Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pembangunan merupakan suatu proses perubahan ke arah keadaan yang lebih baik. Oleh karena itu, pembangunan perlu terus diupayakan baik fisik maupun non fisik dalam segala aspek kehidupan, dimana wujud dari pembangunan nasional dapat meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Bangsa Indonesia memiliki tujuan nasional yang luhur yaitu: “Terbentuknya suatu pemerintahan yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Tujuan nasional tersebut diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan rakyat dan demokratis, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Penyelenggaraan negara dilaksanakan melalui pembangunan nasional dalam segala aspek kehidupan bangsa. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia seutuhnya, dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan


(2)

2

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Pelaksanaannya mengacu pada kepribadian bangsa dan nilai luhur yang universal untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang berdaulat, mandiri, berkeadilan, sejahtera, maju dan kukuh berlandaskan kekuatan moral dan etika.

Amanat konstitusi tersebut untuk memenuhi tuntutan perkebangan kehidupan politik, dinamika masyarakat, dan perkembangan demokrasi yang sejalan dengan pertumbuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping itu, wilayah negara Indonesia yang luas dengan jumlah penduduk yang besar dan menyebar di seluruh Nusantara serta memiliki kompleksitas nasional dan memiliki kedibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 dinyatakan ”Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis”. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang memaknai kata-kata ”dipilih secara demokratis” tersebut sebagai dipilih langsung oleh rakyat, tidak lagi oleh DPRD seperti pada masa sebelumnya Pemilihan pejabat lokal secara langsung oleh rakyat ini merupakan hal yang baru dan mendasar. Pasal 24 ayat (5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan: ”Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”.

Kedekatan birokrasi daerah dengan rakyat, dengan demikian rakyat akan dapat langsung menyuarakan dukungan atau mengkritisi tugas-tugas yang dilakukan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan. Sejalan dengan tujuan


(3)

3

reformasi yang ingin mewujudkan Negara Indonesia yang lebih demokratis dengan konsekwensi mau dan mampu mengubah struktur maupun kultur kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat.

Demokrasi bukan semata-mata kebebasan, melainkan kebebasan yang bertanggungjawab serta kreatif dan produktif bagi upaya pencapaian kesejahteraan, keadilan, dan keluhuran martabat rakyat itu sendiri, dalam kaitan ini diperlukan adanya kemampuan masyarakat untuk memilih pimpinannya.

Penyelenggaraan otonomi daerah adalah pemberdayaan rakyat, dengan harapan terwujud penguatan kedaulatan rakyat sehingga menghasilkan pemerintahan daerah yang dekat dengan rakyatnya, serta mengetahui kebutuhan masyarakatnya. Pemilihan langsung diharapkan akan lahir pimpinan daerah yang sejalan dengan aspirasi mayoritas masyarakat dan memiliki legitimasi politik yang kuat, perluasan hak politik rakyat dengan memberikan hak untuk memilih langsung pemimpin daerahnya bukan ujung dari proses demokratisasi.

Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, diatur mengenai KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota sebagai lembaga penyelenggara Pemilihan Umum. KPU dalam


(4)

4

menjalankan tugasnya bertanggungjawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta dalam penyelenggaraan seluruh tahapan pemilihan umum.

Komisi Pemilihan Umum Provinsi disingkat KPU Provinsi khususnya Provinsi Jawa Barat adalah badan penyelenggara Pemilihan Umum yang independen dan non partisan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2007, dan fungsi sebagai badan penyelenggara Pemilu. KPU Provinsi Jawa Barat adalah Pelaksana Pemilu di Jawa Barat, dan merupakan bagian dari KPU provinsi-provinsi lainnya, mempunyai tugas dan wewenang merencanakan dan melaksanakan pemilu di Provinsi, termasuk menetapkan hasil Pemilu di Provinsi.

KPU Provinsi Jawa Barat berkewajiban mempertanggungjawabkan seluruh kegiatan pelaksanaan Pemilu kepada Komisi pemilihan umum Pusat dengan penyampaian laporan secara periodik. Laporan secara periodik yang sifatnya segera dan ruang lingkupnya parsial dilakukan dari waktu kewaktu sejalan dengan kebutuhannya.

Sub Bagian Humas KPU Jawa Barat sebagai penyelenggara pemilihan antara lain berkewajiban memberikan nilai informasi seluas-luasnya kepada masyarakat agar mereka bisa menggunakan hak pilihnya secara proporsional. Masyarakat berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan Pemilihan Gubernur, sehingga mereka memiliki referensi yang cukup untuk menentukan pilihannya. website www.kpu.jabarprov.go.id sebagai media informai Sosialisasi Pilgub Jabar melalui website di kelola oleh Humas.


(5)

5

Permasalahan Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur melalui

website www.kpu.jabarprov.go.id pertama website www.kpu.jabarprov.go.id belum berjalan secara efektif dan efisien dalam kualitas penyajian masih terdapat fitur-fitur yang belum termanfaatkan dan isi sosialisasi dalam website tidak secara keseluruhan tertera dalam website. Kedua, Lemahnya motivasi Kepala Sub Bagian Humas dan aparatur KPU Provinsi Jawa Barat, Ketiga limitasi waktu sosialisasi yang sangat pendek oleh Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat. keempat

kurangnya kedaraan dan pengetahuan kritis masyarakat tentang sistem dan tata cara teknis, kelima masyarakat belum mengetahui tentang jadwal dan tahapan berbagai aspek teknis pemungutan dan penghitungan calon terpilih. keenam, masih kurangnya partisipasi masyarakat secara aktif dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemungutan dan penghitungan suara.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil judul “Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan Hasil Penghitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website www.kpu.jabarprov.go.id”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:


(6)

6

1. Bagaimana mengikutsertakan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id?

2. Bagaimaa komunikasi Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id?

3. Bagaimana pengakuan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id?

4. Bagaimana wewenang yang didelegasikan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melaui websitewww.kpu.jabarprov.go.id? 5. Bagaimana keadilan dan kelayakan Kepala Sub Bagian Humas KPU

dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website www.kpu.jabarprov.go.id?

6. Bagaimana perhatian timbal balik Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id?

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam Mensosialisasikan Hasil


(7)

7

Penghitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui

websitewww.kpu.jabarprov.go.id.

Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengikutsertakan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website

www.kpu.jabarprov.go.id.

2. Untuk mengetahui komunikasi Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id.

3. Untuk mengetahui pengakuan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id.

4. untuk mengetahui wewenang yang didelegasikan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website

www.kpu.jabarprov.go.id.

5. Untuk mengetahui keadilan dan kelayakan Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id.


(8)

8

6. Untuk mengetahui perhatian timbal balik Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id.

1.4 Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan penelitian bagi diri sendiri adalah dengan diadakanya penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pelaksanaan proes penelitian mulai dari pencarian masalah sampai dengan selesai dan juga sebagai ajang penerapan ilmu-ilmu ataupun teori-teori yang didapatkan selama perkuliahan.

2. Pada bidang keilmuan yang berkaitan dengan penelitian. Penelitian yang dilaksanakan dapat berguna untuk Ilmu Pemerintahan sesuai bidang ilmu yang dipelajari. Di mana dengan penelitian ini, diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu serta dapat dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang, yaitu dengan mengetahui gejala-gejala baik hambatan, tantangan, dan gangguan dalam proses pelaksanaan penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan dengan cara pencarian data langsung ke sumber data yang bersangkutan, dapat memberikan kegunaan bagi instansi yaitu KPU Provinsi Jawa Barat khususnya asas motivasi Kepala Sub Bagian Humas dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan


(9)

9

Gubernur Jawa Barat. Serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan dibidang keilmuan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Asas motivasi merupakan sesuatu yang mendasar bagi setiap organisasi, untuk keberhasilan organisasi, dalam pelaksananya dapat menggunakan asas-asas motivasi yang di kemukakan oleh Hasibuan, asas-asas motivasi yang perlu dimiliki oleh seseorang pemimpin dalam memberikan motivasinya kepada aparatur dalam suatu organisasi sebagai berikut:

1. Asas Mengikutsertakan 2. Asas Komunikasi 3. Asas Pengakuan

4. Asas Wewenang yang didelegasikan 5. Asas Adil dan Layak

6. Asas Perhatian Timbal Balik ( Hasibuan, 2007 : 221)

Pertama, asas mengikutsertakan artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan. Bawahan dapat diberikan motivasi untuk dapat memberikan gagasan pemikiran dan pengambilan keputusan, sehingga mereka sebagai apartur akan merasa bertanggung jawab untuk mencapai tujuan yang di tetapkan bersama.

Kedua, asas komunikasi artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya, dan kendala-kendala yang dihadapi. Asas komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima, komunikasi akan berhasil dengan baik apabila pesan yang


(10)

10

disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan. Penerima pesan ini adalah masyarakat Jawa Barat,

Ketiga, asas pengakuan artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. Asas pengakuan merupakan suatu tindakan oleh seoarang pemimpin mengakui adanya prestasi kerja yang telah dilaksanakan oleh para pegawainya.

Keempat, asas wewenang yang didelegasikan artinya memberikan kewenangan dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik. Asas wewenang merupakan pemimpin yang memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan didalam organisasi terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk pencapaian tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.

Kelima, asas adil dan layak artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “asas keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama. Asas adil dan layak merupakan seorang pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) didalam usaha pencapaian tujuan, dengan pengakuan tersebut pegawai akan lebih mudah dimotivasi kerjanya.

Keenam, asas perhatian timbal balik artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi. Tegasnya kerjasama yang saling menguntungkan kedua belah


(11)

11

pihak. Asas perhatian timbal balik merupakan pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai, pegawai (bawahan) akan memotivasi bekerja apa yang diharapkan oleh pemimpin.

Berdasarkan hasil uraian diatas penerapan asas motivasi merupakan pertimbangan-pertimbangan yang mutlak dilaksanakan bagi tercapainya tujuan organisasi. terdapat enam indikator asas motivasi yang mendukung kemungkinan keberhasilan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat. Yaitu asas mengikutsertakan, asas komunikasi, asas pengakuan, asas wewenang yang didelegasikan, asas adil dan layak, asas perhatian timbal balik.

Asas Motivasi dianggap perlu, karena merupakan bagian dari proses pembinaan, pengarahan, dan pengembangan potensi bawahan kearah pemanfaatan yang paling optimal dengan memperhatikan batas-batas kemampuan manusia dengan bantuan sarana dan fasilitas lainnya. Menurut pendapat Hasibuan mengatakan bahwa:

Asas (prinsip) merupakan suatu peryataan fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas-asas muncul dari penelitian dan pengalaman. Asas ini sifatnya permamen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan “intisari” kebenaran-kebenaran dalam lmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan keadaan yang berubah-ubah.

Menurut uraian ditas Asas atau prinsip merupakan sikap seseorang yang mempunyai suatu prinsip yang fundamental, prinsip tersebut terlahir karena adanya penelitian dan pengalaman, asas memiliki sifat yang permanen dan umum,


(12)

12

dalam penerapan asas dalam suatu organisasi selalu mempertimbangkan keadaan-keadaan yang selalu berubah-ubah dalam organisasi.

Motivasi merupakan suatu usaha positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus sebagai perangsang untuk mengarahkan sumber daya manusia kearah tujuan yang diinginkan. Menurut pendapat Veithzal Rivai, mengatakan bahwa pengertian motivasi adalah

Serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. (Veithzal Rivai, 2005:455).

Berdasarkan uraian di atas motivasi merupakan serangkean sikap seseorang yang memiliki nilai-nilai luhur yang dapat mempengaruhi setiap individu untuk keberhasilan organisasi.

Motivasi yang dimaksud adalah suatu usaha yang diberikan pemimpin dalam menggerakan dan mempengaruhi bawahannya untuk menciptakan kegairahan kerja untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Merihot berpendapat bahwa motivasi adalah:

Faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras. (Merihot, 2003:321).

Berdasarkan pengertian diatas motivasi adalah kegiatan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan dan mendorong aparaturnya untuk keberhasilan dalam suatu organisasi dengan bentuk usaha yang keras.


(13)

13

Sedangkan menurut pendapat Hasibuan, menjelaskan motivasi melalui aspek motivasi yaitu:

Aspek motivasi dibedakan antara aspek aktif atau dinamis dan aspek pasif atau statis. Dalam aspek aktif atau dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam aspek pasif atau statis, motivasi akan tanpak sebagai kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk dapat mengarahkan dan menggerakan potensi sumber daya manusia yang diinginkan. (Hasibuan 2007:220). Berdasarkan pengertian diatas penggunaan kedua jenis motivasi tersebut harus tepat dan seimbang supaya dapat meningkatkan semangat kerja aparatur. Yang jadi masalah ialah kapan motivasi posotif dan motivasi negatif dapat efektif merangsang gairah kerja aparatur. Motivasi positif efektif untuk jangka panjang sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka pendek. Akan tetapi, pemimpin suatu organisasi harus konsisten dan adil dalam menerapkannya.

Menurut pendapat Veithzal Rivai (2005:456), mengatakan bahwa aspek-aspek yang memperngaruhi motivasi adalah sebagai berikut :

1. Rasa aman dalam bekerja.

2. Mendapatkan gaji yang adil dan kompetitif. 3. Lingkungan kerja yang menyenangkan.

4. Penghargaan atas prestasi kerja dan perlakuan yang adil dari manajemen. (Veithzal Rivai 2005:456)

Menurut uraian diatas dengan melibatkan aparatur dalam pengambilan keputusan, pekerjaan yang menarik dan menantang, kelompok dan rekan-rekan kerja yang menyenangkan, kejelasan akan standar keberhasilan, output yang diharapkan, serta bangga terhadap pekerjaan dan perusahaan dapat menjadi faktor pemicu kerja karyawan


(14)

14

Menurut David MeCelland, dalam bukunya Hasibuan yang berjudul

Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, mengemukakan pola motivasi sebagai berikut:

1. Achievement motivation, adalah suatu keinginan untuk mengatasi atau mengalahkan suatu tantangan, untuk kemajuan dan pertumbuhan.

2. Affiliation motivation, adalah dorongan untuk melakukan hubungan-hubungan dengan orang lain.

3. Competence motivation, adalah dorongan untuk berprestasi baik dengan melakukan pekerjaan yang bermutu tinggi.

4. Power motivation, adalah dorongan untuk dapat mengendalikan suatu keadaan dan adanya kecenderungan mengambil resiko dalam menghancurkan rintangan-rintangan yang terjadi.

(David MeCelland dalam Hasibuan, 2007:220)

Berdasarkan pendapat di atas, motivasi yang dilakukan oleh Kepala Sub Bagian Humas dapat mengacu pada dorongan dan usaha untuk keberhasilan mensosialisasikan penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat, dengan salah satu cara melakukan kerjasama dengan lembaga swadaya masyarakat, masyarakat umum dan partai politik.

Keberhasilan pelaksanaan program sosialisasi oleh KPU tidak lepas dari peran serta masyarakat karena pada hakekatnya program sosialisasi dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan kritis masyarakat tentang sistem dan tata cara teknis mengenai pentingnya Pemilihan Gubernur, Peran serta dari masyarakat menunjukkan bahwa masyarakat bukan hanya sebagai objek dalam pelaksanaan program sosialisasi melainkan sebagai subjek dari pelaksanaan program sosialisasi itu sendiri.

Pemerintah dengan masyarakat memiliki hubungan yang saling ketergantungan. Melalui peran pemerintah, masyarakat di atur dan di penuhi kebutuhannya. Di lain pihak masyarakat membutuhkan peran pemerintah sebagai


(15)

15

pihak yang mengatur kehidupannya, sehingga terciptalah ketertiban dan ketentraman. Sejalan dengan persiapan teknis pemilihan, upaya sosialisasi pun telah dirancang sedemikian rupa oleh KPU. Langkah ini antara lain untuk memberi pemahaman agar masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya secara optimal.

Menurut Michael Rush dan Philips Althoff mengemukakan tiga segi penting sosialisasi politik, yaitu:

1. Sosialisasi secara fundamental merupakan proses hasil belajar, belajar dari pengalaman.

2. Memberikan indikasi umum hasil belajar tingkah laku individu dalam batas-batas yang luas, dan lebih khusus lagi, berkenaan dengan pengetahuan atau informasi, motif-motif (atau nilai-nilai) dan sikap.

3. Sosialisasi tidak dibatasi sampai pada kanak-kanak dan masa remaja, akan tetapi sosialisasi tetap berlanjut sepanjang kehidupan.

(Rush dan Althoff, 2002:30).

Menurut pendapat di atas bahwa inti dari sosialisasi adalah proses pembelajaran kepada masyarakat mengenai sesuatu hal yang belum diketahui untuk dapat diterima dan dapat dilaksanakan dengan baik. Proses tersebut dapat bertahan dalam waktu tertentu karena ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan.

Menurut Ramlan Surbakti mengemukakan bahwa dari segi penyampaian informasi pesannya sosialisasi politik, dibagi dua, sebagai berikut:

1. Pendidikan politik, merupakan suatu proses diaologik diantara pemberi dan penerima pesan, melalui proses ini para anggota masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma dan simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik, seperti sekolah pemerintah dan partai politik.

2. Indoktrinasi politik, proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan manipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol yang dianggap pihak yang berkuasa, sebagai ideal dan baik. Melalui


(16)

16

berbagai forum pengarahan yang penuh paksaan psikologis dan latihan yang penuh disiplin.

(Surbakti, 1992: 117-118)

Menurut pendapat di atas, bahwa dari segi penyampaian informasi pesannya sosialisasi politik merupakan proses dimana seseorang memperoleh sikap penuh paksaan psikologis dan latihan yang penuh disiplin mengenai nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol yang berlaku di negaranya.

Berbicara mengenai sosialisasi politik sebagai suatu proses, maka sosialisasi memiliki variabel-variabel sebagai pengukur yang memperlancar atau membantu memperbesar kemungkinan tercapainya sosialisasi politik. Hal ini sejalan dengan variabel yang dikemukakan oleh Michael Rush dan Philip Althoff ada beberapa unsur yang mempengaruhi sosialisasi politik, sebagai berikut:

1. Agen sosialisasi politik, yang terdiri dari keluarga, pendidikan, media massa, kelompok sebaya, kelompok kerja, kelompok agama. Selain itu, keberadaan kelompok kepentingan dan organisasi kemasyarakatan memberi pengaruh sebagai agen sosialisasi politik terhadap partisipasi masyarakat.

2. Materi sosialisasi politik, yaitu pengetahuan, nilai-nilai dan sikap-sikap politik yang hidup di masyarakat

3. Mekanisme sosialisasi politik diabagi menjadi tiga yaitu, imitasi, intruksi, motivasi.

4. Subyek-subyek atau sasaran sosialisasi politik, meliputi anak, remaja, dan dewasa.

5. Pola sosialisasi politik, di ilustrasikan dalam sebuah gambar. (Rush dan Althoff, 2002: 37)

Menurut pendapat di atas, bahwa sosialisasi politik merupakan suatu proses pengenalan nilai-nilai dan norma-norma yang berjalan secara berangsur-angsur untuk diketahui oleh umum, yang dapat dipengaruhi oleh agen sosialisasi, materi sosialisasi, mekanisme sosialisasi, pola sosialisasi, serta subyek atau sasaran sosialisasi.


(17)

17

Peranan KPU merupakan salah satu usaha pemerintah dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai sosialisasi, khususnya mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat. Undang-Undang tentang penyelenggara pemilihan umum pasal (1) ayat (7) menyebutkan bahwa KPU adalah:

Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota. (Undang-undang RI Nomor 22 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum pasal (1) ayat (7) tahun 2007).

(UU RI No 22 Tentang Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2007).

KPU adalah sebagai produk pemerintah yang melayani masyarakat dalam bidang pemilu. Undang-undang RI tentang penyelelenggara pemilihan umum pasal (1) ayat (1) menyebutkan bahwa, pemilihan umum, selanjutnya Pemilu adalah:

Undang-undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Undang-undang Penyelenggaraan Pemilihan Umum No.22 Tahun 2007:Pasal (1) ayat (1)). (UU RI No. 22 Tentang Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2007) Pasal diatas mengemukakan mengenai KPU sebagai produk pemerintah yang melayani masyarakat dalam bidang pemilu dengan menyelenggarakan Pemilihan Umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Menurut Koirudin, Pemilihan umum dapat diartikan sebagai berikut: “Pemilihan umum (pemilu) adalah suatu proses dimana para pemilih, memilih orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu.


(18)

18

Jabatan-jabatanyang disini beraneka ragam, mulai dari perisiden, wakil rakyat diberbagai tingkat pemerinthan, sampai kepala desa. Pada konteks ini yang lebih luas, pemilu juga berarti proses mengisi jabatan-jbatan seperti ketua Osis atau ketua kelas, walaupun untuk itu kata „pemilihan‟ lebih sering digunakan” (Koirudin, 2004:94).

Berdasarkan pendapat di atas, pemilu merupakan suatu proses dalam menjaring pemimpin baru untuk untuk mendapatkan anggota lagislatif maupun eksekutif. Penyelenggara pemilu para pemilih juga disebut konstituen, kampanye dilakukan selama waktu yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara dan pemilu merupakan wadah aspirasi rakyat dimana rakyat dapat mengemukakan keinginan dalam memilih, melalui Sosialisasi politik yang dilakukan dengan menyelenggarakan Pemilihan Umum atau bisa yang disebut Pemilu .

Penggunaan teknologi dan informasi pada lembaga pemerintah akan berdampak pada peningkatan kinerja aparatur pemerintah dan menghasilkan kualitas kerja yang produktif dan tepat guna. Akan tetapi jika tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka aplikasi e-Government tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunagara. Menurut Anwar Prabu Mangkunagara : “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai negeri dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2006:67).

Hasil kerja yang dicapai oleh seorang aparatur, yang menjalankan tugas yang penuh tanggung jawab, dapat mempermudah arah penataan organisasi pemerintahan. Akibatnya akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien. Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur kinerja


(19)

19

birokrasi publik. Website merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi kepada masyarakat melalui penggunaan teknologi internet. Dengan adanya

website diharapkan aparatur dan masyarakat di daerah bisa berkomunikasi dengan pemerintah. Dalam penerapanya sebuah website harus memiliki elemen-elemen yang wajib dimiliki oleh sebuah website e-Government adalah sebagai berikut :

1. Sistem pengorganisasian content atau isi website haruslah memiliki arsitektur yang jelas dan tersektruktur secara logis

2. Navigasi yang diterapkan dalam website haruslah mudah cara pengoperasiannya, Isinya harus up-to-date dalam arti kata selalu diperbaharui sehinga relevan dengan kebutuhan,

3. Waktu untuk menampilkan satu halaman penuh website haruslah cepat (disarankan tidak lebih dari 10 detik), sehingga perlu dipertimbangakan ukuran memori total dari sebuah desain website,

4. Tampilan website haruslah menarik dalam arti kata memiliki desain grafis yang disesuaikan dengan audiencenya,

5. Website haruslah dapat dinikmati oleh semua orang, terlepas dari faktor perbedaan usia, agama, bahasa, maupun hal-hal lain yang terdapat didalam masyarakat,

6. Unsur privasi harus pula diperhatikan dalam arti kata para penggunaan

website merasa yakin bahwa tidak ada hal-hal yang akan merugikan dirinya terkait dengan isu keamanan berinteraksi secara digital ketika mengakses website pemerintah.

(Indrajit, 2005:56).

Penerapan website merupakan salah satu upaya pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Melalui pembangunan website www.kpu.jabarprov.go.id mempunyai tujuan untuk memberikan informasi dan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan gubernur Jawa Barat kepada masyarakat pada umumnya, sehingga masyarakat mengetahui dan memahami mengenai tahapan pemilu serta berbagai aspek pemilu terutama mengingatkan hari minggu tanggal 13 April 2008 merupakan proses pemungutan dan penghitungan secara serempak dilakukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) seluruh Jawa Barat, mendorong masyarakat menggunakan hak pilihnya secara rasional, menciptakan situasi yang


(20)

20

kondusif sehingga pemilu dapat berjalan secara damai tanpa konflik dan kekerasan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diambil definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Asas merupakan sesuatu yang mendasar yang sifatnya permanen, umum untuk dilaksanakan oleh Kepala Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur melalui website www.kpu.jabarprov.go.id.

2. Motivasi merupakan suatu usaha positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Motivasi akan tampak sebagai kebutuhan dan sekaligus sebagai perangsang untuk mengarahkan sumber daya manusia kearah tujuan yang diinginkan, khususnya oleh Kepala Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur melalui website

www.kpu.jabarprov.go.id.

3. Sosilaisasi hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat melalui website www.kpu.jabarprov.go.id adalah proses pengenalan secara berangsur-angsur kepada masyarakat, agar masyarakat Jawa Barat akan selalu berpartisipasi dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara. 4. Website adalah sebuah sistem dimana informasi dalam bentuk hypertext

yng dapat di akses dengan menggunakan alamat website tertentu. Website


(21)

21

untuk promosi, sosialisasi, dan memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat yang mengakses.

5. Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Humas KPU dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur yaitu sesuatu yang mendasar yang sifatnya permanen, umum dalam menggerakan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil sesuai dengan tujuan yang diinginkan, yang terdiri dari indikator sebagai berikut: 1) Asas Mengikutsertakan adalah mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam pengambilan keputusan. Kepala Sub Bagian Humas memberikan kesempatan kepada pegawai untuk ikut berpartisipasi dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui

websitewww.kpu.jabarprov.go.id yang meliputi:

a. Partisipasi dari para pegawai dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara.

b. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh Sub Bagian Humas KPUBudaya organisasi yang dimiliki oleh Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat.

c. Kerjasama yang baik antar instansi yang terkait dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.


(22)

22

2) Asas Komunikasi adalah menginformasikan secara jelas mengenai tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya dan kendala yang dihadapi dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website

www.kpu.jabarprov.go.id, yang meliputi:

a. Proses penyampaian informasi mengenai hasil penghitungan suara pada pemilihan gubernur Jawa Barat.

b. Kejelasan penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan dipahami oleh organisasi lain dan tentunya masyarakat.

c. Kendala-kendala yang dihadapi dalam proses penyampaian informasi hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

3) Asas pengakuan adalah memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan atas prestasi kerja, khususnya Kepala Sub Bagian Humas KPU memberikan penghargaan atas prestasi kerja pegawai dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website www.kpu.jabarprov.go.id, yang meliputi:

a. Sumber Daya sebagai keberhasilan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilu Gubernur Jawa Barat.

b. Struktur birokrasi dan budaya birokrasi sebagai penentu keberhasilan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.


(23)

23

c. Norma-norma yang mengatur dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pada pemilihan Gubernur Jawa Barat. 4) Asas wewenang adalah memberikan kewenangan dan kepercayaan

diri, bahwa dengan kemampuan dan kreatifitasnya kepada pegawai bahwa kemampuan dan kreatifitasnya mampu mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id, yang meliputi:

a. Kewenangan dan Kepemimpinan kepala Sub Bagian Humas dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

b. Produktifitas Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

c. Kemampuan aparatur dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

d. Profesionalisme Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

5) Asas adil dan layak adalah memberikan keadilan kepada semua aparatur, kususnya dalam melaksanakan keberhasilan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui website www.kpu.jabarprov.go.id, yang meliputi:


(24)

24

a. Pengintegrasian sumber daya aparatur melalui seorang pemimpin di Sub Bagian Humas KPU Propinsi Jawa Barat.

b. Peningkatan kompetensi aparatur Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat.

c. Pelaksanaan tugas aparatur Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat

6) Asas perhatian timbal balik adalah saling ketergantungan antara kedua belah pihak antara bawahan dan pimpinan, khususnya Kepala Sub Bagian Humas memberikan perhatian kepada bawahan agar termotivasi untuk mengerjakan pekerjaan dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 melalui websitewww.kpu.jabarprov.go.id, yang meliputi:

a. Hubungan timbal balik antara Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dengan aparatur agar mensosialisasikan hasil penghitungan suara dapat berjalan efektif.

b. Kesediaan para pelaksana kebijakan untuk saling bekerjasama dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada pemilihan Gubernur Jawa Barat.

Secara singkat, kerangka pemikiran di atas dapat dilihat secara jelas dalam model kerangka pemikiran sebagai berikut:


(25)

25 Bagan 1.1

Model Kerangka Pemikiran

Model kerangka berfikir diatas menjelaskan bahwa asas motivasi Kepala Sub Bagian Humas KPU dipengaruhi oleh enam (6) asas indikator yaitu Asas Mengikutsertakan Asas Komunikasi, Asas Pengakuan, Asas Wewenang , Asas adil dan Layak, Asas Perhatian Timbal Balik, enam asas ini berkemungkinan dalam keberhasailan mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Websitewww.kpu.jabarprov.go.id.

Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat

Keberhasailan

mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Melalui

Website

www.kpu.jabarprov.go.id Asas Motivasi Meliputi:

1) Asas Mengikutsertakan a) Partisipasi

b) Pengawasan c) Kerjasama 2) Asas Komunikasi

a) Proses Penyampaian Informasi b) Kejelasan Informasi

c) Kendala 3) Asas Pengakuan

a) Sumber Daya b) Struktur Birokrasi c) Norma

4) Asas Wewenang

a) Kewenagan dan Kepemimpinan b) Produktifitas

c) Kemampuan d) Profesional 5) Asas adil dan Layak

a) Pengintegrasian sumber daya b) Peningkatan kompetensi c) Pelaksanaan tugas

6) Asas Perhatian Timbal Balik a) Hubungan Timbal Balik

b) Kesediaan para pelaksana kebijakan


(26)

26

1.6 Motode Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriftif dapat diartikan sebagai berikut:

Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriftip dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertife kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian.(Burhan Bungin, 2001:124)

Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang ditunjukan untuk memecahkan masalah pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang aktual, sehingga penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu.

Melihat penjelasan di atas, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah :

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.(Sugiyono, 2005:1).

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam atau suatu data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.


(27)

27 1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian, yaitu:

1. Studi kepustakaan (Library Reserch) Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka, peneliti dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

2. Studi lapangan (Fild Research) Peninjuan yang dilakukan langsung pada Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat yang meliputi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan sebenarny, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu peneliti juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi (Observation)

Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan instansi atau lembaga dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan peneliti terhadap Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Humas KPU Dalam Mensosialisasikan Hasil Penghitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website www.kpu.jabarprov.go.id. Dengan menggunakan cara penelitian di atas, peneliti ingin mengetahui kebenaran pandangan teoritis tentang masalah yang diselidiki dalam hubungannya dengan


(28)

28

dunia kenyataan. Disamping itu juga untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah dan munkin petunjuk-petunjuk cara memecahkanya.

b) Wawancara (Interview) yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam Asas Motivasi Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat KPU dalam Mensosialisasikan Hasil Penghitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

www.kpu.jabarprov.go.id.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan dalam penelitian ini adalah purposive

(pengambilan informan berdasarkan tujuan). Teknik penentuan informan ini adalah siapa yang akan dijadikan sebagai anggota informan diserahkan pada pertimbangan pengumpulan data yang sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Menurut Sanafiah Faisal teknik pengambilan sampel purposive adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu, jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 1996:67).


(29)

29

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian.

Adapun informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kepala Bagian Hukum dan Hubungan Masyarakat KPU Provinsi Jawa Barat, yaitu Heri Sueherman, SH.

2. Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat, yaitu Drs. Dadang Sutrisno. 3. Agus Ridwan Sm, Hk. Staf Aparatur Hukum dan Humas.

Penentuan informan untuk nara sumber yang kedua adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Partai Politik yang dianggap mengetahui proses dalam mensosialisasikan hasil penghitungan suara pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Adapun informan sebagai berikut:

1. BPD Desa Cihanjuang Kecamatan Parongpong. 2. BPD Desa Sariwangi Kecamatan Parompong.

3. Masyarakat Umum khususnya masyarakat Desa Cihanjuang Kec. Parompong.

4. DPD KNPI Jawa Barat Jl. Sukarno Hatta No 623 Bandung.

5. LBH & HAM Citra Siliwangi Jl. L.L R.E Martadinata no 57 Bandung. 6. Partai Politik Golongan Karya, Partai Politik Demokrat yang mencalonkan

Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yaitu H.Dany Setiawan dan H. IwanR.Sulandjana (DAI).

7. Partai Politik PDIP, PPP, PKB, PBB, PKPB, PDS, PBR yang mencalonkan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yaitu H. AgumGumelar dan H. Nu`manAbdulhakim (AMAN).


(30)

30

8. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang mencalonkan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat yaitu H. Ahmad Heryawan dan H. Dede Yusuf (HADE).

1.6.4 Analisis Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penulisan ini terdapat tiga teknik, yang dikutip dari Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

Pertama, reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya, dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika diperlukan.

Kedua, penyajian data setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif, dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

Ketiga, penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah


(31)

31

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak dapat menjawab rumusan masalah, karena seperti yang dikemukakan diatas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam metode penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti dilapangan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dan Penelitian ini adalah Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Jawa Barat. Jl. Garut No. 11 Telepon (022) 7278812 dan Fax (022) 7215894 Bandung.. Sedangkan jadwal penelitian ini berlangsung 10 (Sepuluh) bulan dengan perincian sebagai berikut:

1. Observasi awal di Kantor Sekretariat KPU Provinsi Jawa Barat pada Bulan Desember 2008.

2. Pengajuan Judul Usulan Penelitian kepada Dosen Pembimbing, pada bulan Januari – Februari 2009.

3. Penyusunan Usulan Penelitian, pada bulan Februari - Maret 2009. 4. Seminar Usulan Penelitian, pada bulan April 2009.

5. Pengajuan Surat ijin penelitian di Kantor Sekretariat KPU Provinsi Jawa Barat yang menjadi objek penelitian, pada bulan Mei 2009.

6. Pelaksanaan Penelitian di di Kantor Sekretariat KPU Provinsi Jawa Barat selama satu sampai sembilan bulan, pada bulan Mei 2009 – Februari 2010.


(32)

32

7. Penulisan Skripsi pada bulan Mei 2009 - Maret 2010. 8. Sidang Skripsi pada bulan April 2010.

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian No Waktu

Kegiatan

Tahun 2008

Tahun 2009 Tahun 2010

Des Jan Feb Mart Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Jan Feb Mart Apr 1 Observasi

Awal 2 Pengajuan

Judul UP 3 Penyusunan

UP

4 Seminar UP 5 Pengajuan

Surat Ijin 6 Pelaksanaan

Penelitian 7 Penulisasan

Skripsi 8 Sidang Skripsi


(33)

33 BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Asas Motivasi 2.1.1 Pengertian Asas

Asas (prinsip) merupakan suatu peryataan fundamental atau kebenaran fundamental atau kebenaran umum yang dapat dijadikan pedoman pemikiran dan tindakan. Asas ini sifatnya permanen, umum dan setiap ilmu pengetahuan memiliki asas yang mencerminkan ”intisari” kebenaran-kebenaran dasar dalam bidang ilmu tersebut. Asas adalah dasar tetapi bukanlah sesuatu yang absolut atau mutlak. Artinya, penerapan asas harus mempertimbangkan keadaan-keadaan khusus dan berubah-ubah.

Motivasi tidak akan berjalan dengan baik tanpa ada dukungan dari semua unsur yang terkait sehingga hasil akhir yang diharapakan tidak akan tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Hasibuan, mengemukakan asas-asas motivasi sebagai berikut:

1. Asas Mengikutsertakan artinya mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan

2. Asas Komunikasi artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakannya, dan kendala-kendala yang dihadapi

3. Asas Pengakuan artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya. 4. Asas Wewenang yang didelegasikan artinya memberikan kewenangan dan kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik


(34)

34

5. Asas Adil dan Layak artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus berdasarkan atas “asas keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama

6. Asas Perhatian Timbal Balik artinya bawahan yang berhasil mencapai tujuan dengan baik maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi

( Hasibuan, 2007:221).

Menurut uraian di atas asas motivasi merupakan sesuatu yang mendasar bagi setiap organisasi, untuk keberhasilan organisasi, melaui Asas Mengikutsertakan, Asas Komunikasi, Asas Pengakuan, Asas Wewenang yang didelegasikan, Asas Adil dan Layak, Asas Perhatian Timbal Balik.

2.1.2 Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “Mavere” yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan tujuan.

Motivasi secara implisit mengandung arti pemimpin harus ada di tengah-tengah anak buah untuk memberikan bimbingan. Disamping itu juga harus melakukan integrasi antara individu dengan kepentingan organisasi dan kepentingan masyarakat, sedangkan secara eksplisit harus ada perangsang, baik yang bersifat materi maupun non materi.

Menurut Stephen P. Robbine, dalam bukunya Hasibuan. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah mengatakan bahwa motivasi adalah:


(35)

35

We will define motivation as the willingness to exert high levels of effort toward organization goals, conditional by efforts ability to satisfy some individual need. ( Kita akan mendefinisikan motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha memuaskan kebutuhan individu (dalam Hasibuan, 2007:219).

Menurut pendapat diatas motivasi merupakan serangkean usaha seseorang secara optimal untuk pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien, pencapaian tujuan organisasi tersebut dipengaruhi oleh kemampuan individu di dalam suatu badan organisasi tersebut. Sedangkan menurut Merihot mengatakan bahwa pengertian motivasi adalah:

Faktor-faktor yang mengarahkan dan mendorong perilaku atau keinginan seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk usaha yang keras (Merihot 2003:321).

Berdasarkan pengertian diatas motivasi adalah kegiatan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan dan mendorong aparaturnya untuk keberhasilan dalam suatu organisasi dengan bentuk usaha yang keras. Menurut pendapat Merle J. Moskowits, dalam bukunya Hasibuan. Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah mengatakan bahwa motivasi adalah:

Motivation is usually defined the initiation and direction of behavior and the study of motivation is in effect the study of course of behavior. (Motivasi secara umum didefinisikan sebagai inisiatif dan pengarahan tingkah laku dan pembelajaran motivasi sebenarnya merupakan pembelajaran tingkah laku (dalam Hasibuan, 2007:220).

Berdasarkan uraian di atas motivasi adalah metode pengarahan tingkah laku seseorang aparatur oleh pemimpin organisasi, motivasi merupakan pembelajaran tingkah laku. Sedangkan menurut Mathis mengatakan bahwa pengertian motivasi kerja adalah sebagai berikut : ”Motivasi merupakan hasrat di


(36)

36

dalam seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan” (Mathis 2001:89).

Berdasarkan uraian diatas motivasi merupakan hasrat yang di miliki oleh seorang aparatur untuk memajukan organisasi nya, proses pengarahan dari atasan kepada bawahan, atasn memberikan motivasi kepada bawahan untuk mengerjakan sesuatu hal yang dianggap akan mencapai tujuan yang akan dicapai oleh suatu organisasi. Sedangkan Menurut Hasibuan, Motivasi harus dilakukan pimpinan terhadap bawahannya karena:

1. Pimpinan membagi-bagikan pekerjaannya kepada para bawahan untuk dikerjakan dengan baik.

2. Karena ada bawahan yang mampu untuk mengerjakan pekerjaannya, tetapi ia malas atau kurang bergairah mengerjakannya.

3. Untuk memelihara dan atau meningkatkan kegairahan kerja bawahan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

4. Untuk memberikan penghargaan dan kepuasan kepada bawahannya. (Hasibuan, 2007:216-217).

Menurut uraian diatas, motivasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin organisasi dapat membagikan pekerjaan kepada aparatur, sehingga aparatur dapat mengerjakan suatu pekerjaan yang diperintah oleh pimpinannya, pimpinan juga dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan kegairahan kerja, dan pimpinan dapat memberikan penghargaan kepada aparatur yang berprestasi.

2.1.3 Tujuan Motivasi

Seoarang pemimpin dalam organisasi dapat memberikan motivasi kepada aparatur sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, Adapun tujuan pemberian


(37)

37

motivasi menurut Suwatno mengatakan bahwa tujuan motivasi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan 2. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan 3. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan

5. Meningkatkan pengadaan karyawan

6. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan. 7. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan

8. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya. 9. Meningkatkan penggunaan alat-alat dan bahan baku

(Suwatno 2001:147).

Maksud uraian diatas pemberian motivasi yang dilakukan oleh seorang pemimpin kepada aparatur untuk peningkatan kinerja yang lebih efektif dan efisien dapat mendorong semangat kerja, meningkatkan moral dapat dilakukan pemahaman agama yang baik sehingga dimungkinkan tidak ada praktek kecurangan – kecurangan misalnya KKN dalam organisasi KPU Provinsi Jawa Barat. meningkatkan produktifitas, untuk meningkatkan produktifitas, proses peningkatan produktivitas kerja di lingkungan KPU Provinsi Jawa Barat khususnya Sub Bagian Humas dapat memberi kesempatan terbaik untuk membangun pengalaman yang terus berkembang untuk membuat peningkatan yang berarti dalam produktivitas organisasi harus berusaha mencapai tingkat terbaik, upaya tersebut seharusnya menjadi aspek manajemen rutin yang berkesinambungan. meningkatkan pengadaan karyawan, untuk menutupi kekurangan aparatur KPU Provinsi Jawa Barat, biasanya KPU Provinsi Jawa Barat dapat mengkrekrut dari PEMDA, tokoh masyarakat, dan orang-orang yang berkopenten untun menjadi aparatur KPU Provinsi Jawa Barat. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan dalam suatu organisasi aparatur


(38)

38

Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat di tuntut dan dapat mempertahankan loyalitas kreativitas, dan partisipasi yang tinggi yang lebih dari pada lembaga pemerintah lainnya. Meningkatkan penggunaan alat-alat dan bahan baku dengan cara memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti penggadaan jaringan internet, komputer untuk mensosialisasikan hasil penghitungan suara melalui website.

2.1.4 Jenis-Jenis Motivasi

Motivasi merupakan hal yang mendasar bagi seorang pemimpin memberikan motvasinya, dibawah ini adalah jenis-jenis motivasi yang diberikan oleh seoarang pemimpin kepada bawahannya. Jenis-jenis motivasi ini dikemukakan menurut Suwatno mengatakan bahwa jenis-jenis motivasi adalah sebagai berikut :

1. Motivasi Positif

Motivasi positif yaitu motivasi yang diberikan manajer untuk memotivasi atau merangsang karyawan bawahan dengan memberikan hadiah kepada yang berprestasi, sehingga meningkatkan semangat untuk bekerja

2. Motivasi Negatif

Motivasi negatif yaitu motivasi yang diberikan manajer kepada karyawan bawahan agar mau bekerja dengan sungguh-sungguh dengan memberikan hukuman. Hal ini dalam jangka waktu pendek akan meningkatkan semangat kerja karena karyawan takut mendapat hukuman. Namun dalam jangka waktu panjang hal tersebut akan menimbulkan dampak kurang baik (Suwatno 2001;146).

Berdasarkan pendapat di atas motivasi terbagi dalam 2 (dua) jenis yaitu motivasi positif dan motivasi negatif. Motivasi positif adalah seorang pemimpin organisasi yaitu Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dapat memotivasi bawahan dengan cara memberikan hadiah kepada bawahannya yang


(39)

39

berprestasi. Sedangkan motivasi negatif adalah pemimpin memotivasi bawahannya dengan memberikan hukuman kepada bawahannya yang pekerjaannya kurang baik.

Jenis motivasi tersebut harus digunakan dengan tepat dan seimbang, supaya dapat meningkatkan semangat kerja bawahannya. Motivasi positif efektif untuk jangka waktu panjang sedangkan motivasi negatif efektif untuk jangka waktu pendek, dalam hal ini pemimpin harus konsisten dan adil dalam penerapannya.

2.1.5 Metode-Metode Motivasi

Metode-metode motivasi ini dapat dilakukan oleh seoarng pemimpin untuk memberikan semangat kepada bawahan untuk pencapaian kinerja secara maksimal. Metode-metode motivasi ini yang dikemukakan Suwatno (2001:149). mengatakan bahwa metode motivasi adalah sebagai berikut :

1. Motivasi langsung (Direct Motivation)

Motivasi langsung adalah motivasi baik materil maupun non materil yang diberikan secara langsung pada setiap karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan tercapainya kepuasan. Pemberian motivasi langsung bisa dalam bentuk ucapan, pujian, penghargaan, tunjangan hari raya, bonus, ataupun bintang jasa

2. Motivasi Tak Langsung (Indirect Motivaton)

Motivasi tak langsung adalah pemberian motivasi dalam bentuk fasilitas-fasilitas pendukung dalam menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas agar karyawan senang atau betah dan bersemangat dalam kerjanya. Misalnya menyediakan mesin-mesin yang baik, ruangan kerja yang nyaman dan terang, sarana pekerjaan yang serasi, seta penempatan yang tepat, sehingga dapat merangsang karyawan untuk bekerja dengan semangat dan meningkatkan produktivitas kerja


(40)

40

Menurut uraian diatas bahwa motivasi yang diberikan oleh seoarang pemimpin kepada bawahan terdapat dua (2) cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin, pertama, metode langsung ini adalah material dan non material

maksudnya yaitu memberikan pujian, penghargaan bonus, dan piagam kepada bawahan yang berprestasi. kedua, motivasi tidak langsung, memberikan fasilitas-fasilitas yang mendukung seperti penggadaan jaringan internet, komputer untuk melakukan penghitungan suara yang dapat menunjang gairah kerja.

2.1.6 Model-model Motivasi

Pemberian motivasi melelui pemimpin kepada bawahanya terdapat beberapa model motivasi yang di kemukakan oleh Veithzal Rivai mengatakan bahwa model-model motivasi adalah sebagai berikut :

1. Model Tradisional

Model tradisional ini digunakan untuk memberikan dorongan kepada karyawan agar melakukan tugas mereka dengan berhasil, para menajer menggunakan sistem upah insentif, semakin banyak mererka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin besar penghasilan mereka

2. Model Hubungan Manusiawi

Model hubungan manusiawi yaitu para manajer dianjurkan untuk bisa memotivasi para karyawan dengan mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna, sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. Para karyawan diberi lebih banyak waktu kebebasan untuk mengambil keputusan dalam menjalankan pekerjaannya

3. Model Sumber Daya Manusia

Model Sumber Daya Manusia yaitu karyawan mempunyai motivasi yang sangat beraneka ragam, bukan hanya motivasi karena uang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja. Tugas manajer dalam model ini, bukanlah menyuap para karyawan dengan upah atau uang saja tetapi juga untuk mengembangkan rasa tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan


(41)

41

organisasi dan anggotanya, dimana setiap karyawan menyumbangkan sesuai dengan kepentingan dan kemampuannya masing-masing

(Veithzal Rivai 2005:470).

Menurut uraian diatas seorang pemimpin dapat memberikan motivasinya dengan berbagai model motivasi yaitu model tradisional, model ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin yaitu Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam memberikan motivasi kepada aparatur dengan menggunakan sistem upah insentif, semakin banyak mererka menghasilkan atau mencapai hasil kerja yang sempurna, semakin besar penghasilan mereka, model hubungan manusiawi model ini menjelaskan bahwa seorang pemimpin yaitu Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam memberikan motivasi kepada aparatur mengakui kebutuhan sosial mereka dan dengan membuat mereka merasa penting dan berguna, sehingga dapat meningkatkan kepuasan, model sumber daya manusia menjelaskan bahwa seorang pemimpin yaitu Kepala Sub Bagian Humas KPU Provinsi Jawa Barat dalam memberikan motivasi kepada aparatur bukan hanya motivasi karena uang ataupun keinginan akan kepuasan, tetapi juga kebutuhan untuk berprestasi dan mempunyai arti dalam bekerja.

2.2 Sosialisasi

2.2.1 Pengertian Sosialisasi

Sosialisasi mencangkup pemeriksaan mengenai lingkungan kultural, lingungan sosial dari masyarakat yang bersangkutan, interaksi sosial dan tingkah laku sosial. Sosialisasi merupakan mata rantai paling penting diantara sistem sosial lainnya, karena dengan adanya sosialisasi keterlibatan indiidu-individu


(42)

42

sampai dengan kelompok-kelompok dalam satu sistem untuk berpartisipasi. Pengrtian sosialisasi menurut Charles R. Wright sebagai berikut:

“Proses ketika individu menapatkan kebudayaan kelomoknya dan menginteralisasikan (sampai tingkat tertentu) normas-norma sosialnya, sehingga membimbing orang tersebut untuk memperhitungkan harapan-harapan orang lain” (Charles R. Wright dalam Sutaryo, 2005:156).

Sosialisasi merupakan proses belajar, pada dasarnya sifat manusia adalah tidak akan pernah puas untuk belajar sesuatu hal yang belum diketahui, seperti belajar mengenai norma-norma untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Peter L. Berger mengatakan bahwa sosialisasi merupakan proses dengan mana seseorang belajar menjadi anggota masyarakat (Peter L. Berger dalam Sutaryo, 2005:156).

Uraian diatas terdapat persamaan mengenai sosialisasi, terletak pada objek dari sosialisasi yaitu masyarakat yang dilihat dari sudut pandang hubungan antar manusia, dan proses yang timbul dari hubungan manusia di dalam masyarakat jadi, dalam sosialisasi terdapat interaksi antar manusia sebagai anggota kelompok. Timbulnya kelompok-kelompok dalam masyarakat ialah karena dua sifat manusia yang bertentangan satu sama lain, di satu pihak ingin berkerjasama, di pihak lain cenderung untuk bersaing dengan sesama manusia untuk dapat berkuasa. Kekuasan merupakan kajian dan konsep dari politik.

Mengenai hubungan sosialisasi dengan politik terletak pada objek dari sosialisasi, dapat diartikan bahwa pengertian sosialisasi sama dengan pengertian dari sosialisasi politik. Fred. Greenstein menjelaskan pengertian sosialisasi politik dalam arti sempit dan luas, yaitu:


(43)

43

1. Penanaman informasi yang disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan intruksional secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab

2. Semua usaha untuk mempelajari, baik formal maupun informal, disengaja ataupun tidak direncanakan, pada setiap tahap siklus kehidupan, dan termasuk didalamnya tidak secara eksplisit masalah belajar saja, akan tetapi juga secara nominal belajar bersikap mengenai karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan

(Fred. Greenstein dalam Rush & Althoff, 2002:35-36).

Pada dasarnya penyebaran informasi mengenai nilai-nilai dan norma-norma adalah inti dari sosialisasi yang dilakukan oleh badan-badan atau kelompok kepentingan untuk menanamkan nilai-nilai, sikap-sikap dan pengetahuan pada objek sosialisasi.

Sosialisasi merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sebuah sistem pada seseorang, dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya. Sosialisasi ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi dan kebudayaan di mana individu berada, selain itu juga ditentukan oleh interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.

2.2.2 Jenis-Jenis Sosialisasi

Sosialisasi apabila dikaitkan dengan prosesnya, terdapat jenis-jenis sosialisasi. Menurut Peter L. Berger dan Luckman terdapat dua jenis sosialisasi, yaitu:

1. Sosialisasi primer, sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi ini berlangsung pada saat kanak-kanak

2. Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat

(Peter L. Berger dan Luckman wikipedia Indonesia. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi [13/07/2007]).


(44)

44

Kedua proses tersebut berlangsung dalam institusi total, yaitu tempat tinggal dan tempat bekerja. Dalam kedua institusi tersebut, terdapat sejumlah individu dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani proses kehidupan, dan diatur secara formal.

2.2.3 Materi Sosialisasi

Materi sosialisasi merupakan isi yang akan disampaikan kepada sasaran sosialisasi. Pada dasarnya, materi sosialisasi harus mengandung nilai-nilai dan norma-norma. Adapun pengertian nilai dan norma menurut Hasan Mustafa adalah:

“Nilai adalah prinsip-prinsip etika yang dipegang dengan kuat oleh individu atau kelompok sehingga mengikatnya dan sangat berpengaruh pada prilakunya sedangkan norma, yaitu aturan-aturan baku tentang perilaku yang harus dipatuhi oleh setiap anggota suatu unit sosial sehingga ada sangsi negatif dan positif” (Hasan Mustafa, Wikipedia Indonesia melalui http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi [13/07/2007]). Menuurut uraian di atas materi sosialisasi adalah nilai dan norma, nilai merupakan peranan yang mengikat prilaku setiap individu atau sekelompok orang sehingga sangat berpengaruh terhadap organisasi, sedangkan norma merupakan suatu aturan yang ada di dalam suatu organisasi yang wajib dipatuhi oleh setiap anggota organisasi tersebut.

Pengetahuan secara mendasar sifatnya adalah faktual (walupun tidak esklusif), pengetahuan dapat mendahului pembentukan nilai-nilai dan sikap-sikap, begitupun sebaliknya. Pengetahuan dapat dipergunakan untuk mendukung suatu


(45)

45

nilai khusus atau suatu sikap setelah nilai dan sikap terbentuk, selain itu pengetahuan dipengaruhi oleh nilai-nilai dan sikap-sikap. Sikap-sikap berkaitan dengan nilai-nilai, dalam mana kepercayaan-kepercayaan individu dapat memainkan peranan yang penting dalam penentuan reaksi terhadap rangsangan khusus dan terhadap pembentukan sikap-sikap ataupun pendapat-pendapat khusus, akan tetapi sikap-sikap dapat mendahului nilai-nilai, khususnya yang berlangsung pada dasar sosialisasi.

2.2.4 Mekanisme Sosialisasi

Agen sosialisasi dalam mentransmisikan elemen-elemen dari sosialisasi melalui beberapa cara:

1. Imitasi, merupakan peniruan terhadap tingkah laku individu-individu, dan merupakan hal yang penting dalam sosialisasi pada masa kanak-kanak. 2. Intruksi, merupakan peristiwa penjelasan diri, akan tetapi para ahli

mengatakan hal tersebut tidak terlalu diperlukan karena terbatas pada proses belajar formal

3. Motivasi, lebih banyak diidentifikasikan dengan pengalaman. Motivasi adalah merupakan bentuk tingkah laku yang tepat yang di pelajari melalui proses coba-coba dan gagal, individu yang bersangkutan secara langsung belajar dari pengalaman mengenai tindakan-tindakan sama cocok dengan sikap-sikap dan pendapat-pendapat sendiri

(dalam Rush&Allthof, 2002:40).

Berdasarkan uraian di atas cara imitasi lebih cocok diterapkan dalam sosialisasi untuk masa kanak-kanak. Intruksi lebih banyak dilakukan pada proses belajar formal. Imitasi dan intruksi merupakan tipe-tipe khusus dari pengalaman, sedangkan motivasi merupakan suatu bentuk tingkah laku yang dapat di pelajari dengan melalui proses coba-coba dan mengalami kegagalan maka individu tersebut dapat belajar dari pengalaman.


(46)

46 2.2.5 Subyek-Subyek atau Sasaran Sosialisasi

Subyek dan sasaran sosialisasi adalah masyarakat. Agen sosialisasi mempunyai tujuan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat dalam materi sosialisasi kepada masyarakat. agen sosialisasi akan memobilisasi masyarakat untuk mendukung program yang terdapat pada materi sosialisasi dengan tujuan untuk mewujudkan cita-cita bersama.

Pengertian masyarakat menurut Harold J. Laski adalah sekolompok manusia yang hidup bersama dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama (dalam Budiarjo, 1993:34). Kehidupan masyarakat, mencakup hubungan antar individu-individu dan kelompok, dalam lingkungan kelompoknya terdapat interaksi sosial antar masing-masing individu untuk dapat memahami lingkungan satu sama lain.

Sosialisasi kepada masyarakat pada umumnya tampak jelas, khususnya dalam masyarakat yang tengah atau telah cukup lama berdiri untuk menegakkan berdirinya tradisi-tradisi kemasyarakatan yang kuat, yang menetapkan struktur dan peranan-peranan masyarakat. Menurut Michael Rush dan Phillip Althof peranan sosialisasi dalam masyarakat adalah:

“Proses sosialisasi dalam masyarakat telah membentuk orientasi-orientasi dan pola-pola tingkah laku mayoritas rakyatnya, proses tersebut dicirikan dengan kesatuan intrinsik, legetimasi peranan sosial dan pencapaian status” (Rush & Althof, 2002:102).

Berdasarkan uraian di atas peranan sosialisasi merupakan bagian yang sangat penting dalam masyarakat sehingga telah terbentuk orientasi-orientasi dan pola tinglah laku. Proses sosialisasi dengan sendirinya telah memberikan pelajaran


(47)

47

terhadap kelompok masyarakat mengenai sistem interaksi antar kelompok-kelompoknya.

2.2.6 Hubungan Sosialisasi Dengan Komunikasi

Kehidupan sosial atau proses sosial didasarkan pada komunikasi. Pengertian komunikasi menurut Uchjana adalah sebagai berikut:

“Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris comunication berasal dari kata Latin comunicattio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau ada dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan” (Uchjana, 2005:9).

Komunikasi antar manusia hanya dapat terjadi, apabila ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya dapat berlangsung apabila didukung oleh adanya sumber pesan, media, penerima, dan efek.

Komunikasi dalam kehidupan manusia yaitu saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga dengan demikian terbentuklah pengalaman sama dan pengetahuan tentang pengalaman masing-masing. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Susanto bahwa komunikasi merupakan dasar dari exsistensi suatu masyarakat dan menentukan struktur masyarakat.

Komunikasi merupakan mekanisme ataupun alat dalam pengoprasian rangsangan dalam masyarakat (Susanto, 1992:1). Manusia dengan mekanisme komunikasi, dapat memberitahukan dan menyebarkan apa yang dirasakan dan apa yang dinginkan. Dalam komunikasi terdapat unsur komunikasi yaitu komunikator, isi atau pesan-pesan komunikasi, dan komunikan.


(48)

48

Proses sosialisasi yang menjadi komunikator adalah agen sosialisasi, materi sosialisasi adalah isi dari komunikasi dan yang menjadi komunikan adalah masyarakat atau sasaran sosialisasi. Berhasilnya proses sosalisasi ditentukan oleh metode penyampaian pesan yang baik oleh agen sosialisasi kepada sasaran sosialisasi. Berdasarkan proses tersebut, berlangsung komunikasi antara komunikator dan komunikan baik secara langsung maupun melalui media sebagai salah satu sarana sosialisasi.

2.3 Konsep Pemilu

Komisi Pemilihan Umum (KPU) adalah sebagai produk pemerintah yang melayani masyarakat dalam bidang pemilu. Undang-undang RI tentang penyelelenggara pemilihan umum pasal (1) ayat (1) menyebutkan bahwa, pemilihan umum, selanjutnya Pemilu adalah:

Undang-undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Undang-undang Penyelenggaraan Pemilihan Umum No.22 Tahun 2007:Pasal (1) ayat (1))

(Sumber: UU RI No. 22 Tentang Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2007). Menurut uraian diatas merupakan penyelenggara pemilihan umum yang disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.

Sebagai produk pemerintah yang melayani masyarakat dalam bidang pemilu dengan menyelenggarakan pemilihan umum.


(49)

49

Undang-undang tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pasal 1 ayat 4) Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah Pemilu untuk memilih kepala daerh dan wakil kepala daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (Undang-undang Penyelenggaraan Pemilihan Umum No.22 Tahun 2007:Pasal (1) ayat (4)) (Sumber: UU RI No. 22 Tentang Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2007). Sedangkan menurut A. Sudiharto Djiwandono pemilu adalah sarana demokrasi yang penting, ia merupakan perwujudan yang nyata keikutsertaan rakyat dalam kehidupan kenegaraan (dalam Effendy, 1993:234). Penyelenggaraan pemilu para pemilih juga disebut dengan Konstituen, dan kepada merekalah para peserta Pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa Kampanye. Kampanye dilakukan pada masa yang telah ditentukan, menjelang hari pemungutan suara dan Pemilihan Umum merupakan wadah aspirasi rakyat dimana rakyat dapat mengemukakan keinginan dalam memilih pimpinannya melalui Sosialisasi politik yang dilakukan dengan menyelenggarakan Pemilihan Umum atau yang biasa disebut dengan Pemilu.

2.3.1 Konsep Partai Politik

Pemilu akan terlaksana apabila ada pasangan calon dimana keberadaannya sangat penting bagi terselenggaranya pemilihan umum. Oleh karena itu untuk melaksanakan suatu pemilu harus ada partai politik sebagai sarana komunikasi politik. Menurut Undang-Undang Pemilu menyebutkan bahwa:

Partai politik adalah partai politik pesertra Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah


(50)

50

Partai politik merupakan sarana sosialiasi politik dan sebagai komunikasi politik, sarana sosialisasi politik, sarana rekrutmen politik, sarana pengatur konflik, sehingga keduanya mempunyai peran penting dalam penyelenggaraan pemilu yang diselenggarakan oleh KPU dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara pemilu.

2.3.2 Fungsi Partai Politik

Partai politik juga bukan hanya sebagai kelompok yang mempertahankan kekuasaan, tetapi partai politik juga memiliki fungsi yang dikemukakan oleh Miriam Budiarjo, mengemukakan bahwa partai politik memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Partai sebagai sarana komunikasi politik

Partai politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat berkurang, dan partai politik juga berfungsi untuk menyebarluaskan rencana-rencana dan kebijakan pemerintah, dengan demikian terjadi arus informasi

2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik

Proses dimana seseorang memperoleh skap dan orientasi terhadap penomena politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat di mana ia berada. Partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik, dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam pemilihan umum, partai harus memperoleh dukungan selauas mungkin. Untuk itu partai akan berusaha menciptakan “image” bahwa ia memperjuangkan kepwntingan umum

3. Partai politik sebagai sarana rekrutmen politik

Partai politik juga berfungsi untuk mencari orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik sebagai anggota partai. Dengan demikian partai turut memperluas partisipasi politik

4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik

Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat merupakan soal yang wajar, jika terjadi konflik, partai politik berusaha untuk mengatasinya. Dalam praktek politik sering fungsi-fungsi tersebut di atas tidak dilaksanakan seperti yang diharapkan. Misalnya


(1)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : ASAS MOTIVASI KEPALA SUB BAGIAN HUBUNGAN MASYARAKAT KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DALAM MENSOSIALISASIKAN HASIL PENGHITUNGAN SUARA PADA PEMILIHAN GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2008 MELALUI WEBSITE www.kpu.jabarprov.go.id.

Nama : FAQIH SINGGIH SAPUTRA Nim : 41704043

Bandung, Maret 2010 Menyetujui, Pembimbing

Dewi Kurniasih S.IP., M.S.i NIP.4127.35.31.003


(2)

164

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku

Anwar P. Mangkunegara, 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Rosdakarya: Bandung.

Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Budiarjo. (2002). Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama. Effendy, Onong Uchjana. (2002). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.

Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Febrian, Jack. (2005). Menggunakan Internet. Bandung:Informatika.

Faisal, Sunafiah, (1996). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta:raja grapindo persada.

Hasibuan S.P Malayu. (2007). Manajemen Dasar Pengertian Dan Masalah. Jakarta:Bumi Aksara.

Handayaningrat, Soewarno. (1994). Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.Jakarta:CV.Haji.

Hartono, Jogiyanto. (1999). Pengenalan Komputer. Yogyakarta: Andi

Indrajit, Richardus eko. (2004).E-Goverenment Strategi Pembangunan Dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta:Andi Office.

_____________________. (2005). E-Goverment in action. Yogyakarta:Andi Offset.


(3)

165

Koerudin. (2004). Profil Pemilu 2004. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Marihot, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia:Jakarta.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2006). Efaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:PT. Repika Aditama.

________________________. (2007). Efaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung:PT. Repika Aditama.

Pardosi, Mico. (2004). Bimbingan Belajar Internet. Surabaya:Indah.

Rush, Michael dan Philip Althoff. (2002). Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Salemba Emban Patria: Jakarta.

Santoso, Gempur. (2005). Metodologi Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Surbakti, Ramlan. (1992). Memahami Ilmu Politik. Jakarta:PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Susanto, Astrid. (1992). Filsafat Komunikasi. Bandung:Binacipta. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005). Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Sosial. Jakarta:Prenada Media.

Sudjana, Nana. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Suwatno, 2001, Asas-asas Manajemen Sumber Daya Manusia. Suci Press: Bandung.


(4)

166

Veithzal Rivai, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Dokumen-Dokumen:

Buku Paduan Dalam Rangka Menyonsong Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008. tentang Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil Kepala Daerah.

Laporan Penyelelenggara Pemilihan Umum Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 22 Republik Indonesia Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang 32 Tahun 2006 Tentang Pemerintah Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilu. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Partai politik.

Keputusan komisi pemilihan umum Nomor 623 tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan Informasi Pemilihan Umum Dan Pendidikan Pemilih

Peraturan Komisi Pemilihan Umum Provinsi Jawa Barat nomor 1 Tahun 2007 Tentang Tahapan, Program, Dan Jadwal Waktu Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur Jawa Barat Tahun 2008

Rajukan Elektronik

(Wikipedia Indonesia. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/sosialisasi [13/07/2007].)


(5)

167

(Rianto Wijaya, http://www.ruangkerja.com/indonesia/article[2007/06/03]). (Safri, Lubis Muhamad Melalui http//www.cert.or.id/muhammad/articels/e-gov-

serdang [2007/06/03].). www.kpu.jabarprov.go.id.


(6)

177 Lampiran VI

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

Nama : Faqih Singgih Saputra

Tempat dan Tanggal Lahir : Bantarkawung, Brebes 19 mei 1984 Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : Ds. Cihanjuang 05/02 Kec. Parongpong Kab. Bandung Barat Prov Jawa Barat

Nama Ayah : Mursid, Ama.Pd

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Nama Ibu : Sujarwati, Spd

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat Asal : Ds. Tonjong Pos 03/04 Kec. Tonjong Kab. Brebes Prov Jawa Tengah

2. Pendidikan Formal

2004 – Sekarang, Mahassiswa Semester XII (Dua Belas) Program Sarjana Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

1999 – 2002, SMUN I, Bantarkawung, Kab. Brebes. (Berijasah) 1996 – 1999, SLTPN II, Tonjong, Kab. Brebes. (Berijasah) 1990 – 1996, SDN II, Tonjong, Kab. Brebes. (Berijasah) 1089 – 1990, TK Pertiwi, Tonjong, Kab. Brebes. (Berijasah) 3. Pendidikan Non Formal

Pegawai Sukarelawan Di UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Kab. Bandung Barat, dari bulan Mei 2009 Sampai sekarang.

Peneliti

FAQIH SINGGIH SAPUTRA NIM : 41704043


Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 3 11

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 4 11

HUBUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG

0 7 11

Penetapan Kepala Negara Oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Pelaksanaan Pemilu di Indonesia (Tinjauan Ketatanegaraan Islam)

0 15 0

Asas Motivasi kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Mensosialisasikan hasil Perhitungan Suara Pada Pemilihan Gubernur Jawa Barat Tahun 2008 Melalui Website

0 6 1

STRATEGI KOMUNIKASI KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) PROVINSI JAWA TENGAH DALAM PROSES SOSIALISASI PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2013.

0 0 1

2Or7 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PEI.IYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR KALIMANTAN BARAT TAHUN 2018 KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN BARAT,

0 0 13