Penyakit Tanaman Kopi arabika coffea

Penyakit Tanaman Kopi

Penyakit Karat Daun
Penyebab : Jamur Hemileia vantatrix
Gejala :
1. Pada sisi bawah daun terdapat bercak-bercak yang semula berwarna kuning muda , yang kelak
menjadi kuning tua , terbentuk tepung berwarna jingga cerah ( brigt orange ) terdiri atas
uredispora jamur penyebab penyakit .
Morfologi Patogen :
Jamur mempunyai uredospore yang semula bulat , tetapi segera memanjang dan bentuknya mirip
dengan juring buah jeruk . Setelah masak isinya berwarna jingga , sedang dindingnya tetap tidak
berwarna . Sisi luar yang cembung mempunyai duri-duri , sedang sisi lainnya tetap halus . Uredospora
berukuran 26-40 x 20-30 µm .
Pengendalian Penyakit :
Pengendalian terhadap penyakit karat daun hanya di lakukan di kebun kopi arabika , dan tidak menjadi
masalah pada kebun kopi robusta . Langkah pengendaliannya yaitu adalah sebagai berikut :
1. Penanaman jenis kopi arabika yang tahan . Jenis kopi yang dianjurkan menurut Pusat Penelitian
Kopi dan Kakao adalah S 795 , Kartika 1 dan Kartika 2 tahan terhadap karat daun dan ditanam
pada ketinggian diatas 700 m dpl .
2. Pemakaian fungisida
3. Karantina , meskipun H . vastatrix sudah tersebar di dalam maupun di luar negeri , namun

karena adanya perbedaan dalam rasnya , sebaiknya diadakan pembatasan dalam pemasukan
bahan tanaman kopi hidup dari daerah maupun Negara lain .
Penyakit Tanaman Teh
Penyakit Cacar Daun Teh / Blister Blight
Penyebab : Jamur Exobasidium vexans
Gejala :
1. Pada daun muda terjadi bintik-bintik kecil tembus cahaya , sebesar lebih kurang 0,25 mm . Bintik
ini hanya dapat dilihat dengan cahaya tembus .
2. Terjadi bercak yang mempunyai pusat tidak berwarna , dikelilingi oleh daerah hijau kekuningan
yang dibatasi oleh cincin hijau , diameter bercak kurang lebih 2 mm .
3. Cacar melebar , diameter 3-6 mm dan makin menonjol ke sisi bawah daun.

4. Cacar makin besar dan tonjolan makin jelas . Pusat bercak tampak bertepung putih dan terdiri
atas basidiospora yang terbentuk diatasnya . Pada tingkat ini cacar sudah menjadi sumber infeksi
baru .
5. Cacar mencapai ukuran terbesar , kurang lebih 1 cm . Epidermis pada sisi yang melengkung
sudah tertembus seluruhnya . Permukaannya tampak tertutup tepung putih . Dalam beberapa
hari cacar ini dapat selalu membentuk spora .
6. Pusat cacar yang semula berwarna putih berubah menjadi berwarna coklat .
7. Cacar mati , warnanya menjadi coklat tua . Cacar dapat terlepas sehingga ditempat itu terjadi

lubang .
Morfologi Patogen :
Jamur mempunyai miselium interseluler , bergaris tengah lebih kurang 1-1,5 µm . Sebelum membentuk
basidium hifa mengadakan agregasi di bawah epidermis membentuk lapisan hymenium . Karena
memanjangnya berkas basidium tadi epidermis terangkat dan pecah . Basidium membentuk 2-4
basidispora , yang semula bersel 1 , tetapi biasanya menjadi bersel 2 sebelum dihamburkan . Spora yang
bersekat ( septa ) dan telah terlepas dari sterigma ( tangkainya ) mempunyai ukuran 13-27 x 4,3-6,5 µm ,
sedang yang tidak bersekat 6-14 x 2,8-4,3 µm .
Daur Penyakit :
E . vexans hanya diketahui membiak dengan basidiospora . Selain itu jamur tidak dapat hidup sebagai
saprofit pada jaringan mati . Dengan demikian cacar teh hanya dapat disebarkan oleh basidiospora atau
oleh pengangkutan bahan tanaman yang hidup . E .. vexans bertahan dari musim ke musim dengan
hidup pada daunt eh . Pada perdu yang terdapat di tempat yang sangat lembap , selalu terdapat daun
yang bercacar , meskipun dalam musim kemarau , Pada permulaan musim hujan cacar ini akan
membentuk basidiospora yang akan disebarkan oleh angina ke perdu-perdu sekitarnya . Basidiospora
hanya dilemparkan dari basidium jika kelembapan udara cukup tinggi . Spora ini sangat ringan . Dalam
udara yang tenang , untuk jatuh sekaitar 135 cm ( 4,5 kaki) deperlukan waktu 1 jam . Spora yag
berdinding tipis ini mempunyai selaput lendir , sehingga spora yang jatuh pada permukaan daun muda
dapat melekat kuat dan tidak dapat lepas meskipun terjadi hujann lebat . Penyebaran E. vexans paling
banyak terjadi tengah malam , antara pukul 22 dan 02 , dan paling sedikit terjadi tengah hari , pukul 10

sampai 14 . Dalam kelembapan yang tinggi atau dalam lapisan air yang tipis spora berkecambah dengan
membentuk pembuluh kecambah , Ini akan mengadakan infeksi langsung dengan menembus epidermis
daun atau melalui mulut kulit . Untuk menembus epidermis pembuluh kecambah lebih dahulu
membentuk apresorium pada ujungnya . Infeksi kebanyakan terjadi pada permukaan atas daun .
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
Di Indonesia cacar teh terutama merugikan kebun-kebun di atas 900 m dpl dari permukaan laut . Juga
pada umumnya penyakit berjangkit pada musim hujan . Faktor cuaca yang sangat mempengaruhi cacar
adalah kelembapan udara . Cahaya matahari dapat mempengaruhi penyakit secara tidak langsung karena
cahaya dapat mengurangi kelembapan udara dalam kebun .

Pengendalian Penyakit :
1. Mengurangi pohon pelindung ( peneduh ) . Agar lebih banyak sinar yang masuk ke dalam kebun .
2. Pemakaian fungisida , meskipun teklah diusahakan untuk mengurangi kelembapan dan
meningkatkan sinar matahari yang masuk ke dalam kebun dengan mengurangi pohon
pelindung , namun dalam musim hujan kelembapan kebun akan tetap tinggi dan sinar matahari
sangat kirang . Dengan demikian pengendalian dengan fungisida perlu dilakukan .
3. Pemangkasan pada musim kering , tunas-tunas yang baru tumbuh sesudah pemangkasan sangat
rentan terhadap cacar teh . Karena itu pemangkasan perdu teh pada musim kemarau , agar
tunas-tunas berkembang dalam cuaca yang kering .
4. Pemangkasan sejajar dengan permukaan tanah , perdu te dipangkas sejajar dengan miringnya

tanah . Usaha ini memberikan beberapa keuntungan yaitu permukaan kebun menjadi rata
sehingga kabut fungisida yang disemprotkan kurang mendapat hambatan , tidak terdapat sudut
–sudut yang lembap dan kurang mendapat sinar matahari , tanaman teh segera menutup
sehingga pertumbuhan gulma segera tertekan .
5. Memetik dengan daur pendek , mengingat bahwa 9 hari setelah infeksi jamur sudah dapat
menghasilkan spora , sebaiknya dalam musim hujan daur petik tidak lebih panjang dari 9 hari .
6. Penanaman Klon tahan , untuk meremajakan kebun-kebun yang rentan terhadap cacar
sebaiknya dipakai klon-klon yang tahan , seperti PS 1 , RB 1 , PS 354 , SA 40 dan Cin 143 .
Penyakit Tanaman Kakao
Penyakit Busuk Buah Kakao
Penyebab : Jamur Phytopthora palmivora
Gejala :
1. Warna buah berubah , umumnya mulai dari ujung buah atau dekat tangkai , yang dengan cepat
meluas keseluruh buah . Buah menjadi busuk dalam waktu 14-22 hari , akhirnya buah menjadi
hitam .
2. Pada permukaan buah yang sakit dan menjadi hitam tadi timbul lapisan yang berwarna putih
bertepung , terdiri atas jamur-jamur sekunder yang banyak membentuk spora .
Morfologi Patogen :
Jamur membentuk banyak sporangium ( zoosporangium ) , yang sering disebut konidium juga ,
berbentuk buah per , dengan ukuran 35-60 x 20-40 µm . Sporangium dapat berkecambah secara

langsung dengan membentuk pembuluh kecambah , tetapi dapat juga berkecambah secara tidak
langsung dengan membentuk zoospore atau spora kembara yang dapat berenang . Jamur dapat
membentuk klamidospora yang bulat , dengan garis tengah 30-60 µm .
Daur Penyakit :
Jamur yang mengadakan infeksi pada buah dapat bersumber dari tanah , batang yang sakit kanker
batang , buah yang sakit dan tumbuhan inang yang lain . P palmivora terutama bertahan dalam tanah

dari sini jamur dapat terbawa oleh percikan air hujan ke buah – buah yang dekat tanah . Setelah
mengadakan infeksi , dalam waktu beberapa hari jamur pada buah sudah dapat menghasilkan banyak
sporangium . Sporangium ini dapat terbawa oleh percikan air , atau oleh angina dan mencapai buahbuah yang lebih tinggi . Jamur yang berada dalam tanah juga dapat terangkut oleh serangga-serangga ,
antara lain semut sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi . Dari buah yang sakit jamur dapat
berkembang melalui tangkai dan menyerang bantalan buah , dan dapat berkembang terus sehingga
menyebabkan terjadinya penyakit kanker batang . Dari sini kelak jamur akan menyerang buah .
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
Berat ringannya penyakit busuk buah ditentukan oleh banyak faktor , antara lain kelembapan udara ,
curah hujan , cara bercocok tanam , banyaknya buah pada pohon dan jenis tanaman . Kelembapan yang
tinggi akan membantu pembentukan spora dan meningkatkan infeksi . Infeksi hanya dapat terjadi kalau
permukaan buah terdapat air . Seperti air hujan , namun juga iar yang terjadi karena pengembunan uap
air pada permukaan buah . Hujan akan membantu penyebaran spora , disamping meningkatkan
kelembapan kebun . Fluktuasi intensitas penyakit cenderung sama dengan fkluktuasi curah hujan harian .

Puncak intensitas penyakit terjadi 1-3 minggu setelah puncak curah hujan . Cara bercocok tanam , antara
lain pemangkasan , kerapatan tanam , pemberian mulsa , drainase , pemupukan , dan pemungutan hasil
sangat mempengaruhi penyakit . Lapisan mulsa dan seresah di sekitar pangkal batang akan mencegah
terjadinya percikan air yang membawa tanah yang terinfeksi jamur . Juga adanya mulsa ini akan
meningkatkan kegiatan jasad-jasad renik saprofit yang bersifat antargonistik terhadap Phytophthora .
Busuk buah lebih banyak terdapat pada pohon yang lebat buahnya . Sering dikatakan bahwa penyakit
busuk buah berbanding lurus dengan jumlah dan dengan curah hujan .
Pengendalian Penyakit :
1. Mengurangi kelembapan kebun misalnya dengan memperbaiki drainasi , memangkas tanaman
kakao dan pohon pelindung dengan teratur dan dengan mengendalikan gulma .
2. Mempertahankan seresah sebagai mulsa disekitar pangkakl batang .
3. Memanen buah yang masak secara teratur , misalnya seminggu sekali , sambil membersihkan
buah-buah yang sakit . Buah yang sakit , beserta dengan kulit buah ( cangkang ) dipendam cukup
dalam , sehingga paling sedikit tertutup tanah setebal 10 cm .
4. Selama musim penghujan buah-buah disemprot dengan fungisida .

Penyakit Akar Hitam
Penyebab : Jamur Rosellinia bunodes , Jamur Rosellinia arcuate
Gejala :
1. Serangan Rosellinia bunodes pada permukaan kayu terdapat titik-titik hitam . Kalau kayu

dipotong melintang atau dibelah membujur , didalamnya tampak terdapat garis-garis hitam yang
teratur seperti jari-jari .

2. Serangan Rosellinia arcuate pada permukaan kayu terdapat benang-benang jamur berwarna
putih , teratur seperti kipas atau bintang .
Morfologi Patogen :
R. arcuate mmpunyai tubuh buah ( peritesium ) yang berbentuk bulat , licin , hitam kelabu , mempunyai
papil yang agak menonjol , bergaris tengah 2-2,5 mm . Askus di dalam tubuh buah ini mempunyai 8
askospora berbentuk kumparan agak memanjang , dengan ujung-ujung runcing , berukuran 52-67 x 6-7,5
µm . Tubuh buah R. bunodes berbentuk bulat , hitam dengan permukaan kasar , garis tengah lebih
kurang 1,5 mm . Lubang tubuh buah ( ostiol ) kadang-kadang menonjol , kadang-kadang tidak . Di dalam
tubuh buah terdapat askus dan parafisis . Askus berukuran 400 x 12-15 µm , berisi8 askospora .
Askospora yang masak berwarna hitam , berbentuk kumparan , 80-110 x 7-12 µm , berujung runcing ,
mempunyai tonjolan berbentuk rambut yang panjangnya sering mencapai 125 µm . Pada ujung askus
terdapat sumbat , yang bila diberi yodium menjadi biru . Rosellinia membentuk koremium seperti bulubulu hitam pada lapisan jamur yang terdapat di atas tanah . Ini terjadi dari bekas-bekas benang jamur
yang becabang-cabang pada ujungnya dan membawa banyak konidium , Konidium berbentuk
memanjang 4-6 x 2 µm dan mudah sekali lepas .
Daur Penyakit :
Jamur akar hitam yang menyerang tanaman teh semula berasal dari akar-akar tanaman hutan yang
sakit . Jamur ini dapat menular dengan beberapa macam cara , yang terpenting adalah dengan kontak

antara akar yang sehat dengan yang sakit . Selain itu dikatakan bahwa jamur juga dapat menuklar
dengan rhizomorf di dalam tanah , dengan konidium dan askospora , dan juga dengan miselium yang
berkembang di atas tanah sebagai saprofit pada sampah-sampah yang terdapat di bawah perdu-perdu
teh .
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit :
R arcuata yang lebih penting bagi perkebunan teh dapat dikatakan hanya terdapat di kebun-kebun yang
letaknya lebih tinggi dari 800 m , pada tanah-tanah pegunungan tinggi . Jamur ini terutama terdapat
dalam tanah yang mempunyai derajad kemasaman tertukar yang rendah ( 0-1,5 ) . Karena derajat
kemasaman tertukar bertambah sejalan dengan tingkat pelapukan tanah , maka jamur terutama
terdapat pada tanah-tanah yang baru mengalami pemupukan . R bunodes kadang-kadang terdapat di
tanah rendah antara lain di tanah laterit yang berasal dari bahan-bahan bukan endapan laut , dan di
tanah-tanah merah dari bahan-bahan endapan laut .
Pengendalian penyakit :
1. Kebun –kebun yang banyak mendapat serangan jamur akar hitam dianjurkan untuk tidak
memakai tanaman-tanaman pembantu yang rentan terhadap jamur yang bersangkutan .
2. Tanaman yang sakit di bongkar dengan teliti , semua akarnya diambil . Untuk membunuh jamur
yang berkembang sebagai saprofit pada sampah di sekeliling pangkal batang , sebelum
pembongkaran sampah-sampah dikumpulkan disekeliling pangkal batang dan di bakar . Semua

akar hasil pembongkaran juga dibakar , karena pada bagian-bagian ini jamur dapat segera

membentuk spora .
3. Meluasnya jamur melalui kontak akar dapat dicegah dengan pembuatan selokan isolaso sedalam
60-90 cm yang di dalamnya terdapat satu baris tanaman yang masih tampak sehat . Tetapi perlu
di tambahkan disini , karena R arcuate sering terdapat di tanah yang lepas , maka umumnya
selokan isolasi akan segera di longsor sehingga hilang manfaatnya .
4. Penyulaman tempat-tempat kosong ( rumpang ) karena jamur akar hitam yang sudah di
bersihkan dari sisa-sisa tanaman sakit dilakukan 1-2 tahun kemudian .
5. Meningkatkan derajat kemasaman tertukar dari tanah-tanah bekas tanaman sakit sebesar 2,0
dengan memberikan belerang sebanyak 0,5-1 kr per lubang tanaman .