Revitalisasi Brand Engagement Pasar Trad

REVITALISASI BR
BRAND ENGAGEMENT PASAR TRADISION
ISIONAL
MELALUI PENERA
ERAPAN SOCIAL ENGINEERING SEBAGAI
AI UP
UPAYA
MENGUATKAN
AN EK
EKSISTENSI UMKM DALAM KANCAH
H AS
ASEAN

Disusun Oleh:
DHIMAS FUAD HASSAN

135020301111096
11096

ENDANG PRAP
PRAPTININGSIH


135020101111047
1047

FABIYANTI
TI R
RATNAS S.

145020501111020
11020

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
MALANG
2016

LEMBAR PENGESAHAN


1. Judul Karya Tuliss Ilmia
Ilmiah

:“Revitalisasi Brand Engagement
ent
Pasar Tradisional melalui Penerap
enerapan
Social Engineering sebagai Upaya
paya
Menguatkan Eksistensi UMKM
dalam Kancah ASEAN”.

2. Ketua

4.
5.

a. Nama Lengkap
b. NIM
c. Jurusan

d. Universitas
Anggota
Dosen Pendamping
ping
a. Nama Lengkap
gkap ddan Gelar
b. NIP

: Dhimas Fuad Hassan
: 135020301111096
: Akuntansi
: Universitas Brawijaya
: 2 orang
: Mirna Amirya, SE., MSA., Ak.,
k., CA.,
C
AAP-A
: 19841220 201404 2 002

Malang, 06 Februari

bruari 2016

Dosen Pembim
mbimbing

Mirna Amirya, SE.,, MSA.,
MSA Ak., CA., AAP-A
NIP. 198412200 2014
201404 2 002

Penulis

Dhimass Fuad Hassan
NIM. 135020301
020301111096

i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang
berjudul

“Revitalisasi Brand Engagement Pasar

Tradisional melalui

Penerapan Social Engineering sebagai Upaya Menguatkan Eksistensi
UMKM dalam Kancah ASEAN”. pada waktu yang telah ditentukan.
Dengan segenap kerendahan hati, penulis sadar bahwa karya tulis ini tidak
mungkin terselesaikan tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih yang kepada seluruh pihak
yang turut memberikan bantuan dalam karya tulis ini.
Penulis menyadari

bahwa karya tulis ini tentunya masih

jauh dari

kesempurnaan dan masih membutuhkan perbaikan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, guna
penyempurnaan karya tulis ini ke depannya. Semoga karya tulis ini bermanfaat
bagi kita semua. Terimakasih
Malang, 06 Februari 2016

Penulis

ii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................

i

KATA PENGANTAR ……………………………………………....

ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………… ..


iii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………… ..

v

DAFTAR TABEL................................................................................

vi

ABSTRAK ………………………………………………………… ..

vii

Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang...............................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................


3

1.3 Tujuan Penulisan............................................................................

3

1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................

3

Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Pasar Tradisional..........................................................

4

2.2 Teori Brand Engagement...............................................................

4


2.3 Metode Social Engineering............................................................

6

Bab III Metode Penulisan..................................................................

7

Bab IV Pembahasan
4.1 Analisis SWOT..............................................................................

9

4.2 Penerapan Social Engineering.......................................................

10

4.3 Rekonstruksi Strategi Pemasaran dan Revitalisasi Pasar
Tradisional....................................................................................


13

4.4 Hasil yang Diharapkan dalam Revialisasi Pasar Tradisional........

19

Bab V Penutup
5.1 Kesimpulan....................................................................................

20

5.2 Saran..............................................................................................

20

iii

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….....

22


LAMPIRAN: Daftar Riwayat Hidup Penulis ……………………... ..

23

Surat Keaslian Naskah.................................................

26

iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Analisis SWOT......................................................................

9

Gambar 4.2 Penerapan Social Engineering...............................................

10

Gambar 4.3 Konsep Penerapan Teknis Revitalisasi Pasar Tradisional.....

15

v

Daftar Tabel
Tabel 4.1 Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional............................. 9

vi

ABSTRAK
Revitalisasi Brand Engagement Pasar Tradisional melalui Penerapan
Social Engineering sebagai Upaya Menguatkan Eksistensi UMKM
dalam Kancah ASEAN
Dhimas Fuad Hassan, Endang Praptiningsih, Fabiyanti Ratna Safitri
Universitas Brawijaya, Malang
dhimasfuadhassan@gmail.com, endang.p99@gmail.com, fabisafitri@yahoo.com
Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka di mana terjadi proses
transaksi jual beli yang dimungkinkan terjadi proses tawar menawar. Pasar
tradisional juga menjadi sarana utama bagi pemilik Usaha Mikro Kecil dan
Menengah untuk melakukan kegiatan transaksi ekonomi yang menyokong
kesejahteraan hidup mereka. Namun saat ini pasar tradisional sedang memiliki
permasalahan besar yang berkaitan dengan tata kelola, infrastruktur, pelayanan,
dan kualitas produk yang ditawarkan. Sehingga, konsumen dan stakeholder lebih
memilih pasar modern sebagai alternative pemenuhan kebutuhan keseharian
mereka yang mengakibatkan pasar tradisional mulai kehilangan eksistensi di
kebanyakan masyarakat. Dengan demikian, pasar tradisional memerlukan
revitalisasi yang dapat dilakukan secara massiv dan terstruktur. Salah satu cara
terbaik untuk melakukan revitalisasi tersebut adalah dengan revitalisasi brand
engagement melalui penerapan social engineering. Analisis pembahasan
penulisan ini menemukan bahwa bila penerapan social engineering ini dapat
dilakukan secara terstruktur dengan memenuhi beberapa indikatornya, maka
revitalisasi pasar tradisional dapat menumbuhkan kembali brand engagement
konsumen dan stakeholder pasar tradisional. Sehingga, pasar tradisional dapat
menjadi sarana pereknomian yang benar-benar dapat membantu peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan menguatkan eksistensi Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) di kancah ASEAN.
Kata kunci: Brand Engagement, Pasar Tradisional, Revitalisasi, Social
Engineering, dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)

vii

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan pasar tradisional di Indonesia telah ada sejak puluhan bahkan
ratusan tahun yang lalu, dimana sebagian besar pasar tradisional yang ada di
Indonesia merupakan saksi sejarah dan memiliki nilai cagar budaya. Sifatnya yang
hadir pada waktu‐waktu tertentu inilah kemudian dikenal adanya Pasar Minggu,
Pasar Pon, dan sebagainya. Pasar merupakan tempat jual beli barang dan jasa di
antara para petani yang membawa hasil bumi, produsen/pedagang barang
kebutuhan sehari‐hari, dan penduduk lingkungan setempat. Di dalam pasar
tradisional selain terjadi transaksi ekonomi juga memberikan kesempatan bagi
sebagian masyarakat terutama dari golongan menengah kebawah memiliki ruang
publik karena didalamnya terdapat interaksi sosial antara pedagang di pasar dan
masyarakat sekitar sehingga menjadikan pasar sebagai ruang berbagi informasi
bagi individu di dalamnya dan sebagai perekat sosial.
Pentingnya pasar tradisional bagi Negara dan warganya juga diungkap dalam
Peraturan

Presiden

Republik

Indonesia

nomor 112

tahun 2007

yang

mendefinisikan pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil,
menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal
kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Meskipun demikian pasar tradisional sampai saat ini belum menjadi primadona
untuk semua kalangan, terutama kalangan menengah-atas karena kondisi yang
cukup memprihatinkan yaitu kotor, bau dan becek sehingga tidak nyaman untuk
berbelanja serta tingkat kriminalitas yang cukup tinggi. Selain itu lokasi pasar
tradisional disekitar areal pemukiman warga dapat menyebabkan kemacetan dan
permasalahan sosial lain. Hal ini karena pengelolaan yang sederhana atau tidak
ada system dan peraturan yang ketat.
Kondisi pasar yang memprihatinkan tersebut dikhawatirkan dapat menggerus
eksistensi pasar tradisional dan digantikan oleh pasar modern yang semakin

2

menjamur. Terlebih lagi banyak kasus penggusuran dan relokasi pasar tradisional.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan ketua Ikatan Pedagang Pasar Tradisional
Indonesia (IKAPPI) bahwa dalam satu tahun terakhir 200 lebih pasar terbakar
dalam setahun, jumlah pasar tradisional di seluruh Indonesia turun drastis dari
13.540 pasar tradisional menjadi 9.950 pasar dalam waktu 4 tahun (periode 20072011), sedangkan jumlah toko retail modern meningkat dari 10.365 gerai menjadi
18.152 toko dengan lebih dari 7.000 toko baru muncul dalam waktu 4 tahun atau
setara dengan empat toko modern per hari. (Kompas.com)
Dengan semakin tingginya tingkat penggusuran dan relokasi pasar tradisional
menunjukkan bahwa keberadaan pasar tradisional semakin termarjinalkan padahal
diketahui bahwa pasar tradisional merupakan tepat dipasarkannya produk-produk
UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menenggah) maka hal tersebut dapat mengangu
pertumbuhan UMKM yang sedang diusahakan oleh pemerintah. Dengan demikian
permasalahan pasar tradisional tidak dapat diabaikan dan perlu dipertimbangkan
bahwa pertumbuhan pasar tradisional akan meningkatkan pertumbuhan UMKM
dan produk asli daerahnya yang secara regional dapat meningkatkan penerimaan
pendapatan daerah dari hasil retribusi pasar maupun pendapatan masyarakat dari
transaksi jual-beli produk UMKM dari pasar tradisional tersebut. Sebagai negara
berkembang keberadaan pasar tradisional di Indonesia merupakan hal yang
penting sebab pasar tradisional merupakan pilar ekonomi kerakyatan dengan
UMKM sebagai komponen utamanya. Terlebih lagi UMKM merupakan usaha
bermodal kecil yang tahan terhadap krisis ekonomi dan pertumbuhannya bisa
langsung dirasakan masyarakat daerah tersebut. Sehingga diperlukan suatu upaya
terpadu dari berbagai pihak untuk memperbaiki pasar tradisional dalam lingkup
menguatkan UMKM ditengah segala permasalahan pasar tradisional dan adanya
ekonomi ASEAN. Oleh sebab itu penulis mengajukan gagasan untuk mengatasi
permasalahan pasar tradisional yang berjudul “Revitalisasi Brand Engagement
Pasar Tradisional melalui Penerapan Social Engineering sebagai Upaya
Menguatkan Eksistensi UMKM dalam Kancah ASEAN”.

3

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis angkat dalam karya tulis ini adalah

mengenai pemaparan tentang bagaimana pembentukan brand engagement pasar
tradisional melalui penerapan social engineering menjadi solusi dalam revitalisasi
pengembangan pasar tradisional sebagai upaya penguatan eksistensi UMKM di
kancah ASEAN.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini ialah untuk mengetahui tentang
bagaimana pembentukan Brand Engagement pasar tradisional melalui penerapan
social engineering menjadi suatu solusi dalam revitalisasi pengembangan pasar
tradisional yang dapat membantu pasar tradisional lebih baik sebagai upaya
penguatan eksistensi UMKM di kancah ASEAN.
1.4 Manfaat Penulisian
Penulisan ini diharapkan mampu menjadi bahan kajian akademis sebagai
alat wacana pembelajaran yang dapat digunakan oleh berbagai pihak seperti
penulis sendiri, pemerintah, akademisi, praktisi, dan seluruh stakeholder terkait
untuk

membuat kebijakan

atau

refrensi

penelitian

selanjutnya

tentang

pembentukan Brand Engagement pasar tradisional melalui penerapan social
engineering menjadi suatu solusi dalam revitalisasi pengembangan pasar
tradisional dan penguatan eksistensi UMKM di kancah ASEAN.

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah sebuah tempat yang terbuka di mana terjadi proses
transaksi jual beli yang dimungkinkan terjadi proses tawar menawar. Pendapat
serupa dikemukakan oleh Malano (2011) bahwa pasar tradisional merupakan
tempat bertemunya penjual dan pembeli yang ditandai dengan transaksi secara
langsung.
Menurut Malano (2011) karakteristik pasar tradisional dan pasarn modern
dapat ditinjau dari beberapa aspek. Berdasarkan aspek kondisi fisik tempat usaha,
pasar tradisional memiliki bangunan temporer, semi permanen, atau permanen.
Kondisi fisik pasar modern yaitu memiliki bangunan permanen, fasilitas
memadai, dan mewah. Berdasarkan aspek metode pelayanan, di pasar tradisional
pedagang melayani pembeli dan terjadi tawar-menawar. Metode pelayanan di
pasar modern yaitu sistem swalayan di mana pembeli melayani dirinya sendiri dan
harga sudah pasti, sehingga tidak ada tawar-menawar.
2.2 Teori Brand Engagement
Menurut Buckingham (2008) Brand Engagement atau keterlibtan merek
yaitu: 1) Adalah proses pembentukan hubungan emosional dan rasional, antara
seseorang (karyawan atau pelanggan) dengan brand. 2) Dibuat oleh lembaga dan
organisasi, tetapi pada saat bersamaan diciptakan untuk menyikapi persepsi,
keyakinan dan perilaku dari brand, dan dengan siapa lembaga & organisasi
tersebut berkomunikasi atau terlibat dengannya. 3) Secara umum adalah cara
menghubungkan brand terhadap konsumen melalui berbagai “touchpoints” –
yaitu urutan atau daftar cara-cara potensial, dimana brand melakukan kontak
dengan masing-masing individu. Memiliki posisi di antara pemasaran, iklan,
media komunikasi, media sosial, pengembangan organisasi, komunikasi internal
dan Human Resource Development (HRD)
Brand Engagement, Engagement (keterlibatan) memiliki arti sendiri yaitu
status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan
perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan. Konsumen dapat
menerjemahkan banyak informasi yang diperoleh dari iklan atau brosur.

5

Konsumen

juga

dapat

meluangkan

waktu

dan

tenaga

lebih

dalam

mengintegrasikan informasi produk tersebut untuk mengevaluasi merek dan
menetapkan keputusan pembelian (Setiadi, 2005:117).
Setiadi (2005: 124) mengemukakan dua indikator sebagai alat ukur keterlibatan,
yaitu:
a. Brand loyalty
Pada brand loyalty tidak ada lagi merek yang dipertimbangkan untuk
dibeli selain merek produk yang sering dibelinya. Ketika merek produk itu
tidak tersedia, maka konsumen akan berusaha mencari produk tersebut di
tempat lain sampai mendapatkannya. Konsumen yang berperilaku seperti
ini dapat dikatakan bahwa konsumen loyal terhadap merek pilihannya.
Loyalitas merek dapat didefinisikan sebagai sikap menyenangi terhadap
suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten
terhadap merek tersebut sepanjang waktu (Setiadi, 2005: 124).
Pendekatan behavioral menekankan bahwa loyalitas dibentuk oleh
perilaku, sementara pendekatan kognitif memandang bahwa loyalitas
merupakan fungsi dari proses psikologis. Assel mengemukakan empat hal
yang menunjukkan kecenderungan konsumen yang loyal sebagai berikut
(Setiadi, 2005: 125):
1) Konsumen yang loyal terdapat merek cenderung lebih percaya
diri terhadap pilihannya.
2) Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasa tingkat
resiko yang lebih tinggi dalam pembeliannya.
3) Konsumen yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal
terhadap toko.
4) Kelompok konsumen yang minoritas cenderung untuk lebih
loyal terhadap merek.
b. Ekuitas merek
Dari sudut pandang konsumen, ekuitas merek melibatkan suatu sikap
merek positif yang kuat didasarkan pada kepercayaan dan arti baik yang
dapat diakses dari dalam ingatan. Faktor ini menciptakan hubungan
konsumen merek yang menyenangkan dan kuat atas aset yang sangat

6

penting bagi sebuah pasar tradisional dan dasar bagi ekuitas merek
(Setiadi, 2005: 125).
2.3 Metode Social Engineering
Social Engineering atau rekayasa sosial adalah sebuah perubahan sosial yang
telah direncanakan dengan matang sebelumnya. Dalam hal ini, pengertian
rekayasa sosial menunjukkan makna yang lebih luas atau lebih pragmatis karena
pada

dasarnya

suatu

rekayasa

mengandung

sebuah

perencanaan

yang

diimplementasikan hingga teraktualisasikan di alam nyata (Mahayana dalam
Rakhmat, 2000). Lebih jelasnya, rekayasa sosial adalah suatu usaha untuk
mengatasi masalah-masalah sosial dengan perubahan yang dapat merombak
tatanan dan institusi sosial, sehingga menghasilkan suatu masyarakat yang
mandiri, responsible, (Simandjuntak, 1981).
Menurut Romadlan (tidak ada tahun), sebuah rekayasa sosial dilakukan
karena situasi sosial berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dan
Rahmat di dalam Romadlan (2000) mengatakan bahwa perubahan sosial melalui
rekayasa sosial pertama-tama harus dimulai dari perubahan cara berfikir.
Perubahan sosial tidak akan menuju ke arah yang direncanakan apabila kesalahan
berfikir masih dipraktekkan. Rekayasa sosial dijabarkan dengan mengidentifikasi
indikator-indikator sebagai berikut: 1) Sebab perubahan (cause of change): tujuan
sosial yang diharapkan memberikan jawaban mengenai masalah sosial. 2) Sang
pelaku perubahan (agent of change): individu, kelompok, atau organisasi yang
berupaya melakukan rekayasa sosial. 3) Sasaran perubahan (target of change):
individu, kelompok, atau organisasi yang menjadi rekayasa sosial. 4) Saluran
Perubahan (channel of change): media yang digunakan sebagai saluran untuk
melakukan rekayasa sosial. 5) Strategi perubahan (strategy of change): metode
atau teknik-teknik utama yang digunakan untuk melakukan rekayasa sosial.

7

BAB III
METODE PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan
Penulisan ini merupakan jenis penulisan deskriptif dengan pendekatan
kualitatif, yaitu prosedur penulisan yang menghasilkan datadeskriptif berupa katakata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang diamati,didukung dengan studi
literatur atau studi kepustakaan berdasarkan pendalamankajian pustaka berupa
data dan angka, sehingga realitas dapat dipahami denganbaik (Moloeng, 1990:5).
Penekanan dalam penulisan ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi dan
mengklarifikasi mengenai suatu fenomena yang terjadi atau kenyataan sosial
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkaitan dengan
masalahdan

unit

yang

diamati

(Faisal,

1999:20).

Dalam

menganalisis

permasalahan, terlebih dahulu melakukan proses analisis terhadap permasalahan
kemudian mengaitkan permasalahan yang terjadi di lapangan beserta solusinya.
Tujuan dari penulisan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003)
3.2 Teknik Penulisan
Teknik penulisan dilakukan dengan memahami atau mengeksplorasi beberapa
data sehingga mampu memberikan deskripsi tentang masalah yang dianalisis.
Sesuai dengan jenis penulisannya maka penulisan karya ilmiah ini menggunakan
teknik penulisan yang berkarakter kualitatif dengan menguraikan, menjabarkan,
dan merangkai variabel-variabel yang diteliti menjadi sebuah untaian kata-kata
dalam setiap bagian pembahasan.
3.3 Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penulisan ini termasuk jenis data sekunder, yaitu
data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi literatur. Teknik dilakukan
dengan

cara

mempelajari

dan

menganalisis

beberapa

literatur

yang

berkaitandengan pokok permasalahan. Data-data yang relevan tersebut dapat
berupa buku,majalah, artikel, makalah, jurnal penelitian, dan surat kabar yang
memiliki relevansi terhadap permasalahan yang dikaji. Data-data tersebut dapat

8

diperoleh dari beberapa media, baik media cetak maupun media elektronik. Data
diperoleh dengan cara mempelajari literatur dan melakukan diskusi untuk
memperkuat argumen dan pemahaman terhadap permasalahan yang diangkat.
Metode diskusi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pertukaran pikiran dengan orang yang memiilki kompetensi tentang topik yang
diangkat. Dengan demikian, proses analisis yang merupakan hasil pengumpulan
data ini hanya sebatas data yang dapat diperoleh. Intuisi subjektif juga dilakukan
sebab intuitif subjektif merupakan perlibatan pendapat penulis atas masalah yang
sedang dibahas.
3.4 Metode Analisis Data
Sehubungan dengan permasalahan yang tertulis pada rumusan masalah dan
pendekatan penulisan yang digunakan, penulis menganalisa data-data yang
diperoleh dengan metode analisa deskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh
kemudian disusun, sehingga mempermudah pembahasan masalah-masalah yang
ada. Karena titik fokus penulisan ini adalah penulisan berbasis literatur (pustaka),
maka data yang diumpulkan merupakan data kualitatif. Proses analisa data yang
dilakukan dalam penulisan ini terjadi secara bolak balik dan berinteraktif, yang
terdiri dari: (1) Pengumpulan data (data collection), (2) Reduksi data (data
reduction), (3) Penyajian data (data display), dan (4) Pemaparan dan penegasan
kesimpulan (conclutiondrawingandverification).

9

BAB IV
PEMBAHASAN
4. 1 Analisis SWOT
Analisis yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan analaisis SWOT
yang mempermudah peneliti untuk mengetahui secara detail dari kekuatan,
kelemahan, kesempatan dan ancaman dari pasar tradisional. Dengan mengetahui
kondisi nyata dari pasar tradisional, maka peneliti Dapat menentukan strategi yang
harus dilakukan untuk melakukan revitalisasi brand engagement pasar tradisional.
Gambar 4.1
Analisis SWOT

Sumber: Chaffey, 2008
Berdasarkan tabel analisis SWOT tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan terkait
kelebihan dan kekurangan dari pasar tradisional yang dirangkum dalam kolom
berikut.
Tabel 4.1
Kelebihan dan Kekurangan Pasar Tradisional

Kelebihan

Kekurangan

• Pasar tradisional menjual barang • Masih beredarnya produk-produk
dengan harga yang murah

yang mengandung bahan kimia
berbahaya

• Konsep tawar menawar

• Struktur dari bisnis eceran ini lebih • Belum dapat memenuhi tuntutan di
mendekati

pasar

persaingan

pelayanan, dll

sempurna
• Jumlah

luar sisi harga seperti kenyamanan,

penduduk

sekitar 220 juta jiwa

yang

besar • Belum ada aturan yang jelas dan
tegas seperti peraturan presiden

10

• Pendapatan perr kapita
kapi masyarakat
yang meningkat
• Masyarakat sering
ring memanfaatkan

mengenai lokasi, komoditi
moditi, waktu
operasi. dan jarak antara
antar pasar
modern dan pasar tradisiona
isional

sinergis dan
pasar tradisional
al untuk
untu menyambut • Kebijakan yang tidak siner
Hari-hari besar seperti
sepert Idul Fitri dll
• Produk yang berkualitas
berkua
terutama
produk-produk segar

koordinatif antara pemerint
erintah pusat
dan daerah tentang perizina
erizinan pasar
modern
• Belum

tersosialisasinya
inya

bantuan

kredit untuk para pedagan
edagang kecil
baik yang berasal dari
ri pem
pemerintah
maupun lembaga keuanga
uangan yang
lain
• Pasar

tradisional

kurang
urang

dapat

bersaing dengan pasarr mode
modern
• Masih

mengabaikan
an

sistem

pelayanan yang baik
k untu
untuk para
pembelinya
Sumber: Olahan Penu
Penulis, 2015
4.2

Penerapan Social
ocial Engineering
Gamba
ambar 4.2 Penerapan Social Engineering

11

4.2.1 Cause of Change
Penerapan social engineering langkah pertama yang harus dilakukan adalah
menentukan penyebab perubahan yang menjadi permasalahan. Berkaitan dengan
penelitian ini permasalahan yang hendak direkayasa adalah mengupayakan agar
brand engagement pasar tradisional menjadi lebih baik sehingga pasar tradisional
dapat menjadi primadona sebagai tempat perbelajaan untuk semua kalangan.
Permasalahan yang muncul dan menjadi penyebab perubahan pada brand
engagement pasar tradisional adalah kesalahan dalam pola pikir pelaku dalam
pasar yang menjadikan pasar hanya sebagai tempat untuk berjual-beli, tempat
yang kumuh dan memiliki pelayanan yang buruk. Pola pokir yang salah inilah
yang perlu direkayasa agar brand engagement pasar tradisional sesuai dengan
harapan. Untuk memperbaiki pola pikir tersebut para pelaku pasar tradisional
harus mengerti dan menyadari apa tujuan pasar tradisional yang sebenarnya.
Dalam hal ini dapat dilakukan rekonstruksi tujuan untuk membantu mengarahkan
pasar tradisional supaya tetap fokus hanya pada hal-hal yang ingin dicapai.
Berikut adalah beberapa tujuan yang harus dicapai oleh pedagang di pasar
tradisional
1. Sell: Menjual produk dan layanan yang terdapat di dalam pasar tradisional
2. Serve:

Memberikan

pelayanan

maksimal

kepada

konsumen

dan

stakeholder
3. Speak: Mengkomunikasikan nilai-nilai dari produk dan layanan yang
dimiliki oleh pasar tradisional
4. Save: Menyimpan dan menghemat biaya operasional pedagang yang
nantinya dapat digunakan untuk modal usaha
5. Sizzle: Menyebarkan kesadaran atau brand engagement konsumen dan
stakeholder pasar tradisional
4.2.2 Agent of Change
Guna mencapai tujuan dari penerapan social engineering dalam revitalisasi
ini, maka diperlukan sinergitas antar stakeholders atau agent of change yang
masing-masing memiliki peran strategis. Sinergitas ini berfungsi agar tidak terjadi
overlapantar stakeholders dan memungkinkan untuk terjadinya dinamisasi.
Adapun Stakeholders yang berperan dalam program ini adalah:

12

1. Akademisi dan Praktisi. Melalui pengalaman dan kemampuan dalam hal
keilmuan terkait, kedua belah pihak melakukan kolaborasi dan menjalankan
dua yaitu, (1) Research And Development tentang konsep pasar tradisional
meliputi pengembangan teknologi, inovasi produk, sistem atau manajemen
pengelolaan serta diferensiasi produk. Selai itu, pengembangan E-Marketing
juga dapat dikemabangkan oleh kedua belah pihak. (2) Human Resource
Development yaitu pengembangan SDM melalui pengembangan skill baik
hard yang tercermin dalam keilmuan manajerial dan konsep pengembangan
maupun soft yang tercermin dalam kemampuan pengelolaan emosi dalam
manajemen organisasi terkait kelembagaan dalam pasar tradisional.
2. Pemerintah, yaitu meliputi peran pemerintah (baik pusat dan terutama daerah)
dalam hal menstimulus program ini yaitu meliputi (1) Regulationrole, dalam
wujud pembuatan kebijakan yang serta perlindungan dan penegakkan hukum
berkaitan program ini yang bersifat support dan komitmen pemerintah,
seperti kontrol persaingan usaha, kontrol lingkungan dan lain-lain. (2)
Allocationrole, dalam wujud distribusi sumber daya yang langka dalam hal
ini tenaga ahli, infrastruktur pendukung, modal pendukung, transfer teknologi
dan input lainnya .
3. Masyarakat terutama pedagang pasar yang tergabung dalam berbagai
kelompok pedagang yang berperan sebagai subjek social engineering
khususnya penunjang kinerja dari penerapan social engineering dalam
revitalisasi pasar tradisional melalui peran aktif dalam berpartisipasi. Selain
itu dibutuhkan pula peran dari tokoh masyarakat yang berpengaruh sebagai
mediasi dalam pelembagaan masyarakat untuk menciptakan modal sosial
sehingga meningkatkan efisiensi pelaksanaan program yang terkoordinasi
secara teratur.
4.2.3 Target of Change
Target dari rekayasa sosial adalah konsumen dan stakeholder pasar
tradisional. Melalui rekayasa sosial, konsumen diharapkan dapat memiliki brand
loyality yang dapat memberikan dampak positif terhadap brand engagement pasar
tradisional. Sementara itu, bagi stakeholder pasar tradisional yaitu dapat

13

memberikan pelayanan yang berkualitas sehingga dapat menjaga eksistensinya
yang berkelanjutan.
4. 3

Rekonstruksi Strategi Pemasaran dan Konsep Revitalisasi Pasar

Tradisional
Setelah tujuan yang ingin dicapai berhasil dirumuskan pada tahap
sebelumnya, maka penyusunan strategi yang tepat sasaran dapat dilakukan. Cara
yang dapat digunakan untuk mengingat elemen kunci yang harus ada dalam
strategi-khususnya dalam pembentukan strategi efektif dan efisien adalah dengan
menggabungkan media informasi online dan media offline (tingkah laku, aksi, dan
media cetak) agar dapat bergerak beriringa. Hal tersebut demikian, media online
dapat digunakan secara bebas dan gratis yang tujuan utamanya adalah
menyebarluasakan informasi dan perkembangan pasar tradisional kepada
masyarakat luas. Sementara itu, media offline digunakan untuk menunjukkan
secara langsung bahwasanya apa yang ditawarkan benar-benar nyata.
Pertama, strategi yang dibuat harus difokuskan untuk mencapai Objectives
(O) yang telah ditentukan sebelumnya. Identifikasi semua Segments (S) yang
mungkin dapat dimiliki oleh pasar tradisional. Segmentation merupakan
pengklasifikasian customer ke dalam beberapa kelompok berbeda untuk dapat
mengetahui kebutuhan produk atau jasa spesifik dari masing-masing kelompok.
Berhubung kebutuhan segment customer yang ditargetkan secara online mungkin
akan berbeda dengan segment customer yang telah ada pada jalur offline, mungkin
akan diperlukan adanya pemilihan ulang mengenai Target Market (T) atau
segment yang ingin dikuasai melalui marketing secara online. Positioning (P) juga
merupakan salah satu bagian paling mendasar yang harus diperhatikan dalam
pembentukan strategi emarketing, karena pemilihan produk yang ingin dijual
melalui jalur online, penentuan harga yang tepat dan penawaran value seperti apa
yang dijanjikan kepada calon customer dengan adanya e-marketing, akan
menentukan posisi pasar tradisional di dalam marketplace dibandingkan dengan
para competitor yang ikut bersaing di dalamnya. Yang ditekankan dalam hal ini,
pengertian proposition yang dimaksud diatas adalah Customer Value Proposition
(yang dalam konteks pembuatan strategi e-marketing disebut sebagai Online
Value Proposition) (Cheffey, 2008) yang juga diartikan sebagai:

14

a. All benefit to your customers dimana Customer Value Proposition diartikan
sebagai daftar dari seluruh keuntungan yang akan diperoleh customer jika
membeli produk atau jasa pasar tradisional.
b. Favorable points of difference between your product with your competitors
dimana Customer Value Proposition diartikan sebagai daftar keuntungan
lebih yang akan diperoleh customer bila membeli produk atau jasa pasar
tradisional bila dibandingkan dengan membeli pada kompetitor.
c. Resonating focus dimana Customer Value Proposition diartikan sebagai
keuntungan paling besar yang ditawarkan oleh pasar tradisional untuk
menjaga customer agar mau membeli produk atau jasa pasar tradisional baik
di masa sekarang maupun di masa depan. Strong value proposition atau value
proposition yang efektif harus mampu menarik minat target customer untuk
membeli suatu produk atau jasa yang ditawarkan pasar tradisional, bahkan
harus mampu mempengaruhi pelanggan agar bersedia untuk loyal
menggunakan produk atau jasa yang dijual pasar tradisional. Online value
proposition itu sendiri bisa diartikan sebagai Customer Value Proposition
yang ditawarkan oleh pasar tradisional kepada customer melalui channel
online.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk membangun Online Value Proposition
(Cheffey, 2008) yang efektif, diantaranya adalah menggunakan pendekatan 7P
seperti berikut:
a. Product (Content, Customisation, Community) – sediakan pelayanan baru
melalui media e-marketing yang telah dibangun sehingga dapat memberikan
experience yang positif bagi customer mengenai brand yang dijual pasar
tradisional, seperti penyediaan online customer service, penyediaan informasi
lengkap mengenai produk(termasuk isi testimoni atau review terhadap produk
yang diberikan oleh pelanggan lain) dan pembentukan komunitas lewat jalur
online, untuk menambah value pada produk atau jasa yang ditawarkan.
b. Price (Cost reduction) – berikan penawaran harga spesial atau lebih murah
melalui channel online, contoh: pemberian diskon pada barang tertentu yang
dibeli secara online atau penyediaan extra products atau service jika membeli
dalam jumlah tertentu.

15

c. Place –Jalur online dapat menyediakan channel baru yang relatif lebih praktis
digunakan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan pasar tradisional,
contohnya, customer dapat melakukan order kapan saja dengan mudah
melalui jalur online tanpa harus datang ke toko offline nya.
d. Promotion – Jalur online menyediakan banyak kesempatan dan kemudahan
bagi pasar tradisional dalam melakukan promosi secara cepat, murah dan
mampu menjangkau masyarakat luas secara efektif. Yang terpenting dalam
hal promosi adalah kreatif dalam mengkombinasikan e-tools yang sudah
banyak tersedia untuk membantu keberhasilan website e-marketing yang telah
diluncurkan, seperti penggunaan Search Engine Optimization, Display Ads,
Social Networks, dan lain sebagainya sebagai sarana atau alat untuk
mempermudah customer acquisition.
e. Physical evidence, People, Process- element marketing mix berikut ini sangat
penting perannya dalam membentuk experience bagi customer. People
berperan penting dalam mensukseskan customer service, kualitas Process
(kualitas performa dan kemudahan akses dari website pasar tradisional,
kemudahan prosedur order melalui jalur online, dll.) dan Physical Evidence
(seperti independent review mengenai kualitas produk yang ditulis oleh
seseorang di luar pasar tradisional secara sukarela, news clippings yang ditulis
media massa mengenai pasar tradisional, bentuk packaging dari produk,
penampakan brand atau logo, dll.) berperan penting dalam menciptakan
persepsi customer terhadap brand yang dijual pasar tradisional. Sehingga
untuk dapat menciptakan Online Proposition Value yang efektif, pelaksanaan
strategi untuk meningkatkan kualitas dari ketiga elements ini juga harus
direncanakan dengan baik.
Untuk melengkapi kebutuhan customer ,7P harus dilengkapi dengan 4C yang
terdiri dari:
1. Customer need analysis: Pasar tradisional harus dapat membuat produk
sesuai dengan kebutuhan customer.
2. Cost: strategi penetapan harga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan minat
dari target customer.

16

3. Convenience:

Seperti

yang

telah

dijelaskan

sebelumnya,

dengan

menggunakan internet kenyamanan pelanggan dapat diwujudkan, karena
transaksi dengan
4. Communication: Promosi yang awalnya dilakukan melalui komunikasi satu
arah, dengan menggunakan internet dapat berkembang menjadi komunikasi
dua arah yang lebih interaktif dengan customer. Pasar tradisional juga dapat
berhubungan dengan masingmasing customer secara unik.
Selanjutnya, hal yang harus dilakukan adalah pembagian tugas yang jelas dari
aspek yang harus dilakukan dalam revitalisasi peran pasar tradisional. Dalam hal
ini, Fariz et al (2013) menjelaskan menjelaskannya dalam suatu skema yang
mencakup indikator serta output dari aspek revitalisasi.

17

Gambar 4. 3
Konse Penerapan Teknis Revitalisasi Pasar Tradisional
Konsep

18

Sumber:
mber: Fariz et al, 2013 (diolah penulis)

19

4. 4 Hasil yang Diharapkan dalam Revitalisasi Pasar Tradisional
Penerapan konsep social engineering dipastikan akan menghasilkan
peningkatan brand engagement pasar tradisional. Experiential marketing pada
hakikatnya bisa digunakan sebagai sarana untuk membangun brand equity.
Peningkatan brand engagement tersebut berupa perbaikan image pasar tradisional
yang tidak hanya mengalami perbaikan pada dimensi fisik pasar yang bagus dan
nyaman sesuai kebutuhan konsumen, melainkan juga peningkatan kualitas sosial
terutama pelayanan dan interaksi sosial pedagang-konsumen-institusi terkait.
Konsumen atau pelanggan akan diberikan kesan sehingga memudahkan
pemasaran ke depannya yang tentu saja menguntungkan pedagang dan konsumen.
Selain itu, konsep ini diharapkan membuka komunikasi efektif antar pelaku yang
berkepentingan di pasar tradisional agar tidak muncul benih-benih konflik. Hal ini
tentu saja menguntungkan semua pihak dalam mengembangkan program pasar
tradisional ke depan yang lebih efisien.
Penggunaan

konsep

social

engineering

yang

tersetruktur

akan

meningkatkan invetrisasi data dari program yang telah dilakukan sehingga dapat
dijadikan riset untuk mengatasi hambatan dalam peningkatan brand engagement
pasar tradisional ke depannya. Selain itu pendekatan yang mengedepankan
partisipasi aktif masyarakat ini akan melatih untuk meningkatkan kepekaan
pedagang tradisional untuk menganalisis permasalahannya dan merumuskan
solusinya. Akhirnya terbentuklah pasar tradisional yang mandiri dengan pedagang
atau pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mampu bersaing
dan menjaga eksistensinya yang berkelanjutan, tidak hanya berperilaku subsisten
tetapi berorientasi pada preferensi atau kepuasan pelanggan.

20

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penerapan social engineering dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap yang
dilalui adalah sebagai berikut: 1) Cause of change, menentukan penyebab
perubahan yang menjadi permasalahan. 2) Agent of Change, menentukan pihakpihak terkait yang akan menjadi pelaksana social engineering. 3) Target of
Change, menentukan individu, kelompok, atau organisasi yang menjadi rekayasa
social, dalam hal ini yang menjadi target of change adalah konsumen dan stake
holder pasar tradisional. 4) Strategy of change, strategi untuk melakukan
perubahan yang disusun berdasarkan ketiga tahap sebelumnya. Strategy of change
meliputi strategi pemasaran dan revitalisasi pasar tradisional. Setelah keempat
indikator terpenuhi maka terbentuklah pasar tradisional yang mandiri dengan
pedagang atau pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang mampu
bersaing dan menjaga eksistensinya yang berkelanjutan, tidak hanya berperilaku
subsisten tetapi berorientasi pada preferensi atau kepuasan pelanggan
5.2

Saran

Saran yang dapat diberikan pada penulisan ini adalah:
1. Pemerintah diharapkan lebih meningkatkan komitmen terhadap pembangunan
ekonomi terutama yang berkaitan dengan komitmen perwujudan ekonomi
kerakyatan yaitu menjadi fasilitator dana (permodalan), pelatihan dan
penyuluhan, serta kebutuhan infrastruktur pendukung aktivitas ekonomi
2. Akademisi diharapkan lebih dalam peningkatan riset guna perlindungan
pelaku ekonomi kerakyatan di tengah pembangunan ekonomi di era
globalisasi ini mengingat semakin terdesaknya keberadaan pasar tradisional
yang memiliki peran penting dalam perekonomian. Perlu adanya transfer
pengetahuan kepada pedagang pasar tradisional yang umumnya masih rendah
kualitasnya.
3. Tokoh masyarakat beserta masyarakat termasuk pedagang pasar tradisional
diharapkan mampu mendukung secara lebih terhadap pembangunan ekonomi
Indonesia berbasis kerakyatan melalui aspirasi dan partisipasi dalam terhadap

21

kebijakan pemerintah, salah satunya melalui konsep social engineering yang
diajukan penulis.
4. Semua stakeholders diharapkan memiliki komitmen dan integrasi kepada
program pembangunan ekonomi kerakyatan melalui pembenahan revitalisasi
pasar tradisional di Indonesia.

22

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Fasihul. 2012. Eksistensi Pasar Tradisional akbat munculnya pasar modern
(Studi kasus di Pasar dinoyo Malang). Tugas Akhir Gelar Sarjana Fakultas
Ekonomi UIN Maulana Malik Ibrahim
Anonimous. 2014. Penggusuran Pasar Tradisional Diceamskan.
http://regional.kompas.com/read/2010/11/25/10143146/Penggusuran.Dice
maskan. Diakses 09 Oktober 2014
Anonimous. 2014. Tolak Penggusuran Pasar
http://www.antarafoto.com/peristiwa/v1279787705/tolak-penggusuranpasar
Anonimous. 2016. Setahun Jokowi-JK, Pedagang Pasar Tradisional Masih
Menanti Keberpihakan Pemerintah
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/20/105852826/Setahun.J
okowi. Diakses 25 Januari 2016
Andreani, Francisca. 2007. ExperientialMarketing (Sebuah Pendekatan
Pemasaran). Jurnal Manajemen Pemasaran.
B, Simandjuntak. 1981. Sosiologi Pembangunan. Bandung: Tarsito
Buckingham, P. Ian. 2008. Brand Engagement How Employees Make or Break
Brands. New York: Palgrave Macmillan.
Faisal, Sanapiah. 1999. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raya
Grafindo Persada.
Fariz, Mohammad et al. 2013. Inisiasi Konsep PRA (Participatory Rural
Appraisal)

dalam

Revitalisasi

Brand

Pasar

Tradisional

Melalui

Pendekatan Managerial Porter’s Diamond-Experiential Marketing. Artikel
ilmiah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.
Malano, Herman.2011. Selamatkan Pasar Tradisional: Potret Ekonomi Rakyat
Kecil. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Nazir. 2003. Metodologi Penelitian, Cetakan Kelima. Jakarta: Ghalia Indonesia
Rakhmat, Jalaluddin. 2000. Rekayasa Sosial: Reformasi, Revolusi atau Manusia
Besar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Republik Indonesia, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun
2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

23

Perbelanjaan dan Toko Modern
Romadlan, Said. Tidak ada tahun. Rekayasa Sosial (Sosial Engineering) adopsi
teknologi komunikasi (internet) di kalangan Pondok Pesantren
Muhammadiyah. Jakarta: UHAMKA
Setiadi, N.J.2005. Perilaku Konsumen. Cetakan Kedua. Jakarta: Pernada Media
.

24

BIODATA PENULIS
Biodata Ketua
A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Dhimas Fuad Hassan

2

Jenis Kelamin

L

3

Program Studi

Akuntansi

4

NIM

135020301111096

5

Tempat dan Tanggal Lahir

Malang, 08 Juli 1995

6

Email

dhimasfuadhassan@gmail.com

7

Nomor Telepon/ HP

08990350587

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi

SDN

SMP

Sepanjang SMP Negeri 1 SMA Negeri 1

V
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SMA

Turen

Turen

-

-

IPS

2001-2007

2007-2010

2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No

Nama Pertemuan

Judul Artikel Ilmiah

Ilmiah

Waktu dan
Tempat

-

-

-

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

D. Penghargaan dalam 3 Tahun Terakhir
No

Jenis Penghargaan

1

Juara III setara
perunggu dalam
PIMNAS 28 2015
kategori Poster
PKM-M

Menristek Dikti

2015

25

Biodata Anggota 1
A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Endang Praptiningsih

2

Jenis Kelamin

P

3

Program Studi

Ilmu Ekonomi /Ekonomi Pembangunan

4

NIM

135020101111047

5

Tempat dan Tanggal Lahir

Blitar, 14 Desember 1994

6

Email

endang.p99@gmail.com

7

Nomor Telepon/ HP

081615813848

B. Riwayat Pendidikan
SD
Nama Institusi

SD

SMP

Negeri

Bendo
Jurusan
Tahun Masuk-Lulus

SMA

1 SMP Negeri 1 SMA Negeri 1
Srengat

Srengat

-

-

IPS

2001-2007

2007-2010

2010-2013

C. Pemakalah Seminar Ilmiah
No

Nama Pertemuan

Judul Artikel Ilmiah

Ilmiah

Waktu dan
Tempat

-

-

-

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

D. Penghargaan dalam 3 Tahun Terakhir
No

Jenis Penghargaan

1

Finalis LKTI 7th
ECCENTS FEB
UNAIR

Universitas Airlangga

2014

26

Biodata Anggota
A. Identitas Diri
1

Nama Lengkap

Fabiyanti Ratna Safitri

2

Jenis Kelamin

Perempuan

3

Program Studi

Ilmu Ekonomi

4

NIM

145020501111020

5

Tempat dan Tanggal Lahir

Nganjuk, 28 februari 1996

6

E-mail

fabisafitri@yahoo.com

7

Nomor Telepon/HP

082320668353

B. Riwayat Pendidikan

Nama Institusi

SD

SMP

SMA

SDN Sumengko 4

Smpn 3 nganjuk

SMAN 3 Nganjuk

Jurusan
Tahun

IPS
Masuk- 2002-2008

2008-2012

2012-2014

Lulus

C. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation)
No

Nama Pertemuan Ilmiah/

Judul Artikel

Waktu dan

Seminar

Ilmiah

Tempat

1

D. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No

1

Nama Pertemuan Ilmiah/

Judul Artikel

Waktu dan

Seminar

Ilmiah

Tempat

27

SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN NASKAH KARYA TULIS

Yang bertanda tangan dibawah ini;
Nama : 1. DHIMAS FUAD HASSAN
2. ENDANG PRAPTININGSIH
3. FABIYANTI RATNA SAFITRI

Alamat : Jalan Watugilang III, Kel. Ketawanggede, Kec. Lowokwaru, Kota

Malang

Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis dengan judul “Revitalisasi Brand

Engagement Pasar Tradisional melalui Penerapan Social Engineering sebagai
Upaya Menguatkan Eksistensi UMKM dalam Kancah ASEAN”.
Adalah benar-benar asli merupakan hasil karya tulis kami (bukan jiplakan) dan karya
tulis tersebut belum pernah dan tidak sedang diikutsertakan dalam lomba lain
dan/atau dipublikasikan, kecuali dalam kegiatan Andalas Acounting National Events
2016, Universitas Andalas (ACCOUNTS 2016 ANDALAS) yang diselenggarakan
oleh PKM Mini Hima Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas. Apabila di
kemudian hari terbukti sebaliknya, maka saya bersedia mendapat sanksi dan
didiskualifikasi dari kompetisi tersebut. Demikian pernyataan ini dibuat dalam
keadaan sadar dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.

Malang, 06 Februari 2016
Yang Membuat Pernyataan
Penulis

Dhimas Fuad Hassan