PENGANTAR AMDAL PROYEK MRT JAKARTA FAS

TUGAS BESAR MATA KULIAH PENGANTAR AMDAL

DOKUMEN AMDAL
PROYEK MASS RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA
SEGMEN LAYANG CP. 102 - 104
Tugas ini Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Nilai Tugas Mata Kuliah Pengantar
AMDAL Semester Genap

Disusun Oleh:
Anneesha Fairuz

(1115020004)

Muhammad Fakhry

(1115020052)

Dosen Pembimbing:
Drs. Budi Damianto, A.Md, S.T, M.T
NIP. 195801081984031002
PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
Mei 2018

BAB I
PENDAHULUAN
4.1 1.1 Latar Belakang Proyek
Sejak 1980, mulai dirancang berbagai studi kasus dalam mempelajari kemungkinan
diberlakukannya sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Mass Rapid Transit (MRT)
dianggap sebagai salah satu solusi dalam menangani masalah mobilitas berupa kemacetan antara
kota Jakarta dengan daerah penyangganya.
Proyek MRT Jakarta direncanakan membelah Jakarta dalam 2 jalur, jalur Utara – Selatan dan
jalur Timur – Barat. Jalur Utara - Selatan sendiri pun dibagi menjadi 2 fase, fase pertama dikerjakan
sejak 2013 sampai 2018, sedangkan fase kedua dimulai tahun 2020 nanti. Tahap pertama yang
membentang sepanjang 15,7 km ini akan menghubungkan Lebak Bulus sampai dengan Bundaran HI,
dengan total 13 stasiun (7 stasiun layang dan 6 stasiun bawah tanah).
Proyek infrastruktur besar yang berlokasi tepat di jalur – jalur protokol Jakarta ini diperkirakan
akan mempengaruhi banyak hal dalam pembangunannya, baik pada masa perencanaan, konstruksi
maupun setelah masa operasional. Oleh karena itu, sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan


Hidup No.11/2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan
AMDAL dan keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No.2863/2011 tentang Jenis Usaha
dan/atau kegiatan yang Wajib dilengkapi AMDAL di Wilayah DKI Jakarta, rencana kegiatan
pembangunan MRT Jakarta merupakan dalam kegiatan yang wajib dilengkapi dengan dokumen
AMDAL. Pada 31 Agustus 2005 akhirnya proyek MRT Jakarta mendapatkan Pengesahan
AMDAL dari Komisi Penilai AMDAL Daerah Propinsi DKI Jakarta melalui surat Nomor : 37a/1.774.151
4.2 1.2 Lokasi Proyek
Proyek pembangunan MRT Jakarta ini memiliki rute dari Lebak Bulus, Jakarta Selatan
dengan rencana pembuatan stasiunnya berada di sisi utara terminal Lebak Bulus dan berakhir di
Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat. Dengan total panjangnya ± 15,7 km.
Segmen layang (elevated section) nya sendiri akan membentang sepanjang 9,8 km dari Lebak
Bulus sampai Bundaran Senayan, berlokasi tepat diatas jalan raya Pasar Jum’at, Jl. Kartini, Jl.
Fatmawati, Jl. Panglima Polim, dan Jl. Sisingamangaraja.

BAB II
PERMASALAHAN

4.3 2.1 Tahap Konstruksi
Kegiatan yang berlangsung selama proses konstruksi yang diamati diantaranya

peningkatan pencemaran udara dan kebisingan, gangguan dan kemacetan lalu lintas, timbulnya
gangguan getaran dan kerusakan bangunan sekitar, berkurangnya populasi tanaman pelindung
jalan.
2.1.1 Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan


Sumber Dampak,
Pekerjaan penyiapan lahan, konstruksi struktur layang dan stasiun, pengangkutan



material dan pekerjaan dengan menggunakan alat berat lainnya.



Dampak lingkungan yang diamati berdasarkan parameter TSP, SO2, NO2, dan CO

Indikator / Parameter

Besaran Dampak

Pada jarak 50 m dari lokasi proyek kadar TSP, SO2, NO2, dan CO masing masing
bertambah dengan pesat sehingga menyebabkan pencemaran udara selain itu semua
pekerjaan yang dilakukan berakibat meningkatkan tingkat kebisingan menjadi 55 – 60 dB
untuk daerah dengan radius 100 m sekitar proyek.

2.1.2 Gangguan Lalu Lintas


Sumber Dampak
Kegiatan konstruksi rel dan stasiun layang, pengangkutan material, keluar masuknya



kendaraan proyek, penutupan jalan dan pengalihan lalu lintas



Tingkat kemacetan, Volume Lalu Lintas, dan kecepatan kencadaraan sekitar proyek

Indikator / Parameter


Besaran Dampak

Dengan adanya proyek MRT Jakarta ini menyebabkan menurunnya kecepatan kendaraan
yang melalui bahkan sampai terhenti yang menimbulkan antrian kendaraan yang makin
panjang.

2.1.3 Timbulnya Gangguan Getaran Dan Kerusakan Bangunan Sekitar


Sumber Dampak



Pekerjaan Alat Berat,Pekerjan pondasi



Intensitas getaran, tingkat kerusakan bangunan sekitar


Indikator / Parameter

Besaran Dampak
Seiring dengan pekerjaan alat berat yang dilakukan menyebabkan peningkatan intesitas
getaran pada area sekitar proyek sebesar 4,5 ritcher (105 dB) yang dapat menggangu warga
sekitar proyek bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan sekitar

2.1.4 Berkurangnya populasi tanaman pelindung jalan



Sumber Dampak
Pekerjaan penebanangan pohon untuk pembebasan lahan.
Indikator / Parameter
Berkurangnya pohon/tanaman hijau di jalan sekitar Lebak Bulus – Sisingamaraja (sekitar



± 300 pohon/tanaman)


Besaran Dampak
Walaupun segmen laying akan dibangun diatas eksisting jalan, namun namun masih
membutuhkan lahan tambahan yang harus dibebaskan. Oleh karena itu banyak
pohon/tanaman pelindung jalan yang ditebang/dihilangkan untuk keperluan konstruksi.
Hal ini bisa berdampak ke berkurangnya sumber oksigen&penghijauan disekitar proyek
MRT Jakarta.

BAB III
ANALISA PERUBAHAN RONA LINGKUNGAN

4.4 Peningkatan Pencemaran Udara dan Kebisingan
Hasil pemantauan kualitas udara yang telah dilakukan oleh kantor BLPHD DKI Jakarta
dari tahun 2005 untuk parameter NO2 masih dibawah baku mutu. Sedangkan pada Desember 2006
untuk parameter NO2 sudah melampaui baku mutu.
Sedangkan untuk parameter SO2 hasil semua pengukuran dari tahun 2005, 2006, dan 2009
pengukuran masih menunjukan angka di bawah baku mutu yang diijinkan
Dari 3 periode pengukuran (2005,2006 dan 2009) hasil pengukuran parameter TSP pada
tahun 2006 menunjukan kualitas udara yang kurang bagus yaitu sebesar 1,7 kali dari baku mutu
yang ada.
Untuk parameter Pb data yang tersedia sangat minim karena data di tahun 2005 dan 2006

tidak ada data, yang ada hanya ada pada tahun 2009. Dari data satu kali pengukuran ini, hasilnya
menunjukan nilai di bawah baku mutu yang di ijinkan.
Bisa disimpulkan dari pengukuran pada saat AMDAL 2005,2006,2009, maupun saati ini
bahwa nilai pencemaran udara telah melewati baku mutu yang ditetapkan dalam keputusan
Gubernur DKI Jakarta No.551/2001.

Untuk updating data kebisingan diperlukan data sekunder dan data primer. Data sekunder
diambil dari Laporan Implementasi RKL/RPL Koridor Busway yang dilakukan oleh Operator
Trans Jakarta. Sedangkan untuk data primer dilakukan pada Bulan April 2010 di 6 titik yang

lokasinya mengikuti AMDAL 2005, Yaitu daerah Lebak Bulus (KU-1), Jl.Cipete Utara (KU-2),
SDN Kramat Pela (KU-3), Ratu Plaza (KU-4), Bundaran HI (KU-5), dan Monas (KU-6).
Hasil pengukuran tingkat kebisingan baik pengukuran yang dilakukan pada saat AMDAL
2005 maupun saat ini telah melewati baku mutu yang ditetapkan dalam Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No. 551/2001.

4.5 Gangguan dan Kemacetan Lalu Lintas
Berdasarkan Survei Lalu Lintas yang dilakukan selama periode 27 – 29 Juli 2010, selama
hari kerja normal (Selasa sampai dengan Kamis) dan hasil analisi pada kapasitas lalu lintas didpata
status derajat kejenuhan sebagai berikut


Sebagian besar ruas jalan memiliki jangka waktu dengan tingkat kejenuhan (V/C) lebih
dari 0.81 (kondisi yang tidak stabil, kecepatan kurang dari 30 km/jam) di waktu puncak pagi, waktu
puncak sore atau keduanya.

Jl. Kartini, Jl. Fatmawati (RL-B) dan Jl. Jend. Sudirman mempunyai jangka waktu dengan
tingkat kejenuhan (v/c) lebih dari 1.0 (kondisi terpaksa, dengan kecepatan kurang dari 15 km/jam).
Jl. Fatmawati (RL-2), Jl. Panglima Polim, Jl. Sisingamangaraja dan Jl. MH. Thamrin
dengan tingkat kejenuhan yang relatif lebih kecil di antara ruas jalan yang disurvei walaupun ada
jangka waktu dengan kondisi tidak stabil.

4.6 Timbulnya Ganguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar
Hasil pengukuran data tingkat getaran pada semua lokasi menunjukan kategori “Tidak
menyebabkan kerusakan bangunan – bangunan”. Diantara lokasi – lokasi yang telah di survey
menunjukan kondisi tinggi tetapi masih dalam status “Tidak menyebabkan kerusakan”. Hasil
selengkapnya bisa dilhat pada table dibawah ini

Hasil pengukuran yang telah dilakukan menunjukan bahwa tingkat getaran masih dibawah
standar baku mutu, baik dalam AMDAL 2005 maupun Updating AMDAL. Tingkat getaran pada
AMDAL 2005 dan kondisi saat ini dikategorikan sebagai “getaran yang tidak menyebabkan


perusakkan” menurut Keputusan Kementrian Lingkungan Hidup No.49 tahun 1996 mengenai
Baku Mutu Tingkat Getaran.

4.7 Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung Jalan
Mengingat lokasi kegiatan proyek MRT Jakarta merupakan daerah yang telah terbangun,
maka komponen biologi yang ada pada umumnya berupa tanaman tepi jalan yang termasuk ke
dalam golongan pohon penghijauan, pohon pelindung dan tanaman hias. Keadaan di sekitar proyek
MRT Jakarta sangat padat dengan bangunan, sehingga mempunyai nilai biologi yang terbatas.
Namun demikian masih terdapat areal terbuka hijau / taman dan tanaman pohon di beberapa bagian
lokasi proyek antara lain :
1. Taman di Jl. Sungai Sambas
2. Taman di Jl. Sultan Hasandin
(Blok M)
3. Taman di Jl. Pattimura
4. Taman di Jl. Sisingamangaraja
5. Istora senayan dan kompleks
Hotel Sultan
6. Pohon Hias sepanjang jalan
protocol (Jl. Sudirman sampai

awal Jl. MH. Thamrin)
Table dibawah ini menunjukan perbandingan antara hasil inventaris AMDAL 2005 dan
saat ini. Dalam AMDAL 2005 tidak mencantumkan data inventarisasi vegetasi di setiap stasiun
oleh karena itu perbandingan tidak dapat disimpulkan. Berdasarkan jenis vegetasi, hasil survey
saat ini mengidentifikasi jumlah spesies lebih banyak dibandingkan AMDAL 2005. Data ini
memiliki identifikasi secara detail tentang jenis vegetasi. Dapat disimpulkan tidak ada perubahan
besar vegetasi darat disepanjang koridor jalur MRT Jakarta.

BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
& RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

4.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)
4.1.1 Peningkatan pencemaran Udara & Kebisingan
a) Sumber Dampak
Pekerjaan penyiapan lahan, pekerjaan konstruksi struktur layang, pengoperasian alat
berat, pengangkutan material.
b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mencegah terjadinya peningkatan pencemaran udara dan peningkatan kebisingan,
terutama di kawasan pemukian dan tempat sensitif.
c) Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Bak truk pengangkut material ditutup terpal
2) Pengaturan jadwal kegiatan / operasional alat berat
3) Pengaturan kecepatan kendaraan pengangkutan material
4) Sekeliling lokasi proyek dipagar seng setinggi 2 – 2,5 m
5) Perawatan alat – alat berat secara berkala, sehingga kebisingan dan emisi polutan
udara yang timbul sekecil mungkin
6) Kepala tiang pancang dilengkapi dengan “rubber pad” dan pada tempat- tempat
sensitive, pemasangan tiang pancang dilakukan dengan metode bor pile.
d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di lokasi proyek sepanjang koridor jalur rel layang selama tahap konstruksi
e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Periode pengelolaan dilakukan selama komponen kegiatan sebagai sumber dampak
terhadap peurunan kualitas udara dan kebisingan berlangsung
f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana : PMU / Satker Pengadaan Tanah
2) Pengawas : Panitia Pengadaan Tanah DKI Jakarta

3) Penerima Laporan : BPLHD Provinsi DKI Jakarta, Direktorat Jenderal
Perkeretaapian.
4.1.2 Gangguan lalu lintas
a) Sumber Dampak
Kegiatan konstruksi struktur rel dan stasiun layang
b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pencegahan terjadinyan kemacetan lalu lintas
c) Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Sosialisasi tentang rencana pelaksanaan konstruksi
2) Pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi proyek
3) Pengalihan arus lalu lintas merujuk ke kajian lalu lintas oleh Dishub
4) Pemasangan rambu lalu lintas di sekitar lokasi proyek termasuk pemasangan
papan pengumuman pada jarak ± 500 m sebelum proyek
d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di lokasi proyek sepanjang koridor Lebak Bulus – Sisingamangaraja.
Sementara itu kajian manajemen lalu lintas dpat mencakup ruas jalan di luar
koridor proyek khususnya yang terkait dengan koridor segmen layang.
e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama komponen kegiatan sumber kemacetan lalu lintas berlangsung.
f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana : PMU / Satker Manajemen Lalu Lintas
2) Pengawas : PT. MRT Jakarta
3) Penerima Laporan : Dinas Perhubungan dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta

4.1.3 Timbulnya Gangguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar
a) Sumber Dampak
Kegiatan / pekerjaan pondasi struktur segmen layang dan stasiun layang
b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Untuk menghindari atau mencegah terjadinya gangguan getaran dan kerusakan
bangunan sekitar

c) Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pelaksanaan pemasangan tiang pancang pada lokasi yang dekat dengan
pemukiman penduduk dan lokasi sensitif lainnya (rumah sakit, kantor
pemerintahan, dll) menggunakan metode bore pile.
d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sepanjang koridor jalan Fatmawati, Panglima Polim dan Sisingamangaraja,
selama pelaksanaan pekerjaan pondasi struktur segmen layang.
e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama komponen kegiatan sumber getaran dan kerusakan bangunan
berlangsung
f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana : PMU / Satler Pembangunan Infrastruktur dan Satker Pembangunan
Stasiun
2) Pengawas : PT MRT Jakarta
3) Penerima Laporan : BPLHD Provinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

4.1.4 Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung
a) Sumber Dampak
Penyiapan dan Pembersihan Lahan
b) Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Mengganti tanaman pelindung proyek yang terkena proyek
c) Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Menanam kembali tanaman pelindung jalan di areal terbuka di lokasi proyek
2) Memindahkan tanaman pelindung yang terkena proyek ke lokasi ruang terbuka
hijau atau taman di tempat lain yang terdekat ke lokasi proyek, sesuai dengan
petunjuk dari Suku DInas Pertamanan setempat
d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Di sekitar lokasi proyek dan sekitarnya, pada tahap konstruksi dan dilanjutkan
pemeliharaannya pada tahap operasi

e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama kegiatan sumber pengugaran populasi tanaman lindung berlangsung
f) Institusi Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pelaksana : PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur dan Satker
Pembangunan Stasiun
2) Pengawas : PT. MRT Jakarta
3) Penerima Laporan : Dinas Pertamanan dan BPLHD Provinsi DKI Jakarta

4.2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
4.2.1 Peningkatan Pencemaran Udara & Kebisingan
a) Indikator Dampak
Kandungan debu dan gas polutan dalam udara dan tingkat kebisingan di sekitar
koridor segmen layang
b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau
Parameter lingkungan hidup yang dipantau antara lain : TSP, NO2, SO2, NO, CO, Pb,
Tingkat Kebisingan
c) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Untuk mendeteksi kondisi kualitas udara, kebisingan, serta mengevaluasi efektivitas
upaya pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan oleh Pemraksara
kegiatan
d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
 Menampung keluhan masyarakat

 Pengukuran langsung tingkat kebisingan di lapangan

 Pengambilan sampel udara untuk dianalisis di laboratorium
2. Lokasi Lingkungan Hidup
Di sekitar lokasi rencana pembangunan segmen layang
3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan

 Setiap 6 bulan untuk pengukuran lapangan

 Setiap bulan untuk pemantauan keluhan masyarakat

e) Institusi Lingkungan Hidup
1. Pelaksana

: PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker
Pembangunan Stasiun

2. Pengawas

: BPLHD Wilayah Kota Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta, Walikota Jakarta Selatan

4.2.2 Gangguan Lalu Lintas
a) Indikator Dampak
Gangguan kelancara arus lalu lintas
b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau
Panjang antrian kendaraan, waktu tempuh kendaraan, kecepatan kendaraan yang
lewat serta keluhan pengguan jalan
c) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Untuk mendeteksi kondisi lalu lintas, dan mengevaluasi efektivitas upaya
pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan dilaksanakan oleh
Pemraksara kegiatan
d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengamatan langsung secara visual dilapangan dan dikonfirmasi dengan survey
lalu lintas
2. Lokasi Lingkungan Hidup
Di jl. TB. Simatupang, Fatmawati, Pangeran Antasari dan Pattimura, serta ruas
jalan lain yang menerima pengalihan lalu lintas.
3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan
Selama pelaksanaan konstruksi dan setiap bulan dilakukan pengamatan visual
e) Institusi Lingkungan Hidup
1. Pelaksana

: PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker
Manajemen Lalu Lintas

2. Pengawas

: Suku Dinas Perhubungan Kota Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

4.2.3 Timbulnya Gangguan Getaran dan Kerusakan Bangunan Sekitar
a) Indikator Dampak
Intensitas getaran dan tingkat kerusakan banguna sekitar, serta keluhan masyarakat
b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau
Tingkat getaran yang terjadi selama proyek & adanya kerusakan bangunan di sekitar
proyek serta adanya complain dari masyarakat.
c) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Untuk mendetekso terjadinya getaran dan kerusakan pada bangunan sekitar
d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengamatan langsung di lapangan & wawancara dengan masyarakat sekitar
2. Lokasi Lingkungan Hidup
Di lokasi pembangunan MRT Jakarta segmen layang
3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan
Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
e) Institusi Lingkungan Hidup
1. Pelaksana

: PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker
Pembangunan Stasiun

2. Pengawas

: Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

4.2.4 Berkurangnya Populasi Tanaman Pelindung
a) Indikator Dampak
Banyaknya pipulasi tanaman pelindung jalan yang terkena proyek
b) Parameter Lingkungan Hidup yang Dipantau
Jumlah dan jenis tanaman (sekitar ± 300 pohon/tanaman)
c) Tujuan Pemantauan Lingkungan
Untuk mendeteksi banyaknya popilasi tanaman pelindung yang terkena proyek

d) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Pengamatan langsung di lapangan
2. Lokasi Lingkungan Hidup
Di lokasi pembangunan rel dan stasiun layang
3. Jangka dan Frekuensi Pemantauan
Selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi
e) Institusi Lingkungan Hidup
1. Pelaksana

: PMU / Satker Pembangunan Infrastruktur & Satker
Pembangunan bangunan Stasiun

2. Pengawas

: Suku Dinas Pertamanan Kota Jakarta Selatan

3. Penerima Laporan : BPLHD Propinsi DKI Jakarta & Walikota Jakarta Selatan

BAB IV
KESIMPULAN

Dalam rangka mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas di kota Jakarta, Pemerintah Kota DKI
Jakarta bekerja sama dengan Pemerintah Jepang merencanakan proyek Pembangunan MRT
Jakarta yang akan dibuat dari Lebak Bulus – Bundaran Hotel Indonesia dengan panjang + 15,7
km.
Maka pembangunan proyek MRT Jakarta mengacu pada surat arahan Komisi Penilai AMDAL
Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor : 37a/-1.774.151 pada 31 Agustus 2005 diwajibkan untuk
menyusun Dokumen ADENDUM AMDAL dan RKL-RPL dengan lingkup kajian rencana
pengembangan kegiatan yang akan dilaksanakan termasuk evaluasi atas pelaksanaan rencana
pengelolaan lingkungan dari kegiatan eksistingnya.