Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam.p

MAKALAH SEJARAH PEMIKIRAN DAN PENDIDIKAN
ISLAM
“ BIOGRAFI DAN KONSEP PENDIDIKAN RASULULLAH ”
(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah SPPI)
DOSEN PENGAMPUH
Dr. MUH IDRIS, S.Ag, M.Ag

DISUSUN OLEH :
MURNIYATI NURDIN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN MANADO
1439H / 2018 M

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gurun tandus yang di kelilingi gurun pasir dan gunung-gunung, yang mana pada
masa itu kehidupan manusia sangat lah buruk, sehingga disebutlah pada masa itu
dengan zaman jahiliyah atau zaman kebodohan manusia, dilahirkanlah seorang

manusia pilihan, yang merupakan pembawa cahaya iman, sebagai panutan akhlak
yang mulia bagi umat manusia dan jin sampai akhir kehidupan di dunia ini.
Bahkan nama seorang hamba yang mulia ini sudah diramalkan dalam kitab-kitab
suci agama terdahulu, seperti dalam kitab agama Buddha. Sang Buddha berkata :
“Wahai para pendeta, ketika manusia berusia 80.000 tahun, akan hadir di atas muka
bumi seorang Buddha bernama Metteyya (yang pengasih), manusia suci (Arahat),
yang tercerahkan serta penuh keagungan, dirahmati kebijaksanaan tindakannya,
kesuksesan, pengatahuan atas jagat, pengendara kereta kuda tiada tanding yang
ramah; penguasa malaikat dan manusia; Buddha yang diberkati, meskipun aku telah
lahir di muka bumi ini, seorang Buddha dengan kualitas yang sama akan
diturunkan. Apa yang dia pahami dari langit akan dia kabarkan pada dunia bersama
para malaikat, sahabat, dan malaikat utama lainnya, dan orang-orang bijak serta
brahmana, pangeran, dan rakyat biasa; seperti halnya aku sekarang yang
mengatakan hal yang sama kepada pihak yang sama. Dia akan mengkhotbahkan
agamanya, mulia asalnya, agung pada puncak kejayaannya, dan agung pula
tujuannya, baik dalam jiwa maupun ucapan. Dia akan mengumandangkan
kehidupan beragama yang utuh sempurna lagi menyeluruh, seperti aku sekarang
menyebarkan agamaku dan kehidupan sama. Dia akan memimpin ribuan
masyarakat, sedangkan aku hanya memimpin beberapa ratus pendeta. Rasullulah
SAW merupakan suri tauladan atau uswah hasanah bagi umat islam. Sebagai umat

islam kita dituntut untuk mengetahui sejarah perjuangan Nabi Muhammad saw.
membawa umat manusia dari zaman jahiliah ke zaman kepintaran, dari zaman
kegelapan ke zaman terang benderang, dan dari biadab menjadi beradab.

Rasulullah SAW., sebagai rahmatan lil’alamin bagi orang yang mengharapkan
rahmat dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Allah ( Al-Ahzab : 21 )
adalah pendidik pertama dan terutama dalam dunia pendidikan Islam. Proses
transformasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan
emosional yang di lakukan Rasulullah SAW. dapat di katakan sebagai mukjizat luar
biasa, yang manusia apa dan dimana pun tidak dapat melakukan hal yang sama.
Hasil pendidikan Islam periode Rasulullah terlihat dari kemampuan muridmuridnya (para sahabat) yang luar biasa, misalnya: Umar Ibn Khotab ahli hukum
dan pemerintahan, Abu Hurairah ahli hadist, Salman Al-Farisi ahli perbandingan
agama: Mahjusi, Yahudi, Nasrani dan Islam; dan Ali Ibn Abi Thalib ahli hukum
dan tafsir al-Qur’an, kemudian murid dari para sahabat di kemudian hari, tabitabiin, banyak yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sains, teknologi,
astronomi, filsafat yang mengantar Islam ke pintu gerbang zaman keemasan. Hanya
periode Rasulullah, fase Makkah dan Madinah, para aktivis pendidikan dapat
menyerap berbagai teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola
pendidikan dan interaksi sosial yang lazim dilaksanakan dalam setiap manajemen
pendidikan Islam.
Gambaran dan pola pendidikan Islam di periode Rasulullah SAW. di Mekkah

dan Madina adalah sejarh masa lalu yang perlu kita ungkapkan kembali, sebagai
bahan perbandingan, sumber gagasan, gambaran strategi menyukseskan
pelaksanaan proses pendidikan Islam. Namun kiranya dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik dalam penyusunan kalimat, karena
keterbatasan pengetahuan penulis dan masih kurangnya buku-buku pendukung
dalam penulisan ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang diatas saya mengambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
A. Bagaimana sejarah kehidupan Rasulullah ?
B. Bagaimana konsep pendidikan Rasulullah ?

BAB I
PEMBAHASAN
A. SEJARAH HIDUP RASULULLAH
Sekitar tahun 570 M, Mekah adalah sebuah kota yang sangat penting dan
terkenal di antara kota-kota di negeri Arab, baik karena tradisinya ataupun karena
letaknya. Kota ini dilalui jalur perdagangan yang ramai menghubungkan Yaman di
Selatan dan Syiria di Utara. Dengan adanya Ka’bah di tengah kota, Mekah menjadi
pusat keagamaan Arab. Di dalamnya terdapat 360 berhala, mengelilingi berhala

utama, Hubal. Mekah kelihatan makmur dan kuat. Agama dan masyarakat Arab
pada masa itu mencerminkan realitas kesukuan masyarakat jazirah Arab dengan
luas satu juta mil persegi.1
Nabi Muhammad dilahirkan dalam keluarga bani Hasyim di Mekah pada hari
senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal, pada permulaan tahun dari Peristiwa Gajah. Maka
tahun itu dikenal dengan Tahun Gajah. Dinamakan demikian karena pada tahun itu
pasukan Abrahah, gubernur kerajaan Habsyi (Ethiopia), dengan menunggang gajah
menyerang Kota Mekah untuk menghancurkan Ka’bah. Bertepatan dengan tanggal
20 atau 22 bulan April tahun 571 M. Ini berdasarkan penelitian ulama terkenal,
Muhammad Sulaiman Al-manshurfury dan peneliti astronomi, Mahmud Pasha.
Nabi Muhammad adalah anggota bani Hasyim, suatu kabilah yang kurang
berkuasa dalam suku Quraisy. Kabilah ini memegang jabatan siqayah. Nabi
Muhammad lahir dari keluarga terhormat yang relatif miskin. Ayahnya bernama
Abdullah anak Abdul Muthalib, seorang kepala suku Quraisy yang besar
pengaruhnya. Ibunya adalah Aminah binti Wahab dari bani Zuhrah. Muhammad

1 Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antarnusa, 1990,
cet. 12), hal. 49.

SAW. Nabi terakhir ini dilahirkan dalam keadaan yatim karena ayahnya meninggal

dunia tiga bulan setelah dia menikahi Aminah.
Ramalan tentang kedatangan atau kelahiran Nabi Muhammad dapat ditemukan
dalam kitab-kitab suci terdahulu. Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa
kelahiran Nabi Muhammad SAW telah diramalkan oleh setiap dan semua nabi
terdahulu, yang melalui mereka perjanjian telah dibuat dengan umat mereka
masing-masing bahwa mereka harus menerima atas kerasulan Muhammad SAW
nanti.
Tidak lama setelah kelahirannya, bayi Muhammad SAW diserahkan kepada
Tsuwaibah, budak perempuan pamannya, Abu Lahab, yang pernah menyusui
Hamzah. Meskipun diasuh olehnya hanya beberapa hari, nabi tetep menyimpan rasa
kekeluargaan yang mendalam dan selalu menghormatinya. Nabi SAW selanjutnya
dipercayakan kepada Halimah, seorang wanita badui dari Suku Bani Sa’ad. Bayi
tersebut diasuhnya dengan hati-hati dan penuh kasih sayang, dan tumbuh menjadi
anak yang sehat dan kekar. Pada usia lima tahun, nabi dikembalikan Halimah kepad
a tanggungjawab ibunya. Sejumlah hadis menceritakan bahwa kehidupan Halimah
dan keluarganya banyak dianugrahi nasib baik terus-menerus ketika Muhammad
SAW kecil hidup di bawah asuhannya. Halimah menyayangi baginda Rasul seperti
menyayangi anak sendiri, penuh kasih sayang dan cinta, namun karena banyak
kejadian yang luar biasa sehingga takut akan terjadi hal-hal yang tidak baik
sehingga dikembalikanlah Rasul SAW kepada keluarga beliau.2

Muhammad SAW kira-kira berusia enam tahun, dimana tatkala asik bermainmain dengan teman-teman beliau, teman-teman beliau gembira saat ayah-ayah
mereka pulang, namun Rasulullah pulang dengan tangisan menemui ibunda beliau,
seraya berkata wahai ibunda mana ayah?.. ibunda beliau terharu tampa jawaban
yang pasti, sehingga dalam ketidakmampuan atas jawaban tersebut, hingga suatu

2. Prof. DR. Ramaluyis. 2012. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Kalam mulia. H. 8

ketika ibunda beliau mengajak baginda Nabi SAW pergi kekota tempat ayah beliau
dimakamkan. Sekembalinya dari pencarian Makan suami tercinta ibu Rasul tercinta
jatuh sakit dan meninggal dalam perjalanan pulang, dengan duka cita yang
mendalam dan pulang bersama seorang pembantu nabi. Sekembalinya pulang
sebagai anak yatim piatu maka beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib.
Namun dua tahun kemudian, kakeknya pun yang berumur 82 tahun, juga meninggal
dunia. Maka pada usia delapan tahun itu, nabi ada di bawah tanggungjawab
pamannya Abi Thalib.
Pada usia 8 tahun, seperti kebanyakan anak muda seumurnya, nabi memelihara
kambing di Mekkah dan menggembalakan di bukit dan lembah sekitarnya.
Pekerjaan menggembala sekawanan domba ini cocok bagi perangai orang yang
bijaksana dan perenung seperti Muhammad SAW muda, ketika beliau
memperhatikan segerombolan domba, perhatiannya akan tergerak oleh tanda-tanda

kekuatan gaib yang tersebar di sekelilingnya.
Diriwayatkan bahwa ketika berusia dua belas tahun, Muhammad SAW
menyertai pamannya, Abu Thalib, dalam berdagang menuju Suriah, tempat
kemudian beliau berjumpa dengan seorang pendeta, yang dalam berbagai riwayat
disebutkan bernama Bahira. Meskipun beliau merupakan satu-satunya nabi dalam
sejarah yang kisah hidupnya dikenal luas, masa-masa awal kehidupan Muhammad
SAW tidak banyak diketahui.
Muhammad SAW, besar bersama kehidupan suku Quraisy Mekah, dan hari-hari
yang dilaluinya penuh dengan pengalaman yang sangat berharga. Dengan
kelembutan, kehalusan budi dan kejujuran beliau maka orang Quraisy Mekkah
memberi gelar kepada beliau dengan Al-Amin yang artinya orang yang dapat
dipercaya.3
Pada usia 30 tahunan, Muhammad SAW sebagai tanda kecerdasan dan
bijaksanya beliau, Nabi SAW mampu mendamaikan perselisihan kecil yang
3. Munawar Cholil. 1969. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Bulan Bintang. Cet. 15

muncul di tengah-tengah suku Quraisy yang sedang melakukan renovasi Ka’bah.
Mereka mempersoalkan siapa yang paling berhak menempatkan posisi Hajar
Aswad di Ka’bah. Beliau membagi tugas kepada mereka dengan teknik dan strategi
yang sangat adil dan melegakan hati mereka.

Pada masa mudanya, beliau telah menjadi pengusaha sukses dan hidup
berkecukupan dari hasil usahanya. Kemudian pada usia 25 tahun, beliau menikah
dengan pemodal besar Arab dan janda kaya Mekah, Khadijah binti Khuwailid yang
telah berusia 40 tahun.
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa
memisahkan diri dari pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua
Hira, beberapa kilometer di Utara Mekah. Di gua tersebut, nabi mula-mula hanya
berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 Ramadhan
tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari Allah melalui
Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua
bernama Hira, dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri
bathinnya, dicengkeram oleh sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah
seorang malaikat telah mencengkeram beliau dalam pelukan yang menakutkan
yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika beliau berbaring di
sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat
melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan
seribu kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir beliau.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya.
Dengan turunnya wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih

Allah sebagai nabi. Dalam wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk
menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW
sebagai seorang nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa

itu kemudian dikenal sebagai “Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan
menurut sebagian riwayat terjadi menjelang akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu
pertama turun, yang menandai masa awal kenabian, berlangsung masa kekosongan,
atau masa jeda (fatrah).
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan
secara individual, turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka.
Mula-mula beliau mengundang dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul
Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah mereka, “Saya tidak melihat
seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke tengah-tengah
mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada
kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian
semua. Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”.
Mereka semua menolak kecuali Ali bin Abi Thalib.
Pada permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima dakwah nabi yaitu
dengan masuk Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah Abu Bakar AshShiddiq, dari pihak perempuan adalah isteri nabi SAW yaitu Khadijah, dan dari

pihak anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak kafir
quraisy mekah dan berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk
menghentikan dakwah Nabi gagal, tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang
sebelumnya sudah dilakukan semakin ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan
oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu, mendorong Nabi Muhammad
SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah.
Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi
negeri tempat pengungsian. Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah
ke Habsyah ini, termasuk membujuk Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat
Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah meningkatnya kekejaman itu, dua orang

Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab. Dengan masuk Islamnya
dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat.
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi Muhammad SAW
mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya seorang paman yaitu Abu
Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-hari beliau
yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul
SAW dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan
pada suatu malam ketika Nabi Muhammad SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah,

datanglah Jibril as. Dan beserta malaikat yang lain, lalu dibawanya dengan
mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam, kemudian Nabi Muhammad
SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda
kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi Muhammad SAW
kembali kenegeri Mekkah. Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso
dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqso ke
langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5 kali
dalam sehari.
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan
dakwah Islam muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah
penduduk Yatsrib yang berhaji ke Mekah. Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan
Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang. Pertama, pada tahun kesepuluh
kenabian, beberapa orang Khazraj menemui Muhammad SAW untuk masuk Islam,
dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku ‘Aus
dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari
sepuluh orang Khazraj dan dua orang ‘Aus

serta seorang wanita menemui

Muhammad SAW di tempat bernama Aqabah. Mereka menyatakan ikrar kesetiaan.
Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”. Ketiga, pada musim haji
berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang. Atas nama
penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar

berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari segala
ancaman. Perjanjian ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.4
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika
di Quba, sebuah desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi
istirahat beberapa hari lamanya. Dia menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di
halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid. Inilah mesjid pertama yang
dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali bin Abi Thalib
menyusul nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah.
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang
mereka tunggu-tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya
dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama
kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering
disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar
Islam memancar keseluruh dunia.
Kejadian itu disebut dengan “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”,
tetapi merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama
selama sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar
bin Khattab menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam,
atau tahun qamariyah.
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW
resmi sebagai pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun
dimulai. Berbeda dengan periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan, bukan
saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan kata lain,

4. Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992

dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan
duniawi. Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.
Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuhmusuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini akan mendorong orang-orang
Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan
gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan, mengatur siasat dan
membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan:
(1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan (2) menjaga
keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orangorang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya
kaum muslimin mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal
pemerintahannya, mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk
melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian damai
dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud
memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab
mengutus delegasinya kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan
mereka. Masuknya orang Mekah ke dalam agama Islam rupanya mempunyai
pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang liar itu. Tahun itu
disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud; peperangan
antara suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan
seagama.5
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau
mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas
5 Dra. Zuharini dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta. Bumi Aksara

keagamaan dan para dai’ dikirim ke berbagai daerah dan kabilah untuk
mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan memungut zakat. Dua
bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat berkurang.
Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad
SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
B. KONSEP PENDIDIKAN PADA MASA RASULULLAH SAW
Pemikiran pendidikan pada periode awal dalam sejarah islam ini terwujud dalam
ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW ketika beliau berbicara
dengan sahabatnya dan mengajak manusia percaya kepada Allah SWT dan
meninggalkan penyembahan berhala.
Pemikiran pendidikan yang terwujud pada dua sumber utama pendidikan islam
ini bukanlah pemikiran pendidikan yang benar-benar seperti yang dipahami dalam
pemikiran pendidikan modern, tetapi pemikiran yang bercampur dengan pemikiran
politik, ekonomi, social, sejarah dan peradaban, yang keseluruhanya membentuk
kerangka umum ideologi islam.
Dengan kata lain, pemikiran pendidikan islam dilihat dari segi Al-Qur’an dan
Sunnah, tidaklah muncul sebagai pemikiran pendidikan yang terputus, tetapi suatu
pemikiran yang hidup dan dinamis, berada dalam kerangka paradigma umum bagi
masyarakat seperti yang dikehendaki oleh islam.
Nabi Muhammad SAW dalam segala kata-kata yang diucapkannya, segala
tingkah laku yang disebutnya dan segala sikap yang diambilnya merupakan
gambaran hidup terhadap pemikiran pendidikan islam ini. Ketika Siti Aisyah r.a
ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, beliau mengatakan : “ Akhlaknya adalah
Al-Qur’an. Kemudian beliaulah guru teragung, beliau sendiri juga lulusan Illahiyah

di Gua hira yang telah meletakkan garis-garis besar pemikiran pendidikan ini dalam
Al-Qur’an”.6
Masa pembinaan ini berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu yang pertama kali sekaligus diangkatnya beliau menjadi Rasul hingga
sepeninggal nabi Muhammad SAW. Masa ini berlangsung kurang lebih 22 tahun.
Dari beliaulah awal mula timbulnya sejarah pendidikan Islam, sehingga
menimbulkan suatu tenaga penggerak luar biasa yang pernah dialami umat
manusia.Oleh sebab itu beliau menjadi tauladan yang harus diikuti.
Dalam masa pembinaan ini, Penyampaian Nabi Muhammad SAW untuk
membina umat manusia kearah yang lebih baik dibedakan ke dalam dua periode
yaitu Periode Mekkah sebelum nabi hijrah ke Madinah dan periode Madinah yaitu
ketika beliau hijrah dan tinggal di Madinah. Materi pendidikan yang beliau
sampaikan pun berbeda.Pada saat di Mekkah beliau menyampaikan tentang
pendidikan ketauhidan.Dan pada saat di Madinah beliau lebih menitik beratkan
pada pembentukkan dan pembinaan masyarakat baru.
Pola pendidikan yang di lakukan Nabi Muhammad SAW sejalan dengan
tahapan-tahapan dakwah yang di sampaikannya kepada kaum Quraisy. Dalam
tahapan ini ada tiga tahapan sebagai berikut :
Pada awal turunnya wahyu ( the first revelation ), pola pendidikan yang
dilakukan adalah sembunyi-sembunyi, mengingat kondisi sosial-politik yang belum
stabil, dimulai dari dirinya sendiri dan keluarga dekat Rasulullah. Mula-mula
Rasulullah mendidik istrinya Khadijah untuk beriman kepada dan menerima
prtunjuk dari Allah, kemudian diikuti oleh anak angkatnya Ali Ibnu Abi Thalib
(anak pamannya) dan Zaid Ibnu Haritsah (seorang pembantu rumah tangganya yang

6 Thohir Ajid, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung: Pustaka Setia,
2004).

kemudian di angkat menjadi anak angkatnya). Kemudian sahabat karibnya Abu
Baka Shiddiq. Secara berangsur-angsur ajakan tersebut di sampaikan secara
meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dari suku Quraisy saja.
Pendidikan secara sembunyi-sembunyi berlangsung selma tiga tahun sampai
kurun waktu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terbuka dan terangterangan.7 Ketika wahyu tersebut turun, beliau mengundang keluarga dekatnya
untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati-hati terhadap azab yang
keras di kemudian hari (hari kiamat) bagi orang-orang yang tidak mengakui Allah
sebagai Tuhan Yang Esa dan Muhammad sebagai utusan-Nya. Seruan tersebut di
jawab oleh Abu Lahab, Celakalah kamu

Muhammad! Untuk inikah kami

mengumpulkan kamu? Saat itu turun wahyu menjelaskan perihal Abu Lahab dan
istrinya.
Hasil seruan dari dakwah secara terang-terangan yang terfokus kepada keluarga
dekat, kelihatannya belum maksimal sesuai dengan apa yang di harapkan. Maka,
Rasulullah mengubah strategi dakwahnya dari seruan yang terfokus kepada
keluarga dekat beralih kepada seruan umum, umat manusia secara keseluruhan.
Seruan dalam skala “Internasional” tersebut didasarkan kepada perintah Allah.
Ajaran-ajaran yang beliau berikan antara lain:
Nabi Muhammad SAW memperoleh penghayatan yang mantap tentang ajaran
tauhid yang intisarinya tercermin dalam surat AL-Fatihah yang inti Pokoknya
antara lain:
Bahwa Allah adalah pencipta alam semesta dan dialah satu-satunya yang
menguasai dan mengatur alam ini sedemikian rupa yang merupakan tempat
kehidupan makhluknya.7

7. Hasan Langgulung. Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.

Bahwa Allah memberikan nikmat dan memberikan keperluan bagi semua
makhluk-makhluknya terutama manusia. Pengertian bahwa Allah bersifat Rahman
dan Rahim memberikan pengertian bahwa Allah memiliki sifat kasih sayang
terhadap makhluk-makhluknya.
Bahwa Allah yang merajai hari kemudian dan bahwa segala amal perbuatan
manusia selama di dunia akan di perhitungkan diakhirat nanti.
Bahwa Allah adalah tuhan yang wajib disembah dan hanya kepada-Nya lah
segala bentuk pengabdian ditujukan.
Bahwa Allah adalah tempat manusia pertolongan dan tempat bergantung.
Bahwa Allah yang membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam
menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan.
Pendidikan tauhid tersebut diberikan oleh Rasulullah SAW pada umatnya
dengan cara yang bijaksana dan sekaligus beliau memberikan teladan dan contoh
ajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW melakukan sembahyang (shalat) sebagai bentuk
pengabdian kepada Allah dengan ikhlas hati menyembahNya.Pada mulanya
sembahyang itu belum dilakukan sebanyak lima kali sehari semalam kemudian
setelah nabi Isra dan Mi’raj berulah diwajibkan untuk shalat lima waktu.Adapun
zakat semasa di Mekkah diberikan kepada fakir miskin dan anak-anak yatim dan
membelanjakan harta untuk jalan kebaikan.
Nabi Muhammad SAW menganjurkan kepada Umatnya untuk berakhlak yang
baik sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Diantara ahlak-akhlak tersebut ialah Adil
yang mutlak terhadap keluarga atau diri sendiri, Berbuat kebaikan kepada orang
lain dan patuh kepada orang tua, Menepati janji, Memberi maaf pada orang yang
bersalah, Takut semata-mata haya kepada Allah, Bersyukur atas nikmat, dan sabar

atas cobaan yang Allah berikan, Bersatu padu menegakkan agama Allah, Hidup
sederhana.
Al-Qur’an merupakan intisari dan sumber pokok dari ajaran islam yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Tugas Nabi
Muhammad SAW selain mengajarkan tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada
umatnya agar secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya, yang selanjutnya
akan menjadi warisan ajaran secara turun-temurun dan menjadi pegangan serta
pedoman hidup bagi kaum muslimin sepanjang zaman.
Bagi kalangan anak-anak terdapat kuttab-kuttab atau maktab (tempat belajar)
khusus untuk Qiraah Al-Qur’an. Keberadaan kuttab-kuttab ini ditunjukkan di dalam
Shahih Bukhori bab dam (denda) bahwa Ummu Salamah mengirimkan utusan
kepada pengajar Al-Qur’an untuk menyampaikan pesan “kirimkanlah untukku
anak-anak kecil” juga ditunjukkan di dalam abadul Mufrod karya Al- Bukhori pada
bab salam kepada anak-anak dengan sanad kepada IbnuUmar,“sesungguhnya dia
mengucapkan salam penghormatan kepada anak-anak kecil di kuttab.8
Kedatangan Nabi Muhammad SAW bersama kaum Muslimin disambut oleh
penduduk Madinah dengan gembira dan penuh rasa persaudaraan.Di Madinah Nabi
Muhammad SAW menghadapi kenyataan bahwa umatnya terdiri dari dua
kelompok yang saling berbeda latar belakang kehidupannya.Yaitu mereka yang
berasal dari mekkah (kaum Muhajjirin) Dan mereka yang merupakan penduduk asli
Madinah (kaum Ansor).kenyataan lain yang dihadapi Nabi Muhammad SAW
adalah bahwa masyarakat kaum muslimin yang baru di Madinah dan masyarakat
kaum Yahudi yang memang sudah menjadi penduduk Madinah dan mereka tersebut
tidak merasa senang dengan terbentuknya masyarakat baru yaitu kaum muslimin.

8 Rogerson Barnaby, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007)

Melihat kenyataan tersebut, beliau mulai mengatur dan menyusun segenap
potensi yang ada dalam lingkungannya, memecahkan permasalahan yang dihadapi
menggunakan kekuatan yang ada, dalam rangka menyusun suatu masyarakat baru
yang terus berkembang, yang mampu menghadapi tantangan yang berasal dari luar
dengan kekuatan sendiri.
Pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ialah memperkuat
persekutuan kaum muslimin dan mengikis habiskan sisa-sisa permusuhan dan
persukuan dengan beberapa cara, diantaranya
Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju kesatuan sosial dan
politik. Bersama kaum muslimin nabi membangun masjid.Masjid itulah yang
digunakan sebagai pusat kegiatan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin
untuk membina masyarakat baru. Jadi, masjid ini merupakan pusat pengajaran.
Nabi Muhammad SAW pun mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya
masyarakat yang bersatu padu. Dasar-dasar tersebut diantaranya : Nabi Muhammad
SAW mengikis habis sia-sia permusuhan atau pertenyangan antar suku dengan
jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka, menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan
masing-masing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Adanya syariat zakat dan
puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab
sosial baik secara material maupun moral.9
Dalam pembinaan di Madinah disyariatkan pula media komunikasi berdasarkan
wahyu yaitu shalat jum’at berjamaah. Dengan shalat jum’at berjamaah warga
berkumpul langsung dan mendengarkan khutbah Rasulullah SAW dan shalat jum’at
telah memupuk rasa solidaritas sosial yang sangat tinggi dalam menangani masalah
bersama.

9. Dra. Zuhairini.dkk. 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. H. 55

Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, Materi pendidikan sosial dan
kewarganegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam konstitusi Madinah yang prakteknya disempuranakan dengan ayat-ayat yang
turun selama periode Madinah.
Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara
ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut:
Pendidikan Ukhuwah Antar Kaum Muslimin Rasulullah SAW berusaha
menghubungkan antara hati mereka dengan iman kepada Allah dan Rasulnya,
mereka dipersaudarakan karena Allah artinya diikat oleh hubungan hanya karena
Allah. Rasulullah SAW memerintahkan kepada kaum muhajirin yang telah
dipersaudarakan dengan kaum Anshor agar mereka saling bekerjasama dalam
masalah-masalah sosial. Keluarga yang dimaksud adalah suami, istri, dan anakanaknya yang merupakan inti dari terbentuknya umat yang luas dan yang saling
megingatkan.
Rasulullah SAW memperingatkan agar anak diberikan bimbingan dan
pendidikan agar ia tumbuh dan berkembang dalam rangka mempersiapkan anakanak agar mampu menerima warisan islam dan bertanggungjawab untuk
mengemban tugas-tugasnya. Maka sejak diperintahkan oleh nabi Muhammad SAW
itulah anak-anak membaca dan menulis al-Qur’an serta menghafalnya.
Usaha Rasulullah SAW berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan
dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi
Madinah. Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan penjelasan yang
meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya. Kalau dengan
dakwah itu mereka masuk islam, maka secara otomatis mereka termasuk dalam
masyarakat kaum muslimin yang berada dalam naungan konstitusi.

C. SIFAT-SIFAT RASULULLAH SAW
Rasulullah mempunyai perilaku dan akhlak yang sangat mulia terhadap sesama
manusia, khususnya terhadap umatnya tanpa membedakan atau memandang
seseorang dari status sosial, warna kulit, suku bangsa atau golongan. Beliau selalu
berbuat baik kepada siapa saja bahkan kepada orang jahat atau orang yang tidak
baik kepadanya. Oleh kerana itu tidak mengherankan karena di dalam Al-Quran,
beliau disebut sebagai manusia yang memiliki akhlak yang paling agung.
Oleh karena itu marilah kita mempelajari sifat-sifat Baginda yaitu Siddiq,
Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Siddiq artinya benar. Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi akhlak
seseorang yang beriman kepada Allah dan kepada perkara-perkara yang ghaib. Ia
merupakan sifat pertama yang wajib dimiliki para Nabi dan Rasul yang dikirim
Tuhan ke alam dunia ini bagi membawa wahyu dan agamanya. Pada diri Rasulullah
SAW, bukan hanya perkataannya yang benar, malah perbuatannya juga benar,
yakni sejalan dengan ucapannya. Jadi mustahil bagi Rasulullah SAW itu bersifat
pembohong, penipu dan sebagainya.
Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, nescaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh kerana itulah penduduk Makkah member gelaran kepada
Rasulullah SAW dengan gelaran ‘Al-Amin’ yang bermaksud ‘terpercaya’, jauh
sebelum beliau diangkat jadi seorang Rasul. Apa pun yang beliau ucapkan,
dipercayai dan diyakini penduduk Makkah kerana beliau terkenal sebagai seorang
yang tidak pernah berdusta.
Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan oleh
manusia, disampaikan oleh Baginda. Tidak ada yang disembunyikan walaupun ia
menyinggung Baginda sendiri. “Supaya Dia mengetahui, bahawa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang ilmu-Nya

meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu
persatu.
Fathonah ertinya bijaksana. Mustahil bagi seseorang Rasul itu bersifat bodoh
atau jahlun. Dalam menyampaikan ayat Al-Quran dan kemudian menjelaskannya
dalam puluhan ribu hadis memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa. Rasulullah
SAW harus mampu menjelaskan firman-firman Allah SWT kepada kaumnya
sehingga mereka mahu memeluk Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan
orang-orang kafir dengan cara yang sebaik-baiknya. Apa lagi Baginda mampu
mengatur umatnya sehingga berjaya mentransformasikan bangsa Arab jahiliah
yang asalnya bodoh, kasar/bengis, berpecah-belah serta sentiasa berperang antara
suku, menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan. Itu semua
memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari perjalanan sejarah nabi ini, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad
SAW, di samping sebagai pemimpin agama, juga seorang negarawan,
pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas
tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukan seluruh Jazirah
Arab ke dalam kekuasaannya.
Kita dapat membagi masa dakwah Muhammad SAW menjadi dua periode,
yang satu berbeda secara total dengan yang lainnya, yaitu: Periode Mekah,
berjalan kira-kira tiga belas tahun. Periode Madinah, berjalan selama sepuluh
tahun penuh.
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan tersendiri, dengan kekhususannya
masing-masing. Periode mekah dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
Tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang berjalan selama tiga tahun.
Tahapan dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Mekah, yang
dimulai sejak tahun keempat dari kenabian hingga akhir tahun kesepuluh.
Tahapan dakwah di luar Mekah, yang dimulai dari tahun kesepuluh dari
kenabian hingga hijrah ke Madinah.
Sedangkan periode Madinah dapat dibagi menjadi tiga tahapan fase: Fase yang
banyak diwarnai cobaan dan perselisihan, banyak rintangan yang muncul dari
dalam, sementara musuh dari luar menyerang Madinah untuk menyingkirkan
para pendatangnya. Fase ini berakhir dengan dikukuhkannya perjanjian
Hudaibiyah.Fase perdamaian dengan para pemimpin paganisme, yang berakhir
dengan Futuh Makah pada bulan Ramadhan tahun kedelapan dari Hijriyah. Ini
juga merupakan fase berdakwah kepada para raja agar masuk Islam. Fase
masuknya manusia ke dalam Islam secara berbondong-bondong, yaitu masa
kedatangan para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke Madinah. Masa ini
membentang hingga wafatnya Rasulullah SAW.

Konsep Pendidikan di masa Rasulullah Kedudukan Rasulullah sebagai
pendidik yang ideal dalam pendidikan islam dapat dilihat dari peranannya yang
sangat luar biasa dalam pengelolaan dan pengembangan sistem pendidikan,
meskipun dengan menggunakan sarana dan prasarana yang sangat sederhana,
ia telah berhasil menerapkan pendidikan yang berkualitas.
Metode pendidikan yang di terapkan bervariasi, sehingga dapat
menghilangkan kebosanan dan kejenuhan peserta didik dalam belajar. Metode
yang di terapkan Rasulullah antar lain adalah metode tanya jawab, demonstrasi,
uswat al-hasana, dan metode lainnya.
Sifat-sifat Rasulullah Shiddiq, Amanah, Tabliqh, Fathanah.

DAFTAR PUSTAKA
Haekal Husain Muhammad, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta: Litera Antarnusa,
1990.
Ajid Thohir, Kehidupan Umat Islam Pada Masa Rasulullah SAW, (Bandung:
Pustaka Setia, 2004).
H Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2011.
Barnaby Rogerson, Biografi Muhammad, (Jogjakarta : Diglossia, 2007)
Yunus Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992

Ramaluyis Prof. DR.. 2012. SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM. Kalam mulia. H. 8

Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Husna, 1988.

Munawar Cholil. 1969. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW. Bulan
Bintang. Cet. 15
Zuahirini. Dra. Dkk. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara. H. 55