BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Wisata Sejarah: Restoran Tip Top Medan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Bangunan merupakan materi fisik yang memiliki cerita dibaliknya, baik itu sejarah pendirian, bahan baku hingga pada lintasan sejarah keberadaan bangunan bersejarah tersebut. Pada bangunan tertentu memiliki nama, ciri dan khas tersendiri yang dijadikan tempat tinggal oleh suatu kelompok masyarakat atau komunitas secara terus-menerus dalam waktu yang lama, sehingga dapat dikatakan memiliki lintasan durasi sejarah tertentu, baik itu berupa peristiwa, nama seseorang ataupun cerita-cerita lainnya.

  Kejadian masa lalu secara sederhana dapat dikatakan sebagai bentuk objek studi sejarah, berkaitan dengan kejadian masa lalu dan objek studi sejarah meliputi segala sesuatu yang terjadi pada rentang waktu tertentu. Sejarah, dapat berarti sebagai ingatan atas kejadian masa lampau yang benar-benar terjadi atau riwayat asal usul keturunan (terutama untuk raja-raja, tokoh-tokoh tertentu yang berpengaruh). Umumnya sejarah dikenal sebagai informasi mengenai kejadian yang sudah lampau. Sejarah juga sebagai riwayat tentang masa lampau yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan apa yang terjadi tanpa dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami bersama dan tidak pula kita lepaskan dari perspektif masa depan.

  Sebagai sebuah kisah, sejarah menyajikan sesuatu yang benar-benar terjadi. Cerita sejarah disusun berdasarkan sumber-sumber, fakta-fakta dan bukti- bukti berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Setiap individu, masyarakat maupun setiap bangsa memiliki sejarah sendiri-sendiri. Proses sejarah dapat memberikan pengalaman, pelajaran dan pemantapan kepribadian bagi seorang individu, masyarakat dan bangsa. Dokumentasi perjalanan sejarah yang hanya tersisa sebagai media yang menghubungkan antara masa lalu dan masa kini, dokumentasi perjalanan sejarah dapat berbentuk bangunan, dokumentasi dan cerita turun-temurun. Dimana peninggalan sejarah ini sangat berguna dan dapat dijadikan sumber utama dalam menelaah masalah atas peristiwa yang terjadi di saat itu (Suprayitno :2005).

  Kota Medan merupakan salah satu kota yang memiliki sejumlah peninggalan sejarah yang beragam, salah satunya yang dapat terlihat dengan jelas adalah bangunan-bangunan bersejarah yang masih tampak hingga saat ini di sepanjang Kawasan Kesawan. Bangunan-bangunan tersebut telah mengukir dan memiliki sejarahnya masing-masing sehingga dapat mendukung perkembangan Kota Medan sendiri.

  Medan dalam bahasa Melayu berarti tempat berkumpul, karena sejak zaman dulu merupakan tempat berkumpul orang-orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan daerah lainnya untuk berdagang dan bertaruh. Daerah ini dikenal dengan nama kampung Melayu. Dalam tulisan Sinar (1994) tercatat bahwa kampung ini dikelilingi oleh kampung-kampung lain, seperti Kesawan, Tebing Tinggi, dan Merbau. Keberadaan kampung-kampung ini sekarang sudah tidak ada lagi, karena terdesak oleh perluasan Kota Medan. Tanah Lapang Esplanade (lapangan Merdeka) saat itu masih merupakan kebun tembakau yang penuh dengan rawa-rawa. Wilayah yang tidak dikuasai langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda meliputi kawasan Kesultanan atau daerah Swapraja, sedangkan daerah yang dikuasai langsung oleh pemerintah Belanda disebut dengan Daerah

  Gouvernement (Sinar:1994)

  Dalam perkembangannya, pada tahun 1886 Medan dijadikan Kotapraja oleh Pemerintah Hindia Belanda. Berbagai perkantoran didirikan. Pada tanggal 3 Maret 1887 Medan dijadikan ibukota Kerisidenan Sumatera Timur. Akibat perkembangan yang semakin pesat oleh statusnya sebagai ibukota Keresidenan, maka pada tanggal 4 April 1909 Medan diberi status pemerintahan otonom (Sinar:1994).

  Dibawah pemerintahan Kotapraja Medan mengadakan pembangunan jalan-jalan baru, jembatan, pipa air minum, listrik dan klinik-klinik. Belakangan, pada tahun 1915 Keresidenan Sumatera Timur ditingkatkan statusnya menjadi Gubernemen, dan Gouverneur yang pertama adalah HJ Crijzen. Kelak Sultan Deli Makum Arrasjid mengalihkan kepemilikan sebagian tanahnya yang luas menjadi tanah kota tahun 1918 untuk menampung perluasan kota. Sampai tahun 1937 Medan telah menjadi pusat kegiatan administrasi pemerintahan dan ekonomi serta terdapat berbagai bangunan infrastruktur pendukung lainnya (Sinar :1994).

  Diantara keragaman bangunan-bangunan bersejarah ini penulis akan melakukan penelitian pada salah satu bagian kawasan bersejarah di Kota Medan ini. Adapun kawasan tersebut berada di Jalan Kesawan Medan. Penulis mengangkat judul penelitian tentang Kawasan Kesawan karena terdapat deretan bangunan bersejarah yang juga merupakan peninggalan budaya yang ada di Kota Medan yang dapat dijadikan salah satu objek wisata yang dalam hal ini wisata sejarah. Sepanjang jalan Kesawan terdapat beragam bangunan bersejarah, diantaranya adalah : kantor Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij, Gedung South East Asia Bank, Gedung PT. London Sumatera Tbk, Gedung Bank Modern (Indomaret), Gedung Jakarta Lloyd, Gedung P.T. London Sumatera,

1 Restauran Tip Top

  Salah satu bangunan bersejarah tersebut adalah Restoran Tip Top yang berdiri Pada tahun 1929. Restauran ini pada awalnya bernama Jangkie, sesuai nama pemiliknya, dan pada saat itu berada di jalan Pandu, Medan. Setelah beberapa waktu, restauran ini pindah ke Kesawan pada tahun 1934 dan bernama Tip Top (yang berarti “sempurna”). Perubahan nama restorant dilakukan untuk menarik pelanggan dan memunculkan kesan elegan serta mewah yang dapat menarik pengunjung kalangan Belanda yang pada masa itu banyak berdiam di wilayah Kota Medan. Pengunjung yang datang ke restorant ini biasanya orang Belanda yang bekerja di perkebunan atau kantor pemerintah biasanya datang untuk makan pagi atau menikmati kopi pada sore hari. Mereka sangat tergila-gila akan kopi robusta lokal dari Sidikalang yang beraroma harum dari dapur Tip Top. Ketika Jepang menjajah Indonesia pada tahun 1942, nama Tip Top berubah menjadi Jangkie kembali. Ini disebabkan karena nama Tip Top yang bernuansa ke-Belanda-an (Sinar:1994)

  1 http://biliatersitungkir.blogspot.com/2012/05/bangunan-bersejarah.html

  

Foto 1. Peta Kawasan Kesawan

  Untuk dapat mengerti tentang masa lalu suatu daerah atau bangunan maupun manusia, sejarah memiliki andil yang cukup penting. Hal ini menjadikan sejarah tidak jarang bahkan selalu dijadikan bahan yang dapat menjadi paket tujuan wisata, dalam artian dapat dikemas menjadi lebih menarik.

  Memperkenalkan sejarah kepada tiap generasi sangat penting, diperlukan suatu terobosan khusus agar hikmah sejarah atau pengetahuan sejarah bisa dipahami oleh semua orang, sehingga dari sisa sejarah tersebut setiap orang ingin membuktikan atau mengunjungi daerah ataupun bangunan tersebut secara langsung, hal ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah tersebut.

  Salah satu upaya untuk menyajikan suatu sejarah agar lebih menarik adalah dengan mengemasnya sebagai salah satu unsur dari perilaku pariwisata.

  Pariwisata merujuk pada Pendit (2003:14) yang merumuskan pariwisata sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan wisata, termasuk pengusaha objek, dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

  Wisata sejarah sebagai bentuk kegiatan apabila seorang atau sekelompok individu melakukan perjalanan ke suatu tempat yang berhubungan dengan berbagai macam tempat yang mendukung untuk mendapatkan sejarah atau asal muasal suatu objek, namun tidak semua tempat dapat dijadikan daerah tujuan wisata sejarah karena diperlukan adanya kriteria tertentu agar suatu wilayah dapat menjadi daerah tujuan wisata sejarah.

  Keberadaan bangunan bersejarah juga sebagai suatu bentuk upaya mengenal lebih dekat bukti peninggalan dan dapat dikembangkan dalam bentuk wisata sejarah. Setiap situs sejarah dapat dikembangkan menjadi potensi wisata dengan terlebih dahulu melengkapi setiap lokasi dengan fasilitas standar sesuai dengan tujuan wisata sejarah.

1.2 Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka diperlukan untuk dapat menentukan arah dari penelitian tersebut, maka dengan adanya tinjauan pustaka diharapkan penelitian nantinya akan berjalan sesuai dengan apa yang telah digariskan sebelumnya. Dalam tinjauan pustaka ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai hal-hal yang bersifat teoritik serta dapat membantu menjelaskan penelitian ini, adapun hal-hal bersifat teoritik yang akan dijelaskan secara sistematis adalah : 1. Kebudayaan, konsepsi mengenai kebudayaan yang sesuai dengan arah dan tujuan penelitian ini,

  2. Pariwisata, meliputi kegiatan yang berkaitan pariwisata, wisatawan, wisata dan aspek sejarah yang terdapat pada kegiatan tersebut.

  Konsepsi Kebudayaan

  Untuk dapat melihat pariwisata dalam pandangan kebudayaan, maka penjelasan mengenai tinjaun pustaka akan dimulai dengan konsepsi kebudayaan.

  Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1980:193), pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dapat terwujud kehidupan sehari-hari, salah satu pengertian kebudayaan yang bersifat abstrak itu diwujudkan dalam bentuk kegiatan pariwisata.

  Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat (Koenjaraningrat :1980).

  Ketiga wujud kebudayaan (ide, wujud sosial dan materi/fisik) berjalan seiring dan berkaitan serta dalam penjelasan suatu fenomena kebudayaan ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak dapat dipisahkan namun dapat dijelaskan secara terpisah( Koenjaraningrat:1980).

  Pada dasarnya kebudayaan memiliki unsur-unsur yang terjalin dan saling berhubungan satu dengan yang lainya. Adapun mengenai unsur-unsur kebudayaan menurut Koenjtaraningrat (1996: 80-8) bahwa ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia yang kemudian disebut unsur-unsur kebudayaan universal, yaitu: 1. Bahasa, 2. Sistem Pengetahuan, 3. Organisasi Sosial, 4. Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi, 5. Sistem Mata Pencaharian, 6. Sistem Religi, dan 7. Kesenian.

  Kebudayaan fisik adalah kebudayaan yang meliputi semua benda atau objek fisik hasil karya manusia, seperti rumah, gedung bersejarah, perkantoran, jalan, dan sebagainya. Oleh karenanya, sifat dari kebudayaan fisik paling konkrit, mudah diraba dan diobservasi. Kebudayaan fisik merupakan hasil dari aktivitas sosial manusia (Harris dalam Fedyani:2003)

  Antropologi sangat erat hubungannya dengan kebudayaan, dimana antropologi memiliki beberapa sub bidang ilmu di dalamnya, salah satu sub bidang ilmu dalam antropologi adalah antropologi pariwisata. Hubungan antropologi dan pariwisata adalah membahas dua hal utama yaitu relevansi teori- teori antropologi dalam melihat berbagai masalah dalam pariwisata dan masalah kedudukan peneliti dalam proses representasi.

  Pariwisata

  Pariwisata sendiri secara harfiah adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan wisatawan. Hal ini membuktikan bahwa ini erat hubungannya dengan antropologi, dimana adanya proses belajar mengetahui apa yang diinginkan calon wisatawan sebagai dasar atau awal usaha pemenuhan kebutuhan yang benar-benar mereka inginkan.

  Hubungan antropologi dan dunia pariwisata adalah untuk membahas aspek-aspek budaya masyarakat sebagai asset dalam dunia pariwisata. Kajian teori dan konsep-konsep antropologi terutama dalam melestarikan aspek budaya masyarakat dan sekaligus mengkaji aspek budaya masyarakat sebagai aset pariwisata dalam upaya guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak makna dan nilai dari aspek budaya serta sejarah.

  Menurut Pendit (2003) terdapat berbagai pendapat dalam mendefinisikan kata pariwisata tersebut, namun hal yang paling penting adalah kita harus memandang pariwisata secara menyeluruh termasuk aspek lainnya yang terlibat dan mempengaruhi pariwisata, seperti :

  1. Wisatawan Setiap wisatawan ingin mencari dan menemukan pengalaman fisik dan psikologis yang berbeda – beda antara satu wisatawan dengan wisatawan lainnya. Hal inilah yang membedakan wisatawan dalam memilih tujuan dan jenis kegiatan di daerah yang dikunjungi.

  2. Industri Penyedia Barang dan Jasa Orang – orang bisnis atau investor melihat pariwisata sebagai suatu kesempatan untuk mendatangkan keuntungan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan.

  3. Pemerintah Lokal 4.

  Masyarakat setempat Masyarakat lokal biasanya melihat pariwisata dari faktor budaya dan pekerjaan karena hal yang tidak kalah pentingnya bagi masyarakat lokal adalah bagaimana pengaruh interaksi wisatawan dengan masyarakat lokal baik pengaruh yang menguntungkan maupun yang merugikan.

  Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa pariwisata merupakan gabungan dari sejumlah fenomena yang muncul dari interaksi antara wisatawan, industri penyedia barang & jasa, pemerintah lokal, dan masyarakat setempat dalam sebuah proses untuk menarik dan melayani wisatawan.

  Mengutip Pendit (2003:14) yang mengatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek wisata dan daya tarik wisata. Objek wisata dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Sementara wisatawan sendiri adalah orang-orang yang melakukan perjalanan wisata.

  Adapun keragaman jenis pariwisata adalah: Wisata Budaya, Wisata Kesehatan, Wisata Olahraga, Komersial, Wisata Industri, Wisata Politik, Wisata konvensi, Wisata sosial, Wisata Pertanian, Wisata maritim (bahari), Wisata Cagar Alam, Wisata Buru, Wisata Pilgrim dan Wisata Sejarah. Dalam hal ini yang akan dibahas adalah wisata sejarah (Marpaung, 2002: 19).

  Sugiama (2000:10) mempertegas hubungan yang terjadi dari kegiatan pariwisata, yaitu : a. Akomodasi, merupakan komponen yang penting dalam memfasilitasi wisatawan selama berada di daerah yang mereka kunjungi. Contoh: hotel dan restoran.

  b. Atraksi wisata, merupakan komponen yang menjadi salah satu dasar wisatawan berkunjung ke suatu daerah.

  c. Fasilitas dan pelayanan wisata, merupakan komponen yang membantu memudahkan kebutuhan wisatawan selama berada di destinasi wisata. Contoh: biro perjalanan, supermarket, bank, ATM, layanan kesehatan.

  d. Transportasi, merupakan komponen yang memungkinkan wisatawan mencapai destinasi yang dituju. Transportasi ini dapat berupa transportasi dari tempat tinggal wisatawan ke destinasi wisata, maupun transportasi selama berada di destinasi wisata.

  e. Infrastruktur lain, seperti sarana air, listrik, dan komunikasi. Komponen ini memiliki peran yang penting sebagai penunjang operasional komponen lain.

  f. Elemen institusi, merupakan komponen yang berperan dalam pengembangan dan pengelolaan destinasi wisata yang bersangkutan. Peran ini biasanya dilakukan oleh pemerintah.

  Berdasarkan pandangan Sugiama, nampak jelas bahwa dalam pengembangan suatu potensi menjadi objek wisata harus mempertimbangkan hal- hal yang terkait dengan akomodasi, fasilitas, atraksi, transportasi, dan infrastruktur lainnya.

  Pertimbangan lainnya yang tidak kalah pentingnya dalam pengembangan objek wisata adalah faktor geografis. Menurut Maryani (2000) terdapat lima unsur geografis yang sangat penting untuk diaplikasikan dalam pariwisata, yaitu faktor lokasi (location), tempat (place), hubungan timbal balik (interrelation), gerakan (movement), dan pewilayahan (regionalisasi).

  Kaitannya dengan pengembangan wisata warisan budaya, sebuah sumber menyatakan bahwa produk wisata budaya terdiri dari atraksi dan benda peninggalan. Logayah dan Maryani (2008) menyusun rinciannya adalah sebagai berikut :

  1. Archaeological, Historical, and Cultural sites yang termasuk kedalam situs budaya, sejarah dan arkeologi adalah monumen nasional dan budaya, bangunan peribadatan bersejarah contohnya gereja, masjid, kuil (klenteng), bangunan (gedung) bersejarah, bentuk daerah dan kota, dan berbagai tempat penyelenggaraan event bersejarah lain.

  2. Distinctive Cultural Patterns, pola kebudayaan, tradisi, dan gaya hidup yang tidak biasa (yang berbeda dengan yang dimiliki oleh para wisatawan).

  3. Arts and Handicrafts, yang termasuk kedalamnya adalah tarian, musik, dan drama, dan seni melikus, memahat, hal tersebut dapat menjadi suatu atraksi yang sangat menarik bagi para wisatawan terutama jika dikemas dengan baik.

  4. Interesting Economis Activities, salah satu jenis atraksi wisata yang sukses dari atraksi wisata budaya adalah observasi, deskripsi, dan terkadang demonsentrasi dari suatu aktivitas perekonomian yang menarik seperti pasar tradisional.

  5. Interesting Urban Areas, berbeda dengan area pedesaan, area perkotaan dengan variasi gaya arsitektural, bangunan-banguan dan daerah-daerah bersejarah, merupakan suatu atraksi bagi para wisatawan yang menikmati pemandangan perkotaan dan karakteristik kota tersebut.

  6. Museum and other Cultural Fasilities, yang termasuk didalamnya adalah museum bersejarah dan fasilitas kebudayaan lainnya seperti barang antik dan galeri.

  7. Cultural Festivals, beberapa tipe dari festival kebudayaan yang terkait dengan tradisi lokal dan kesenian dapat menjadi atraksi yang utama.

  Informasi dan makna sejarah. Dua hal itu merupakan aspek penting yang dicari orang ketika mereka mengunjungi situs wisata sejarah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengunjungi prasasti, candi, istana, benteng, makam, gedung, tempat peribadatan, museum dan monument. Dimana dalam hal ini bangunan dianggap sebagai suatu bangunan yang berpotensi untuk dijadikan suatu sumber yang kuat untuk mencari dan mengetahui suatu sejarah dan asal muasal peristiwa maupun daerah terkait. Bangunan tujuan wisata sejarah ini juga merupakan tempat yang dijadikan pemerintah sebagai cagar budaya dan sejarah karena mamiliki sejarah yang tinggi dalam peristiwa yang terkait (Yoeti, 1985: 95).

  Hall dan M. C. Arthur (1996:12) membagi Cultural Heritage ke dalam beberapa tipe yaitu Artefacts, Buildings, Sites (collection of buildings, artifact,

  

and/or site of historical event ), Townscapes, dan Landscape (eg. History City).

  Menurut UU No. 5 tahun 1992 dan UU No. 11 tahun 2010 tentang benda cagar budaya menerangkan bahwa bangunan bersejarah atau kuno adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagian atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang- kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan, seperti Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki alternatif untuk mengembangkan potensi budaya bangunan sejarah (culture heritage), karena masih banyak terdapat bangunan-bangunan atau rumah-rumah tempat tinggal dari zaman kolonial Belands sehingga memiliki objek wisata yang dapat dikembangkan menjadi wisata warisan budaya. Peninggalan penjajahan Kolonial menyisakan bangunan- bangunan yang memiliki gaya dan arsitektur yang khas serta mengandung pengetahuan dan pendidikan.

  Dari pengamatan sejarah Indonesia yang agak panjang, ternyata bahwa banyak tempat dan kota di Indonesia punya sejarah yang cukup tua, bukan di Jawa dan Bali saja tetapi termasuk kota Ternate dan sebagainya. Sejarah memang tidak secara khusus dan rinci menggambarkan atau mencatat secara tertulis keadaan kota-kota itu. Apalagi sebagian besar dari sejarah formal Indonesia ditulis oleh orang ”luar” (Silas 2007 :2)

  Penulis sendiri mengangkat penelitian yang berdasarkan pada pengertian di atas, yakni wisata sejarah. Dimana lokasi penelitian yang penulis teliti adalah Kawasan Kesawan adalah kawasan yang memiliki keragaman bangunan bersejarah dari segi asal muasal perkembangan dan penggunaan yang merupakan inti pembentukan Kota Medan.

2 Menurut Mumford Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke

  luar. Sebelum kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan serta, kegiatan lain. Dan Hardoy menggunakan sepuluh kriteria untuk mendefinisikan suatu kota, yaitu:

  2 http://www.scribd.com/doc/65928093/Pengertian-Kota-Menurut-Para-Ahli

  1. Berukuran dan berpenduduk besar 2.

  Bersifat permanen 3. Mempunyai kepadatan minimum untuk zaman dan daerahnya 4. Mempunyai struktur dan pola dasar yang dapat dikenali sebagai jalan- jalan dan ruang kota.

  5. Merupakan suatu tempat dimana orang tinggal dan bekerja 6.

  Mempunyai sejumlah minimal fungsi-fungsi kota yang dapat meliputi sebuah pasar, suatu pusat pemerintahan atau politik, suatu pusat militer, suatu pusat keagamaan atau suatu pusat kegiatan intelektual lengkap dengan lembaga-lembaga yang besangkutan.

  7. Suatu masyarakat yang heterogen, dan bertingkat-tingkat serta adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat tesebut.

  8. Suatu pusat ekonomi perkotaan untuk zaman dan daerahnya yang menghubungkan suatu hiterland pertanian dan mengelola bahan mentah untuk pasaran yang lebih luas.

  9. Merupakan sebuah pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya.

  10. Merupakan suatu pusat difusi dan mempunyai cara hidup perkotaan sesuai dengan jaman dan daerahnya Pendapat Pendit (2003: 195) mengenai keterkaitan pariwisata dan kebudayaan adalah adanya hubungan yang dapat dijelaskan berdasarkan dari cerita. Dimana hubungan antara pariwisata dan kebudayaan berawal dari rasa ingin tahu seseorang. Sehingga muncul apa yang dikatakan bahwa pariwisata adalah sebagai awal dari suatu penilaian maka perasaan ini yang mendorong orang untuk melakukan perjalanan (berwisata). Lebih lanjut dilakukan penyimpulan bahwa makin banyak orang melakukan perjalanan, makin bertambah pula pengetahuan serta pengalamannya. Kemudian berlanjut pada bertambahnya ‘kekayaan’ intelegensia dan jiwanya.

  Kebudayaan nampak dalam tingkah laku dan hasil karya manusia (culture

  

in act and artifact ). Manifestasi kebudayaan itulah yang diharapkan kepada

  wisatawan untuk dinikmati sebagai atraksi wisata. Dengan kata lain, di belakang manifestasi kebudayaan terdapat nilai kebudayaan yang dapat dijual (Soekadijo, 1996: 288-289).

  Pariwisata yang berhubungan dengan penelitian etnografi, sebagai antropolog tidak boleh mengabaikan wisatawan selama penelitian lapangan dan tidak juga boleh mengabaikan keseriusan pariwisata sebagai suatu akademisi penelitian yang berhubungan untuk mengambil peran aktif dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata sebagai disiplin ilmu penelitian antropologi. Pemahaman melalui pendekatan secara interpretatif adalah aspek penting dalam mempelajari pariwisata sebagai suatu karya etnografi.

1.3 Perumusan Masalah

  Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah, diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus yaitu keberadaan bangunan bersejarah di Kawasan Kesawan Medan dalam lingkup kegiatan wisata sejarah.

  Pembahasan dilakukan dengan cara memasukkan suatu informasi maupun data yang didapat di lapangan maupun studi kepustakaan yang memiliki keterkaitan dengan masalah ini.

  Penelitian yang akan dilakukan ini mengambil judul “Wisata Sejarah:

  Restoran Tip Top Medan” bertujuan untuk melihat peranan wisata sejarah dalam dunia kepariwisataan dan perkembangan kegiatan wisata sejarah.

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebelumnya, permasalahan utama dari penelitian ini adalah peranan dan perkembangan Kawasan Kesawan sebagai salah satu objek wisata sejarah yang memiliki potensi untuk perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan secara khusus.

  Permasalahan tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian, antara lain :

1. Bagaimana wisata sejarah Restoran Tip Top di Jalan Ahmad Yani

  Kawasan Kesawan Medan? 2. Apa saja peran pihak-pihak terkait (pemerintah, masyarakat dan wisatawan) dalam melestarikan bangunan bersejarah tersebut?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak dicapai dan manfaat dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  a. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara keseluruhan mengenai keberadaan bangunan bersejarah di Kawasan Kesawan Medan sebagai kawasan bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah yang ada di Kota Medan.

  Hal ini ditujukan untuk melihat bagaimana proses pelestarian dan pengembangan kawasan bangunan bersejarah menjadi tujuan wisata sejarah di Kota Medan.

  Adapun tujuan dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1.

  Untuk menggambarkan perkembangan Kawasan Kesawan Medan khususnya Restoran Tip Top sebagai objek wisata Kota Medan

  2. Untuk mengetahui peranan pihak-pihak terkait, yaitu : pemerintah, masyarakat dan wisatawan dalam melestarikan bangunan bersejarah sebagai objek wisata sejarah,

  b. Manfaat Penelitian

  Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum dan masyarakat Kota Medan pada khususnya. Secara sederhana manfaat yang diharapkan dari penelitian dan hasil penelitian ini adalah pengembangan bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah yang merupakan salah satu identitas pengukir sejarah Kota Medan dan memiliki nilai dalam daerah tujuan wisata sejarah.

  Menariknya penelitian ini untuk semakin memperkokoh jatidiri masyarakat Kota Medan melalui keragaman bangunan bersejarah di Kawasan Kesawan Medan dengan tujuan utama agar para generasi berikutnya mengenal sejarah dan budaya sebagai identitas serta sebagai pembentuk identitas Kota Medan.

  Adapun manfaat penelitian ini nantinya adalah : 1.

  Pada bidang akademis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi penambah khasanah penelitian bidang antropologi pariwisata.

  2. Penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan sumbangan secara nyata mengenai bangunan bersejarah yang berpotensi sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan.

  1.5 Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian adalah faktor penting dalam suatu proses penelitian, adapun lokasi penelitian ini di Restoran Tip Top Jalan Ahmad Yani Medan.

  Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas aspek aksesbilitas, yaitu jarak yang dekat, rapport yang baik antara peneliti dengan informan yang telah terjalin sebelumnya.

  1.6 Metode Penelitian

a. Tipe dan Pendekatan Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan bersifat deskripsi, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci mengenai Restoran Tip Top di daerah Kawasan Kesawan Medan sebagai objek wisata sejarah di Kota Medan.

  Penulis tertarik dalam meneliti tentang Restoran Tip Top di Kawasan Kesawan sebagai suatu objek wisata sejarah yang memiliki andil dalam dunia kepariwisataan Kota Medan yang selama ini terus berkembang dan masih sering dikunjungi oleh wisatawan baik daerah maupun internasional. Tanpa menganggap itu sebagai perbedaan dan suatu keistimewaan dari objek-objek wisata sejarah lainnya hingga dapat menjadi suatu konflik, melainkan sebagai suatu keragaman tentang bangunan bersejarah yang ada di Kota Medan.

  Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, pengetahuan tentang daerah sekitar Kesawan Medan serta orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut menjadi masukan buat peneliti dan juga ungkapan-ungkapan yang ada pada pihak-pihak terkait yang diteliti mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian Kawasan Kesawan menjadi daerah tujuan wisata sejarah, hal tersebut justru digunakan sebagai data dalam penelitian ini.

b. Tehnik Pengumpulan Data

  Dalam hal mendeskripsikan tentang Restoran Tip Top di Kawasan Kesawan Medan saat sekarang ini, maka dilakukan penelitian lapangan sebagai suatu upaya untuk memperoleh data primer. Selain itu diperlukan juga penelitian dari berbagai sumber kepustakaan sebagai upaya untuk memperoleh data sekunder. Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode observasi atau pengamatan dan wawancara.

  Data Primer

  Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu: Metode observasi dilakukan guna mengetahui situasi dalam konteks ruang dan waktu pada daerah penelitian. Menurut penulis, data yang diperoleh dari hasil wawancara saja tidaklah cukup untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, oleh karena itu diperlukan suatu aktivitas dengan langsung mendatangi tempat penelitian dan melakukan pengamatan. Pengamatan akan dilakukan pada setiap kegiatan atau peristiwa yang dianggap perlu atau berhubungan dengan tujuan penelitian.

  Metode yang dipakai adalah observasi (partisipasi maupun non-partisipasi) observasi partisipasi membantu untuk memahami lingkungan dan menilai keadaan yang terlihat ataupun keadaan yang tersirat (tidak terlihat, hanya dapat dirasakan) dengan memperhatikan kenyataan atau realitas lapangan, yang mana dalam observasi jenis ini peneliti tidak hanya sebatas melakukan pengamatan, tetapi juga dalam keseharian masyarakat dimana penelitian ini akan dilakukan, salah satu cara yang penulis lakukan adalah dengan terlibat langsung sebagai pemandu wisata (guide), hal ini tidak terlalu sulit bagi peneliti dikarenakan peneliti merupakan penduduk Kota Medan sendiri. Observasi diharapkan dapat berjalan dengan baik oleh karena sebelumnya telah dilakukan pra-penelitian. Walaupun demikian peneliti akan berusaha berfikir secara objektif sehingga data yang diperoleh dilapangan adalah benar dan sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan.

  Dalam hal perlengkapan pada saat melakukan kegiatan penelitian yang bersifat observasi non-partisipasi, digunakan kamera untuk mempublikasikan hal- hal penting yang dianggap mendukung penelitian. Dengan adanya kamera dapat memudahkan peneliti untuk menggambarkan keadaan dari masyarakat setempat dimana penelitian berlangsung.

  Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan yang sesuai dengan tujuan penelitian.

  Informan disini adalah pihak-pihat terkait yang berhubungan langsung ataupun tidak langsung dengan Kawasan Kesawan Medan. Dimana yang berpotensi menjadi informan pangkal adalah orang yang pertama kali peneliti dapatkan dalam melakukan penelitian awal, yang dalam hal ini adalah para pemandu wisatawan (guide), melalui pemandu wisatawan (guide) didapatkan sedikit keterangan tentang Restoran Tip Top di Kesawan Medan tersebut.

  Informan kunci adalah orang yang dianggap memiliki keterkaitan langsung dan memiliki pengetahuan yang dalam tentang hal yang diteliti, dalam hal ini Kawasan Kesawan Medan, dimana yang termasuk dalam informan kunci pada penelitian ini adalah pemilik bangunan Restoran Tip Top di Kawasan Kesawan Medan.

  Informan biasa, yaitu yang berpengalaman dan juga memiliki pengetahuan yang cukup tentang Kawasan Kesawan Medan, yaitu wisatawan dan pemerintah (Dinas Pariwisata Kota Medan dan Lurah setempat) maupun pihak-pihak yang memiliki kemampuan sejarah atas Kota Medan dan Kawasan Kesawan.

  Wawancara mendalam ini dilakukan dengan mendatangi orang-orang yang dianggap mempunyai dan memiliki pengetahuan yang luas dan lengkap tentang sejarah dan asal-usul Kawasan Kesawan Medan. Hal ini perlu dilakukan karena pengetahuan akan sejarah dan asal-usul Kawasan Kesawan tersebut memberikan sumbangan yang berarti dalam memahami makna dan merupakan tema pokok penelitian yang akan dilakukan.

  Teknik wawancara juga dilakukan dengan cara komunikasi verbal atau langsung dengan para informan dengan berpedoman pada interview guide yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data konkrit yang lebih rinci dan mendalam. Perlengkapan yang digunakan pada saat wawancara adalah catatan tertulis untuk mencatat bagian-bagian yang penting dari hasil wawancara dan tape recoder yang digunakan untuk merekam proses wawancara dalam rangka antisipasi terhadap keabsahan data yang diperoleh ketika di lapangan.

  Data Sekunder

  Data sekunder adalah data yang bersifat tidak langsung, akan tetapi memiliki keterkaitan fungsi dengan salah satu aspek pendukung bagi keabsahan suatu penelitian. Data sekunder berupa sumber-sumber atau referensi tertulis yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, data sekunder dalam penelitian ini adalah: Studi kepustakaan sebagai teknik pengumpul data selanjutnya, dimaksudkan peneliti sebagai suatu sarana pendukung untuk mencari dan mengumpulkan data dari beberapa buku, jurnal, majalah, koran dan hasil penelitian para ahli lain yang berhubungan dengan masalah penelitian guna lebih menambah pengertian dan wawasan peneliti demi kesempurnaan akhir penelitian.

c. Analisis Data

  Dapat dikatakan bahwasanya dalam penelitian ini penulis berusaha untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Data ini diperlakukan sebagaimana adanya, tanpa dikurangi, ditambahi ataupun diubah, sehingga tidak akan mempengaruhi keaslian data-data tersebut. Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan tersebut akan diteliti kembali, pada akhirnya kegiatan ini bertujuan untuk memeriksa kembali kelengkapan hasil wawancara.

  Langkah selanjutnya, data-data yang telah tersedia dan telah diteliti kembali ini akan dianalisis secara kualitatif. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman- pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori yang sesuai dengan tujuan penulis.

1.7 Pengalaman Penulis Selama di Lapangan

  Penelitian ini pada awalnya berjudul Wisata Bangunan Bersejarah di

  Kawasan Kesawan Medan. Kemudian berganti judul menjadi “ Wisata

Sejarah: Restoran Tip Top di Medan” setelah melalui ujian seminar proposal.

  Kajian judul yang pertama terlalu luas oleh sebab itu disempitkan kepada Restoran Tip Top saja.

  Restoran Tip Top adalah salah satu restoran tertua yang ada di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1934, masa kolonial Belanda dulu. Bangunannya yang masi bergaya bangunan Eropa. Restoran Tip Top berada tepat di Jalan A. Yani Medan, terlihat jelas karena letaknya juga tepat di pinggir jalan raya.

  Tak lengkap rasanya jika kita khususnya orang Medan atau yang berdomisili di Medan tak pernah berkunjung atau bahkan tak tau tentang keberadaan Restoran Tip Top ini, karena restoran ini termasuk restoran yang tertua di Kota Medan dan kuliner ang disajikan juga masi tetap menjaga cita rasa yang sudah ada sejak generasi pertama pemilik restoran ini.

  Saya berdomisili di Jalan Jamin Ginting Pasar 1 Padang Bulan Medan. Tak begitu jauh jarak antara restoran Tip Top dengan tempat saya tinggal. Cukup dengan sekali naik angkutan umum (angkot) yang menuju arah Aksara Pancing. Setelah itu, turun tepat di depan Merdeka Walk atau persimpangan Kantor Gubernur Sumatera Utara. Untuk selanjutnya perjalan ditempuh dengan jalan kaki saja ke arah Lonsum, dikarenakan jalur kendaraan satu arah. Kira-kira berjalan kaki 200 meter, kita sudah sampai di Restoran Tip Top yang berasa di sisi kanan jalan raya.

  Sesampai di restoran, kita langsung dipersilahkan untuk duduk oleh pelayan perempuan dengan pakai rok dan kemeja bercorak batik sambil menyuguhkan daftar menu dan harga makanan dan minuman yang disediakan. Wah!! Untuk kelas menengah kebawah, lumayan mahal juga harga makanan dan minuman yang disediakan, berkisar antara Rp. 4000 sampai Rp 62.000 untuk semua jenis makanan dan minuman yang berciri khas Indonesia dan luar (seperti eropa). Tapi jika diliat dari orang yang berkunjung ke Restoran Tip Top, kebanyakan orang-orang yang dating cukup memesan sajian khas saja, yaitu sepotong cake dengan secangkir minuman hangat. Kebetulan juga cake yang disajikan di Restoran Tip Top ini adalah cake yang di masak pada tungku masak yang menggunakan kayu bakar dan cita rasa cakenya itu masi terjaga dari awal berdirinya restoran sampai sekarang ini.

  Jarum jam menunjukkan tepat jam 10.00 WIB, restoran tak begitu ramai dikunjungi. Hanya ada beberapa orang tua beruban di bagian teras duduk dengan kursi rotan sambil menikmati kopi hangat dan serapan yag di letakkan di sebuah meja bundar. Saya sendiri duduk di sisi dalam restoran, tepat di meja 5. Ada 9 meja petak dengan alas meja merah kotak-kotak yang mengisi ruangan dalam. Setiap meja di lengkapi dengan 6 kursi kayu, tetapi ada juga yang dilengkapi dengan 4 kursi kayu saja. Di bagian tengah ruangan dipajang dengan rapi gelas- gelas kristal pada masa kolonial dulu. Di sisi belakang pajang gelas, bias kita liat mesin uang kasir yang dipakai pada jaman masa colonial dulu, sudah agak usang warnanya. Di bagian dalam restoran ada sebuah steeling masakan Indonesia, dan di depannya terdapat telepon umum yang dipakai pada waktu dulu. Kasir restoran ada di sisi dalam restoran, tepat di ujung jalan menuju Restoran Tip Top.

  Restoran Tip Top biasanya sudah tutup mulai dari jam 22.00 WIB atau

  23.00 WIB. Terkecuali pada hari libur atau malam minggu biasanya tutup lebih lama, biasa sampai jam 24.00 WIB. Jika dibandingkan pengunjung pagi restoran dan pengunjung sore atau malam, lebih banyak pengunjungnya pada malam hari. Orang dari berbagai usia turut menikmati kuliner Restoran Tip Top dan nuansa masa kolonialnya. Tak tertutup untuk umum, kerap sekali dijumpai bule-bule (wisatawan asing dari eropa) duduk santai sambil berbincang-bincang dengan temannya. Untuk melengkapi suasana klasik Restoran Tip Top, sesekali para pegunjung di hiburan dengan alunan musik santai dari pentas mini yang terdapat di sudut kanan ruangan sebelam dalam. Mereka yang ingin bernyanyi juga diperkenankan untuk bernyanyi.

  Bagi pengunjung yang tak sempat menikmati sajian kuliner yang di sediakan Restoran Tip Top atau ingin membawa oleh-oleh buat di bawa pulang, tak usah berkecil hati. Di Sebelah restoran terdapat ruangan khusus menjual cake dan aneka makanan ringan yang bercorak Restoran Tip Top untuk dapat dibawa pulang. Restoran Tip Top juga melayani pesanan kue kotak untuk mereka yang tak sempat berkunjung tapi ingin menikmati suguhan cake Restoran Tip Top.

  Sudah 1 jam berlalu yang terlihat hanya pegawai-pegawai retoran yang sibuk lalu lalang melayani para tamu yang datang, mengantar pesanan, lalu membersihakan meja yang sudah selesai dipakai, kasir yang sibuk menghitung faktur-faktur pesanan, tak terlihat ada banyak celah untuk menjumpai dan bertanya untuk lebih lanjut tentang Restoran Tip Top yang terkenal ini. Pak Dendrikus Kelana sebagai pengelola restoran juga turut sibuk melayani dan berbagi senyum untuk setiap pelanggan yang datang.