PERAN KUALITAS LABA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI

     

PERAN KUALITAS LABA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI

  1 Ibnu Abni Lahaya

  2 Indra Suyoto Kurniawan

  1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman

  ( jazzy_nerd@ymail.com )

2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mulawarman

  ( indra_kurniawan07@yahoo.co.id )

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kualitas laba terhadap asimetri informasi.

  Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis 118 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012 – 2014 dengan menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba berpengaruh negatif dan signifikan terhadap asimetri informasi. Temuan ini mengindikasikan bahwa perusahaan dapat meminimalkan tingkat asimetri informasi melalui peningkatan kualitas laba. Rendahnya asimetri informasi meningkatkan rasa aman dan kepercayaan investor atau calon investor terhadap perusahaan.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa informasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menurunkan asimetri informasi, sebagaimana investor dan pelaku pasar lainnya merespon informasi yang diungkapkan perusahaan.

  Kata Kunci: Kualitas Laba, Asimetri Informasi PENDAHULUAN

  Bagi perusahaan, kebutuhan modal bersifat mutlak karena erat kaitannya dengan keberlangsungan operasional. Tingginya tingkat kebutuhan modal pada akhirnya menempatkan perusahaan sebagai pihak yang harus mendapatkan tambahan modal seperti halnya investasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat investas sangat ditentukan oleh informasi (Botosan, 1997; Francis et al., 2004, 2005; Bhattacharya et al., 2011; Bhattacharya et al., 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa informasi berperan penting dalam memengaruhi perilaku dan keputusan investor. Bagi investor informasi digunakan sebagai penilaian untuk menjelaskan dan mengantisipasi risiko atas investasi.

  Bhattacharya et al. (2012) menyatakan bahwa salah satu risiko investasi adalah terdapatnya ketidakpastian atau ketidaktepatan informasi sebagai akibat adanya asimetri informasi. Asimetri informasi menunjukkan adanya perbedaan atau ketidakseimbangan penerimaan informasi dengan melibatkan pihak yang memiliki keunggulan informasi, sedangkan pihak lain tidak memilikinya. Keberadaan asimetri informasi menyebabkan investor tidak dapat memberikan keputusan yang optimal karena investor dihadapkan pada permasalahan atas ketidakjelasan risiko dan manfaat atas investasinya. Asimetri informasi membuat investor bertindak dengan keputusan investasi yang berbeda dikarenakan investor dihadapkan pada permasalahan atas ketidakjelasan risiko dan manfaat atas investasinya. Akibatnya, asimetri informasi menimbulkan konsekuensi yang merugikan bagi perusahaan, yaitu kurangnya minat atau partisipasi investor, biaya transaksi yang tinggi, pasar lemah, dan penurunan keuntungan (Lev, 1988).

     

  Adanya asimetri informasi dan kebutuhan atas pendanaan eksternal mengharuskan perusahaan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan ialah dengan meningkatkan kualitas informasi yang tersaji dalam pengungkapan. Pengungkapan adalah bentuk pemberian informasi kepada pihak-pihak berkepentingan secara publik (Dahlan, 2003) dan merupakan bentuk mekanisme manajer untuk berkomunikasi dengan investor (Healy dan Palepu, 1993). Pengungkapan informasi melalui laporan keuangan tahunan harus dilaksanakan untuk kepentingan perusahaan dan investor (Suwardjono, 2010).

  Salah satu kualitas informasi yang harus menjadi perhatian perusahaan ialah informasi akuntansi. Informasi laba adalah informasi yang sangat penting dan relevan dalam pengambilan keputusan terkait investasi. Laba dikatakan berkualitas tinggi apabila menyediakan informasi lebih mengenai kondisi kinerja keuangan perusahaan yang relevan untuk keputusan tertentu oleh pembuat keputusan tertentu (Dechow et al, 2010). Bachtiar (2007) mengungkapkan bahwa salah satu penilaian kualitas laba ialah berdasarkan tingkat akrual yang terkandung dalam laba. Kualitas akrual merupakan informasi yang penting bagi investor karena memberikan informasi kepada investor tentang gambaran laba akuntansi ke dalam arus kas sehingga kualitas laba yang rendah akan meningkatkan risiko informasi (Francis et al., 2005).

  Salah satu pengukur kualitas akrual dalam laba ialah dengan mengetahui tingkat akrual diskresioner atau laba abnormal. Akrual diskresioner atau laba abnormal sering dikaitkan dengan manajemen laba yang menunjukkan keputusan implementasi manajemen dalam menentukan sistem akuntansi yang digunakan. Schipper dan Vincent (2003) memandang manajemen laba (akrual diskresioner) sebagai pengukuran terbalik dari kualitas laba. Tindakan manajemen laba menurunkan kualitas laba karena berpengaruh terhadap menurunnya tingkat keputusan, estimasi, dan peramalan oleh pengguna laporan keuangan.

  Bentuk kesalahan, baik disengaja maupun tidak disengaja, dalam akrual melemahkan hubungan antara laba tahun berjalan dan arus kas masa depan sehingga mengurangi kualitas laba (Bachtiar, 2007; Abbasi, 2013). Ukuran ini menunjukkan bahwa laba dikatakan lebih berkualitas apabila nilai absolut akrual diskresionernya semakin kecil. Semakin tinggi tingkat akrual diskresioner menunjukkan semakin rendah nilai kualitas laba (Ajward dan Takehara, 2011). Jika investor memiliki kemampuan berbeda dalam memproses informasi terkait laba, kualitas laba yang buruk dapat menyebabkan investor terinformasi yang berbeda-beda pula sehingga akan memperburuk asimetri informasi di pasar modal (Kim dan Verechia, 1991 dalam Bhattacharya et al., 2011). Berdasarkan pendapat tersebut, ukuran laba dikatakan berkualitas tinggi apabila memiliki sedikit atau tidak terdapat gangguan persepsi di dalamnya sehingga dapat memberikan informasi bagi investor untuk memprediksi dan menaksir kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba pada masa mendatang.

  Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kualitas laba memiliki pengaruh negatif terhadap asimetri informasi dan biaya modal ekuitas (Francis et al., 2004; Leuz dan Verrechia, 2004; Francis et al., 2005; Brown dan Hillegeist, 2007; Lambert et al., 2007; Bachtiar, 2007; Jayaraman, 2008; Bhattacharya et al., 2011; Ajward dan Takehara, 2011; Bhattacharya et al., 2012). Artinya, semakin baik kualitas laba yang dilaporkan perusahaan akan menurunkan tingkat asimetri informasi dan biaya modal ekuitas. Namun, pada sisi lain terdapat hasil penelitian yang menyatakan bahwa kualitas laba memiliki pengaruh positif, di antaranya oleh Abbasi et al. (2013) dan Enayati (2013). Terdapat juga penelitian yang mengemukakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan, diantaranya Purwanto (2012) dan Adriani (2013).

     

  Berangkat dari adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini berusaha untuk melihat bagaimana tingkat kualitas laba yang diungkapkan perusahaan berpengaruh terhadap tingkat asimetri informasi antara perusahaan dan investor. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan karena adanya perdebatan teoretis mengenai pengaruh kualitas laba terhadap asimetri informasi. Hubungan dua variabel tersebut menarik untuk diteliti karena teori agensi menjelaskan bahwa keberadaan asimetri informasi dapat memicu terjadinya manajemen laba dan bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas laba. Namun, beberapa penelitian (Bhattacharya et al, 2011; Ajward dan Takehara, 2011; Bhattacharya et al., 2012; Enayati, 2013) menunjukkan bahwa kualitas laba dapat dipandang sebagai proksi risiko informasi untuk menganalisis tingkat asimetri informasi yang terjadi. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena manajemen dapat membuat keputusan pelaporan untuk mengurangi asimetri informasi sebagai sinyal kepada investor mengenai kondisi perusahaan sebagaimana tertuang dalam kualitas laba yang dilaporkan.

METODE PENELITIAN

  Populasi penelitian ini yaitu perusahaan publik sektor manufaktur di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pemilihan satu kelompok industri manufaktur sebagai populasi dilakukan untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek industri (industrial effect ). Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive sampling method. Artinya, sampel sengaja dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya (Sekaran dan Bougie, 2010: 276). Pengambilan sampel dilakukan dengan beberapa kriteria sebagaimana dipresentasikan dalam tabel berikut.

  Tabel 1 Penentuan Sampel Keterangan Jumlah

  Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (sejak 2012 - 2014) 139 Perusahaan manufaktur yang tidak berturut-turut terdaftar di BEI sejak tahun 2012 – 2014 (karena delisting atau terdaftar setelah (10) 2012) Perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2012 - 2014 memiliki total ekuitas bernilai negatif (11) selama periode penelitian.

  Total perusahaan yang dapat dijadikan sampel 118 Total observasi (118 perusahaan x 3 tahun) 354

  Kualitas laba merupakan tingkat baik-buruknya atau taraf (derajat) laba dan dapat merefleksikan dampak ekonomis yang sesungguhnya dari suatu transaksi. Tingkat ketepatan pengambilan keputusan yang berdasarkan informasi laba dapat menjelaskan makna kualitas laba. Salah satu proksi untuk mengukur kualitas laba ialah mengukur tingkat akrual diskresioner (Bhattacharya et al., 2011; Bhattacharya et al., 2012). Pemilihan pengukuran berdasarkan akrual diskresioner karena pengukuran akrual diskresioner dipandang sebagai pengukuran terbalik dari kualitas laba dan tingkat akrual diskresioner menunjukkan besaran laba abnormal yang menurunkan kualitas laba. Ukuran ini menunjukkan bahwa laba dikatakan lebih berkualitas apabila nilai absolut akrual diskresionernya semakin kecil. Semakin tinggi tingkat akrual diskresioner menunjukkan semakin rendah nilai kualitas laba (Ajward dan Takehara, 2011). Dalam penelitian ini, akrual diskresioner diperoleh dengan menggunakan model Kothari et al. (2005). Alasan penggunaan model ini adalah karena model

     

  ini dianggap sebagai model yang paling baik dalam mengukur akrual diskresioner dan memberikan hasil yang kuat dengan tingkat kesalahan spesifikasi yang rendah dan dapat meningkatkan reliabilitas kesimpulan. Selain itu, model Kothari et al. (2005) merupakan pengembangan dari model Modified Jones dengan menambahkan kinerja perusahaan (ROA,

  

Return On Assets ) sebagai variabel kontrol dalam regresi total akrual untuk mengontrol

  dampak kinerja dalam mengukur akrual diskresioner. Rumus akrual diskresioner diperoleh dengan langkah-langkah berikut. 1. )

  it

  Menghitung total accruals (TA

   ...................................................................................... (1)

  Keterangan: NI = laba bersih perusahaan i pada periode t

  it

  CFO = Arus kas dari kegiatan operasi perusahaan i pada periode t

  it 2.

  Total accruals yang diestimasi dengan persamaan regresi OLS (Ordinary Least Square)

   .......... (2)

  Keterangan: A = Total aset pada periode t-1

  it-1

  = Perubahan pendapatan dari tahun t-1 ke tahun t (REV – REV )

  t t-1

  = Nilai kotor aktiva tetap pada tahun t = Perubahan piutang bersih dari tahun t-1 ke tahun t (AR – AR )

  t t-1

  = Return on Assets pada periode t 3. Menghitung akrual nondiskresioner

  Nilai , , , dan yang diperoleh pada langkah ke-2 dimasukkan ke dalam persamaan akrual nondiskresioner berikut ini kemudian (akan) dihitung secara manual untuk mendapatkan nilai akrual non diskresioner. Adapun persamaan akrual nondiskresioner yaitu:

   ............... (3) 4.

  Menghitung akrual diskresioner

   .................................................................................... (4)

  Asimetri informasi adalah kesenjangan informasi yang terjadi karena adanya konflik kepentingan antara manajer, pemegang saham dan stakeholder lainnya. Keberadaan asimetri informasi menyebabkan investor tidak dapat memberikan keputusan yang optimal karena investor dihadapkan pada permasalahan atas ketidakjelasan risiko dan manfaat atas investasinya. Dalam penelitian ini, asimetri informasi diukur menggunakan bid-ask spread (Purwanto, 2012; Adriani, 2013; Putri, 2013). Bid-ask spread yang digunakan merupakan

  

spread pasar, yaitu selisih antara harga jual tertinggi (highest ask) dan harga penawaran/beli

terendah (lowest bid) untuk saham tertentu.

  

SPREAD = (ask – bid ) / {(ask + bid )/2}x 100

it it it it it

  Keterangan: ask = harga ask (harga penawaran) tertinggi saham perusahaan i yang terjadi pada tahun t.

  i,t bid = harga bid (harga permintaan) terendah saham perusahaan i yang terjadi pd tahun t. i,t

  Teknik analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis ialah analisis regresi untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen serta untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Persamaan regresi dalam penelitian ini ditunjukkan seperti berikut.

  Y = α + βX + e

     

  Keterangan: X = kualitas laba yang diukur menggunakan akrual diskresioner Y = asimetri informasi α = konstanta regresi β = koefisien e = variabel lain yang memengaruhi Y

  Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti juga melakukan analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji ketepatan model. Seluruh analisis data dalam penelitian ini dibantu dengan perangkat lunak statistik SPSS for Windows versi 23. Adapun model penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Kualitas Asimetri  Laba (X)   Informasi (Y)  Gambar 1 Model Penelitian HASIL & PEMBAHASAN

  Setelah dilakukan uji asumsi klasik dan analisis regresi berganda, hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut:

  Tabel 2 Hasil Analisis Regresi Beta Variabel Variabel Independen t Sig Unstandardize Standardize Dependen d d

  7,42 0,00 Asimetri Informasi Akrual Diskresioner 0,189 0,510

  4

  1 R2 = 0,260 F = 55,113 α = 0.762

  Signifikansi F =

2 Adj. R = 0,255 0,000*

  • = signifikansi pada probabilitas 0,005 Berdasarkan tabel 5.7, dapat diperoleh persamaan jalur kedua berikut ini.

  Y = -0,762 + 0,189 X + e

  Tabel 2 menjelaskan hasil pengujian secara simultan dan parsial pengaruh akrual diskresioner (kualitas laba) terhadap asimetri informasi. Pada bagian uji F diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 (

  ≤ 0,05) dan koefisien determinasi sebesar 25,5%. Hasil uji ini menjelaskan bahwa akrual diskresioner (kualitas laba) berpengaruh positif terhadap asimetri informasi dengan kontribusi sebesar 25,5%. Karena p-value lebih kecil pada signifikan statistik pada

  α = 5%, hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas laba berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi dapat diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai laba yang berkualitas memiliki andil yang besar dalam meminimalkan asimetri informasi.

  Hasil pengujian membuktikan bahwa tingkat kualitas laba yang diukur dengan menggunakan diskresioner akrual berpengaruh positif pada tingkat asimetri informasi yang tercermin dalam bid-ask spread. Dengan kata lain, kualitas laba terbukti berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi sehingga H didukung. Hasil penelitian ini konsisten dengan

  1

  penelitian Bachtiar (2007), Jayaraman (2008), Ajward dan Takehara (2011), Bhattacharya et al. (2011), Brown dan Hillegeist (2007) dan Bhattacharya et al. (2012).

     

  Asimetri informasi merupakan kesenjangan informasi yang terjadi sebagai akibat adanya konflik kepentingan antara manajer, pemegang saham dan investor. Asimetri informasi menghasilkan agency risk sehingga investor yang bersifat rasional bertindak dengan memberikan harga atas agency risk tersebut. Salah satu indikator dan informasi yang digunakan investor dalam menilai kinerja perusahaan dan sebagai acuan dalam menentukan biaya dan konsekuensi ialah kualitas laba. Dechow et al. (2010) menyatakan bahwa kualitas laba yang tinggi lebih menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan yang relevan untuk pengambilan keputusan bagi beberapa pihak tertentu. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas laba yang tinggi memberikan informasi yang lebih baik dan meminimalkan asimetri informasi sehingga menjadi indikator utama dalam menilai kinerja fundamental perusahaan.

  Ajward dan Takehara (2011) menyatakan bahwa laba merupakan elemen utama dalam informasi akuntansi untuk efisiensi dan efektivitas pasar modal sehingga kualitas laba harus ditingkatkan, baik sebagai sinyal kepada investor mengenai kondisi perusahaan, maupun dalam menurunkan asimetri informasi. Bhattacharya et al. (2011) menjelaskan bahwa salah satu konsekuensi dalam menyajikan kualitas laba yang buruk adalah memperburuk tingkat asimetri informasi. Kualitas laba yang buruk akan meningkatkan risiko adverse selection, sebagaimana terwujud dalam biaya perdagangan dan tingkat likuiditas yang rendah dalam pasar modal. Hasil penelitian Brown dan Hillegeist (2007) dan Bhattacharya et al. (2012) menunjukkan bahwa kualitas laba yang buruk akan meningkatkan asimetri informasi dan menurunkan likuiditas pasar modal.

  Asimetri informasi yang diukur dengan bid-ask spread meningkat seiring dengan tingkat akrual disekresioner sebagai proksi (dari) kualitas laba yang buruk (Jayaraman, 2008). Penelitian Bachtiar (2007) menunjukkan bahwa akrual diskresioner berpengaruh terhadap tingkat asimetri informasi yang terjadi selama periode pengumuman. Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas laba yang buruk meningkatkan asimetri informasi, paling tidak selama periode dimana informasi yang berkaitan dengan laba telah diantisipasi oleh pelaku pasar. Tingkat akrual diskresioner yang tinggi menyebabkan peningkatan asimetri informasi, sebagaimana tercermin dalam bid-ask spread. Selanjutnya, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Abbasi et al. (2013) bahwa kualitas laba tidak memiliki pengaruh terhadap asimetri informasi walaupun pengungkapan estimasi laba merupakan konsep informatif yang diperkirakan dapat memengaruhi asimetri informasi.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas laba yang semakin tinggi akan menurunkan asimetri informasi. Sebaliknya, kualitas laba yang rendah akan meningkatkan asimetri informasi. Temuan ini menunjukkan bahwa kualitas laba dapat digunakan sebagai proksi risiko informasi untuk menganalisa tingkat asimetri informasi yang terjadi. Informasi laba yang semakin berkualitas menunjukkan pihak manajemen telah mengurangi relatif informasi yang merugikan dan memberikan informasi lebih lanjut tentang fitur kinerja keuangan perusahaan. Sebaliknya, kualitas laba yang rendah menyediakan informasi yang bias dan tidak menggambarkan kinerja keuangan sebenarnya sehingga investor tidak sepenuhnya memperoleh informasi yang dibutuhkan dan meningkatkan asimetri informasi. Hal ini menunjukkan implikasi bahwa kualitas laba dapat dijadikan sebagai proksi risiko informasi yang terjadi antara manajer dan investor (Enayati, 2013).

  Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan implikasi baik, secara teoritis maupun praktis untuk kepentingan praktisi dan kebijakan badan regulasi. Temuan dalam penelitian ini memberikan tambahan kajian bahwa diperoleh gambaran yang lebih komprehensif tentang bagaimana kualitas informasi yang disajikan perusahaan berperan

     

  dalam meminimalkan asimetri informasi. Selain itu, temuan ini juga dapat memberikan masukan dalam pengembangan ilmu dan saran untuk menyosialisasikan kualitas laba sebagai proksi untuk asimetri informasi. Pada sisi praktis, temuan ini dapat menjadi masukan bagi perusahaan, yaitu dengan meningkatkan kualitas laba untuk meminimalkan asimetri informasi. Sedangkan, kontribusi bagi pihak regulator terkait (pemerintah, IAI dan OJK) dalam merumuskan kebijakan, peraturan, dan standar yang terkait dalam peningkatan kualitas pengungkapan informasi dalam laporan tahunan dan meningkatkan efektivitas impelementasi pelaporan. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan akses informasi tanpa mengubah presisi informasi dan menghindari terjadinya insider trading.

  KESIMPULAN & SARAN Kesimpulan

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas laba berpengaruh negatif terhadap asimetri informasi. Hasil ini menjelaskan bahwa laba yang semakin berkualitas (yang dilaporkan) akan menurunkan tingkat asimetri informasi. Menurunnya tingkat asimetri informasi terjadi karena kualitas laba yang tinggi menunjukkan bahwa pihak manajemen telah mengurangi relatif informasi yang merugikan dan memberikan informasi lebih lanjut dan tidak bias tentang fitur kinerja keuangan perusahaan. Temuan ini menjelaskan bahwa investor telah mengantisipasi informasi terkait kualitas akrual sehingga laba yang semakin berkualitas memberikan petunjuk yang relevan bagi investor dalam menentukan arah investasi dan membuat keputusan ekonomis.

  Saran

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan penelitian- penelitian sejenis dan menjadi perbendaharaan referensi untuk penelitian pada masa mendatang dengan mempertimbangkan beberapa keterbatasan dan saran berikut.

  1. Penelitian ini hanya menggunakan pengukuran kualitas laba berdasarkan kualitas akrual yaitu akrual diskresioner. Penelitian berikutnya sebaiknya menambahkan komponen

  innate accruals dalam mengukur kualitas akrual laba. Innate accruals memiliki pengaruh

  yang lebih besar terhadap biaya modal dibandingkan dengan akrual diskresioner karena komponen ini menggambarkan model bisnis dan lingkungan operasi perusahaan. Selain itu, penelitian berikutnya juga dapat menggunakan proksi (atribut) kualitas laba lain, seperti persistance (persistensi), predictability (kemampuan memprediksi), dan

  smoothness.

  2. Mengembangkan model penelitian dengan melihat pengaruh kualitas laba terhadap asimetri informasi lebih lanjut terhadap bagaimana memengaruhi tingkat imbal saham yang disyaratkan investor atau biaya modal ekuitas.

DAFTAR PUSTAKA

  Abbasi, Shoeib., M. Ajam, S. Peikarnegar, K. Mohamadi. 2013. The Survey of Earning Quality to Information Asymmetry: Evidence from Tehran Stock Exchange.

  Switzerland Research Park Journal Vol. 102 (2): 63 - 73

  Adriani, 2013. Pengaruh Tingkat Disclosure, Manajemen Laba, Asimetri Informasi Terhadap

  Biaya Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

  Skripsi, Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Tahun 2009-2011). Negeri Padang

  Ajward, AR dan Hitoshi Takehara. 2011. On The Relationship between Earning Quality and the Degree of Information Asymmetry: Evidence from Japan. Japan Journal of Vol. 31 (1): 76 - 98

  Finance

     

  Jayaraman, Sudarshan. 2008. Earnings Volatility, Cash Flow Volatility, and Informed Trading. Journal of Accounting Research Vol. 46 (4): 809 - 851

  . Fifth Edition. Wiley Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE

  Approach

  Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010. Research Methods for Business: A Skill Building

  Schipper, K.,& L. Vincent.2003. Earnings quality. Accounting Horizons Vol.17(2003): 97- 110

  Banjarmasin, 20-23 September 2012

  Purwanto, Agus. 2012. Pengaruh Manajemen Laba, Asymmetry Information, dan Pengungkapan Sukarela Terhadap Biaya Modal. Simposium Nasional Akuntansi XV

  Review Vol. 63 (1): 1-22

  Lev, B. 1988. Toward a Theory of Equitable and Efficient Accounting Policy. The Accounting

  

and The Cost Of Capital. Working Paper on SSRN. http://www.papers.ssrn.com

  Leuz, C., dan R. Verrecchia. 2004. Firms’ Capital Allocation Choices, Information Quality,

  Lambert, R., C. Leuz, dan R. Verrecchia. 2011. Information Asymmetry, Information Precision, and The Cost of Capital. Review of Finance Vol. 16 (1): 1 - 29

  Lambert, R., C. Leuz, dan R. Verrecchia. 2007. Accounting Information, Disclosure, and The Cost of Capital. Journal of Accounting Research Vol. 45 (2): 385 - 420

  Kothari, S.P., Andrew J. Leone, Charles E. Wasley. 2005. Performance Matched Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting and Economics Vol. 39 (2005): 163 - 197

  Healy, Paul M. dan Khrisna G. Palepu. 1993. The Effect of Firms’ Financial Disclosure Strategies On Stock Prices. Accounting Horizons Vol. 7 (1): 1 - 11

  Bachtiar, Yanivi. 2007. Accrual and Information Asymetry. The 1

  Economics Vol. 39 (2): 295 – 327

  ___________. 2005. The Market Pricing of Accruals Quality. Journal of Accounting and

  Francis, J., R. LaFond, P. M. Olsson, dan K. Schipper. 2004. Costs Of Equity And Earnings Attributes. The Accounting Review Vol. 79 (4): 967 - 1010

  Enayati, Esmael. 2013. Is Earnings Quality Used for Reacting to Capital Raising Announcement?.Journal of Basic and Applied Scientific Research Vol.3 (2): 916 - 921

  Accounting and Economics Vol. 50 (2): 344 - 401

  Dechow, P., Weili Ge, dan Catherine Schrand. 2010. Understanding Earning Quality: A Review of the Proxies, Their Determinant and Their Consequences. Journal of

  TEMA Vol. 4 (1): 48 - 62

  Brown, Stephen dan Stephen A. Hillegeist. 2007. How Disclosure Quality Affects The Level of Information Asymmetry. Review of Accounting Studies Vol. 12 (2): 443 - 477 Dahlan, Ahmad. 2003. Disclosure dan Corporate Governance: Suatu Tinjauan Teoritis. Jurnal

  Review Vol. 72 (1): 323 – 349

  Bhattacharya, Neil, H. Desai and K. Venkataraman. 2011. Earnings Quality and Information Asymmetry: Evidence From Trading Costs. Accepted Paper Series on SSRN. http://www.papers.ssrn.com. Botosan, C. A. 1997. Disclosure Level and the Cost of Equity Capital. The Accounting

  Mediated Associations Among Earnings Quality, Information Asymmetry and the Cost of Equity. The Accounting Review Vol. 87 (2): 449 - 482

  Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia. Depok, 7 - 9 November 2007 Bhattacharya, Neil., Frank Ecker, Per Olsson, dan Katherine Schipper. 2012. Direct and

  st Accounting Conference .

  Yogyakarta