TINDAK LANJUT UNDANG-UNDANG No 22017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
SOSIALISASI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
Oleh : Direktur Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
OUTLINE
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LATAR BELAKANG
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG No 2/2017
TENTANG JASA KONSTRUKSI TINDAK LANJUT UNDANG-UNDANG No 2/2017
TENTANG JASA KONSTRUKSI KETERKAITAN PENGADAAN BARANG/JASA vs
UU No 2/2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
LATAR BELAKANG
LATAR BELAKANG
UU NO 2 Tahun 2017 JASA KONSTRUKSI
TUNTUTAN
PERKEMBANGA
UU JASA KONSTRUKSI
MUTU PRODUK
N SISTEM
KONSTRUKSI
DELIVERY
1. Lingkup : Jasa dan usaha penyediaan bangunan, rantai pasok 2. Pembinaan : desentralisasi 3. Perlindungan Hukum 4. Keterbukaan informasi memanfaatkan teknologi 5. Klasifikasi usaha mendukung daya saing. 6. Kemudahan dalam berusaha
TERBITNYA
UU
7. Pengembangan berkelanjutan (CPD, CBD)
KETENAGAKERJAAN, UU
8. Jaminan mutu produk konstruksi
ESDM, UU INSINYUR,
9. Peningkatan standar Remunerasi Tenaga
10. Reformasi peran masyarakat
TUNTUTAN
ITE, UU KIP
GOOD GOVERNANCE
PERDAGANGAN
UU No. 18/ 1999
BEBAS, MEA,
TRANS-PASIFIC
• Konstrain : sektor PU • Lingkup : Jasa (Pengguna dan Penyedia) • Pembinaan : sentralisasi
PARTNERSHIP
UU No. 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi mencakup:
1. Pembagian Tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan jasa konstruksi
2. Perbaikan klasifikasi dalam usaha jasa konstruksi
3. Pengaturan terkait badan usaha asing
4. Pengaturan proses dalam penyelesaian sengketa yang lebih mengedepankan musyawarah mufakat dan meminimalisir penyelesaian melalui pengadilan
5. Perbaikan proses penetapan kegagalan bangunan
6. Penguatan tenaga kerja konstruksi
7. Pengaturan tenaga kerja asing
8. Penguatan kelembagaan yang mencakup unsur-unsur kelembagaan dan pembiayaan kelembagaan, dan
9. Memberikan ketenangan dalam bekerja dengan menghilangkan ketentuan pidana
1. TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
UU NO. 18 TAHUN 1999
Hanya mengatur masalah pembinaan yang dilakukan bersama-sama dengan masyarakat jasa konstruksi dimana tugas pembinaan dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah ( Pasal 35)
UU NO. 2 TAHUN 2017
Sudah diatur lebih tegas dalam Bab tersendiri (Bab III) mengenai pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah ( Pasal 4 – Pasal 10) termasuk di dalamnya masalah pembinaan (Bab
VIII Pasal 76 - Pasal 77) Tanggung Jawab Pemerintah Pusat misalnya meningkatkan kemampuan dan kapasitas usaha jasa konstruksi nasional; terselenggaranya jasa konstruksi yang sesuai dengan standar
keamanan, keselamatan, kesehatan dan keberlanjutan; meningkatkan kompetensi, profesionalitas dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional; meningkatkan partisipasi masyarakat jasa konstruksi ( Pasal 4). Kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi adalah menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi; penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan wilayah provinsi ( Pasal 7). Kewenangan Pemerintah Daerah Kab/Kota adalah menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi; penyelenggaraan sistem informasi jasa konstruksi cakupan wilayah kab/kota; penertiban izin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah dan besar; dan pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan jasa konstruksi ( Pasal 8)
2. USAHA JASA KONSTRUKSI
UU NO. 18 TAHUN 1999
Mengenal istilah bidang usaha Jasa Konstruksi yang mencakup pekerjaan arsitektural dan/atau sipil dan/atau mekanikal dan/atau elektrikal
dan/atau tata lingkungan , masing-masing beserta kelengkapannya ( Pasal 6)
UU NO. 2 TAHUN 2017
Dalam UU baru ini terjadi perubahan klasifikasi usaha yang sebelumnya didasarkan pada bidang arsitektur, sipil, mekanikal, kelistrikan dan tata
lingkungan (ASMET) yang sudah tidak sesuai dengan klasifikasi lapangan usaha
saat ini, menjadi klasifikasi yang didasarkan pada Central Product
Classification (CPC) . Artinya, klasifikasi bidang usaha didasarkan pada produk yaitu pekerjaan yang menghasilkan sebuah bangunan gedung atau bangunan sipil (klasifikasi umum) dan pekerjaan instalasi, konstruksi khusus, konstruksi pabrikasi, penyelesaian bangunan, atau penyewaan peralatan (klasifikasi spesialis) ( Pasal 14 ayat 2 ayat dan 3), klasifikasinya tidak lagi berdasarkan jenis pekerjaannya seperti pekerjaan sipil, pekerjaan arsitek, pekerjaan eletrikal atau pekerjaan mekanikal
Central Product Classification (CPC) sesuai standar PBB dan Peraturan Kepala Badan Statistik No. 57 tahun 2009 tentang Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
3. BADAN USAHA ASING
UU NO. 18 TAHUN 1999
UU NO. 2 TAHUN 2017
Hanya diatur dalam satu
Terkait badan usaha asing; ketentuan badan usaha asing
ayat pada Pasal 5 ayat (4)
lebih dipertegas dengan berbagai
bahwa pekerjaan konstruksi
kriteria dan kewajiban serta
yang berisiko besar
diatur dalam bagian tersendiri
dan/atau yang berteknologi
antara lain mempekerjakan
tinggi dan/atau yang
lebih banyak tenaga kerja
berbiaya besar hanya dapat
Indonesia daripada tenaga
dilakukan oleh badan usaha
kerja asing dan
yang berbentuk perseroan
menempatkan warga negara
terbatas atau badan usaha
Indonesia sebagai pemimpin
asing yang dipersamakan
tertinggi kantor perwakilan
( Pasal 23, Pasal 32-35).
4. PENYELESAIAN SENGKETA
UU NO. 2 TAHUN 2017
Sengketa yang terjadi dalam Kontrak Kerja
UU NO. 18 TAHUN 1999
Konstruksi diselesaikan dengan prinsip
Penyelesaian sengketa
dasar musyawarah untuk mencapai
jasa konstruksi dapat
kemufakatan .
ditempuh melalui
Tahapan upaya penyelesaian sengketa
pengadilan atau di luar
meliputi mediasi, konsiliasi, dan
pengadilan berdasarkan
arbitrase . Selain upaya penyelesaian
pilihan secara sukarela
sengketa para pihak dapat membentuk dewan
para pihak yang
sengketa dimana pemilihan keanggotaan
bersengketa ( Pasal 36).
dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan
Artinya para pihak bisa prinsip profesionalitas dan tidak menjadi
langsung memilih opsi
bagian dari salah satu pihak ( Pasal 88).
penyelesaian melalui
Artinya proses penyelesaian sengketa
pengadilan
meminimalisir penyelesaian sengketa melalui pengadilan
5. KEGAGALAN BANGUNAN
UU NO. 18 TAHUN 1999
Dalam UU No. 18/1999 yang menentukan kegagalan bangunan adalah penilai
UU NO. 2 TAHUN 2017
ahli, dimana belum
Dalam UU baru ini yang menetapkan
dijelaskan secara
kegagalan bangunan adalah penilai
gamblang tentang siapa penilai ahli yang
ahli yang ditetapkan oleh Menteri
menyatakan kegagalan
dengan persyaratan-persyaratan yang
bangunan tersebut ( Pasal
lebih rinci ( Pasal 61 )
Menteri harus menetapkan penilai ahli dalam waktu paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya
laporan mengenai terjadinya Kegagalan Bangunan dan melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 90 hari kerja terhitung sejak tanggal pelaksanaan tugas
6. TENAGA KERJA KONSTRUKSI
UU NO. 18 TAHUN 1999
Terkait dengan sertifikasi dan registrasi tenaga kerja dilakukan oleh Lembaga (LPJK) ( Pasal 33). UU ini belum mengatur masalah upah dan
remunerasi .
UU NO. 2 TAHUN 2017
• Sertifikat kompetensi kerja diperoleh melalui uji kompetensi yang
pelaksanaanya dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) . LSP dapat dibentuk oleh Asosiasi profesi terakreditasi dan lembaga pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ( Pasal 71). Akreditasi terhadap asosiasi profesi diberikan oleh Menteri kepada asosiasi
profesi yang memenuhi persyaratan. LSP diberikan lisensi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan (saat ini oleh BNSP) setelah mendapat rekomendasi dari menteri
• Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman profesional, setiap tenaga kerja
konstruksi harus melakukan registrasi kepada Menteri ( Pasal 72).
• Setiap tenaga kerja konstruksi yang memiliki sertifikat kompetensi kerja
berhak atas imbalan yang layak atas layanan jasa yang diberikan dalam bentuk upah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ( Pasal 73). Terhadap
jenjang jabatan ahli, pengguna jasa harus memperhatikan standar
remunerasi minimal yang ditetapkan oleh Menteri ( Pasal 43)
7. TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
UU NO. 18 TAHUN 1999
Tidak secara tegas membahas masalah tenaga kerja asing.
UU NO. 2 TAHUN 2017
Tenaga kerja konstruksi asing dapat melakukan pekerjaan di bidang jasa konstruksi di Indonesia hanya
pada jabatan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tenaga kerja konstruksi asing pada
jabatan ahli di bidang jasa konstruksi yang akan dipekerjakan oleh pemberi kerja harus memiliki surat
tanda registrasi dari Menteri ( Pasal 74)
Jabatan tertentu adalah jabatan komisaris, direksi, manajer, dan ahli tertentu yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan
8. KELEMBAGAAN
UU NO. 18 TAHUN 1999
Masalah kelembagaan dalam UU No. 18/1999 hanya termaktub dalam lembaga yang diatur bagian kedua yaitu masyarakat jasa konstruksi ( Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, dan Pasal 34)
UU NO. 2 TAHUN 2017
• Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi dilakukan melalui satu lembaga yang dibentuk oleh Menteri .
• Unsur pengurus lembaga dapat diusulkan dari asosiasi perusahaan yang terakreditasi, asosiasi profesi yang terakreditasi, institusi pengguna Jasa
Konstruksi yang memenuhi kriteria, perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi kriteria, dan asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang terakreditasi.
• Pengurus lembaga ditetapkan oleh Menteri setelah mendapatkan
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat • Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh lembaga dibiayai
dengan anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau sumber lain
yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan • Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan
sebagian kewenangan yang dilakukan lembaga merupakan PNBP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ( Pasal 84)
9. KETENANGAN DALAM BEKERJA
UU NO. 18 TAHUN 1999
Ada ketentuan pidana yang menghentikan proses konstruksi jika terjadi ketentuan pidana terkait dengan kesalahan perencanaan, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan yang tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang menyebabkan kegagalan pekerjaan (Pasal 43).
UU NO. 2 TAHUN 2017
• Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat akan adanya dugaan kejahatan dan/atau pelanggaran yang disengaja dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi,
proses pemeriksaan hukum terhadap Pengguna Jasa dan/atau Penyedia Jasa dilakukan dengan tidak mengganggu atau
menghentikan proses penyelenggaraan Jasa Konstruksi . • Dalam hal terdapat pengaduan masyarakat terkait dengan kerugian negara
dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi, proses pemeriksaan hukum hanya dapat dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara . • Hal-hal tersebut dikecualikan dalam hal terjadi hilangnya nyawa seseorang;
dan/atau tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi ( Pasal 86)
Dalam UU ini, jika terjadi pidana maka tidak akan menghentikan proses konstruksi yang sedang berjalan.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SUBSTANSI UNDANG-UNDANG No 2/2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
PERBANDINGAN UNDANG- UNDANG
PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG JASA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KONSTRUKSI
UU NO. 18 TAHUN 1999
UU NO.2 TAHUN 2017
(SUBSTANSI)
(SUBSTANSI)
Wilayah Pengaturan dianggap seolah-olah hanya Wilayah Pengaturan: Sektor Konstruksi, Anggaran Negara
terbatas sektor ke–PU-an dan Anggaran Negara
dan Swasta,serta Industri Konstruksi
2. Lingkup: Jasa (Pengguna dan Penyedia)
2. Lingkup: Jasa, usaha penyediaan bangunan dan rantai pasok
3. Pembinaan: sentralisasi
3. Pembinaan: desentralisasi
4. Pengaturan, Pemberdayaan dan Pengawasan
4. Perlindungan Hukum
5. Keterbukaan informasi memanfaatkan teknologi
6. Klasifikasi usaha mendukung daya saing
7. Kemudahan dalam berusaha
8. Pengembangan berkelanjutan (CPD, CBD)
9. Jaminan mutu produk konstruksi Perbaikan/penetapan standar Remunerasi minimal Tenaga
10. Kerja Ahli
11. Reformasi peran masyarakat
PERBANDINGAN UNDANG-UNDANG JASA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KONSTRUKSI
UU NO. 18 TAHUN 1999
UU NO 2 TAHUN 2017
(SISTEMATIKA)
(SISTEMATIKA)
TERDIRI ATAS 12 BAB DENGAN 46 PASAL
TERDIRI ATAS 14 BAB DENGAN 106 PASAL
1. BAB I. KETENTUAN UMUM
1. BAB I. KETENTUAN UMUM
2. BAB II. ASAS DAN TUJUAN
2. BAB II. ASAS DAN TUJUAN
3. BAB III. USAHA JASA KONSTRUKSI
3. BAB III. TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
4. BAB IV. PENGIKATAN JASA KONSTRUKSI
4. BAB IV. USAHA JASA KONSTRUKSI
5. BAB V. PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
5. BAB V. PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
6. BAB VI. KEGAGALAN BANGUNAN
6. BAB VI. KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN
7. BAB VII. PERAN MASYARAKAT
DAN
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
8. BAB VIII. PEMBINAAN
7. BAB VII. TENAGA KERJA KONSTRUKSI
9. BAB IX. PENYELESAIAN SENGKETA
8. BAB VIII. PEMBINAAN
10. BAB X. SANKSI
9. BAB IX. SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
11. BAB XI. KETENTUAN PERALIHAN
10. BAB X. PARTISIPASI MASYARAKAT
12. BAB XII. KETENTUAN PENUTUP
11. BAB XI. PENYELESAIAN SENGKETA
12. BAB XII. SANKSI ADMINISTRATIF
13. BAB XIII. KETENTUAN PERALIHAN
14. BAB XIV. KETENTUAN PENUTUP
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB I KETENTUAN UMUM
KETENTUAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
UMUM
Pasal 1
Jasa Konstruksi adalah Menteri adalah menteri yang
layanan jasa konsultansi menyelenggarakan urusan
konstruksi dan/atau pekerjaan pemerintahan di bidang jasa
konstruksi
konstruksi
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran,
Konsultansi Konstruksi adalah layanan dan pembangunan kembali suatu
keseluruhan atau sebagian kegiatan yang bangunan
meliputi pengkajian, perencanaan, perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi
suatu bangunan
KETENTUAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 1 UMUM
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan
dan Keberlanjutan adalah pedoman teknis Keamanan, Keselamatan, Kesehatan tempat kerja konstruksi dan perlindungan sosial tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat dan
Usaha Penyediaan Bangunan
pengelolaan lingkungan hidup dalam adalah pengembangan jenis penyelenggaraan jasa konstruksi
usaha jasa konstruksi yang dibiayai sendiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha, atau masyarakat,
Kegagalan Bangunan adalah suatu
dan dapat melalui pola
keadaan keruntuhan bangunan dan/atau kerjasama untuk mewujudkan,
tidak berfungsinya bangunan setelah
memiliki, menguasai,
penyerahan akhir hasil jasa konstruksi
mengusahakan, dan/atau meningkatkan kemanfaatan bangunan
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB II ASAS DAN TUJUAN
ASAS PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Asas Kejujuran dan Keadilan; Asas Manfaat; Asas Kesetaraan; Asas Keserasian;
Asas Keseimbangan; Asas Profesionalitas;
Asas Kemandirian;
Pasal 2
Asas Keterbukaan; Asas Kemitraan; Asas Keamanan dan Keselamatan; Asas Kebebasan;
Asas Pembangunan Berkelanjutan; dan
Wawasan Lingkungan .
TUJUAN PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi berkualitas;
mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan Pengguna dan Penyedia Jasa, serta peningkatan kepatuhan pada peraturan perundang-undangan;
mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;
Pasal 3
menata sistem Jasa Konstruksi yang mewujudkan keselamatan publik dan kenyamanan lingkungan terbangun;
menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan
menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB III TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
a. meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional;
b. terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan jasa konstruksi yang transparan, persaingan usaha yang sehat serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban Pengguna dan Penyedia Jasa;
c. terselenggaranya Jasa Konstruksi sesuai Standar Keamanan, Keselematan, Kesehatan dan Keberlanjutan (K4);
d. meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional;
e. meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi konstruksi dalam negeri;
f. meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
g. tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
a. mengembangkan struktur usaha;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha;
c. menyelenggarakan registrasi badan usaha;
d. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi perusahaan dan asosiasi yang terkait dengan rantai pasok; Pasal 4-10
e. menyelenggarakan pemberian lisensi lembaga yang melaksanakan sertifikasi badan usaha;
f. mengembangkan sistem rantai pasok;
g. mengembangkan sistem permodalan dan penjaminan usaha;
h. memberikan dukungan dan perlindungan bagi pelaku usaha dalam akses pasar Jasa Konstruksi
internasional;
Meningkatnya
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib usaha;
kemampuan dan
j. menyelenggarakan penerbitan izin perwakilan badan usaha asing dan Izin Usaha dalam rangka
kapasitas usaha
penanaman modal asing;
Jasa Konstruksi
k. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi asing dan kualifikasi besar;
nasional
l. menyelenggarakan pengembangan layanan usaha; m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem informasi terkait pasar Jasa Konstruksi; n. mengembangkan sistem kemitraan antara usaha nasional dan internasional; o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat; p. mengembangkan segmentasi pasar nasional; q. memberikan perlindungan hukum bagi pelaku usaha nasional yang mengakses pasar internasional; dan r. menyelenggarakan registrasi pengalaman badan usaha.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
Terciptanya iklim usaha
yang kondusif,
a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia Jasa;
penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang
b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesejahteraan hak –kewajiban;
transparan, persaingan
c. mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan; dan
sehat, serta jaminan hak- kewajiban antara d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa .
Pengguna dan Penyedia
Jasa
a. mengembangkan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan dalam
Terselenggaranya Jasa
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
Konstruksi yang sesuai
b. menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan
dengan Standar Keamanan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh Badan
Keselamatan,
Usaha Jasa Konstruksi;
Kesehatan dan
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
Keberlanjutan
d. Menetapkan penilai ahli yang teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
a. mengembangkan standar kompetensi kerja dan pelatihan Jasa Konstruksi;
b. memberdayakan lembaga pendidikan dan pelatihan kerja konstruksi nasional;
c. menyelenggarakan pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan percontohan;
Meningkatnya d. mengembangkan sistem sertifikasi kompetensi tenaga kerja konstruksi; kompetensi, e. menetapkan standar remunerasi minimal bagi tenaga kerja konstruksi;
f. menyelenggarakan pengawasan sistem sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi minimal
profesionalitas,
bagi tenaga kerja konstruksi;
dan
g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi profesi;
produktivitas
h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja konstruksi;
tenaga kerja
i. menyelenggarakan registrasi pengalaman profesional tenaga kerja konstruksi serta lembaga
konstruksi
pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi;
nasional
j. menyelenggarakan penyetaraan tenaga kerja konstruksi asing; dan k. membentuk lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas Sertifikasi Kompetensi Kerja
yang belum dapat dilakukan oleh lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk asosiasi profesi atau lembaga pendidikan dan pelatihan.
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
a.mengembangkan standar material dan peralatan kontruksi, serta
inovasi teknologi konstruksi; b.mengembangkan skema kerjasama antara institusi penelitian dan
Meningkatnya
pengembangan dan seluruh pemangku kepentingan;
kualitas
c. menetapkan pengembangan teknologi prioritas;
penggunaan
d.memublikasikan material dan peralatan konstruksi serta teknologi
material dan
konstruksi kepada seluruh pemangku kepentingan, baik nasional
peralatan
konstruksi serta
maupun internasional;
teknologi konstrusi
e.menetapkan dan meningkatkan penggunaan standar mutu material
dalam negeri
dan peralatan sesuai SNI;
f. melindungi kekayaan intelektual atas material dan peralatan
konstruksi serta teknologi konstruksi;
g. membangun sistem rantai pasok material, peralatan, dan teknologi
konstruksi;
KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab
dalam pengawasan penyelenggaran Jasa Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi;
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum Jasa Konstruksisebagai media aspirasi
Meningkatkatnya partisipasi masyarakat masyarakat;
Jasa Konstruksi
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja, dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara; dan
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang berkualitas dan bertanggung jawab
dalam Usaha Penyediaan Bangunan.
a. mengembangkan sistem nformasi Jasa Konstruksi nasional; dan
Tersedianya sistem informasi Jasa
b. mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi nasional dan
Konstruksi
internasional.
KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
1 memberdayakan badan usaha Jasa Konstruksi;
menyelenggarakan pengawasan proses pemberian Izin Usaha
Meningkatnya
nasional;
kemampuan dan
menyelenggarakan pengawasan tertib usaha Jasa Konstruksi di
kapasitas usaha
provinsi;
Jasa Konstruksi
menyelenggarakan pengawasan sistem rantai pasok konstruksi di
nasional
provinsi; dan memfasilitasi kemitraan antara badan usaha Jasa Konstruksi di
provinsi dengan badan usaha dari luar provinsi.
KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
Terciptanya iklim usaha
menyelenggarakan pengawasan pemilihan Penyedia Jasa dalam
yang kondusif,
penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
penyelenggaraan Jasa
Konstruksi yang
menyelenggarakan pengawasan Kontrak Kerja Konstruksi; dan
transparan, persaingan
sehat, serta jaminan kesetaraan hak-kewajiban
menyelenggarakan pengawasan tertib penyelenggaraan dan tertib
Pengguna dan Penyedia
pemanfaatan Jasa Konstruksi Provinsi.
Jasa
Terselenggaranya Jasa
Menyelenggarakan pengawasan penerapan Standar Keamanan,
Konstruksi yang sesuai
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan dan
dengan Standar
pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi kualifikasi
Keamanan, Keselamatan,
kecil dan menengah.
Kesehatan dan Keberlanjutan
KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
1 sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja;
Meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan
2 pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
produktivitas tenaga kerja konstruksi nasional
3 upah tenaga kerja konstruksi.
menyelenggarakan pengawasan penggunaan material, peralatan, dan teknologi
konstruksi;
Meningkatnya kualitas memfasilitasi kerja sama antara institusi penelitian dan pengembangan Jasa Konstruksi
dengan seluruh pemangku kepentingan;
penggunaan material dan peralatan konstruksi memfasilitasi pengembangan teknologi prioritas;
serta teknologi
menyelenggarakan pengawasan pengelolaan dan pemanfaatan sumber material
konstruksi dalam negeri
konstruksi; dan
5 meningkatkan penggunaan standar mutu material dan peralatan sesuai SNI.
KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 4-10
1 memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat Jasa Konstruksi provinsi; Meningkatnya
meningkatkan pastisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung
partisipasi masyarakat
jawab dalam pengawasan penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi; dan
Jasa Konstruksi
meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung
jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan.
Tersedianya sistem
informasi Jasa
Mengumpulkan data dan informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
Konstruksi
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH P
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Selaras dengan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah untuk Sub Urusan Jasa Konstruksi
Pasal 4-10
Kewenangan
1 penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
Pemerintah Daerah
provinsi
penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan
pada sub-urusan Jasa
daerah provinsi.
Konstruksi
KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN/KOTA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Selaras dengan UU No. 23 Tahun 2014
Pasal 4-10
Tentang Pemerintahan Daerah untuk Sub Urusan Jasa Konstruksi
penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;
Kewenangan penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan
daerah kabupaten/kota;
pemerintah Daerah Kabupaten/kota
penerbitan Izin Usaha nasional kualifikasi kecil, menengah
pada sub-urusan
dan besar; dan
Jasa Konstruksi
pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB IV USAHA JASA KONSTRUKSI
STRUKTUR USAHA JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 11-18
Jenis Sifat
Klasifikasi
Layanan Usaha
Umum 1. Arsitektur;
3. Rekayasa terpadu; dan
1. Pengkajian;
4. Pengawasan; dan/atau
5. Manajemen penyelenggaraan Usaha Jasa
2. Rekayasa;
4. Arsitektur lanskap dan
2. Perencanaan;
perencanaan wilayah.
Spesialis 1. Konsultansi ilmiah dan teknis; dan
1. Survei;
Konstruksi
2. Pengujian dan analisi teknis.
2. Pengujian Teknis; dan/atau 3. Analisis.
Umum 1. Bangunan gedung; dan
1. Pembangunan;
3. Pembongkaran; dan/atau
4. Pembangunan kembali. Usaha
2. Bangunan sipil.
2. Pemeliharaan;
1. Pekerjaan bagian tertentu dari bangunan konstruksi atau bentuk Pekerjaan
Spesialis 1. Instalasi;
3. Konstruksi prapabrikasi;
2. Konstruksi khusus; 4. Penyelesaian bangunan;
fisik lainnya.
Konstruksi
dan *) 5. Penyewaan peralatan.
Usaha
1. Bangunan gedung; dan
1. Rancang bangun; dan
Pekerjaan
2. Bangunan sipil.
2. Perekayasaan, pengadaan,
Konstruksi
dan pelaksanaan.
Terintegrasi
Kegiatan usaha jasa konstruksi didukung dengan Perubahan atas klasifikasi dan layanan usaha Jasa Konstruksi dilakukan dengan usaha rantai pasok sumber daya konstruksi yang
memperhatikan perubahan klasifikasi produk konstruksi yang berlaku secara diutamakan berasal dari produksi dalam negeri
internasional dan perkembangan layanan usaha Jasa Konstruksi.
BENTUK DAN KUALIFIKASI USAHA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 19-25 Usaha Jasa Konstruksi berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum
Kecil;
Dasar Penetapan KU
kualifikasi : a. Penjualan tahunan;
LI b. Kemampuan keuangan;
Menengah; dan
F IK c. Ketersediaan tenaga kerja
konstruksi; dan
d. Kemampuan dalam penyediaan
Besar.
peralatan konstruksi.
Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan
usaha dan segmentasi pasar
SEGMENTASI PASAR JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 19-25
Bentuk dan Kualifikasi Usaha
Segmentasi Pasar
1. Beresiko Kecil;
1. Orang Perseorangan dan
2. Berteknologi sederhana; dan
2. Badan Usaha Kualifikasi Kecil
3. Berbiaya kecil.
1. Beresiko sedang;
1. Badan Usaha Kualifikasi Menengah
2. Berteknologi madya; dan/atau
3. Berbiaya sedang.
1. Badan Usaha Kualifikasi Besar
1. Beresiko Besar;
2. Perwakilan Badan Usaha Jasa Konstruksi
2. Berteknologi Tinggi; dan/atau
Asing
3. Berbiaya Besar.
PERLINDUNGAN BADAN USAHA KUALIFIKASI KECIL DI DAERAH
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 19-25
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menggunakan APBD serta memenuhi kriteria berisiko kecil sampai dengan sedang, berteknologi sederhana sampai dengan madya, dan berbiaya kecil sampai dengan sedang, Pemerintah Daerah Propinsi dapat membuat kebijakan khusus.
Kebijakan khusus tersebut mengatur :
a. Kerjasama operasi BU daerah, dan/atau;
b. Penggunaan Subpenyedia Jasa Daerah.
PERSYARATAN USAHA NASIONAL
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 26-31
TDUP dan IUJK
diberikan oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten/Kota tempat domisili
Berlaku di seluruh wilayah RI TANDA
BADAN USAHA
USAHA ORANG
IZIN
DAFTAR JASA
PERORANGAN
USAHA
USAHA KONSTRUKSI JASA PERSEORAN GAN (TDUP) KONSTRUK SI (IUJK)
SERTIFIKAT BADAN USAHA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 26-31
1 Wajib memiliki Sertifikat Badan Usaha (SBU).
2 SBU diterbitkan melalui sertifikasi dan registrasi oleh Menteri. BADAN USAHA
JASA
SBU memuat jenis usaha, sifat usaha, klasifikasi usaha, dan kualifikasi
3 usaha. KONSTRUKSI
Mengajukan permohonan SBU kepada Menteri melalui lembaga sertifikasi
Badan Usaha yang dibentuk oleh asosiasi terakreditasi yang memenuhi persyaratan tertentu.
TANDA DAFTAR PENGALAMAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 72
Pasal 31
TENAGA KERJA
BADAN USAHA
KONSTRUKSI
JASA KONSTRUKSI Menengah dan Besar
Meregistrasi
Pengalaman
Tanda Daftar
Pengalaman
TK. Konstruksi à registrasi kepada Menteri
à pengakuan pengalaman Tanda daftar pengalaman Badan Usaha Jasa profesional
Konstruksi paling sedikit memuat :
Tanda daftar pengalaman professional
1. Nama paket pekerjaan;
paling sedikit memuat :
2. Pengguna Jasa;
1. Jenis layanan profesional yang
3. Tahun pelaksanaan pekerjaan;
diberikan;
4. Nilai pekerjaan; dan
MENTERI
2. Nilai pekerjaan konstruksi yang
5. Kinerja Penyedia Jasa.
terkait dengan hasil layanan profesional;
3. Tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
4. Nama Penguna Jasa.
PERSYARATAN BADAN USAHA JASA KONSTRUKSI ASING
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
SERTIFIKA T BADAN
PENYELENGGARAAN Pasal 32-35 USAHA
JASA KONSTRUKSI (penyetaraan
) Wajib
Kantor perwakilan wajib memenuhi:
1. berbentuk badan usaha dengan kualifikasi yang setara dengan kualifikasi besar;
BADAN USAHA JASA
2. memiliki izin perwakilan badan usaha Jasa Konstruksi asing;
KONSTRUKSI ASING
3. membentuk kerja sama operasi dengan badan usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi besar yang memiliki Izin Usaha;
4. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja Indonesia daripada tenaga kerja asing;
Bentuk:
Kantor
5. Menempatkan WNI sebagai Pimpinan tertinggi kantor perwakilan
Perwakilan
6. mengutamakan penggunaan material dan teknologi konstruksi dalam negeri;
7. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien, berwawasan lingkungan, serta
Badan Usaha
memperhatikan kearifan lokal;
berbadan hukum
8. melaksanakan proses alih teknologi; dan
indonesia melalui
9. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
kerjasama modal dengan BUJKN
Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk dalam rangka kerja sama modal harus memenuhi persyaratan kualifikasi besar dan wajib memiliki Izin Usaha.
PENGEMBANGAN USAHA JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 36
Jenis
Konsultan
Kontraktor
Terintegrasi
Pengembangan Usaha Penyediaan
Dibiayai
melalui
Bangunan Gedung
INVESTASI
bersumber
Usaha
dari:
Penyediaan
1. Pemerintah Pusat
Bangunan
2. Pemerintah Daerah
Usaha Penyediaan
3. Badan usaha Bangunan Sipil
4. Masyarakat
PENGEMBANGAN USAHA BERKELANJUTAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 37
Pengembangan usaha
Pengembangan usaha Badan usaha harus
berkelanjutan bertujuan
berkelanjutan
melakukan
untuk:
diselengarakan oleh pengembangan usaha
1. Meningkatkan tata
asosiasi badan usaha berkelanjutan
kelola usaha yang baik; dan
jasa konstruksi
2. Memiliki tanggung jawab professional termasuk tanggung jawab badan usaha terhadap masyarakat
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB V PENYELENGGAR AAN JASA KONSTRUKSI
PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 38 -
Dikerjakan sendiri Penyelenggaraan
usaha Jasa Pengikatan jasa
Konstruksi konstruksi
Penyelenggaraan Jasa
Konstruksi Dikerjakan sendiri
Penyelenggaraan usaha Penyediaan
Bangunan
Perjanjian penyediaan bangunan
PENGIKATAN JASA KONSTRUK
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Penyedia jasa
Pasal 38-58
Memenuhi ketentuan
1. Orang perseorangan;
persyaratan usaha jasa
atau konstruksi
2. badan
Pengikatan Jasa Konstruksi antara Pengguna Jasa dan
Dilarang menggunakan
Penyedia Jasa
penyedia jasa yang Pengguna jasa
terafiliasi pada
1. Orang perseorangan; pembangunan untuk
atau
kepentingan umum tanpa
2. badan
Dilakukan berdasarkan :
melalui tender atau
1. Prinsip persaingan sehat
seleksi, atau pengadaan
2. Dapat dipertanggungjawabkan secara
secara elektronik
keilmuan
3. Berlaku sesuai perundang-undangan hukum keperdataan, kecuali ditentukan lain menurut Undang-Undang ini.
PEMILIHAN PENYEDIA JAS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 38-58
1. Yang bersumber dari keuangan negara dilakukan dengan cara tender atau seleksi, pengadaan
secara elektronik, penunjukan langsung, dan pengadaan langsung
2. Tender atau seleksi dapat dilakukan melalui prakualifikasi, pascakualifikasi, atau tender cepat
3. Pengadaan secara elektronik merupakan metode pemilihan Penyedia Jasa yang sudah tercantum dalam katalog,
4. Penunjukan langsung dapat dilakukan dalam hal:
a. Penanganan darurat utk keamanan dan keselamatan masyarakat;
b. Pekerjaan kompleks yang hanya dapat dilaksanakan penyedia jasa sangat terbatas atau pemengang hak;
c. Pekerjaan rahasia menyangkut keamanan dan keselamatan negara;
d. Pekerjaan berskala kecil; dan/atau
e. Kondisi tertentu (diatur dengan PP)
5. Pengadaan langsung dilakukan untuk paket dengan nilai tertentu (diatur dengan PP)
PEMILIHAN PENYEDIA JAS
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 38-58
Pemilihan penyedia jasa mempertimbangkan:
1. Kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup pekerjaan;
2. Kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja;
3. Kinerja penyedia jasa; dan
4. Pengalaman menghasilkan produk konstruksi sejenis.
Pengguna Jasa dalam pemilihan penyedia layanan jasa konsultansi konstruksi pada jenjang jabatan ahli, harus memperhatikan standar remunerasi minimal.
Hanya dapat diikuti oleh penyedia jasa yang memenuhi persyaratan usaha jasa konstruksi
KONTRAK KERJA KONSTRUK
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 46
Pengguna Penyedia Jasa
Hubungan kerja Jasa
Kontrak Kerja Konstruksi
KONTRAK KERJA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 47-50
Kontrak kerja konstruksi mencakup uraian:
a. Para pihak;
i. Pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi;
b. Rumusan pekerjaan; j. Keadaan memaksa;
c. Masa pertanggungan; k. Kegagalan bangunan;
d. Hak dan kewajiban yang setara; l. Pelindungan pekerja;
e. Penggunaan tenaga kerja konstruksi m. Pelindungan terhadap pihak ketiga;
bersertifikat; n. Aspek lingkungan;
f. Cara pembayaran; o. Jaminan atas risiko; dan
g. Wanprestasi; p. Pilihan penyelesaian sengketa konstruksi.
h. Penyelesaian perselisihan;
Memuat juga:
Penggunaan bahasa:
1. Kesepakatan tentang pemberian insentif
1. Dibuat dalam Bahasa Indonesia
2. Ketentuan Hak kekayaan intelektual untuk jasa perencanaan.
2. Dibuat dalam Bahasa Indonesia dan bahasa
3. Ketentuan tentang subpenyedia jasa serta pemasok bahan,
Inggris dalam hal dengan pihak asing.
komponen bangunan, dan/atau peralatan yang harus memenuhi
3. Dalam hal terjadi perselisihan digunakan
standar untuk pelaksanaan layanan jasa konstruksi.
kontrak dalam Bahasa Indonesia.
4. Kewajiban alih teknologi untuk kontrak yang dilakukan dengan pihak asing.
PENGELOLAAN JASA KONSTRU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 52-56
PENYEDIA JASA
PENGGUNA JASA
Wajib menyerahkan hasil pekerjaan secara tepat
Wajib membayar atas penyerahan hasil biaya, mutu, dan waktu. pekerjaan secara tepat jumlah dan waktu.
Penyelenggaraan jasa konstruksi sesuai
Kontrak kerja
perjanjian kontrak
konstruksi
Memenuhi standar keamanan, keselamatan,
Sumber Pembiayaan:
kesehatan, keberlanjutan
••Dana pemerintah pusat;
••Dana pemerintah daerah;
Mengutamakan WNI sebagai pemimpin tertinggi
organisasi proyek
••Dana badan usaha; dan/atau ••Dana masyarakat.
SUB PENYEDIA JASA
Wajib menyerahkan hasil pekerjaan secara tepat
biaya, mutu, dan waktu.
Dibuktikan dengan:
1. Kemampuan membayar ;dan/atau
Pekerjaan utama hanya diberikan kepada
spesialis dengan persetujuan pengguna jasa
2. Komitmen atas pengusahaan produk Jasa
Konstruksi
Pekerjaan penunjang diberikan oleh penyedia jasa menengah/besar kepada sub penyedia jasa kecil
*Dapat diberikan ganti kerugian sesuai kesepakatan
kontrak
*Dapat dikenai ganti kerugian sesuai kesepakatan kontrak
PENJAMINAN PENYEDIA JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 57
Penyedia Jasa wajib memberikan jaminan kepada Pengguna Jasa yang dapat dicairkan tanpa syarat dan dalam batas waktu tertentu, yang dikeluarkan oleh perbankan, perusahaan asuransi dan/atau perusahaan penjaminan. Jaminan terdiri atas :
Memperhatikan dinamika
• Jaminan penawaran
pengembangan jaskon nasional
• Jaminan Pelaksanaan
maupun internasional
•Jaminan uang muka •Jaminan pemeliharaan •Jaminan sanggah banding
PERJANJIAN PENYEDIAAN BANGU
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Para pihak:
Pasal 58
1. Pihak Pertama: Pemilik bangunan
2. Pihak Kedua: Penyedia bangunan PERJANJIAN
Pemilik bangunan:
Penyedia bangunan:
1. Orang perseorangan; atau
PENYEDIAAN
1. Orang perseorangan; atau
2. Badan.
BANGUNAN 2. Badan.
1. Dapat melalui kerjasama pemerintah pusat dan atau pemda dengan badan usaha dan atau masyarakat
2. Penyelenggaraan Jasa Konstruksi harus dilakukan oleh Penyedia Jasa
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB VI KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN, DAN KEBERLANJUTA N KONSTRUKSI
KEAMANAN, KESELAMATAN, KESEHATAN DAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
KEBERLANJUTAN KONSTRUKSI
Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan, paling sedikit meliputi :
Standar mutu bahan;
Pasal 59
Standar mutu peralatan; Standar keselamatan dan kesehatan kerja; Standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi; Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi; Standar operasi dan pemeliharaan;
Catatan:
1. Pemenuhan standar harus dengan
Pedoman pelindungan sosial tenaga kerja; dan persetujuan pengguna/penyedia jasa
2. Standar K4 harus memperhatikan kondisi geografis yang rawan gempa dan
Standar pengelolaan lingkungan hidup. lingkungan
kenyamanan
terbangun
KEGAGALAN
Kegagalan Bangunan:
Pasal 60-65
Suatu keadaan keruntuhan bangunan
BANGUNAN
dan/atau tidak berfungsinya bangunan
MULAI
setelah penyerahan akhir
Laporan Pengguna Jasa
Penerimaan Laporan Kegagalan
dan/atau pihak yang
Bangunan oleh Menteri
dirugikan Penetapan Penilai Ahli oleh Menteri
Kriteria Penilai Ahli:
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
1. Standar Mutu Bahan
1. memiliki Sertifikat Kompetensi Kerja pada jenjang
2. sejak diterimanya laporan Standar Mutu Peralatan
jabatan ahli di bidang yang sesuai klasifikasi
3. Standar Keselamatan Kerja Dan Kesehatan
bangunan yang di nilai
4. Standar Prosedur Pelaksanaan
2. Memiliki pengalaman
sebagai perencana,
Laporan Kajian Teknis oleh Penilai Ahli
5. Standar Mutu Hasil Pelaksanaan
pelaksana, dan/atau pengawas untuk klasifikasi
6. Standar Operasi Dan Pemeliharann
bangunan yang di nilai
paling lambat 90 hari kerja
7. Pedoman Pelindungan Sosial Tenaga Kerja
3. Terdaftar di kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Jasa Konstruksi
8. Standar Pengelolaan Lingkungan Hidup
Penentuan Pihak yang
Bekerja secara profesional dan tidak memihak
9. Memperhatikan Kondisi Geografi Rawan
Bertanggungjawab (Pasal 61) Gempa
Jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan harus
• Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan
• Pengguna Jasa bertanggung jawab atas
dinyatakan dalam Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan
Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah
Kontrak Kerja rencana umur konstruksi paling lama 10 (sepuluh) tahun
jangka waktu yang telah ditentukan
terhitung sejak penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi Konstruksi
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB VII TENAGA KERJA KONSTRUKSI
TENAGA KERJA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
TENAGA KERJA KONSTRUKSI
WAJIB memiliki Sertifikasi Pelatihan sesuai Standar
Arsitektur
Kompetensi Kerja, Kompetensi Kerja, diselenggarakan
diperoleh melalui Uji oleh Lembaga Pendidikan &
Kompetensi oleh Lembaga Pelatihan Kerja yang diregistrasi
li
Teknisi/Analis
Sertifikasi Profesi dan
Menteri
Ahli
Tata Lingkungan
diregistrasi oleh Menteri
Manajemen Pelaksanaan
Pasal 73
Pasal Lembaga Sertifikasi Profesi, dapat dibentuk 71
Tenaga Kerja Konstruksi yang oleh: memiliki Sertifikat Kompetensi
1. Asosiasi Profesi terakreditasi; dan Kerja berhak atas imbalan yang
2. Lembaga Pendidikan & Pelatihan. layak atas layanan jasa yang
diberikan
REGISTRASI DAN SERTIFIKASI TENAGA KERJA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 72
Pengakuan
paling sedikit
Pengalaman
Dibuktikan
memuat a. Jenis layanan professional yang
Profesional dengan
Tanda Daftar
diberikan;
Registrasi kepada
Pengalaman
b. Nilai pekerjaan konstruksi yang
Menteri
Profesional
terkait dengan hasil layanan professional;
TENAGA KERJA
c. Tahun pelaksanaan pekerjaan; dan
KONSTRUKSI
d. Nama Pengguna Jasa.
TENAGA KERJA KONSTRUKSI ASING
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 74 SERTIFIKAT PENYELENGGARAAN KOMPETENSI JASA KONSTRUKSI KERJA
wajib
KETENTUAN YANG WAJIB DIPENUHI:
1. Pemberi Kerja wajib memiliki Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
dan Ijin Memperkerjakan Tenaga kerja Asing (IMTA)
2. Hanya untuk Jabatan tertentu sesuai Peraturan Perundangan
3. Harus miliki surat tanda Registrasi dari Menteri
4. Surat tanda registrasi diberikan berdasarkan sertifikat kompetensi menurut hukum
negaranya
5. Melakukan alih pengetahuan dan alih teknologi kepada tenaga kerja pendamping
sesuai Peraturan Perundangan
Tenaga Kerja Konstruksi
6. Pengawasan penggunaan tenaga kerja konstruksi asing dilakukan oleh pengawas
Asing
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB VIII PEMBINAAN
PEMBINAAN JASA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 76-79
KONSTRUKSI
1. Penetapan kebijakan pengembangan Jasa Konstruksi nasional ;
ter
2. Penyelenggaraan kebijakan pengembangan yang bersifat strategis, lintas negara, lintas
provinsi dan/atau berdampak pada kepentingan nasional;
Pemerintah
Men
3. Pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan kebijakan pengembangan Jasa
Pusat-APBN
Konstruksi nasional;
4. Pengembangan kerjasama dengan Pemerintah Daerah provinsi dalam penyelenggaraan
u rn kewenangan pemerintah daerah provinsi sub urusan jasa konstruksi; dan
5. Dukungan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
b Gu
1. Penetapan pedoman teknis pelaksanaan kebijakan di wilayah provinsi;
Gubernur
2. Penyelenggaraan kebijakan yang berdampak lintas kabupaten/kota di provinsi;
ra sebagai wakil o 3. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan pengembangan di provinsi; dan
Pemerintah
4. Penyelenggaraan pemberdayaan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dalam
la
Pusat-APBN
kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota pada sub urusan jasa konstruksi.
Pe
Gubernur ,
Pembinaan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
Bupati/Walikota- APBD
ra
1. Penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi yang berdampak hanya di o wilayah p
Bupati/Walikota
kabupaten/kota; dan
la
-APBD
2. Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan kebijakan Jasa Konstruksi nasional di wilayah
Pe
kabupaten/kota.
Dalam pembinaan dapat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi
PENGAWASAN JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 80-81
Tertib penyelenggaraan
Pemerintah Pusat dan/atau
Tertib usaha dan perizinan tata bangunan
Pemerintah daerah mengawasi
Tertib pemanfaatan dan kinerja Penyedia Jasa
Bangunan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri
Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Jasa
Konstruksi
Bangunan perwakilan asing di wilayah Indonesia
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB IX SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
SISTEM INFORMASI JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 83
Pengguna dan penyedia jasa serta institusi terkait harus memberikan
DATA dan INFORMASI
Tanggung jawab dan kewenangan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Pembentukan suatu sistem informasi Tugas pembinaan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan
terintegrasi yang berisikan data dan
oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah informasi:
Tugas dan layanan di bidang Jasa Konstruksi yang dilakukan oleh masyarakat jasa konstruksi
Dikelola oleh Pemerintah Pusat dengan pembiayaan yang dibebankan ke APBN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB X PARTISIPASI MASYARAKAT
PARTISIPASI MASYARAKAT JASA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 84
KONSTRUKSI
Penyelenggaraan sebagian kewenangan pemerintah pusat mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi
Keikutsertaan masyarakat Jasa konstruksi dilakukan melalui SATU LEMBAGA yang dibentuk dan pengurusnya ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat persetujuan oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Unsur Pengurus Lembaga dapat diusulkan dari Asosiasi Perusahaan, Asosiasi Profesi, Institusi Pengguna Jasa Konstruksi, dan Perguruan Tinggi / Pakar; dapat juga diusulkan dari Asosiasi Rantai Pasok Konstruksi.
•• Jumlah dan sebaran anggota
Syarat Asosiasi Badan
•• Pemberdayaan kepada anggota
Usaha dan Profesi
•• Pemilihan pengurus secara demokratis
terakreditasi
•• Sarana dan prasarana di pusat dan daerah •• Pelaksanaan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Penyelenggaraan sebagian kewenangan yang dilakukan oleh Lembaga
Pembiayaan
dibiayai
penyelenggaraan
oleh APBN dan/atau sumber lain yang sah
partisipasi masyarakat
• Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan merupakan penerimaan negara bukan pajak
PARTISIPASI MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Ø Mengakses informasi dan keterangan terkait dengan
Pasal 85-87
kegiatan konstruksi;
1. Dugaan Kejahatan dan Pelanggaran
Ø Melakukan pengaduan, gugatan, dan upaya mendapatkan
Pemeriksaan hukum tidak mengganggu atau menghentikan
ganti kerugian atau kompensasi terhadap dampak kegiatan
penyelenggaraan jasa konstruksi
Jasa Konstruksi;
2. Dugaan Kerugian Negera
Ø Membentuk asosiasi profesi dan asosiasi badan usaha di Proses pemeriksaan hukum dilakukan berdasarkan hasil bidang Jasa Konstruksi.
pemeriksaan keuangan dari lembaga negara yang berwenang untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
Pengaduan
Pemeriksaa n
Masyarakat Umum
Aparat Penegak
Hukum
Pekerjaan Konstruksi
Partisipasi Masyarakat dalam Pemberian Masukan kepada Pemerintah Pusat Dan/ Daerah Dalam Perumusan Kebijakan Jasa Konstruksi.
q Ketentuan Angka (1) dan (2) Tidak berlaku atau
dikecualikan dalam hal terjadi:
Partisipasi Masyarakat Dapat Dilakukan Juga Melalui Forum Jasa Konstruksi
a. Terjadi hilangnya nyawa seseorang b. Tertangkap tangan melakukan tindak pidana korupsi.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
BAB XI PENYELESAIAN SENGKETA
PENYELESAIAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Pasal 88 SENGKETA
Tidak tercapai
Musyawarah untuk Mufakat
Disesuaikan Berdasarkan
Penyelesaian Kontrak Kerja Konstruksi
Sengketa
Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi :
a. Mediasi;
Selain upaya penyelesaian sengketa
A Tercantum upaya
b. Konsiliasi dan; (mediasi dan konsiliasi), para pihak dapat
membentuk Dewan Sengketa
penyelesaian?
c. Arbitrase;
TIDA K
Pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan
Para pihak bersengketa membuat
berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi
persetujuan tertulis mengenai tata cara
bagian dari salah satu pihak
penyelesaian sengketa yang dipilih.