Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional

Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional

Ardiansyah (1511000050)
Khotibul Umam (1511000036)
Muhammad Hisyam (1511000064)

S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Perbanas Istitute
2015/2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”Sistem Ekonomi Islam dan
Konvensional “. Dan dengan perkenaan dari-Nya lah kami sanggup menyelesaikan makalah ini
untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam. Penulis juga berterima kasih kepada dosen
Bapak Dr. H. Soetrisno Hadi SH, MM, M.Si yang telah membantu dan membimbing serta
memberi arahan kepada penulis.
Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukur selain Puja dan
Puji bagi Allah S.W.T Sang Peguasa Hati dan kehidupan hamba-hambaNya . Dengan perkenaan
dari-Nyalah kami sanggup menyelesaikan makalah yang masih banyak mengalami kekurangan

ini. Penulis sangat menyadari keterbatasan sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada
hasil karya ini. Dengan kesadaran itulah penulis mengajak semua pihak untuk dengan
memberikan kontribusi baik berupa saran, kritik maupun masukan demi penyempurnaan
makalah ini agar bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
Batasan Masalah
C.
Tujuan Penulisan
D. Metode Pengumpulan Data
BAB II. SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Ekonomi Islam
B. Sejarah Ekonomi Islam
C. Tujuan Ekonomi Islam

BAB III. SISTEM EKONOMI KONVENSIONAL
A. Pengertian Sistem Ekonomi Konvensional
B. Macam-Macam Sistem Ekonomi Konvensional
BAB IV. EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI KONVENSIONAL
A. Pengertian

B. Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional
C. Ciri Khas
D. Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam
E. Pengertian Hukum Permintaan Dan Penawaran Dalam Ekonomi Islam
BAB V. PENUTUP
1. Simpulan
2. Saran
BAB VI. DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak zaman Nabi Muhammad, ekonomi Islam telah berjalan hampir diseluruh jazirah
Arab bahkan sampai ke Afrika ini ditandai dengan adanya kelompok-kelompok atau suku-suku

di Arab waktu itu melakukan transaksi atau berdagang hingga berbulan-bulan, karena dalam
Islam tidak ada larangan bagi seorang Islam berhubungan transaksi dan dagang dengan non
Islam. Namun Islam juga memiliki prinsip-prinsip etika dalam melakukan Ekonomi Islam yang
salah satunya adalah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba (bunga) yang terdapat
dalam kitab suci Al-Qur’an.

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba),
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Al-Baqarah: 275)
Sistem ekonomi Islam sangat jauh berbeda dengan sistem kapitalis yang banyak
diterapkan oleh negara-negara barat termasuk negara-negara Islam. Namun akhir-akhir ini
ekonomi Islam yang diterapakn secara syariah mulai diperhitungkan oleh ekonomi Global,
terbukti pada saat menjadi solusi untuk menyelamatkan dari krisis ekonomi di tahun 1998. Hal
ini dibuktikan di tengah krisis ekonomi tahun 1998, ketika perbankan konvensional berguguran
(likuidasi)[1] oleh Pemerintah, ekonomi syariah mampu bertahan. Sistem Ekoomi Syariah

memliki prospek yang sangat baik untuk berkembang di negara-negara Islam khususnya di
Indonesia. Tidak hanya itu saja saat ini pun sudah banyak lembaga keuangan dengan prinsip

syariah

seperti,

asuransi,

pegadaian,

pasar

modal,

dan

komoditas

syariah.


Pada prinsipnya sistem ekonomi syariah Islam bukan hanya untuk mementingkan suatu golongan
tertentu atau setidaknya kepentingan sendiri untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya
tanpa

mempertimbangkan

bagaiman

kondisi

nasabahnya.

Perekonomian

Islam

tidak

menggunakan sistem riba melainkan dengan sistem bagi hasil yang transparan, jujur dan akad

(perjanjian) yang baik.
Kemunduran ekonomi kapitalis yang menerapkan asas pasar bebas dan ekonomi sosialis
dengan kontrol negara dalam perekonomian secara terpusat, merupakan titik pijak bagi
perkembangan ekonomi syariah. Asas yang didepankan dalam ekonomi syariah adalah keadilan
atau kesetaraan hak dan kewajiban, peniadaan segala bentuk penindasan atau penggerogotan
terhadap pihak lain, serta memiliki dimensi sosiologis. Pilar utama perekonomian syariah adalah
perbankan syariah.
Dunia telah mengalami polarisasi dari dua kekuatan sistem ekonomi, ditandai dengan
adanya dua negara adidaya sebagai representasi dari dua sistem ekonomi tersebut, Amerika dan
Sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian kekuatan dari Sistem Ekonomi Kapitalis, sedangkan
Sistem Ekonomi Sosialis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur serta negara China dan
Indochina seperti Vietnam dan Kamboja. Dua Sistem Ekonomi ini lahir dari dua muara Ideologi
yang berbeda sehingga Persaingan dua Sistem Ekonomi tersebut, hakikatnya merupakan
pertentangan dua ideologi politik dan pembangunan ekonomi. Posisi negara Muslim setelah
berakhirnya Perang Dunia ke-2 menjadi objek tarik menarik dua kekuatan ideologi tersebut, hal
ini disebabkan tidak adanya Visi rekonstruksi pembangunan ekonomi yang dimiliki para
pemimpin negara muslim dari sumber Islami orisinil pasca kemerdekaan sebagai akibat dari
pengaruh penjajahan dan kolonialisme barat.
Dalam perjalanannya dua Sistem Ekonomi tersebut jatuh bangun, Sistem Kapitalis yang
berorientasi pada pasar sempat hilang pamornya setelah terjadi Hyper Inflation[2] di Eropa tahun

1923 dan masa resesi 1929 – 1933 di Amerika Serikat dan negara Eropa lainnya. Sistem
Kapitalis dianggap gagal dalam menciptakn kesejahteraan masyarakat dunia akibat dampak
sistem yang di kembangkannya.

Momentum ini digunakan oleh Keynesian untuk menerapkan Sistem Ekonomi
Alternatif yang telah berkembang ideologinya dipelopori oleh Karl mark, sistem ini berupaya
menghilangkan perbedaan pemodal dari kaum baruh dengan Sistem Ekonomi tersentral, dimana
negara memiliki otoritas penuh dalam menjalankan roda perekonomian, tetapi dalam
perjalanannya sistem ini pun tidak dapat mencarikan jalan keluar guna mensejahterakan
masyarakat dunia sehingga pada akhir dasawarsa 1980-an dan awal dekade 1990-an hancurlah
Sistem Ekonomi tersebut ditandai dengan runtuhnya tembok Berlin dan terpecahnya Negara Uni
Soviet menjadi beberapa bagian.
Awal tahun 1990-an dunia seakan hanya memiliki satu Sistem Ekonomi yaitu Ekonomi
Orientasi Pasar dengan perangkat bunga sebagai penopang utama, negara-negara Sosialispun
bergerak searah dengan trend yang ada

sehingga muncullah istilah neososialis yang

sesungguhnya adalah modifikasi Sistem Sosialis dan perubahannya kearah sistem “Mekanisme
Pasar”.

Tetapi walaupun modifikasi Sistem Ekonomi Pasar dan Neososialis yang dijalankan
pasca Perang Dunia ke-2 menuju kearah dualisme Sistem Ekonomi, tetap belum mampu untuk
mencari solusi dari krisis dan problematika ekonomi dunia[3]. diantaranya inflasi, krisis moneter
Internasional,Problematika Pangan, Problematika hutang negara berkembang dll. Disaat yang
sama negara-negara dunia ketiga mengalami masalah keterbelakangan dan ketertinggalan dalam
seluruh aspek, penyebab utamanya adalah negara tersebut memakai model pembangunan negara
barat yang tidak selalu sesuai dengan kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik negara dunia ketiga
hingga tidak akan pernah dapat menyelesaikan permasalahan yang ada[4]. Bersama dengan
problematik dunia tersebut, adanya suara nyaring untuk menemukan Sistem Ekonomi dunia baru
yang dapat mensejahterakan masyarakat dunia atas dasar Keadilan,dan persamaan Hak.
Pada dekade 70-an mulailah timbul sosok Ekonomi Islam dan Lembaga Keuangan Islam
dalam tatanan dunia Internasional, kajian Ilmiah tentang Sistem Ekonomi Islam marak menjadi
bahan diskusi kalangan akademisi diberbagai Universitas Islam, hasil kajian tersebut dalam
tataran aplikatif mulai menuai hasilnya dengan didirikan Islamic Development Bank di Jeddah
tahun 1975 yang diikuti dengan berdirinya bank-bank Islam dikawasan Timur Tengah. Hal ini

bahkan banyak menggiring asumsi masyarakat bahwa Sistem Ekonomi Islam adalah Bank Islam,
padahal Sistem Ekonomi Islam mencakup ekonomi makro, mikro, kebijakan moneter, kebijakan
fiskal, Fublic Finance, model pembangunan ekonomi dan instrumen-instrumennya.
Keraguan banyak pihak tentang eksistensi Sistem Ekonomi Islam sebagai model

alternatif sebuah sistem tak terelakan, pandangan beberapa pakar mengatakan Sistem Ekonomi
Islam hanyalah akomodasi dari Sistem Kapitalis dan Sosialis nyaring disuarakan, tetapi hal
tersebut terbantahkan baik melalui pendekatan historis dan faktual karena dalam kenyataanya,
terlepas dari beberapa kesamaan dengan sistem ekonomi lainnya terdapat karakteristis khusus
bagi Sistem Ekonomi Islam sebagai landasan bagi terbentuknya suatu sistem yang berorientasi
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Sistem Ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh sistem ajaran Islam secara integral dan
komphensif. Sehingga prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam mengacu pada saripati ajaran Islam.
Kesesuaian Sistem tersebut dengan Fitrah manusia tidak ditinggalkan, keselarasan inilah
sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam Implementasinya, kebebasan berekonomi
terkendali menjadi ciri dan Prinsip Sistem Ekonomi Islam, kebebasan memiliki unsur produksi
dalam menjalankan roda perekonomian merupakan bagian penting dengan tidak merugikan
kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar, tidak adanya batasan pendapatan bagi
seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dengan segala potensi yang dimilikinya,
kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas
di kendalikan dengan adanya kewajiban setiap indivudu trhadap masyarakatnya, keseimbangan
antara kepentingan individu dan kolektif inilah menjadi pendorong bagi bergeraknya roda
perekonomian tanpa merusak Sistem Sosial yang ada.
B. Batasan Masalah
Di dalam makalah ini batasan masalah yang akan di bahas yaitu :

1. Bagaimana pengertian sistem ekonomi islam dan sistem ekonomi konvensional ?
2. Apa saja macam-macam sistem ekonomi konvensional ?
3. Bagaimana tujuan dari sistem ekonomi islam ?
4. Bagaimana prinsip-prinsip dasar ekonomi islam ?
5. Apa saja perbedaan dari sistem ekonomi islam dan sistem ekonomi konvensional ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk memahami etika bisnis yang benar dalam syariah Islam
2. Untuk memahami seluruh prinsip dan tujuan dari sistem ekonomi islam
3. Untuk bisa mengaplikasikan sistem perekonomian yang diperbolehkan secara Islam dengan
kecanggihan tekonologi informasi saat ini
4. Untuk mengetahui perbedaan sistem ekonomi islam dan sistem ekonomi konvensional
5. Untuk memahami bagaimana melakukan kegiatan perekonomian yang benar menurut sistem
ekonomi islam
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan makalah ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi
aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah
tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan
data, diantaranya :

1. Membaca buku sumber pendukung penulisan makalah
2. Mencari informasi terkait dalam makalah melalui Internet

BAB II
SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Ekonomi Islam
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan nilainilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Sistem ekonomi islam berbeda
dengan sistem ekonomi kapitalis maupun sosialis, sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik
dari sistem ekonomi sosialis dan kapitalis, namun terlepas dari sifat buruknya.
Ilmu ekonomi islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalahmasalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
Ada beberapa pengertian Ekonomi Islam dari pakar ekonom Prof A. Mannan diantaranya
adalah :
1.

Ekonomi Islam sebagai sebuah ilmu sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi bagi
suatu masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam. Ekonomi islam itu berhubungan dengan

produksi, distribusi dan konsumsi barang atau jasa.[5]
2. Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia yang perilakunya
diatur berdasarkan aturan agama Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum
dalam rukun iman dan rukun Islam.
Bekerja merupakan suatu kewajiban karena Allah swt memerintahkannya, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. At Taubah: 105,

"Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaan itu,dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang
mengetahui, akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu, apa yang kamu
kerjakan". Kerja membawa pada kemampuan, sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW:
"Barang siapa diwaktu harinya keletihan karena bekerja, maka di waktu itu ia mendapat
ampunan". (HR. Thabrani dan Baihaqi).
B. Sejarah Ekonomi Islam

Dengan hancurnya komunisme dan system ekonomi sosialis pada awal tahun 90-an
membuat system ekonomi kapitalis disanjung sebagai satu-satunya system ekonomi yang sahih,
tetapi ternyata system ekonomi kapitalis membawa akibat negatif dan lebih buruk, karena
banyak Negara miskin bertambah miskin dan Negara kaya yang jumlahnya relative sedikit
semakin bertambah kaya. Dengan kata lain kapitalis gagal meningkatkan harkat hidup orang
banyak terutama dinegara-negara berkembang, bahkan menurut joseph E. stiglitz (2006)
kegagalan ekonomi amerika decade 90-an karena keserakahan kapitalisme ini, ketidak berhasilan
secara penuh dari system-sistem ekonomi yang ada disebabkan karena masing-masing system
ekonomi mempunyai kelemahan atau kekurangan yang lebih besar dibandingkan dengan
kelebihan masing-masing. Kelemahan atau kekurangan dari masing-masing system ekonomi
tersebut lebih menonjol ketimbang kelebihannya. Itulah yang menyebabkan timbulnya pemikiran
baru tentang system ekonomi islam/syariah terutama dikalangan Negara-negara muslim atau
Negara-negara

yang

mayoritas

penduduknya

beragama

islam.

Negara-negara

yang

berpendudukkan masyarakat muslim mencoba untuk mewujudkan suatu system ekonomi yang
didasarkan pada Al-quran dan hadits yaitu system ekonomi syariah.
C. Tujuan Ekonomi Islam
Tujuan ekonomi Islam sangat jauh berbeza dengan sistem ekonomi lain. Islam memandang
ekonomi sebagai salah satu aspek perjuangan untuk menegakkan agama Tuhan.
Tujuan-tujuan ekonomi Islam adalah seperti berikut:
1. Melahirkan kehidupan Islam dalam bidang ekonomi.
2. Menjadikan kita memiliki harta yang dengannya dapat menjalankan ibadah seperti zakat.
3. Memberikan khidmat kepada masyarakat.
4. Untuk menghindarkan dosa bersama, sebab sebahagian daripada ekonomi itu adalah fardhu
Kifayah. Ekonomi fardhu kifayah kalau tidak dibangunkan maka semua umat Islam di tempat
5.

tersebut akan jatuh berdosa.
Untuk dapat berdikari sehingga tidak bergantung kepada pihak lain. Dengan demikian dapat

hidup merdeka dengan tidak diatur oleh pihak lain.
6. Untuk memenafaatkan sumber semulajadi dan hasil bumi supaya tidak membazir dan berlaku
pemborosan.
7. Menghidarkan supaya bahan-bahan mentah tidak terjatuh ke tangan orang yang derhaka kepada
Tuhan yang pada akhirnya akan menyalahgunakan nikmat-nikmat itu.
8. Membuka peluang pekerjaan kepada masyarakat dan mengatasi masalah pengganguran.

9. Untuk mensyukuri nikmat Tuhan.
10. Kesejahteraan ekonomi adalah tujuan ekonomi yang terpenting. Kesejahteraan ini mencakup
kesejahteraan individu, masyarakat dan negara.
11.

Tercukupinya kebutuhan dasar manusia, meliputi makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
kesehatan, pendidikan, keamanan serta sistem negara yang menjamin ter laksananya kecukupan
kebutuhan dasar secara adil.

12. Penggunaan sumber daya secara optimal, efisien, efektif, hemat dan tidak membazir.
13. Distribusi harta,kekayaan,pendapatan dan hasil pembangunan secara adil dan merata
14. Menjamin kebebasan individu. Kesamaman hak, peluang dan keadilan.
Untuk membuat kebaikan sebanyak-banyaknya kepada manusia melalui ekonomi.
Inilah tujuan ekonomi Islam. Perkara-perkara ini hendaklah ditanam betul-betul dalam dalam
fikiran dan hati barulah boleh ekonomi Islam dilaksanakan
Segala aturan yang diturunkan Allah swt dalam sistem Islam mengarah pada tercapainya
kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan, kesengsaraan, dan kerugian
pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal ekonomi, tujuannya adalah membantu
manusia

mencapai

ketenangan

di

dunia

dan

di

akhirat.

Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof. Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada tiga sasaran
hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi seluruh umat
manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat dan
lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakupi aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
maslahah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakupi lima jaminan dasar yaitu:
a. Kamaslahatan keyakinan agama (al din)
b. Kamaslahatan jiwa (al nafs)

c. Kamaslahatan akal (al aql)
d. Kamaslahatan keluarga dan keturunan (al nasl)
e. Kamaslahatan harta benda (al mal)
a)

Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam
Secara garis besar ekonomi Islam memiliki beberapa prinsip dasar:

1. Berbagai sumber daya dipandang sebagai pemberian atau anugerah dari Allah swt kepada
2.
3.
4.
5.

manusia.
Islam mengakui pemilikan pribadi dalam batas-batas tertentu.
Kekuatan penggerak utama ekonomi Islam adalah kerjasama.
Ekonomi Islam menolak terjadinya akumulasi kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang saja.
Ekonomi Islam menjamin pemilikan masyarakat dan penggunaannya direncanakan untuk

kepentingan banyak orang.
6. Seorang muslim harus takut kepada Allah swt dan hari penentuan di akhirat nanti.
7. Zakat harus dibayarkan atas kekayaan yang telah memenuhi batas (nisab).
8. Islam menolak riba dalam bentuk apapun.
b)
1.

Karaktersitik Ekonomi Islam
Ada beberapa karakteristik didalam ekonomi islam, diantaranya :
Harta kepunyaan Allah dan Manusia merupakan Khalifah atas harta.
Semua harta baik benda maupun alat-alat produksi adalah milik Allah SWT. Seperti
tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 284.
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat al-Hadiid ayat
7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa segala bentuk harta yang
dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT semata dan manusia diciptakan untuk
menjadi khalifah “ Dunia ini hijau dan manis. Allah telah menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di dunia. Karena itu hendaklah kamu membahas cara berbuat mengenai harta di dunia ini”.

2.

Ekonomi Terikat dengan akidah, Syariah (Hukum), dan Moral

Bukti-bukti hubungan ekonomi dan moral dalam islam:
Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan kerugian
atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda Rasulullah “ Tidak boleh merugikan
diri sendiri dan juga orang lain” (HR. Ahmad)

Larangan melakukan penipuan dalam transaksi, ditegaskan dalam Sabda Rasulullah
“Orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita”.
Larangan menimbun emas, perak atau sarana moneter lainnya sehingga dapat mencegah
peredaran uang dan menghambat fungsinya dalam memperluas lapangan produksi. Hal ini sperti
tercantum dalam QS 9:34.
Larangan melakukan pemborosan karena dapat menghancurkan individu dalam
masyarakat.
3.

Keseimbangan antara Kerohanian dan Kebendaan
Aktivitas keduniaan yang dilakukan manusia tidak boleh bertentangan atau bahkan

mengorbankan kehidupan akhirat. Apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk mencapai tujuan
akhirat kelak. Prinsip ini jelas berbeda dengan ekonomi kapitalis maupun sosialis yang hanya
bertujuan untuk kehidupan duniawi saja. Hal ini jelas ditegaskan oleh surat al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan. “
4.

Ekonomi Islam Menciptakan Keseimbanagan Antara Kepentingan Individu dengan

Kepentingan umum.
Islam tidak mengakui hak mutlak dan atau kebebasan mutlak, tetapi mempunyai batasanbatasan tertentu termasuk dalam hak milik. Hal ini tercantum dalam surat Al Hasyr ayat 7, al
maa’uun ayat 1-3, serta surat al-Ma’arij ayat 24-25.

5.

Kebebasan individu dijamin dalam islam
Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi namun

tentu saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan AsSunnah, seperti tercantum dalam
surat al Baqarah ayat 188.
6.

Negara diberi kewenangan turut campur dalam perekonomian

Dalam islam, Negara berkewajiban melindungi kepentingan masyararakat dari
ketidakadilan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang ataupun dari negara lain,
berkewajiban memberikan kebebasan dan jaminan sosial agar seluruh masyarakat dapat hidup
dengan layak. Seperi sabda Rasulullah “ Brangsiapa yang meninggalkan beban, hendaklah dia
datang kepada-Ku, karena akulah maula (pelindung)nya” (Al-Mustadrak oelh Al-Hakim)
7.

Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup kemewahan dan

bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-A’raaf ayat 31 seta Al-Israa ayat 16.
8.

Petunjuk investasi
Kriteria yag sesuai daalm melakukan investasi ada 5:







proyek yang baik menurut isla
memberikan rezeki seluas mungkin pda masyarakat
memberantas kekafiran,memperbaiki pendapatan dan kekayaan
memelihara dan menumbuhkembangkan harta
melindungi kepentingan anggota masyaakat.
9.

Zakat
Adalah karakteristik khusu yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya manapun,

penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di masyarakat.
10. Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karean itu merupakan salah satu
penyelaewangan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat 275.

c)

Hakikat Ekonomi Islam
Dalam Islam hakikat ekonomi adalah untuk dapat kita merasakan bahawa segala harta
benda termasuk segala hal lain yang ada hubungannya dengan ekonomi adalah kepunyaan
Allah samata-mata, bukan kepunyaan kita. Kita hanya diamanahkan oleh Allah supaya kita
dapat mengendalikan dengan sebaik-baiknya. Itulah hakikat ekonomi Islam. Dengan demikian

ekonomi yang diwujudkan di dunia ini adalah ekonomi akhirat dengan tujuan untuk membina
iman dalam diri kita. Ekonomi untuk menginsafkan kita sebagai hamba Allah.
d)

Konsep Ekonomi Islam
Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan atas ideologi yang memberikan landasan dan
tujuannya, di satu pihak, dan aksioma-aksioma serta prinsip-prinsipnya, di lain pihak. Proses
yang diikuti dengan seperangkat aksioma dan prinsip yang dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan tujuan sistem tersebut merupakan landasan sistem tersebut yang bisa diuji. Setiap
sistem ekonomi membuat kerangka di mana suatu komunitas sosio-ekonomik dapat
memanfaatkan sumber-sumber alam dan manusiawi untuk kepentingan produksi dan
mendistribusikan hasil-hasil produksi ini untuk kepentingan konsumsi.

BAB III
SISTEM EKONOMI KONVENSIONAL
A. Pengertian Sistem Ekonomi Konvensional
Sistem ekonomi konvensional merupakan sistem ekonomi yang banyak digunakan oleh
berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi konvensional merupakan sistem
perekonomian yang memberikan kebebasan secara penuh kepada setiap orang untuk
melaksanakankegiatan Perekonomian.Sistem ekonomi konvensional menyatakan bahwa
pemerintah bisa turut ambil bagia untukmemastikan kelancaran dan keberlangsungan kegiatan
perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut campur dalam
ekonomi.Dalam ekonomi konvensional, setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai
dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba
sebesar-besarnya, serta malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas dengan
berbagai cara. Hal ini mengakibatkan terbentuknya sekelompok orang yang kaya dan
sekelompok orang yang miskin. Kaum kaya akan semakin kaya dan kaum miskin akan semakin
miskin.
Sistem ekonomi lainnya yang sempat berkembang di dunia adalah sistem ekonomi
sosialis.Sistem ekonomi sosialis merupakan suatu sistem perekonomian yang diatur oleh negara
tanpa memperhatikan kebebasan individu untuk berkembang sesuai dengan potensinya.Negara
menjadi penguasa penuh atas kekayaan dan perekonomian negara.
Sistem ekonomi konvensional dan sosialis yang berkembang saat ini, ternyata belum
mampu untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.Kesejahteraan masyarakat menurut
padangan konvensional saat ini menitikberatkan pada sisi materi.Pandangan ini menyatakan
kesejahteraan dapat dicapai melalui pencapaian tujuan material tertentu, seperti penghapusan
kemiskinan, pemenuhan kebutuhan dasar semua individu, ketersediaan lapangan kerja,
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan, serta pertumbuhan yang stabil.Namun, belum ada
negara yang mampu untuk mewujudkan kesejahteraan materi tersebut.
Masalah belum tercapainya kesejahteraan ini memberikan pandangan bahwa para
pemikir dunia perlu mencari sistem perekonomian alternatif.Pencarian sistem perekonomian
alternatif ini setidaknya didasarkan pada asumsi sementara bahwa sistem kapitalisme dan

sosialis tidak mampu memberi jawaban terhadap permasalahan ekonomi dunia saat
ini.Sistem alternatif yang dimaksud adalah sistem ekonomi yang berpihak ke seluruh lapisan
masyarakat, yaitu sistem ekonomi Islam.
B. Macam-Macam Sistem Ekonomi Konvensional
Di dalam sejarah dunia, terdapat beberapa sistem ekonomi konvensional yang begitu
berpengaruh antaranya:
1. Kapitalisme
Sistem ini dikenali sebagai sistem perusahaan bebas.Di bawah sistem ini seseorang
individu berhak menggunakan dan mengawal barang-barang ekonomi yang diperolehinya.
Mencegah orang lain dari menggunakan barang-barang itu dan memutuskan bagaimana barangbarang itu diuruskan setelah dia mati.
Dalam hal ini individu bebas berbuat apa sahaja dengan harta kekayaannya asal sahaja
kegiatannya tidak mengganggu hak orang lain. Oleh kerana hak-hak memiliki harta dibenarkan
oleh masyarakat, keseluruhannya hak-hak ini boleh dibatasi melalui tindakan masyarakat.
Persaingan dianggap sebagai daya penggerak untuk menghasilkan operasi yang cekap.
Pada umumnya persaingan dalam sistem kapitalis ini merupakan daya yang kuat dan dibenarkan
berjalan lebih bebas berbanding dengan sistem-sistem ekonomi yang lain.
Sifat-sifat istimewa sistem ini ialah:
 Ia menolak nilai-nilai akidah, syariat dan akhlak yang mulia
 Pengambilan riba iaitu peminjaman wang melalui institusi kewangan (bank dan industri

kredit)

yang mengenakan riba (faedah)
 Faktor-faktor ekonomi dikuasai oleh individu-individu tertentu secara terus menerus atau dipunyai


oleh sekumpulan manusia yang tidak dikenali melalui sistem saham
Pemodal-pemodal bank yang besar mempunyai kuasa yang
aktiviti-

berlebihan

ke

atas

aktiviti ekonomi dan seterusnya politik negara. Kuasa penentu

dalam sistem kapitalisme dan demokrasi barat kebanyakannya mirip kepada pemilik modal
 Sebahagian besar dari barang-barang dan perkhidmatan yang dihasilkan di bawah sistem
kapitalisme telah dibebankan bukan sahaja dengan faedah-faedah riba, tetapi juga dengan
bayaran-bayaran pengiklanan yang berlebihan

 Kapitalisme mempunyai unsur-unsur mengasas monopoli, kerana adalah menjadi hasrat setiap
pemodal untuk menguasai segalanya dan menghapuskan semua persaingan dengannya
2. Sosialisme
Kegelojohan dan ketamakan kapitalis yang luar biasa itu menghasilkan kezaliman ke atas
masyarakat.Kezaliman ini melahirkan ketegangan yang meluas di Barat.Kelahiran sosialisme
mula mendapat sambutan dan begitu laris. Prinsip sosialisme adalah:
1.

Mengembalikan kuasa ekonomi daripada golongan Borjuis (kapitalis) kepada golongan proliter

(petani dan buruh)
2.
Menyerahkan semua sumber alam dan sumber ekonomi kepada negara untuk diagihkan sama
rata kepada rakyat
Di bawah sistem sosialisme, hak milik kerajaan ke atas sumber dihadkan kepada tanah
dan modal yang digunakan secara besar-besaran.Industri-industri besar dimiliki dan dikawal oleh
negara manakala kebanyakan perniagaan kecil dimiliki oelh individu.
Secara umumnya, individu dalam sebuah negara sosialis memiliki dan menguasai lebih banyak
harta berbanding dengan individu di bawah sistem komunisme tetapi sangat kurang berbanding
dengan milik individu di bawah sistem kapitalisme.
Oleh kerana di bawah sistem sosialisme banyak industri dimiliki dan dijalankan oleh
negara, maka kebebasan menjalankan aktiviti hanya terdapat dalam kerja-kerja yang dijalankan
oleh persendirian.Para pekerja masih bebas memiliki pekerjaan, namun begitu peluang untuk
menjadi ahli perniagaan dan mencari keuntungan sangat kecil berbanding dengan sistem
kapitalisme.
3. Komunisme
Sosialisme berjuang untuk mengembalikan kuasa ekonomi kepada golongan proliter secara
demokrasi dan sederhana. Walau bagaimanapun sehingga menjelang perang Dunia Ke-2 (19401945) ia kurang berkesan mencapai matlamatnya. Pendekatan baharu menggunakan kekerasan
dicadangkan iaitu dikenali sebagai komunisme.Ianya mendapat sambutan di Barat sesudah
kegagalan sosialisme dalam revolusi Perancis, yang bermotokan persamaan (equality),
kemerdekaan (liberty) dan persaudaraan (fretinity).
Sistem komunis merupakan satu sistem ekonomi sosialis yang radikal dan satu doktrin
politik yang diasaskan oleh Karl Marx. Menerusi sistem ini, semua tanah dan modal sama ada

yang asli atau buatan manusia, berada di tangan negara sepenuhnya. Rakyat akan menerima
pendapatan menurut keperluan mereka, bukan mengikut kebolehan mereka.
Sebenarnya tidak ada perbezaan pokok antara fahaman sosialis dengan komunisme. Guru
bagi kedua fahaman tersebut adalah Karl Marx. Tujuan utama penganjur sosialisme ialah untuk
menegakkan kerajaan dictator oleh sosialis: Karl Marx mengarahkan agar semua komunis
mestilah bekerja untuk mengasaskan fahaman sosialisme.
Oleh itu penganjur komunis Rusia telah menamakan negara mereka ‘Union of Soviet
sosialist Republic’ bukannya ‘Union of Soviet Communist Republic’. Dalam ‘The Communist
Manifesto’ Karl Marx menyatakan bahawa revolusi proletariat akan mengasaskan pemerintahan
dictator pekerja-pekerja sosialis. Untuk itu tiga perkara diperlukan:
1.
2.
3.

Menghapuskan semua hak milik persendirian
Menghapuskan unit keluarga
Menghapuskan segala agama

BAB IV
EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI KONVENSIONAL
A. Pengertian
Sistem ekonomi menunjuk pada satu kesatuan mekanisme dan lembaga pengambilan
keputusan yang mengimplementasikan keputusan tersebut terhadap produksi, konsumsi dan
distribusi pendapatan. Karena itu, sistem ekonomi merupakan sesuatu yang penting bagi
perekonomian suatu negara. Sistem ekonomi terbentuk karena berbagai faktor yang kompleks,
misalnya ideologi dan sistem kepercayaan, pandangan hidup, lingkungan geografi, politik, sosial
budaya, dan lain-lain.
Pada saat ini terdapat berbagai macam sistem ekonomi negara-negara di dunia.Meskipun
demikian secara garis besar, sistem ekonomi dapat dikelompokkan pada dua kutub, yaitu
kapitalisme dan sosialisme. Sistem-sistem yang lain seperti welfare state, state capitalism, market
socialisme, democratic sosialism pada dasarnya bekerja pada bingkai kapitalisme dan sosialisme.
Akan tetapi, sejak runtuhnya Uni Soviet, sistem sosialisme dianggap telah tumbang bersama
runtuhnya Uni Soviet tersebut.Dalam konteks tulisan ini, maksud ekonomi konvensional adalah
sistem ekonomi kapitalisme yang hingga kini masih menjadi sistem ekonomi kuat di dunia.
B. Perbedaan Sistem Ekonomi Islam dan Konvensional
1.
Ekonomi Syariah
Krisis ekonomi yang sering terjadi ditengarai adalah ulah sistem ekonomi konvensional, yang
mengedepankan sistem bunga sebagai instrumen provitnya. Berbeda dengan apa yang
ditawarkan sistem ekonomi syariah, dengan instrumen provitnya, yaitu sistem bagi hasil.
Sebenarnya Ekonomi Islam adalah satu sistem yang mencerminkan fitrah dan ciri khasnya
sekaligus.Dengan fitrahnya ekonomi Islam merupakan satu sistem yang dapat mewujudkan
keadilan ekonomi bagi seluruh umat. Sedangkan dengan ciri khasnya, ekonomi Islam dapat
menunjukkan jati dirinya dengan segala kelebihannya, pada setiap sistem yang dimilikinya.
2.

Ekonomi Konvensional

Sistem ekonomi konvensional atau juga dikenal dengan sistem ekonomi kapitalis diawali
dengan terbitnya buku The Wealth of Nation karangan Adam Smith pada tahun 1776.Pemikiran
Adam Smith memberikan inspirasi dan pengaruh besar terhadap pemikiran para ekonom
sesudahnya dan juga pengambil kebijakan negara.
Lahirnya sistem ekonomi kapitalis, sebenarnya merupakan perkembangan lebih lanjut dari
perkembangan pemikiran dan perekonomian benua Eropa pada masasebelumnya.Pada suatu
masa, di Benua Eropa pernah ada suatu zaman dimana tidak ada pengakuan terhadap hak milik
manusia, melainkan yang ada hanyalah milik Tuhan yang harus dipersembahkan kepada
pemimpin agama sebagai wakil mutlak dari Tuhan.Pada zaman tersebut yang kemudian terkenal
dengan sistem universalisme.Sistem ini ditegakkan atas dasar keyakinan kaum agama “semua
datang dari Tuhan, milik Tuhan dan harus dipulangkan kepada Tuhan”.
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan
Sumber
Motif
Paradigma
Pondasi dasar
Landasan fillosofi
Harta
Investasi
Distribusi kekayaan

Islam
Al-Quran
Ibadah
Syariah
Muslim
Falah
Pokok kehidupan
Bagi hasil
Zakat, infak, shodaqoh,

Konvensional
Daya fikir manusia
Rasional matearialism
Pasar
Manusia ekonomi
Utilitarian individualism
Asset
Bunga
Pajak dan tunjangan

hibah, hadiah, wakaf dan
9

Konsumsi-produksi

10

Mekanisme pasar

warisan.
Maslahah, kebutuhan dan
kewajiban
Bebas dan dalam

Egoism, materialism, dan
rasionalisme
Bebas

pengawasan
C. Ciri Khas
 Ciri Khas Ekonomi Syariah
Tidak banyak yang dikemukakan dalam Al Qur’an, dan hanya prinsip-prinsip yang
mendasar saja. Karena alasan -alasan yang sangat tepat, Al Qur’an dan Sunnah banyak sekali
membahas tentang bagaimana seharusnya kaum Muslim berprilaku sebagai produsen, konsumen
dan pemilik modal, tetapi hanya sedikit tentang sistem ekonomi. Sebagaimana diungkapkan

dalam pembahasan diatas, ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluasluasnya kepada setiap pelaku usaha.
Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
Kesatuan (unity)
Keseimbangan (equilibrium)
Kebebasan (free will)
Tanggungjawab (responsibility)
 Ciri Khas Ekonomi Konvensional
Dalam dunia nyata, kapitalisme tidak memiliki bentuk yang tunggal.Ia memiliki ragam
yang tidak selalu sama di antara Negara -negara yang menerapkannya, dan ia seringkali berubahubah dari waktu ke waktu. Hal ini paling tidak disebabkan oleh dua hal, ada banyak ragam
pendapat dari para pemikir, definisi kapitalisme selalu berubah-ubah sesuai dengan situasi dan
kondisi dan modifikasi ini telah berlangsung berabad – abad.
D. Konsep Produksi Dalam Ekonomi Islam
1. Definisi Dan Perilaku Produksi
Produksi merupakan proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa, atau proses
peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi, produksi merupakan suatu proses
(siklus) kegiatan-kegiatan ekonomi untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan
memanfaatkan faktor-faktor produksi (amal/kerja, modal, tanah) dalam waktu tertentu.
Beberapa nilai yang dapat dijadikan sandaran oleh produsen sebagai motivasi dalam
melakukan produksi, yaitu:


Profit sebagai target utama dalam produksi, namun dalam system ekonomi islam perolehan



secara halal dan adil dalam profit merupakan motifasi utama dalam berproduksi.
Produsen harus memperhatikan dampak social (social return) sebagai akibat atas proses
produksi yang dilakukan. Dampak negative dari proses produksi yang berimbas pada
masyarakat dan lingkungan, seperti limbah produksi, pencemaran lingkungan, kebisingan,
maupun gangguan lainnya. Produsen muslim tidak akan memproduksi barang dan jasa yang

bersifat tersier dan skunder selama kebutuhan primer masyarkat terhadap barang dan jasa belum


terpenuhi.
Produsen harus memperhatikan nilai-nilai spiritualisme, dimana nilai tersebut harus dijadikan
sebagai penyeimbang dalam melakukan produksi. Dalam menetapkan harga barang dan jasa
harus berdasarkan nilai-nilai keadilan. Upah yang diberikan kepada karyawan harus
mencerminkan daya dan upaya yang telah dilakukan oleh karyawan, sehingga tidak terdapat
pihak yang tereksploitasi.
Berbagai usaha yang dipandang dari sudut ekonomi mempunyai tujuan yang sama, yaitu
mencari keuntungan maksimum dengan jalan mengatur penggunaan faktor-faktor produksi
seefisien mungkin, sehingga usaha untuk memaksimumkan keuntungan dapat dicapai dengan
cara yang paling efisien. Dalam prakteknya bagi setiap perusahaan pemaksimuman keuntungan
belum tentu merupakan satu-satunya tujuan. Seorang pengusaha muslim terikat dengan beberapa
aspek dalam melakukan produksi, antara lain:



Berproduksi merupakan ibadah, sehingga seorang muslim berproduksi sama artinya dengan



mengaktualisasikan keberadaan Allah SWT yang telah diberikan kepada manusia.
Faktor produksi yang digunakan untuk menyelenggarakan proses produksi sifatnya tidak
terbatas, manusia perlu berusaha mengoptimalkan segala kemampuannya yang telah diberikan
Allah SWT. Seorang muslim tidak akan kecil hati bahwa Allah tidak akan memberikan rezeki



kepadanya.
Seorang muslim yakin bahwa apapun yang diusahakannya sesuai dengan ajaran Islam tidak



akan membuat hidupnya kesulitan.
Berproduksi bukan semata-mata karena keuntungan yang diperolehnya tetapi uga seberapa
penting manfaat dari keuntungan tersebut untuk kemaslahatan umum. Dalam konsep islam harta
adalah titipan Allah yang dipercayakan untuk diberikan kepada orang-orang yang tertentu, harta



bagi seorang muslim bermakna amanah.
Seorang muslim menghindari praktek produksi yang mengandung unsur haram atau riba, pasar
gelap dan spekulasi
Dalam usahanya untuk meproduksi barang-barang yang diperlukan masyarakat dan
memperoleh keuntungan maksimum dari usaha tersebut. Masalah pokok yang harus dipecahkan
oleh produsen adalah bagaimana komposisi dari faktor-faktor produksi yang digunakan, dan
untuk masing-masing faktor produksi tersebut berapakah jumlah yang akan digunakan. Di dalam
memcahkan persoalan ini ada dua aspek yang harus diperhatikan, yaitu:



Komposisi faktor produksi yang bagaimana bagi seorang muslim untuk menciptakan tingkat



produksi yang tinggi? atau
Komposisi faktor produksi yang bagaimana seorang muslim untuk meminimumkan biaya
produksi yang dikeluarkan untuk mencapai suatu tingkat produksi tertentu?
Di dalam memikirkan aspek yang kedua, sebagai seorang muslim harus memperhatikan:




Besarnya pembayaran kepada faktor produksi tambahan yang akan digunakan dan
Besarnya pertambahan hasil penjualan yang diwujudkan oleh faktor produksi yang ditambah
tersebut.
2.

Faktor Produksi
Di kalangan para ekonomi Muslim, belum ada kesepakatan tentang faktor-faktor produksi,

karena terdapat perbedaan pendapat dari para ulama. Menurut Al-Maududi dan Abu-Su’ud,
faktor produksi terdiri atas amal/kerja (labor), tanah (land), dan modal (capital). Uraian ini
berbeda dengan M.A. Mannan yang menyatakan bahwa faktor produksi hanya berupa amal/kerja
dan tanah. Menurutnya capital (modal) bukanlah merupakan faktor produksi yang independen,
karena capital (modal) bukanlah merupakan faktor dasar. Menerut An-Najjar, faktor produksi
hanya terdiri dari dua elemen, yaitu amal (labor) dan capital. Abu Sulaiman menyatakan, amal
bukanlah merupakan faktor produksi. Dalam syariah islam, dasar hukum transaksi (muamalah)
adalah ibahah (diperbolehkan) sepanjang tidak ditemukannya larangan dalam nash atau dalil.
a.
b.
c.

Amal/Kerja (Labor)
Bumi/Tanah (Land)
Modal (Capital)
a.

Perilaku Produsen

Di dalam memproduksi output produsen dapat menggunakan faktor- faktor atau variabel yang
mempengaruhinya. Dalam memproduksi output dapat digunakan hanya satu variabel, namun
juga dapat dilakukan dengan lebih dari satu variabel.
b.

Mekanisme Produksi Islami

Perbedaan ekonomi islam dengan ekonomi konvensional adalah pada filosofi ekonomi yang
dianutnya dan bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan ruh pemikiran
dengan nilai- nilai islam dan batasan- batasan syari’ah.

Gambaran mekanisme produksi islami dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kuva atau
garis. Gambaran mekanisme produksi adalah menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang
diproduksi dan biaya yang dikeluarkan.
a.
b.

Kurva Biaya (Cost)
Kurva Penerimaan (Revenue)
c.

Dampak Produksi Bagi Seorang Muslim

Berproduksi merupakan bagian dari sikap syukur atas nikmat Allah SWT. Anugerah yang
diberikan Allah adalah untuk keharmonisan dalam hidup dan kehidupan ini yang mampu
menjadikan suasan lebih kondusif dalam melakukan usaha. Ada bebrapa dampak yang timbul
bila seorang muslim melakukan usaha sesuai dengan ajaran Islam, yaitu:
 Menimbulkan sikap syukur yang timbul atas kesadaran bahwa apa pun yang ia temui bisa
dimanfaatkan sebagai input produksi.
 Ajaran Islam menjadikan manusia untuk tidak mudah putus asa dalm produksi karena suatu alasan
tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya sehingga produksi dalam Islam akan mendorong seorang
muslim untuk melakukan usaha yang lebih kreatif.
 Seorang muslim akan menjauhi praktek produksi yang merugikan orang lain atau kepentingankepentingan sesaat, contohnya riba.
 Keuntungan dikenakan didasarkan atas keuntungan yang tidak merugikan konsumen maupun
produsen lain.

E. Pengertian Hukum Permintaan Dan Penawaran Dalam Ekonomi Islam
1.
Permintaan
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu
tertentu. Sedangkan pengertian penawaran adalah sejumlah barang yang dijual atau ditawarkan
pada suatu harga dan waktu tertentu.
Contoh permintaan adalah di pasar kebayoran lama yang bertindak sebagai permintaan
adalah pembeli sedangkan penjual sebagai penawaran. Ketika terjadi transaksi antara pembeli
dan penjual maka keduanya akan sepakat terjadi transaksi pada harga tertentu yang mungkin
hasil dari tawar-menawar yang alot.

Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak semuanya bisa untuk
dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal maupun yang haram. Allah telah
berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88 :
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah
halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepadaNya.
2.

Penawaran

Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi, adalah banyaknya barang atau jasa yang
tersedia dan dapat ditawarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap tingkat harga selama
periode waktu tertentu। Penawaran (Supply). Jadi Penawaran dapat didedinisikan yaitu
banyaknya barang yang ditawarkan oleh penjua lpada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu,
dan pada tingkat harga tertentu.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam menjalankan
aktivitas

ekonomi,

yaitu

: mafsadah, gharar, maisir,

dan

transaksi

riba. Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang menyebabkan kerusakan (negative
externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu aktivitas produksi yang hanya
memperhatikan keuntungan semata, walaupun sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan
dengan baik di dalam konsep dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat
perhatian lebih banyak.
3. Hukum Permintaan Dan Penawaran
Permintaan
Jika semua asumsi diabaikan (ceteris paribus) : Jika harga semakin murah maka
permintaan atau pembeli akan semakin banyak dan sebaliknya. Jika harga semakin rendah/murah
maka penawaran akan semakin sedikit dan sebaliknya.
Penawaran
Hukum penawaran menerangkan apabila harga sesuatu barang meningkat, kuantitas barang
ditawar akan meningkat dan apabila harga sesuatu barang menurun, kuantitas barang yang

ditawar akan menurun (Ceteris paribus yaitu berlaku dengan adanya persyaratan tertentu atau
berlaku bila keadaan lainnya tidak berubah).
4.

Faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran

Faktor Yang Mepengaruhi Permintaan
1.

Perilaku konsumen / selera konsumen , Saat ini handphone blackberry sedang trend

dan banyak yang beli, tetapi beberapa tahun mendatang mungkin blackberry sudah dianggap
kuno
2.

Ketersediaan dan harga barang sejenis pengganti dan pelengkap Jika roti tawar tidak

ada atau harganya sangat mahal maka meises, selai dan margarin akan turun permintaannya.
3.

Pendapatan/penghasilan konsumen,Orang yang punya gaji dan tunjangan besar dia

dapat membeli banyak barang yang dia inginkan, tetapi jika pendapatannya rendah maka
seseorang mungkin akan mengirit pemakaian barang yang dibelinya agar jarang beli.
4.

Perkiraan harga di masa depan, Barang yang harganya diperkirakan akan naik, maka

orang akan menimbun atau membeli ketika harganya masih rendah misalnya seperti bbm/bensin.
5.

Banyaknya/intensitas kebutuhan konsumen, Ketika flu burung dan flu babi sedang

menggila, produk masker pelindung akan sangat laris. Pada bulan puasa (ramadhan) permintaan
belewah, timun suri, cincau, sirup, es batu, kurma, dan lain sebagainya akan sangat tinggi
dibandingkan bulan lainnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran
Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain: harga barang, tingkat teknologi,
jumlah produsen di pasar, harga bahan baku, serta harapan, spekulasi, atau perkiraan. Dalam
aktivitas perekonomian distribusi ada dua, yaitu: distribusi pendapatan dan distribusi kekayaaan,
baik yang sifatnya melalui kegiatan-kegiatan ekonomi maupun yang bersifat sosial.
Muhammad Anas Zarqa mengungkapkan ada beberapa faktor yang menjadi dasar
distribusi, yaitu tukar menukar (exchange), kebutuhan (need), kekuasaan (power), sistem sosial
(social system), dan nilai etika (ethical values). Sangat penting memelihara distribusi agar
tercipta sebuah perekonomian yang dinamis, adil dan produktif. Contoh yang sangat jelas dari
urgensi distribusi dalam islam adalah eksistensinya mekanisme zakat dalam ekonomi.

5.

Konsep Distribusi Pendapatan Dalam Islam

Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya mempertemukan kepentingan
konsumen dan produsen dengan tujuan kemaslahatan ummat. Ketika konsumen dan produsen
memiliki motif utama yakni memenuhi kebutuhan maka distribusi melayani kepentingan ini dan
memperlancar segala usaha menuju ke arah motif dan tujuan ini. Dalam Islam penjaminan
kelancaran distribusi ini sudah disistemkan melalui prinsip-prinsip atau ketentuan-ketentuan
syariah, misalnya kewajiban menjalankan mekanisme zakat dan mekanisme jual beli yang diatur
oleh syariah.
a. Distribusi Pendapatan Dalam Islam
Konsep islam menjamin sebuah distribusi pendapatan yang memuat nilai-nilai insani,
karena dalam konsep Islam distribusi pendapatan meliputi:
1. Kedudukan manusia yang berbeda antara satu dengan yang lain merupakan kehendak
Allah. Allah berfirman:
“ Dan Dia-lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya amat cepat siksa-Nya dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi maha penyayang” (QS.Al-An’aam:165).
2. Pemilikan harta pada hanya beberapa orang dalam suatu masyarakat akan menimbulkan
ketidakseimbangan hidup dan preseden buruk bagi kehidupan.Allah berfirman:
“ Dan orang-orang yang zalim itu hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang
ada pada diri mereka dan mereka adalah orang-orang yang berdosa” (QS.Huud:116).
3. Pemerintah dan masyarakat mempunyai peran penting untuk mendistribusikan kekayaan
kepada masyarakat. Allah berfirman:
“ Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang
miskin yang meminta bagian” (QS. Adz-Dzariyaat: 19).
b. Dampak Distribusi Pendapatan Dalam Islam
Dalam konsep Islam perilaku distribusi pendapatan masyarakat merupakan bagian dari
bentuk proses kesadaran masyarakat dalam mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu,

distribusi dalam Islam akan menciptakan kehidupan yang saling menghargai dan menghormati
antara satu dengan yang lain, karena antara satu dengan yang lain tidak akan sempurna
eksistensinya sebagai manusia jika tidak ada yang lain.
Dalam Islam distribusi tidak hanya didasarkan optimalisasi dampak barang tersebut
terhadap kemampuan orang tetapi pengaruh barang tersebut terhadap prilaku masyarakat yang
mengkonsumsinya.
Negara bertanggung jawab terhadap mekanisme distribusi dengan mengedepankan
kepentingan umum daripada kepentingan kelompok, atau golongan apalagi perorangan.
Negara mempunyai tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas publik yang berhubungan
dengan masalah optimalisasi distribusi pendapatan, seperti: sekolah, rumah sakit, lapangan kerja,
dll. Sarana tersebut sebagai bentuk soft distribution yang digunakan untuk mengoptimalkan
sumber daya yang berkaitan.
c.

Distribusi Kekayaan

Kekayaan didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bernilai ekonomi (berupa uang, barang
atau hak cipta yang bersifat abstrak) yang dimiliki oleh seseorang, baik yang bersumber dari
pendapatannya maupun simpanannya (harta).

BAB V
PENUTUP
1. Simpulan
Sistem ekonomi Islam tidak sama dengan sistem-sistem ekonomi yang
lain. Ia berbed