Landasan Idiil dan Konstitusional Luar N

INDONESIA DALAM PANGGUNG DUNIA

Sebuah negara tentunya memiliki hukum, asas, ideologi, dan landasan. Indonesia
sebagai negara yang merdeka juga mempunyai landasan – landasan yang dipegang teguh
sebagai panutan bangsa Indonesia. Landasan – landasan ini juga berfungsi sebagai pedoman
bangsa dalam berinteraksi dengan negara lain. Politik luar negeri tentunya juga memiliki
landasan yang kuat agar bisa tetap mempertahankan eksistensi negara yang bersangkutan.
Begitu pula dengan politik luar negeri Indonesia. Politik luar negeri Indonesia dirumuskan
pertama kali sejak Indonesia merdeka pada tahun 1945. Dalam perumusannya, politik luar
negeri Indonesia memiliki tiga landasan yang menjadi pilar utamanya berdiri, ketiga landasan
tersebut ialah landasan idiil, konstitusional, dan operasional.
Konsep Politik Bebas-Aktif yang dipilih oleh Indonesia mengalami proses yang
panjang dalam pelaksanaannya. Untuk mencapai tujuan dari Politik Bebas-Aktif tersebut,
Indonesia mengimplementasikan prinsip damai, saling menghargai antarbangsa dengan tidak
melakukan intervensi, memperkuat sendi-sendi hukum internasional dan organisasi
internasional demi menjamin perdamaian, mempermudah proses pertukaran dan perdagangan
internasional, membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional dengan berdasar pada
Piagam PBB, serta mempertahankan kemerdekaan untuk mencapai persaudaraan dan
perdamaian internasional (Hatta, 1953: 7-8). Di samping itu, untuk menjalankan politik luar
negeri yang bebas-aktif, Indonesia melihat pada dua aspek yakni ‘politik jangka pendek’ dan


‘politik jangka panjang’. Adapun yang dimaksud dengan ‘politik jangka pendek’ adalah
tujuan-tujuan politik yang harus tercapai dalam waktu dekat atau saat itu juga, baik mengenai
kepentingan nasional maupun kepentingan internasional. Sedangkan ‘politik jangka panjang’
adalah tujuan-tujuan politik yang baru bisa tercapai atau dilaksanakan di masa mendatang.
Selain itu Indonesia juga menjalankan politik luar negeri dengan bersikap sewajarnya dalam
hubungan antarnegara, yakni tetap pada prinsip untuk tidak berpihak kemanapun dalam suatu
pertentangan (independent policy) dan lebih fokus pada kepentingan rakyatnya (Hatta, 1953:
10-17).
Cara yang digunakan untuk menjalankan politik luar negeri selalu berbeda dari waktu
ke waktu. Ada saatnya untuk menjalankan politik isolasionalism, menjalankan kerjasama
antar negara sahabat, ada saatnya untuk menjaga balance of power, ataupun menempuh
imperialism untuk menjalankan politik luar negerinya. (Hatta, 1953 : 1). Sebagai bangsa yang
merdeka dari sebuah kolonialisme, Indonesia sadar akan hak-hak kemerdekaan segala bangsa
dan hak untuk bebas dari kolonialisme adalah suatu hal mutlak yang harus diwujudkan. Akan
tetapi, usaha-usaha itu tentu saja tidak akan berjalan mudah, karena pasti akan selalu ada
suatu pertentangan dari pihak-pihak yang tidak ingin terciptanya perdamaian abadi bagi
bangsa-bangsa di dunia. Kita sebagai bangsa, tentunya sadar bahwa terciptanya cita-cita itu
Republik Indonesia tentu saja perlu diadakan suatu kerjasama intensif dan mengadakan
hubungan baik dengan bangsa lain untuk memperkuat pertalian internasional dan
mengikrakan persaudaraan antara bangsa. (Hatta, 1953 : 3). Secara konseptual pelaksanaan

politik luar negeri Indonesia didasarkan pada prinsip-prinsip bebas aktif, namun
penerapannya disesuikan dengan kepentingan nasional atau kepentingan Indonesia dalam
kurun waktu tertentu.

LANDASAN IDEAL DAN KOSNTITUSIONAL LUAR NEGERI
Landasan idiil
Landasan idiil politik luar negeri Indonesia adalah Pancasila. Pancasila memuat lima sila,
yang didalamnya terkandung semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, semua
kebijakan yang diambil oleh pemerintah tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai dalam sila pancasila itu sendiri mencakup seluruh sendi kehidupan manusia.
Adanya pengakuan bangsa Indonesia bahwa semua manusia sebagai ciptaan Tuhan yang
mempunyai martabat yang sama, tanpa memandang asal usul keturunan, menolak penindasan
manusia atas manusia atau oleh bangsa lain, menempatkan persatuan dan kesatuan,
mempunyai sifat bermusyawarah untuk mencapai mufakat, dan menunjukkan pandangan
yang menginginkan terwujudnya keadilan sosial.

Landasan konstitusional

sebagai landasan konstitusional pelaksanaan politik luar negeri indonesia, terutama tertuang
dalam pembukaan UUD 1945. Seperti yang kita ketahui, tujuan pokok negara indonesia

yaitu:


Pembukaan UUD 1945 alinea pertama yang menyatakan ”Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai …”.



Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang menyatakan bahwa ”…
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan …”.



Pasal-Pasal UUD 1945

ikut

Disini sudah cukup jelas bahwa Indonesia sebagai negara yang merdeka turut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia di kancah internasional melalui politik luar negeri. Melalui

politik luar negeri Indonesia, yang diharapkan yaitu tercapainya kepentingan nasional
Indonesia.
Landasan operasional
Landasan operasional politik luar negeri Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 37 tahun
1999 tentang Hubungan Politik Luar Negeri Indonesia. Namun, pada periode pemerintahan
sebelumnya, terdapat beberapa perubahan landasan operasional yaitu:
Landasan operasional di masa Orde Lama yaitu dinyatakan melalui pidato-pidato presiden
Soekarno, misalnya maklumat politik pemerintah tanggal 1 November 1945 yang sebagian
besar berisi prinsip-prinsip kebijakan hidup bertetangga yang baik dengan negara-negara
tetangga di kancah internasional.
Landasan operasional politik bebas aktif pada tahun 1950-an dinyatakan
oleh Soekarno melalui pidatonya pada 17 Agustus 1960 berjudul “Jalannya revolusi Kita”
dimana politik bebas aktif harus diimplementasikan secara baik dalam hubungan ekonomi
dengan negara lain, bebas aktif harus diartikan tidak berat sebelat. Tidak lebih condong ke
Blok Barat ( Amerika) atau Blok Timur ( Uni Soviet).

Pada masa Orde baru, terdapat peraturan-peraturan formal untuk mempertegas politik luar
negeri Indonesia, peraturan formal tersebut antara lain:



Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/ 1966 tanggal 5 juli 1966 yang berisi tentang
penegasan landasan kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia.



Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973 yang berisi tentang pemantapan stabilitas
wilayah Asia Tenggara dan Pasifik barat Daya serta pengembangan kerjasama dengan
semua negara dan badan-badan internasional serta membantu memperjuangkan
kemerdekaan negara yang belum merdeka.



Petunjuk presiden 11 April 1973 yang berisi penjabaran Ketetapan MPR tanggal 22
maret 1973 tersebut diatas. Isinya secara garis besar yaitu upaya- upaya yang perlu
dilakukan untuk menjalankan prinsip politik luar negeri Bebas Aktif.
Sejak awal kemerdekaan hingga masa Orde Lama, landasan operasional dari politik
luar negeri Indonesia yang bebas aktif sebagian besar dinyatakan melalui maklumat
dan pidato-pidato Presiden Soekarno. Beberapa saat setelah kemerdekaan,
dikeluarkanlah Maklumat Politik Pemerintah tanggal 1 November 1945 yang isinya
adalah; politik damai dan hidup berdampingan secara damai; tidak campur tangan

dalam urusan dalam negeri negara lain; politik bertetangga baik dan kerjasama
dengan semua negara di bidang ekonomi, politik dan lain-lain; serta selalu mengacu
pada piagam PBB dalam melakukan hubungan dengan negara lain. Selanjutnya pada
masa Demokrasi Terpimpin 1959-1965 landasan operasional politik luar negeri
Indonesia adalah berdasarkan UUD 1945 yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
alinea pertama, pasal 11 dan pasal 13 ayat 1 dan 2 UUD 1945, Amanat Presiden yang
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” pada 17 Agustus 1959 atau dikenal
sebagai “Manifesto Politik Republik Indonesia”. Amanat Presiden itu sendiri
kemudian dijadikan sebagai Garis Besar Haluan Negara. Berkaitan dengan kebijakan
politik luar negeri, Manifesto tersebut memuat tujuan jangka panjang dan tujuan
jangka pendek, yaitu :
Tudjuan djangka pendek jaitu melandjutkan perdjuangan anti imperialisme
ditambah dengan mempertahankan kepribadian Indonesia di tengahtengah
tarikan-tarikan ke kanan dan ke kiri jang sekarang sedang berlaku kepada
negara kita dalam pergolakan dunia menudju kepada suatu imbangan baru.
Sementara dalam djangka pandjang di bidang luar negeri, Revolusi Indonesia
bertudjuan melenjapkan imperialisme di mana-mana, dan mentjapai dasardasar bagi perdamaian dunia jang kekal dan abadi. Menurut Manipol,
diplomasi jang sesuai dengan fungsinja sebagai art jang berhubungan dengan
tjara melaksanakannja harus tidak mengenal kompromi, harus radikal dan
revolusioner.


Pada masa Orde Baru, landasan operasional politik luar negeri Indonesia kemudian
semakin dipertegas dengan beberapa peraturan formal, diantaranya adalah Ketetapan
MPRS no. XII/ MPRS/1966 tanggal 5 Juli 1966 tentang penegasan kembali landasan
kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia. TAP MPRS ini menyatakan bahwa sifat
politik luar negeri Indonesia adalah:
1. Bebas aktif, anti-imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk manifestasinya
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
2. Mengabdi kepada kepentingan nasional dan amanat penderitaan rakyat.
Selanjutnya landasan operasional kebijakan politik luar negeri RI dipertegas lagi dalam
Ketetapan MPR tanggal 22 Maret 1973, yang berisi:
1. Terus melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif dengan mengabdikannya
kepada kepentingan nasional, khususnya pembangunan ekonomi;
2. Mengambil langkah-langkah untuk memantapkan stabilitas wilayah Asia
Tenggara
dan Pasifik Barat Daya, sehingga
memungkinkan
negara negara di wilayah
ini mampu mengurus masa depannya sendiri melalui pembangunan ketahanan nasional

masing-masing, serta memperkuat wadah dan kerjasama antara negara anggota
perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara;
3. Mengembangkan kerjasama untuk maksud-maksud damai dengan semua negara dan
badan-badan internasional dan lebih meningkatkan peranannya dalam membantu bangsabangsa yang sedang memperjuangkan kemerdekaannya tanpa mengorbankan kepentingan
dan kedaulatan nasional.
Ketetapan-ketetapan MPR era Orde Baru dijabarkan dalam pola umum pembangunan
jangka panjang dan pola umum pelita dua hingga enam, pada intinya menyebutkan bahwa
dalam bidang politik luar negeri yang bebas dan aktif diusahakan agar Indonesia dapat
terus meningkatkan peranannya dalam memberikan sumbangannya untuk turut serta
menciptakan perdamaian dunia yang abadi, adil dan sejahtera. Namun demikan, menarik
untuk dicatat bahwa TAP MPR RI No. IV/MPR/1973 berbeda dengan TAP MPRS tahun
1966. Perbedaan ini seiring dengan pergantian pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto,
sehingga konsep perjuangan Indonesia yang selalu didengungdengungkan oleh Soekarno
sebagai anti-kolonialisme dan anti-imperialisme tidak lagi memunculkan dalam TAP MPR
tahun 1973 di atas. selain itu, sosok politik luar negeri Indonesia juga lebih difokuskan
pada upaya pembangunan bidang ekonomi dan peningkatan kerjasama dengan dunia
internasional. Selanjutnya TAP MPR RI No. IV/MPR/1978, pelaksanaan politik luar
negeri Indonesia juga telah diperluas, yaitu ditujukan untuk kepentingan pembangunan di
segala bidang. Realitas ini berbeda dengan TAP-TAP MPR sebelumnya, yang pada
umumnya hanya mencakup satu aspek pembangunan saja, yaitu bidang ekonomi. Pada

TAP MPR RI No. II/MPR/1983, sasaran politik luar negeri Indonesia
dijelaskan
secara lebih spesifik dan rinci. Perubahan ini menandakan bahwa Indonesia
sudah mulai mengikuti dinamika politik internasional yang berkembang saat itu. Pasca-

Orde Baru atau dikenal dengan periode Reformasi yang dimulai dari masa pemerintahan
B.J. Habibie sampai pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono secara substansif landasan
operasional politik luar negeri Indonesia dapat dilihat melalui: ketetapan MPR No.
IV/MPR/1999 tanggal 19 Oktober 1999 tentang garis-garis besar haluan negara dalam
rangka mewujudkan tujuan nasional periode 1999-2004. GBHN ini menekankan pada
faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya krisis ekonomi dan krisis nasional pada
1997, yang kemudian dapat mengancam integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Diantaranya adanya ketidakseimbangan dalam kehidupan sosial, politik, dan
ekonomi yang demokratis dan berkeadilan. Oleh karena itu, GBHN juga menekankan
perlunya upaya reformasi di berbagai bidang, khususnya memberantas segala bentuk
penyelewengan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme serta kejahatan ekonomi dan
penyalahgunaan kekuasaan.
Selanjutnya ketetapan ini juga menetapkan sasaran-sasaran yang harus dicapai dalam
pelaksanaan politik dan hubungan luar negeri, yaitu:
1. menegaskan kembali pelaksanaan politik bebas dan aktif menuju

nasional;

pencapaian tujuan

2. ikut serta di dalam perjanjian internasional dan peningkatan kerja
kepentingan rakyat Indonesia;
3. memperbaiki performa, penampilan diplomat Indonesia dalam
pelaksanaan diplomasi pro-aktif di semua bidang;

sama untuk

rangka suksesnya

4. meningkatkan kualitas diplomasi dalam rangka mencapai pemulihan ekonomi yang
cepat melalui
intensifikasi kerja sama regional dan internasional;
5. mengintensifkan kesiapan Indonesia memasuki era perdagangan

bebas;


6. memperluas perjanjian ekstradisi dengan negara-negara tetangga;
7. mengintensifkan kerja sama dengan negara-negara tetangga dalam
kerangka ASEAN
dengan tujuan memelihara stabilitas dan
kemakmuran di wilayah Asia Tenggara.
Ketetapan MPR diatas, secara jelas menegaskan arah politik luar negeri Indonesia yang
bebas dan aktif, berorientasi untuk kepentingan nasional, menitikberatkan pada solidaritas
antarnegara berkembang, mendukung perjuangan kemerdekaan bangsa, menolak segala
bentuk penjajahan serta meningkatkan kemandirian bengsa dan kerjasama internasional
bagi kesejahteraan rakyat.

PELAKSANAAN POLITIK LUAR BEBAS DAN AKTIF
SEJARAH KELAHIRAN POLITIK LUAR NEGRI REPUBLIK
INDONESIA BEBAS AKTIF
Peristiwa Internasional yang terjadi meletusnya perang dunia ke 2 pada tahun 1939 antara 2
blok kekuatan, yaitu Negara-negara poros dengan Negara-negara sekutu. Bagian dari pernag
dunia ke 2 yang terjadi di ASIA dikenal sebagai/ dengan sebutan PerANG ASIA TIMUR
RAYA, yang berada di pihak JEPANG sehingga Jepang tidak membutuhkan waktu yang
cukup banyak untuk menguasai hamper seluruh wilayah ASIA tenggara.
Kemudian Angkatan Perang Amerika mulai menyerang secara besar”-an kearah Jepang. Pada
tanggal 6 Agustus 1945, America menyerang(membom) kota Hiroshima dan kemudian
kembali membom di Nagasaki pada 3 hari setelah Hiroshima. Diantara kedua peristiwa tsb,
Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang pada tanggal 8Agustus 1945. Dan akhirnya
Jepang meyerah tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945. Dg menyerahnya Jepang, maka
di Indonesia terjadi kekosongan kekuasaan dan kesempatan ini digunakan untuk

mempersiapkan. Dan pada tanggal 17 Bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai Negara
yang merdeka.
Sejak saat itu muncul 2 kekuatan raksasa dunia yaitu, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Sering
terjadi salah pendapat di antara kedua raksasa tsb yang mengakibatkan terjadinya perang
dingin. Pembagian dunia seolah-olah hanya terdiri dari 2 blok saja, menuntut seluruh Negara
untuk memilih salah 1 dari blok tsb.
Perkembangan selanjutnya, Pemerintah RI mengalami berbagai kesulitan. Oposisi dari FDRPKi mengusulkan agar menyikapi pertentangan AS dengan Uni Soviet tsb RI memihak kpd
Uni Soviet. Untuk meyikapi usulan FDR-PKI maka MOH HATTA memberikan ketrangannya
di depan BP-KNIP tanggal 2 September 1948 mengemukakan pernyataan yang merupakan
penjelasan tentang “Politik Bebas Aktif”. Makna bebas aktif dapat disimak dari judul
keterangannya “Mendayung diantara 2 karang yang artinya politik bebas aktif,
Mendayung=upaya(aktif), Diantara 2 karang= tidak terikat oleh 2 kekuatan Adikuasa yang
ada (bebas)”.

PERIODISASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DARI MASA
ORDE LAMA HINGGA MASA REFORMASI
1.Politik Luar Negeri Indonesia Masa Orde Lama
Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno ini Indonesia terkenal mendapat sorotan tajam
oleh dunia internasional. Bukan hanya keaktifannya dan juga
peranannya di kancah internasional tetapi ide-ide serta kebijakan
luar negerinya yang menjadi panutan beberapa negara pada saat
itu. Masa orde lama merupakan titik awal bagi Indonesia dalam
menyusun strategi dan kebijakan luar negerinya. Dasar politik luar
negeri Indonesia digagas oleh Hatta dan beliau juga yang
mengemukakan tentang gagasan pokok non-Blok. Gerakan non-Blok merupakan ide untuk
tidak memihak antara blok Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang
diwakili oleh USSR. Perang ideologi anatara kedua negara tersebut merebah ke negaranegara lain termasuk ke negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara
pencetus non-Blok dan menjadi negara yang paling aktif dalam menyuarakan anti memihak
antara kedua blok tersebut. Indonesia juga menegaskan bahwa politik luar negerinya
independen (bebas) dan aktif yang hingga kini kita kenal dengan politik luar negeri bebas
aktif. Indonesia merupakan salah satu negara yang berani keluar dari PBB dalam menyatakan
keseriusan sikapnya. Namun nyatanya pada masa orde lama Indonesia tidak menerapkan
sepenuhnya politik bebas aktif yang dicetuskannya. Secara jelas terlihat Indonesia pada saat

itu cenderung berporos ke Timur dan dekat dengan negara-negara komunis seperti Cina dan
USSR dibandingkan dengan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat. Presiden Soekarno
juga menetapkan politik luar marcusuar dimaana dibuat poros Jakarta-Peking-Phyongyang.
Hal ini menyulut kontrofersi dimata dunia internasional, karena Indonesia yang awalnya
menyatakan sikap sebagai negara non-Blok menjadi berpindah haluan. Hal ini membuat tidak
berjalan dengan efektifnya politik luar negeri bebas aktif saat itu.
2.Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru merupakan masa dimana Indonesia memasuki masa demokrasi
Pancasila. Segala kebijakan harus berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sehingga tidak
terjadinya penyimpangan yang terjadi dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan,
termasuk kebijakan luar negeri Indonesia. Pada masa Orde Baru dimana masa kepemimpinan
presiden Soeharto Indonesia mengalami kemajuan dalam sektor pembangunan dalam negeri,
penguatan pertanian dan menjadi negara swasembada pangan. Dalam pengambilan keputusan
luar negeri presiden Soeharto tetap menerapkan perinsip politik luar negeri bebas aktif
dimana peran Indonesia dalam dunia Internasional terlihat dan juga Independen (bebas)
dalam menentukan sikap. Pada masa Orde Baru pemerintah Indonesia menerapkan politik
luar negeri bebas aktif secara efektif. Peranan Indonesia pada masa Orde Baru terlihat jelas
dengan peran aktif dalam acara-acara tingkat dunia. Kerjasama diperluas dalam berbagai
sektor terutama sektor perekonomian, Indonesia juga secara cepat memberikan tanggapan
akan isu-isu yang muncul dalam dunia internasional. Politik Luar negeri Indonesia yang
bebas aktif pada masa Orde Baru dapat membawa Indonesia baik di mata dunia. Namun
beberapa pihak menilai bahwa pada masa presiden Soeharto yang jelas anti komunisme
hubungan dengan negara-negara komunis tidak terlalu baik. Kecenderungan hubungan
Indonesia pada masa Orde Baru adalah mengarah kepada negara-negara Barat yang pada
masa presiden Soekarno terabaikan.
3.Masa Reformasi
Setelah runtuhnya rezim Soeharto yang memerintah selama 32 tahun di Indonesia dengan
berbagai kebijakan luar negeri yang dianggap baik dan menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila serta perinsip dasar politik luar negeri bebas aktif kini Indonesia memasuki babak
baru dalam sejarah. Rezim presiden Soeharto di paksa turun oleh mahasiswa dan kalangan
yang menginginkan perubahan bagi Indonesia. Citra baik politik luar negeri dimata dunia
tidak dibarengi oleh citra baik dalam politik dalam negeri. Banyaknya tindak korupsi, Kolusi
dan nepotisme di dalam negeri membuat Indonesia mengalami krisis sehingga terlilit hutang
luar negeri. Semasa reformasi pemerintah Indonesia dianggap tidak memiliki seperangkat
formula kebijakan luar negeri yang tepat dan tegas dalam menunjukan citra negara Indonesia.
Pemerintah semasa reformasi dari kepemimpinan Gus Dur, mMegawati hingga Susilo
Bambang Yudhoyono mengklaim bahwa pemerintahannya tetap menerapkan politik luar
negeri yang bebas dan aktif. Menelaah kembali semasa pemerintahan presiden Gus Dur,
dimana Indonesia baru memasuki tahapan baru dalam pemerintahannya. Setelah
menggulingkan rezim presiden Soeharto yang dianggap rezim yang diktator, Indonesia
memasuki tahapan dimana Demokrasi lebih ditegakkan. Pemerintahan Gus Dur dianggap
yang paling kontroversial, beliau ingin membuka hubungan diplomatik dengan Israel namun

menuai begitu banyak tentangan dari dalam negeri. Politik luar negeri yang dijalankannya
masih menggunakan formula lama yaitu politik luar negeri bebas aktif. Lalu beralih masa
presiden Megawati, Indonesia dilanda begitu banyak tindak terorisme di dalam negeri.
Sehingga fokus utama adalah memberantas tindak terorisme dalam negeri. Dalam politik luar
negerinya pun terfokus bagaimana meningkatkan keamanan nasional dan juga ikut berperan
aktif dalam memberantas tindak terorisme di dunia internasional. Indonesia bekerjasama
dengan negera-negara di dunia terutama negara Amerika Serikat dalam memerangi tindak
terorisme. Memasuki pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pemerintah
Indonesia tetap memfokuskan respon tentang tindak terorisme. Lalu bermunculan isu-isu lain
seperti isu lingkungan dan isu perekonomian. Dalam beberapa hal saat ini Indonesia dianggap
memiliki peranan yang besar di kancah internasional. Namun seakan-akan pemerintah
Indonesia saat ini tidak memiliki sikap yang jelas dan tegas dalam mengambil keputusan.
Presiden SBY mengatakan kebijakan politik luar negerinya masih tetap mengikuti prinsip
bebas aktif dan lebih kepada “Thousand friends, zero anemy”. Saat ini muncul pertanyaan,
apakah masih relevan politik luar negeri yang bebas akktif diterapkan dan digunakan oleh
pemerintah saat ini dengan situasi dan kondisi dunia yang jelas berbeda dengan kondisi
dimana politik luar negeri ini dicetuskan? Pada dasarnya politik luar negeri Indonesia yang
bebas aktif masih relevan dipergunakan namun seperangkat formula kebijakan yang
dikeluarkan harus tegas menunjukan sikap Indonesia bukan sebagai “Yes Man”. Politik luar
negeri saat ini tidak jelas menggunakan

Peranan indonesia dalam rangka
mewujudkan perdamaian dunia
1.

Peranan indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia

PBB merupakan salah satu organisasi internasional yang anggotanya
hampir seluruh Negara di dunia. Tujuannya untuk memfasilitasi hukum
internasional, pengamanan internasional lembaga ekonomi dan
perlindungan sosial. Pembentukan PBB diawali dengan pembentukan Liga
Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Januari 1920 tokohnya adalah presiden
Amerika Serikat Wodrow Wilson dengan tujuan untuk mempertahankan
perdamaian internasional serta meningkatkan kerjasama internasional.
Kehadiran Indonesia dalam lingkup organisasi besar seperti PBB ini juga
berperan aktif baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap
keberlangungan PBB, funsi dan peranan Indonesia tersebut diantaranaya
sebagai berikut;
(a) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia
melalui kerja sama dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan
Non Blok.

(b) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan
pangan ke Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan
tersebut disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun FAO ke-40.
(c) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan
PBB pada tahun 1973-1974.
(d) Berdasarkan Frago (Fragmentery Order) Nomor 10/10/08 tanggal 30
Oktober 2008, penambahan Kontingen Indonesia dalam rangka misi
perdamaian dunia di Lebanon Selatan.
(e) Peran serta Indonesia dalam rangka mewujudkan perdamaian dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social.
(f) Penyumbang pasukan / Polisi / Troops / Police (Contributing Country)
dengan jumlah personil sebanyak 1.618. Saat ini Indonesia terlibat aktif 6
UNPKO yang tersebar di 5 Negara.
(g) Pengiriman PKD dibawah bendera PBB menunjukkan komitmen kuat
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang cinta damai.
(h) Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus
1945. Mesir segera mengadakan sidang menteri luar negeri negaranegara Liga Ararb pada 18 Nove,ber 1946. mereka menetapkan tentang
pengakuan kemerdekaan TI sebagai negara merdeka dan berdaulat
penuh. Pengakuan tersebut adalah pengakuan De Jure menurut hukum
internasional.
(i) Awal pekan ini Indonesia berhasil terpilih sebagai anggota tidak tetap
Dewan Keamanan PBB pada pemilihan yang dilakukan Majelis Hukum PBB
melalui pemungutan suara dengan perolehan 158 suara dukungan dari
keseluruhan 192 negara anggota yang memiliki hak pilih.
Selain peran penting yang diberikan Indonesia pada PBB, peran penting
Indonesia juga diberikan pada keberlangsungan organisasi se-asia
ternggara yakni ASEAN. Peranan Indonesia dalam ASEAN yang sangat
besar tersebut diantaranya sebagai berikut :
(a) Indonesia merupakan salah satu negara pemrakarsa berdirinya ASEAN
pada tanggal 8 Agustus 1967.
(b) Indonesia berusaha membantu pihak-pihak yang bersengketa untuk
mencari penyelesaian dalam masalah Indocina. Indonesia berpendapat
bahwa penyelesaian Indocina secara keseluruhan dan Vietnam khususnya
sangat penting dalam menciptakan stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Pada tanggal 15-17 Mei 1970 di Jakarta diselenggarakan konferensi untuk

membahas penyelesaian pertikaian Kamboja. Dengan demikian Indonesia
telah berusaha menyumbangkan jasa-jasa baiknya untuk mengurangi
ketegangan-ketegangan dan konflik-konflik bersenjata di Asia Tenggara.
(c) Indonesia sebagai penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Pertama ASEAN yang berlangsung di Denpasar, Bali pada tanggal 23-24
Februari 1976.
(d) Pada tanggal 7 Juni 1976 Indonesia ditunjuk sebagai tempat
kedudukan Sekretariat Tetap ASEAN dan sekaligus ditunjuk sebagai
Sekretaris Jendral Pertama adalah Letjen. H.R. Dharsono yang kemudia
digantikan oleh Umarjadi Njotowijono.
(e) Indonesia menjadi tempat pembuatan pupuk se-ASEAN, tepatnya di
Aceh yang nantinya akan digunakan negara-negara ASEAN, otomatis
Indonesia mendapatkan keuntungan dan juga bisa mengurangi
pengangguran di Indonesia.
(f) Mengikuti kerja sama regional seperti ini maka akan lebih dihormati
negara lain, seperti hanya kerja sama regional yang di Eropa ataupun
Timur Tengah, lebih-lebih kalau ASEAN kuar dimata Internasional
(sayangnya di Internasional ASEAN kurang dipandang)
(g) AL-TNI sering melakukan latihan bersama dengan Singapura sehingga
akan membuktikan pada dunia bahwa militer Indonesia masih kuat, dan
Indonesia pun melakukan perjanjian Ekstradisi disemua negara ASEAN,
walaupun agak lama untuk mendekati Singapura.
(h) Pada KTT ASEAN ke-9 tanggal 7-8 Oktober 2003 di Bali, Indonesia
mengusulkan pembentukan komunitas ASEAN (Asean Community).
Komunitas ini mencakup bidang keamanan, sosial – kebudayaan, dan
ekonomi.
(i) Pada tahun 2004 Indonesia menjadi negara yang memimpin ASEAN.
Selama memimpin, Indonesia menyelenggarakan serangkaian pertemuan.
Diantara pertemuan itu adalah pertemuan Tingkat Menteri ASEAN (Asean
Ministerial Meeting), Forum Kawasan ASEAN (Asean Regional Forum),
Pertemuan Kementrian Kawasan mengenai penanggulangan terorisme,
dan beberapa pertemuan lainnya.
(j) Menjadi tuan rumah pertemuan khusus pasca gempa bumi dan tsunami
pada Januari 2005. pertemuan ini bertujuan untuk membicarakan
tindakan-tindakan mengatasi bencana tsunami pada 26 Desember 2004.
(k) Pada bulan Agustus 2007 diresmikan Asean Forum 2007 di Jakarta.
Forum ini diselenggarakan untuk mendukung terwujudnya Komunitas
Asean 2015 diselenggarakan dalam rangka memperingati hari jadi ASEAN
ke-40

Peran serta indonesia dalam operasi pemeliharaan perdamaian
merupakan amanat pembukaan UUD 1945, yaitu dalam rangka
mewujudkan perdamaian dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilaan social. Harapan untuk hidup damai
tampaknya masih menjadi impian yang sulit bagi sebagian bangsa
disebagian kawasan. Berakhirnya perang dunia II dan perang dingin yang
di tandai dengan pembubaran uni Sovyet tahun 1991, ternyata tidak
membuat dunia bebas dari konflik bersenjata. Perang besar antara kedua
negara raksasa – AS dan – US memang tidak terjadi, namun perang kecil
dan konflik justru berkecamuk dimana-mana. Di wilayah Balkan, balkin
dan bekas Unu Sovyet, afrika, timu tengah, perang dan berbagai jenis
konflik lain terus berkecamuk.
Untuk menjaga perdamaian kawasan konflik PBB membentuk pasukan
perdamaian dalam rangka operasi pemeliharaan perdamaian (OPP).
Beberapa conto pasukan perdamaian tersebut. Keikutsertanan Indonesia
dalam upaya perdamaian dunia adalah dengan menjadi anggota pasukan
perdamaian pada tahun 1957. pesukan perdamaian Indonesia dinamakan
kontingen Garuda. Selain keikutsertaan melalui kontingen Garuda dalam
upaya pemeliharaan perdamaian PBB, Indonesia tercatat sebagai anggota
tidak tetap Dewan Keamanan PBB sebanyak tiga kali.yaitu:
Periode 1973 – 1974periode 1995 – 1996periode 2007 – 2008
Dukungan yang luas terhadap ke anggotaan Indonesia di Dewan
Keamanan ini merupakan cerminan pengakuan masyarakat internasional
terhadap peran dan sumbangan selama ini dalam upaya dalam
menciptakan keamanan dan perdamaian baik pada tingkat kawasan
maipun global. Peran dan kontribusi Indonesia tersebut mencangkup
antara lain keterlibatan pasukan Indonesia di berbagai misi penjagaan
perdamaian PBB sejak tahun 1957. upaya perdamaian seperti kamboja
dan Filipina selatan dalam konteks ASEAN ikut serta menciptakan tatanan
kawasan di bidang perdamaian dan keamanan. Serta peran aktif di
berbagai forum pembahasan isu pelucutan dan non-proliferasi nuklir.
Dengan tepilh menjadi anggota, berati indonesia akan mengemban
kepercayaan masyarat internasional untuk berpartisipasi menjadi Dewan
Keamanan, sebagai badan yang efektif untuk menghadapi tantangantantangan global. Di bidang keamanan dan perdamaian dunia.
Keanggotaan Indonesia di Dewan keamanan merupakan wujut dari upaya
di bidang diplomasi untuk melaksanakan amanat pembukaan UUD 1945
alinea IV, yang memandatkan indonesia untuk turut seta aktif dalam
upaya menciptakan ketertiban dunia yang berdasarkan kebebasan,
perdamaian abadi, dan keadialan sosial