Powerpoint Pembentukan dan Perubahan UUD

Pembentukan &
Perubahan
Undang-Undang Dasar 1945

JANJI JEPANG
Kebijakan

1.
2.

Pada

umum penguasa perang Jepang:
Masa depan serta kedudukan wilayah-wilayah yang
diduduki akan ditentukan kemudian;
Suatu perkembangan gerakan kemerdekaan yang
tidak diinginkan harus ditekan.

permulaan 1943, PM Hideki Tojo melalui Marsekal
Hisaichi Terauchi memerintahkan kepada Panglima Kesatuan
Daerah VII (berkedudukan di Singapura), untuk

menyelidikan kemungkinan pemberian kemerdekaan
kepada Indonesia. Kesatuan daerah ini membawahi 4
Kesatuan Daerah, yaitu:

Kesatuan daerah XIX: Malaka;

Kesatuan daerah XXV: Sumatera;

Kesatuan daerah XXXVII: Borneo;

Kesatuan daerah XVI: Jawa.

JANJI JEPANG


Kesatuan Daerah XVI dipimpin oleh Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto. Penguasa berpendapat untuk mewujudkan hal tsb
perlu:





Pembentukan sebuah lembaga penyelidikan dan penasehat (Shimon
Kikan atau Chuoo Sangi-in)  BPUPK;
Penyerahan secara gradual bidang pemerintahan dalam negeri kepada
Bangsa Indonesia;
Pengakuan terhadap kekuasaan pada raja di daerah-daerah swapraja
Surakarta dan Yogyakarta.



Janji tinggal Janji, hanya Birma dan Philippine yang diberi
kemerdekaan berdasarkan pertemuan 4 Januari dan 31 Mei 1943.



Pertimbangan Indonesia tidak diberi kemerdekaan:





Ditolak oleh Staf Angkatan Umum Perang Jepang.
Jika sudah janji harus dilaksanakan.
Mempersulit posisi jepang jika berunding dengan US, dan sekutunya.

BPUPK


Setelah Jepang terdesak, maka diberi izin kepada
penguasa di Jawa untuk memberikan kemerdekaan
pada Indonesia pada tahun 1945. Untuk itu
dibentuklah BPUPK yang beranggotakan 62 orang
biasa
yang
diketuai
oleh
Dr.
Radjiman
Wediodiningrat.




Sidang I BPUPK (29 Mei-1 Juni 1945):
◦ Pidato Soekarno ttg dasar negara  Pancasila.
◦ Negara “Semua untuk Semua”.
◦ Dibentuk Panitia Kecil (8 org) yang diketuai Soekarno.
Panitia ini bertugas menyusun dan addressing semua ide
untuk menyusunnya. Disamping itu ada juga Panitia 9 yang
juga diketuai Seokarno dengan hasil “rancangan
pembukaan” or “Jakarta Charter (Yamin), Gentlemen
Agreement (Soekiman).

BPUPK


Sidang II BPUPK (10-16 Juli 1945):
Pelaporan hasil panitia kecil:












Permintaan Indonesia Merdeka;
Dasar negara;
Unifkasi dan federasi;
Bentuk pemerintahan dan kepala negara;
Warga negara;
Pemerintahan di Daerah;
Agama dan hubungannya dengan negara;
Pembelaan;
Keuangan.

BPUPK



Dibentuk panitia:
◦ Panitia Perancang UUD:
◦ Panitia Pembelaan Tanah Air;
◦ Panitia Perekonomian.



Pada tanggal 16 Juli 45 dalam sidang paripurna BPUPK
diterima hasil rancangan UUD secara bulat.



Kemudian, karena Jepang lebih terdesak lagi maka Menlu
Jepang mempercepat rencana pemberian kemerdekaan. Untuk
daerah Jawa dibentuk PPKI; sedangkan daerah lainnya yang
belum siap berada di bawah kekuasaan Jepang. PPKI ini yang
harusnya mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Namun
karena peristiwa Bom Atom (7-9 Agustus), hal tersebut tidak
terlaksana dan inisiatif merdeka dinyatakan oleh Indonesia

sendiri. Padahal delegasi indonesia telah sampai di Dalat
(Saigon).

BPUPK


Ketidakjelasan ini dan ditambah lagi
dengan peristiwa Bom Atom, kemudian
berinisiatif pemimpin Indonesia untuk
menyatakan kemerdekaannnya.



Karena sempitnya waktu, meskipun ada
rancangan
pernyataan
kemerdekaan,
maka rancangan tsb tidak dipakai karena
adanya “ganjalan” terhadap 7 kata dalam
Piagam Jakarta. Kemudian penculikan

dilakukan dan digunakanlah pernyataan
proklamasi.

STRUKTUR KETATANEGARAAN RI
(BERDASARKAN UUD 1945 jo. TAP MPR NO.III THN 1978)

LEMBAGA TERTINGGI NEGARA

DPA

PRESIDE
N

MPR

DPR

BPK

MA


LEMBAGA TINGGI NEGARA

E
R
I
N
P
R
T
(BERDASARKAN PASAL KONSTITUSI RIS 1949)
A
E
SI
H
D
A
N
E
N

F
E
D
E
R
A
L

STRUKTUR KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA SERIKAT

P
R
E
SI
U
D
U
D
E

N
S
&
1
W
9
A
5
P
0
R
E
S

STRUKTUR KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA
(BERDASARKAN UUD SEMENTARA 1950)

1

PROSES PERUBAHAN UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

Tuntutan Reformasi
• Amandemen UUD 1945
• Penghapusan doktrin
Dwi Fungsi ABRI
• Penegakan hukum, HAM,
dan pemberantasan KKN
• Otonomi Daerah
• Kebebasan Pers
• Mewujudkan kehidupan
demokrasi

Hasil Perubahan
Jumlah:
• 21 bab
• 73 pasal
• 170 ayat
• 3 pasal A.P.
• 2 Pasal A.T.
• Tanpa Penjelasan

Sebelum Perubahan
Jumlah:
• 16 bab
• 37 pasal
• 49 ayat
• 4 pasal A.P
• 2 ayat A.T
• Penjelasan

Dasar Pemikiran
Perubahan
• Kekuasaan tertinggi di
tangan MPR
• Kekuasaan yang sangat
besar kepada Presiden
• Pasal-pasal multitafsir
• Pengaturan lembaga
negara oleh Presiden
melalui pengajuan UU
• Praktek ketatanegaraan
tidak sesuai dengan UUD
1945

Sidang MPR

Kesepakatan Dasar

• Sidang Umum MPR, 1999
Tgl.14-21 Okt 1999
• Sidang tahunan MPR,2000
Tgl.7-18 Agt 2000
• Sidang tahunan MPR,2001
Tgl.1-9 Nov 2001
• Sidang tahunan MPR,2002

• Tidak mengubah
Pembukaan UUD 1945
• Tetap mempertahankan
NKRI
• Mempertegas sistim
presidensial
• Penjelasan UUD 1945
ditiadakan, hal-hal
normatif masuk pasalpasal
• Perubahan dilakukan
dengan cara “adendum”

Tgl.1-11 Agt 2002

Tujuan Perubahan
Menyempurnakan aturan
dasar:
• Tatanan negara
• Kedaulatan Rakyat
• HAM
• Pembagian kekuasaan
• Kesejahteraan Sosial
• Eksistensi negara
demokrasi dan negara
hukum
• Sesuai dengan aspirasi
dan kebutuhan bangsa

Dasar Yuridis
• Pasal 3 UUD 1945
• Pasal 37 UUD 1945
• TAP MPR
No.IX/MPR/1999
• TAP MPR 9
No.IX/MPR/2000
• TAP MPR XI/2001

STRUKTUR KETATANEGARAAN RI
(BERDASARKAN UUD NEGARA RI TAHUN 1945)

UUD 1945

PEMDA
PEMDA
18-18B
18-18B

KPU
KPU

22E
22E (5)
(5)

BPK
BPK

Bank
Bank
Sentral
Sentral

23E23E23G
23G

23D
23D

MPR
MPR
2-3
2-3

DPD
DPD

22C-22D
22C-22D

Lembaga
Lembaga
Kepresidenan
Kepresidenan
4-6
4-6

DPR
DPR

Mahkamah
Mahkamah
Konstitusi
Konstitusi

24C
24C

Mahkamah
Mahkamah
Agung
Agung
24, 24
24 A
A
24,

Komisi
Komisi
Yudisial
Yudisial

24
24 B
B

19-22B
19-22B

UU/Keppres

KPK
KPK

KPPU
KPPU

KHN
KHN

KPI
KPI

KKI
KKI

Komnas
Komnas
HAM
HAM

KON
KON

KPAI
KPAI

Kementerian
Kementerian
Negara
Negara
17
17

LPND
LPND
PERPRES
PERPRES

State Auxiliary Institutions

andi.sandi@ugm.ac.id

POLRI
POLRI
30
30

TNI
TNI
10,
10, 30
30

Alat Negara

2

BENTUK DAN KEDAULATAN
(Pasal 1)

Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD

INDO
NESIA

Berbentuk Republik

Negara Kesatuan

Negara Hukum

4

Lembaga-lembaga yang memegang kekuasaan menurut UUD

DPR

Pasal 20 (1)
memegang
kekuasaan
membentuk UU

Presiden

Pasal 4 (1)
memegang
kekuasaan
pemerintahan

MK

MA

Pasal 24 (1)
memegang kekuasaan
kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan
keadilan

5

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

ANGGOTA
DPR

MPR

Pasal 2 (1)

ANGGOTA
DPD

dipilih melalui pemilu

dipilih melalui pemilu

Wewenang
1.

Mengubah dan menetapkan Undang-Undang 4. Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang
Dasar [Pasal 3 ayat (1) dan Pasal 37 ];
diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden [Pasal 8 ayat (2)];
2. Melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden [Pasal
5. Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
3 ayat (2) ];
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
3.
Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai
Presiden dalam masa jabatannya menurut
politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil
Undang-Undang Dasar [Pasal 3 ayat (3)];
Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan
kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai
berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil
Presiden mangkat, berhenti, diberhen-tikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan [Pasal 8 ayat (3)];

6

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Presiden/Wakil Presiden

Calon Presiden dan calon Wakil
Presiden harus seorang warga
negara Indonesia sejak
kelahirannya dan tidak pernah
menerima kewarganegaraan
lain karena kehendaknya
sendiri, tidak pernah
mengkhianati negara, serta
mampu secara rohani dan
jasmani untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban sebagai
Presiden dan Wakil Presiden.
[Pasal 6 (1)]

1.
2.
3.

Presiden/
Wakil Presiden

Presiden dan Wakil Presiden
dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)]

memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar [Pasal 4 (1)];
memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU (Pasal 10);
menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
[Pasal 11 (1)];
4. membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat [Pasal 11 (2)];
5. menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 12);
6. mengangkat duta dan konsul [Pasal 13 (1)]. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat [Pasal 13 (2)];
7. menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat [Pasal 13 (3)];
8. memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung [Pasal 14 (1)];
9. memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat [Pasal 14 (2)];
10. memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-undang (Pasal 15);
11. membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16);
12. mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri [Pasal 17 (2)].

7

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat

MPR

KPU
4
memperoleh jumlah
suara >50% dalam
pemilu dengan
sedikitnya 20% di
setiap Prov. yang
tersebar di lebih
dari 1/2 jml Prov.
[Pasal 6A (3)]

1

Presiden dan Wakil
Presiden dipilih
dalam satu
pasangan secara
langsung oleh
rakyat
[Pasal 6A ayat (1)]

Calon
Presiden
dan
Wapres

3

Pemilu

2

diusulkan
sebelum pemilu
[Pasal 6A (2)]

Parpol/ Gab. Parpol
Peserta Pemilu

RAKYAT

4a

dalam hal tidak ada
pasangan calon terpilih, dua
pasangan calon yang
mendapat suara terbanyak
1 dan 2 dlm pemilu dipilih
oleh rakyat secara langsung
dan yg memperoleh suara
terbanyak dilantik
[Pasal 6A (4)]

5

melantik
[Pasal 3 (2)]

sebelum
memangku
jabatan,
bersumpah di
hadapan
[Pasal 9 (1)]

Presiden/
Wapres

8

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden
3

4

Pasal 7B (2)

2

Pasal 7B (1)

1

Pasal 7B (3)

Pasal 7A
Usul
diterima

MK
5

MPR

DPR
Pasal 7B (4)

6

Pasal 7B (5)

7

Pasal 7B (6)

8

Pasal 7B (7)

Presiden
dan/atau Wakil
Presiden
diberhentikan

Usul tidak
diterima

Presiden
dan/atau Wakil
Presiden terus
menjabat

1. usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden (Pasal 7A);
2. usul tsb dpt diajukan dgn terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada MK untuk memeriksa, mengadili dan memutus
pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum dan/atau tidak lagi memenuhi
syarat [Pasal 7B (1)];
3. pendapat DPR tersebut dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan [Pasal 7B (2)];
4. pengajuan hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang
paripurna yang dihadiri 2/3 dari jumlah anggota DPR [Pasal 7B (3)];
5. wajib memeriksa, mengadili, dan memutus paling lama 90 hari setelah permintaan diterima [Pasal 7B (4)];
6. bila terbukti melakukan pelanggaran hukum dan/atau terbukti tidak lagi memenuhi syarat, DPR menyelenggarakan sidang
paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian kepada MPR [Pasal 7B (5)];
7. wajib menyelenggarakan sidang untuk memutus usul DPR paling lambat 30 hari sejak usul diterima [Pasal 7B (6)];
8. keputusan diambil dalam rapat paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah yang hadir, setelah Presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan
penjelasan [Pasal 7B (7)];

9

KEKUASAAN PEMERINTAHAN NEGARA
Mengangkat duta dan konsul, penempatan duta negara lain, pemberian grasi dan
rehabilitasi, pemberian amnesti dan abolisi, serta memberi gelar dan tanda jasa

6

pertimbangan

5

grasi dan rehabilitasi
[Pasal 14 (1)]

MA

DPR

Presiden
7

1

amnesti dan abolisi
[Pasal 14 (2)]

3

2

Pertimbangan
Duta
[Pasal 13 (2)]

Mengangkat
Duta dan
Konsul
[Pasal 13 (1)]

menerima
penempatan
duta negara
lain
[Pasal 13 (3)]

4

8

9

Presiden memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda
kehormatan yang diatur dengan undang-undang (Pasal 15)

pertimbangan

pertimbangan

1
0

KEKUASAAN PEMERINTAHAN DAN KEMENTERIAN NEGARA
Presiden, Wakil Presiden, Dewan Pertimbangan dan Kementerian Negara

1

memegang kekuasaan
pemerintahan menurut UUD
[Pasal 4 (1)]

2

Presiden

4

dibantu
menteri negara [Pasal 17 (1)]
yang diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden
[Pasal 17 (2)]
membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan
[Pasal 17 (3)]

3

membentuk
dewan pertimbangan *)
(Pasal 16)

*) DPA dihapus

dalam melakukan
kewajiban dibantu oleh
satu orang Wapres
[Pasal 4 (2)]

1
1

PEMERINTAHAN DAERAH

NKRI dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undangundang [Pasal 18 (1)]

Gubernur,
Bupati, Walikota
dipilih secara
demokratis
[Pasal 18 (4)]

PEMERINTAHAN DAERAH
KEPALA PEMERINTAH
DAERAH

DPRD

mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan
[Pasal 18 (2)]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh UU ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5)]
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (6)]

Anggota DPRD
dipilih melalui
pemilu
[Pasal 18 (3)]

1
2

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Anggota DPR dipilih
melalui pemilihan
umum
[Pasal 19(1)]

Anggota DPR dapat
diberhentikan dari
jabatannya, yang
syarat-syarat dan
tata caranya diatur
dalam undangundang
(Pasal 22B)

DPR

Fungsi, Wewenang, dan Hak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal

20 (1)
20A (1)
20A (2)
7B (1)
11 (1)
13 (2)
13 (3)

8. Pasal
9. Pasal
10. Pasal
11. Pasal
12. Pasal
13. Pasal
14. Pasal

14 (2)
22 (2)
23 (2) dan (3)
23F (1)
24A (3)
24B (3)
24C (3)

1
3

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
Pembentukan UU
4a

TIDAK

1a

memegang kekuasaan
membentuk UU
[Pasal 20 (1)]

2

DPD

ikut
membahas
memberi
pertimbangan

RUU
tertentu

4b

4

mengesahkan
[Pasal 20 (4)]

4c

persetujuan
bersama

anggota berhak
mengajukan usul RUU
(Pasal 21)

DPR

tidak boleh
diajukan lagi
dalam persidangan masa itu
[Pasal 20 (3)]

YA

3

Presiden

RUU
dibahas bersama
[Pasal 20 (2)]
1b

berhak mengajukan
RUU
[Pasal 5 (1)]

dalam hal RUU
tidak disahkan,
dalam waktu 30
hari, RUU tersebut
sah menjadi UU
dan wajib
diundangkan
[Pasal 20 (5)]

UU

PERWAKILAN RAKYAT
1 DEWAN
Peraturan Pemerintah pengganti UU
4
1

3b

dalam hal ihwal kegentingan yang
memaksa, berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai
pengganti undang-undang
[Pasal 22 (1)]

Presiden

2

harus dicabut
[Pasal 22 (3)]
TIDAK

3

DPR

peraturan pemerintah
pengganti UU itu harus
mendapat persetujuan
[Pasal 22 (2)]

persetujuan

3a

YA

menjadi
UU

1 DEWAN PERWAKILAN DAERAH
5
Anggota DPD dipilih dari
setiap provinsi melalui

Anggota DPD dapat

Pemilu.
Anggota DPD dari setiap
provinsi jumlahnya sama
dan jumlah seluruh

DPD

anggota DPD itu tidak lebih

diberhentikan dari
jabatannya, yang syaratsyarat dan tata caranya
diatur dalam undangundang

1/3 jumlah anggota DPR.

[Pasal 22D (4)]

[Pasal 22C (1) dan (2)]

Wewenang
1. dapat mengajukan RUU tertentu [Pasal 22D (1)];
2. ikut membahas RUU tertentu [Pasal 22D (2)];
3. memberikan pertimbangan atas RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, agama dan
RAPBN [Pasal 22D (2)];
4. memberikan pertimbangan kepada DPR dalam pemilihan anggota BPK [Pasal 23F (1)];
5. melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU tertentu, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan,
dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR [Pasal 22D (3)];

1
6

DEWAN PERWAKILAN DAERAH
Pembentukan UU tertentu

UU
tertentu

4a

tidak boleh diajukan lagi
dalam persidangan masa itu
[Pasal 20 (3)]

TIDAK
4b

4

persetujuan
bersama
1

4c

dapat
mengajukan

[Pasal 22 D (1)]

DPD

RUU
tertentu

2

YA

membahas RUU
tertentu
[Pasal 22 D (2)]

3

DPR

membahas
bersama

Presiden

mengesahkan
[Pasal 20 (4)]

dalam hal RUU tidak
sahkan, dalam
waktu 30 hari, RUU
tersebut sah
menjadi UU dan
wajib diundangkan
[Pasal 20 (5)]

1
7

PEMILIHAN UMUM

PEMILU
2

‘luber jurdil’ setiap 5 tahun
[Pasal 22E (1)]
untuk memilih
[Pasal 22E (2)]a

1

diselenggarakan
oleh
komisi pemilihan
umum
yang bersifat
nasional tetap dan
mandiri
[Pasal 22E (5)]

Presiden/
Wapres

3

dipilih dalam satu pasangan
secara langsung oleh rakyat
[Pasal 6A (1)]
diusulkan oleh parpol atau
gabungan parpol peserta
pemilu [Pasal 6A (2)]

Anggota
DPR

4

Anggota
DPRD

Peserta dari
Partai Politik
[Pasal 22E (3)]

Anggota
DPD

5

Peserta dari
Perseorangan
[Pasal 22E (4)]

18

HAL KEUANGAN
Penyusunan APBN

1

mengajukan
[Pasal 23 (2)]

RAPBN

Presiden

2

DPR

DPD

memberi
pertimbangan
[Pasal 23 (2)]
TIDAK

3

membahas
bersama
[Pasal 20 (2)]

RAPBN

4b

4a
4

persetujuan

YA

Pemerintah
menjalankan

APBN

Pemerintah
menjalankan

APBN
Tahun lalu
[Pasal 23 (3)]

19

HAL KEUANGAN
bank sentral

bank sentral
Pasal 23D

susunan

kedudukan

kewenangan

tanggungjawab

diatur dengan undang-undang

independensi

20

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Keanggotaan Tugas dan Wewenang

Anggota dipilih oleh
DPR dengan
memperhatikan
pertimbangan DPD dan
diresmikan oleh
Presiden
[Pasal 23F (1)]

BPK
Untuk memeriksa pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara diadakan
satu Badan Pemeriksa Keuangan
[Pasal 23E (1)]
BPK berkedudukan di ibu kota negara, dan
memiliki perwakilan di setiap provinsi
[Pasal 23G (1)]

menyerahkan hasil
pemeriksaan keuangan
negara kepada DPR,
DPD, dan DPRD sesuai
dengan
kewenangannya
[Pasal 23E (2)]

21

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pemeriksaan Keuangan Negara

BPK
2
1

memeriksa pengelolaan
dan tanggungjawab
keuangan negara
[Pasal 23E (1)]

DPD
3

hasil
pemeriksaan
diserahkan
[Pasal 23E (2)]

DPR

DPRD

hasil pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh
lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai
dengan undang-undang
[Pasal 23E (3)]

22

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pemilihan Anggota BPK [Pasal 23 F (1)]

DPD
2

memberikan
pertimbangan

DPR

Presiden

1

memilih calon

Anggota BPK
terpilih

3

diresmikan

23

KEKUASAAN KEHAKIMAN
Mahkamah Agung

Hakim agung harus
memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak
tercela, adil,
profesional, dan
berpengalaman di
bidang hukum
[Pasal 24A (2)]

MA
Pasal 24A
Umum
Agama
Militer
TUN

Calon hakim agung
diusulkan oleh Komisi
Yudisial kepada DPR
untuk mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim
agung oleh Presiden
[Pasal 24A (3)]

Wewenang
1. berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan mempunyai
wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang [Pasal 24A (1)];
2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3)];
3. memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi
[Pasal 14 (1)];

24

KEKUASAAN KEHAKIMAN
Mahkamah Konstitusi

Hakim konstitusi harus
memiliki integritas dan
kepribadian yang tidak
tercela, adil, negarawan
yang menguasai konstitusi
dan ketatanegaraan, serta
tidak merangkap sebagai
pejabat negara
[Pasal 24C (5)]

MK
Pasal 24C

mempunyai sembilan orang
anggota hakim konstitusi
yang ditetapkan oleh
Presiden, yang diajukan
masing-masing tiga orang
oleh MA, tiga orang oleh
DPR dan tiga orang oleh
Presiden
[Pasal 24C (3)]

Wewenang
1. berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum [Pasal 24C (1)];
2. wajib memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai
dugaan pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UndangUndang Dasar [Pasal 24C (2)];

25

KEKUASAAN KEHAKIMAN
Komisi Yudisial

Anggota Komisi Yudisial
harus mempunyai
pengetahuan dan
pengalaman di bidang
hukum serta memiliki
integritas dan
kepribadian yang tidak
tercela
[Pasal 24B (2)]

KY

Pasal 24B

Anggota Komisi Yudisial
diangkat dan
diberhentikan oleh
Presiden dengan
persetujuan DPR
[Pasal 24B (3)]

Wewenang
1. mengusulkan pengangkatan hakim agung [Pasal 24B (1)];
2. mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim [Pasal 24B (1)];

26

WILAYAH NEGARA

WILAYAH NEGARA

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya
ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 25A)

27

WARGA NEGARA
Warga Negara dan Penduduk

ialah orang-orang
bangsa Indonesia
asli dan orangorang bangsa lain
yang disahkan
dengan undangundang sebagai
warga negara [Pasal
26 (1)]

WARGA
NEGARA DAN
PENDUDUK

warga negara
Indonesia dan orang
asing yang
bertempat tinggal di
Indonesia
[Pasal 26 (2)]

Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya [Pasal 27 (1)]
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan [Pasal 27 (2)]
Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara [Pasal 27 (3)]
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang (Pasal 28)

28

HAK ASASI MANUSIA

berkewajiban menghargai
hak orang dan pihak lain
serta tunduk kepada
pembatasan UU
(Pasal 28J)
tidak dituntut atas dasar hukum
yang berlaku surut dan bebas dari
perlakuan diskriminatif
(Pasal 28I)
hidup sejahtera lahir dan batin,
memperoleh pelayanan
kesehatan, mendapat perlakuan
khusus (Pasal 28H)
perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta
benda serta bebas dari
penyiksaan
(Pasal 28G)

mempertahankan
hidup dan
kehidupan
(Pasal 28A)

HAK
ASASI
MANUSIA

berkomunikasi dan
memperoleh informasi
(Pasal 28F)

membentuk keluarga, keturunan
dan perlindungan anak dari
kekerasan dan diskriminasi
(Pasal 28B)
mengembangkan dan memajukan
diri, serta mendapat pendidikan
dan manfaat dari IPTEK
(Pasal 28C)
pengakuan yang sama di hadapan
hukum, hak untuk bekerja dan
kesempatan yg sama dalam
pemerintahan
(Pasal 28D)
kebebasan beragama, meyakini
kepercayaan, memilih
kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal, kebebasan
berserikat, berkumpul dan
berpendapat (Pasal 28E)

29

AGAMA

AGAMA
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa [Pasal 29 (1)]
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu [Pasal 29 (2)]

30

PERTAHANAN DAN KEAMANAN NEGARA

Tiap-tiap warga
negara berhak dan
wajib ikut serta
dalam usaha
pertahanan dan
keamanan negara
[Pasal 30 (1)]

Pertahanan dan
Keamanan Negara
Tugas dan Wewenang
TNI (AD, AL, AU)

POLRI

sebagai alat negara
sebagai alat negara
yang menjaga
bertugas
keamanan dan
mempertahankan,
ketertiban masyarakat
melindungi, dan
bertugas melindungi,
memelihara keutuhan
mengayomi, melayani
dan kedaulatan
masyarakat, serta
negara
menegakkan hukum
[Pasal 30 (3)]
[Pasal 30 (4)]

Usaha hankamneg
dilaksanakan melalui
sishankamrata oleh
TNI dan POLRI sbg
kekuatan utama, dan
rakyat sbg kekuatan
pendukung
[Pasal 30 (2)]

31

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur
dengan undang-undang [Pasal 31 (3)]

Setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar
dan pemerintah wajib
membiayainya [Pasal 31 (2)]
PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan
[Pasal 31 (1)]

negara memajukan kebudayaan
Nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin
kebebasan masyarakat dalam
memelihara dan mengembangkan
nilai-nilai budayanya [Pasal 32 (1)]

negara memprioritaskan anggaran
pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari
APBN dan APBD untuk memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional [Pasal 31 (4)]
Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan
persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat
manusia [Pasal 31 (5)]

negara menghormati dan memelihara
bahasa daerah sebagai kekayaan
budaya Nasional [Pasal 32 (2)]

32

PEREKONOMIAN NASIONAL

disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan
[Pasal 33 (1)]

Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara
[Pasal 33 (2)]

PEREKONOMIAN
NASIONAL

diselenggarakan berdasar atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional [Pasal 33 (4)]

Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran
rakyat [Pasal 33 (3)]

33

KESEJAHTERAAN SOSIAL

Fakir miskin dan
anak-anak yang
terlantar dipelihara
oleh negara
[Pasal 34 (1)]

Negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan
[Pasal 34 (2)]

KESEJAHTERAAN
SOSIAL

Negara bertanggung
jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang
layak
[Pasal 34 (3)]

no more!!!

34

BENDERA, BAHASA, DAN LAMBANG NEGARA, SERTA LAGU KEBANGSAAN

ATRIBUT KENEGARAAN

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih (Pasal 35)
Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36)
Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika (Pasal 36A)
Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (Pasal 36B)

35

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR

MPR

berwenang mengubah
dan menetapkan
[Pasal 3 (1)]

Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat
diagendakan dalam sidang MPR apabila
diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari
jumlah anggota MPR [Pasal 37 (1)]
Setiap usul perubahan pasal-pasal UUD diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas
bagian yang diusulkan untuk diubah beserta
alasannya [Pasal 37 (2)]
Untuk mengubah pasal-pasal UUD, sidang MPR
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah anggota MPR [Pasal 37 (3)]
Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD
dilakukan dengan persetujuan sekurangkurangnya 50% + 1 anggota dari seluruh
anggota MPR [Pasal 37 (4)]
Khusus mengenai bentuk NKRI tidak dapat
dilakukan perubahan [Pasal 37 (5)]

Pasal-pasal
Perubahan

UUD

36

ATURAN PERALIHAN

ATURAN PERALIHAN
Pasal I
Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih
tetap berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
Undang-Undang Dasar ini.
Pasal II
Semua lembaga negara yang ada masih tetap berfungsi
sepanjang untuk melaksanakan ketentuan Undang-Undang
Dasar dan belum diadakan yang baru menurut UndangUndang Dasar ini.
Pasal III
Mahkamah Konstitusi dibentuk selambat-lambatnya pada 17
Agustus 2003 dan sebelum dibentuk segala kewenangannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung.

37

ATURAN TAMBAHAN

ATURAN TAMBAHAN
Pasal I
Majelis Permusyawaratan Rakyat ditugasi untuk melakukan
peninjauan terhadap materi dan status hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk diambil putusan pada Sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat tahun 2003

Pasal II
Dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal

KABINET, LPND, &
STATE AUXILIARY
INSTITUTIONS

KABINET
• UUD 1945  PRESIDENSIIL
• MAKLUMAT WAPRES 
PARLEMENTER
• KONSTITUSI RIS  PARLEMENTER
• UUDS 1950  PARLEMENTER
• UUD 1945 (DEKRIT PRESIDEN) 
PRESIDENSIIL
• UUD NEGARA RI TAHUN 1945 
PRESIDENSIIL INDONESIA.

KABINET
• Pasal 17 UUD 1945:
1) Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara.
2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.
3) Menteri-menteri itu memimpin Departemen
Pemerintahan.

• Pasal 17 UUD Negara RI Tahun 1945:
1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan
oleh Presiden.(*)
3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan. (*)
4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran
kementerian negara diatur dalam undangundang. (***)

KABINET


Pouvoir executif : tugas sehari-hari presiden sebagai kepala
pemerintahan.



Pada
saat
Presiden
Susilo
Bambang
Yudhoyono
mengumumkan susunan kabinetnya pada tanggal 20
Oktober 2004 melalui Keppres No.187/M/2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, dilakukan
pembentukan kembali terhadap Departemen Sosial. Namun
belum dilakukan berdasarkan persetujuan DPR. Kebijakan
ini diambil berdasarkan kebijakan yang dilakukan
pendahulunya, yaitu Presiden Megawati melalui Keppres
No.102 Tahun 2001 yang ditetapkan pada tanggal 13
September 2001. Ini disebabkan karena pada saat itu
belum ada undang-undang yang mengatur tentang
pembentukan,
penggabungan,
dan
pembubaran
kementerian negara sebagai undang-undang organik yang
diperintahkan oleh Pasal 17 ayat (4) UUD Negara RI Tahun
1945 meskipun Pasal 17 ayat (4) UUD 1945 telah dihasilkan
dan berlaku sejak 18 Agustus 2001.



Apakah kemudian kondisi ini menunjukan bahwa presiden

PRODUK HUKUM PEMBENTUKAN
KABINET
• Keppres pada masa pemerintahan Presiden Soeharto:





Keppres
Keppres
Keppres
Keppres

No.15 Tahun 1974
No. 45 Tahun 1974
No. 27 Tahun 1992
No. 61 Tahun 1998

• Keppres pada masa pemerintahan Presiden Habibie:
• Keppres No. 115 Tahun 1999 (27 september 1999)

• Keppres pada masa pemerintahan Presiden Abdurrachman Wahid:





Keppres
Keppres
Keppres
Keppres

No.136 Tahun 1999 (10 November 1999)
No. 165 Tahun 2000
No. 177 Tahun 2000
No. 38 Tahun 2001 tentang Perubahan Keppres No.177 Tahun 2000.

• Keppres pada masa pemerintahan Presiden Megawati:
• Keppres No.102 Tahun 2001

• Perpres pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono:
• Perpres No.9 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah sebanyak 3 (tiga) dengan:
– Perpres No. 62 Tahun 2005,
– Perpres No. 90 Tahun 2006, dan
– Perpres No. 94 Tahun 2006.

KABINET INDONESIA BERSATU
PADA MASA SBY
• Kementrian Negara:

• Kementerian Negara Koordinator;
• Kementerian yang berbentuk Departemen;
• Kementerian Negara.

• Kementerian Negara Koordinator mempunyai tugas
membantu Presiden dalam mengkoordinasikan
perencanaan dan penyusunan kebijakan, serta
mensinkronkan pelaksanaan kebijakan di bidangnya.
• Kementerian yang berbentuk Departemen mempunyai
tugas untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.
• Kementerian Negara mempunyai tugas untuk
membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan
dan koordinasi di bidang tertentu dalam kegiatan
pemeritahan negara.

KEMENTERIAN
KOORDINATOR
Kementerian Negara Koodinator terdiri
atas:
1. Kementerian Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan,
2. Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, dan
3. Kementerian Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat.

KEMENTERIAN BERBENTUK
DEPARTEMEN
Kementerian ini terdiri atas 20 kementerian yang berbentuk departemen, yaitu:

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.

Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen
Departemen

Dalam Negeri;
Luar Negeri;
Pertahanan;
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
Keuangan;
Energi dan Sumber Daya Mineral;
Perindustrian;
Perdagangan;
Pertanian;
Kehutanan;
Perhubungan;
Kelautan dan Perikanan;
Tenaga Kerja dan Transmigrasi;
Pekerjaan Umum;
Kesehatan;
Pendidikan nasional;
Sosial;
Agama;
Kebudayaan dan Pariwisata;
Komunikasi dan Informatika.

KEMENTERIAN NEGARA
Kementerian Negara ini terdiri atas 10
(sepuluh) Kementerian Negara, yaitu:
• Kementerian Negara
• Kementerian Negara
dan Menengah;
• Kementerian Negara
• Kementerian Negara
• Kementerian Negara
Negara;
• Kementerian Negara
Tertinggal;
• Kementerian Negara
Pembangunan;
• Kementerian Negara
• Kementerian Negara

Riset dan Teknologi;
Koperasi dan Usaha Kecil
Lingkungan Hidup;
Pemberdayaan Perempuan;
Pendayagunaan Aparatur
Pembangunan Daerah
Perencanaan
Badan Usaha Milik Negara;
Perumahan Rakyat;

LEMBAGA PEMERINTAH
NONDEPARTEMEN
• Di samping wakil presiden dan kementerian
negara, presiden juga dapat dibantu oleh
lembaga pemerintah yang lain, seperti
Lembaga
Pemerintah
Non-Departemen
(selanjutnya LPND), dalam melaksanakan
kewenangannya.
• LPND didirikan dengan tujuan untuk
melaksanakan
tugas
khusus
yang
didelegasikan kepadanya oleh presiden
yang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (1)
Keputusan Presiden No.103 Tahun 2001
tentang
Kedudukan,
Tugas,
Fungsi,
Kewenangan, Struktur Organisasi, dan Tata
Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen

LEMBAGA PEMERINTAH
NONDEPARTEMEN
Saat ini terdapat 22 LPND, yaitu:
1.
Lembaga Administrasi Negara (LAN);
2.
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI);
3.
Badan Kepegawaian Negara (BKN);
4.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PERPUSNAS);
5.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS);
6.
Badan Pusat Statistik (BPS);
7.
Badan Standardisasi Nasional (BSN);
8.
Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nasional (BAPETEN);
9.
Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);
10. Badan Intelijen Negara (BIN);
11. Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG);
12. Badan Koordinasi Kelurga Berencana Nasional (BKKBN);
13. Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN);
14. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL);
15. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP);
16. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);
17. Badan Pengajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);
18. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN);
20. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM);
21. Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS);
22. Badan Meteorologi dan Geofsika (BMG).

LEMBAGA PEMERINTAH
NONDEPARTEMEN

• Sebagai sebuah LPND tidak dapat dikategorikan
sebagai bagian dari sebuah departemen atau pun
sebagai bawahan dari departemen tertentu;
• LPND
diberikan
tugas
khusus
oleh
kepala
pemerintahan: presiden. Presiden, sebagai pendiri
LPND, mempertimbangkan bahwa tugas yang
diemban LPND tidak dapat dikategorikan dan
diberikan kepada sebuah departemen tertentu: untuk
melaksanakan tugas khusus itu diperlukan sebuah
institusi khusus. Sebagai contoh, untuk menjamin
keamanan, mutu, dan kandungan gizi dari makanan
diperlukan beberapa departemen untuk mengaturnya,
seperti Departemen Pertanian, Departemen Perikanan,
Departemen Kehutanan, Departemen Perindustrian,
dan Departemen Kesehatan.
• Di samping itu, akan sangat banyak kementerian yang
akan terlibat dalam pengaturan permasalahan ini,
peraturan-peraturan, yang mengatur permasalahan
itu, pun akan menjadi rumit dan sangat banyak. Hal ini

LEMBAGA PEMERINTAH
NONDEPARTEMEN

• Berdasarkan kenyataan ini, secara
teoritis LPND dapat dikategorikan
sebagai sebuah agensi eksekutif
karena dikepalai oleh pimpinan
tunggal yang dapat diberhentikan
hanya
berdasarkan
keinginan
presiden
semata,
tanpa
membutuhkan
persetujuan
dari
lembaga negara lainnya.

STATE AUXILIARY
INSTITUTIONS
• Pasca dilakukannya amandemen, banyak sekali
lembaga
“independen”
yang
dilahirkan.
Lembaga-lembaga ini mengambil peran berbagai
lembaga
pemerintahan
yang
sudah
ada
sebelumnya. Hal ini, salah satunya, didorong oleh
ketidakpercayaan publik terhadap lembaga
pemerintahan formal yang telah ada karena tidak
dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
maksimal. Selain itu, lembaga ini pun diberi
trademark sebagai lembaga independen. Namun
dalam kenyataan sehari-hari, lembaga ini hanya
independen dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya saja dan tidak independen secara
absolute.
• State Auxiliary Institution: lembaga negara yang
dibentuk diluar konstitusi dan merupakan

STATE AUXILIARY
INSTITUTIONS
Lembaga-lembaga ini, antara lain:
1.Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM)
2.Komisi Tindak Pidana Korupsi (KPK)
3.Komisi Ombudsman Nasional (KON)
4.Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU)
5.Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
6.Komisi Hukum Nasional (KHN)
7.Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI).

matur tengkyu