Pemimpin untuk Lingkungan Masyarakat yan

Pemimpin untuk Lingkungan-Masyarakat yang Lebih Baik.
Tak terasa umur bangsa ini sudah mencapai 69 tahun sejak di
deklarasikannya kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.Dalam rentang
waktu tersebut pula,perubahan demi perubahan dilakukan untuk membawa
Indonesia menjadi negara yang lebih mapan,kokoh ,dan mandiri.Perubahanperubahan tersebut pun banyak membawa dampak ,baik positif maupun
negatif.Salah satu dampak sederhana yang dapat kita rasakan sendiri adalah
lingkungan sekitar kita yang lambat laun mengalami perubahan.Sebagai
contoh,kegiatan salah satu perusahaan minyak asal Amerika di Papua,PT Freeport
Mcmoran,membawa beberapa dampak yang kurang baik bagi lingkungan dan
kehidupan warga didaerah tersebut.Sumber daya alam tanah Papua berupa
emas,perak,tembaga,molybdenum,dan rhenium di keruk besar-besaran tanpa
melahirkan kesejahteraan bagi masyarakat disana bahkan,66% penduduk miskin
Papua adalah penduduk asli yang tinggal di wilayah operasi Freeport di
pegunungan tengah.Tidak hanya itu,perubahan dan kerusakan bentang alam
seluas 166 km persegi di DAS sungai Ajkwa yang meliputi pegunungan Grasberg
dan Ersberg merupakan dampak yang tidak kalah serius akibat kegiatan
penambangan tersebut.Sangat disayangkan,tidak ada tindakan tegas dari
pemerintah dan aparat penegak hukum disana terhadap perusahaan tersebut
yang telah melakukan aktifitas penambangan di wilayah tersebut sejak tahun 1967
atau selama 42 tahun.
Ketiadaan tindakan tegas dari para pemimpin dan petinggi,menyebabkan

perusahaan asing tersebut leluasa mengambil kekayaan sumber daya alam
kita.Sejatinya,sifat pemimpin yang mendasar adalan berani mengambil keputusan
dan tindakan yang akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat yang
dipimpinnya.Selain itu,pemimpian seharusnya memiliki kemampuan untuk
melakukan pemberhentian kerjasama dengan pihak asing apabila dianggap
merugikan bangsa.Apalagi,Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya
alamnya yang beraneka ragam dari Sabang hingga Merauke.Jika seorang
pemimpin tidak bertindak tegas terhadap perusahaan-perusahaan asing yang

beraktifitas di lingungan Republik Indonesia,lambat laun kekayaan sumber daya
alam kita akan terkuras untuk bangsa lain,sedangkan bangsa kita menanggung
dampak yang buruk.Sebaiknya,pemimpin-pemimpin negeri ini tidak hanya
tergiur oleh keuntungan semata yang dijanjikan dan diberikan perusahaan asing
tersebut,tetapi juga memperhatikan apakah kerjasama dengan perusahaan asing
tersebut membawa kesejahteraan bagi masyarakat atau tidak.Agar tidak terlalu
bergantung pada perusahaan asing,pemimpin baiknya mengembangkan dan
memberikan alokasi dana kepada para peneliti agar dapat mengembangkan dan
menemukan inovasi baru berupa teknologi dan alat-alat yang dibutuhkan untuk
mengolah dan mengeruk sumberdaya alam bangsa kita sendiri tanpa campur
tangan bangsa lain.

Secara umum,kondisi masyarakat lingkungan di sekitar area
pertambangan mengkhawatirkan.Entah berapa besar tanah di sekitar
pertambangan telah rusak berat selama beroperasinya Freeport.Tentu saja ini
memberikan dampak yang tidak menguntungkan bagi ekologi Papua maupun
kesehatan masyarakat .Bayangkan saja,masyarakat mesti meminum air dari
sumur-sumur yang telah sangat tercemar limbah.Sekedar gambaran,dari produksi
harian Freeport sebesar 200 ribu ton, menghasilkan limbah pasir kimiawi sebesar
190 ribu ton.Dapat dibayangkan bagaimana dahsyat dampak buruknya bagi
lingkungan setempat setiap harinya.Bahkan saat ini salju di puncak gunung Jaya
Wijaya pun telah mencair akibat pencemaran limbah buangan ini.Keberadaan
Freeport tidak banyak berkotribusi bagi masyarakat Papua,bahkan
pembangunan di Papua dinilai gagal.Kegagalan pembangunan di Papua dapat
dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di Kabupaten
Mimika.Penduduk Kabupaten Mimika,lokasi di mana Freeport berada,terdiri
dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang.Pada tahun 2005,kemiskinan rakyat
di Provinsi Papua,mencapai 80% atau 1,5 juta penduduk.Di sisi lain, pendapatan
pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sektor pertambangan.Sejak
tahun 19755-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua berasal dari pembayaran
pajak,royalti, dan bagi hasil sumberdaya alam tidak terbarukan.Namun,Indeks


Pembangunan Manusi (IPM) Papua,yang diekspresika dengan tingginya angka
kematian ibu hamil dan balita karena kekurangan gizi dan berada di urutan ke29.Lebih parah lagi,kantong-kantong kemiskinan tersebut berada di kawasan
konsesi pertambangan Freeport.Jika hal ini terus berlanjut,bagaimana nasib anak
cucu kita saat Indonesia semakin tua nanti?
Moral dari pemimpin bangsa adalah landasan penting untuk menangani
perusahaan-perusahaan asing yang beraktifitas secara tidak bertanggung jawab
dan membawa kesengsaraan bagi masyarakat di negara ini.Jika pemimpin
memiliki tiang agama yang kuat,tentunya mereka memiliki moral dan sikap
terhadap perusahaan asing tersebut.Sayangnya,kebanyakan pemimpin Indonesia
ini hanya menganggap agama sebagai daftar yang harus dilengkapi dalam Kartu
Tanda Penduduk.Dengan tidak kokohnya tiang agama para pemimpin
Indonesia,mereka dengan mudahnya terbutakan oleh lembaran dolar yang
disuguhi perusahaan-perusahaan asing tersebut tanpa memikirkan nasib ribuan
keluarga disana yang mendapat dampak buruk.Pemimpin Indonesia saat ini juga
cenderung egois dan tidak memikirkan nasib masyarakat.Contohnya saat suku
Amungme menggugat Freeport karena mengambil tanah leluhur
mereka,pemerintah tidak mengikut sertakan suku Amungme dalam perundingan
kontrak karya.Akibatnya,suku Amungme terusir dari tanah
miliknya.Menyedihkan bukan terusir dari tanah leluhur sendiri?Bangsa Indonesia
tentunya sangat mengharapkan hadirnya seorang pemimpin yang mampu

mengambil sikap dan langkah tegas agar dapat membawa kesejahteraan bagi
masyarakat,khususnya di wilayah pertambangan yang kebanyakan di rajai oleh
pendatang asing.Selain itu,pemimpin diharapkan dapat memberikan kontribusi
terhadap bidang tekonologi sehingga para peneliti,profesor,dan cendikiawan dapat
menemukan cara dan alat yang menunjang bangsa ini agar memiliki kemampuan
mengolah dan mengekplorasi sumberdaya alamnya sendiri tanpa harus
bergantung kepada perusahaan asing