Book Review Hukum Lingkungan 001 Dicky N

PEMBAHASAN AKTIVITAS MANUSIA DALAM UPAYA
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP BERKELANJUTAN DARI
SISI HUKUM LINGKUNGAN
Dicky Novan Yudianto
dickynovan111@students.unnes.ac.id

DATA BUKU
Judul Buku
:
Hidup
Penulis
:
Penerbit
:
Tahun Terbit
:
Kota Penerbit
:
Bahasa Buku
:
Jumlah Halaman

ISBN Buku
:

Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Prof.Dr.H. Samsul Wahidin, SH, MH.
Pustaka Pelajar
2014
Yogyakarta
Bahasa Indonesia
: xiv+370
978-602-229-320-0

PEMBAHASAN REVIEW
Lingkungan hidup adalah kesatuan
ruang dengan semua benda, daya,
keadaan,
dan
makhluk
hidup,
termasuk manusia dan perilakunya,

yang mempengaruhi alam itu sendiri,
kelangsungan
perikehidupan,
dan
kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain. Masalah lingkungan hidup
merupakan kewajiban asasi manusia
untuk dikelola sebagaimana mestinya
menurut amanah Tuhan Yang Maha
Esa, sehingga setiap manusia baik
secara
langsung
maupun
tidak
langsung bertanggung jawab terhadap
kelangsungan lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Bukan semata karena
menjadi kebutuhan dasar, namun pada
dimensi hukum hal demikian menjadi
kewajiban semuanya.

Sebagai bagian dari sebuah
negara maka manusia atau individu
merupakan
warga
negara
yang
memiliki
peran
besar
dalam
permasalahan
lingkungan.
Permasalahan lingkungan hidup dan

pengelolaannya
menuntut
peran
seluruh komponen terkait, mulai dari
pemerintah
________________________

1

Lihat UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009

hingga masyarakat jelata dan boleh dinyatakan semua yang bernafas terkait.
Mulai dari jajaran birokrasi sampai kepada masyarakat umum. Namun,
tanggung jawab paling besar tentunya adalah para pemegang kekuasaan
beserta seluruh perangkatnya. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kepentingan
baik politis, ekonomi, maupun sosial. Akan tetapi, hanya terdapat satu
kepentingan dalam hal lingkungan hidup, bagaimana menciptakan lingkungan
hidup yang baik dan sehat.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah upaya
sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum. Selain Perlindungan dan pengeloalaan
lingkungan hidup juga diperlukan pembangunan berkelanjutan yang
melindungi ekosistem lingkungan dari segala kerusakan alam yang dilakukan
oleh manusia, Pembangunan
berkelanjutan merupakan salah satu

upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan. Pada Hakekatnya pembangunan berkelanjutan yaitu
pembangunan yang didasarkan pada tiga pertimbangan secara proporsional
yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan sosial, dan pertimbangan ekologi.
Betapa pun pembangunan dilakukan dengan upaya eksploitasi sumber daya
alam, namun fungsi lingkungan harus tetap dilestarikan.

Hal
ini
menjadi
prinsip
dasar
yang
harus
senantiasa
diimpelementasikan. Hal ini pula, berarti bahwa di dalam pemanfaatannya
perlu didasari oleh kebijakan dan upaya pengelolaan sumber daya alam yang

rasional dalam arti pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup
haruslah seimbang dengan potensi lestarinya. Tidak berdiri sendiri dan
senantiasa berhubungan, baik bersifat fsik maupun nir fsik. Selain itu, yang
perlu diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan adalah mengoptimalkan
manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia. Caranya adalah
menyelaraskan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber daya
alam yang menopangnya. Jadi tidak boleh dan tidak bisa dipandang secara
sendiri-sendiri, namun tetap harus saling berhubungan harmonis pada satu
tujuan yaitu eksploitasi alam secara bertanggung jawab demi kelestarian dan
berkelanjutan lingkungan hidup.
Perkembangan lingkungan hidup sudah ada sejak zaman dahulu,
negara-negara yang tergabung dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah
membahas pengaturan yang terkait dengan kondisi lingkungan hidup di
berbagai negara-negara yaitu diantaranya dengan disepakati Deklarasi
Stockholm 1972 merupakan tonggak penting dalam pengaturan maupun upaya
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup yang berkelanjutan, terdapat
26 Prinsip yang diatur dalam Deklarasi Stockholm. Negara-negara di berbagai
penjuru dunia menjadikan deklarasi Stockholm sebagai acuan dalam membuat
aturan hukum nasional
mengenai lingkungan hidup. Saat ini Indonesia

menggunakan aturan hukum Nasional yang telah dibuat yaitu UU Nomor 32
Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup
(UUPPLH), aturan hukum ini merupakan bagian dari revisi aturan yang
terdahulu yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997. Dan telah diperbarui
dalam UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup (UUPPLH).
Hukum Lingkungan merupakan yang mengatur tentang hubungan
manusia dengan lingkungan yang disekitarnya, baik dari sisi Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, Pembangunan yang berkelanjutan hingga
permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia yang
merusak atau mengeksploitasi alam secara berlebihan. Saat ini sudah ada
beberapa buku yang beredar tentang Hukum Lingkungan, baik yang
membahas hanya tentang ruang lingkup hukum lingkungan hingga mengulik
tentang keterkaitan hukum lingkungan dengan ilmu yang lain. Buku yang
berjudul Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
ditulis oleh Prof. Dr. H. Samsul Wahidin, S.H.,M.H. dapat dijadikan sebagai
wawasan tambahan bagi mahasiswa maupun kalangan akademisi dalam ruang
lingkup perkuliahan hukum lingkungan di Indonesia.
Buku ini adalah elaborasi populer, tentang permasalahan lingkungan
yang berkisar pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup hidup.

Dasarnya adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada awalnya buku ini hadir karena
kelangkaan referensi buku Hukum Ligkungan. Terutama yang didasarkan pada
UU No. 32 Tahun 2009. Pada awalnya ada keraguan, karena memang penulis
tidak expert pada bidang ini. Namun, didorong oleh kenyataan bahwa ilmu
hukum lingkungan terbilang baru, ibarat lahan, siapa pun dan darimana pun
sangat terbuka untuk mengelaborasi. Nawaitu nya adalah untuk
pengembangan ilmu hukum lingkungan untuk terciptanya lingkungan hidup
yang sesuai standar kehidupan baik dan sehat, lingkungan hidup yang ideal.
Pembahasan aktivitas manusia dalam upaya perlindungan lingkungan hidup

berkelanjutan dari sisi hukum lingkungan, merupakan pembahasan yang dapat
ditunjang dengan buku Dimensi Hukum Perlindungan & Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan 10 bab utama yang dibahas.
Bab I dibahas Pemahaman tentang Hukum Lingkungan dan
perkembangannya di Indonesia, adapun yang ingin disampaikan adalah
pemahaman tentang hukum. Khususnya tentang hukum lingkungan, yang
dijadikan sebagai dasar elaborasi. Dengan demikian ketika menganalisis suatu
peristiwa (hukum) akan berangkat dari pemahaman yang sama. Dengan
pemahaman, kalimat ekspresinya bisa berbeda. Namun perbedaan itu

mengandung
substansi
yang
sama.
Dalam
hubungannya
dengan
permasalahan lingkungan hidup di Indonesia, maka ihwal lingkungan hidup ini
tercatat mulai dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1960-an. Awal mula
langkah konkret dari pengelolaan lingkungan hidup ini adalah ketika
dilaksanakan
seminar
tentang
Pengelolaan
lingkungan
hidup
dan
Pembangunan Nasional yang diselenggarakan di Universitas Padjajaran pada
15-18 Mei 1972.
Dalam bab II dijelaskan Aspek Ekonomi dalam Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup, aspek penting dalam kaitan dengan
perlindunagan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah dari sektor ekonomi.
Dinyatakan dalam konsideran UUPPLH bahwa pembangunan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan oleh UUD 1945 diselenggarakan berdasarkan
prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Dalam bab
ini terdapat Hubungan Ekonomi dan ekologi, Orientasi Pembangunan
Berkelanjutan serta harus koordinatif dalam penerapannya.
Pada bab III dijabarkan mengenai Dimensi Yuridis Audit Lingkungan,
Dinyatakan dalam Pasal 1 angka 28 UU No.32 Tahun 2009 bahwa Audit
lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Audit lingkungan adalah suatu alat
manajemen yang meliputi evaluasi secara sistematik, terdokumentasi,
periodik, dan objektif tentang bagaiman suatu kinerja organisasi sistem
manajemen dan peralatan.
Bab IV dibahas tentang Perizinan Lingkungan Hidup, disebutkan
dalam Pasal 1 angka 35 UUPPLH bahwa izin lingkungan adalah izin yang
diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha/dan/atau kegiatan yang
wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau

kegiatan. Dasar perizinan lingkungan nasional yang menjadi pembahasan
aktivitas manusia dalam upaya perlindungan lingkungan hidup berkelanjutan
dari sisi hukum lingkungan, diatur dalam ketentuan Pasal 36 UUPPLH yaitu:
(1)Setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau
UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
(2)Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam Pasal
31 atau rekomendasi UKL-UPL.
(3)Izin lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
mencantumkan
persyaratan yang dimuat dalam keputusan kelayakan lingkungan
hidup atau

rekomendasi UKL-UPL.
(4)Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Dan ketentuan pada Pasal 37 dinyatakan sebagai berikut:
(1)Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya wajib menolak permohonan izin
lingkungan permohonan izin tidak dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
(2)Izin lingkungan sebagaiman dimaksud dalam Pasal 36 ayat (4)
dapat dibatalkan
apabila:
a. Persyaratan
yang
diajukan
dalam
permohonan
izin
mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran
dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/ atau informasi;
b. Penerbitannya
tanpa
memenuhi
syarat
sebagaimana
tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakan lingkungan hidup atau
rekomendasi UKL-UPL; atau
c. Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKLUPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan.
Dalam bab V dijelaskan Kinerja Aparatur Pelaksana dan Penegak
Hukum UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, ketentuan
mengenai penyidikan dan pembuktian diatur dalam Bab XIV UUPPLH, Pasal 94
sampai Pasal 96 UUPPLH. Pada sisi konstruksi hukum dapat disebut agak
janggal. Janggalnya, kewenagan aparat penyidik disebut lebih dahulu, baru
aspek pidananya. Memang secara umum biasanya aspek pidana diletakkan
paling akhir. Namun konstruksi hukum demikian akan lebih pas jika aspek
pidananya dulu disampaikan baru kemudian aparat penegak hukumnya.
Pada Bab VI dijabarkan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun
dan Pengelolaan Limbah Bahan Bebahaya dan Beracun atau Limbah B3,
masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah
Indonesia, khususnya sejak dekade terakhir ini. Terutama sebagai akibat
perkembangan industri yang merupakan tulang punggung peningkatan
perekonomian Indonesia. Dinyatakan dalam Pasal 1 angka 21 UUPPLH bahwa
B3 adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,
dan/atau jumlahny, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia, dan makhluk
hidup lain.
Bab VII dibahas Perspektif Teknis Pengelolaan Limbah Berdasar
Aturan Tentang Pengelolaa B3 dan Limbah B, berbagai jenis limbah buangan
yang tidak memenuhi standar baku mutu merupakan sumber pencemaran dan
perusakan lingkungan yang utama. Dalam bab ini terdapat beberapa sumber
dan jenis limbah, yaitu: 1. Sumber utama limbah, 2. Aktivitas Manusia, 3.

Aktivitas Alam, 4. Perkembangan Industri, 5. Modernisasi, 6. Pertambahan
Penduduk, 7. Jenis Limbah.
Dalam bab VIII dijelaskan Hak Gugat Perwakilan Kelompok dalam
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Hak gugat masyarakat, biasanya
diwakilkan kepada organisasi lingkungan hidup. Ketentuan dalam Pasal 92
mengatur mengenai hak gugat Organisasi Lingkungan Hidup. Pengaturan
dimaksud adalah sebagai berikut:
(1)Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan
pengelolaan
lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan
gugatan
untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
(2)Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk
melakukan tindakan
tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau
pengeluaran riil.
(3)Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila
memenuhi
persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi
tersebut
didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup;
c.telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran
dasarnya
paling singkat 2 (dua) tahun.
Pada bab XI dijabarkan Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup, di dalam UUPPLH ketentuan Bab XI, tentang peran
masyarakat, pada pasal 70 UUPLH dinyatakan bahwa:
(1)Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama dan seluasluasnya untuk berperan aktif dalam perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
(2) Peran masyarakat dapat berupa:
a. pengawasan sosial;
b. pemberian saran, pendapat, usul, keberatan, pengaduan;
dan/atau
c. penyampaian informasi dan/atau laporan.
(3) Peran masyarakat dilakukan untuk:
a. meningkatkan kepedulian dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
hidup;
b. meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan
kemitraan;
c. menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan
masyarakat;
d. menumbuhkembangkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk
melakukan
pengawasan sosial; dan
e. mengembangkan dan menjaga budaya dan kearifan lokal
dalam rangka

pelestarian fungsi lingkungan hidup.
Dalam Bab yang terakhir hanya dibahas tentang Penutup dari buku
ini, yaitu Pengaturan tentang Hukum Lingkungan Nasional saat ini sudah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, serta berbagai Instrumen yang terkait dengan
Lingkungan Hidup.
Pada halaman-halaman akhir dalam buku ini, yaitu halaman 219- 367
terlampir 2 Instrumen Hukum Lingkungan Nasional diantaranya, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaam
Lingkungan Hidup, dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2012 Tentang Izin Lingkungan. Dengan adanya lampiran tentang
Instrumen Hukum Lingkungan Nasional maka lampiran tersebut memudahkan
pembaca untuk mencari sumber referensi dalam buku Dimensi Hukum
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ini.
Buku Dimensi Hukum Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang diterbitkan pertama kali oleh Pustaka Pelajar pada Juni Tahun 2014
ini secara garis besar telah memenuhi kaidah penulisan buku yang baik dan
benar. Meskipun baru terbitan yang pertama, buku ini dapat dikatakan yang
memiliki kualitas yang tidak kalah dibandingkan dengan buku hukum
lingkungan yang lain. Akan tetapi, alur serta format bahasa perlu diperbaiki
karena masih terdapat alur materi yang sedikit membingungkan bagi pembaca
dan format bahasa yang kurang tersusun secara terstruktur dan sistematis
sehingga pembaca harus membaca ulang buku ini.
Semoga buku ini menjadi inspirasi bagi kalangan akademisi maupun
praktisi dalam bidang ilmu hukum yang belum menulis buku untuk segera
berkarya dengan menulis buku yang dapat bermanfaat bagi perkembangan
Fakultas Hukum di Indonesia.