BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Sabun - Integrasi Metode QFD (Quality Function Deployment) dan AHP (Analytic Hierarchy Process) untuk Meningkatkan Kualitas Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik (Studi Kasus : Di PT. Oleochem and Soap Industri)
BAB III LANDASAN TEORI
3.1. Sabun
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak. Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat dari sabun ini timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang kedalam suatu cetakan.
3.1. Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat .
Variabel Mutu Produk Sabun Mandi Padat dapat membantu pola pikir dalam 4 menetapkan masalah yang ada untuk mengukur sampai sejauh mana telah dicapai
5 Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering
Universitas Sumatera Utara standar dan efektivitas produk sabun mandi padat antiseptik ini. Variabel mutu disusun berdasarkan referensi pada perancangan produk engineering tersebut adalah:
1. Desain Produk Desain produk adalah sebuah ide, pengembangan konsep, pengujian dan pelaksanaan manufaktur (objek fisik), seperti : jenis kemasan, bentuk kemasan, berat, dan bentuk produk, dan lain-lain
2. Daya tarik Daya tarik adaah suatu kemampuan untuk mempengaruhi konsumen agar mau membeli produk . seperti : brand/merek mudah diingat dan familiar, informasi, warna produk, dan lain-lain
3. Karakteristik yang berkualitas Karakteristik yang berkualitas adalah kondisi yang berbeda dari suatu produk dibandingkan para pesaingnya yang dapat ditawarkan kepada konsumen seperti : kemampuan menghasilkan busa, wangi yang menarik, kinerja/kemampuan produk jika digunakan parfum yang digunakan.
4. Harga yang kompetitif Harga adalah jumlah uang/harta yang dibayar untuk mendapatkan hak untuk menggunakan produk.
Universitas Sumatera Utara
3.1.2. Dimensi Produk Sabun Mandi Padat Antiseptik
Ketika kata kualitas yang digunakan, kita biasanya berpikir dalam hal produk yang sangat baik atau jasa yang memenuhi atau melebihi harapan kita. Harapan ini didasarkan pada tujuan penggunaan dan harga jual. Adapun dimensi yang perlu dikembangkan sehingga dimensi itu dapat meningkatkan kualitas produk dan dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen/pelanggan yaitu :
1. Jenis Kemasan Kertas Kemasan sangat penting peranannya dalam pencantuman penandaan dilakukan sedemikian rupa, sehingga tidak mudah lepas atau terpisah dari kemasannya dan tidak mudah luntur atau rusak
2. Bentuk kotak/persegi Bentuk kotak/tempat sabun harus khas dan ergonomis, sehingga dalam penyimpanan, bentuk dari produk yang berada di dalamnya tidak rusak/cacat.
3. Berat yang standar sesuai dengan permintaan pasar Sabun mandi dikemas dalam wadah yang tertutup rapat dan tidak bereaksi dengan isi aman selama transportasi atau penyimpanan sehingga berat produk tidak berpengaruh .
4. Oval/Lonjong Bentuk produk harus khas dan ergonomis, dalam menggenggam produk sabun mandi padat antiseptik ini,
6 Peraturan Kepala badan Pengawas Obat dan makanan Republik Indonesia No. HK.
03.1.23.12.10.12123. Tahun 2010 tentang Pedoman Dokumen tentang Informasi Produk Universitas Sumatera Utara
5. Busa yang banyak dan cepat, serta mudah dibersihkan Uji stabilitas busa/foam dan di standarisasi terus-menerus
6. Parfum dengan Aroma Herbal Parfum harus tercantum nama dan nomor kode pewangi, nama dan alamat pemasok serta pernyataan memenuhi pedoman international fragrance
association (IFRA) yang terkini.
7. Cepat membunuh kuman, dan tidak menimbulkan iritasi kulit Memiliki sifat harmonis antiseptik harus tetap efektif meskipun sediaan
- itu lama disimpan, di lain pihak antiseptik tersebut tidak boleh merusak atau mengubah sediaan kosmetik itu, ia tidak boleh mengurangi daya pembusa sabun, mengubah warna, dan menimbulkan bau yang tidak sedap dan lain-lain
- sepenuhnya aman bagi makroorganisme termasuk manusia ia dapat meracuni, mengiritasi atau mensensitisasi suatu antiseptik baru boleh digunakan di dalam sediaan kosmetik setelah menjalani tes dosis yang aman bagi manusia, tetapi cukup besar untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kondisi standard. Derajat daya terima kulit terhadap sesuatu antiseptik merupakan syarat 7 penting dalam memilih antiseptik untuk materi sabun
- 8. Menggunakan huruf besar agar mudah dilihat dan jelas
- - p − p N
- -
Bahan-bahan yang dapat mematikan mikroorganisme biasanya juga tidak
Board, Nirr, Handbook of Soap, Detergents, Acid Lurry, Asia Pasific Business Press .
Universitas Sumatera Utara
Brand atau merek harus mencantumkan lambang yang jelas dan memiliki makna dan arti yang jelas
9. Komposisi secara detail dan lengkap.
Menggunakan nama bahan kosmetik, sesuai dengan nama INCI (Ingredient
International Nomenclature of Comestic Ingredents ) menggunakan nama
genus dan spesies untuk bahan yang berasl dari tumbuhan atau ekstrak tumbuhan, diurutkan dari kadar terbesar hingga kadar terkecil.
10. Diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan huruf yang bagus dan besar Penulisan tanggal kadaluarsa ditulis dengan urutan tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun. Sehingga produk dapat digunakan dalam jangka yang telah ditentukan.
11. Warna yang menarik dan transparan Bahan pewarna yang diizinkan pada semua sediaan kosmetik (seperti : sabun,
shampoo , airliner dan sebagainya) sehingga konsumen tidak ragu dan takut
jika menggunakan produk sabun mandi padat antiseptik ini.12. Harga yang terjangkau dan ekonomis Sesuaikan dengan upah minimum masyarakat/konsumen yang menggunakannya/
Universitas Sumatera Utara
3.2. Metode Penentuan Jumlah Sampel
Penelitian survei ini, biasanya menggunakan proporsi binomunal (binomunal
proportions ) jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan
rumus berikut: 2
Z ( 1 α /2 1 ) n = 2 2
N p p d ( − 1 ) Z ( 1 α /2 1 − )
Jumlah populasi (N) yang diketahui, maka peneliti bisa melakukan pengambilan sampel secara acak).
Namun apabila besar populasi (N) tidak diketahui atau (N-n)/(N-1)=1 maka besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut : 2 2
p p Z ( 1 − ) pq
Z α n = = 2 2 d d
Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi anak yang diberi ASI secara eksklusif q = 1-p (proporsi anak yang tidak diberi ASI secara eksklusif d = limit dari error atau presisi absolute
2
2
1- atau dibulatkan Jika ditetapkan α=0,05 atau Z1- α /2 = 1,96 atau Z α /2 = 1,96 menjadi 4, maka rumus untuk besar N yang diketahui kadang-kadang diubah 8 menjadi:
Ir. Suyanto, MKes “Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat” UNDIP Semarang
Universitas Sumatera Utara4 pq
n =
2
d
3.3 Pembuatan Kuesioner
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevann dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang dberikan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.
Komponen inti dari sebuah kuesioner, yaitu : 1. Subjek, yaitu individu atau lembaga yang melaksanakan penelitian.
2. Permohonana ajakan, yaitu permohonan dari peneliti untuk turut serta mengisi secara aktif dan objektif pertanyaan maupun pernyataan yang tersedia.
3. Petunjuk pengisian kuesioner, dimana petunjuk yang tersedia harus mudah dimengerti.
4. Adanya pertanyaan maupun pernyataan beserta tempat mengisi jawaban baik secara terbuka, semi tertutup, ataupun tertutup, dalam membuat pertanyan ini juga disertakan dengan isian untuk identitas responden. 9 Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan :
Rosnani Ginting. Perancangan Produk. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal : 67-80 Universitas Sumatera Utara
1. Berdasarkan cara menjawab a.Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun. b.Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.
2. Berdasarkan jawaban yang diberikan a.Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi. b.Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.
3. Berdasarkan bentuknya a.Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban. b.Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay. c.Check List, yaitu sebuah daftar dimana responden tinggal membubuhkan tanda Check List pada klom yang sesuai. d.Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Keuntungan menggunakan kuesioner :
1. Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2. Membagikan secara serentak kepada banyak responden
Universitas Sumatera Utara
3. Dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, menurut waktu senggang responden
4. Dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yag benar dan sama Kelemahan menggunakan kuesioner :
1. Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga adanya pertanyaan yang terlewati tidak dijawab
2. Validitas sulit diperoleh 3. Terkadang responden menjawab secara tidak jujur.
4. Sering tidak dikembalikan
5. Waktu pengambilan tidak sama, bahkan kadang-kadang ada yang teralu lama, sehingga menghambat proses pengolahan data lebih lanjut.
3.5. Skala Penilaian
Skala penilaian ini bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri atau karakteristik sesuatu hal berdasarkan suatu ukuran tertentu, sehingga dapat membedakan, menggolongkan bahkan mengurutkan ciri-ciri atau karakteristik tersebut.
Pengukuran dapat didifinisikan sebagai upaya pendayagunaan bilangan terhadap objek atau peristiwa yang sesuai akidah. Skala pengukuran ini telah diklasifikasikan berdasarkan 4 karakteristik sistem bilangan yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio.
Universitas Sumatera Utara
1. Skala nominal, skala ini hanya sekedar membedakan suatu kategori dengan kategori yang lainnya dari suatu variabel. Angka-angka yang diberikan kepada objek merupakan label dan tidak diasumsikan adanya tingkatan antara satu kategori dan kateogri lainnya dari suatu variabel.
2. Skala ordinal adalah skala yang bertujuan untuk membedakan antara kategori- kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala. Angka-angka ordinal lebih menunjukkan urutan peringkat.
3. Skala interval adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara suatu kategori yang lain dalam suatu variabel.
4. Skala rasio adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, mempunyai tingkat serta jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lainnya, juga diasumsikan bahwa setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (mempunyai titik nol mutlak). Angka-angka pada skala menunjukkan besaran sesungguhnya dari sifat yang kita ukur.
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Universitas Sumatera Utara
3.6. QFD ( Quality Function Deployment)
Quality Function Deployment (QFD) dikembangkan pertama kali pada tahun
1972. Inti dari QFD adalah suatu matriks besar yang akan menghubungkan apa keinginan pelanggan (What) dan bagaimana suatu produk akan didesaian dan diproduksi agar memenuhi kebutuhan pelanggan (Arman Hakim Nasution,2006).
Fokus utama dari QFD adalah melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin, yang mana kebutuhan dan keinginan mereka dijadikan sebagai titik awal (starting point) dari proses QFD,. maka QFD disebut sebagai voice of customer. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak selalu puas dengan suatu produk meskipun produk tersebut telah dihasilkan dengan sempurna.
3.6.1 Struktur QFD
Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk/jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk/jasa atau disebut dengan house of
quality . Bagan HOQ dapat dilihat pada Gambar 3.1.
10 Nasution, Arman Hakim. Manajemen Industri. Jogjakarta : Penerbit Andi. 2006.Hlm 64-65
Universitas Sumatera Utara
Technical Correlations Technical Response C E A (Technical Requirement) D - Importance to Customer Planning Matrix B Customer Needs and Benefits manufaktur - Goal - What do the customer requirement mean to the - Competitive Satisfaction Performance
- Where are the interactions between relationships - Improvement Ratio
Relationships - Current Satisfaction Performance - Normalized Raw Weight - Raw Weight - Sales Point - Competitive Technical Benchmarks - Technical Response Priorities - Technical Targets Technical Matrix FGambar 3.1 House of Quality Sumber : Lou Cohen. 1995. Quality Function Deployment.Bagian A : Ruang pertama HOQ adalah kebutuhan atau keinginan pelanggan (customer needs
and benefits ). Fase ini menggunakan proses diagram afinitas dan kemudian disusun
secara hirarki dengan tingkat kebutuhan paling rendah hingga tingkat yang paling tinggi. Kebanyakan tim pengembang mengumpulkan suara pelanggan dengan
interview dan kemudian disusun secara hierarki.
Bagian B :
Planning Matrix merupakan bagian kedua HOQ dan disebut sebagai tempat
penentuan sasaran atau tujuan produk, didasarkan pada interpretasi tim terhadap riset pasar. Penetapan tujuan merupakan gabungan antara prioritas-prioritas kebutuhan pelanggan.
Universitas Sumatera Utara Bagian C : Bagian ketiga HOQ adalah technical response, merupakan gambaran produk atau jasa yang akan dikembangkan. Biasanya gambaran tersebut diturunkan dari customer
needs di bagian pertama HOQ.
Bagian D : Bagian keempat HOQ adalah relationships, merupakan bagian terbesar dari matriks dan menjadi bagian terbesar dari pekerjaan. Pada fase ini menggunakan metode matriks prioritas. Bagian E : Bagian kelima HOQ adalah techical correlations, matriks yang bentuknya menyerupai atap (roof). Matriks ini digunakan untuk membantu tim QFD dalam menentukan desain yang mengalami bottleneck dan menentukan kunci komunikasi di antara para desainer.
Bagian F :
Bagian ini berisi tiga jenis data yaitu :
1. Technical response priorities , urutan tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis
2. Competitive technical benchmark , informasi hasil perbandingan kinerja persyaratan teknis produk yang dihasilkan dari perusahaan terhadap kinerja produk pesaing
3. Target technical , target kinerja persyaratan teknis untuk produk atau jasa baru yang akan dikembangkan.
Universitas Sumatera Utara Penggunaan metode QFD sering diketahui dan digunakan dalam industri manufaktur. Tidak banyak orang yang tahu bahwasanya metode ini juga bisa digunakan dalam industri jasa/manufaktur. Aplikasi metode QFD dalam perancangan peningkatan/perbaikan kualitas sistem pelayanan/produk manufaktur dalam rangka pemenuhan kepuasan pelanggan mulai berkembang.
Penerapan konsep serta fokus dari QFD pada bidang industri manufaktur dan pada industri jasa adalah sama, yakni sama-sama berfokus pada kepuasan pelanggan, serta proses perancangan, peningkatan/perbaikan kualitas diawali dari identifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Struktur QFD yang digunakan dalam industri jasa pun tidak berbeda dengan struktur QFD pada industri manufaktur, yakni sama- sma berbentuk rumah mutu (house of quality )yang menjadi perbedaan diantara keduanya adalah jika pada industri manufaktur, kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan menjadi karakteristik teknis, sedangkan pada industri jasa kebutuhan dan keinginan pelanggan diterjemahkan ke dalam karakteristik-karakteristik desain sistem jasa pelayanan yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi persyaratan pelanggan tersebut.
3.6.2. Tahapan Quality Function Deployment (QFD)
Tahapan dalam membuat QFD, antara lain:
11 Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal:143
Universitas Sumatera Utara
1. Fase I adalah mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer), yaitu penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.
2. Fase II adalah menyusun rumah kualitas (house of quality), yang terdiri atas penentuan derajat kepentingan, evaluasi kinerja atribut terhadap pesaing, nilai target, rasio perbaikan, sales point, bobot, normalisasi bobot, parameter teknik, hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan konsumen, hubungan antar parameter teknik, nilai matriks interaksi dengan parameter teknik, prioritas dari setiap parameter teknik.
3. Fase III adalah analisa dari tahap-tahap di atas.
3.6.3. Manfaat Quality Function Deployment (QFD)
Manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:
1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.
2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelanggan.
3. Menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan
4. Memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru
5. Mendorong terselenggaranya tim kerja antardepartemen
Universitas Sumatera Utara
6. Menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.
12
3.7. Metode AHP ( Analytic Hierarchy Process )
AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Universitas Sumatera Utara
3.8. Dasar-dasar AHP
Struktur dalam AHP adalah struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. AHP memperhitungkan Validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. AHP memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan. AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi- obyektif dan multi-kriteria yang berdasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Jadi, model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komprehensif.
Thomas L Saaty berpendapat, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu prinsip menyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical
Consistency ). Hirarki yang dimaksud adalah hirarki dari permasalahan yang akan
dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau komponenkomponen yang mendukung pencapaian tujuan. Proses menentukan tujuan dan hirarki tujuan, perlu diperhatikan apakah kumpulan tujuan beserta kriteria-kriteria yang bersangkutan tepat untuk persoalan yang dihadapi. Memilih kriteria-kriteria pada setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai 12 berikut:
Theory and Applications of the Analytic Network Process: Decision Making with Benefits,
Opportunities, Costs, and Risks Thomas L. Saaty, 352 pp , RWS Publications, 2005. ISBN 1-888603-Universitas Sumatera Utara a. Lengkap Lengkap yang dimaksud adalah kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional Operasional yang dimaksud adalah bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi pengambil keputusan, sehingga dapat menghayati terhadap alternatif yang ada, disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan Tidak berlebihan yang dimaksud adalah menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama.
d. Minimum Minimum yang dimaksud adalah diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.
3.8.1. Decomposition
Proses decomposition dinamakan hierarki, Ada dua jenis hirarki, yaitu hirarki lengkap dan hirarki tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada semua tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak, demikian maka dinamakan hirarki tidak lengkap. Prinsip hirarki adalah dengan
06-2.
Universitas Sumatera Utara menggambarkan dan menguraikan secara hirarki, dengan cara memecah persoalan menjadi unsur-unsur yang terpisah-pisah.
Decomposition memperinci pengetahuan, pikiran kita yang kompleks ke dalam bagian elemen pokoknya, lalu bagian ini dipecah lagi ke dalam bagian- bagiannya, dan seterusnya secara hirarkis. Penjabaran tujuan hirarki yang lebih rendah pada dasarnya ditujukan agar memperoleh kriteria yang dapat diukur.
Walaupun sebenarnya tidaklah selalu demikian keadaannya. Hal ini tentu mungkin lebih menguntungkan bila menggunakan tujuan pada hirarki yang lebih tinggi dalam proses analisis. Semakin rendah dalam menjabarkan suatu tujuan, semakin mudah pula penentuan ukuran obyektif dari kriteria-kriterianya. Akan tetapi, ada kalanya dalam proses analisis pengambilan keputusan tidak memerlukan penjabaran yang terlalu terperinci, maka salah satu cara untuk menyatakan ukuran pencapaiannya adalah dengan menggunakan skala subyektif.
3.8.2. Comparatif Judgement
Comparatif Judgement membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil penilaian akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan terdapat tahapan-tahapan, yakni: a. Menunjukkan elemen mana yang lebih (penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Universitas Sumatera Utara b. Berapa kali sering (penting/disukai/berpengaruh/lainnya) Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu dipahami tujuan yang diambil secara umum, dalam penyusunan skala kepentingan, saat menggunakan patokan pada tabel 3.1. di bawah ini:
Tabel 3.1. Dasar Perbandingan Kriteria Intensitas Kepentingan Defenisi Penjelasan1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas lainnya.
5 Elemen yang satu essensial atau sangat penting ketimbang elemen lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen lainnya.
7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen lain Satu elemen dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen lainnya Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan berdekatan Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan Kebalikan
Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai kebalikannya bila dibandingkan dengan i
Sumber:
AHP (Analytic Hierarchy Process) Thomas L. Saaty
Penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen I, disamping itu, perbandingan dua
Universitas Sumatera Utara elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama penting, jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1.
3.8.3. Synthesis of Priority
Setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan local priority. Matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiaptingkat, maka mendapatkan global priority harus sintesis antara local
priority . Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur
sintesis dinamakan priority setting.3.8.4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi., kedua makna menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Konsisten sempurna sulit untuk didapatkan, dalam kehidupan, misalnya dalam berbagai kehidupan khusus sering mempengaruhi preferensi sehingga keadaan dapat berubah jika buah apel lebih disukai daripada jeruk dan jeruk lebih disukai daripada pisang, tetapi orang yang sama dapat lebih menyukai pisang daripada apel, tergantung pada waktu, musim, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara Konsistensi sampai kadar tertentu dalam menetapkan prioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga memperoleh hasil yang benar dalam dunia nyata. Rasio ketidakkonsistenan maksimal yang dapat ditolerir 10%.
3.9. Konsistensi Hierarki
Konsistensi hierarki adalah melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan pada tiap tingkat hirarki. Apabila perhitungan telah dilakukan maka konsistensi untuk setiap matriks selesai, selanjutnya dilakukan pengujian apakah hierarki yang dibuat telah konsisten atau tidak. Pengujian ini bertujuan untuk menguji kekonsistensian perbandingan antara kriteria yang dilakukan untuk seluruh hirarki.
Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis. Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian konsistensi matriks.
Pengujian konsistensi dari suatu level hirarki dasar yang harus dilakukan adalah dengan mengetahui hasil konsistensi indeks dan vektor eigen dari suatu matriks banding berpasangan pada suatu tingkat hirarki tertentu. Rumus yang digunakan adalah : CH = CI
1 + (EV 1 ) (CI 2 )
CH = RI
1 + (EV 1 ) (RI 2 ) Universitas Sumatera Utara CH
CRH = ____
CH
Keterangan : CRH : Rasio konsistensi hierarki CH : Konsistensi hirarki terhadap indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan
____ CH : Konsistensi hirarki terhadap Indeks Random dari matriks banding
berpasangan CI
1 : Indeks Konsistensi dari matriks banding berpasangan hirarki level
pertama CI
2 : Indeks konsistensi dari matriks banding berpasangan hirarki level
kedua EV : Vektor eigen dari matriks banding berpasangan pada hirarki level
1
pertama RI : Random Index
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada PT. Oleochem and Soap Industri yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi berbagai jenis Sabun. Perusahaaan ini berlokasi di Jl. Pulau Nias Selatan, KIM II Mabar, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2013 s/d juni 2013 .
4.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei (survei research). Penelitian survei ialah suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual untuk mendapatkan kebenaran. Metode survei menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu. Pengisian kuesioner dilakukan dengan atau tanpa bantuan surveyor.(Sukaria, 2011, p24). Pendekatan survei dalam penelitian ini dilakukan dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung kepada konsumen dan atau pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian.
Universitas Sumatera Utara
13
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian pada umumnya dibagi atas 3 komponen utama, yaitu komponen
tempat yaitu ruang dalam aspek fisik dan tempat dimana interaksi sosial sedang berlangsung, pelaku yaitu orang- orang yang melaksanakan peran atau terlibat dalam interaksi sosial yang sedang berlangsung, aktivitas yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan oleh orang atau pelaku ketika interaksi sedang berlangsung). Dari keterangan diatas, maka objek penelitian ini adalah karakteristik (atribut-atribut) produk sabun mandi padat antiseptik Meditwist 85 gr yang dibutuhkan konsumen itu sendiri.4.4. Kerangka Konseptual
Suatu penelitian dapat dilaksanakan apabila tersedianya sebuah perancangan kerangka berpikir yang baik sehingga langkah-langkah penelitian lebih sistematis.
Kerangka berpikir inilah yang merupakan landasan awal dalam melaksanakan penelitian. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Desain Daya Tarik Karakteristik Teknis Consistency Solusi Alternatif Ratio Karakteristik yang berkualitas Harga yang kompetitif
Sumber : Product Design and Process Engineering (Benjamin W. Niebel) dan Alan B. Draper)
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian13 Sinulingga, Sukaria. 2011. Metodologi Penelitian. USU Press. Medan. Hal. 24.
Universitas Sumatera Utara
14
4.5. Definisi Operasional
Defenisi operasional pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan pengoperasian suatu konsep penelitian. Jika sebuah konsep hendak dioperasikan maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah penentuan variabel-variabel yang akan diukur nilainya.
Definisi operasional boleh merujuk pada kepustakaan. Defenisi operasional
15
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian Variabel Defenisi Alat Ukura. Observasi
b. Kuesioner Produk sabun mandi padat antiseptik
1 Desain harus memiliki desain fungsional c. Wawancara dengan konsumen a. Observasi
b. Wawancara dengan Produk sabun mandi padat antiseptik
2 Daya tarik harus memikat sehingga memiiki perusahaan daya tarik kepada konsumen
c. Studi literatur
a. Observasi Produk sabun mandi padat antiseptik
b. Kuesioner Karakteristik 3 harus memiliki karakteristik produk yang berkualitas
c. Wawancara dengan yang berkualitas tersendiri konsumen
14 Sinulingga, Sukaria.,(2011), Metode Penelitian, Edisi I, USU Pres. Hal :139
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1. Defenisi Operasional Penelitian (Lanjutan) Variabel Defenisi Alat Ukura. Observasi Produk sabun mandi padat antiseptik
b. Kuesioner Harga yang harus memiliki harga yang
4 kompetitif kompetitif di pasaran dengan c. Wawancara dengan kompetitor lainnya konsumen
Sumber : Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering
4.6. Variabel Penelitian
Penentuan variabel penelitian didasarkan atas studi pendahuluan, studi kepustakaan, dan pengalaman pihak perusahaan yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang dihadapi.
Varibel penelitian yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu:
16
4.6.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang sering juga disebut sebagai variabel predictor (predictor variable) ialah variabel yang mempengaruhi variabel dependen baik secara positif maupun secara negative. gunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Desain
2. Daya tarik 15
3. Karakteristik yang berkualitas
Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering,
International Student edition.16 Benjamin W Niebel and Alan B. Drapper, Product Design and Process Engineering
Universitas Sumatera Utara
4. Harga yang kompetitif
4.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang sering disebut variabel criteria adalah variabel yang nilai atau valuenya dipengaruhi atau
(criterion variable)
ditentukan oleh nilai variabel lainnya. Variabel dependen yang digunakan pada penelitian ini yakni :
1. Karakteristik teknis, dideskripsikan sebagai keseluruhan atribut-atribut yang mencirikan
produk sabun mandi padat antiseptik berdasarkan keinginan dan kebutuhan yang
datangnya dari konsumen2. Tingkat Konsistensi, dideskripsikan sebagai ukuran, tingkat kesesuaian antara apa yang diinginkan konsumen dengan apa yang diberikan perusahaan.
3. Solusi alternatif, dideskripsikan sebagai solusi tambahan yang dapat memperbaiki kualitas produk sehingga konsumen semakin dibutuhkan oleh konsumen
4.7. Sumber Data
Berdasarkan cara memperolehnya, maka sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder.
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yaitu kelompok keluarga yang berada di daerah Kecamatan Medan Deli
Universitas Sumatera Utara Mabar, dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner secara langsung ke lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi dan dikumpulkan dari pihak manajemen. Data tersebut adalah data mengenai sejarah perusahaan, produk yang diproduksi, serta struktur organisasinya.
4.8. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
1. Teknik survei, yakni melakukan pengamatan langsung ke lapangan untuk mengetahui kebutuhan konsumen terhadap produk sabun mandi padat antiseptik
meditwist 85 gr dengan menyebarkan kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
2. Teknik wawancara, yakni dengan melakukan wawancara dan diskusi dengan konsumen serta pihak perusahaan PT. Oleochem and Soap Industri terkait produk sabun mandi padat antiseptik Meditwist 85 gr..
3. Teknik Dokumentasi, yakni dengan mengumpulkan data mengenai karakteristik produk sabun mandi padat Meditwist 85 gr, proses produksi dari produk ini di PT. Oleochem and Soap Industri serta dokumen-rdokumen yang mendukung penelitian.
4. Teknik kepustakaan, yakni dengan membaca buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan produk sabun mandi padat antiseptik dan penerapan metode- metode yang digunakan dalam penelitian.
Universitas Sumatera Utara
4.9. Instrumen Penelitian
Instrumen peneltian memiliki beberapa variabel yang akan diukur melalui pembagian kuesioner kepada konsumen. Variabel-variabel yang akan dipertanyakan kepada konsumen dibuat berdasarkan studi literatur, antara lain :
1. Product design and process engineering (Benjamin W. Niebel dan Alan B. Draper)
1) Desain yang fungsional 2) Daya tarik 3) Karakteristik yang berkualitas 4) Harga yang kompetitif
Variabel-variabel di atas memiliki prinsip tanggung jawab fungsi desain produk dalam proses perancangan produk untuk memastikan bahwa semua enam kriteria tersebut terpenuhi, perlu bahwa desain produk dan desain proses kerja sama erat dan harmonis satu sama lain.
Perancang produk dapat memperoleh banyak informasi berguna mengenai spesifikasi optimal geometris, toleransi, dan menyelesaikan proses dari desainer, demikian juga perancang proses dapat menerima banyak bantuan dari desainer produk untuk titik lokasi, karakteristik material, dan penggunaan produk. tanpa pengetahuan gabungan dari dua sumber, sulit, jika bukan tidak mungkin, untuk rekayasa desain baru untuk produksi.
Universitas Sumatera Utara
17
2. Handbook of Soap, Detergents, Acid Lurry
Ide-ide yang baru dan pemasaran tampaknya menjadi subyek utama dari industri sabun
India. Sabun adalah produk yang lincah, bervariasi, kreatif dan rumit, dan memiliki calon untuk memberikan karir memuaskan. Sabun dan deterjen sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari kita. Menggunakannya untuk mencuci tangan dan membersihkan pakaian kami tanpa pernah benar-benar memperhatikan bagaimana mereka bekerja.Jumlah sabun dan deterjen dikonsumsi di suatu negara adalah ukuran yang dapat diandalkan peradaban nya. Saat ini sabun adalah produk mewah, sekarang itu adalah sebuah kebutuhan.. Industri Sabun yang mendalam dan menguntungkan dengan indah potensi pasar serta ruang lingkup masa depan yang cerah dalam rangka memenuhi kebutuhan permintaan pasar, banyak unit yang lebih baru direkomendasikan untuk dibentuk dalam skala kecil dan rumah tangga. Sabun dan deterjen sangat mirip dalam sifat kimianya.
1. Spesifikasi standar kemasan sabun
2. Formulasi standar sabun
3. Karakteristik sabun
4. Bahan Penolong sabun
5. Bahan Pendukung Sabun
6. Spesifikasi Warna Sabun Variabel tersebut selanjutnya akan dimasukkan menjadi atribut pertanyaan yang akan dibuat pada kuesioner. Ada dua jenis kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.
17 Board, Nirr, Handbook of Soap, Detergents, Acid Lurry, Asia Pasific Business Press .
Universitas Sumatera Utara
1. Kuesioner terbuka Kuesioner ini digunakan sebagai studi pendahuluan untuk membantu memahami penentuan atribut keinginan konsumen. Berdasarkan studi literatur, kuesioner pendahuluan akan dibagikan kepada responden
2. Kuesioner tertutup merupakan kelanjutan dari kuesioner terbuka yang mana akan memberikan variabel/variabel karakteristik produk yang disesuaikan berdasarkan survey pada kuesioner pendahuluan/ kuesioner terbuka.
Penilaian pada kuesioner tertutup menggunakan skala Likert, yakni untuk melihat tingkat kesetujuan (degree of agreeness) dari responden terhadap suatu pertanyaan.(Sukaria Sinulingga,2011,P140).
3. Kuesioner AHP digunakan untuk melihat optimasi antara keinginan konsumen dengan
karakteristik teknis produk dengan cara membandingkannya dengan menggunakan dasar
perbandingan kriteria (Thomas L. Saaty)4.10. Populasi dan Sampel
4.10.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan anggota atau kelompok yang membentuk objek yang dikenakan investigasi oleh peneliti (Sukaria Sinulingga, 2011,P167). Populasi dalam penelitian ini adalah Kelompok keluarga khususnya orang yang memiliki aktifitas/pekerjaan rutin dilakukan, yang berada di Kecamatan Medan Deli Mabar. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Kecamatan Medan Deli Mabar adalah sebesar 6.598 jiwa.
Universitas Sumatera Utara
4.10.2. Teknik Sampling
Penarikan sampel digunakan metode non probability sampling. Pada non probability sampling , setiap elemen populasi yang akan ditarik menjadi anggota sampel tidak berdasarkan pada probabilitas yang melekat pada setiap elemen, tetapi berdasarkan karakteristik khusus setiap elemen .(Sukaria Sinulingga, 2011,P178).
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah judgement sampling.
Judgement sampling adalah suatu tipe pemilihan sampel dimana responden terlebih dahulu dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu karena kemampuannya atau kelebihannya diantara orang-orang lain dalam memberikan data dan informasi yang bersifat khusus dibutuhkan peneliti.(Sukaria Sinulingga, 2011,P179), Responden yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini adalah orang yang mengenal dan atau pernah menggunakan produk sabun mandi padat antiseptik yang diteliti.
Penelitian survei, biasanya rumus yang bisa dipakai menggunakan proporsi binomunal (binomunal proportions). Jika besar populasi (N) diketahui, maka dicari dengan menggunakan rumus berikut: , = Keterangan : n = jumlah sampel minimal yang diperlukan α = derajat kepercayaan p = proporsi Konsumen PT. Oleochem and Soap Industri q = proporsi pelanggan Non Konsumen PT. Oeochem and Soap Industri d = tingkat kesalahan
Universitas Sumatera Utara Derajat kepercayaan (α = 0,05) dan tingkat kesalahan (d = 0,1), maka jumlah sampel minimum yang diperlukan adalah: Z = 1,96
α/2
P = 0,50 q = 1- 0,50 = 0,50 maka, =
2
1 , 96 . , 50 . ,
50
n = =
96 , 002 ≈ 97 responden
2
,
1
18
4.10.3. Ukuran Sampel pada Kuesioner AHP
Kuesioner AHP digunakan untuk melihat bobot nilai antara karakteristik produk dengan kebutuhan konsumen (customer needs) yang ada pada House Of
Quality (HOQ). Kuesioner AHP diberikan pada bagian manager R&D (Research and
Development ). Dalam kuesioner AHP ini manager R&D (Research and
Development ) memberi penilaian terhadap hubungan antara kebutuhan konsumen
(customer needs) dengan menggunakan matriks perbandingan berpasangan yang ada pada AHP, karena itu, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 1 orang, yaitu. manager R&D (Research and Development)
Universitas Sumatera Utara
4.11. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian. Diagram rancangan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.