Ekonomi Lingkungan bisnis makro ekonomi

SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Warsilan, SE.,MT
NIM:090710201D

1. Pendahuluan
Pembangunan Ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan
sering

bertentangan dengan

prinsip pelestarian lingkungan,

sehingga sering dikatakan antara pembangunan ekonomi dan
lingkungan

terkesan

kontradiktif.


Namun

sebenarnya

tidaklah

demikian, karena dua kepentingan ini bisa saling diintegrasikan
dalam

pembangunan

berwawasan

lingkungan

(sustainable

development), sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan dapat
tercapai.


Negara-negara berkebang termasuk Indonesia sebagian besar sumber
pendapatannya berasal dari SDA, yang diperoleh melalui ekspor dan
penggunaan domestic. Angka PDRB dari sector primer (pertanian
dalam arti luas), dan pertambangan memberikan indikasi

bahwa

hampir 30 % disumbang sector primer (data tahun 2002) serta
menyerap hanpir 50 % penduduk yang bekerja.

Issu yang muncul sehubungan dengan eksploitasi SDA, apakah
persediaannya cukup untuk mendukung pertumbuhan pada masa
yang akan datang karena persediaan makin lama makin menipis dan
pada suatu waktu akan habis. Pertanyaan ini penting dikemukakan
karena disadari masih rendahnya kualitas SDM. Hampir 60 %
angkatan kerja di Indonesia berpendidikan setinggi-tingginya sekolah
1

dasar dan 17 % SLTP. Negara yang miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa Negara maju lainnya dapat mencapai kemajuan

berkat dukungan SDM, Pemberdayaan SDM untuk mendukung
keberlanjutan pembangunan adalah mutlak untuk menjaga apabila
SDA habis pemakaiannya.

Dengan

otonomi

daerah

saat

ini

di

setiap

kabupaten/kota,


pembiayaan pembangunan berasal dari sumber-sumber pendapatan
daerah sendiri. Kekurangnan biaya pembangunan untuk sementara
di tanggung oleh pemerintah pusat melalu DAU dan DAK melalui
mekanisme perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kedua
sumber dana pembangunan ini setiap tahun akan makin kecil dan
pada saatnya pula akan terhapus seiring dengan habisnya SDA yang
tidak bisa diperbaharui.

2. Lingkungan sebagai asset
Sumberdaya alam terdiri dari sumberdaya alam yang

terbaharui

(renewable resources) dan sumberdaya alam yang tak terbaharui
(unrenewable resources). Kedua

karakteristik sumberdaya alam ini

memiliki sifat dan system pengelolaan yang berbeda pula.


Oleh sebab itu berbagai upaya harus dilakukan semua pihak yang
terkait dan berkepentingan dengan pengelolaan sumberdaya alam
dan

lingkungan

hidup,

agar

seluruh

potensi

SDA

ini

dapat


dimanfaatkan secara optimal, tetapi dengan prinsip terjaganya
kelestarian lingkungan dan terhindarnya degradasi sumber daya
alam.

Bagi ekonom, pembangunan berkelanjutan berarti memasukkan
lingkungan

kedalam

lingkungan

dipandang

system

system

sebagai
2


aset

ekonomi.
utama

Dalam

yang

hal

ini

menyediakan

kebutuhan

umat

manusia.


Lingkungan

menyediakan

system

pendukung kehidupan untuk mempertahankan keberadaan umat
manusia. Usaha untuk mengatasi proses depresiasi dari asset
lingkungan bukan hanya kepentingan konservasi dan pelestarian
lingkungan tetapi untuk kepentingan aktivitas ekonomi jangka
panjang guna memenuhi kebutuhan umat manusia baik generasi
sekarang maupun yang akan datang (inter generation).

3. Pertumbuhan Ekonomi dan pelestarian Lingkungan
Pandangan ekonomi dan ekologi (lingkungan) mempunyai tujuan
yang berbeda, ekonomi dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia (pasar). Alam dan aspek-aspek yang
berkaitan degan system alam, dianggap sebagai factor penghambat
dalam optimalisasi dalam model-model ekonomi.


Sedangkan kajian ekologi (lingkungan), berkaitan dengan system
alam, fenomena dan proses alam, dan tidak berhubungan dengan
penyesuain (adaptations) tingkah laku manusia. Hal ini memberikan
aturan normative bagaimana seharusnya manusia bertindak dalam
hubungannya dengan sumberdaya alam dan sistem alam.

Pertumbuhan ekonomi agregat sering diinterpretasikan sebagai
kenaikan produksi nasional. Untuk itu kita perlu melihat factor apa
saja yang diperlukan bagi pertumbuhan atau pembangunan, yang
dapat difurmulasikan sbb:

Q = f ( K, TK, SDA, T, Ent, S, dan lain-lainya),

Fungsi di atas bisa diartikan output nasional (Q) selama satu periode
tergantung pada aliran masukan Kapital (K), Tenaga Kerja (TK),

3

Sumber Daya Alam (SDA), Teknologi (T), Entrpreneurship (Ent), factor

social (S) dan (factor lain-lainya),

- Sumbangan SDA terhadap PDB:
PDB yang dibentuk dari penjumlahan nilai tambah seluruh kegiatan
ekonomi (9 lapangnan usaha menurut ISIC) dapat dikelompokan
menjadi 3 sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer terdiri
dari dua kegiatan usaha pertanian dalam arti luas dan usaha
pertambangnan serta penggalian. Usaha-usaha di sektor primer ini
merupakan usaha yang terkait langsung dengan SDA. Sektor
sekunder merupakan sector yang memakai SDA sebagai input dalam
proses produksi seperti usaha industri, energi

dan air serta

konstruksi sedang sector tersier adalah sector yang terkait dengan
jasa-jasa; perdagangan, transportasi, keuangandan jasa lainnya.

Salah satu kelemahan dari pengelolaan SDA di negara berkembang,
usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan cara eksploitasi
besar-besaran dari SDA tanpa memperhatikan akibatnya yang harus

dibayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan.

Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejateraan rakyat
terutama melalui peningkatan, serta menjamin distribusinya secara
merata.

Peningkatan

pendapatan

memerlukan

pertumbuhan

ekonomi, sebagai alat untuk mencapai kesejateraan yang dapat
dinikmati generasi sekarang, dan juga generasi mendatang secara
berkesinambunagan.

Paradigma

pembangunan

berkelanjutan

(sustainable development) mengisyaratkan bahwa bagi daerah-daerah
yang saat ini mengandalkan SDA sebagai sumber pembiayaan
pembangunan wajib untuk mengendalikan pengngunann SDA secara
efisien, karean apabila digunakan terus menerus suatu saat akan
4

habis. Ini berarti tidak selamanya mengandalkan penggunaan SDA
sebagai sumber pertumbuhan tetapi bertahap mengalihkannya ke
non SDA seperti SDM. Negara-negara miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa negara maju mengalami kemajuan pesat
karena factor SDM. Menurut komisi Brudtland (WCED,1987) bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan
berkelanjutan,

yang

memberikan

kebutuhan sekarang, dan

jaminan

untuk

memenuhi

juga menjamin kebutuhan generasi

berikutnya.
Dalam
pertama

pembangunan
pendekatan

berkelanjutan
ekonomi,

diperlukan

social

dan

3

pendekatan,

lingkungan,

kedua;

pendekatan ekologis dan ketiga; pendekatan capital.

Y = f (R)

Pertumbuhan %

SDA

Y1

N0

Y0

N1

0

R0

R1

SDA =R

0

N=f (Y)

Y0

Y1

(%)

Hubungan pertumbuhan ekonomi dan Barang (SDA) Vs Hubungan Pertumbuhan
dan persedian (SDA)

-

Issu-issu Pokok Dalam Pengelolaan SDA dan Energi

Pertama; SDA dan

energi terbatas ketersediaanya, sampai kapan

penduduk dunia akan terus bertahan dan tergantung pada SDA dan
energi yang terbatas, tapi dapat dirusak system lingkungannya ?
Kedua; menyangkut lokasi dan cadangan SDA dan energi terletak
jauh dari yang memerlukan. Hal ini akan menambah persoalan
transportasi dan distribusi.

5

Ketiga; mengenai adanya pergeseran para pengguna dari yang semula
memakai SDA dan energi yang tidak terbaharui (non renewable) ke
SDA yang terbaharui (renewable).
Keempat;

pemanfaatan

SDA

dan

energi

yang

tidak

lagi

bijaksana/bestari, dan berpandangan jangka pendek.
Kelima; belum adanya pertimbangan lingkungan
Keenam; semakin meningkatnya ketergantungan kita pada SDA dan
Energi kelas rendah
Ketujuh; berkaitan dengan issu sebelumnya, semakin terbatasnya
kondisi lingkungan global.
Kedelapan; mengenai peranan yang diberikan kepada pasar dan
menentukan pengelolaan SDA dan lingkungan.

4. Kebijakan dan Upaya Pelestarian:
Meningkatkan penerimaan suatu daerah untuk membiayai
pembangunan dari SDA memang perlu, namun eksploitasi SDA yang
tidak terkontrol dan tidak memperhatikan kelestariannya berpotensi
mengganggu

kelangsungan pembangunan. Salah satu

komponen

pendapatan negara yang berasal dari penerimaman bukan pajak adalah
penerimaman dari hasil SDA; minyak dan gas alam, pertambangan
umum, kehutanan dan perikanan.

Ada

beberapa

factor

yang

dapat

menghambat

kelangkaan

sebagaimana indeks untuk mengukur kelangkaan menurut Fisher
(1978) adalah; harga-harga SDA dan energi, biaya eksploitasi, royalty
yang harus dibayar, rasio antara modal dengan tenaga kerja. Dengan
naiknya angka-angka indeks tersebut bisa dipastikan telah terjadi
proses kelangkaan.

6

Meskipun kelangkaan semakin dirasakan, kita dapat menyaksikan
beberapa

negara

perekonomian

dapat

antara

berkembang

lain

karena;

dengan

perubahan

pesat

dalam

teknologi

dan

perdagangan internasional.

Untuk menguasai persyaratan tersebut, tentunya kita membutuhkan
penguasaan Iptek melalui peningkatan kualitas SD manusia yang
memadai, sehinga kita dapat beralih dari penggunaan SDA yang tidak
dapat diperbaharui ke SDA yang dapat diperbaharui maupun beralih
ke SD alternative.

Untuk mewujudkan kelestarian SDA diperlukan langkah-langkah
sbb;
-

SDA yang tidak terbaharui supaya digunakan secara hati-hati dan
efisien dengan memelihara kelangsungan

fungsinya, sehingga

ketersediaannya juga terjamin untuk generasi mendatang.
-

SDA yang dapat diperbaharui hendaknya penggunaannya tidak
melebihi kemampuan kapasitasnya.

-

Pendapatan yang diperoleh dari SDA, penggunaanya tidak saja
untuk memenuhi konsumsi sekarang tetapi juga dimanfaatkan
sebagian

untuk

keperluan

riset

mencari

sumber-sumber

alternative yang lain.
-

Kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan serta
menurunkan fungsinya agar dihindari/diminimalisir misalnya
keharusan penggunanan alat control limbah bagi perusahaan.

-

Penerepan hukum/sanksi

bagi pelanggaran sesuai dengan

peraturan berlaku
-

Penggunaan pajak lingkungan bagi yang berpotensi menimbulkan
kerusakan dalam penurunan kualitas lingkungan.

7

-

Peran

pemimpin

didalam

pengelolaan

pembangunan

berkelanjutan

Strategi

dan

upaya

lainnya

dalam

pengelolaan

pembangunan

berkelanjutan, adalah; memaksimalkan peran pemimpin-pemimpin
yang

memiliki

kapasitas

untuk

mengarahkan

dan

mendorong

perubahan paradigma pembangunan. Pemimpin tersebut adalah
memiliki pengetahunan, wawasan, keterampilan dan kemauan:
-

Visi terhadap masa depan yang berkelanjutan: bisa memelihara
dan mengoperasionalkan cita-cita bangsa dan negara melalui;
keadilan, kesejahteraan dan kemandirian.

-

Berpikir secara holistic dan integrative: kemampuan untuk
membaca dan menganalisa suatu fenomena/konteks tertentu dan
membandingkan dengan yang lain secara utuh menyeluruh.

-

Komunikator yang baik; mampu menyampaikan pesan dan
menerima pesan yang baik.

-

Menjembatani

dan

transformasi;

mampu

menjembatani

kepentingan seluruh pihak.
-

Orientasi pembelajaran; dalam menjalankan kebijakan tentunya
tidak terlepas dari kegagalan dan kesalahan, maka dari itu bagian
dari

pembelajaran

yang

kemudian

dioperasionalkan

dalam

tindakan korektif.

- Kebijakan Umum Pemerintah;
-

Memperbaiki hak penguasaan atas SDA dan lingkungan, dari
kepemilikan bersama/umum menjadi barang privat.

-

Memperbaharui Manajemen SDA dan lingkungan sehingga biaya
eksternal dapat di internalkan

-

Mengguanakan tekanan social untuk mengurangi kerusakan
lingkungan dan pencemaran lingkungan.
8

-

Melaksanakan audit lingkungnan

SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGI KESELURUHAN
Diketahui (identified)
Disimpulkan
adanya

Didemontrasikan
Terukur

Hipotesis

Spekulatif

Tertunjukkan
Cadangan
(reserves)

Submarjinal

paramarjinal

Secara
ekonomi
Subekonmis

Belum diketemukan (undiscovered)

- SDA dan Lingkungan, dan SDM

di Masa Depan:

Dalam memandang SDA di masa depan, yang selama ini kesulitan
dalam SDA secara umum, bisa diatas dengan cukup baik; tetapi
orang

berpandangan

berpandangan

optimis

optimis

maupun

menganggap

pesimis.

masih

Mereka

sedikit

SDA

yang
yang

dieksploitasi dan dengan bantuan teknologi masih ada kemungkinan
menambah cadangan SDA dan energi (resource augmentation). Selain
itu riset dan pengembangan yang terus digiatkan secara optimis
dianggap mampu mengatasi persoalan kelangkaan SDA dan energi.

9

Adapun yang berpandangan pesismis berpendapat pasar tidak
mampu menyatukan atau memberikan rangsangan. Harga riil tidak
merangsang orang untuk melakukan penemuan, dan kurangnya
motivasi

untuk

produsen dengan

melakukan

riset

dan

pengembangan,

karena

R & D tak dapat memperoleh semua keuntungan

yang mereka hasilkan.

Peranan ekonomi baik di masa sekarang maupun mendatang sangat
diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi dan menjadi mutlak
dalam

pengelolaan

SDA

dan

lingkungan.

Pengelolaan

SDA

mempunyai tujuan akhir yaitu kesejahteraan masyarakat (social
welfare) dengan memperhatikan keberlanjutannya.

Selain itu kebutuhan peningkatan kualitas SDM adalah mutlak,
untuk menuju pada penguasaan dalam

penyediakan produk/jasa

alternative selain produk dari SDA.

Alternatif Pemikiran Dalam Pemanfaatan SDA:
1. Sumber Daya Alam dihabiskan secara cepat dalam suatu periode
dengan pertumbuhan yang cepat dan standar hidup yang tinggi
diikuti dengan kehancuran suatu sistem kehidupan secara cepat
pula.
2. SDA dimanfaatkan perlahan-lahan, sehingga tingkat pendapatan
dan standar hidup tetap rendah, tetapi untuk jangka waktu yang
lama.
3. Sumber daya dimanfaatkan secara cepat guna menciptakan
kemapuan

untuk

menghasilkan

sumber

daya

yang

dapat

diperbaharui guna menggantikan SDA yang tidak pulih, sehigga
poruduksi perekonomian dapat terus berlangsung.

10

4. SDA dihemat penggunaanya dan dimanfaatkan sedikit demi
sedikit, tetapi akan menjadi usang bila terdapat penemuan
teknologi baru.
5. Perubahan teknologi serta subsitusi SD yang dapat diperbaharui
terhadap sumber daya yang tidak dapt diperbaharui akan dapat
memelihara
memburuknya

kelangsungan
lingkungan

pertumbuhan
akan

manusia.

11

mengurangi

PNB,

tetapi

kesejateraan

Lampiran :
Luas Tebangnan dan Produksi Kayu Bundar di Kaltim selama Pelita IV-2003

TAHUN

Luas Tebangan (000

Produksi (M3)

HA)

Pelita IV

-

25.745.215.03

Pelita V

-

28.896.781.53

Pelita VI

-

15.429.038.88

1996

130.984.00

5.183.854.50

1997

235.366.00

6.666.608.00

1989

36.673.00

5.494.161.40

1999

245.730.00

5.533.678.70

2000

62.735.80

4.707.447.40

2001

591.312.40

4.509.928.90

2002

91.094.38

2.601.805.85

2003

93.921.38

1.162.777.54

Sumber: Neraca SDA Prop. Kaltim

Luas Lahan berdasarkan TGHK & Neraca SD Hutan Kaltim Th.1997

Fungsi Kawasan

Luas (Ha)

%

Luas (Ha)

%

Hutan Produksi

5.513.060

7.294.942.17

Hutan Produksi

4.825.100

-

3.626.300

3.671.624.5

1.968.600

-

17.56

-

1.340.000

4.981.476

terbatas
Hutan Lindung
Hutan Wisata/PPA
Hutan Pendidikan

Hutan Konversi
Hutan Konservasi
Non Hutan (budidaya)

Jumlah

2.094.457
3.852.380

21.144.000

18.042.499.67

Sumber: Neraca SDA Kaltim.

12

Perkembangan Produksi Pertambangan Non Migas Propinsi Kaltim Th 1998-2003
Tahun

1997

Batu Bara (Ton)

Cadangan

Emas (Ton)

Perak (ton)

-

-

32.050.561.637 ton
1998

29.496.164

14.90

13.60

1999

34.697.704

13.44

10.44

2000

36.226.596

9.83

8.67

2001

46.123.683

15.34

10.92

2002

55.114.570

16.78

10.84

2003

50.350.950

14.40

10.66

Sumber: Dinas Pertambangan Prop. Kalimantan Timur.

13

Keterangan

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 1997. Laporan Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah
Propinsi Kalimantan Timur.
-------------, 2004. Indikator Ekonomi Kalimantan Timur 2003.BPS Prop.
Kaltim.
-------------, 2004. Proceeding Natural Resources and Environmental
Accounting, Purwokerto, 12-14 Desember 2003. Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Akhmad Fauzi,2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan,
Teori dan Aplikasi, Penerbit Grmaedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Addinul Yakin, 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Penerbit
Akademika Presindo, Jakarta.
M.Suparmoko, 1997. Ekonomi Sumber Daya alam dan Lingkungan
(Suatu Pendekatan Teoritis), Penerbit BPFE, Ypgyakarta.
M.Suparmoko dan Maria R.S, 2000. Ekonomika Lingkungan, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Sukanto R dan A. Purnomo Brodjonegoro, 2000. Ekonomi Lingungan,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Sukanto R dan Pradono, 1998. Ekonomi Sumber Daya Alamdan Energi,
penerbit BPFE Yogyakarta.
S.H.Sarundajang, 2000. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah,
Penerbit Pustaka Sinar harapan,Jakarta.

14