Indonesian Idol, Why Not...
INDONESIAN IDOL, Why Not?
Oleh: Nizar Agus .D
akin berkembangnya zaman pada era globalisasi ini, semakin banyak pula makna yang terkandung dalam sebuah perkembangan. Dalam konteks kata
M
“berkembang” dimaksudkan sebagai semakin kedepan semakin kuat, dewasa, menonjol dan maju baik itu dalam hal pendewasaan diri, kemampuan, dan keilmuan. Tidak berlebihan jika alangkah lebih baiknya kita menyikapi perkembangan zaman dengan disertai rasa cinta tanah air dan kebangsaan kita terhadap Negara yang sangat kita cintai ini. Bahkan ada sebuah opini “What We Have Done for Indonesia?”, makna tersebut menunjukkan sebuah kesan yang begitu mendalam tentang sebuah perilaku kita terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kita sebagai warga Negara yang bisa dikatakan cukup mampu berpikir lebih dewasa dan merupakan bagian dari kaum intelektual seharusnya sudah bisa berpikir apa yang sudah kita perbuat untuk Bangsa dan Negara ini.
Oke... Jangan terlalu besar angan-angan kita untuk berkata
“saya akan berperang jika suatu saat ada bangsa a sing yang akan mencoba menjajah bangsa kita ini...!”, atau “saya
akan mengganyang Malaysia jika berani mencuri lagi kebudayaan atau tanah Bangsa
Indonesia”. Tetapi kita mulai dari hal terkecil pada diri kita dan keluarga kita. Ada sebuah
pertanyaan yang harus kita lontarkan pada diri kita sendiri yaitu
“Sudah berapa banyak produk Indonesia yang sudah Saya gunakan saat ini?”. Mungkin jawaban dari pertanyaan
tersebut diatas sudah bisa mewakili nilai kecintaan diri kita sendiri terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada sebuah pertanyaan paling menggelitik jika kita bertanya kepada anak kecil se- usia Taman Kanak-Kanak bahkan mungkin yang sudah mulai remaja, yaitu
“Coba sebutkan ada berapa Tokoh idola yang kamu kagumi?”. Pertanyaan tersebut pasti dengan mudah akan
dijawab dengan lantang oleh anak-anak se-usia Taman Kanak-Kanak
“Naruto Pak/Bu....!!!”,
“Doraemon!”, “Power Ranger!!!”, dan masih banyak super hero – super hero asing atau
bahkan artis artis idola lainnya yang bisa disebutkan oleh anak-anak tersebut.
Alangkah mirisnya ketika kita mengetahui bahwa sebuah tokoh idola dari kader penerus bangsa kita menyebutkan sebuah tokoh idola dengan karakter asing sebagai idolanya
atau bahkan menyebutkan artis sebagai idolanya. Bahkan Dari hasil observasi yang dilakukan sekelompok panitia lomba lukis hari pahlawan tahun 2009 pada latar belakang kegiatannya menyebutkan bahwa ditemukannya beberapa masalah yang terkait dengan anak dan pelatihan untuk anak yang dapat bermanfaat bagi mereka. Hiburan yang mendidik untuk anak - anak dan remaja dirasa sangat kurang. Dan yang paling utama adalah sosok figur pahlawan bagi anak dan remaja yang sudah mulai bergeser dan salah mentafsirkannya anak-anak akan arti pahlawan itu sendiri yang nantinya akan dijadikan oleh anak-anak sebagai barometer kehidupan anak-anak Indonesia di masa mendatang.
Jika kita pilih 10 anak sampai remaja secara acak untuk menyebutkan tokoh idolanya, bisa dikatakan hampir 90% bahkan 100% tidak ada yang menyebut “KARTINI..!”, “CUT NYAK DIEN..!”, “PANGERAN DIPONEGORO..!” dan sebagainya, bahkan tokoh dalam pewayangan k ita tidak tersentuh sama sekali “HANOMAN!”, “GATOT KACA!”, dan lebih parahnya lagi bisa jadi figur yang dianggap sebagai pemersatu bangsa tidak tersebut sekali pun “GAJAH MADA . . .!”.
Lebih menyesakkan lagi ketika ada sebuah pertanyaan
“Coba sekarang kamu menyanyi di depan teman- teman kamu?”. Untuk jawaban dari pertanyaan tersebut banyak
anak-anak dengan bangga menyanyikannya sambil sedikit joget bergembira ria ketika disuruh maju untuk menyanyi
“Kemana....kemana....kemana..... Dimana....dimana....dimana.... .....
sayang, yang kutemui alamat palsu”, “Ku hamil duluan, telat tiga bulan, gara-gara pacaran
dalam gelap- gelapan”. Bukannya menyanyikan lagu-lagu kebangsaan atau bahkan lagu-lagu daerah kita masing-masing.Apakah yang terjadi jika melihat hal demikian...???? pertanyaan seperti itu akhirnya muncul dalam benak kita semua. Menilik semboyan Presiden Republik Indonesia pertama Ir. Soekarno
“Berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan mengguncang dunia!”. Kalau kita
melihat semboyan seperti itu dan dikaitkan dengan hal yang terjadi tersebut diatas, maka kita kembalikan lagi. “Apakah mampu, dengan sepuluh pemuda kita mengguncang dunia jika calon-calon generasi penerus bangsa kita sudah berperilaku tidak nasionalis
...?”, Apa yang digunakan untuk mengguncang dunia, jurusnya Naruto atau kantong ajaibnya Doraemon...?.
Dengan kecenderungan anak-anak hinga remaja pada saat ini untuk mengidolakan figur asing, hal itu merupakan suatu penghapusan karakter serta perilaku bangsa dan rasa nasionalisme. Untuk itu alangkah lebih eloknya jika sedini mungkin kita perbaiki goresan
dan remaja, karena anak dan remaja merupakan generasi penerus yang seharusnya mampu menjadi sebuah gambaran karakter dan perilaku Bangsa Indonesia sehingga sesuai dengan yang diharapkan, dimana sebuah doktrin-doktrin tentang nasionalisme sedini mungkin sudah mulai diberikan.
Tapi kebalikannya yang terjadi, mulai dari kecil sudah dijejali oleh berbagai aktifitas (foreign cultural) kegiatan asing, seperti tayangan film kartun anak dengan selalu menampilkan sosok pahlawan asing di televisi atau komik yang banyak digemari anak dan remaja merupakan hasil karya rekayasa ide kreatif orang asing, bahkan mainan-mainan yang setiap hari di mainkan anak-anak merupakan made-
in “asing” . Hal ini menyebabkan
terjadinya/brand image pola pikir perkembangan otak anak dan remaja pada ending-nya mengarah kepada aktifitas asing yang sudah dipelajarinya sejak kecil.
Untuk itulah kita sebagai pengembang generasi penerus, alangkah lebih baiknya jika kita membuat sebuah terobosan-terobosan/ide-ide segar nan kreatif (
“made in awak
dhewe/diri sendiri”) untuk mulai mengenalkan karakter-karakter bangsa kita dengan
sedemikian rupa sehingga nantinya calon-calon generasi penerus merasakan bangga akan ke- DAHSYATAN Bangsa Indonesia dan mengatakan “INDONESIAN IDOL,Why Not?”. Alangkah eloknya jika kita bisa mendengarkan kalimat tersebut tersaji dari calon-calon generasi penerus bangsa kita.
Kemudian yang menjadi pertanyaan lagi adalah
“HOW?”. Berikut beberapa langkah
yang coba dikembangkan berdasarkan ide kreatif adalah dengan mengkreasikan sebuah simbol karakter bangsa menjadi lebih menarik di kalangan anak dan remaja sebagai generasi penerus bangsa sehingga semakin menarik untuk mencari, membeli dan mempelajarinya.
Kedua, menggunakan karya teknologi yang lebih menarik minat calon generasi penerus bangsa untuk lebih memilih karya lokal yang lebih arif dan tentu saja dengan catatan mengusung tema kebudayaan lokal bangsa kita, baik itu dari segi tokoh, permainan atau apapun itu juga yang bisa dikreasikan menggunakan sentuhan teknologi (misal kaos dengan lambang atau logo burung garuda yang sudah terkreasi dengan sedikit seni dan efek teknologi sehingga lebih menarik makai kaos bergambar tersebut atau sebuah kaos bergambar permainan tradisional obak sodor yg di kemas dengan desain visual lebih modern sehingga kesan yang ditimbulkan dari gambar di kaos itu lebih menarik sehingga anak-anak dan remaja tidak “gengsi” memakainya dan terlihat lebih modern serta mengikuti perkembangan
trend fashion ) dan masih banyak bermunculan bisnis-bisnis yang mengusung tema
nasionalisme baik yang on-line maupun tidak, seperti Damn!IloveIndonesia milik selebriti Daniel Manantha serta KDRI (Kementrian Desain Republik Indonesia) milik Mas Gembol dan banyak lagi yang lainnya.
Pada akhirnya sangat diharapkan ide baru akan muncul setelah membaca tulisan ini seperti kekuatan Joger yang ada di Bali yang sangat bangga dengan budaya dari hasil kreasi kata-katanya serta Dagadu di Jogjakarta akan seninya, dan sepakat untuk menyuarakan “INDONESIAN IDOL, Why Not?”.
Tulisan ini ditutup dengan sebuah kutipan yang diambil dari buku NASIONAL.IS.ME karya Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo Saya menulis buku ini, sebagai sebuah ajakan. Ajakan untuk mengubah Indonesia. Usaha ini, bukan untuk dirasakan hasilnya hari ini. Tapi untuk masa depan. Kita semua, tidak akan sempat melihat masa depan itu. Anak-anak kita yang akan melihat.
Tugas kita adalah memastikan bahwa anak-anak kita punya sesuatu yang indah untuk dilihat, di masa depan.
“Bukan kebetulan Anda lahir pada jaman ketika Indonesia sedang seperti sekarang ini,
dan bukan kebetulan juga Anda membaca tulisan ini...”Sederhananya: Anda hidup di jaman ini, karena Anda ditakdirkan untuk berkarya dan membangun Indonesia menjadi lebih baik
Referensi
Pandji Pragiwaksono Wongsoyudo, 1999 NASIONAL.IS.ME Lomba Lukis Spektakuler Hari Pahlawan, 2009 Pedoman Teknis Kegiatan
Biografi Penulis Nizar agus Diyarrochman. Lahir di Mojokerto, 21 Agustus 1980.
Menyelesaikan sekolah dasar di SDN Pandanarum, di daerah kabupaten Mojokerto. Kemudian melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 1 Pacet di daerah kabupaten Mojokerto. Setelah itu masih bertahan di daerah dengan sekolah di SMU Negeri 1 Gondang. Pada tahun 1998 hijrah ke Surabaya dan menyelesaikan kuliah D3 di PPNS ITS Surabaya. Mulai tahun 2002 tercatat sebagai mahasiswa S1 ITPS Malang pada program studi Pendidikan Teknik Informatika.
Mulai tertarik di dunia komputer sejak tahun 1993, saat di bangku SLTP dengan diperkenalkan DOS, Word Star, serta Lotus. Belajar secara otodidak saat mulai ikut di lembaga pendidikan IP (Institut Pembangunan). Sejak saat itu sering bergelut dengan komputer hingga pada akhirnya di terima menjadi pengajar di SMA Negeri 1 Pacet Mojokerto tahun 2004. PNS tahun 2005 dan diamanahi untuk menjadi pendidik Teknik Komputer dan Jaringan di SMK Negeri 1 Dlanggu Mojokerto dan mulai mendalami seni grafis serta desain komunikasi visual (Multimedia) hingga sekarang. Mohon kritik dan saran, serta bimbingannya di