HUBUNGAN ANTARA KUALITAS LABA ASIMETRI I
Moh. Nasih
Universitas Airlangga [email protected]
Puput Tri Komalasari *1 Universitas Airlangga [email protected]
Moh. Madyan
Universitas Airlangga [email protected]
Abstract
This study examines the direct and indirect impacts of earnings quality on cost of equity capital by using path analysis. The quality of earnings is measured by two proxies, namely discretionary accrual and income smoothing. Information asymmetry is used as mediating variable. This study uses 3 years sample period, ie 2008 – 2010. This study finds that information asymmetry has two important roles in determining the cost of equity capital. Firstly, information asymmetry affects positively to cost of equity capital, and secondly, information asymmetries serve as mediator between earnings quality measured by discretionary accrual and the cost of equity capital. Nevertheless, there is no significant direct and indirect relationship between earnings quality and the cost of capital when earnings quality was measured by income smoothing.
Keywords: information asymmetry, cost of equity capital, discretionary accrual, income
smoothing, earnings quality
Abstrak
Penelitian ini menguji dampak langsung dan tidak langsung dari kualitas laba terhadap biaya modal ekuitas dengan menggunakan analisis jalur. Kualitas laba diukur dengan dua proksi, yaitu discretionary accrual dan perataan laba. Penelitian ini menggunakan asimetri informasi sebagai variabel pemediasi. Perioda penelitian yang digunakan adalah 3 tahun yaitu tahun 2008 ‒2010. Penelitian ini menemukan asimetri informasi memiliki dua peran penting dalam penentuan biaya modal ekuitas. Pertama, asimetri informasi berpengaruh positif terhadap biaya modal ekuitas, dan kedua asimetri informasi merupakan mediator antara kualitas laba yang diukur dengan discretionary accrual dan biaya modal ekuitas. Namun demikian, penelitian ini tidak berhasil menemukan pengaruh langsung dan tidak langsung dari kualitas laba yang diukur dengan perataan laba terhadap biaya modal ekuitas.
1 Penulis adalah mahasiswa program doktor (S3) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 222
Kata kunci: asimetri informasi, cost of equity capital , discretionary accrual , kualitas laba,
perataan laba
PENDAHULUAN
liquidity traders sehingga mereka melebarkan bid-ask spread di pasar modal. Lebarnya bid-
ask spread menyebabkan turunnya likuiditas menyatakan bahwa struktur finansial tidak
saham tersebut. Amihud dan Mendelson relevan bagi pengambilan keputusan investasi.
(1986) mendokumentasikan peningkatan biaya Argumentasi ini didasarkan pada asumsi pasar
modal yang disebabkan oleh turunnya modal yang sempurna, sehingga sumber
likuiditas.
pendanaan eksternal merupakan substitusi Diamond dan Verrecchia (1991) yang sempurna bagi sumber pendanaan
menunjukkan adanya hubungan antara internal. Namun, struktur finansial ini menjadi
asimetri informasi dan biaya modal ekuitas relevan dalam pengambilan keputusan
( cost of equity capital ). Secara analitis, investasi bagi perusahaan yang menghadapi
Diamond dan Verrecchia (1991) menunjukkan ketidakpastian ( uncertainty ), atau beroperasi
bahwa dengan mengungkapkan informasi di pasar modal yang tidak sempurna yang
privat, return yang diminta ( required rate of menyebabkan biaya modal eksternal ( external
return ) oleh investor akan menurun karena cost of capital ) melebihi biaya dana internal
turunnya biaya transaksi sebagai hasil dari ( internal cost of fund ). Myers dan Majluf
penurunan adverse selection problem dan pada (1984) dan Fazzari et al. (1988) menemukan
akhirnya biaya modal ekuitasnya juga bahwa ketidaksempurnaan pasar menciptakan
mengalami penurunan. Semakin besar asimetri masalah asimetri informasi di pasar modal.
informasi di antara partisipan pasar akan Masalah asimetri informasi di pasar
menghasilkan peningkatan biaya transaksi dan modal yang tidak sempurna seringkali
menurunkan likuiditas sehingga return yang menyulitkan bagi penyedia dana eksternal
diminta oleh investor juga meningkat. Jadi, untuk mengevaluasi kualitas peluang investasi
berdasarkan hasil riset analitis Kyle (1985), perusahaan. Akibatnya, biaya untuk penerbitan
Glosten dan Milgrom (1985), Amihud dan utang atau ekuitas baru jauh melampaui biaya
Mendelson (1986), dan Diamond dan peluang ( opportunity cost ) dari sumber
Verrecchia (1991) dapat disimpulkan bahwa pendanaan internal yang dihasilkan melalui
asimetri informasi berasosiasi negatif dengan arus kas dan laba ditahan. Dengan kata lain,
biaya modal.
sumber dana internal bukan merupakan Salah satu cara untuk mengurangi substitusi yang sempurna bagi sumber
asimetri informasi di pasar modal adalah pendanaan eksternal (Fazzari et al. 1988).
melalui pengungkapan ( disclosure ) laporan Dalam mekanisme pasar modal,
keuangan oleh emiten. Laporan keuangan partisipan pasar juga menghadapi masalah
diduga mampu memberikan sinyal mengenai asimetri
prospek perusahaan di masa mendatang. berinteraksi satu dengan lainnya dalam rangka
Namun, laporan keuangan yang menyesatkan merealisasikan tujuan mereka, yaitu membeli
sangat mungkin akan meningkatkan risiko dan menjual sekuritas. Aktivitas mereka
bagi investor.
utamanya dipengaruhi oleh informasi yang Lambert et al. (2011) menemukan bahwa diterima secara langsung (yaitu informasi
risiko informasi (yaitu risiko atas kualitas publik) atau tidak langsung (misalnya
informasi dan akurasi informasi yang diterima informasi yang diperoleh melalui insider
oleh investor berhubungan dengan biaya trading ).
modal ekuitas. Hasil riset analitis mereka Model analitis yang dikembangkan oleh
menyatakan bahwa dalam setting kompetisi Kyle (1985) dan Glosten dan Milgrom (1985)
sempurna, tingkat presisi penilaian arus kas menunjukkan bahwa asimetri informasi dapat
perusahaan di masa mendatang secara meningkatkan adverse selection risk bagi
langsung memengaruhi biaya modal ekuitas.
223 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
Risiko informasi sebagaimana disampaikan antara kualitas laba, asimetri informasi dan oleh Lambert et al. (2011) seringkali
biaya modal ekuitas serta mengujinya secara diproksikan dengan kualitas laba. Laba
empiris dalam konteks perusahaan yang dikatakan berkualitas tinggi apabila mampu
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jadi, tujuan menyediakan informasi yang reliabel
dari studi ini adalah menguji asosiasi antara mengenai
kualitas informasi, asimetri informasi dan perusahaan yang relevan untuk pengambilan
biaya ekuitas dalam satu rerangka empiris keputusan (Dechow et al. 2010).
yang komprehensif. Dengan kata lain, studi ini Dari dua aliran riset analitis yang
berupaya untuk mengkombinasikan dua ide dikemukakan oleh Diamond dan Verrecchia
fundamental yang dikemukakan oleh Diamond (1991) dan Lambert et al. (2011) terdapat pola
dan Verrecchia (1991) dan Lambert et al. hubungan yang berbeda. Aliran riset yang
pertama menunjukkan hubungan antara Bhattacharya et al. (2012) merupakan asimetri informasi dan biaya modal ekuitas,
memelopori untuk sedangkan aliran riset yang kedua
peneliti
yang
mengintegrasikan hubungan antara kualitas menggambarkan hubungan antara kualitas laba
laba, asimetri informasi dan biaya modal dan biaya modal ekuitas. Pengintegrasian
ekuitas. Mereka meneliti hubungan ketiga kedua aliran riset tersebut diharapkan dapat
konstruk tersebut dengan menggunakan memberikan rerangka teori yang lebih
analisis jalur ( path analysis ). Hasil penelitian komprehensif. Namun demikian, upaya untuk
mereka menemukan adanya hubungan mengintegrasikan kedua bentuk hubungan
langsung dan tidak langsung antara kualitas tersebut dalam riset empiris masih sangat
laba dan biaya modal ekuitas. minim. Mayoritas penelitian sebelumnya
Berbeda dengan Bhattacharya et al. menguji hubungan antara kualitas laba,
(2012), penelitian ini menggunakan rerangka asimetri informasi dan biaya modal ekuitas
teori mikrostruktur pasar untuk mengukur secara parsial (misalnya, Handa dan Linn
asimetri informasi. Berdasarkan literatur 1993; Komalasari dan Baridwan 2001;
mikrostruktur pasar (misalnya Easley dan Bhattacharya et al. 2013; Eliwa et al. 2016).
O’Hara 1987), asimetri informasi antara Kualitas laba tidak hanya memengaruhi
partisipan pasar dicerminkan dari komponen investor melainkan juga perusahaan. Bagi
adverse selection dari bid ask spread . perusahaan, menerbitkan informasi yang
Penggunaan komponen adverse selection ini berkualitas rendah dapat menyebabkan
dinilai lebih mampu merepresentasikan situasi tingginya biaya modal, dan hal ini dapat
asimetri informasi antara partisipan yang mengganggu kinerja perusahaan karena
memiliki informasi lebih lengkap (disebut semakin sedikit peluang investasi yang dapat
informed trader ) dan partisipan yang memiliki diambil. Bagi partisipan pasar, buruknya
informasi yang sedikit (disebut uninformed kualitas informasi dapat meningkatkan
trader ).
keraguan mengenai kinerja perusahaan Bhattacharya et al. (2013) telah menguji sedemikian rupa sehingga asimetri informasi
hubungan antara kualitas laba dan asimetri di antara partisipan pasar meningkat.
informasi. Proksi asimetri informasi yang Tingginya
digunakan oleh Bhattacharya et al. (2013) mendorong turunnya likuiditas saham dan
tingkat
asimetri informasi
mirip dengan Bhattacharya et al. (2012) yaitu akibatnya return yang diminta oleh investor
menggunakan effective spread dan price meningkat yang pada gilirannya meningkatkan
impact yang mencerminkan kecepatan biaya modal perusahaan. Rerangka teoretis ini
penyesuaian perubahan harga. Kelemahan dari tampak kuat di literatur keuangan, namun
penggunaan effective spread untuk mengukur belum banyak didukung oleh bukti empiris
asimetri informasi adalah effective spread yang kuat terutama di Indonesia.
merupakan ukuran yang kasar ( noisy measure ) Berdasarkan latar belakang tersebut, isu
karena mengandung tiga jenis biaya yang utama yang diangkat dalam penelitian ini
dihadapi oleh dealer , yaitu biaya pemrosesan adalah bagaimana mengintegrasikan hubungan
pesanan ( order processing cost ), biaya
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 224
penyimpanan ( inventory holding cost ), dan biaya adverse selection (lihat misalnya, Amihud dan Mendelson 1986; Copeland dan
TELAAH LITERATUR DAN
Galai 1983; Stoll 1978).
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Perbedaan kedua adalah penelitian ini tidak hanya menggunakan dasar akrual untuk
Kualitas Laba
mengukur kualitas laba, melainkan juga Konsep kualitas laba telah berkembang menggunakan income smoothing sebagai salah
sejak tahun 1930an ketika analisis fundamental satu pengukuran kualitas laba dengan alasan
mulai digunakan oleh investor untuk bahwa seringkali investor lebih mudah melihat
mengidentifikasi sekuritas yang under atau fenomena income smoothing dibandingkan
overvaluation sebagaimana digambarkan oleh dengan menghitung komponen akrual dari laba
Graham dan Dodd (2009) dalam bukunya yang perusahaan.
berjudul Security Analysis . Suatu sekuritas Terakhir,
dihargai under atau overvaluation jika terdapat memasukkan risiko sistematis (beta) sebagai
perbedaan antara harga sekuritas dan nilai pemediasi hubungan antara kualitas laba dan
intrinsik atau true value . Nilai intrinsik atau biaya
true value diestimasi berdasarkan analisis Bhattacharya et al. (2012) karena penelitian ini
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh menggunakan capital asset pricing model perusahaan.
(CAPM) yang telah mengandung beta sebagai Kualitas laba merupakan konsep yang proksi dari biaya modal ekuitas. Jadi,
multidimensional. Paling tidak terdapat tiga penelitian ini hanya menggunakan satu
faktor yang memengaruhi kualitas laba, yaitu mediator, yaitu asimetri informasi.
keputusan yang diambil oleh badan penetap Studi ini memberikan dua kontribusi,
standar (dalam hal ini adalah Ikatan Akuntan pertama adalah memberikan bukti tambahan
Indonesia), pilihan yang dibuat oleh mengenai hubungan antara kualitas laba,
managemen mengenai metoda akuntansi yang asimetri informasi dan biaya ekuitas yang
seharusnya dipilih dari berbagai alternatif, dan sangat jarang diteliti khususnya di Indonesia.
pertimbangan serta estimasi yang disusun oleh Kedua, penelitian ini menerapkan suatu
managemen dalam menerapkan metoda rerangka konseptual baru berdasarkan dua
akuntansi yang dipilih (Dechow et al. 2010). aliran penelitian yaitu hubungan antara
Analis sekuritas memiliki kepentingan asimetri informasi dan biaya modal ekuitas
terhadap informasi keuangan perusahaan guna (Diamond dan Verrecchia 1991) dan hubungan
mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan. antara kualitas informasi dan biaya modal
Salah satu indikator kinerja keuangan yang ekuitas (Lambert et al. 2011).
paling sering dianalisis adalah tingkat earnings Hasil studi ini menemukan bahwa
power yang dihasilkan oleh perusahaan. asimetri informasi memiliki dua peran penting,
Kendala yang dihadapi oleh analis sekuritas yaitu bahwa asimetri informasi memiliki
adalah sulitnya menandingkan angka laba dari dampak positif terhadap biaya modal ekuitas,
tahun ke tahun atau antar perusahaan karena dan kedua bahwa asimetri informasi
laba ( earnings ) mereprentasikan interaksi merupakan mediator antara kualitas laba dan
antara metoda akuntansi dan kebijakan biaya modal ekuitas. Hasil riset ini
managemen tentang pelaporan keuangan. Hal mengimplikasikan bahwa biaya dana yang
ini mendorong munculnya variasi antar semakin murah dapat diperoleh melalui
laporan keuangan perusahaan. Jadi, kualitas penurunan
laba yang dilaporkan oleh perusahaan memperbaiki kualitas informasi akuntansi.
merupakan objek yang dibutuhkan oleh analis Regulator perlu mendorong perusahaan publik
sekuritas untuk menilai kinerja perusahaan. untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas
Bagi analis sekuritas, kualitas laba memiliki informasi yang relevan bagi investor melalui
asosiasi dengan true earnings power pengungkapan wajib ( mandatory ) dan suka
perusahaan (Dechow et al. 2010). rela ( voluntary ).
225 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
Riahi-Belkoui
Teori Bid-Ask Spread
mengoperasionalisasi kualitas
Model asimetri informasi (misalnya, akuntansi sebagai keburaman laba ( earnings
informasi
Copeland dan Galai 1983) mengasumsikan opacity ). Istilah keburaman laba ini
bahwa terdapat 3 jenis pelaku pasar modal, diperkenalkan oleh Bhattacharya et al. (2003).
yaitu partisipan ( trader ) dengan informasi Keburaman laba mengukur seberapa besar
berlebih (disebut informed traders ), partisipan reported income gagal memberikan informasi
dengan informasi yang sedikit (disebut mengenai laba ekonomik ( economic earnings )
uninformed trader ) dan risk neutral specialist . yang sesungguhnya —yang sebenarnya tidak
traders melakukan transaksi dapat diobservasi —dari perusahaan tersebut.
Informed
berdasarkan informasi privat yang mereka Secara singkat, keburaman laba adalah
miliki yang belum tercermin dalam harga hilangnya tingkat keinformativan dari reported
saham, dan mereka bertransaksi secara earnings sebuah perusahaan.
spekulatif. Informed traders masuk ke pasar Reported earnings sebuah perusahaan
karena mereka memiliki informasi privat bisa menjadi bias karena adanya interaksi yang
mengenai nilai aset di masa mendatang yang kompleks antara motivasi managerial, standar
belum pernah dipublikasikan, sedangkan akuntansi dan kualitas audit (Bhattacharya et
uninformed trader (atau seringkali disebut al. 2003). Bisa jadi bahwa reported earnings liquidity
bertransaksi untuk mengalami penurunan kualitas karena adanya
trader )
menyesuaikan portofolio dalam rangka motivasi managemen untuk memanipulasi
mengoptimalkan arus kas mereka. Spesialis angka laba, dan hal ini dimungkinkan oleh
merupakan partisipan pasar yang dapat standar
bertindak sebagai broker atau dealer . fleksibilitas dalam pemilihan praktik-praktik
Brokerage transaction ditujukan untuk akuntansi. Alternatifnya, lemahnya kualitas
memenuhi pesanan investor yang menjadi reported earnings bisa jadi tidak disebabkan
kliennya, sedangkan sebagai dealer, spesialis oleh motivasi untuk memanipulasi laba
memiliki kewenangan untuk bertransaksi atas melainkan karena standar akuntansi yang
namanya sendiri. Spesialis diasumsikan belum mampu memberikan metoda yang
memiliki informasi yang identik dengan terbaik untuk menyajikan sebuah informasi
liquidity traders . Dalam kondisi ini, dealer ekonomik dari sebuah aktivitas bisnis
menghadapi masalah adverse selection dan perusahaan, dan managemen tidak berminat
kerugian ketika untuk mengatasi kelemahan ini.
menghadapi
potensi
bertransaksi dengan informed traders . Untuk Berdasarkan
menutupi kerugian dari informed trader maka Bhattacharya et al. (2003) dan Dechow et al.
argumentasi
dari
dealer akan melebarkan spread dari liquidity (2010) maka kualitas laba seringkali
traders .
diasosiasikan dengan managemen laba. Secara ringkas, literatur mikrostruktur Semakin tinggi laba yang dimanipulasi
mengenai bid ask spread menyatakan bahwa ( managed earnings ) mengindikasikan kualitas
terdapat suatu komponen spread yang turut yang rendah (Lo 2008). Secara eksplisit, Lo
memberikan kontribusi terhadap kerugian (2008) menyatakan bahwa “Earnings
yang dialami dealer ketika bertransaksi dengan management occurs when managers use
informed trader . Komponen tersebut adalah: judgment in financial reporting and in
1) Biaya pemrosesan pesanan ( order structuring transactions to alter financial
processing cost ), terdiri dari biaya yang reports to either mislead some stakeholders
dibebankan oleh dealer atas kesiapannya about the underlying economic performance of
mempertemukan pesanan pembelian dan the company or to influence contractual
penjualan, serta kompensasi atas waktu outcomes that depend on reported accounting
yang diluangkan oleh dealer untuk numbers.’’
menyelesaikan transaksi.
2) Biaya penyimpanan persediaan ( inventory holding cost ), yaitu biaya yang ditanggung oleh dealer untuk menyimpan sejumlah
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 226
saham agar dapat diperdagangkan sesuai Verrecchia (2004) menyatakan bahwa laporan dengan permintaan.
kinerja (misalnya laporan laba) berperan dalam
menyelaraskan kepentingan perusahaan dan mencerminkan sebuah harga ( reward ) yang
3) Adverse selection
component ,
investor terkait dengan investasi modal. Dalam diberikan kepada pedagang sekuritas untuk
konteks perencanan investasi, pelaporan mengambil suatu risiko ketika berhadapan
keuangan yang berkualitas buruk dapat dengan investor yang memiliki informasi
merusak koordinasi antara perusahaan dan superior ( informed trader ), komponen ini
investornya karena ketidakpastian tentang terkait erat dengan arus informasi di pasar
presisi dan akurasi dari informasi keuangan modal.
sehingga menciptakan risiko informasi bagi investor. Investor mengantisipasi risiko
Berkaitan dengan kualitas informasi, informasi ini dengan cara menuntut premi fokus perhatian penelitian ini adalah pada
risiko yang lebih tinggi atas modal yang akan komponen adverse selection . Penelitian yang
ditanamkan dalam perusahaan. Tingginya dilakukan oleh Bagehot (1971) dan Easley dan
premi risiko ini secara langsung menyebabkan O’Hara (1987) telah mengembangkan model
tingginya biaya modal yang ditanggung oleh teoretis yang menghubungkan arus informasi
perusahaan. Leuz dan Verrecchia (2004) juga terhadap bid ask spread . Premis yang mereka
menegaskan bahwa sebagian dari risiko ajukan adalah bahwa sebagian investor
informasi ini termasuk dalam kategori risiko memiliki lebih banyak informasi mengenai
yang tidak dapat didiversifikasikan. nilai saham dibandingkan dealer . Dealer Easle y dan O’Hara (2004) juga mengetahui bahwa informed trader ini hanya
menyatakan bahwa risiko informasi yang akan
dihadapi oleh uninformed traders tidak dapat menguntungkan bagi mereka. Disisi lain,
didiversifikasi. Dalam modelnya, semakin dealer juga mengetahui bahwa mereka akan
banyak informasi privat yang dimiliki oleh memperoleh keuntungan bila berdagang
informed investor maka risiko bagi uninformed dengan uninformed trader .
investor yang memegang saham meningkat, Model ini menyatakan bahwa dealer karena investor yang memiliki informasi privat
menetapkan bid-ask spread sedemikian rupa akan mampu memperbaiki komposisi sehingga keuntungan yang diharapkan dari
portofolionya dengan lebih baik dibandingkan uninformed trader dapat menutup kerugian
uninformed investor . Jadi, uninformed investor dari informed trader . Oleh karena itu,
menghadapi risiko informasi sistematik (yaitu komponen adverse selection dari spread ini
risiko yang tidak dapat didiversifikasi), akan lebih besar ketika dealer memprediksi
sehingga mereka menuntut return yang lebih bahwa potensi untuk bertransaksi dengan
tinggi (yaitu membebankan biaya modal informed trader lebih besar, atau ketika dealer
ekuitas yang lebih tinggi) sebagai kompensasi. meyakini bahwa informed trader memiliki
Easle y dan O’Hara (2004) menegaskan bahwa informasi yang lebih akurat. Dalam kondisi ini
besarnya informasi privat dan rendahnya maka komponen adverse selection dari bid-ask
presisi informasi menunjukkan besarnya risiko spread merefleksikan tingkat risiko asimetri
informasi dan menyebabkan tingginya informasi yang dipersepsikan oleh dealer . Jadi,
required return .
ketika dealer bertransaksi dengan informed Franchis et al. (2004) menguji pengaruh trader maka biaya transaksi akan meningkat,
kualitas informasi akuntansi yang diukur dan adanya asimetri informasi akan membawa
dengan 7 atribut kualitas laba terhadap biaya pada bid-ask spread yang lebih besar.
modal. Atribut kualitas laba diukur dengan menggunakan basis akuntansi dan basis pasar.
Kualitas Laba dan Biaya Modal Ekuitas
Penelitian tersebut menemukan bahwa secara Hubungan antara kualitas laba dan biaya
umum perusahaan dengan kualitas laba yang modal ekuitas dijelaskan melalui teori
rendah menanggung biaya modal yang lebih penetapan harga risiko informasi ( theory of the besar. Secara lebih spesifik, Franchis et al.
pricing of information risk ). Leuz dan (2005) menguji keterkaitan antara kualitas
227 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
akrual perusahaan dengan biaya modal. akan lebih besar untuk sekuritas dengan bid- Franchis et al. (2005) menyatakan bahwa
ask spread yang lebih lebar karena investor kualitas akrual yang digunakan dalam
menuntut return yang lebih tinggi guna penelitiannya mampu merefleksikan tingkat
menutupi tambahan biaya transaksi yang risiko informasi yang ditanggung oleh investor
ditanggungnya. Publikasi informasi yang dan menemukan bahwa rendahnya kualitas
dilakukan perusahaan dapat mengurangi biaya akrual perusahaan diasosiasikan dengan
adverse selection dari bid-ask spread sehingga tingginya biaya modal perusahaan baik biaya
biaya modal ekuitas juga turun. modal utang ataupun biaya modal ekuitas.
Diamond dan Verrecchia (1991) Seirama dengan Franchis et al. (2004, 2005),
mengembangkan suatu model analitis yang Bhattacharya et al. (2013) menemukan bahwa
menguji sebab dan akibat dari likuiditas saham perusahaan dengan kualitas laba yang rendah
serta dampaknya terhadap harga saham dan menanggung asimetri informasi yang lebih
biaya modal. Keduanya mengidentifikasi besar dibandingkan dengan perusahaan dengan
asimetri informasi kualitas laba yang bagus di sekitar tanggal
bahwa
penurunan
menurunkan biaya modal. Riset analitis pengumuman laba.
lainnya dilakukan oleh Handa dan Linn (1993), Dutta dan Nezlobin (2016) meneliti
Coles et al. (1995) dan Clarkson et al. (1996). dampak pengungkapan informasi pada biaya
Mereka menyimpulkan bahwa makin banyak modal ekuitas dan kesejahteraan investor.
dilakukan oleh Hasil riset mereka menemukan bahwa
pengungkapan
yang
perusahaan maka biaya modal ekuitas akan peningkatan presisi pengungkapan informasi
turun akibat turunnya estimasi risiko publik mendorong turunnya biaya modal.
sistematis.
Hasil ini bukan tidak konsisten dengan Francis Komalasari dan Baridwan (2001) et al. (2004) karena kualitas pengungkapan
mencoba untuk menguji riset analitis Diamond informasi dapat menjadi substitusi bagi
dan Verrecchia (1991) secara empiris. kualitas laba (Mouselli et al. 2012). Oleh
Keduanya menemukan hubungan positif karena itu, hipotesis alternatif yang diajukan
antara asimetri informasi dan biaya modal adalah:
ekuitas di Bursa Efek Jakarta. Artinya bahwa
H 1 : Kualitas laba berpengaruh negatif
semakin kecil asimetri informasi yang terjadi
terhadap biaya modal ekuitas.
diantara partisipan pasar modal maka semakin kecil biaya modal ekuitas yang ditanggung
Asimetri Informasi Dan Biaya Modal
oleh perusahaan. Hasil empiris ini mendukung
Ekuitas
rerangka teoretis yang dikembangkan oleh Hubungan antara asimetri informasi dan
Diamond dan Verrecchia (1991). Lebih lanjut, biaya modal ekuitas bisa dijelaskan dari
Komalasari dan Baridwan (2001) menemukan literatur tentang mikrostruktur pasar finansial.
bahwa ukuran perusahaan memengaruhi biaya Model asimetri informasi mengimplikasikan
modal ekuitas perusahaan. Semakin besar bahwa informasi publik yang mampu
ukuran perusahaan maka penurunan biaya menurunkan asimetri informasi diantara
modal ekuitas sebagai akibat dari penurunan pelaku pasar seharusnya diikuti dengan
asimetri informasi lebih besar dibandingkan penurunan spread yang ditetapkan oleh dealer .
dengan perusahaan kecil.
Model analitis yang dikemukakan oleh Kyle Pada awal analisisnya, Easley dan (1985) dan Glosten dan Milgrom (1985)
O’Hara (2004) membedakan dampak menunjukkan bahwa asimetri informasi akan
perbedaan komposisi informasi antara meningkatkan adverse selection risk bagi
informasi publik dan informasi privat terhadap liquidity traders sehingga mereka melebarkan
harga aset. Keduanya berpendapat bahwa bid-ask spread . Lebarnya bid-ask spread uninformed investor mengakui bahwa mereka
menyebabkan turunnya likuiditas saham
information disadvantage tersebut.
memiliki
dibandingkan informed investor sehingga Secara teoretis, Amihud dan Mendelson
mereka cenderung memegang sekuritas dalam (1986) menyatakan bahwa biaya modal ekuitas
jumlah yang lebih sedikit. Pada gilirannya,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 228
kondisi tersebut mendorong harga sekuritas Dengan menggunakan proksi kualitas mengalami penurunan seiring dengan
informasi yang berbeda dengan Botosan tingginya kesenjangan informasi (yaitu
(1997), Chung et al. (2009) menyatakan bahwa asimetri informasi) di antara investor, sehingga
semakin agresif managemen dalam memilih biaya
trader semakin peningkatan.
modal perusahaan
memperlebar bid-ask spread nya dalam rangka Lambert et al. (2011) meneliti secara
memproteksi mereka terhadap kemungkinan analitis hubungan antara asimetri informasi
kerugian akibat dari tingginya asimetri dan biaya modal dalam kondisi pasar yang
informasi tentang kualitas laporan keuangan tidak sempurna. Mereka menunjukkan bahwa
perusahaan. Hasil yang sama juga ditemukan terdapat interaksi antara kondisi pasar, asimetri
oleh Bardos (2011). Berdasarkan penelitian informasi dan biaya modal perusahaan.
Chung et al. (2009) dan Bardos (2011) dapat Ketidaksempurnaan pasar telah menyebabkan
disimpulkan bahwa praktik managemen laba harga tidak merefleksikan informasi secara
yang dilakukan oleh manager akan lengkap; yang pada gilirannya akan
meningkatkan asimetri informasi di antara menurunkan tingkat presisi informasi dan
karena investor meningkatkan biaya modal. Asimetri
partisipan
pasar
mengantisipasi ketidakpastian atas kualitas informasi antara partisipan pasar menciptakan
informasi akuntansi. Hasil ini diperkuat oleh pasar yang tidak likuid sehingga meningkatkan
Bhattacharya et al. (2013) yang meneliti biaya modal. Hipotesis yang akan diuji adalah:
asosiasi antara kualitas laba dan asimetri
H 2 : Asimetri informasi memiliki dampak
informasi dengan menggunakan sampel besar
positif terhadap biaya modal ekuitas
dari NYSE dan NASDAQ untuk perioda 1998 —2007. Mereka menemukan bahwa
Kualitas Laba, Asimetri Informasi dan
kualitas laba yang lebih rendah diasosiasikan
Biaya Modal Ekuitas
dengan asimetri informasi yang lebih tinggi Pengungkapan informasi yang diberikan
yang tercermin dalam komponen adverse oleh perusahaan kepada publik dapat
selection dari biaya perdagangan. menurunkan asimetri informasi diantara
Selanjutnya, Diamond (1985) dan pelaku pasar ( trader ) sehingga para pelaku
Diamond dan Verrecchia (1991) menyatakan pasar dapat mengambil keputusan investasi
bahwa semakin tinggi kualitas informasi akan secara efektif pada tingkat harga yang wajar
menurunkan asimetri informasi diantara sehingga likuiditas saham perusahaan tersebut
partisipan pasar dan pada akhirnya juga meningkat. Pada tahapan selanjutnya,
menurunkan biaya modal. Pernyataan ini peningkatan
didukung oleh bukti empiris yang dilakukan menurunkan biaya modal perusahaan (Amihud
oleh Welker (1995) yang menemukan dan Mendelson 1986).
antara kualitas Botosan (1997) meneliti pengaruh
hubungan berlawanan
pengungkapan laporan keuangan dan bid-ask informasi akuntansi terhadap biaya modal
spread .
ekuitas. Dengan menggunakan disclosure Bushman dan Smith (2001) menyatakan index untuk mengukur besaran kualitas
bahwa informasi akuntansi keuangan yang informasi
berkualitas dapat menjadi mekanisme kontrol menemukan bahwa semakin besar tingkat
untuk mengalokasikan pengungkapan akuntansi yang dilakukan oleh
bagi manager
sumberdaya pada projek-projek yang memang perusahaan yang diikuti oleh sedikit analis
bagus dan menghindari misalokasi ke projek- maka biaya modal ekuitasnya semakin rendah.
projek yang sebenarnya merugikan, dan Namun ia tidak menemukan bukti asosiasi
pelaporan keuangan dapat menurunkan antara tingkat pengungkapan informasi
information uncertainty yang pada akhirnya akuntansi dengan biaya modal ekuitas untuk
dapat menurunkan biaya modal ekuitas dan perusahaan yang diikuti oleh sejumlah besar
biaya modal utang. Li dan Shroff (2010) analis.
menyatakan bahwa semakin baik kualitas informasi akuntansi maka identifikasi dan
229 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
pemilihan proyek investasi akan lebih akurat
H 3 : Kualitas laba berpengaruh negatif
sehingga biaya modal perusahaan menjadi
terhadap asimetri informasi
rendah dan pada akhirnya mendorong pada
H 4 : Asimetri
informasi memediasi
pertumbuhan perekonomian yang lebih cepat.
hubungan antara kualitas laba dan
Bhattacharya et al. (2012) menggunakan
biaya modal ekuitas
analisis jalur ( path ) untuk meneliti peran asimetri informasi sebagai variabel pemediasi antara kualitas laba dan biaya modal ekuitas.
METODE PENELITIAN
Mereka menemukan bahwa hubungan antara kualitas laba dan biaya modal ekuitas lebih
Model Penelitian
penting dibandingkan hubungan tidak Model penelitian yang digunakan langsungnya. Hipotesis yang diuji adalah:
adalah sebagai berikut:
Asimetri Informasi (AI)
Kualitas Laba Biaya Modal
(EQ)
Ekuitas (CEC)
Gambar 1
Model Hubungan Kualitas Laba, Asimetri Informasi dan Biaya Modal Ekuitas
Model dasar untuk menguji hipotesis krisis global, namun penelitian ini tetap adalah sebagai berikut:
menggunakannya sebagai batas awal perioda penelitian karena penelitian pada akhirnya
menggunakan data tahunan sebagai dasar
menguji hipotesis, sehingga fluktuasi harian yang terjadi pada semester kedua tahun 2008
CEC it adalah biaya modal ekuitas untuk teragregasi bersama dengan data pada semester perusahaan i pada waktu t, EQ it adalah kualitas
pertama tahun 2008.
laba untuk perusahaan i pada waktu t yang Penelitian ini menggunakan purposive diukur dengan menggunakan ADA dan
sampling untuk memilih observasi penelitian. SMOOTH (pengukuran ini akan dijelaskan di
Kriteria sampel yang digunakan dalam seksi 3.2.), AI it adalah asimetri informasi untuk
penelitian ini adalah:
perusahaan i pada waktu t, dan ε adalah
1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di kesalahan residu. Variabel LEV yang
Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2004. menunjukkan tingkat financial leverage Pemilihan perusahaan manufaktur ini
perusahaan i pada tahun t dan GROWTH yang didasarkan pada dugaan bahwa jumlah merefleksikan
perusahaan manufaktur yang cukup besar perusahaan i pada tahun t merupakan dua
tingkat
pertumbuhan
dan memiliki karakteristik laporan variabel kontrol yang memengaruhi CEC.
keuangan yang relatif homogen.
2) Saham perusahaan diperdagangkan secara
Sampel, Variabel Dan Metoda Analisis
aktif di pasar modal. Definisi perdagangan Periode penelitian yang digunakan untuk
aktif yang digunakan dalam penelitian ini menguji hipotesis adalah tahun 2008 —2010.
terdapat transaksi Meskipun pada tahun 2008 terdapat fenomena
adalah
minimal
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 230
perdagangan saham dalam kurun waktu 10 oportunistik managemen atas laporan hari dalam satu bulan.
keuangan sehingga mengindikasikan akurasi
3) Perusahaan memiliki tahun fiskal yang laporan keuangan atas kinerja operasi saat ini. berakhir 31 Desember dan konsisten
Semakin tinggi nilai ADA semakin rendah menggunakan mata uang rupiah dalam
kualitas laba. ADA diperoleh dari nilai absolut pelaporan keuangannya selama perioda
residual dari persamaan berikut: penelitian.
+ Total perusahaan manufaktur yang
��� � �,� +� + digunakan dalam penelitian ini adalah 83
perusahaan per tahun, sehingga total unit
Keterangan:
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 208 perusahaan selama 3
TACC i,t : Total akrual perusahaan, yaitu tahun. Terdapat tiga variabel yang digunakan
laba sebelum pos luar biasa dikurangi arus kas dalam penelitian ini yaitu variabel eksogen:
operasi (CFO) dibagi rata-rata total aset pada kualitas laba ( earnings quality =EQ), variabel
perusahaan i dan tahun t.
endogen yaitu asimetri informasi (AI), dan
�, − : Rata-rata total aset perusahaan i biaya modal ekuitas (CEC). Penelitian ini
pada tahun t –1.
menggunakan analisis
Rata-rata total aset sebagaimana disarankan oleh Baron dan
perusahaan i pada tahun t. Kenny (1986) untuk meneliti apakah asimetri
Perubahan penjualan informasi memediasi hubungan antara kualitas
perusahaan i pada tahun t. laba dan biaya modal ekuitas ataukah tidak.
Perubahan piutang perusahaan i Dengan kata lain, penelitian ini meneliti
pada tahun t.
hubungan langsung dan tidak langsung antara
Nilai dari property, asimetri informasi dan biaya modal ekuitas.
plant, dan equipment (aset tetap) perusahaan i pada tahun t.
Pengukuran Kualitas Laba (EQ)
Return on asset perusahaan i Kualitas
ROA � :
pada tahun t yang dihitung dengan membagi menggunakan dua dimensi managemen laba.
laba bersih perusahaan i pada tahun t dengan Managemen
total aset perusahaan i pada tahun t rendahnya tingkat akuntabilitas dan kualitas
laba
mengimplikasikan
Nilai residual error penelitian akuntansi. Dua dimensi managemen laba
perusahaan i pada periode t yang digunakan tersebut adalah discretionary accrual dan
pengukuran tingkat perataan laba.
sebagai
dasar
discretionary accrual (ADA) Jadi, model persamaan (2) mengukur
a) Discretionary accrual (ADA) kualitas laba berdasarkan tingkat discretionary Proksi pertama untuk mengestimasi kualitas
accrual yang ditangkap dalam nilai absolut laba adalah menggunakan absolute value of the
dari nilai residual (ε i,t ).
performance-adjusted discretionary accruals
(ADA) dari model Kothari (2001). Model
b) Perataan Laba (SMOOTH) Kothari mengontrol faktor kinerja perusahaan
Proksi kualitas laba yang kedua adalah (ROA) dari model Modified Jones’s (1991).
perataan laba ( income smoothing ) yang diukur Model Modified Jones’s (1991) mencoba
dengan menandingkan deviasi standar laba memperbaiki kelemahan model Jones yang
bersih dengan deviasi standar arus kas. Hasil hanya menggunakan perubahan laba dengan
dari perataan laba ini akan menunjukkan menambahkan perubahan piutang untuk
tingkat diskresi managerial pada laporan mengestimasi discretionary accrual . Estimasi
keuangan yang bertujuan meningkatkan tersebut mengasumsikan bahwa semua
efisiensi dan bukan semata-mata tindakan perubahan dalam penjualan kredit merupakan
oportunis dari managemen. Semakin kecil manipulasi. ADA menangkap tindakan
rasio tersebut menunjukkan laba semakin rata,
231 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
sehingga dipandang laba semakin sustainable .
asimetri informasi Dengan kata lain, laba yang semakin rata
Model
mengimplikasikan bahwa informasi publik ( smooth ) —ditunjukkan
yang mampu menurunkan asimetri informasi SMOOTH yang rendah —mengindikasikan
dengan
nilai
diantara pelaku pasar seharusnya diikuti kualitas laba yang semakin tinggi. Sebaliknya,
dengan penurunan spread yang ditetapkan oleh jika rasio tersebut semakin besar menunjukkan
dealer . Model analitis yang dikemukakan oleh laba semakin fluktuatif, berarti semakin rendah
Kyle (1985) dan Glosten dan Milgrom (1985) kualitas laba, dan dipandang sebagai
menunjukkan bahwa asimetri informasi akan kekaburan laba ( earnings opacity ). Perataan
meningkatkan adverse selection risk bagi laba diukur dengan rumus:
liquidity traders sehingga mereka melebarkan
bid = ask spread ……… (3) – .
� �� / � � �, Beberapa penelitian empiris telah meneliti keterkaitan informasi akuntansi dan Dimana:
bid – ask spread , antara lain Greenstein dan NI i,t : Laba bersih sebelum pos luar biasa
Sami (1994), Krinsky dan Lee (1996), dan perusahaan i pada tahun t.
Raman dan Tripathy (1993). Secara umum CFO i,t : Arus kas operasional perusahaan i
penelitian-penelitian tersebut menemukan pada tahun t.
bahwa keberadaan informasi akuntansi dapat Asset i,t : Total asset perusahaan i pada tahun t.
mengurangi bid – ask spread . Langkah awal σ : Deviasi standar dari t –4 hingga t.
pengukuran
informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
asimetri
Untuk memudahkan interpretasi, maka menghitung relative bid – ask spread : hasil perhitungan SMOOTH ini dikalikan
dengan minus 1 sehingga menunjukkan bahwa � �, = (� �,� + �� �,� ×
semakin besar nilai SMOOTH maka kualitas
laba semakin meningkat dan sebaliknya,
Dimana:
semakin kecil nilai SMOOTH maka kualitas Ask i,t : harga ask tertinggi untuk saham laba makin menurun. perusahaan i pada hari ke t
Bid i,t : harga bid terendah untuk saham
Pengukuran Asimetri Informasi
perusahaan i pada hari ke t Salah satu masalah yang dihadapi ketika
mengukur asimetri informasi adalah bahwa Pada dasarnya, SPREAD memiliki tiga tingkat asimetri informasi diantara partisipan komponen, yaitu biaya pemrosesan pesanan, pasar tidak dapat diobservasi secara langsung. biaya penyimpanan, dan adverse selection Pengukuran terhadap asimetri informasi (lihat Kyle 1985), sehingga penggunakaan seringkali diproksikan dengan bid – ask spread . SPREAD sebagai proksi asimetri informasi Dealer atau market makers sebagai salah dapat menimbulkan kesalahan pengukuran satu partisipan pasar modal memiliki daya ( measurement error ). Guna mengatasi pikir yang terbatas terhadap persepsi masa kelemahan penggunaan SPREAD, penelitian yang akan datang, dan menghadapi potensi ini mengontrol biaya pesanan dan biaya kerugian ketika berhadapan dengan informed penyimpanan persediaan. Riset Stoll (1978) traders , yaitu investor yang memiliki menyatakan bahwa biaya penyimpanan informasi superior. Timbulnya masalah ( inventory holding cost ) dan biaya pemrosesan adverse selection ini mendorong dealer untuk pesanan ( order processing cost ) dapat menutupi kerugian dari informed traders diproksikan dengan volume perdagangan, dengan melebarkan bid – ask spread terhadap varians return dan harga saham. Oleh karena pedagang likuid. Jadi dapat dikatakan bahwa itu penelitian ini memasukkan volume asimetri informasi yang terjadi antara dealer perdagangan (TRANS), varians return (VAR) dan informed traders tercermin pada bid – ask dan harga transksi (PRICE). Sebagaimana spread yang ditetapkan oleh dealer . saran Lee et al. (1993) maka penelitian ini juga
memasukkan ukuran kedalaman pasar
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 232
(DEPTH) dalam mengestimasi asimetri informasi.
Pengukuran Biaya Modal Ekuitas (CEC)
pemrosesan pesanan, biaya penyimpanan dan Biaya modal ekuitas diestimasi dengan market depth , maka yang tersisa dari
menggunakan pendekatan capital asset pricing persamaan SPREAD adalah adverse selection model (CAPM), yaitu:
yang dicerminkan oleh kesalahan residual CEC i,t =R ft +β i (R Mt ―R ft ) ……. (6) ( residual error ) dari persamaan SPREAD. Jadi, model untuk mengestimasi asimetri
dimana:
informasi adalah sebagai berikut: CEC i,t : biaya modal ekuitas perusahaan i pada
periode t
R ft : return bebas risiko yang diproksikan α 3 VAR i,t +α 4 DEPTH i,t + AI i,t …. (5)
SPREAD i,t =α 0 +α 1 PRICE i,t +α 2 TRANS i,t +
dengan tingkat suku bunga SBI 1 bulan R Mt : return pasar yang diperoleh dari IHSG dimana:
pada periode t 1 dikurangi t 0 dibagi PRICE i,t :
dengan IHSG pada periode t 0 ( closing price ) untuk
harga
penutupan
β i : risiko sistematis perusahaan i yang saham perusahaan i pada
diperoleh melalui regresi model pasar hari ke t
dengan periode estimasi selama t―120 TRANS i,t :
transaksi untuk saham perusahaan i pada hari ke
Pengukuran Variabel Kontrol
t Variabel kontrol yang digunakan dalam VAR i,t : varians return saham
penelitian ini mengacu pada Eliwa et al. (2016) harian saham perusahaan
yaitu
menggunakan
tingkat leverage
dan tingkat pertumbuhan DEPTH i,t : rata-rata jumlah saham
i pada hari ke t
perusahaan
perusahaan. Tingkat leverage perusahaan perusahaan i dalam semua
(LEV) diukur dengan membagi utang jangka
panjang dengan aset total perusahaan, perusahaan i pada hari ke
quotes untuk saham
sedangkan tingkat pertumbuhan perusahaan t (jumlah saham yang
(GROWTH) diukur dengan menggunakan tersedia pada saat ask
rasio nilai buku ekuitas dibagi dengan nilai ditambah jumlah yang
pasar ekuitas ( market value of equity ). Nilai tersedia pada saat bid
pasar ekuitas diukur dengan mengalikan dibagi 2)
jumlah saham yang beredar dengan harga AI i,t : residual error yang
saham pada akhir tahun.
digunakan sebagai ukuran asimetri informasi untuk perusahaan i pada hari ke
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Perhitungan asimetri ini dilakukan
Analisis Deskriptif
menggunakan data harian yang selanjutnya Berikut ini disajikan statistik deskriptif dirata-rata menjadi data tahunan.
atas seluruh sampel untuk setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu ADA dan SMOOTH sebagai proksi kualitas laba, AI sebagai proksi asimetri informasi, dan CEC sebagai proksi biaya modal ekuitas.
233 Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242
Tabel 1 Statistik Deskriptif
Deviasi Variabel
Nilai Rata-
Observasi Minimum Maksimum
Tabel 1 menunjukkan nilai deviasi bahwa beberapa data menyimpang dari nilai standar yang melebihi nilai rata-ratanya adalah
rata-ratanya dan praktik perataan laba tampak variabel kualitas laba yang diukur dengan
lebih variatif dibandingkan discretionary menggunakan perataan laba (SMOOTH). Nilai
accrual (ADA).
deviasi standar variabel tersebut diatas nilai Berikut ini disajikan nilai rata-rata per rata-ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa
tahun untuk setiap variabel untuk mengetahui variasi data dari variabel tersebut cukup tinggi.
perkembangan masing-masing variabel. Tingginya deviasi standar mengindikasikan
Tabel 2 Nilai Rata-Rata Variabel per Tahun: 2008-2010 Tahun
Tabel 2 memperlihatkan bahwa terjadi Asimetri informasi yang ditunjukkan tren nilai ADA yang berfluktuasi. Pada tahun
dengan variabel AI menunjukkan tren 2009 secara rata-rata nilai ADA mengalami
penurunan mulai tahun 2008 sampai tahun penurunan namun meningkat kembali di tahun
2010. Penurunan yang tajam terjadi pada tahun 2010. Menurunnya discretionary accrual pada
2010 ketika pasar modal sudah mulai bangkit tahun 2009 menunjukkan bahwa semakin
dari dampak krisis global yang melanda rendah diskresi yang dilakukan oleh
Amerika Serikat pada tahun 2008. Tingginya managemen perusahaan dalam rangka
asimetri informasi pada tahun 2008 tampaknya memanipulasi angka laba bersih. Deskriptif di
dikontribusi oleh krisis global yang tabel 2 mengindikasikan bahwa kualitas laba
menyebabkan investor asing banyak yang perusahaan sampel mengalami gelombang
menarik dananya dari pasar modal. penurunan dan peningkatan. Hal yang sama
Perkembangan CEC juga menunjukkan juga terjadi pada kualitas laba yang diukur
tren menurun mulai tahun 2008 sampai 2010. dengan perataan laba (SMOOTH). Selama 3
Penurunan ini mengindikasikan bahwa tahun perioda penelitian, nilai SMOOTH
required return yang dituntut oleh investor meningkat pada tahun 2009 dan mengalami
semakin berkurang. Secara praktis, CEC yang penurunan kembali pada tahun 2010. Semakin
tinggi pada tahun 2008 disebabkan oleh kecil nilai perataan laba yang dilakukan oleh
tingginya tingkat suku bunga SBI pada tahun perusahaan manufaktur mengindikasikan
2008 yang berada pada kisaran dua digit. semakin rendah kualitas laba perusahaan.
Secara rata-rata, tingkat suku bunga SBI 1 bulan pada tahun 2008 adalah 11,82%.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Desember 2016, Vol. 13, No. 2, hal 221 - 242 234
Tingginya CEC
tidak langsung antara variabel endogen dan mengisyaratkan bahwa asimetri informasi
variabel eksogen.
yang tinggi mendorong investor untuk Pada tahap awal, hasil pengujian menuntut tingkat return yang lebih besar dalam
regresi berganda rangka mengantisipasi potensi kerugian yang
menggunakan
mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap akan ditanggung ketika berhadapan dengan
asumsi klasik yaitu autokorelasi. Guna informed investor ketika berinvestasi di aset
mengatasi hal tersebut, penelitian ini yang berisiko. Sementara itu, pada tahun 2009
mekanisme transformasi dan 2010 tingkat suku bunga SBI mengalami
menggunakan
dengan metode Cochrane Orcutt. Hasil penurunan yang cukup besar dibandingkan
transformasi tersebut menghasilkan data yang pada tahun 2008.
bebas dari autokorelasi dengan tingkat outlier Sementara itu, perkembangan variabel
yang minim. Selain itu, penelitian ini juga kontrol tingkat leverage (LEV) menunjukkan
mengeluarkan perusahaan sampel yang pola yang berfluktuasi dalam kurun waktu 3
memiliki nilai biaya modal ekuitas negatif. tahun. Di sisi lain, tingkat pertumbuhan perusahaan (GROWTH) justru cenderung
Kualitas Laba Diukur dengan Discretionary
menurun selama perioda penelitian.
Acrual (ADA)
Penelitian ini menggunakan analisis
Pengaruh Langsung Dan Tidak Langsung
regresi untuk menguji pengaruh langsung dan
Kualitas Laba Terhadap Biaya Modal