Permasalahan Kependudukan dan Imigrasi M

Nadira Farida Putri – 071311233098 – MBP Auspas 2nd Assignment (Week 7)

Permasalahan Kependudukan dan Imigrasi: Mempertanyakan Eksistensi
Multikulturalisme di Australia
Australia, suatu daratan luas yang menjadi bukti nyata dari eksistensi negara sekaligus benua dengan nama
sama, dihuni oleh penduduk dengan latar belakang kultural beragam. Uniknya, penduduk dengan latar
belakang kultural beragam yang menghuni Australia tersebut satu-per-tiga-nya merupakan kelahiran luar
daratan Australia, alias imigran. Hal ini tidak lain dikarenakan oleh faktor historisis yang mana memang
pada awalnya Australia dikolonisasi oleh Inggris untuk “memindahkan” tahanan mereka pada kisaran tahun
1810, selain karena alasan murahnya tanah untuk bercocok-tanam dan ditemukannya emas di lahan Australia
(Pemerintah Australia, 2015). Oleh karena sejarah mencatat bahwa Australia merupakan negara imigran
yang pada akhirnya (hingga hari ini) justru tata negaranya diatur oleh para imigran tersebut, utamanya
imigran yang dibawa oleh Inggris beserta keturunannya dari tahun ke tahun.
Alasan Australia dijadikan destinasi oleh para imigran adalah beragam, namun setidaknya dapat
diklasifikasikan menjadi faktor push dan pull (Peisker, 2010: 4). Faktor push merupakan alasan yang ada di
persepsi para imigran yang menjadikan Australia sebagai destinasi dikarenakan oleh keinginan mereka untuk
mendapatkan pekerjaan demi kehidupan yang mapan. Adapun faktor pull merupakan daya tarik dari
Australia karena merupakan negara dengan standar hidup yang baik. Mengutip situs resmi Pemerintah
Australia (www.australia.gov.au, 2015), seperti yang telah disinggung pada paragraf pembuka, gelombang
imigrasi di Australia sudah dimulai semenjak adanya kontak dengan bangsa luar seperti Eropa –khususnya
Inggris– pada kisaran tahun 1810, meski sejatinya jauh sebelum kisaran tahun tersebut kontak Australia

dengan bangsa luar diawali oleh kedatangan Captain Cook di tahun 1770. Dari masa ke masa gelombang
imigrasi yang terjadi di Australia kiranya tidak pernah berhenti, hingga akhirnya gelombang terbaru –yakni
pada abad ke-20– terjadi imigrasi besar-besaran dari masyarakat Asia yang kemudian dikenal istilah Asian
Invasion (Peisker, 2010: 4). Gelombang imigrasi yang besar ini kemudian menjadi saat yang menentukan
respon pemerintah Australia untuk mengaplikasikan kebijakan terkait pembatasan jumlah imigran.
Kebijakan yang dimaksud antara lain adalah family stream dan skilled stream (Departemen Imigrasi dan
Proteksi Perbatasan Australia, 2016). Berdasarkan namanya, family stream dapat dipahami sebagai
kebijakan yang mengizinkan orang asing untuk datang ke Australia dengan bantuan sponsor keluarga yang
merupakan Warga Negara Australia atau setidaknya telah menjadi penduduk tetap di Australia. Sedangkan
skilled stream dapat dipahami sebagai kebijakan yang mengizinkan orang asing untuk datang ke Australia
dengan maksud dan tujuan profesional berdasarkan keahlian yang dimiliki.
Lebih lanjut, gelombang imigrasi yang berlangsung sedari lama bahkan hingga hari ini pun menjadikan
Australia harus menghadapi tugas untuk menyatukan diversitas antar penduduk dengan latar belakang
kultural yang berbeda, mengingat para imigran datang dari berbagai kawasan di dunia seperti halnya Asia,
Timur Tengah, juga Afrika. Berbagai strategi pun dilancarkan guna membangun masyarakat yang dapat
hidup bersama dalam harmoni dan kedamaian (The Australian Collaboration, 2013: 1). Pada kisaran tahun

Nadira Farida Putri – 071311233098 – MBP Auspas 2nd Assignment (Week 7)

1940 hingga 1950 strategi yang dilancarkan guna membangun masyarakat yang dapat hidup bersama dalam

harmoni dan kedamaian adalah upaya asimilasi, yang mana imigran diharapkan dapat meninggalkan
identitas asli mereka dan kemudian bergabung dengan masyarakat yang telah terlebih dahulu menduduki
Australia. Memasuki kisaran tahun 1960 strategi yang dilancarkan tidak lagi berupa asimilasi namun
integrasi. Pergeseran strategi pada kisaran tahun 1960 tidak lain dikarenakan adanya kesadaran bahwa
menghilangkan identitas asli merupakan suatu hal yang tidak mungkin. Hingga akhirnya pada kisaran tahun
1970 strategi yang dilancarkan guna membangun masyarakat yang dapat hidup bersama dalam harmoni dan
kedamaian adalah pendekatan multikulturalisme dengan penekanan terhadap toleransi dan saling
menghormati. Sebagai bukti dilancarkannya strategi multikulturalisme membangun masyarakat yang dapat
hidup bersama dalam harmoni dan kedamaian, pada kisaran tahun 1970 diketahui bahwa Australia
mengkahiri salah satu kebijakannya yang disebut ‘White Australian Policy’ –larangan imigrasi yang
diberlakukan oleh pemerintah Australia sejak tahun 1901 (Making Multicultural Australia, 2007). Kebijakan
ini dirumuskan dengan tujuan membangun komunitas yang homogen, yakni sebuah komunitas
beranggotakan bangsa Inggris atau orang-orang berkulit putih yang mayoritas berasal dari Eropa Utara.
Selama keberlangsungannya ‘White Australian Policy’ menimbulkan berbagai kontroversi karena secara
eksplisit menunjukkan adanya diskriminasi dan rasisme terhadap ras lain. Meski demikian, strategi
multikulturalisme dengan implementasi pengakhiran ‘White Australian Policy’ tersebut harus ternodai
dengan kenyataan bahwa pada kehidupan sehari-hari masih terdapat masalah seperti pembunuhan dan
penghapusan suku Aborigin dari Australia. Hal ini menjadi salah satu faktor yang memicu orang-orang
Aborigin untuk menikahi orang-orang dari bangsa kulit putih agar keluarganya tidak lagi sepenuhnya
bersuku Aborigin, yang mana hal ini justru menunjukkan adanya langkah integrasi dari penduduk Australia

ketimbang langkah multikulturalisme dengan toleransi dan penghormatan itu sendiri.
Lambat laun, konflik rasial yang terjadi di Australia menjadi isu sentral di masa kontemporer. Sebagai salah
satu destinasi utama warga global untuk mencari perbaikan ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan,
maka imigrasi menjadi tak terelakkan dan telah berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun, hal
ini berarti juga bahwa Australia harus menanggapi fenomena imigrasi yang akan berimplikasi pada
perubahan identitas Australia secara sosial. Pasalnya, Australia menjadi objek sosial dan kontes kultural.
Australia dengan demikian haruslah bersedia menjadi terbuka terhadap diversitas populasinya dan bersedia
menyesuaikan diri dengan gaya hidup dan nilai kultural yang baru. Ini lah yang lantas mengkonstruksi
identitas Australia sebagai negara multikulturalisme. Untuk menangani konflik rasial yang muncul, Australia
hendaknya mampu mengambil strategi integrasi untuk menciptakan civic identity, yakni identitas yang
berdasarkan kesamaan pilihan dan lokasi tempat tinggal, dan menetralisir ethnic identity (Brock, 2012: 59).
Tugas berat pemerintah Australia dengan demikian adalah menghapus persepsi rasial terhadap imigran.
Untuk mewujudkannya, maka, Australia perlu memahami posisinya sebagai negara multikultural yang
seharusnya terbuka, inklusif, dan mengakomodasi, sehingga identitas Australia lebih cenderung bersifat
fleksibel. Hingga kini, Australia telah menerapkan Kebijakan Multikultural Australia yang ditujukan untuk

Nadira Farida Putri – 071311233098 – MBP Auspas 2nd Assignment (Week 7)

menghormati diversitas kultural di Australia dan menciptakan keharmonisan antar warga dengan
memastikan warganya bebas dari berbagai macam bentuk diskriminasi (Departemen Imigrasi dan Proteksi

Perbatasan Australia, 2012: 86).
Referensi:
Brock, Bastian. 2012. “Immigration, Multiculturalism, and the Changing Face of Australia”, in Peace
Psychology in Australia. New York: Springer.
Departemen Imigrasi dan Proteksi Perbatasan Australia. 2012. Trends in Migration: Australia 2010 – 2011
[PDF]. Available at: https://www.border.gov.au/ReportsandPublications/Documents/statistics/trendsin-migration-2010-11.pdf. [Accessed on December 16, 2016].
----------------------------------------------------------------. 2016. Fact Sheet – Sponsored Family Stream
[Online].

Available

at:

https://www.border.gov.au/about/corporate/information/fact-

sheets/54sponsored. [Accessed on December 16, 2016].
Making

Multicultural


Australia.

2007.

White

Australia

Policy

[Online].

Available

at:

http://www.multiculturalaustralia.edu.au/hotwords/unpack/White.Australia.Policy.

[Accessed


on

December 16, 2016].
Pemerintah Australia. 2015. European Discovery and the Colonisation of Australia [Online]. Available at:
http://www.australia.gov.au/about-australia/australian-story/european-discovery-and-colonisation.
[Accessed on December 16, 2016].