Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Hak dan Kewajiban Wajib Pajak

Kewajiban pajak itu timbul setelah memenuhi dua syarat, yaitu :

1. kewajiban pajak subyektif ialah kewajiban pajak yang melihat orangnya.

Misalnya : semua orang atau badan hukum yang berdomisili di Indonesia memenuhi
kewajiban pajak subyektif.

2. Kewajiban pajak obyektif ialah kewajiban pajak yang melihat pada hal-hal yang
dikenakan pajak.

Misalnya : orang atau badan hukum yang memenuhi kewajiban pajak kekayaan
adalah orang yang punya kekayaan tertentu, yang memenuhi kewajiban pajak
kendaraan ialah orang yang punya kendaraan bermotor dan sebagainya.[10]

Kewajiban wajib pajak

Dalam menghitung jumlah yang dipakai untuk dasar pengenaan pajak, diperlukan
bantuan dari wajib pajak dengan cara mengisi dan memasukkan Surat
Pemberitahuan (SPT). Setiap orang yang telah menerima SPT pajak dari inspeksi

pajak mempunyai kewajiban :

a. Mengisi SPT pajak itu menurut keadaan yang sebenarnya

b. Menandatangani sendiri SPT itu

c. Mengembalikan SPT pajak kepada inspeksi pajak dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.[11]

Wajib pajak harus memenuhi kewajibannya membayar pajak yang telah ditetapkan,
pada waktu yang telah ditentukan pula. Terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi
kewajibannya membayar pajak, dapat diadakan paksaan yang bersifat langsung,
yaitu penyitaan atau pelelangan barang-barang milik wajib pajak.

Hak-hak Wajib Pajak

Wajib pajak mempunyai hak-hak sebagai berikut :

1. Mengajukan permintaan untuk membetulkan, mengurangi atau membebaskan
diri dari ketetapan pajak, apabila ada kesalahan tulis, kesalahan menghitung tarip

atau kesalahan dalam menentukan dasar penetapan pajak.

2. Mengajukan keberatan kepada kepala inspeksi pajak setempat terhadap
ketentuan pajak yang dianggap terlalu berat.

3. Mengajukan banding kepada Majelis Pertimbangan Pajak, apabila keberatan yang
diajukan kepada kepala inspeksi tidak dipenuhi.

4. Meminta mengembalikan pajak (retribusi), meminta pemindah bukuan setoran
pajak ke pajak lainnya, atau setoran tahun berikutnya.

5. Mengajukan gugatan perdata atau tuntutan pidana kalau ada petugas pajak yang
menimbulkan kerugian atau membocorkan rahasia perusahaan / pembukuan
sehingga menimbulkan kerugian pada wajib pajak.[12]

Kewajiban Wajib Pajak

Kewajiban Mendaftarkan Diri

Sesuai dengan sistem self assessment maka Wajib Pajak mempunyai kewajiban

untuk mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau Kantor Penyuluhan
dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4)/ Kantor Pelayanan Penyuluhan dan
Konsultasi perpajakan (KP2KP) yang wilayahnya meliputi tempat tinggal atau
kedudukan Wajib Pajak untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Disamping melalui KPP atau KP4/KP2KP, pendaftaran NPWP juga dapat dilakukan
melalui e-register, yaitu suatu cara pendaftaran NPWP melalui media elektronik online (internet).

Fungsi NPWP adalah :
– sebagai sarana dalam administrasi perpajakan.
– sebagai identitas Wajib Pajak.
– menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan administrasi
perpajakan.
– dicantumkan dalam setiap dokumen perpajakan.

Dengan memiliki NPWP, Wajib Pajak memperoleh beberapa manfaat langsung
lainnya, seperti : sebagai pembayaran pajak di muka (angsuran/kredit pajak) atas
Fiskal Luar Negeri yang dibayar sewaktu Wajib Pajak bertolak ke Luar Negeri,
memenuhi salah satu persyaratan ketika melakukan pengurusan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), dan salah satu syarat pembuatan Rekening Koran di bankbank, dan memenuhi persyaratan untuk bisa mengikuti tender – tender yang
dilakukan oleh pemerintah.


A. NPWP

NPWP adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana yang
merupakan tanda pengenal atau identitas bagi setiap Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya di bidang perpajakan. Untuk memperoleh
NPWP, Wajib Pajak wajib mendaftarkan diri pada KPP, atau KP4/KP2KP dengan
mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan persyaratan administrasi yang
diperlukan, atau dapat pula mendaftarkan diri secara on-line melalui e-registration.
Syarat-syarat pendaftaran Wajib Pajak :
1. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan
bebas (misalnya karyawan), dokumen yang diperlukan hanya berupa Fotokopi KTP
yang masih berlaku atau paspor ditambah surat pernyataan tempat tinggal/domisili
dari yang bersangkutan khusus bagi orang asing.
Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang mempunyai kegiatan usaha , persyaratannya
selain fotokopi KTP juga ditambah dengan surat pernyataan tempat kegiatan usaha
atau usaha pekerjaan bebas dari Wajib Pajak. Bentuk surat pernyataan telah
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.


2. Bagi Wajib Pajak Badan, dokumen yang diperlukan antara lain :
a. Fotokopi Akte Pendirian dan perubahan atau surat keterangan penunjukan dari
kantor pusat bagi bentuk usaha tetap.
b.Fotokopi KTP yang masih berlaku atau paspor ditambah surat pernyataan tempat
tinggal/domisili dari yang bersangkutan khusus bagi orang asing, dari salah seorang
pengurus aktif fotokopi KTP Pengurus.
c. Surat Pernyataan tempat kegiatan usaha dari salah seorang pengurus aktif.
Bentuk surat pernyataan telah ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

3. Bagi Wajib Pajak Bendahara yang diperlukan antara lain :
a. Fotokopi surat penunjukan sebagai bendahara;
b. Fotokopi KTP Bendahara.

Kepada Wajib Pajak diberikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan Kartu NPWP
paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diterimanya permohonan secara lengkap.
Perlu diketahui masyarakat bahwa untuk pengurusan NPWP tersebut di atas TIDAK
DIPUNGUT BIAYA APAPUN.

B. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PPKP)


Setelah memperoleh NPWP, Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenakan PPN
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)
pada KPP, KP4 /KP2KP, atau dapat pula dilakukan secara on-line melalui eregistration. Dalam rangka pengukuhan sebagai PKP tersebut maka akan dilakuan
penelitian setempat mengenai keberadaan dan kegiatan usaha yang bersangkutan.
Dengan dikukuhkannya Pengusaha sebagai PKP maka atas penyerahan barang
kena pajak atau jasa kena pajak, wajib diterbitkan Faktur Pajak.

Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, Dan Pelaporan
Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan sistem self
assessment wajib melakukan sendiri penghitungan, pembayaran, dan pelaporan
pajak terutang.

A. Pembayaran Pajak
Mekanisme Pembayaran Pajak :
a) Membayar sendiri pajak yang terutang :
1) Pembayaran angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25)
Pembayaran PPh Pasal 25 yaitu pembayaran Pajak Penghasilan secara angsuran.
Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam melunasi pajak
yang terutang dalam satu tahun pajak. Wajib Pajak diwajibkan untuk mengangsur
pajak yang akan terutang pada akhir tahun dengan membayar sendiri angsuran

pajak setiap bulan.

2) Pembayaran PPh Pasal 29 setelah akhir tahun;
Pembayaran PPh Pasal 29 yaitu pelunasan Pajak Penghasilan yang dilakukan sendiri
oleh Wajib Pajak pada akhir tahun pajak apabila pajak terutang untuk suatu tahun
pajak lebih besar dari jumlah total pajak yang dibayar sendiri dan pajak yang
dipotong atau dipungut pihak lain sebagai kredit pajak

b) Melalui pemotongan dan pemungutan oleh pihak lain (PPh Pasal 4 (2), PPh Pasal
15, PPh Pasal 21, 22, dan 23, serta PPh Pasal 26).
Pihak lain disini berupa :
1) Pemberi penghasilan;

2) Pemberi kerja; atau
3) Pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

Penjelasan lebih lanjut mengenai pemotongan dan pemungutan pajak diuraikan
lebih lanjut pada bagian Pemotongan/ Pemungutan (butir C).

c) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah.

d) Pembayaran Pajak-pajak lainnya.
1) Pembayaran PBB yaitu pelunasan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT). Untuk daerah Jakarta, pembayaran PBB sudah dapat dilakukan
dengan menggunakan ATM di Bank-bank tertentu.
2) Pembayaran BPHTB yaitu pelunasan pajak atas perolehan hak atas tanah dan
bangunan.

3) Pembayaran Bea Meterai yaitu pelunasan pajak atas dokumen yang dapat
dilakukan
dengan cara menggunakan benda meterai berupa meterai tempel atau kertas
bermeterai atau dengan cara lain seperti menggunakan mesin teraan.

Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban membayar pajaknya, Direktorat
Jenderal Pajak akan melakukan penagihan Pajak.

Penagihan Pajak dilakukan apabila wajib Pajak tidak membayar Pajak terutang
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam STP, SKPKB, SKPKBT,
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding. Maka
Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan tindakan penagihan. Proses penagihan
dimulai dengan surat teguran dan dilanjutkan dengan surat paksa. Dalam hal wajib

Pajak tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan
pelelangan atas harta wajib Pajak yang disita tersebut untuk melunasi Pajak yang
tidak/belum dibayar.

Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut:
1. Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari jatuh
tempo pembayaran Wajib Pajak tidak membayar utang pajaknya.
2. Surat Paksa diterbitkan dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah surat
teguran apabila Wajib Pajak tetap belum melunasi utang pajaknya.
3. Sita dilakukan dala jangka waktu 2 x 24 jam sejak Surat Paksa disampaikan
4. Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman
lelang. sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas)
hari setelah penyitaan.

DJP dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib Pajak
/penanggung Pajak yang tidak kooperatif dalam membayar hutang pajaknya.

Kewajiban Fiskus
Disamping mempunyai wewenang, fskus juga mempunyai kewajiban. Kewajiban
utama dari aparatur pajak atau fskus adalah memberikan bimbingan penerangan

atau penyuluhan kepada Wajib Pajak sehingga Wajib Pajak mempunyai
pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan perpajakan yang berlaku.
Kewajiban Fiskus adalah sebagai berikut:
a.
Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak sementara dalam jangka waktu tiga hari
setelah formulir pendaftaran diterima.
b.
Menerbitkan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak dalam jangka waktu tiga bulan
setelah formulir pendaftaran diterima.
c.
Menerbitkan Surat Keputusan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (sebagai
subjek pajak pertambahan nilai), dalam jangka waktu tujuh hari sejak tanggal
penerimaan formulir pendaftaran.
d.
Menerbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pajak dalam waktu satu bulan setelah
tanggal diajukannya Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak.
e.
Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak dalam waktu satu
bulan setelah tanggal diajukannya Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak.
f.

Menerbitkan Surat Keputusan Angsuran/Penundaan Pembayaran Pajak dalam
waktu tiga bulan untuk angsuran/penundaan Surat Ketetapan Pajak, Surat
Ketetapan Pajak Tambahan, serta Surat Pemberitahuan Pajak dan dalam waktu
sepuluh hari untuk pengurangan angsuran Pajak Penghasilan.
g.
Memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak dalam
waktu tiga bulan sejak diterimanya surat permohonan keberatan.

h.
Memberikan keputusan atas pengurangan/penghapusan bunga, denda, serta
kenaikan dan atas pengurangan/ pembatalan ketetapan pajak dalam waktu tiga
bulan sejak tanggal penerimaan permohonan.

i.
Merahasiakan data/informasi mengenai diri perusahaan Wajib Pajak yang
telah disampaikan.

Kewajiban Fiskus
Kewajiban fskus yang diatur dalam UU Perpajakan adalah :
1.

Kewajiban untuk membina WP.

Kewajiban fskus untuk membina WP merupakan satu kewajiban yang sangat
penting sekalipun sistem perpajakan yang dipakai sekarang adalah sistem selfassemssement. Suksesnya penerimaan pajak antara lain juga ditentukan melalui
pembinaan yang dilakukan oleh fskus. Pembinaan dapat dilakukan melalui
berbagai upaya antara lain pemberian penyuluhan ketentuan perpajakan terbaru,
pemberian pengetahuan perpajakan, baik melalui media massa maupun
penerangan langsung kepada masyarakat.
2.

Kewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.

Berdasarkan permohonan WP atas adanya kelebihan pembayaran pajak dan fskus
telah melakukan pemeriksaan atas permohonan tersebut, maka sepanjang proses
pemeriksaan baner menghasilkan adanya kelebihan pembayaran pajak, fskus
berkewajiban menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) paling
lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima kantor pajak (Pasal 17B UU KUP).

3.

Kewajiban merahasiakan data WP.

Setiap petugas pajak, sesuai ketentuan Pasal 34 UU KUP, dilarang mengungkapkan
kerahasian WP kepada pihak lain atas segala sesuatu yang menyangkut masalah
data perpajakan. Masalah kerahasiaan data di bidang perpajakan merupakan hal
yang sangat penting, karena data yang disampaikan oleh WP kepada fskus

bertalian erat dengan masalah data perusahaan, penghasilan, kekayaan, pekerjaan,
dan data-data lainnya yang tidak boleh diketahui pihak lain.
4.

Kewajiban melaksanakan Putusan.

Putusan Pengadilan Pajak harus diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum. Putusan pengadilan pajak tersebut langsung dapat dilaksanakan dengan
tidak memerlukan lagi keputusan pejabat yang berwenang kecuali peraturan
perundang-undangan mengatur lain. Salinan putusan atau salinan penetapan
tersebut akan dkirim kepada para pihak dalam jangka waktu 30 hari sejak tanggal
putusan pengadilan pajak diucapkan atau dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal
putusan sela diucapkan. Sesuai Pasal 88 ayat (2) UU Pengadilan Pajak, Putusan
Pengadilan Pajak harus dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang dalam jangka
waktu 30 hari terhitung tanggal diterima putusan.

Kewajiban Fiskus
undefned
UNDEFINEDUNDEFINED
Peraturan perpajakan di Indonesia memandang Wajib Pajak tidak sebagai objek,
tetapi merupakan subjek yang harus dibina dan diarahkan agar mampu memenuhi
kewajiban perpajakannya sebagai pelaksana kewajiban kenegaraan, fskus yang
merupakan aparat pemungut pajak mempunyai wewenang dan kewajiban.

1. Kewajiban Umum
Kewajiban umum atau yag utama dari aparatur pajak (fskus) adalah memberikan
bimbingan, penerangan, penyuluhan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak
mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku

2. Kewajiban Khusus
Selain kewajiban umum, fskus juga memilii kewajiban khusus, yakni:

a. Menerbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak sementara dlam jangka waktu tiga hari
setelah formulir pendaftaran diterima
b. Menerbitkan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak sementara dalam jangka waktu tiga
bulan setelah formulir pendaftaran diterima
c. Menerbitkan Surat Keputusan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (sebagai subjek
pajak Pajak Pertambahan Nilai), dalam jangka waktu tujuh hari sejak tanggal
penerimaan formulir pendaftaran
d. Menerbitkan Surat Keputusan Kelebihan Pajak dalam waktu dua belas hbulan
setelah tanggal Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
e. Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak dalam waktu satu bulan
setelah tanggal Surat Keputusan Kelebihan Pembayaran Pajak
f. Menerbitkan Surat Keputusan Angsuran atau Penundaan pembayaran pajak
dalam waktu tiga bulan untuk penundaan atau angsuran SKP.SKPT.dan STP,
sedangkan untuk pengurangan angsuran Pajak Penghasilan dalam waktu sepuluh
hari
g. Memberikan keputusan atas keberatan yang diajukan oleh wajib pajak dalam
waktu tiga bulan sejak diterimanya surat permohonan keberatan
h. Memberikan keputusan atas pengangsuran atau penghapusan bunga, denda, dan
kenaikan, pengurangan atau pembatalan ketetapa pajak dalam waktu tiga bulan
sejak tanggal penerimaan permohonan
j. Merahasiakan data atau informasi mengenai diri perusahaan wajib pajak yang
telah disampaikan kepadanya