PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS IV SDN 2REJOMULYO KECAMATAN

JATIAGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh Eka Siti Rohyani

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 2 Rejomulyo Kecamatan Jatiagung Lampung Selatan, diketahui bahwa hasil belajar peserta didik kelas IV masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo Jatiagung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus dan setiap siklus melalui tahapan berupa perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data yang diambil meliputi data kuantitatif berupa tes hasil belajar dan data kualitatif berupa hasil lembar observasi yang disertai dengan anlisis data hasil tes dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada siklus I terdapat 60% peserta didik yang dapat dikatakan tuntas dan terdapat 40% peserta didik belum tuntas. Sedangkan pada siklus II meningkat yakni terdapat 83% peserta didik yang tuntas dan 17% pesertadidik belum tuntas.


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Eka Siti Rohyani dilahirkan di Karang Anyar pada tanggal 1 Januari 1981, anak pertama dari empat bersaudara buah hati pasangan dari Bapak Sarmin dan Ibu Suginem. Eka Siti Rohyani memulai pendidikan di SD Negeri 05 Karang Anyar yang diselesaikan pada tahun 1994. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikannya di MTs Alhikmah 2 dan diselesaikan pada tahun 1997, ditahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di MA Nurul Islam yang diselesaikan pada tahun 2000. Ditahun yang sama Penulis melanjutkan pendidikan D2 Pendidikan Agama Islam IAIN Raden Intan Lampung yang diselesaikan pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikannya di Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Lampung pada tahun 2010.


(7)

MOTO

:فارعاا( نْيل جلْا نع ْضرْعأ فْرعْلاب ْرمْأ ْفعلْا ذخ ٩١١

)

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A’raf: 199)

“Menjaga sesuatu yang lama yang masih baik dan mengambil sesuatu yang baru yang labih baik”


(8)

PERSEMBAHAN

Seiring dengan sujud syukur pada-Nya karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayahanda Sarmin dan Ibunda Suginem tercinta, terima kasih atas usaha keras serta do’anya yang selalu mengiringi penulis mencapai cita-cita. 2. Suamiku Budimansah yang telah memberikan motivasi dan dukungan

dalam kehidupanku.

3. Anak-anakku Miftahul Syifa Zaskia dan Syalman Alfarizi yang selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan studiku.

4. Kepala Sekolah dan rekan-rekan guru yang selalu mendukung keberhasilanku, dan


(9)

SAN WACANA

Puji syukur kepada Allah SWT, pencipta semesta alam yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan rasa syukur yang dalam, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN 2 Rejomulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan”.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan keterbatasan. Kenyataan ini yang menyadarkan penulis bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, niscahya skripsi ini tidak akan terselesaikan. Maka pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah memfasilitasi serta memberikan kemudahan penulis selama melakukan studi dan penyusunan skripsi.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan arahan berbagai urusan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd, selaku Ketua Program Studi S-1 PGSD Universitas Lampung yang telah memberikan arahan dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Ngadimun HD, M.Pd, selaku dosen pembahas yang telah bersedia memberikan bimbingan, kritik, dan arahan dalam penyususnan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Program Studi S-1 PGSD Universitas

Lampung, yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas kepada penulis.


(10)

7. Ibu Ernawati, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Rejomulyo, serta Dewan Guru dan Staff Administrasi yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat penulis yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Bersama kalian kumaknai indahnya persahabatan.

9. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis, namun telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga semua kebaikan yang telah diberikan dengan ikhlas dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan.

Lampung Selatan, Juni 2014 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

SAN WACANA ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C.Rumusan Masalah ... 6

D.Tujuan ... 6

E. Kegunaan Penelitian ... 6

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A.Model Pembelajaran ... 9

B. Hasil Belajar ... 18

C.Kajian Materi Penelitian IPA ... 22


(12)

E. Kerangka Pikir ... 26

F. Hipotesis Tindakan ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Setting Penelitian ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Teknik Analisis Data ... 33

E. Rencana Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Profil SDN 2 Rejomulyo ... 41

2. Data Hasil Penelitian ... 42

1) Data Hasil Belajar Siklus I ... 43

2) Data Hasil Belajar Siklus II ... 49

3) Rekapitulasi Hasil Belajar ... 55

4) Data Hasil Observasi Kinerja Guru ... 58

B. Pembahasn ... 59

1. Pembahasa Tindakan Siklus I ... 59

2. Pembahasan Tindakan Siklus II ... 64

3. Pembahasan Lembar Observasi Guru ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data Hasil Belajar Ujian Tengah Semester II Mata Pelajaran IPA ... 3

2. Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik Siklus I ... 45

3. Hasil Belajar Ranah Afektif Peserta Didik Siklus I ... 46

4. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Peserta Didik Siklus I ... 46

5. Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik Siklus II ... 51

6. Hasil Belajar Ranah Kognitif Peserta Didik Siklus II ... 52

7. Hasil Belajar Ranah Psikomotorik Peserta Didik Siklus II ... 52


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 27

2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 36

3. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 55

4. Grafik Peningkatan Hasil Belajar Afektif Siklus I dan Siklus II ... 56


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar-mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni peserta didik sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan peserta didik sebagai subjek pokoknya (Sardiman, 2008: 14). Proses kegiatan belajar dan mengajar sendiri di suatu lembaga pendidikan merupakan tujuan sebuah realisasi dari perwujudan Undang-Undang Pendidikan Nasional.

Tujuan pendidikan bangsa Indonesia yang tertera dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Wina Sanjaya, 2009: 2).

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut perlu adanya peningkatan di setiap jenjang pendidikan. Dalam hal ini guru sebagai unsur pelaksana yang paling pokok, untuk dapat memiliki sebuah keterampilan,


(16)

2

kemampuan, kecakapan dan kesungguhan dalam mengajar agar para peserta didik dapat belajar dengan aktif.

Guru sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar hendaknya berupaya menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses belajar mengajar yang efektif untuk para peserta didiknya. Dalam hal

ini dapat meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar. “Selain itu,

seorang guru juga harus sabar, ulet, dan telaten serta tanggap terhadap setiap kondisi, sehingga di akhir pekerjaannya akan membuahkan suatu hasil yang memuaskan (Sardiman, 2008: 113)”. Guru yang dapat mengembangkan sikap sabar, ulet, dan telaten maka diharapkan dapat memberikan rasa nyaman terhadap setiap pribadi peserta didik yang nantinya akan bisa membantu terjadinya proses belajar yang efektif untuk para peserta didik.

SDN 2 Rejomulyo adalah sebuah sekolah dasar yang terdapat di Desa Rejomulyo Kecamatan Jatiagung Kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang dialami penulis dalam proses pembelajaran di SDN 2 Rejomulyo, tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, ternyata sebagian besar peserta didik membuat kegaduhan di tengah-tengah berlangsungnya proses belajar mengajar, begitu juga wajah mereka menunjukkan kelesuan dan yang lebih penting lagi. Peserta didik juga cenderung terlihat pasif, jarang mengajukan pertanyaan serta mangutarakan pendapatnya. Berdasarkan keadaan seperti ini, hasil belajar atau nilai yang dihasilkan peserta didik masih rendah. Berikut tabel hasil belajar peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo, Jati Agung, Lampung Selatan.


(17)

3

Tabel 1 Data Hasil Belajar Ujian Tengah Semester II Mata Pelajaran IPA Peserta Didik Kelas IV SDN 2 Rejomulyo Jati Agung Lam-Sel

Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nilai Jml.

Siswa Persentase Keterangan

1 70-100 11 37% Tuntas

2 <70 19 63% Tidak tuntas

Jumlah 30 100%

Dari hasil data yang ada pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil belajar dari peserta didik masih rendah, sehingga masih banyak peserta didik yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 70. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran yang ada di SDN 2 Rejomulyo belum efektif, sehingga hasil belajar yang diperoleh peserta didik belum dapat dikatakan baik. Hal demikian yang melatar belakangi penulis untuk menawarkan proses pembelajaran yang efektif dengan penggunaan model pembelajaran yang telah disesuaikan pada materi yang akan diajarkan. Dengan demikian nantinya diharapkan hasil belajar yang didapat oleh peserta didik dapat sesuai sebagaimana yang diharapkan.

Menurut Ahmad Rohani (1997:1) Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses komunikasi (proses penyampaian pesan) yang harus diciptakan atau diwujudkan melalui kegiatan penyampaian dan tukar menukar pesan atau informasi oleh setiap guru dan peserta didik. Agar pesan yang disampaikan dapat diserap, dihayati dan dimengerti oleh peserta didik, guru harus menggunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi tersebut berjalan dengan baik. Salah satu sarana yang dapat digunakan yakni penggunaan model pembelajaran yang tepat.


(18)

4

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan yakni model pembelajaran kooperatif yang akan menciptakan sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik dan peserta didik dengan guru (Rusman, 2011: 203). Penggunaan model pembelajaran kooperatif akan menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga nantinya akan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh semua pihak. Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif antara lain, Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Group Investigation, Make a Match,Teams Games Tournaments (TGT), Kepala Bernomor, Skrip Kooperatif, Think Pair and Share, dan Snowball Throwing.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan menawarkan proses pembelajaran di kelas IV SDN 2 Rejomulyo dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada materi Enegi Panas dan Energi Bunyi. Group investigation merupakan model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memahami materi yang disajikan oleh guru dengan cara diskusi kelompok yang menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Pada model Group Investigation peserta didik akan dibentuk dalam kelompok kecil dengan diberikan sub topik materi yang berbeda pada setiap kelompok. “Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas yang mengarah kepada metode ilmiah, diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat saling memberi informasi berdasarkan


(19)

5

pengalamannya sehari-hari” (Rusman, 2009: 221). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sangat ideal diterapkan pada mata pelajaran IPA, sehingga penulis perlu merubah proses pembelajaran dengan menggunakan model Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV pada mata pelajaran IPA di SDN 2 Rejomulyo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar peserta didik di SDN 2 Rejomulyo Jatiagung Lampung Selatan.

2. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam setiap pembelajaran di SDN 2 Rejomulyo.

3. Dalam proses belajar mengajar di kelas, sebagian besar peserta didik masih terlihat pasif, jarang mengajukan pertanyaan, serta mengutarakan pendapatnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas penulis menyusun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut:


(20)

6

Apakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo tahun pelajaran 2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:

Mendeskripsikan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dalam meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo Jatiagung Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai berikut kepada:

1. Bagi siswa

a. Agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.

b. Kemampuan berkomunkasi/ sosial (tertib dan dapat bekerjasama, mampu bersaing, toleransi dan menghargai hak orang lain).

2. Bagi guru

a. Meningkatkan keprofesionalan seorang guru di SDN 2 Rejomulyo. b. Dapat menerapkan model pembelajaran yang menarik, menyenangkan

dan efektif.

3. Bagi lembaga (sekolah)

a. Sebagai acuan untuk terus mengembangkan metode pengajaran yang ada di instansi atau sekolah yang bersangkutan.


(21)

7

b. Sebagai bahan masukan (input) bagi lembaga dalam menerapkan kebijakan pembuatan kurikulum disekolah.

c. Sebagai upaya perbaikan serta peningkatan mutu belajar siswa sehingga menghasilkan out put lulusan yang bermutu.

4. Bagi Peneliti

Bagi peneliti penggunaan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation tersebut dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan dalam penelitian ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang digunakan yakni model pembelajaran group investigation, yang dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.

2. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah nilai yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir. Menurut Nana Sudjana (2009:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah Ia menerima pengalaman belajarnnya.

3. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo Tahun Pelajaran 2013/2014.


(22)

8

4. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPA pada materi Energi Panas dan Bunyi.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2011: 57).

Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dibandingkan strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode ataupun prosedur, ciri-ciri tersebut ialah:

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para penciptanya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar. c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat


(24)

10

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujun pembelajaran dapat tercapai (Trianto, 2009: 23).

Berkenaan dengan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang telah didasarkan pada langkah-langkah pembelajaran yang sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk belajar aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik itu sendiri. Setiap pendidik atau guru hendaknya mengetahui dan menguasai beberapa teori mengenai model pembelajaran, sehingga guru atau pendidik tersebut akan dapat menerapkannya di kelas dalam proses pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang tepat dalam setiap pembelajaran nantinya diharapkan akan dapat menghasilkan proses belajar yang menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar pada setiap peserta didik.

2. Manfaat Model Pembelajaran

Adapun manfaat model pembelajaran ialah: a. Bagi Guru.

1) Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap peserta didik, serta ketersediaan media yang ada.

2) Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas peserta didik dalam pembelajaran.


(25)

11

3) Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku peserta didik secara personal maupun kelompok dalam waktu relatif singkat.

4) Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran peserta didik secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan).

5) Memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan pembelajaran dalam rangka memperbaiki atau menyempurnakan kualitas pembelajaran.

b. Bagi Siswa

1) Kesempatan yang lebih luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

2) Memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran

3) Mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh

4) Dapat melihat atau membaca kemampuan pribadi dikelompoknya secara objektif.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan peserta didik belajar dan bekerja secara kelompok–kelompok secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari


(26)

12

empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. “Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas terstruktur” (Rusman, 2011: 203).

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa:

a. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, dan menumbuhkan sikap toleransi serta menghargai pendapat orang lain.

b. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman (Rusman, 2011: 205).

Berdasarkan penjelasan beberapa teori di atas, dapat diartikan bahwasannya model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang cukup efektif jika digunakan pada proses pembelajaran, hal itu dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran koopertif peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran akan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi baik pada individu ataupun pada kelompoknya. Selain itu, pembelajaran


(27)

13

kooperatif juga dapat menimbulkan keterampilan interaksi sosial pada peserta didik.

4. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation a. Pengertian Group Investigation

Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam bentuk topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok (Komalasari, 2011: 75). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif group investigation juga dirancang untuk membantu terjadinya rasa tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran (Rusman, 2011: 222).

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Group Investigation maka penulis mengartikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual


(28)

14

pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sangat ideal diterapkan pada pembelajaran IPA. “Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah, diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya”(Rusman, 2011: 221). Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan menggunakan model pembelajran kooperatif tipe Group Investigation pada pembelajaran IPA.

b. Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Seleksi topik.

Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok yang beranggotakan 2 hingga 6 orang dengan komposisi yang


(29)

15

heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Selanjutnya setiap kelompok diberikan sub topik yang berbeda.

2) Merencanakan kerja sama.

Peserta didik bersama guru merencanakan berbagi prosedur belajar khusus yang sesuai dengan sub topik yang telah ditentukan.

3) Implementasi.

Peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas keterampilan dengan menggunakan berbagi sumber belajar. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan pada setiap keolmpok.

4) Analisis.

Peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya, dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian hasil akhir.

Semua kelompok menyajikan presentasi presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua


(30)

16

agar semua peserta didik dalam kelas dapat memahami materi yang dipelajari.

6) Evaluasi.

Guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari. Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu maupun secara kelompok (Komalasari, 2011: 75).

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

Model pembelajaran koopertif ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

2) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

3) Model pembelajaran Group Investigation melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

4) Memotivasi dan mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Sedangkan untuk kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah merupakan model


(31)

17

pembelajaran yang kompleks dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan uraian materi di atas, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Seleksi topik yakni dengan menentukan topik bahasan pada

setiap kelompok dalam kelas.

2) Merencanakan kerja sama yakni merencanakan berbagai prosedur belajar khusus yang sesuai dengan pembelajaran yang efektif.

3) Implementasi, pada tahap ini peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya

4) Analisis, peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya.


(32)

18

5) Penyajian hasil akhir, pada tahap ini semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari.

6) Evaluasi dilaksanakan dengan cara guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari B.Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Dalam arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sedangkan dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha pengusaan ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya (Sardiman, 2008: 20).

Di dalam proses belajar mengajar, guru sebagai pengajar dan peserta didik sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata niai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Dari proses belajar mengajar inilah akan diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut dengan hasil pengajaran, atau hasil belajar. Tetapi agar memperoleh hasil yang optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.

Hasil dalam kamus lengkap bahasa Indonesia adalah sesuatu yang didapat (Ali, 2000: 121). Namun dalam segi pendidikan hasil memiliki beberapa definisi arti, antara lain:Menurut Abdurahman,


(33)

19

(2003: 37) “hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak

setelah melalui kegiatan belajar”. Sedangkan menurut Nana Sudjana

“hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh

peserta didik setelah Ia menerima pengalaman belajarnnya” (Sudjana, 2009: 22).

Berdasarkan beberapa definisi yang ada di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapatkan oleh peserta didik setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui 3 kategori ranah yaitu:

a. Ranah Kognitif

Ranah ini berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Ranah Afektif

Ranah ini berkenaan dengan sifat dan nilai. Ranah ini meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab/reaksi, menilai, organisasi, dan karakterisasi dengan suatu nilai (kompleks nilai). c. Ranah Psikomotorik

Ranah ini meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati) (Daryanto, 1999: 102).


(34)

20

2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar

Menurut Slameto, (2003: 54) ada beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar antara lain:

a. Faktor intern, yang meliputi faktor jasmani, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

b. Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor, masyarakat.

Faktor-faktor intern yang memengaruhi proses belajar adalah: a. Faktor jasmani.

Meliputi faktor kesehatan, dan cacat tubuh. Proses belajar-mengajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Faktor cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik/ kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

b. Faktor Psikologis.

Faktor-faktor psikologis antara lain adalah: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.

c. Faktor kelelahan.

Agar peserta didik dapat belajar dengan baik haruslah menghindari agar jangan sampai terjadi kelelahan dalam proses belajar (Slameto, 2003: 55).


(35)

21

Faktor-faktor ekstern yang memengaruhi proses belajar adalah: a. Faktor Keluarga

peserta didik yang belajar akan pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, dan keaadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah yang memengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan peserta didik, disiplin sekolah, pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, meetode belajar dan tugas.

c. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar peserta didik. Pengaruh itu terjadi karena keberadaan peserta didik dalam masyarakat (Slameto, 2003: 60).

Berdasarkan kajian di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang didapatkan oleh peserta didik setelah peserta didik melakukan kegiatan belajar baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi yang dicapai melalui 3 kategori ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.


(36)

22

1.Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari segala sesuatu mengenai alam dimana terdapat bebrapa kajian ilmu di dalamnya yakni biologi, fisika, dan kimia. IPA termasuk ilmu pengetahuan yang masuk ke dalam kajian sains. Kata sains berasal dari bahasa Latin (scientia yang berarti memiliki pengetahuan atau mengetahui). Sains adalah suatu proses atau cara untuk menemukan solusi terhadap suatu masalah atau memahami suatu fenomena di alam ini. Berikut merupakan ciri-ciri sains antara lain;

a. Objek kajian berupa benda konkret dan dapat ditangkap indera; b. Dikembangkan berdasarkan pengalaman empiris (pengalaman

nyata);

c. Memiliki langkah-langkah sistematis yang bersifat baku;

d. Menggunakan cara berfikir logis, yang bersifat deduktif artinya berfikir dengan menarik kesimpulan dari hal-hal yang umum menjadi ketentuan khusus;

e. Hasilnya bersifat objektif atau apa adanya, terhindar dari kepentingan pelaku (subjektif);

f. Hasil berupa hukum-hukum yang berlaku umum, dimanapun diberlakukan (Sudjadi, 2005: 3).


(37)

23

a. IPA dapat membantu seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang dirinya sendiri dan benda hidup lainnya yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

b. IPA dapat membantu seseorang melihat dunia dan alam sekitar sebagaimana yang dilakukan oleh para saintis.

c. IPA juga berguna dalam beberapa bidang dan profesi; misalnya, pertanian, kesehatan, perkebunan dan semua yang berkaitan dengan pekerjaan di kehidupan sehari-hari (Sudjadi 2005: 59).

2. Energi Panas (Kajian Materi Penelitian)

Panas adalah salah satu bentuk energi. Sumber energi panas yang utama bagi makhluk hidup dan bumi adalah matahari. Energi panas dapat berpindah dari satu benda ke benda yang lain. Ujung tangkai sendok akan terasa panas walaupun tidak tercelup air panas. Hal ini menunjukkan bahwa panas dapat pindah melalui sendok logam. Beberapa alat dapur terbuat dari logam sehingga panas dari api mudah mengalir ke seluruh alat, dan bahan makanan pun menjadi matang. Pegangan alat-alat dapur untuk memasak dibuat dari bahan kayu atau plastik tahan panas.

a. Energi Bunyi

Sumber bunyi yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah alat-alat musik yang biasa digunakan untuk menimbulkan irama. Contoh gitar, gendang, drum, seruling dan lain-lain. Gitar berbunyi karena dipetik. Getaran dari senar pada gitar menimbulkan bunyi. Sumber bunyi dapat bergetar akibat


(38)

24

pukulan, petikan, tiupan, maupun gesekan. Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar.

Bunyi dapat terdengar jika ada sumber bunyi yang bergetar, telinga yang dapat mendengar, dan benda yang menghantarkan bunyi ke telinga. Bunyi dapat merambat melalui berbagai benda yaitu:

1) Rambatan Bunyi Melalui Benda Padat 2) Rambatan Bunyi Melalui Benda Cair 3) Rambatan Bunyi Melalui Udara

Alat musik tiup umumnya berbentuk panjang seperti pipa. Bunyi yang dihasilkan oleh alat musik tiup dapat terjadi ketika udara dalam pipa bergetar karena tiupan pemainnya. Nada suara diatur dengan membuka dan menutup lubang pada sisi alat musik. Perubahan keras pelannya suara disebabkan oleh kekuatan tiupan yang menyebabkan getaran udara. Alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul disebut juga perkusi. Akibat pukulan, alat musik akan bergetar dan menghasilkan suara. Makin kuat pukulan, getarannya makin banyak dan suara alat musik makin keras. Biola termasuk alat musik gesek. Gesekan terhadap rentangan senar yang semakin kuat, dapat menyebabkan perubahan energi bunyi dari biola.


(39)

25

D.Penelitian yang Relevan

Ada beberapa karya ilmiah yang telah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation baik di sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah atas. Pada beberapa karya ilmiah tersebut dijelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat digunakan sebagai solusi pada proses pembelajaran di kelas agar hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sebagaimana karya ilmiah yang dibuat oleh Rizha Listiyani tahun 2013 yang meneliti mengenai pengkombinasian antara media visual dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk mengetahui pengaruhnya terhadap hasil belajar peserta didik di SMP Al-Huda Jati Mulyo. Pada karya ilmiah tersebut didapatkan kesimpulan dari hasil pnelitian bahwa “Penggunaan media visual dengan model pembelajaran Group Investigation berpengaruh positif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta didik kelas VII SMP Al-Huda pada konsep sistem organisasi kehidupan” (Listiyani, 2013: 91).

Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan menggunakan model pembelajaran Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar pada peserta didik di kelas IV SDN 2 Rejomulyo. Sehingga nantinya diharapakan dengan penggunaan model pembelajaran Group Investigation ini dapat benar-benar meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo pada mata pelajaran IPA.


(40)

26

Belajar yang merupakan proses kegiatan untuk mengubah tingkah laku peserta didik, ternyata banyak faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang bepengaruh itu, secara garis besar dapat dibagi dalam klasifikasi faktor intern (dari dalam) diri si subyek belajar dan faktor ekstern (dari luar) diri peserta didik (Sardiman, 2008: 39).

Faktor ekstern yang ada dalam proses pembelajaran dapat dijadikan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan proses belajar. Misalnya penggunaan media pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dapat mengakibatkan proses belajar akan berlangsung dengan baik. Adanya interaksi antara peserta didik dan guru yang ada di lingkungan belajar (kelas). Selain penggunaan media pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan juga sangat mempengaruhi proses belajar. Adanya penggunaan model pembelajaran yang sesuai pada prose pembelajaran di kelas, akan memberikan porsi proses pendidikan yang sesuai. Dengan demikian proses pembelajaran yang berjalan baik cenderung akan memudahkan peserta didik memahami materi yang sedang dipelajari dan akan menghasilkan hasil belajar yang baik.

Pada penelitian ini akan dilaksanakan dua siklus pembelajaran. Dimana nantinya setiap siklus guru atau peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil uji kompetensi berupa tes tertulis. Peneliti juga akan menerapkan refleksi yang sesuai pada setiap siklusnya sehingga dapat memberikan solusi pada setiap


(41)

27

permasalah di setiap siklus peneltian kali ini. Berikut kerangka pikir dari penelitian ini yang disajikan dalam bentuk skema:

Gambar 1 Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Tindakan

Kondisi awal

Dalam pembelajaran di kelas, guru belum dapat menggunakan model pembelajaran yang berinovatif. Berdasarkan pembelajaran yang monoton, hasil belajar peserta didik rendah Tindakan

kelas Penggunaan model

pembelajaran Group Investigation

Siklus I Peserta didik harus membiasakan untuk

belajar secara berkelompok dan aktif

dalam setiap pembelajaran.

Siklus II Peserta didik mulai beradaptasi dengan proses pembelajaran

secara berkelompok dan selalu aktif dalam

proses pembelajaran. Kondisi akhir

Dengan penggunaan model pembelajaran, peserta didik merasa bersemangat dalam proses belajar, sehingga

hasil belajar peserta didik meningkat.


(42)

28

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut “apabila model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dilakukan dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IV di SDN 2 Rejomulyo pada mata pelajaran IPA”.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal classroom action research (Wardhani dkk, 2007: 13). Menurut Arikunto (2006: 58) yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi, dan lain-lain) ataupun output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

Aidin Adlan (2011: 4) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi

dari tiga kata yaitu “penelitian, tindakan, dan kelas”. Makna setiap kata

tersebut adalah sebagai berikut:

Penelitian, kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan, sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang


(44)

30

dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus. Kelas, sekelompok peserta didik yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Peserta didik yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika peserta didik sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar di tempat lain di bawah arahan guru.

B. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, pertama; orientasi, kedua; tahap pengumpulan data (lapangan) atau tahap eksploraasi; dan ketiga tahap analisis dan penafsiran data. Prosedur pertama ialah mengetahui sesuatu tentang apa yang belum diketahui. Tahap ini dikenal dengan tahap orientasi yang bertujuan untuk memperoleh gambaran yang tepat tentang latar penelitian. Tahap kedua adalah tahap eksplorasi fokus, pada tahap ini mulai memasuki proses pengumpulan data, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pengumpulan data. Dan tahap yang ketiga adalah rencana tentang teknik yang digunakan untuk melakukan pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data.

Ketiga tahap penelitian diatas akan diikuti dan dilakukan oleh peneliti, pertama adalah orientasi, yaitu menemukan masalah-masalah yang terjadi di kelas, khususnya kelas IV di SDN 2 Rejomulyo. Setelah menganalisis dan menemukan permasalahan yang terjadi, peneliti merencanakan hal-hal yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang terjadi dengan cara menentukan tindakan kelas apa yang akan dilakukan. Selanjutnya, peneliti menyususn proposal penelitian tindakan kelas


(45)

31

dimana terdapat proses perencanaan penelitian yang diharapakan agar dapat memecahkan masalah yang ada di kelas.

Kedua, adalah eksplorasi khusus, yaitu setelah mengadakan orientasi, kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah pengumpulan data dengan cara: melakukan penelitian di kelas IV SDN 2 Rejomulyo selama dua siklus. Pada setiap siklus, peneliti menggunakan model pembelajaran koopetratif tipe Group Investigation dimana akan diteliti apakah akan ada perubahan hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya. Pengambilan data juga dilakukan pada tahap ini dengan cara tes dan non tes berupa data lembar observasi.

Ketiga, adalah tahap pengecekan dan pemeriksaan keabsahan data. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengadakan pengecekan keabsahan data pada subjek informan atau dokumen untuk membuktikan validitas data yang diperoleh. Pada tahap ini dilakukan pembahasan data yang diberikan subjek maupun informan, dan diadakan perbaikan baik dari segi bahasa maupun sistematikanya, agar dalam hasil pelaporan hasil penelitian memperoleh derajat kepercayaan tinggi.

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 di mulai pada bulan April sampai Juni 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 2 Rejomulyo, Desa Rejomulyo, Kecamatan Jatiagung, Kabupaten Lampung Selatan.


(46)

32

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo dengan jumlah 30 orang yang terdiri atas 13 orang laki-laki dan 27 orang perempuan.

C.Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan dengan observasi aktivitas peserta didik dan kinerja guru pada setiap siklus. Sedangkan data kuantitatif dikumpulkan dengan tes tertulis mata pelajaran IPA peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo. Lembar observasi tersebut terdapat di lampiran pada halaman 77 dan tes hasil belajar terdapat di lampiran halaman 86.

2. Teknik Pengumpulan Data a) Tes

Merupakan teknik pengambilan data yang diambil dari dari jawaban atas soal-soal yang telah diberikan. Hal ini dapat menjadi tolak ukur keberhasilan penggunaan model pembelajaran Group Investigation. b) Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti.


(47)

33

c) Dokumentasi

Dokumentasi pada penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data baik berupa gambar, foto, dan data nilai yang berkaitan pada saat penelitian berlangsung.

3. Alat Pengumpul Data a) Soal tes

Soal tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa hasil belajar pada ranah kognitif yang terdapat di lampiran halaman 88.

b) Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa:

1) Hasil belajar pada ranah psikomotorik dan afektif, terdapat pada lampiran halaman 79.

2) Hasil kinerja guru pada setiap siklusnya. 1. Kamera

Kamera digunakan untuk mengumpulkan data dokumentasi berupa foto-foto kegiatan pembelajaran di kelas pada saat penelitian berlangsung. D.Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif pada penelitian ini adalah nilai hasil tes peserta didik pada setiap siklus. Dalam verifikasi data ini penulis mengkonfergensikan data reduksi dan display selanjutnya melakukan verifikasi data dengan mencocokkan teori yang terkait dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 2 Rejomulyo. Analisis data kuantitatif dapat dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata


(48)

34

peserta didik dengan cara:

Keterangan :

X : nilai rata-rata peserta didik N : banyaknya peserta didik Xi : jumlah nilai peserta didik

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar peserta didik dapat digunakan rumus:

Keterangan:

P = Persentase ketuntasan belajar peserta didik F = Jumlah peserta didik yang tuntas belajar N = Jumlah seluruh peserta didik

Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah peserta didik kelas IV SDN 2 Rejomulyo mendapatkan nilai hasil belajar mencapai atau lebih dari KKM yang ditentukan pada mata pelajaran IPA yakni 70.

2. Analisis Data Kualitatif

P = �


(49)

35

Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil lembar observasi baik pada observasi aktivitas peserta didik maupun aktivitas guru pada setiap siklus. Pada lembar observasi kegiatan peserta didik maupun guru, data yang diperoleh dapat dianalisis dengan skala keberhasilan sebagai berikut:

Skor data nilai rata-rata pada lembar observasi 1)≤ 50 (sangat kurang)

2)50-59 (kurang) 3)60-69 (cukup baik) 4)70-79 (baik)

5)80-100 (sangat baik)

Dengan data yang diperoleh dari lembar observasi baik pada observasi peserta didik maupun observasi pada guru, maka akan terlihat apakah proses pembelajaran yang terlaksana sesuai dengan proses pembelajaran yang diharapkan.

E. Rencana Penelitian

Prosedur PTK yang dapat dilaksanakan dengan tahap perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, dan refleksi. Berikut tahapan PTK yang disajikan dalam gambar di bawah ini.

Perencanaan Tindakan I

Pelaksanaan Tindakan I


(50)

36

Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan

Perencanaan tindakan kegiatan dimulai dengan: a. Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu :

SIKLUS I

Pengamatan/Pengu mpulan data I Refleksi I

Permasalah Baru hasil

refleksi

Perencanaan

Tindakan II Pelaksanaan tindakan II

Pengamatan/Pengu mpulan data II Refleksi II

Bila permasalahan belum selesai

Dilanjutkan ke siklus selanjutnya SIKLUS II


(51)

37

1) Lembar Kegiatan pembelajaran, yakni urutan rencana pembelajaran bagi guru, media dan metode yang akan diterapkan.

2) Lembar kegiatan dijadikan petunjuk dan arah kegiatan pembelajaran.

b. Membuat instrumen pengumpul data

1) Lembar observasi aktifitas siswa dengan observer 2) Tes hasil belajar

c. Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan materi pembelajaran

2. Pelaksanaan

a. Pada tahap Pelaksanaan merupakan gambaran dari proses pembelajaran di kelas yang telah disesuaikan dengan rencana penelitian pada sebelumnya. b. Guru menginformasikan tujuan pembelajaran

c. Guru menjelaskan mengenai materi yang akan dipelajari dengan menggunakan media yang disesuaikan dengan materi.

d. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam beberapa siklus, pada tiap siklus guru menggunakan model pembelajaran Group Investigation. Selanjutnya diberikan evaluasi tiap siklus yang hasilnya sebagai bahan perencanaan dan perbaikan untuk siklus selanjutnya.

3. Pengamatan

Pengamatan ini dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas peserta didik, dengan strategi yang sudah direncanakan sehingga didapatkan hasil untuk proses refleksi nantinya.


(52)

38

4. Refleksi

Refleksi ini diadakan berdasarkan dari catatan dan pengamatan yang telah dilakukan oleh guru dan peneliti. Peneliti bersama dengan guru kemudian membahas dampak yang telah dihasilkan dan membandingkan dengan keadaan sebelum diberi tindakan.

Berdasarkan penjelasan tahapan Penelitian Tindakan Kelas, jika permasalahan dalam kelas belum terselesaikan maka akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya dengan tahapan yang sama pada setiap siklusnya. Berdasarkan uraian di atas, penulis mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan Tindakan Siklus I dilaksanakan pada pertemuan pertama dengan tahapan sebagai berikut:

1) Perencanaan tindakan siklus 1

Sebelum pelaksanaan tindakan, beberapa hal yang perlu di rencanakan secara baik antara lain sebagai berikut:

a) Membuat rencana pelaksanaan hasil belajar sesuai dengan model pembelajaran Group Investigation.

b) Mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi untuk mengamati aktivatas belajar siswa dan lembar observasi kegiatan guru, dan instrument assesmen untuk mengukur prestasi belajar siswa, serta pedoman observasi aktivitas belajar siswa.


(53)

39

Jika perencanaan telah selesai di lakukan, maka rencana tindakan dapat di dilaksanakan dalam situasi belajar yang aktual. Tindakan di laksanakan sejalan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya, misalnya dengan penggunaan media, , model pembelajaran, dan materi yang digunakan pada proses pembelajaran berlangsung.

3) Observasi siklus I

Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi di lakukan secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi di lakukan untuk merekam proses yang terjadi selama hasil belajar berlangsung. Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksaan tindakan menggunakan lembar observasi, dimana pada tahap ini guru dan siswa di observasi oleh peneliti, apakah hasil belajar sudah sesuai dengan rencana pelaksaan hasil belajar yang telahdi buat bersama.

4) Refleksi siklus I

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitan anatara yang satu dengan yang lainnya, di bandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu, dan hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat di tarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang


(54)

40

dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan siklus I dimana tahap pelaksaan sama dengan siklus I yaitu perencanaan tindakan, pelaksaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan siklus II ini mangacu pada refleksi pada siklus I. Hal demikian juga yang terjadi pada tahapan siklus III.


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Rejomulyo dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas IV SD Negeri 2 Rejomulyo Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang tuntas belajar mulai dari 60% pada siklus I menjadi 83% peserta didik pada siklus II.

B.Saran

Setelah memperhatikan data lapangan dan analisis data serta kesimpulan, maka penulis memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:


(56)

71

1. Bagi peserta didik hendaknya dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, sehingga dapat membantu peserta didik menjadi lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.

2. Bagi guru untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, hendaknya seorang pendidik bidang studi harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang dan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah hendaknya penelitian ini menjadi bahan masukan untuk mengembangkan metode pengajaran yang ada di sekolah dan bekerjasama dengan guru dalam memenuhi fasilitas guna terlaksananya proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas peserta didik. 4. Bagi peneliti, penelitian ini memperbaiki pembelajaran di kelas pada

materi Energi Panas dan Energi Bunyi, untuk itu dapat dilanjutkan penelitian sejenis lainnya pada materi atau mata pelajaran lainnya.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka cipta.

Adlan, Aidin. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus: Duta Kurnia.

Ali, Muhammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Anonim. 2012. Model Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran/ [15 Desember 2012]

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik,. Jakarta:Bumi Aksara.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari. Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Listiyani, Rizha. 2013. Pengaruh Media Visual Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Ipa Peserta Didik Pada Materi Pembelajaran Organisasi Kehidupan. Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung. Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Raja Gafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pernada Media Group.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Raja Gafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(58)

72

Sudijono , Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sudjadi, Bogod dan Siti Laila.2005.Biologi Sains Dalam Kehidupan.Jakarta:Yudhistira.

Sudjana, Nana.2009.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susilowati. 2011. Group Investigation. [Online]. Tersedia: http://sifaazmi-susilowati.blogspot.com/2011/12/groub-investigation.html [12 maret 2012]. Taniredja, Tukiran., Fadli, Efi Miftah., Harmianto, Sri., 2011. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2009. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana.


(1)

Jika perencanaan telah selesai di lakukan, maka rencana tindakan dapat di dilaksanakan dalam situasi belajar yang aktual. Tindakan di laksanakan sejalan dengan perencanaan yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya, misalnya dengan penggunaan media, , model pembelajaran, dan materi yang digunakan pada proses pembelajaran berlangsung.

3) Observasi siklus I

Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi di lakukan secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi di lakukan untuk merekam proses yang terjadi selama hasil belajar berlangsung. Pada tahap ini dilakukan observasi terhadap pelaksaan tindakan menggunakan lembar observasi, dimana pada tahap ini guru dan siswa di observasi oleh peneliti, apakah hasil belajar sudah sesuai dengan rencana pelaksaan hasil belajar yang telahdi buat bersama.

4) Refleksi siklus I

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitan anatara yang satu dengan yang lainnya, di bandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu, dan hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat di tarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang


(2)

40

dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Siklus II merupakan perbaikan siklus I dimana tahap pelaksaan sama dengan siklus I yaitu perencanaan tindakan, pelaksaan tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan siklus II ini mangacu pada refleksi pada siklus I. Hal demikian juga yang terjadi pada tahapan siklus III.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan yang telah dilaksanakan di kelas IV SDN 2 Rejomulyo dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar IPA peserta didik baik pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik kelas IV SD Negeri 2 Rejomulyo Kabupaten Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang ditunjukkan pada peningkatan hasil belajar peserta didik yang tuntas belajar mulai dari 60% pada siklus I menjadi 83% peserta didik pada siklus II.

B.Saran

Setelah memperhatikan data lapangan dan analisis data serta kesimpulan, maka penulis memberikan beberapa saran diantaranya sebagai berikut:


(4)

71

1. Bagi peserta didik hendaknya dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, sehingga dapat membantu peserta didik menjadi lebih mudah memahami pelajaran yang diberikan.

2. Bagi guru untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, hendaknya seorang pendidik bidang studi harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang dan model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Sekolah hendaknya penelitian ini menjadi bahan masukan untuk mengembangkan metode pengajaran yang ada di sekolah dan bekerjasama dengan guru dalam memenuhi fasilitas guna terlaksananya proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas peserta didik. 4. Bagi peneliti, penelitian ini memperbaiki pembelajaran di kelas pada

materi Energi Panas dan Energi Bunyi, untuk itu dapat dilanjutkan penelitian sejenis lainnya pada materi atau mata pelajaran lainnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta: Rineka cipta.

Adlan, Aidin. 2011. Bimbingan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Kudus: Duta Kurnia.

Ali, Muhammad. 2000. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Anonim. 2012. Model Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/model-pembelajaran-untuk-efisiensi-dan-efektivitas-pembelajaran/ [15 Desember 2012]

Arikunto, Suharsimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.

, 2010. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik,. Jakarta:Bumi Aksara.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Komalasari. Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.

Listiyani, Rizha. 2013. Pengaruh Media Visual Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Hasil Belajar Ipa Peserta Didik Pada Materi Pembelajaran Organisasi Kehidupan. Bandar Lampung: IAIN Raden Intan Lampung. Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Jakarta: Raja Gafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Pernada Media Group.

Sardiman. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT.Raja Gafindo Persada.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.


(6)

72

Sudijono , Anas. 2011. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Sudjadi, Bogod dan Siti Laila.2005.Biologi Sains Dalam Kehidupan.Jakarta:Yudhistira.

Sudjana, Nana.2009.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Susilowati. 2011. Group Investigation. [Online]. Tersedia: http://sifaazmi-susilowati.blogspot.com/2011/12/groub-investigation.html [12 maret 2012]. Taniredja, Tukiran., Fadli, Efi Miftah., Harmianto, Sri., 2011. Model-Model

Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

Trianto. 2009. Mendisain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 7 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

0 3 61

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV SD NEGERI 4 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 27 83

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLE NON-EXAMPLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IVB SD NEGERI 01 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 8 142

MODEL PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMATIK SISWA KELAS IV SULAIMAN SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 19 70

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV B SD NEGERI 06 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 48

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 72

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK SISWA KELAS IV C SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 32 244

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVC SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 3 65