BAB VI PERTANGGUNGJAWABAN PNBP - MODUL PNBP SATKERBABVI

BAB VI PERTANGGUNGJAWABAN PNBP Setiap kementerian negara/lembaga wajib melaksanakan penatausahaan dan

  akuntansi piutang PNBP yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga piutang PNBP dapat disajikan dalam laporan keuangan dengan andal dan tepat waktu. Tujuan penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP adalah: 1.

  Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu mengenai piutang; 2.

  Mengamankan transaksi piutang PNBP melalui pencatatan, pemrosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten;

  3. Mendukung penyelenggaraan SAPP yang menghasilkan informasi piutang PNBP sebagai dasar pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.

  Untuk tercapainya keseragaman, penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-02/PB/2007 tentang pedoman Penatausahaan dan Akuntasi Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak.

  Pedoman penatausahaan dan akuntasi piutang PNBP ini berlaku untuk seluruh piutang yang berasal dari PNBP yang dikelola oleh kementerian Negara/lembaga. Pedoman ini tidak mengatur penatausahaan dan akuntansi piutang PNBP yang dikelola oleh:

  1. Pemerintah Daerah; 2.

  BUMN/BUMD: 3. Bank Pemerintah dan lembaga Keuangan Milik Pemerintah.

A. Klasifikasi Piutang PNBP

  Secara garis besar, Piutang PNBP digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: a.

  Piutang dari Penerimaan Sumber Daya Alam; b. Piutang dari Pendapatan Bagian Laba BUMN; c. Piutang dari Pendapatan PNBP Lainnya. Selanjutnya, dari masing-masing golongan tersebut dirinci lebih lanjut ke dalam masing-masing jenis PNBP sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar.

B. Pihak yang Terkait dengan Penatausahaan Piutang PNBP

  Unit Penatausahaan Piutang dapat berupa unit structural atau petugas sesuai dengan besar kecilnya organisasi dan transaksi yang ditangani. Unit Penatausahaan Piuang pajak adalah unit pada Direktorat Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan. Unit penatausahaan Piutang Bukan Pajak,, Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran, Bagian Lancar Tagihan Tuntuan Ganti Rugi, Bagian Lancar Investasi Permanen, dan Piutang Bukan Pajak Lainnya pada Kementerian Negara/Lembaga disesuaikan dengan structural organisasinya. Unit Penatausahaan Piutang pada Kementerian Negara/lembaga melibatkan unit operasional, unit administrasi yang mendukung fungsi akuntasi piutang, dan unit pembukuan pada unit operasional. Unit Operasional adalah unit/organisasi yang mengelola penerimaan Negara pada suatu instansi. Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit /petugas operasional adalah:

  1. Membuat surat pernyataan piutang;

  2. Membuat surat penagihan piutang;

  3. Mengirimkan surat tagihan kepada petugas administrasi dan petugas pembukuan;

  4. Membuat surat tentang penyerahan piutang yang tidak tertagih dengan membuat permintaan penagihan (dilaksanakan oleh Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan);

  5. Membuat usulan penghapusan piutang; 6. Mengarsipkan dokumen piutang.

  Unit Adminstrasi adalah unit/petugas yang melaksanakan penerimaan dan pengiriman dokumen piutang. Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit administrasi adalah:

  a. Menerima dokumen/surat penagihan piutang;

  b. Mengagendakan surat/dokumen yang masuk maupun yang harus dikirim kepada debitur (penanggung hutang kepada Negara yaitu orang atau badan yang berhutang menurut perjanjian atau peraturan yang bersangkutan);

  c. Membuat surat pengantar;

  d. Meneruskan dokumen tanggapan debitur ke unit/petugas operasional; e. Mengirim bukti setor kepada unit pembukuan. Unit pembukuan adalah unit/organisasi yang melaksanakan pembukuan dan pelaporan piutang. Kegiatan yang dilaksanakan oleh unit pembukuan sebagai berikut:

  a. Melakukan pencatatan piutang ke dalam Kartu piutang berdasarkan dokumen- dokumen transaksi; b. Membuat Daftar Rekapitulasi Piutang;

  c. Membuat Daftar Umur Piutang dan Reklasifikasi Piutang;

  d. Membuat Daftar Saldo Piutang setiap triwulan berdasarkan Kartu Piutang;

  e. Melakukan pengarsipan dokumen; f. Mengirimkan laporan-laporan.

C. Dokumen Sumber

  Dokumen sumber yang menjadi dasar penatausahaan piutang PNBP adalah sebagai berikut:

  1. Perjanjian /kontrak piutang PNBP

  2. Surat Ketetapan dalam hal piutang PNBP, Surat Keterangan Tanggung Jawab Mutlak (SKTJM/SKTM);

  3. Surat Setoran Bukan Pajak dan bukti setor lainnya; 4.

  Surat Keputusan Penghapusan; 5. Dokumen lain yang berkaitan dengan piutang PNBP.

  

D. Penatausahaan Piutang PNBP oleh unit/petugas Akuntansi Piutang pada

Kementerian Negara/Lembaga

  Penatausahaan piutang PNBP adalah proses pencatatan dan pelaporan jumlah uang yang menjadi hak pemerintah atau kewajiban pihak lain kepada pemerintah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan jasa oleh pemerintah atau akibat lain berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Formulir/daftar yang digunakan dalam pencatatan piutang adalah:

  1. Kartu Piutang Merupakan kartu yang menunjukkan jumlah piutang, mutasi dan saldo piutang masing-masing debitur. Pencatatan piutang dilakukan pada saat timbulnya hak pemerintah atau adanya kewajiban pihak lain kepada pemerintah. Pencatatan didasarkan atas dokumen sumber yang berasal dari surat ketetapan piutang, bukti setor dan surat penghapusan piutang. Kartu Piutang diisi setiap terjadi transaksi.

  2. Daftar Rekapitulasi Piutang Merupakan daftar yang menunjukkan total mutasi dan saldo piutang menurut jenis piutangnya. Pencatatan ke dalam Daftar Rekapitulasi Piutang dilakukan setiap semester berdasarkan mutasi dalam kartu piutang.

  3. Daftar Saldo Piutang Merupakan daftar yang menunjukkan saldo piutang berdasarkan rekapitulasi masing-masing jenis piutang dan disajikan setiap semester.

  4. Daftar Umur Piutang Merupakan daftar yang menunjukkan pengelompokkan piutang yang menunggak (sudah melebihi jangka waktu kredit) berdasarkan lamanya waktu tunggakannya dan disajikan setiap akhir tahun.

  5. Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang Untuk memudahkan reklasifikasi piutang dapat dibutakan Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang yang menunjukkan jumlah bagian lancar dan jumlah bagian tidak lancar. Reklasifikasi asset non lancar ke dalam asset lancar dikarenakan jumlah yang direklasifikasi tersebut akan jatuh tempo dalam kurun waktu 1 (dua belas) bulan dari tanggal neraca.

  6. Formulir Jurnal Aset (FJA) Merupakan formulir yang digunakan untuk mencatat penambahan, pengurangan, dan penghapusan nilai asset pada neraca. Dalam hal ini adalah nilai asset piutang pada neraca. Bagan Alur Penatausahaan Piutang PNBP pada UAKPA

  Dokumen Sumber

  1 Pencatatan dalam Kartu Piutang

  2 Kartu Piutang 3a 3b

  Pencatatan Rekapitulasi Daftar Umur

  Piutang Piutang

  7

4 Daftar Rekap

  Daftar Umur Piutang Piutang

  8

5 Buat daftar

  Buat Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang

Formulir Jurnal

  Piutang Aset

  6

  9 Daftar Daftar Saldo Reklasifikasi

  11 Piutang Saldo Piutang

  10a 10b

Membuat Jurnal

Asset

E. Kebijakan Akuntansi

  Akuntansi Piutang adalah serangkaian kegiatan yang meliputi proses pencatatan pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterpretasian atas hasilnya, serta penyajian piutang dalam neraca.

  1. Pengakuan Piutang PNBP Pada dasarnya piutang PNBP diakui pada saat terjadinya hak untuk menagih piutang PNBP, atau pada saat terbit surat keputusan tentang Piutang PNBP.

  Misalnya Piutang Bukan Pajak yang sampai pada tanggal neraca belum dibayar oleh wajib bayar harus dicatat sebagai piutang PNBP dalam neraca. Contohnya tagihan atas sewa gedung pemerintah oleh pihak ketiga dan pada saat terbitnya Surat Ketetapan Tanggung jawab Mutlak (SKTJM) yang merupakan dokumen untuk mengakui TGR untuk pegawai negeri sipil (PNS). Pengakuan untuk Bagian Lancar TPA, Bagian Lancar TGR, Piutang Bukan Pajak Lainnya, dan Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga asing adalah sebagai berikut: a. Bagian Lancar TPA diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan reklasifikasi TPA yang akan jatuh tempo pada satu tahun berikutnya setelah tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi akun TPA di neraca; b. Bagian Lancar TGR diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan reklasifikasi TGR jangka panjang yang akan jatuh tempo pada satu tahun berikutnya setelah tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi akan TGR di neraca; c. Piutang Bukan Pajak Lainnya diakui pada saat terbitnya surat pernyataan

  Piutang PNBP;

  d. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga asing diakui pada setiap akhir tahun dengan cara melakukan reklasifikasi piutang pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga asing yang akan jatuh tempo pada satu tahun berikutnya setelah tanggal neraca. Reklasifikasi tersebut akan mengurangi akun Piutang Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga asing di neraca.

  2. Pengukuran Piutang PNBP Dasarnya Piutang PNBP dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah yang belum dilunasi. Misalnya Piutang Bukan Pajak dicatat sebesar nilai nominal seluruh tagihan yang belum dibayar oleh wajib bayar pada tanggal neraca. Contohnya adalah tagihan sewa gedung pemerintah yang belum dibayar oleh pihak ketiga.

  Sedangkan pencatatan untuk Bagian Lancar TPA, Bagian Lancar TGR, Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah dan lembaga asing, dan Piutang Bukan Pajak Lainnya adalah sebagai berikut: a. Bagian Lancar TPA dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sejumlah rupia TPA yang akan diterima dalam waktu satu tahun; b. Bagian Lancar TGR dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sejumlah rupiah TGR yang akan diterima dalam waktu satu tahun; c. Bagian Lancar Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Daerah, dan lembaga asing dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah umlah bagian lancar piutang;

  d. Piutang Bukan Pajak Lainnya dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai rupiah yang belum dilunasi.

  3. Pengungkapan Piutang PNBP Piutang PNBP disajikan di neraca sebagai Aset Lancar dan diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK), berupa:

  a. Perincian jenis-jenis piutang;

  b. Penjelasan atas penyelesaian piutang, masih di kementerian Negara/lembaga atau sudah diserahkan pengurusannya kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;

  c. Penjelasan atas piutang yang merupakan hasil reklasifikasi TPA dan/atau TGR; d. Penjelasan atas piutang yang merupakan hasil reklasifikasi Piutang Pinjaman kepada BUMN/BUMD/Pemerintah Derah, dan lembaga asing; e. Penjelasan atas Piutang Bukan Pajak Lainnya; f. Daftar Umur Piutang PNBP.

F. Akuntansi Piutang

  Pencatatan piutang dilakukan oleh petugas Akuntansi Piutang pada tingkat Kuasa Pengguna Anggara. Petugas Akuntansi Piutang menyelenggarakan pencatatan piutang PNBP yang dimiliki oleh Kuasa Pengguna Anggaran secara periodic dengan menggunakan Kartu Piutang. Berdasarkan kartu Piutang, Petugas Akuntansi Piutang menyusun Daftar Umur Piutang dan kemudian menyusun Daftar Reklasifikasi saldo Piutang.

  Setiap akhir semester, berdasarkan Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang dan Daftar Saldo Piutang, Petugas Akuntansi Piutang mencatat jurnal asset melalui Formulir Jurnal Aset selanjutnya direkam dengan menggunakan Aplikasi Sistem Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran.

  Pencatatan piutang hanya dilakukan pada saat pencatatan saldo awal piutang pertama kali dan penambahan atau pengurangan nilai piutang pada akhir semester. Pada akhir tahun dilakukan reklasifikasi Piutang PNBP. Reklasifikasi piutang PNBP dicatat pada akhir tahun serta pada awal tahun berikutnya dibuatkan jurnal balik. Pencatatan piutang dilakukan sesuai dengan kelompok piutang, yaitu:

1. Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak

  Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah: Dr 113211 Piutang PNBP

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Jurnal untuk penambahan nilai Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah:

  Dr 113211 Piutang PNBP

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Jurnal untuk pengurangan nilai Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah:

2. Piutang Bukan Pajak Lainnya

  Dr 311311 Cadangan Piutang

  b. Aset Non Lancar : Tagihan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Sebagai contoh Tuntutan Ganti Rugi yang akan jatuh tempo dalam kurun waktu 12 bulan mendatang harus direklasifikasi ke dalam Aset lancar pada perkiraan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi, sedangkan sisanya yang jatuh tempo lebih

  a. Aset Lancar : Tagihan yang diharapkan akan dilunasi dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan.

  Piutang disajikan dalam kelompok Aset Lancar. Jika terdapat asset lainnya berupa tagihan kepada pihak ketiga seperti TGR yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan, maka perlu dilakukan reklasifikasi atas bagian lancar yang akan jatuh tempo. Dengan reklasifikasi tersebut akan dipisahkan:

  XXXXXX

  XXXXXX Cr 113811 Piutang PNBP

  XXXXXX Jurnal untuk pengurangan nilai Piutang Bukan Pajak Lainnya adalah:

  Dr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  Dr 113811 Piutang PNBP

  XXXXXX Jurnal untuk penambahan nilai Piutang Bukan Pajak Lainnya adalah:

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  Jurnal untuk mencatat saldo awal Piutang Bukan Pajak Lainnya adalah: Dr 113811 Piutang PNBP

  XXXXXX

  XXXXXX Cr 113211 Piutang PNBP

G. Pelaporan Piutang

  dari 12 bulan tetap disajikan dalam Aset Lainnya pada perkiraan Tuntutan Ganti Rugi. Jurnal untuk mencatat saldo Tuntutan Ganti Rugi adalah:

  Dr 151211 Tagihan Tuntuan Ganti Rugi

  XXXXXX Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

  XXXXXX Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi adalah:

  Dr 113411 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Jurnal untuk penambahan nilai Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi adalah:

  Dr 113411 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

  XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Kedua Jurnal di atas dicatat setiap akhir tahun. Pada awal tahun berikutnya, dibuat jurnal balik untuk membalik ketiga jurnal di atas. Jurnal tersebut adalah:

  Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

  XXXXXX Cr 151211 Tagihan Tuntuan Ganti Rugi

  XXXXXX Dr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Cr 113411 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi

  XXXXXX Tagihan Penjualan Angsuran berasal dari penjualan rumah dinas atau kendaraan dinas secara angsuran. Tagihan yang akan dilunasi dalam satu periode akuntansi dimasukan dalam Aset Lancar dengan perkiraan Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran. Sedangkan sisanya ke Aset Lainnya dengan akun Tagihan Penjualan Angsuran. Jurnal untuk mencatat saldo awal Tagihan Penjualan Angsuran adalah:

  Dr 151111 Tagihan Penjualan Angsuran

  XXXXXX Cr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

  XXXXXX Jurnal untuk mencatat saldo awal Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran adalah: Dr 113311 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Jurnal untuk penambahan nilai Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran adalah:

  Dr 113311 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran XXXXXX Cr 311311 Cadangan Piutang

1. Penyajian Akun Piutang dalam Neraca

  Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

  Cadangan Piutang

  Uang Muka dari KPPN Pendapatan yang ditangguhkan

  Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Bagian Lancar TPA Bagian Lancar TGR Piutang PNBP Piutang Bukan Pajak Lainnya

  Setelah mencatat piutang berdasarkan Daftar Saldo Piutang dan Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang per Semester, UAKPA melakukan posting sehingga terbentuk akun piutang di dalam neraca.

  XXXXXX

  Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran

  XXXXXX Cr 113311

  XXXXXX Dr 311311 Cadangan Piutang

  XXXXXX Cr 151111 Tagihan Penjualan Angsuran

  Dr 321311 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya

  XXXXXX Kedua Jurnal di atas dicatat setiap akhir tahun. Pada awal tahun berikutnya, dibuat jurnal balik untuk membalik ketiga jurnal di atas. Jurnal tersebut adalah:

ASET LANCAR

KEWAJIBAN LANCAR

ASET LAINNYA TGR TPA EKUITAS LANCAR

EKUITAS DIINVESTASIKAN

  2. Penjelasan Piutang dalam CALK

  Selain disajikan di dalam neraca, informasi mengenai akun piutang harus diungkapkan di dalam CALK per jenis piutang sesuai Daftar Saldo Piutang dan Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang, termasuk:

  a. Kebijakan yang diguakan dalam penilaian piutang;

  b. Perincian Saldo Piutang per umum piutang;

  c. Reklasifikasi Piutang untuk menentukan Bagian Lancar Piutang;

  d. Informasi piutang yang penagihannya diserahkan kepada direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

  3. Jenjang Pelaporan Piutang

  Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 59/PMk.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, maka pelaporan piutang didasarkan pada mekanisme pelaksanaan Sistem Akuntansi Instansi.

  Akuntansi Piutang dilaksanakan oleh organisasi terkait, yaitu:

  a. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran;

  b. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Wilayah (UAPPA-W);

  c. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran – Esselon 1 (UAPPA-E1); d. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA). Dasar yang digunakan dalam pelaksanaan akuntansi piutang adalah sebagai berikut: a. Daftar Saldo Piutang b. Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang. Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang dan Daftar Saldo Piutang setiap semester dilaporkan oleh UAKPA kepada unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Wilayah (UAPPA-W) untuk disusun menjadi Daftar Reklasifikasi Saldo Piutang dan Daftar Saldo Piutang tingkat UAPPA-W/Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPA-E1), dan sampai dengan tingkat Unit Akuntansi Pengguna Anggaran (UAPA).