Ekonomi Lingkungan bisnis makro ekonomi
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Warsilan, SE.,MT
NIM:090710201D
1. Pendahuluan
Pembangunan Ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan
sering
bertentangan dengan
prinsip pelestarian lingkungan,
sehingga sering dikatakan antara pembangunan ekonomi dan
lingkungan
terkesan
kontradiktif.
Namun
sebenarnya
tidaklah
demikian, karena dua kepentingan ini bisa saling diintegrasikan
dalam
pembangunan
berwawasan
lingkungan
(sustainable
development), sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan dapat
tercapai.
Negara-negara berkebang termasuk Indonesia sebagian besar sumber
pendapatannya berasal dari SDA, yang diperoleh melalui ekspor dan
penggunaan domestic. Angka PDRB dari sector primer (pertanian
dalam arti luas), dan pertambangan memberikan indikasi
bahwa
hampir 30 % disumbang sector primer (data tahun 2002) serta
menyerap hanpir 50 % penduduk yang bekerja.
Issu yang muncul sehubungan dengan eksploitasi SDA, apakah
persediaannya cukup untuk mendukung pertumbuhan pada masa
yang akan datang karena persediaan makin lama makin menipis dan
pada suatu waktu akan habis. Pertanyaan ini penting dikemukakan
karena disadari masih rendahnya kualitas SDM. Hampir 60 %
angkatan kerja di Indonesia berpendidikan setinggi-tingginya sekolah
1
dasar dan 17 % SLTP. Negara yang miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa Negara maju lainnya dapat mencapai kemajuan
berkat dukungan SDM, Pemberdayaan SDM untuk mendukung
keberlanjutan pembangunan adalah mutlak untuk menjaga apabila
SDA habis pemakaiannya.
Dengan
otonomi
daerah
saat
ini
di
setiap
kabupaten/kota,
pembiayaan pembangunan berasal dari sumber-sumber pendapatan
daerah sendiri. Kekurangnan biaya pembangunan untuk sementara
di tanggung oleh pemerintah pusat melalu DAU dan DAK melalui
mekanisme perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kedua
sumber dana pembangunan ini setiap tahun akan makin kecil dan
pada saatnya pula akan terhapus seiring dengan habisnya SDA yang
tidak bisa diperbaharui.
2. Lingkungan sebagai asset
Sumberdaya alam terdiri dari sumberdaya alam yang
terbaharui
(renewable resources) dan sumberdaya alam yang tak terbaharui
(unrenewable resources). Kedua
karakteristik sumberdaya alam ini
memiliki sifat dan system pengelolaan yang berbeda pula.
Oleh sebab itu berbagai upaya harus dilakukan semua pihak yang
terkait dan berkepentingan dengan pengelolaan sumberdaya alam
dan
lingkungan
hidup,
agar
seluruh
potensi
SDA
ini
dapat
dimanfaatkan secara optimal, tetapi dengan prinsip terjaganya
kelestarian lingkungan dan terhindarnya degradasi sumber daya
alam.
Bagi ekonom, pembangunan berkelanjutan berarti memasukkan
lingkungan
kedalam
lingkungan
dipandang
system
system
sebagai
2
aset
ekonomi.
utama
Dalam
yang
hal
ini
menyediakan
kebutuhan
umat
manusia.
Lingkungan
menyediakan
system
pendukung kehidupan untuk mempertahankan keberadaan umat
manusia. Usaha untuk mengatasi proses depresiasi dari asset
lingkungan bukan hanya kepentingan konservasi dan pelestarian
lingkungan tetapi untuk kepentingan aktivitas ekonomi jangka
panjang guna memenuhi kebutuhan umat manusia baik generasi
sekarang maupun yang akan datang (inter generation).
3. Pertumbuhan Ekonomi dan pelestarian Lingkungan
Pandangan ekonomi dan ekologi (lingkungan) mempunyai tujuan
yang berbeda, ekonomi dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia (pasar). Alam dan aspek-aspek yang
berkaitan degan system alam, dianggap sebagai factor penghambat
dalam optimalisasi dalam model-model ekonomi.
Sedangkan kajian ekologi (lingkungan), berkaitan dengan system
alam, fenomena dan proses alam, dan tidak berhubungan dengan
penyesuain (adaptations) tingkah laku manusia. Hal ini memberikan
aturan normative bagaimana seharusnya manusia bertindak dalam
hubungannya dengan sumberdaya alam dan sistem alam.
Pertumbuhan ekonomi agregat sering diinterpretasikan sebagai
kenaikan produksi nasional. Untuk itu kita perlu melihat factor apa
saja yang diperlukan bagi pertumbuhan atau pembangunan, yang
dapat difurmulasikan sbb:
Q = f ( K, TK, SDA, T, Ent, S, dan lain-lainya),
Fungsi di atas bisa diartikan output nasional (Q) selama satu periode
tergantung pada aliran masukan Kapital (K), Tenaga Kerja (TK),
3
Sumber Daya Alam (SDA), Teknologi (T), Entrpreneurship (Ent), factor
social (S) dan (factor lain-lainya),
- Sumbangan SDA terhadap PDB:
PDB yang dibentuk dari penjumlahan nilai tambah seluruh kegiatan
ekonomi (9 lapangnan usaha menurut ISIC) dapat dikelompokan
menjadi 3 sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer terdiri
dari dua kegiatan usaha pertanian dalam arti luas dan usaha
pertambangnan serta penggalian. Usaha-usaha di sektor primer ini
merupakan usaha yang terkait langsung dengan SDA. Sektor
sekunder merupakan sector yang memakai SDA sebagai input dalam
proses produksi seperti usaha industri, energi
dan air serta
konstruksi sedang sector tersier adalah sector yang terkait dengan
jasa-jasa; perdagangan, transportasi, keuangandan jasa lainnya.
Salah satu kelemahan dari pengelolaan SDA di negara berkembang,
usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan cara eksploitasi
besar-besaran dari SDA tanpa memperhatikan akibatnya yang harus
dibayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan.
Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejateraan rakyat
terutama melalui peningkatan, serta menjamin distribusinya secara
merata.
Peningkatan
pendapatan
memerlukan
pertumbuhan
ekonomi, sebagai alat untuk mencapai kesejateraan yang dapat
dinikmati generasi sekarang, dan juga generasi mendatang secara
berkesinambunagan.
Paradigma
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable development) mengisyaratkan bahwa bagi daerah-daerah
yang saat ini mengandalkan SDA sebagai sumber pembiayaan
pembangunan wajib untuk mengendalikan pengngunann SDA secara
efisien, karean apabila digunakan terus menerus suatu saat akan
4
habis. Ini berarti tidak selamanya mengandalkan penggunaan SDA
sebagai sumber pertumbuhan tetapi bertahap mengalihkannya ke
non SDA seperti SDM. Negara-negara miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa negara maju mengalami kemajuan pesat
karena factor SDM. Menurut komisi Brudtland (WCED,1987) bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan
berkelanjutan,
yang
memberikan
kebutuhan sekarang, dan
jaminan
untuk
memenuhi
juga menjamin kebutuhan generasi
berikutnya.
Dalam
pertama
pembangunan
pendekatan
berkelanjutan
ekonomi,
diperlukan
social
dan
3
pendekatan,
lingkungan,
kedua;
pendekatan ekologis dan ketiga; pendekatan capital.
Y = f (R)
Pertumbuhan %
SDA
Y1
N0
Y0
N1
0
R0
R1
SDA =R
0
N=f (Y)
Y0
Y1
(%)
Hubungan pertumbuhan ekonomi dan Barang (SDA) Vs Hubungan Pertumbuhan
dan persedian (SDA)
-
Issu-issu Pokok Dalam Pengelolaan SDA dan Energi
Pertama; SDA dan
energi terbatas ketersediaanya, sampai kapan
penduduk dunia akan terus bertahan dan tergantung pada SDA dan
energi yang terbatas, tapi dapat dirusak system lingkungannya ?
Kedua; menyangkut lokasi dan cadangan SDA dan energi terletak
jauh dari yang memerlukan. Hal ini akan menambah persoalan
transportasi dan distribusi.
5
Ketiga; mengenai adanya pergeseran para pengguna dari yang semula
memakai SDA dan energi yang tidak terbaharui (non renewable) ke
SDA yang terbaharui (renewable).
Keempat;
pemanfaatan
SDA
dan
energi
yang
tidak
lagi
bijaksana/bestari, dan berpandangan jangka pendek.
Kelima; belum adanya pertimbangan lingkungan
Keenam; semakin meningkatnya ketergantungan kita pada SDA dan
Energi kelas rendah
Ketujuh; berkaitan dengan issu sebelumnya, semakin terbatasnya
kondisi lingkungan global.
Kedelapan; mengenai peranan yang diberikan kepada pasar dan
menentukan pengelolaan SDA dan lingkungan.
4. Kebijakan dan Upaya Pelestarian:
Meningkatkan penerimaan suatu daerah untuk membiayai
pembangunan dari SDA memang perlu, namun eksploitasi SDA yang
tidak terkontrol dan tidak memperhatikan kelestariannya berpotensi
mengganggu
kelangsungan pembangunan. Salah satu
komponen
pendapatan negara yang berasal dari penerimaman bukan pajak adalah
penerimaman dari hasil SDA; minyak dan gas alam, pertambangan
umum, kehutanan dan perikanan.
Ada
beberapa
factor
yang
dapat
menghambat
kelangkaan
sebagaimana indeks untuk mengukur kelangkaan menurut Fisher
(1978) adalah; harga-harga SDA dan energi, biaya eksploitasi, royalty
yang harus dibayar, rasio antara modal dengan tenaga kerja. Dengan
naiknya angka-angka indeks tersebut bisa dipastikan telah terjadi
proses kelangkaan.
6
Meskipun kelangkaan semakin dirasakan, kita dapat menyaksikan
beberapa
negara
perekonomian
dapat
antara
berkembang
lain
karena;
dengan
perubahan
pesat
dalam
teknologi
dan
perdagangan internasional.
Untuk menguasai persyaratan tersebut, tentunya kita membutuhkan
penguasaan Iptek melalui peningkatan kualitas SD manusia yang
memadai, sehinga kita dapat beralih dari penggunaan SDA yang tidak
dapat diperbaharui ke SDA yang dapat diperbaharui maupun beralih
ke SD alternative.
Untuk mewujudkan kelestarian SDA diperlukan langkah-langkah
sbb;
-
SDA yang tidak terbaharui supaya digunakan secara hati-hati dan
efisien dengan memelihara kelangsungan
fungsinya, sehingga
ketersediaannya juga terjamin untuk generasi mendatang.
-
SDA yang dapat diperbaharui hendaknya penggunaannya tidak
melebihi kemampuan kapasitasnya.
-
Pendapatan yang diperoleh dari SDA, penggunaanya tidak saja
untuk memenuhi konsumsi sekarang tetapi juga dimanfaatkan
sebagian
untuk
keperluan
riset
mencari
sumber-sumber
alternative yang lain.
-
Kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan serta
menurunkan fungsinya agar dihindari/diminimalisir misalnya
keharusan penggunanan alat control limbah bagi perusahaan.
-
Penerepan hukum/sanksi
bagi pelanggaran sesuai dengan
peraturan berlaku
-
Penggunaan pajak lingkungan bagi yang berpotensi menimbulkan
kerusakan dalam penurunan kualitas lingkungan.
7
-
Peran
pemimpin
didalam
pengelolaan
pembangunan
berkelanjutan
Strategi
dan
upaya
lainnya
dalam
pengelolaan
pembangunan
berkelanjutan, adalah; memaksimalkan peran pemimpin-pemimpin
yang
memiliki
kapasitas
untuk
mengarahkan
dan
mendorong
perubahan paradigma pembangunan. Pemimpin tersebut adalah
memiliki pengetahunan, wawasan, keterampilan dan kemauan:
-
Visi terhadap masa depan yang berkelanjutan: bisa memelihara
dan mengoperasionalkan cita-cita bangsa dan negara melalui;
keadilan, kesejahteraan dan kemandirian.
-
Berpikir secara holistic dan integrative: kemampuan untuk
membaca dan menganalisa suatu fenomena/konteks tertentu dan
membandingkan dengan yang lain secara utuh menyeluruh.
-
Komunikator yang baik; mampu menyampaikan pesan dan
menerima pesan yang baik.
-
Menjembatani
dan
transformasi;
mampu
menjembatani
kepentingan seluruh pihak.
-
Orientasi pembelajaran; dalam menjalankan kebijakan tentunya
tidak terlepas dari kegagalan dan kesalahan, maka dari itu bagian
dari
pembelajaran
yang
kemudian
dioperasionalkan
dalam
tindakan korektif.
- Kebijakan Umum Pemerintah;
-
Memperbaiki hak penguasaan atas SDA dan lingkungan, dari
kepemilikan bersama/umum menjadi barang privat.
-
Memperbaharui Manajemen SDA dan lingkungan sehingga biaya
eksternal dapat di internalkan
-
Mengguanakan tekanan social untuk mengurangi kerusakan
lingkungan dan pencemaran lingkungan.
8
-
Melaksanakan audit lingkungnan
SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGI KESELURUHAN
Diketahui (identified)
Disimpulkan
adanya
Didemontrasikan
Terukur
Hipotesis
Spekulatif
Tertunjukkan
Cadangan
(reserves)
Submarjinal
paramarjinal
Secara
ekonomi
Subekonmis
Belum diketemukan (undiscovered)
- SDA dan Lingkungan, dan SDM
di Masa Depan:
Dalam memandang SDA di masa depan, yang selama ini kesulitan
dalam SDA secara umum, bisa diatas dengan cukup baik; tetapi
orang
berpandangan
berpandangan
optimis
optimis
maupun
menganggap
pesimis.
masih
Mereka
sedikit
SDA
yang
yang
dieksploitasi dan dengan bantuan teknologi masih ada kemungkinan
menambah cadangan SDA dan energi (resource augmentation). Selain
itu riset dan pengembangan yang terus digiatkan secara optimis
dianggap mampu mengatasi persoalan kelangkaan SDA dan energi.
9
Adapun yang berpandangan pesismis berpendapat pasar tidak
mampu menyatukan atau memberikan rangsangan. Harga riil tidak
merangsang orang untuk melakukan penemuan, dan kurangnya
motivasi
untuk
produsen dengan
melakukan
riset
dan
pengembangan,
karena
R & D tak dapat memperoleh semua keuntungan
yang mereka hasilkan.
Peranan ekonomi baik di masa sekarang maupun mendatang sangat
diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi dan menjadi mutlak
dalam
pengelolaan
SDA
dan
lingkungan.
Pengelolaan
SDA
mempunyai tujuan akhir yaitu kesejahteraan masyarakat (social
welfare) dengan memperhatikan keberlanjutannya.
Selain itu kebutuhan peningkatan kualitas SDM adalah mutlak,
untuk menuju pada penguasaan dalam
penyediakan produk/jasa
alternative selain produk dari SDA.
Alternatif Pemikiran Dalam Pemanfaatan SDA:
1. Sumber Daya Alam dihabiskan secara cepat dalam suatu periode
dengan pertumbuhan yang cepat dan standar hidup yang tinggi
diikuti dengan kehancuran suatu sistem kehidupan secara cepat
pula.
2. SDA dimanfaatkan perlahan-lahan, sehingga tingkat pendapatan
dan standar hidup tetap rendah, tetapi untuk jangka waktu yang
lama.
3. Sumber daya dimanfaatkan secara cepat guna menciptakan
kemapuan
untuk
menghasilkan
sumber
daya
yang
dapat
diperbaharui guna menggantikan SDA yang tidak pulih, sehigga
poruduksi perekonomian dapat terus berlangsung.
10
4. SDA dihemat penggunaanya dan dimanfaatkan sedikit demi
sedikit, tetapi akan menjadi usang bila terdapat penemuan
teknologi baru.
5. Perubahan teknologi serta subsitusi SD yang dapat diperbaharui
terhadap sumber daya yang tidak dapt diperbaharui akan dapat
memelihara
memburuknya
kelangsungan
lingkungan
pertumbuhan
akan
manusia.
11
mengurangi
PNB,
tetapi
kesejateraan
Lampiran :
Luas Tebangnan dan Produksi Kayu Bundar di Kaltim selama Pelita IV-2003
TAHUN
Luas Tebangan (000
Produksi (M3)
HA)
Pelita IV
-
25.745.215.03
Pelita V
-
28.896.781.53
Pelita VI
-
15.429.038.88
1996
130.984.00
5.183.854.50
1997
235.366.00
6.666.608.00
1989
36.673.00
5.494.161.40
1999
245.730.00
5.533.678.70
2000
62.735.80
4.707.447.40
2001
591.312.40
4.509.928.90
2002
91.094.38
2.601.805.85
2003
93.921.38
1.162.777.54
Sumber: Neraca SDA Prop. Kaltim
Luas Lahan berdasarkan TGHK & Neraca SD Hutan Kaltim Th.1997
Fungsi Kawasan
Luas (Ha)
%
Luas (Ha)
%
Hutan Produksi
5.513.060
7.294.942.17
Hutan Produksi
4.825.100
-
3.626.300
3.671.624.5
1.968.600
-
17.56
-
1.340.000
4.981.476
terbatas
Hutan Lindung
Hutan Wisata/PPA
Hutan Pendidikan
Hutan Konversi
Hutan Konservasi
Non Hutan (budidaya)
Jumlah
2.094.457
3.852.380
21.144.000
18.042.499.67
Sumber: Neraca SDA Kaltim.
12
Perkembangan Produksi Pertambangan Non Migas Propinsi Kaltim Th 1998-2003
Tahun
1997
Batu Bara (Ton)
Cadangan
Emas (Ton)
Perak (ton)
-
-
32.050.561.637 ton
1998
29.496.164
14.90
13.60
1999
34.697.704
13.44
10.44
2000
36.226.596
9.83
8.67
2001
46.123.683
15.34
10.92
2002
55.114.570
16.78
10.84
2003
50.350.950
14.40
10.66
Sumber: Dinas Pertambangan Prop. Kalimantan Timur.
13
Keterangan
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1997. Laporan Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah
Propinsi Kalimantan Timur.
-------------, 2004. Indikator Ekonomi Kalimantan Timur 2003.BPS Prop.
Kaltim.
-------------, 2004. Proceeding Natural Resources and Environmental
Accounting, Purwokerto, 12-14 Desember 2003. Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Akhmad Fauzi,2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan,
Teori dan Aplikasi, Penerbit Grmaedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Addinul Yakin, 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Penerbit
Akademika Presindo, Jakarta.
M.Suparmoko, 1997. Ekonomi Sumber Daya alam dan Lingkungan
(Suatu Pendekatan Teoritis), Penerbit BPFE, Ypgyakarta.
M.Suparmoko dan Maria R.S, 2000. Ekonomika Lingkungan, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Sukanto R dan A. Purnomo Brodjonegoro, 2000. Ekonomi Lingungan,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Sukanto R dan Pradono, 1998. Ekonomi Sumber Daya Alamdan Energi,
penerbit BPFE Yogyakarta.
S.H.Sarundajang, 2000. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah,
Penerbit Pustaka Sinar harapan,Jakarta.
14
DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN EKONOMI
Warsilan, SE.,MT
NIM:090710201D
1. Pendahuluan
Pembangunan Ekonomi yang menitikberatkan pada pertumbuhan
sering
bertentangan dengan
prinsip pelestarian lingkungan,
sehingga sering dikatakan antara pembangunan ekonomi dan
lingkungan
terkesan
kontradiktif.
Namun
sebenarnya
tidaklah
demikian, karena dua kepentingan ini bisa saling diintegrasikan
dalam
pembangunan
berwawasan
lingkungan
(sustainable
development), sehingga kepentingan ekonomi dan lingkungan dapat
tercapai.
Negara-negara berkebang termasuk Indonesia sebagian besar sumber
pendapatannya berasal dari SDA, yang diperoleh melalui ekspor dan
penggunaan domestic. Angka PDRB dari sector primer (pertanian
dalam arti luas), dan pertambangan memberikan indikasi
bahwa
hampir 30 % disumbang sector primer (data tahun 2002) serta
menyerap hanpir 50 % penduduk yang bekerja.
Issu yang muncul sehubungan dengan eksploitasi SDA, apakah
persediaannya cukup untuk mendukung pertumbuhan pada masa
yang akan datang karena persediaan makin lama makin menipis dan
pada suatu waktu akan habis. Pertanyaan ini penting dikemukakan
karena disadari masih rendahnya kualitas SDM. Hampir 60 %
angkatan kerja di Indonesia berpendidikan setinggi-tingginya sekolah
1
dasar dan 17 % SLTP. Negara yang miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa Negara maju lainnya dapat mencapai kemajuan
berkat dukungan SDM, Pemberdayaan SDM untuk mendukung
keberlanjutan pembangunan adalah mutlak untuk menjaga apabila
SDA habis pemakaiannya.
Dengan
otonomi
daerah
saat
ini
di
setiap
kabupaten/kota,
pembiayaan pembangunan berasal dari sumber-sumber pendapatan
daerah sendiri. Kekurangnan biaya pembangunan untuk sementara
di tanggung oleh pemerintah pusat melalu DAU dan DAK melalui
mekanisme perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Kedua
sumber dana pembangunan ini setiap tahun akan makin kecil dan
pada saatnya pula akan terhapus seiring dengan habisnya SDA yang
tidak bisa diperbaharui.
2. Lingkungan sebagai asset
Sumberdaya alam terdiri dari sumberdaya alam yang
terbaharui
(renewable resources) dan sumberdaya alam yang tak terbaharui
(unrenewable resources). Kedua
karakteristik sumberdaya alam ini
memiliki sifat dan system pengelolaan yang berbeda pula.
Oleh sebab itu berbagai upaya harus dilakukan semua pihak yang
terkait dan berkepentingan dengan pengelolaan sumberdaya alam
dan
lingkungan
hidup,
agar
seluruh
potensi
SDA
ini
dapat
dimanfaatkan secara optimal, tetapi dengan prinsip terjaganya
kelestarian lingkungan dan terhindarnya degradasi sumber daya
alam.
Bagi ekonom, pembangunan berkelanjutan berarti memasukkan
lingkungan
kedalam
lingkungan
dipandang
system
system
sebagai
2
aset
ekonomi.
utama
Dalam
yang
hal
ini
menyediakan
kebutuhan
umat
manusia.
Lingkungan
menyediakan
system
pendukung kehidupan untuk mempertahankan keberadaan umat
manusia. Usaha untuk mengatasi proses depresiasi dari asset
lingkungan bukan hanya kepentingan konservasi dan pelestarian
lingkungan tetapi untuk kepentingan aktivitas ekonomi jangka
panjang guna memenuhi kebutuhan umat manusia baik generasi
sekarang maupun yang akan datang (inter generation).
3. Pertumbuhan Ekonomi dan pelestarian Lingkungan
Pandangan ekonomi dan ekologi (lingkungan) mempunyai tujuan
yang berbeda, ekonomi dihadapkan pada pilihan-pilihan dalam
pemenuhan kebutuhan manusia (pasar). Alam dan aspek-aspek yang
berkaitan degan system alam, dianggap sebagai factor penghambat
dalam optimalisasi dalam model-model ekonomi.
Sedangkan kajian ekologi (lingkungan), berkaitan dengan system
alam, fenomena dan proses alam, dan tidak berhubungan dengan
penyesuain (adaptations) tingkah laku manusia. Hal ini memberikan
aturan normative bagaimana seharusnya manusia bertindak dalam
hubungannya dengan sumberdaya alam dan sistem alam.
Pertumbuhan ekonomi agregat sering diinterpretasikan sebagai
kenaikan produksi nasional. Untuk itu kita perlu melihat factor apa
saja yang diperlukan bagi pertumbuhan atau pembangunan, yang
dapat difurmulasikan sbb:
Q = f ( K, TK, SDA, T, Ent, S, dan lain-lainya),
Fungsi di atas bisa diartikan output nasional (Q) selama satu periode
tergantung pada aliran masukan Kapital (K), Tenaga Kerja (TK),
3
Sumber Daya Alam (SDA), Teknologi (T), Entrpreneurship (Ent), factor
social (S) dan (factor lain-lainya),
- Sumbangan SDA terhadap PDB:
PDB yang dibentuk dari penjumlahan nilai tambah seluruh kegiatan
ekonomi (9 lapangnan usaha menurut ISIC) dapat dikelompokan
menjadi 3 sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer terdiri
dari dua kegiatan usaha pertanian dalam arti luas dan usaha
pertambangnan serta penggalian. Usaha-usaha di sektor primer ini
merupakan usaha yang terkait langsung dengan SDA. Sektor
sekunder merupakan sector yang memakai SDA sebagai input dalam
proses produksi seperti usaha industri, energi
dan air serta
konstruksi sedang sector tersier adalah sector yang terkait dengan
jasa-jasa; perdagangan, transportasi, keuangandan jasa lainnya.
Salah satu kelemahan dari pengelolaan SDA di negara berkembang,
usaha mengejar pertumbuhan ekonomi dengan cara eksploitasi
besar-besaran dari SDA tanpa memperhatikan akibatnya yang harus
dibayar mahal dengan semakin rusaknya lingkungan.
Tujuan pembangunan adalah meningkatkan kesejateraan rakyat
terutama melalui peningkatan, serta menjamin distribusinya secara
merata.
Peningkatan
pendapatan
memerlukan
pertumbuhan
ekonomi, sebagai alat untuk mencapai kesejateraan yang dapat
dinikmati generasi sekarang, dan juga generasi mendatang secara
berkesinambunagan.
Paradigma
pembangunan
berkelanjutan
(sustainable development) mengisyaratkan bahwa bagi daerah-daerah
yang saat ini mengandalkan SDA sebagai sumber pembiayaan
pembangunan wajib untuk mengendalikan pengngunann SDA secara
efisien, karean apabila digunakan terus menerus suatu saat akan
4
habis. Ini berarti tidak selamanya mengandalkan penggunaan SDA
sebagai sumber pertumbuhan tetapi bertahap mengalihkannya ke
non SDA seperti SDM. Negara-negara miskin SDA seperti Singapura,
Jepang dan beberapa negara maju mengalami kemajuan pesat
karena factor SDM. Menurut komisi Brudtland (WCED,1987) bahwa
manusia memiliki kemampuan untuk menjadikan pembangunan
berkelanjutan,
yang
memberikan
kebutuhan sekarang, dan
jaminan
untuk
memenuhi
juga menjamin kebutuhan generasi
berikutnya.
Dalam
pertama
pembangunan
pendekatan
berkelanjutan
ekonomi,
diperlukan
social
dan
3
pendekatan,
lingkungan,
kedua;
pendekatan ekologis dan ketiga; pendekatan capital.
Y = f (R)
Pertumbuhan %
SDA
Y1
N0
Y0
N1
0
R0
R1
SDA =R
0
N=f (Y)
Y0
Y1
(%)
Hubungan pertumbuhan ekonomi dan Barang (SDA) Vs Hubungan Pertumbuhan
dan persedian (SDA)
-
Issu-issu Pokok Dalam Pengelolaan SDA dan Energi
Pertama; SDA dan
energi terbatas ketersediaanya, sampai kapan
penduduk dunia akan terus bertahan dan tergantung pada SDA dan
energi yang terbatas, tapi dapat dirusak system lingkungannya ?
Kedua; menyangkut lokasi dan cadangan SDA dan energi terletak
jauh dari yang memerlukan. Hal ini akan menambah persoalan
transportasi dan distribusi.
5
Ketiga; mengenai adanya pergeseran para pengguna dari yang semula
memakai SDA dan energi yang tidak terbaharui (non renewable) ke
SDA yang terbaharui (renewable).
Keempat;
pemanfaatan
SDA
dan
energi
yang
tidak
lagi
bijaksana/bestari, dan berpandangan jangka pendek.
Kelima; belum adanya pertimbangan lingkungan
Keenam; semakin meningkatnya ketergantungan kita pada SDA dan
Energi kelas rendah
Ketujuh; berkaitan dengan issu sebelumnya, semakin terbatasnya
kondisi lingkungan global.
Kedelapan; mengenai peranan yang diberikan kepada pasar dan
menentukan pengelolaan SDA dan lingkungan.
4. Kebijakan dan Upaya Pelestarian:
Meningkatkan penerimaan suatu daerah untuk membiayai
pembangunan dari SDA memang perlu, namun eksploitasi SDA yang
tidak terkontrol dan tidak memperhatikan kelestariannya berpotensi
mengganggu
kelangsungan pembangunan. Salah satu
komponen
pendapatan negara yang berasal dari penerimaman bukan pajak adalah
penerimaman dari hasil SDA; minyak dan gas alam, pertambangan
umum, kehutanan dan perikanan.
Ada
beberapa
factor
yang
dapat
menghambat
kelangkaan
sebagaimana indeks untuk mengukur kelangkaan menurut Fisher
(1978) adalah; harga-harga SDA dan energi, biaya eksploitasi, royalty
yang harus dibayar, rasio antara modal dengan tenaga kerja. Dengan
naiknya angka-angka indeks tersebut bisa dipastikan telah terjadi
proses kelangkaan.
6
Meskipun kelangkaan semakin dirasakan, kita dapat menyaksikan
beberapa
negara
perekonomian
dapat
antara
berkembang
lain
karena;
dengan
perubahan
pesat
dalam
teknologi
dan
perdagangan internasional.
Untuk menguasai persyaratan tersebut, tentunya kita membutuhkan
penguasaan Iptek melalui peningkatan kualitas SD manusia yang
memadai, sehinga kita dapat beralih dari penggunaan SDA yang tidak
dapat diperbaharui ke SDA yang dapat diperbaharui maupun beralih
ke SD alternative.
Untuk mewujudkan kelestarian SDA diperlukan langkah-langkah
sbb;
-
SDA yang tidak terbaharui supaya digunakan secara hati-hati dan
efisien dengan memelihara kelangsungan
fungsinya, sehingga
ketersediaannya juga terjamin untuk generasi mendatang.
-
SDA yang dapat diperbaharui hendaknya penggunaannya tidak
melebihi kemampuan kapasitasnya.
-
Pendapatan yang diperoleh dari SDA, penggunaanya tidak saja
untuk memenuhi konsumsi sekarang tetapi juga dimanfaatkan
sebagian
untuk
keperluan
riset
mencari
sumber-sumber
alternative yang lain.
-
Kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan serta
menurunkan fungsinya agar dihindari/diminimalisir misalnya
keharusan penggunanan alat control limbah bagi perusahaan.
-
Penerepan hukum/sanksi
bagi pelanggaran sesuai dengan
peraturan berlaku
-
Penggunaan pajak lingkungan bagi yang berpotensi menimbulkan
kerusakan dalam penurunan kualitas lingkungan.
7
-
Peran
pemimpin
didalam
pengelolaan
pembangunan
berkelanjutan
Strategi
dan
upaya
lainnya
dalam
pengelolaan
pembangunan
berkelanjutan, adalah; memaksimalkan peran pemimpin-pemimpin
yang
memiliki
kapasitas
untuk
mengarahkan
dan
mendorong
perubahan paradigma pembangunan. Pemimpin tersebut adalah
memiliki pengetahunan, wawasan, keterampilan dan kemauan:
-
Visi terhadap masa depan yang berkelanjutan: bisa memelihara
dan mengoperasionalkan cita-cita bangsa dan negara melalui;
keadilan, kesejahteraan dan kemandirian.
-
Berpikir secara holistic dan integrative: kemampuan untuk
membaca dan menganalisa suatu fenomena/konteks tertentu dan
membandingkan dengan yang lain secara utuh menyeluruh.
-
Komunikator yang baik; mampu menyampaikan pesan dan
menerima pesan yang baik.
-
Menjembatani
dan
transformasi;
mampu
menjembatani
kepentingan seluruh pihak.
-
Orientasi pembelajaran; dalam menjalankan kebijakan tentunya
tidak terlepas dari kegagalan dan kesalahan, maka dari itu bagian
dari
pembelajaran
yang
kemudian
dioperasionalkan
dalam
tindakan korektif.
- Kebijakan Umum Pemerintah;
-
Memperbaiki hak penguasaan atas SDA dan lingkungan, dari
kepemilikan bersama/umum menjadi barang privat.
-
Memperbaharui Manajemen SDA dan lingkungan sehingga biaya
eksternal dapat di internalkan
-
Mengguanakan tekanan social untuk mengurangi kerusakan
lingkungan dan pencemaran lingkungan.
8
-
Melaksanakan audit lingkungnan
SUMBER DAYA ALAM DAN ENERGI KESELURUHAN
Diketahui (identified)
Disimpulkan
adanya
Didemontrasikan
Terukur
Hipotesis
Spekulatif
Tertunjukkan
Cadangan
(reserves)
Submarjinal
paramarjinal
Secara
ekonomi
Subekonmis
Belum diketemukan (undiscovered)
- SDA dan Lingkungan, dan SDM
di Masa Depan:
Dalam memandang SDA di masa depan, yang selama ini kesulitan
dalam SDA secara umum, bisa diatas dengan cukup baik; tetapi
orang
berpandangan
berpandangan
optimis
optimis
maupun
menganggap
pesimis.
masih
Mereka
sedikit
SDA
yang
yang
dieksploitasi dan dengan bantuan teknologi masih ada kemungkinan
menambah cadangan SDA dan energi (resource augmentation). Selain
itu riset dan pengembangan yang terus digiatkan secara optimis
dianggap mampu mengatasi persoalan kelangkaan SDA dan energi.
9
Adapun yang berpandangan pesismis berpendapat pasar tidak
mampu menyatukan atau memberikan rangsangan. Harga riil tidak
merangsang orang untuk melakukan penemuan, dan kurangnya
motivasi
untuk
produsen dengan
melakukan
riset
dan
pengembangan,
karena
R & D tak dapat memperoleh semua keuntungan
yang mereka hasilkan.
Peranan ekonomi baik di masa sekarang maupun mendatang sangat
diperlukan mengingat syarat kelayakan ekonomi dan menjadi mutlak
dalam
pengelolaan
SDA
dan
lingkungan.
Pengelolaan
SDA
mempunyai tujuan akhir yaitu kesejahteraan masyarakat (social
welfare) dengan memperhatikan keberlanjutannya.
Selain itu kebutuhan peningkatan kualitas SDM adalah mutlak,
untuk menuju pada penguasaan dalam
penyediakan produk/jasa
alternative selain produk dari SDA.
Alternatif Pemikiran Dalam Pemanfaatan SDA:
1. Sumber Daya Alam dihabiskan secara cepat dalam suatu periode
dengan pertumbuhan yang cepat dan standar hidup yang tinggi
diikuti dengan kehancuran suatu sistem kehidupan secara cepat
pula.
2. SDA dimanfaatkan perlahan-lahan, sehingga tingkat pendapatan
dan standar hidup tetap rendah, tetapi untuk jangka waktu yang
lama.
3. Sumber daya dimanfaatkan secara cepat guna menciptakan
kemapuan
untuk
menghasilkan
sumber
daya
yang
dapat
diperbaharui guna menggantikan SDA yang tidak pulih, sehigga
poruduksi perekonomian dapat terus berlangsung.
10
4. SDA dihemat penggunaanya dan dimanfaatkan sedikit demi
sedikit, tetapi akan menjadi usang bila terdapat penemuan
teknologi baru.
5. Perubahan teknologi serta subsitusi SD yang dapat diperbaharui
terhadap sumber daya yang tidak dapt diperbaharui akan dapat
memelihara
memburuknya
kelangsungan
lingkungan
pertumbuhan
akan
manusia.
11
mengurangi
PNB,
tetapi
kesejateraan
Lampiran :
Luas Tebangnan dan Produksi Kayu Bundar di Kaltim selama Pelita IV-2003
TAHUN
Luas Tebangan (000
Produksi (M3)
HA)
Pelita IV
-
25.745.215.03
Pelita V
-
28.896.781.53
Pelita VI
-
15.429.038.88
1996
130.984.00
5.183.854.50
1997
235.366.00
6.666.608.00
1989
36.673.00
5.494.161.40
1999
245.730.00
5.533.678.70
2000
62.735.80
4.707.447.40
2001
591.312.40
4.509.928.90
2002
91.094.38
2.601.805.85
2003
93.921.38
1.162.777.54
Sumber: Neraca SDA Prop. Kaltim
Luas Lahan berdasarkan TGHK & Neraca SD Hutan Kaltim Th.1997
Fungsi Kawasan
Luas (Ha)
%
Luas (Ha)
%
Hutan Produksi
5.513.060
7.294.942.17
Hutan Produksi
4.825.100
-
3.626.300
3.671.624.5
1.968.600
-
17.56
-
1.340.000
4.981.476
terbatas
Hutan Lindung
Hutan Wisata/PPA
Hutan Pendidikan
Hutan Konversi
Hutan Konservasi
Non Hutan (budidaya)
Jumlah
2.094.457
3.852.380
21.144.000
18.042.499.67
Sumber: Neraca SDA Kaltim.
12
Perkembangan Produksi Pertambangan Non Migas Propinsi Kaltim Th 1998-2003
Tahun
1997
Batu Bara (Ton)
Cadangan
Emas (Ton)
Perak (ton)
-
-
32.050.561.637 ton
1998
29.496.164
14.90
13.60
1999
34.697.704
13.44
10.44
2000
36.226.596
9.83
8.67
2001
46.123.683
15.34
10.92
2002
55.114.570
16.78
10.84
2003
50.350.950
14.40
10.66
Sumber: Dinas Pertambangan Prop. Kalimantan Timur.
13
Keterangan
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 1997. Laporan Neraca Sumber Daya Alam Spasial Daerah
Propinsi Kalimantan Timur.
-------------, 2004. Indikator Ekonomi Kalimantan Timur 2003.BPS Prop.
Kaltim.
-------------, 2004. Proceeding Natural Resources and Environmental
Accounting, Purwokerto, 12-14 Desember 2003. Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Akhmad Fauzi,2004. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan,
Teori dan Aplikasi, Penerbit Grmaedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Addinul Yakin, 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Penerbit
Akademika Presindo, Jakarta.
M.Suparmoko, 1997. Ekonomi Sumber Daya alam dan Lingkungan
(Suatu Pendekatan Teoritis), Penerbit BPFE, Ypgyakarta.
M.Suparmoko dan Maria R.S, 2000. Ekonomika Lingkungan, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Sukanto R dan A. Purnomo Brodjonegoro, 2000. Ekonomi Lingungan,
Penerbit BPFE Yogyakarta.
Sukanto R dan Pradono, 1998. Ekonomi Sumber Daya Alamdan Energi,
penerbit BPFE Yogyakarta.
S.H.Sarundajang, 2000. Arus Balik Kekuasaan Pusat Ke Daerah,
Penerbit Pustaka Sinar harapan,Jakarta.
14