- mum -10,92 (perusahaan POLY 2015) dan nilai maximum 23,66 (perusahaan).

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas....... MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

Tabel 1 Statistik Deskriptif

Sumber: Diolah Kecurangan laporan keuangan mempu- Berdasarkan hasil uji regresi dari

nyai mean -2,28 dengan nilai minimum tabel 2, dapat diketahui bahwa Pengujian -9,95 (perusahaan) dan nilai maximum secara simultan didapatkan nilai F hitung 8,48 (perusahaan KLBF 2014).

24,037 dengan nilai Sig F 0,000 yang be- rarti < 0.05. Dengan demikian H0 ditolak

Uji Regresi

dan H1 diterima yang berarti bahwa secara Penyajian hasil uji regresi ini ter- bersama-sama (simultan) variabel inde- diri dari dua model, yaitu model regresi 1 penden yaitu X1 (ROA), X2 (likuiditas), X3 dan model regresi 2. Masing-masing dari (leverage), X4 (kepemilikan saham>3%), model uji regresi ini akan membahas ten- X5 (jumlah dewan direksi), dan X6 (jum- tang persamaan regresi yang dihasilkan, lah komite audit) berpengaruh terhadap uji F (pengaruh simultan variabel indepen- variabel Z (financial distress). Berdasarkan den terhadap dependen), uji t (pengaruh tabel 2 diketahui nilai R Square (menggu- parsial variabel independen ke variabel nakan adjusted R Square) sebesar 0,858 dependen), dan nilai koefesien determi- atau 85,8 %. Artinya variabel Z ( financial nasi (R square).

distress) dijelaskan sebesar 85,8 % oleh

Tabel 2 Regresi Model 1 ( Fixed Effect Model)

Sumber: Diolah.

Albert Adi Nugroho, dkk. MediaTrend 13 (2) 2018 p. 219-240

variabel independen yaitu X1 (ROA), X2 saham > 3%), X5 (jumlah dewan direksi), (likuiditas), X3 ( leverage), X4 (kepemilikan X6 (jumlah komite audit) dan Z ( financial saham > 3%), X5 (jumlah dewan direksi), distress). Sedangkan sisanya sebesar dan X6 (jumlah komite audit). Sedangkan 92,9 % dijelaskan oleh variabel lain atau sisanya sebesar 14,2 % dijelaskan oleh variabel independen di luar persamaan variabel lain atau variabel independen di regresi ini. Leverage berpengaruh se- luar persamaan regresi ini. Secara parsial cara positif terhadap kecurangan laporan profitabilitas, kepemilikan saham, jumlah keuangan, sedangkan financial distress dewan direksi berpengaruh negative ter- berpengaruh positif terhadap kecurangan hadap financial distress. Leverage ber- laporan keuangan. Sedangkan profitabili- pengaruh secara positif terhadap financial tas, likuiditas, dan corporate governance distress. Likuiditas dan jumlah komite audit tidak berpengaruh terhadap kecurangan tidak berpengaruh terhadap financial dis- laporan keuangan. tress .

Tabel 3 Regresi Model 2 ( Fixed Effect Model)

Sumber: Diolah.

Berdasarkan hasil uji regresi dari Analisis Pengaruh Tidak Langsung

tabel 3, dapat diketahui bahwa pengujian Pada sub bab ini akan mem- secara simultan didapatkan nilai F hitung bahas terkait pengaruh tidak lang- 1,288 dengan nilai Sig F 0,051 yang be- sung antara variabel profitabilitas, li- rarti >0.05. Dengan demikian H0 diterima kuiditas,

leverage, dan corporate dan H1 ditolak yang berarti bahwa secara governance terhadap kecurangan laporan bersama -sama (simultan) variabel inde- keuangan melalui financial distress. To- penden yaitu X1 (ROA), X2 (likuiditas), X3 tal keragaman data yang dapat dijelas- ( leverage), X4 (kepemilikan saham > 3%), kan oleh model diukur dengan rumus: X5 (jumlah dewan direksi), X6 (jumlah

komite audit) danZ ( R 2 m =1–P 2 e1 P financial distress) tidak 2 e2 ….P 2 ep berpengaruh terhadap variabel Y ( fraud). Dimana Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui nilai R P 2 e1 =1–R 2 1 ;P 2 e2 =1–R 2 2