PENCEMARAN UDARA AKIBAT GAS BUANG KENDAR
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis adalah
klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan binatang.
Polusi udara di sekitar kita telah sangat memprihatinkan. Jarang disadari
berapa ribu warga yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara seperti gas buang
kendaraan bermotor. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Di ibu
kota negara, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada
orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara.
Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat
antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi)
penyakit pernapasan.
Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak
sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif.
Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat
yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul
1
yang besar yang dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi
masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa penyebab terjadinya polusi udara di lingkungan?
2.
Apa dampak yang ditimbulkan oleh gas buang kendaraan bermotor terhadap
lingkungan?
3.
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk pengendalian pencemaran udara
akibat gas buang kendaraan bermotor?
2
BAB 2 TOPIK
Kendaraan Bermotor Penyumbang Polusi Udara Terbesar di
Jakarta
Ilustrasi: Ist.
BERITA HARIAN
Diposting pada 16 Februari 2015
Jakarta (Greeners) – Jakarta sebagai Ibukota Negara masih menjadi
magnet yang mampu menarik para pendatang daerah untuk berkunjung.
Sayangnya, semakin tinggi populasi manusia di Jakarta, kepemilikan kendaraan
bermotorpun semakin tinggi.
Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta,
Gamal Sinurat, mengakui bahwa kendaraan bermotor merupakan penyumbang
terbesar pencemaran udara di Jakarta. Terlebih, saat memasuki waktu-waktu
tertentu seperti ketika jam pulang kerja maupun saat terjadi kemacetan panjang.
“Selain kendaraan bermotor, ada juga objek tidak bergerak seperti cerobong asap
dari kawasan industri, pembakaran sampah rumah tangga, dan tempat
pembuangan sampah akhir. Namun, memang kendaraan bermotorlah yang paling
signifikan menyumbang (polusi),” kata Gamal kepada Greeners, Jakarta, Senin
(16/02).
3
Memang, lanjutnya, dari alat pantau udara yang diletakkan di beberapa
titik, terlihat kualitas udara di Jakarta secara umum masih berada dibawah ambang
batas. Hal tersebut akibat dari kemacetan lalu lintas yang tidak pernah hilang di
Jakarta.
“Jadi kalau secara umum masih di bawah ambang batas, tapi secara khusus di
beberapa lokasi seperti wilayah industri dan pusat kemacetan memang ada yang
telah melebihi ambang batasnya,” jelasnya.
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas udara di Jakarta, Gamal
menyatakan pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap emisi gas buang
yang dihasilkan benda tak bergerak, yaitu cerobong asap di pabrik dan industri.
“Kita secara rutin melakukan pemeriksaan cerobong pabrik dan industri. Kalau
melanggar tidak bersih maka kita berikan sanksi tegas,” ungkapnya.
Senada dengan Gamal, Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB),
Ahmad Syafrudin, menyatakan, bahwa kualitas udara di DKI Jakarta sudah sangat
parah dan semakin memburuk, bahkan telah melebihi ambang batas akibat
pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor setiap harinya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia pada tahun 2006 untuk
memeriksa kadar hidrokarbon yang ada di udara di wilayah DKI Jakarta, tuturnya,
menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di bawah garis rata-rata
layak untuk paru-paru.
“Urin masyarakat DKI Jakarta sudah mengandung kadar Polycyclic aromatic
hydrocarbons(PAHs) sebanyak empat kali lipat lebih tinggi dari yang
diperbolehkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),” katanya saat dihubungi oleh
Greeners.
Indikator termudah untuk menandakan kalau polusi udara di lokasi
tertentu sudah sangat parah bisa diketahui dari masyarakat yang menggunakan
transportasi umum atau sedang berjalan kaki di pusat kota, lalu mencium bau
bensin menempel pada pakaian dan kulit mereka.
“Itu saja sudah menandakan bahwa polusi udara di lokasi tersebut sudah sangat
parah,” tukasnya.
4
Mengenai titik pantau yang dimiliki oleh BPLHD DKI Jakarta dan kesimpulan
bahwa kualitas udara di Jakarta masih di bawah ambang batas, Ahmad berbeda
pendapat dengan BPLHD Jakarta. Ia menyayangkan sikap pemerintah yang terlalu
menyederhanakan masalah tersebut. Bahkan ia menuding bahwa pernyataan
tersebut hanya upaya pencitraan pemerintah kalau kualitas udara di Jakarta masih
baik-baik saja.
“Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, yang dikatakan indikator kualitas udara bersih jika partikel
debu maksimal 60 mikrogram per meter kubik. Sedangkan kondisi udara di
Jakarta sejak 2012 lalu jauh melampaui ambang batas hingga mencapai 150
mikrogram per meter kubik,” tegasnya.
Bahkan, lanjut Ahmad, standar WHO secara tegas memberi batas
kandungan partikel debu 20 mikrogram per meter kubik. Belum lagi indikator
kandungan, seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan hydro karbon, yang
mudah ditemukan di daerah polusi tinggi. Berdasarkan data ini, kata Ahmad,
seharusnya pemerintah tahu bahwa udara di Jakarta jauh dari kata bersih.
“Bahkan penelitian dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2010 mencatat 57,8
persen atau setara dengan sekitar lima juta penduduk Indonesia mengalami
penyakit akibat polusi udara,” pungkasnya.
(G09)
5
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Terjadinya Polusi Udara di Lingkungan.
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khusunya dalam industri
dan teknologi, serta meningkatnya jumla kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup di sekitar kita
menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari
satu atau lebih bahan pencemar, baik beupa padatan, cairan atau gas yang
termasuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan
geografi dan meteorologi setempat.
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak
berbau,tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih
sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya dan
padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan
kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya
(rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup
manusia.
3.2 Dampak yang Ditimbulkan oleh Gas Buang Kendaraan Bermotor
terhadap Lingkungan
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta lingkungan
hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan
atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon stratosfer,
dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan dari knalpot kendaraan
bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan Pb (dari bahan bakar yang
mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian terdahulu seperti the Study on the
Integrated Air Quality Management for Jakarta Area (JICA, 1997) dan Integrated
6
Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta (ADB, 2002)
menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pencemaran udara perkotaan (Suhadi, 2005). Dampak kesehatan yang
ditimbulkan oleh sektor transportasi berdasarkan zat pencemar antara lain:
1.
Karbon Monoksida (CO)
Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa
pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa menurunnya
kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung
hingga kematian.
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk
berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen
ke
seluruh
tubuh.
Sifat
ini
menghasilkan
pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan.
Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO
sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung
atau sirkulasi darah periferal yang parah (Depkes).
Namun, dampak dari CO juga bervasiasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat
mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam
waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan
menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
CO juga bisa mempengaruhi janin. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya
adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan
7
oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat
menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan lebih rendah
dibandingkan keadaan normal.
2.
Nitrogen Oksida (NOx)
Kedua bentuk nitrogen oksida, NO dan NO2, sangat berbahaya bagi manusia.
Namun, penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan
bahwa NO2 empat kali lebih berbahaya dibanding NO. NO 2 merupakan gas yang
toksik bagi manusia dan pada umumnya gas ini dapat menimbulkan gangguan
sistem pernapasan. NO2 dapat masuk ke paru-paru dan membentuk Asam Nitrit
(HNO2) dan Asam Nitrat (HNO3) yang merusak jaringan mukosa.
NO2 dapat meracuni paru-paru. Jika terpapar NO2 pada kadar 5 ppm setelah 5
menit dapat menimbulkan sesak nafas dan pada kadar 100 ppm dapat
menimbulkan kematian. Gangguan sistem pernapasan yang terjadi dapat menjadi
empisema. Bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkitis serta akan
terjadi penimbunan nitrogen oksida (NOx) dan dapat menjadi sumber
karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker.
3.
Belerang Oksida (SOx)
Gas SO2 yang ada di udara dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan
kenaikan sekresi mukosa. Dengan konsentrasi 500 ppm SO 2 dapat menyebabkan
kematian pada manusia. Pencemaran SO2 yang cukup tinggi telah menimbulkan
malapetaka yang cukup serius seperti yang terjadi di lembah sungai Nerse Belgia
pada tahun 1930. Pada saat itu, kandungan SO2 di udara mencapai 38 ppm dan
menyebabkan toksisitas akut.
Kasus yang paling mengerikan terjadi di London. Selama lima hari terjadi
perubahan temperatur dan pembentukan kabut yang menyebabkan kematian 35004000 penduduk. Peristiwa ini dikenal dengan nama “London Smog”. Selain
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, SO2 juga berpengaruh terhadap
tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap hewan hampir menyerupai pengaruh
SO2 terhadap manusia. Sedangkan pada tumbuhan, SO 2 dapat menyebabkan
8
terjadinya perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning atau terjadinya
bercak-bercak putih pada daun tanaman.
4.
Hidrokarbon (HC)
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa HC pada
konsentrasi udara ambien memberikan pengaruh langsung yang merugikan
manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap hewan dan manusia
diketahui bahwa hidrokarbon alifatik dan alisiklis memberikan pengaruh yang
tidak diinginkan kepada manusia hanya pada konsentrasi beberapa ratus sampai
beberapa ribu kali lebih tinggi daripada konsentrasi yang terdapat di atmosfer.
5.
Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada
kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melaluisistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas
dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem
peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan
lainnya.
Beberapa
zat
pencemar
dikategorikan
sebagai toksik dankarsinogenik.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat
terganggu
pertumbuhannya
dan
9
rawan
penyakit,
antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis
Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara
alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan
laju
penguraian
molekul-molekul
ozon
lebih
cepat
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
10
dari
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
3.4 Upaya Dalam Pengendalian Pencemaran Udara Akibat Gas Buang
Kendaraan Bermotor
Dari hasil evaluasi tingkat pencemaran udara dari kota-kota besar, selain
bahan bakar dan jenis kendaraan dan volume kendaraan yang mempengaruhi
tingkat pencemaran udara, faktor lain adalah keadaan topografi daerah, faktor
meteorologi dan reaktifitas kimia setiap parameter. Sehingga didalam melakukan
pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, faktor tersebut diatas harus
dipertimbangkan.
1) Penerapan Kebijakan
Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar
pemerintah melakukan pengelolaan terhadap dua sumber yaitu sumber tidak
bergerak (industri dan rumah tangga) dan sumber bergerak (kendaraan bermotor).
Salah satu strategi yang diterapkan untuk pengendalian pencemaran udara dari
sumber bergerak adalah penetapan kebijakan dan aturan serta program
pengendalian lingkungan yang meliputi :
Standar emisi kendaraan sertapersyaratan pemeriksaan dan pemeliharaan
kendaraan
Menghentikan pemakaian atau retrofitting kendaraan yang boros bahan
bakar dan menimbulkan pencemaran tinggi;
Teknologi dan kualitas bahan bakar
Manajemen efisiensi lalu lintas
Investasi transportasi massal yang lebih baik, seperti bus dan kereta api;
Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan
jalan dan sekitar lingkungan rumah;
Program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
11
2) Pengendalian Lingkungan pada Siklus Proyek Jalan (Biaya Lingkungan)
Selain penerapan kebijakan, peraturan dan program pengendalian kualitas
udara yang dilakukan oleh pemerintah, pengalaman dilapangan menunjukkan
bahwa kegiatan pengendalian kualitas udara masih mengalami beberapa kendala
diantaranya pada pendanaan proyek, dimana umumnya proyek tidak menyediakan
dana yang memadai untuk pengendalian kualitas udara tersebut dan juga proses
kegiatan pengendalian kualitas udara pada proyek pembangunan/peningkatan
jalan belum terintegrasi dengan baik.
Untuk itu perlu dipertimbangkan adanya strategi manajemen kualitas udara
(biaya lingkungan) pada proyek pembangunanpeningkatan jalan, yaitu dengan
mengintegrasikan kegiatan pengendalian kualitas udara ini ke dalam siklus proyek
jalan pada tahapan-tahapan sebagai berikut : pra studi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan teknis, pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi yang dalam
pelaksanaannya dapat melibatkan peran masyarakat.
3) Penyertaan Masyarakat
Dalam kondisi negara yang masih berkembang maka strategi penyertaan
masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian kualitas udara
merupakan alternatif yang sangat penting. Bagian yang sangat kritis dalam
pengembangan konsep kota berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan adalah
mengubah atau mempengaruhi kebiasaan pola konsumsi atau pola pikir
masyarakat.
Untuk itu perlu dikembangkan program atau strategi penyuluhan dan
pendidikan yang melibatkan peran serta masyarakat, melakukan kampanye
melalui mass-media mengenai keuntungan- keuntungan dalam penerapan program
pengelolaan lingkungan berkelanjutan di masa yang akan
datang. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan dan pengendalian kualitas udara diantaranya adalah :
Penghijauan sekitar lingkungan tempat tinggal dan jalan
Pemeliharaan dan pengujian emisi kendaraan secara teratur
12
Penggunaan dan cara mengendarai kendaraan yang efektif dan efisien
Pemeliharaan lingkungan sekitar jalan dengan menjaga kebersihan
Kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk menjaga kelancaran lalu
lintas dan kebersihan lingkungan
4) Aplikasi Teknologi Pereduksi Pencemaran Udara
Dampak-dampak pencemaran udara kendaraan bermotor dapat dicegah
dengan cara pemilihan rute lalu lintas yang cukup jauh dari areal berpenduduk dan
mengurangi kemacetan lalu lintas, misalnya pembuatan jalan bypass tidak
memasuki areal permukiman, mempertahankan integritas komersial dan sosial
jalan, tapi masih membolehkan akses ke jalan raya. Selain itu dapat dilakukan
mitigasi perbaikan desain untuk meminimalkan pencemaran udara akibat
kendaraan bermotor meliputi:
pemilihan alinyemen jalan tidak melalui daerah dekat permukiman,
sekolah dan perkantoran;
menyediakan kapasitas jalan yang memadai untuk menghindari kemacetan
lalu lintas, dengan proyeksi peningkatan arus lalu lintas di masa yang akan
datang;
menghindari penempatan perpotongan jalan yang sibuk;
memperhitungkan pengaruh arah angin dalam penentuan lokasi jalan dan
bangunan pelengkapnya, seperti pompa bensin di dekat permukiman;
sedapat mungkin menghindari lereng curam dan belokan tajam yang akan
mendorong penurunan atau peningkatan kecepatan serta shifting;
Laburi jalan-jalan yang berdebu, terutama di daerah daerah padat
penduduk
penanaman vegetasi yang tinggi, berdaun lebat dan rapat diantara jalan dan
pemukiman untuk menyaring pencemaran.
13
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks
pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan
karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumbersumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi.
Dampak asap kendaraan bermotor terhadap lingkungan, lapisan ozon di bumi
makin menipis dan proses fotosintesis tumbuhan terganggu serta penyakit yang
ditimbulkan. Pencegahan pencemaran udara oleh asap kendaraan bermotor
dengan cara melakukan penghijauan (reboisasi), Mengurangi pemakaian
kendaraan bermotor, menciptakan biosolar, melakukan penyuluhan, penggunaan
sumber energi alternative yang dapt diperbarui. Pengendalian pencemaran akibat
kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung
maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan
bermotor secara efektif.
3.2 Saran
Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi
udara, maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan
bermotor. Selain itu juga untuk mahasiswa yang punya intelektual dan kesdaran
terhadap lingkungan yang tinggi alangkah baiknya untuk bisa menggunakan
sepeda motornya sesuai kebutuhan agar bias mnegurangi sedikit dari polusi udara
akibat kendaraan bermotor.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi).
Yogyakarta: Andi.
Budiman., Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Lingkungan Masyarakat dalam
Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Clara Puspita., dkk. 2013. Pencemaran Udara dan Upaya Pengendaliannya di Kota
Denpasar,Bali.
https://www.scribd.com/doc/225977392/Pencemaran-Udara-Dan-
Upaya-Pengendaliannya-Di-Kota-Denpasar-Bali. [diakses pada 6 Oktober 2016]
Depkes. Parameter
Pencemar
Udara
dan
Dampaknya
terhadap
Kesehatan. http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF. [diakses pada
6 Oktober 2016]
IKAPI. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Kusminingrum, Nanny., Gunawan. G. 2008. Jurnal Polusi Udara Akibat Aktivitas
Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali.
http://pu.go.id/uploads/services/infopublik20130926120104.pdf.
[diakses
pada tanggal 6 Oktober 2016]
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijoyo, Suparto. 2005. Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum Pengelolaan
Lingkungan Secara Terpadu (Studi Kasus Pencemaran Udara). Surabaya:
Airlangga University Press.
http://dokumen.tips/documents/pencemaran-udara-akibat-polusi-yangditimbulkan-kendaraan-bermotor.html [diakses pada tanggal 6 Oktober
2016]
http://www.greeners.co/berita/kendaraan-bermotor-penyumbang-polusi-udaraterbesar-di-jakarta/ [diakses pada tanggal 6 Oktober 2016]
15
1.1 Latar Belakang
Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak
tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara, dan lingkungan
sekitarnya. Udara adalah juga atmosfer yang berada di sekeliling bumi yang
fungsinya sangat penting bagi kehidupan di dunia ini. Dalam udara terdapat
oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk proses fotosintesis adalah
klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultra violet.
Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di
dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari
keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah
tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat
mengganggu kehidupan manusia, hewan, dan binatang.
Polusi udara di sekitar kita telah sangat memprihatinkan. Jarang disadari
berapa ribu warga yang meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran
pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru akibat polusi udara seperti gas buang
kendaraan bermotor. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi
peningkatan jumlah penderita penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Di ibu
kota negara, gas buang kendaraan bermotor menyebabkan ketidaknyamanan pada
orang yang berada di tepi jalan dan menyebabkan masalah pencemaran udara.
Beberapa studi epidemiologi dapat menyimpulkan adanya hubungan yang erat
antara tingkat pencemaran udara perkotaan dengan angka kejadian (prevalensi)
penyakit pernapasan.
Pengaruh dari pencemaran khususnya akibat kendaraan bermotor tidak
sepenuhnya dapat dibuktikan karena sulit dipahami dan bersifat kumulatif.
Kendaraan bermotor akan mengeluarkan berbagai gas jenis maupun partikulat
yang terdiri dari berbagai senyawa anorganik dan organik dengan berat molekul
1
yang besar yang dapat langsung terhirup melalui hidung dan mempengaruhi
masyarakat di jalan raya dan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa penyebab terjadinya polusi udara di lingkungan?
2.
Apa dampak yang ditimbulkan oleh gas buang kendaraan bermotor terhadap
lingkungan?
3.
Bagaimana upaya yang dilakukan untuk pengendalian pencemaran udara
akibat gas buang kendaraan bermotor?
2
BAB 2 TOPIK
Kendaraan Bermotor Penyumbang Polusi Udara Terbesar di
Jakarta
Ilustrasi: Ist.
BERITA HARIAN
Diposting pada 16 Februari 2015
Jakarta (Greeners) – Jakarta sebagai Ibukota Negara masih menjadi
magnet yang mampu menarik para pendatang daerah untuk berkunjung.
Sayangnya, semakin tinggi populasi manusia di Jakarta, kepemilikan kendaraan
bermotorpun semakin tinggi.
Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta,
Gamal Sinurat, mengakui bahwa kendaraan bermotor merupakan penyumbang
terbesar pencemaran udara di Jakarta. Terlebih, saat memasuki waktu-waktu
tertentu seperti ketika jam pulang kerja maupun saat terjadi kemacetan panjang.
“Selain kendaraan bermotor, ada juga objek tidak bergerak seperti cerobong asap
dari kawasan industri, pembakaran sampah rumah tangga, dan tempat
pembuangan sampah akhir. Namun, memang kendaraan bermotorlah yang paling
signifikan menyumbang (polusi),” kata Gamal kepada Greeners, Jakarta, Senin
(16/02).
3
Memang, lanjutnya, dari alat pantau udara yang diletakkan di beberapa
titik, terlihat kualitas udara di Jakarta secara umum masih berada dibawah ambang
batas. Hal tersebut akibat dari kemacetan lalu lintas yang tidak pernah hilang di
Jakarta.
“Jadi kalau secara umum masih di bawah ambang batas, tapi secara khusus di
beberapa lokasi seperti wilayah industri dan pusat kemacetan memang ada yang
telah melebihi ambang batasnya,” jelasnya.
Sedangkan untuk meningkatkan kualitas udara di Jakarta, Gamal
menyatakan pihaknya telah melakukan pemantauan terhadap emisi gas buang
yang dihasilkan benda tak bergerak, yaitu cerobong asap di pabrik dan industri.
“Kita secara rutin melakukan pemeriksaan cerobong pabrik dan industri. Kalau
melanggar tidak bersih maka kita berikan sanksi tegas,” ungkapnya.
Senada dengan Gamal, Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB),
Ahmad Syafrudin, menyatakan, bahwa kualitas udara di DKI Jakarta sudah sangat
parah dan semakin memburuk, bahkan telah melebihi ambang batas akibat
pencemaran udara dari asap kendaraan bermotor setiap harinya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Indonesia pada tahun 2006 untuk
memeriksa kadar hidrokarbon yang ada di udara di wilayah DKI Jakarta, tuturnya,
menunjukkan bahwa udara di DKI Jakarta sudah jauh di bawah garis rata-rata
layak untuk paru-paru.
“Urin masyarakat DKI Jakarta sudah mengandung kadar Polycyclic aromatic
hydrocarbons(PAHs) sebanyak empat kali lipat lebih tinggi dari yang
diperbolehkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),” katanya saat dihubungi oleh
Greeners.
Indikator termudah untuk menandakan kalau polusi udara di lokasi
tertentu sudah sangat parah bisa diketahui dari masyarakat yang menggunakan
transportasi umum atau sedang berjalan kaki di pusat kota, lalu mencium bau
bensin menempel pada pakaian dan kulit mereka.
“Itu saja sudah menandakan bahwa polusi udara di lokasi tersebut sudah sangat
parah,” tukasnya.
4
Mengenai titik pantau yang dimiliki oleh BPLHD DKI Jakarta dan kesimpulan
bahwa kualitas udara di Jakarta masih di bawah ambang batas, Ahmad berbeda
pendapat dengan BPLHD Jakarta. Ia menyayangkan sikap pemerintah yang terlalu
menyederhanakan masalah tersebut. Bahkan ia menuding bahwa pernyataan
tersebut hanya upaya pencitraan pemerintah kalau kualitas udara di Jakarta masih
baik-baik saja.
“Sesuai Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara, yang dikatakan indikator kualitas udara bersih jika partikel
debu maksimal 60 mikrogram per meter kubik. Sedangkan kondisi udara di
Jakarta sejak 2012 lalu jauh melampaui ambang batas hingga mencapai 150
mikrogram per meter kubik,” tegasnya.
Bahkan, lanjut Ahmad, standar WHO secara tegas memberi batas
kandungan partikel debu 20 mikrogram per meter kubik. Belum lagi indikator
kandungan, seperti sulfur dioksida, nitrogen dioksida, dan hydro karbon, yang
mudah ditemukan di daerah polusi tinggi. Berdasarkan data ini, kata Ahmad,
seharusnya pemerintah tahu bahwa udara di Jakarta jauh dari kata bersih.
“Bahkan penelitian dari Kementerian Lingkungan Hidup pada 2010 mencatat 57,8
persen atau setara dengan sekitar lima juta penduduk Indonesia mengalami
penyakit akibat polusi udara,” pungkasnya.
(G09)
5
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Penyebab Terjadinya Polusi Udara di Lingkungan.
Pembangunan yang berkembang pesat dewasa ini, khusunya dalam industri
dan teknologi, serta meningkatnya jumla kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar fosil (minyak) menyebabkan udara yang kita hirup di sekitar kita
menjadi tercemar oleh gas-gas buangan hasil pembakaran.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari
satu atau lebih bahan pencemar, baik beupa padatan, cairan atau gas yang
termasuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya.
Kecepatan penyebaran ini sudah barang tentu akan tergantung pada keadaan
geografi dan meteorologi setempat.
Udara bersih yang kita hirup merupakan gas yang tidak tampak, tidak
berbau,tidak berwarna maupun berasa. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih
sudah sulit diperoleh, terutama di kota-kota besar yang banyak industrinya dan
padat lalu lintasnya. Udara yang tercemar dapat merusak lingkungan dan
kehidupan manusia. Terjadinya kerusakan lingkungan berarti berkurangnya
(rusaknya) daya dukung alam yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup
manusia.
3.2 Dampak yang Ditimbulkan oleh Gas Buang Kendaraan Bermotor
terhadap Lingkungan
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan
dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta lingkungan
hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak terhadap lingkungan
atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon stratosfer,
dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan dari knalpot kendaraan
bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan Pb (dari bahan bakar yang
mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian terdahulu seperti the Study on the
Integrated Air Quality Management for Jakarta Area (JICA, 1997) dan Integrated
6
Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta (ADB, 2002)
menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang signifikan
terhadap pencemaran udara perkotaan (Suhadi, 2005). Dampak kesehatan yang
ditimbulkan oleh sektor transportasi berdasarkan zat pencemar antara lain:
1.
Karbon Monoksida (CO)
Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan, berupa
pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa menurunnya
kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem kardiovaskuler, serangan jantung
hingga kematian.
Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah kemampuannya untuk
berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut
oksigen
ke
seluruh
tubuh.
Sifat
ini
menghasilkan
pembentukan
karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil dibandingkan
oksihaemoglobin (HbO2). Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan
terhambatnya kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa
oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan.
Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak keracunan CO
sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung
atau sirkulasi darah periferal yang parah (Depkes).
Namun, dampak dari CO juga bervasiasi tergantung dari status kesehatan
seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang berbadan gemuk dapat
mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40% dalam
waktu singkat. Tetapi seseorang yang menderita sakit jantung atau paru-paru akan
menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%.
CO juga bisa mempengaruhi janin. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya
adalah karena pajanan CO pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya
pasokan oksigen pada ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan
7
oksigen di dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat
menyebabkan kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan lebih rendah
dibandingkan keadaan normal.
2.
Nitrogen Oksida (NOx)
Kedua bentuk nitrogen oksida, NO dan NO2, sangat berbahaya bagi manusia.
Namun, penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan
bahwa NO2 empat kali lebih berbahaya dibanding NO. NO 2 merupakan gas yang
toksik bagi manusia dan pada umumnya gas ini dapat menimbulkan gangguan
sistem pernapasan. NO2 dapat masuk ke paru-paru dan membentuk Asam Nitrit
(HNO2) dan Asam Nitrat (HNO3) yang merusak jaringan mukosa.
NO2 dapat meracuni paru-paru. Jika terpapar NO2 pada kadar 5 ppm setelah 5
menit dapat menimbulkan sesak nafas dan pada kadar 100 ppm dapat
menimbulkan kematian. Gangguan sistem pernapasan yang terjadi dapat menjadi
empisema. Bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkitis serta akan
terjadi penimbunan nitrogen oksida (NOx) dan dapat menjadi sumber
karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker.
3.
Belerang Oksida (SOx)
Gas SO2 yang ada di udara dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan
kenaikan sekresi mukosa. Dengan konsentrasi 500 ppm SO 2 dapat menyebabkan
kematian pada manusia. Pencemaran SO2 yang cukup tinggi telah menimbulkan
malapetaka yang cukup serius seperti yang terjadi di lembah sungai Nerse Belgia
pada tahun 1930. Pada saat itu, kandungan SO2 di udara mencapai 38 ppm dan
menyebabkan toksisitas akut.
Kasus yang paling mengerikan terjadi di London. Selama lima hari terjadi
perubahan temperatur dan pembentukan kabut yang menyebabkan kematian 35004000 penduduk. Peristiwa ini dikenal dengan nama “London Smog”. Selain
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, SO2 juga berpengaruh terhadap
tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap hewan hampir menyerupai pengaruh
SO2 terhadap manusia. Sedangkan pada tumbuhan, SO 2 dapat menyebabkan
8
terjadinya perubahan warna pada daun dari hijau menjadi kuning atau terjadinya
bercak-bercak putih pada daun tanaman.
4.
Hidrokarbon (HC)
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa HC pada
konsentrasi udara ambien memberikan pengaruh langsung yang merugikan
manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap hewan dan manusia
diketahui bahwa hidrokarbon alifatik dan alisiklis memberikan pengaruh yang
tidak diinginkan kepada manusia hanya pada konsentrasi beberapa ratus sampai
beberapa ribu kali lebih tinggi daripada konsentrasi yang terdapat di atmosfer.
5.
Timbal (Pb)
Logam berat yang digunakan manusia untuk meningkatkan pembakaran pada
kendaraan bermotor. Hasil pembakaran tersebut menghasilkan timbal oksida yang
berbentuk debu atau partikulat yang dapat terhirup oleh manusia.
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh
melaluisistem pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh
bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas
dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem
peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISPA (infeksi saluran
pernapasan akut), termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan
pernapasan
lainnya.
Beberapa
zat
pencemar
dikategorikan
sebagai toksik dankarsinogenik.
Dampak terhadap tanaman
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat
terganggu
pertumbuhannya
dan
9
rawan
penyakit,
antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang terdeposisi di permukaan
tanaman dapat menghambat proses fotosintesis
Hujan asam
pH normal air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar
udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:
Mempengaruhi kualitas air permukaan
Merusak tanaman
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga
mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan
Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan
Efek rumah kaca
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan
N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan
oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan
menimbulkan fenomena pemanasan global.
Dampak dari pemanasan global adalah:
Pencairan es di kutub
Perubahan iklim regional dan global
Perubahan siklus hidup flora dan fauna
Kerusakan lapisan ozon
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan
pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara
alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil
menyebabkan
laju
penguraian
molekul-molekul
ozon
lebih
cepat
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
10
dari
Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahri tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
3.4 Upaya Dalam Pengendalian Pencemaran Udara Akibat Gas Buang
Kendaraan Bermotor
Dari hasil evaluasi tingkat pencemaran udara dari kota-kota besar, selain
bahan bakar dan jenis kendaraan dan volume kendaraan yang mempengaruhi
tingkat pencemaran udara, faktor lain adalah keadaan topografi daerah, faktor
meteorologi dan reaktifitas kimia setiap parameter. Sehingga didalam melakukan
pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara, faktor tersebut diatas harus
dipertimbangkan.
1) Penerapan Kebijakan
Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara di kota-kota besar
pemerintah melakukan pengelolaan terhadap dua sumber yaitu sumber tidak
bergerak (industri dan rumah tangga) dan sumber bergerak (kendaraan bermotor).
Salah satu strategi yang diterapkan untuk pengendalian pencemaran udara dari
sumber bergerak adalah penetapan kebijakan dan aturan serta program
pengendalian lingkungan yang meliputi :
Standar emisi kendaraan sertapersyaratan pemeriksaan dan pemeliharaan
kendaraan
Menghentikan pemakaian atau retrofitting kendaraan yang boros bahan
bakar dan menimbulkan pencemaran tinggi;
Teknologi dan kualitas bahan bakar
Manajemen efisiensi lalu lintas
Investasi transportasi massal yang lebih baik, seperti bus dan kereta api;
Program penghijauan dengan memanfaatkan lahan sekitar lingkungan
jalan dan sekitar lingkungan rumah;
Program pemeriksaan dan perawatan kendaraan bermotor dengan
melibatkan peran serta masyarakat.
11
2) Pengendalian Lingkungan pada Siklus Proyek Jalan (Biaya Lingkungan)
Selain penerapan kebijakan, peraturan dan program pengendalian kualitas
udara yang dilakukan oleh pemerintah, pengalaman dilapangan menunjukkan
bahwa kegiatan pengendalian kualitas udara masih mengalami beberapa kendala
diantaranya pada pendanaan proyek, dimana umumnya proyek tidak menyediakan
dana yang memadai untuk pengendalian kualitas udara tersebut dan juga proses
kegiatan pengendalian kualitas udara pada proyek pembangunan/peningkatan
jalan belum terintegrasi dengan baik.
Untuk itu perlu dipertimbangkan adanya strategi manajemen kualitas udara
(biaya lingkungan) pada proyek pembangunanpeningkatan jalan, yaitu dengan
mengintegrasikan kegiatan pengendalian kualitas udara ini ke dalam siklus proyek
jalan pada tahapan-tahapan sebagai berikut : pra studi kelayakan, studi kelayakan,
perencanaan teknis, pra konstruksi, konstruksi, dan pasca konstruksi yang dalam
pelaksanaannya dapat melibatkan peran masyarakat.
3) Penyertaan Masyarakat
Dalam kondisi negara yang masih berkembang maka strategi penyertaan
masyarakat dalam melakukan pengelolaan dan pengendalian kualitas udara
merupakan alternatif yang sangat penting. Bagian yang sangat kritis dalam
pengembangan konsep kota berkelanjutan dan pengelolaan lingkungan adalah
mengubah atau mempengaruhi kebiasaan pola konsumsi atau pola pikir
masyarakat.
Untuk itu perlu dikembangkan program atau strategi penyuluhan dan
pendidikan yang melibatkan peran serta masyarakat, melakukan kampanye
melalui mass-media mengenai keuntungan- keuntungan dalam penerapan program
pengelolaan lingkungan berkelanjutan di masa yang akan
datang. Beberapa kegiatan yang dapat melibatkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan dan pengendalian kualitas udara diantaranya adalah :
Penghijauan sekitar lingkungan tempat tinggal dan jalan
Pemeliharaan dan pengujian emisi kendaraan secara teratur
12
Penggunaan dan cara mengendarai kendaraan yang efektif dan efisien
Pemeliharaan lingkungan sekitar jalan dengan menjaga kebersihan
Kesadaran masyarakat pengguna jalan untuk menjaga kelancaran lalu
lintas dan kebersihan lingkungan
4) Aplikasi Teknologi Pereduksi Pencemaran Udara
Dampak-dampak pencemaran udara kendaraan bermotor dapat dicegah
dengan cara pemilihan rute lalu lintas yang cukup jauh dari areal berpenduduk dan
mengurangi kemacetan lalu lintas, misalnya pembuatan jalan bypass tidak
memasuki areal permukiman, mempertahankan integritas komersial dan sosial
jalan, tapi masih membolehkan akses ke jalan raya. Selain itu dapat dilakukan
mitigasi perbaikan desain untuk meminimalkan pencemaran udara akibat
kendaraan bermotor meliputi:
pemilihan alinyemen jalan tidak melalui daerah dekat permukiman,
sekolah dan perkantoran;
menyediakan kapasitas jalan yang memadai untuk menghindari kemacetan
lalu lintas, dengan proyeksi peningkatan arus lalu lintas di masa yang akan
datang;
menghindari penempatan perpotongan jalan yang sibuk;
memperhitungkan pengaruh arah angin dalam penentuan lokasi jalan dan
bangunan pelengkapnya, seperti pompa bensin di dekat permukiman;
sedapat mungkin menghindari lereng curam dan belokan tajam yang akan
mendorong penurunan atau peningkatan kecepatan serta shifting;
Laburi jalan-jalan yang berdebu, terutama di daerah daerah padat
penduduk
penanaman vegetasi yang tinggi, berdaun lebat dan rapat diantara jalan dan
pemukiman untuk menyaring pencemaran.
13
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kendaraan bermotor yang menjadi alat transportasi, dalam konteks
pencemaran udara dikelompokkan sebagai sumber yang bergerak. Dengan
karakteristik yang demikian, penyebaran pencemar yang diemisikan dari sumbersumber kendaraan bermotor ini akan mempunyai suatu pola penyebaran spasial
yang meluas. Faktor perencanaan sistem transportasi akan sangat mempengaruhi
penyebaran pencemaran yang diemisikan, mengikuti jalur-jalur transportasi.
Dampak asap kendaraan bermotor terhadap lingkungan, lapisan ozon di bumi
makin menipis dan proses fotosintesis tumbuhan terganggu serta penyakit yang
ditimbulkan. Pencegahan pencemaran udara oleh asap kendaraan bermotor
dengan cara melakukan penghijauan (reboisasi), Mengurangi pemakaian
kendaraan bermotor, menciptakan biosolar, melakukan penyuluhan, penggunaan
sumber energi alternative yang dapt diperbarui. Pengendalian pencemaran akibat
kendaraan bermotor akan mencakup upaya-upaya pengendalian baik langsung
maupun tak langsung, yang dapat menurunkan tingkat emisi dari kendaraan
bermotor secara efektif.
3.2 Saran
Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi
udara, maka pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan
bermotor. Selain itu juga untuk mahasiswa yang punya intelektual dan kesdaran
terhadap lingkungan yang tinggi alangkah baiknya untuk bisa menggunakan
sepeda motornya sesuai kebutuhan agar bias mnegurangi sedikit dari polusi udara
akibat kendaraan bermotor.
14
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardhana, Wisnu. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan (Edisi Revisi).
Yogyakarta: Andi.
Budiman., Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Lingkungan Masyarakat dalam
Konteks Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC.
Clara Puspita., dkk. 2013. Pencemaran Udara dan Upaya Pengendaliannya di Kota
Denpasar,Bali.
https://www.scribd.com/doc/225977392/Pencemaran-Udara-Dan-
Upaya-Pengendaliannya-Di-Kota-Denpasar-Bali. [diakses pada 6 Oktober 2016]
Depkes. Parameter
Pencemar
Udara
dan
Dampaknya
terhadap
Kesehatan. http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF. [diakses pada
6 Oktober 2016]
IKAPI. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius.
Kusminingrum, Nanny., Gunawan. G. 2008. Jurnal Polusi Udara Akibat Aktivitas
Kendaraan Bermotor di Jalan Perkotaan Pulau Jawa dan Bali.
http://pu.go.id/uploads/services/infopublik20130926120104.pdf.
[diakses
pada tanggal 6 Oktober 2016]
Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wijoyo, Suparto. 2005. Refleksi Matarantai Pengaturan Hukum Pengelolaan
Lingkungan Secara Terpadu (Studi Kasus Pencemaran Udara). Surabaya:
Airlangga University Press.
http://dokumen.tips/documents/pencemaran-udara-akibat-polusi-yangditimbulkan-kendaraan-bermotor.html [diakses pada tanggal 6 Oktober
2016]
http://www.greeners.co/berita/kendaraan-bermotor-penyumbang-polusi-udaraterbesar-di-jakarta/ [diakses pada tanggal 6 Oktober 2016]
15