Penilaian dan Pengukuran Dalam Evaluasi

KONSEP DASAR PENGUKURAN DAN PENILAIAN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Konsep Dasar Pendidikan Evaluasi Pembelajaran
Yang di bina oleh Sri Murdiah, S.Pd, M.Pd

Oleh

Rahma Nuril Aimah

140151605731

Kevin Kadias Mitra

140151605113

Kusuma Indahsari

140151606629

Chirani Zumaisya


140151604983

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
September 2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Hakikat Anak Berkebutuhan Khusus ”.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terimakasih terutama kepada :
1. Sri Murdiah, S.Pd, M.Pd , selaku dosen pembimbing Matakuliah Evaluasi
Pembelajaran yang telah membimbing kami dengan baik dalam pembuatan tugas
matakuliah ini.
2. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu terselesaikan tugas matakuliah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu
penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk memperbaiki

makalah ini untuk masa yang akan datang.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat terutama bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya. Akhirnya kepada Allah jugalah semuanya kita kembalikan.

Blitar, September 2015

Penulis

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
2.1 Pengertian Pengukuran dan Penilaian.................................................3
2.2 Peranan Pengukuran dan Penilaian Dalam Pengajaran.......................8

2.3 Hubungan Mutu Pengukuran dan Penilaian........................................13
BAB III PENUTUP...................................................................................16
3.1 Kesimpulan..........................................................................................16
3.2 Saran....................................................................................................17
DAFTAR RUJUKAN............................................................................................18

BAB 1
ii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Penilaian adalah upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang
telah ditetapkan itu tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian berfungsi
sebagai alat untuk mengtahui keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dalam
sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin
Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
Salah satu prinsip dasar yang harus senantiasa diperhatikan dan dipegangi dalam
rangka evaluasi hasil belajar adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip evaluator

dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara
menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi
penghayatan (aspek afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah)
yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:
a)

Ranah proses berfikir (cognitive domain)

b)

Ranah nilai atau sikap (affective domain)

c)

Ranah keterampilan (psychomotor domain)


Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah yang
harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar. Sasaran
kegiatan evaluasi hasil belajar adalah:
1) Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi
pelajaran yang telah diberikan pada mereka?
2) Apakah peserta didik sudah dapat menghayatinya?
3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat diamalkan

1

secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupannya sehari-hari?
Ketiga ranah tersebut menjadi obyek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah
itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru disekolah karena
berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini penulis inginmengetahui :
1. Apa yang dimaksud denganpengukuran dan penilaian.
2. Apa saja peranan pengukuran dan pnilaian dalam pengajaran.
3. apa hubungan mutu pengajaran dengan pengukuran dan penilaian.

1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai
pengukuran dan penilaian yang sejatinya dalam kegiatan belajar mengajar
keduanya sangat penting karena dalam kegiatan pengukuran dan penialaian adalah
salah satu cara untuk mengetahui apakah dalam pembelajaran yang telah dilakukan
sudah mencapai tujuan yang diinginkan.

BAB II

2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengukuran dan Penilaian
Dalam kehidupan sebagai seorang guru SD tidak akan terlepas dari kegiatan
mengukur dan menilai hasil belajar para siswanya. Kedudukan penilaian dan pengukuran
sangat penting bagi penunaian tugas utamanya yakni mengajar. Misalnya seorang guru
yang telah selesai melakukan kegiatan belajar- mengajar lazimnya ingin mengetahui
apakah kegiatan belajar- mengajar yang diikuti bersama dengan para siswanya tersebut
berhasil atau tidak.Untuk itu guru memerlukan tolok ukur atau ukuran-ukuran yang
menunjukkan tingkat-tingkat keberhasilan tersebut. Pertama, seorang guru harus

mendapatkan label-label yang menunjukkan tingkat-tingkat tersebut, baik berupa angka
(10, 15, 50, 85, 100, atau 2, 4, 7, 8, 9, dst.) maupun huruf (A, B, C, D, dst. ). Untuk
mendapatkan angka- angka atau huruf- huruf tersebut harus ada kegiatan yang
memberikan kesempatan untuk dapat menerapkan angka- angka atau huruf- huruf
tersebut. Kegiatan ini kemudian akan menghasilkan ukuran-ukuran kemampuan para
siswa. Contoh, Ari mendapatkan angka 59, Azizah mendapatkan angka 77, Beni
mendapatkan angka 87.Kegiatan untuk mendapatkan ukuran-ukuran angka ini disebut
pengukuran.
Pengukuran dapat dilakukan dengan dengan berbagai alat ukur. Seperti halnya
dalam pengukuran benda- benda yang ada di sekeliling kita, alat ukur pencapaian hasil
belajar siswa juga berbeda-beda sesuai dengan jenis kemampuan, jumlah siswa yang akan
diukur kemampuannya, dan jumlah waktu yang tersedia. Dalam kehidupan sehari-hari
berat diukur dengan kiloan, dan bukan dengan takaran.Sebaliknya, volume diukur dengan
takaran dan bukan dengan kiloan.Begitupun dengan pengukuran pencapaian belajar
siswa, aspek kognitif diukur dengan tes.Begitupun dengan aspek sikap diukur dengan
angket atau skala sikap. Aspek psikomotor memiliki alat ukur yang lebih sesuai
dibandingkan dengan kedua alat ukur d atas, yakni pengamatan yang dapat kepustakaan
lain disebut sebagai perbuatan. Dengan demikian, tes seperti juga angket, skala sikap, dan
pengamatan merupakan alat atau instrument pengukuran.
Penilaian merupakan kegiatan pembuatan keputusan mengenai derajat keberhasilan

siswa dalam kelas tersebut secara keseluruhan, serta keberhasilan guru dalam mengajar.
Pidgeon dan Yates (1969) seperti dikutip Frith dan Macintosh (1984:5) dalam membahas
tujuan penilaian mengemukakan batasan- batasan berikut ini:
3

4

Assessment – of the extent to which pupils have benivitted from a course of
instruction.
(Asesmen – berkenaan sejauh mana siswa memperoleh manfaat dari sebuah proses
pengajaran).
Evaluation – of the effectiveness of methods of teaching.
(Evaluasi – berkenaan dengan efektivitas metode mengajar).
Pidgeon dan Yates membedakan istilah atmenssess dengan evaluation seperti yang
tertera pada kutipan di atas.Dari pembedaan di atas, dapat dipahami bahwa istilah
evaluation lebih abstrak dan luas dibandingkan dengan istilah assessment.Dilain pihak,
Linn dan Gronlund justru melihat assessment lebih luas dalam hal keragaman prosedur
pemerolehan informasi yang dapat digunakannya.Namun dalam kaitannya dengan
pemberian penekanan kepada tingkat kerealistikan tipe kegiatan, mereka memiliki
pandangan yang serupa.

Gronlund (1984:5) mendefinisikan penilaian, pengukuran, dan tes sebagai berikut :
Tes (Test) :
sebuah alat atau prosedur sistematik bagi pengukuran sebuah sampel perilaku (menjawab
pertanyaan seberapa baikkah seorang siswa melakukan tugas pelajaran baik dibandingkan
dnegan siswa lainnya maupun dibandingkan dengan tolok ukur pengerjaan sebuah tugas
pelajaran).
Pengukuran (measurement)

:

proses pemerolehan sebuah penggambaran dengan angka mengenai sejauh mana seorang
individu memproses sebuah karakteristik tertentu (menjawab pertanyaan “seberapa
banyak?”)
Penilaian (evaluation)

:

proses sistematik pengumpulan, penganalisisan, dan penafsiran informasi untuk
menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran (menjawab pertanyaan
seberapa baik?”).

Linn dan Gronlund (1995:5) menyatakan :
Assessment/ Penilaian

:

salah satu dari sejumlah prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai
penampilan siswa. Mencakup tes tertulis tradisional disamping jawaban- jawaban panjang
(esei), tes perbuatan yang otentik (percobaan laboratorium).Penilaian menjawab
pertanyaan “Seberapa baikkah seorang individu berprestasi/ tampil”.

5

Test/ tes

:

sebuah instrument atau prosedur sistematik untuk mengukur sebuah sampel perilaku
dengan mengajukan seperangkat pertanyaan yang seragam. Karena tes juga merupakan
sebuah bentuk penilaian, tes juga menjawab pertanyaan “Seberapa baikkah seorang
individu melakukan tugas baik dibandingkan dengan siswa lainnya maupun dibandingkan

dengan tolok ukur ranah penampilan sebuah tugas pelajaran”.
Measurement/ pengukuran

:

proses pemerolehan sebuah penggambaran dengan angka mengenai sejauh mana seorang
individu memproses sebuah karakteristik tertentu. Pengukuran menjawab pertanyaan
“Berapa banyak?”.
Evaluation didefinisikan sebagai prosedur sistematik untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan informasi unutk menentukan sejauh mana siswa telah
mencapai tujuan-tujuan pengajaran.Sementara itu, assessment didefinisikan sebagai
prosedur- prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai penampilan
siswa termasuk tes dan tugas-tugas otentik. Mengenai perbedaan antara penilaian,
pengukuran, dan tes, Linn dan Gronlund menulis sebagai berikut :
Penilaian adalah sebuah istilah umum yang menunjukkan sebuah rentang segala
prosedur yang digunakan untuk memperoleh informasi mengenai belajar siswa
(pengamatan, penilaian penampilan atau proyek tes tulis) dan pembentukan nilai serta
pertimbangan mengenai kemajuan belajar siswa. Sebuah tes adalah satu jenis penilaian
yang umumnya terdiri dari seperangkat pertanyaan yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu dan dalam kondisi yang relatif sama bagi semua siswa.
Pengukuran adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian lain
sesuai dengan aturan tetentu. Misalnya, menghitung jawaban yang benar, atau
memberikan angka pada aspek-aspek tertentu pada sebuah esei.
Penilaian baru terjadi jika hasil pengukuran sudah dibandingkan / ditimbang
dengan kriteria atau norma tertentu yang telah ditetapkan. Hal yang harus ditekankan
kembali adalah bahwa skor-skor yang diperoleh setelah guru memeriksa hasil tes para
siswa baru merupakan hasil pengukuran, dan belum merupakan hasil penilaian. Dengan
mengetahui skor-skor itu kita belum dapat berbuat banyak untuk menentukan lulus
tidaknya seorang siswa. Jika skor-skor itu telah diolah dengan menggunakan kriteria atau
norma tertentu, maka kita dapat menentukan apakah seorang siswa itu lulus atau gagal.
Keputusan seperti itu sudah merupakan hasil dari penilaian.

6

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa pengukuran merupakan suatu
proses kegiatan yang dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang besar kecilnya
perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar secara kuantitatif. Alat yang digunakan
dalam pengukuran biasanya berbentuk tes, sedangkan hasil pengukuran diwujudkan
dalam bentuk skor. Jadi tes dalam konteks ini dipandang sebagai alat, namun jika tes
dipandangsebagai tehnik, berarti merujuk kepada proses pengukuran.
Dalam konteks pengajaran, penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses yang
sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional yang diraih oleh
siswa. Ada beberapa gagasan pokok yang terkandung dalam gagasan penilaian tersebut.
Pertama, penilaian adalah sebuah proses. Ini mengandung arti bahwa penilaian terdiri atas
serangkaian kegiatan yang direncanakan mulai dari menetapkan tujuan penilaian,
mengembangkan instrumen, mengumpulkan data, sampai kepada pengambilan
keputusan.Kedua, penilaian dilakukan secara sistematis, yang berarti bahwa kegiatan
penilaian dilakukan berdasarkan aturan- aturan dan prinsip-prinsip tertentu yang
semestinya diperhatikandalam pelaksanaan penilaian.Ketiga, kata penentuan tingkat
mengindikasikan bahwa dalam penilaian selalu ada kegiatan pengambilan keputusan, dan
ini merupakan pokok. Keempat, penilaian merupakan kegiatan penentuan tingkat
pencapaian tujuan intruksional, ini mneunjukkan bahwa kegiataan penilaian akan selalu
dikaitkan dengan tujuan pengukuran yang telah dirumuskan.
Kegiatan penilaian dapat menggunakan pengukuran, antara lain dapat berupa tes.
Selain pengukuran, penilaian dapat pula menggunakan alat-alat non pengukuran seperti
pengamatan informal.Jadi, penilaian merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan
pengukuran. Pengukuran hanya terbatas pada penggambaran kuantitatif mengenai diri
siswa : pengukuran selalu diungkapkan dalam bentuk angka (Linn and Gronlund, 1995:
5). Pengukuran tidak mencakup penggambaran kualitatif, tidak pula menyiratkan
pertimbangan-pertimbangan nilai atau harga diri hasil yang diperoleh.Penilaian dilain
pihak mencakup kedua-duanya.
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan , maka dari itu terdapat beberapa tujuan atau fungsi penilaian , yaitu
a. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi
atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyi berbagai tujuan ,
antra lain :
1. Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.

7

2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutmya .
3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa
4. Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah , dan sebagainya
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan , maka
dnegan melihat hasilnya , guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu ,
diketahui pila penyebabnya. Jadi dengan mengadakn penilaian , sebenarnya guru
melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. Dengan
diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah mencari cara untuk
mengatasinya.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak di populerkan di negara barat , adalah sistem belajar
sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain. Sebagai alasan
timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan
individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga
pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan
tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat
individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.Pendekatan yang lebih bersifat
melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok.Untuk dapat
menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus ditempatkan,
digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang
sama , akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.
d. Penilaaian / berfungsi sebagai pengukuran keberhasilan
Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil
diterapkan.Telah disinggung pada bagian sebelum ini, keberhasilan program
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu faktor guru, metode belajar, kurikulum, sarana,
dan sistem administrasi.

8

2.2 Peranan pengukuran dan penilaian dalam mengajar.
Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk menilai, seseorang guru
harus melakukan sebuah pengukuran sebelum melakukan penilaian. Pengukuran ini
bertujuan untuk membandingkan unsur-unsur yang akan di nilai. Selain itu pengukuran
sangat penting untuk menentukan kriteria penilaian.
Selanjutnya akan di bahas mengenai peranan atau fungsi dari penilaian. Namun
sebelum menginjak tentang bagaimana peranan penilaian, lebih baiknya kita mengetahui
alasan pentingnya penilaian.
Mengapa menilai?
Jika sebelum membeli jeruk kita tidak memilih dahulu mana jeruk yang baik
dibandingkan dengan yang kurang baik, maka kita akan memperoleh jeruk seadanya.
Mungkin baik, tetapi ada juga kemungkinan tidak baik. Yang jelas, kita belum tentu
memperoleh jeruk yang berkualitas baik jika tidak didahului dengan kegiatan menilai.
Dalam dunia pendidikan, khususnya dunia persekolahan, penilaian mempunyai
makna ditinjau dari berbagai segi.
a. Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian, maka siswa dapat mengetahui sejauh mana
telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh
siswa dari pekerjaan menilai ini ada 2 kemungkinan.
1) Memuaskan
Jika siswa memperoleh hasil yang memuaskan dan hal itu
menyenangkan, tentu kepuasan itu ingin diperolehnya lagi pada kesempatan
lain waktu. Akibatnya, siswa akan mempunyai motivasi yang cukup besar
untuk belajar lebih giat, agar lain kali mendapat hasil yang lebih memuaskan
lagi. Keadaan sebaliknya dapat terjadi, yakni siswa sudah merasa puas dengan
hasil yang diperoleh dan usahanya kurang gigih untuk lain kali.
2) Tidak memuaskan
Jika siswa tidak puas dengan hasil yang diperoleh, ia akan berusaha agar
lain kali keadaan itu tidak terulang lagi. Maka ia lalu belajar giat. Namun
demikian, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Ada beberapa siswa yang lemah

9

kemauannya, akan menjadi putus asa dengan hasil kurang memuaskan yang
telah diterimanya.
b. Makna bagi guru
1) Dengan hasil penilaian yang diperoleh guru akan dapat mengetahui siswasiswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah
berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa yang belum
berhasil menguasai bahan. Dengan petunjuk ini guru dapat lebih memusatkan
perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum berhasil. Apalagi jika guru tahu
akan sebab-sebabnya, ia akan memberikan perhatian yang memusat dan
memberikan perlakuan yang lebih teliti sehingga keberhasilan selanjutnya
dapat diharapkan.
2) Guru akan mengetahui apakah materi yabg diajarkan sudah tepat bagi siswa
sehingga untuk memberikan pengajaran diwaktu yang akan datang tidak perlu
diadakan perubahan.
3) Guru akan mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat atau belum.
Jika sebagian besar dari siswa memperoleh angka jelek pada penilaian yang
diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode yang
kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan
mencoba mencari metode lain dalam mengajar.
c. Makna bagi sekolah
1) Apabila guru-guru mengadakan penilaian dan diketahui bagaimana hasil belajar
siswa-siswanya, dapat diketahui pula apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh
sekolahh sudah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar merupakan
cermin kualitas sesuatu sekolah.
2) Informasi dari guru tentang tepat tidaknya kurikulum untuk sekolah itu dapat
merupakan bahan pertimbangan bagi perencanaan sekolah untuk masa-masa yang
akan datang.
3) Informasi hasil penilaian yang diperoleh dari tahun ke tahun, dapat digunakan
sebagai pedoman bagi sekolah, yang dilakukan oleh sekolah sudah memenuhi
standar atau belum. Pemenuhan standar akan terlihat dari bagusnya angka-angka
yang diperoleh siswa.

10

Secara rinci dan sesuai dengan urutan kejadiannya, dalam proses
transformasi ini penilaian dibedakan atas tiga jenis, yakni sebelum, selama, dan
sesudah terjadi proses dalam kegiatan sekolah. Dalam hal ini para pelaksana
pendidikan pendidikan selalu berorientasi pada tujuan yang akan dicapai dan
tinjauannya selalu diarahkan pada siswa secara perseorangan (individual) maupun
secara kelompok (per kelas atau per angkatan).
Tujuan atau Fungsi Penilaian
Sebelum mengemukakan tujuan dan pengelompokan fungsi berdasarkan makna penilaian
alangkah lebih baiknya kita mengetahui tujuan penilaian yang dirumuskan oleh filsuf
pendidikan di masal lampau.
Menurut Thorndike dan Hagen (1977) tujuan dan kegunaan penilaian pendidikan dapat
diarahkan kepada beberapa keputusan, yaitu:
1. Keputusan dalam Bidang Pengajaran
Salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian ialah untuk
mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengar, apa yang harus dipelajari
atau apa yang harus dipelajari dan dipraktekkan oleh para mahasiswa secara perorangan,
kelompok-kelompok kecil, ataupun keseluruhan kelas. Untuk keperluan ini maka
pengukuran dan penilaian harus mampu mengindentifikasikan kompetensi-kompetensi
mana yang sudah ada dan belum ada pada mahasiswa, yang selanjutnya dipakai sebagai
dasar untuk menetapkan isi pengajaran yang berikutnya
2. Keputusan Tentang Hasil Belajar
Tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab untuk menyampaikan hasil belajar
yang dicapai oleh mahasiswa yang telah belajar itu, dan bahkan jika diperlukan juga perlu
memberikan laporan kepada orang tua atau wali mahasiswa tentang hasil belajar
mahasiswa itu. Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini diinginkan meliputi aspekaspek yang luas antara lain pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang cukup mewakili
tujuan-tujuan pengajaran atau perkuliahan yang diprogramkan oleh perguruan tinggi.
3.

Keputusan dalam Rangka Diagnosis
Tes diagnotik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang mana mahasiswa
telah atau belum mengusai kompetensi tertentu, atau dengan kata lain, tes diagnostik
berusaha mengungkapkan kekuatan atau kelemahan dalam bidang yang diujikan.

4. Keputusan Berkenaan dengan Penempatan

11

Pengajaran ataupun pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa tersebut tidak
diberikan secara sama rata kepada semua mahasiswa. Mahasiswa yang satu barangkali
memerlukan pengajaran ataupun pelayanan yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang
lain. Keperluan mahasiswa tidak sama ini sering mendorong pengajar untuk mengadakan
pengelompokkan setara (homogeneous prouping). Kelompok-kelompok setara yang
masing-masing memiliki taraf kemampuan yang berbeda-beda itu kemudian diberi
pengajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan masing-masing kelompok.
5. Keputusan Berkenaan dengan Seleksi
Seleksi biasanya dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia dalam kaitannya
dengan jumlah calon yang mendaftarkan untuk mengisi tempat itu, sedangkan secara
ideal seleksi dihubungkan dengan mutu lulusan yang diambil biasanya didasarkan atas
batas lulus.
6.

Keputusan Berkenaan dengan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar mampu mengenali dan
menerima diri sendiri, serta atas dasar pengenalan dan penerimaan diri ini mahasiswa
mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mengarahkan dan mewujudkan diri
sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada
dirinya sendiri dan lingkungannya.

7.

Keputusan Berkenaan dengan Kurikulum
Program pendidikan yang komprehensif dan luwes (fleksibel) isi kurikulum dan
rancangan pengajaran-pengajaran beserta berbagai sarana penunjangnya tidaklah tunggal,
melainkan tersedia beberpa (atau bahkan berbagai) kemungkinan, perubahan dalam
penekanan isi kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajran dimungkinkan.

8. Keputusan Berkenaan dengan Penelitian Kelembagaan
Ada lembaga pendidikan yang menyebabkan siswa-siswinya telah banyak yang
putus sekolah atau yang baru menamatkan siswa-siswa itu menjalani masa belajar jauh
melampaui batas masa belajar yang normal. Ada lagi lembaga pendidikan yang hanya
mampu menghasilkan para lulusan yang (dilihat dari hasil belajar mereka) berprestasi
sekitar rata–rata saja. Hal ini semua dapat diketahui penelaahan hasil pengukuran dan
pendidikan.
Dengan mengetahui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam sistem
pendidikan, Prof. Dr. Suharsini Arikunto dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan merumuskan beberapa fungsi penialaian beserta fungsinya sebagai
berikut:

12

a. Penilaian berfungsi selektif
Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan
seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian dalam hal ini memiliki tujuan:
1. Untuk memilih siswa yg dapat diterima di sekolah tertentu.
2. Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas, tinggal kelas atau melanjutkan ke
tingkat berikutnya.
3. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa. Dsb.
b. Penilaian berfungsi diagnostik
Apabila alat yg digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka
dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Disamping itu di
ketahui pula sebab-sebab kelemahan tersebut. Jadi dengan mengadakan penelitian
sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan
kelemahanya. Dengan diketahui sebab-sebab kelemahan ini, akan lebih mudah
mengetahui cara mengatasinya.
c. Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak di gunakan oleh negara barat adalah sistem belajar
sendiri. Belajar sendiri dapat di lakuakan dengan cara mempelajari sebuah paket
belajar, baik itu dalam bentuk modul maupun paket belajar yang lainya. Sebagai
alasan dari timbulnya system ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan inndividu. Sejaklahir tiap siswa telah memiliki bakatnya sendiri-sendiri
sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang
ada. Akan tetapi diakibatkan katena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang
bersifat individual kadang-kadang sulit sekali di laksanakan. Pendekatan yang bersifat
melayani perbedaan kemampuan adalah pendekatan kelompok. Untuk dapat
menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus di tempatkan,
digunakan sebuah penilaian. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang
sama, akan berada pada kelompk yang sama dalam belajar.
d. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi ini dimaksud untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil di
terapkan \. Telah disinggung pada bagian sebelumnya, keberhasilan sebuah program

13

ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum,
sarana dan system administrasi.
2.3 Hubungan Mutu Pengajaran Dengan Pengukuran Dan Penilaian.

Peran sekolah dan guru-guru yang pokok adalah menyediakan dan memberi fasilitas
untuk memudahkan dan melancarkan cara belajar siswa. Guru harus dapat membangkitkan
kegiatan-kegiatan yang membantu siswa meningkatkan cara dan hasil belajarnya. Namun, di
samping itu kadang-kadang guru merasa bahwa evaluasi itu merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan pengajaran. Hal ini timbul karena sering kali terlihat bahwa adanya
kegiatan evaluasi justru merisaukan dan menurunkan gairah belajar pada siswa. Jadi, seolaholah kegiatan evaluasi bertentangan dengan kegiatan pengajaran. Pendapat yang demikian itu
pada hakikatnya tidak benar. Memang, evaluasi yang dilakukan secara tidak benar dapat
mematikan semangat siswa dalam belajar. Sebaliknya, evaluasi yang dilakukan dengan baik
dan benar seharusnya dapat meningkatkan mutu dan hasil belajar karena kegiatan evaluasi itu
membantu guru untuk memperbaiki cara mengajar dan membantu siswa dalam meningkatkan
cara belajarnya.
Bahkan dapat dikatakan bahwa evaluasi tidak dapat dilepaskan dari pengajaran.
Mehrens dan Lehmann (1978: 10) mengutip suatu ungkapan yang berbunyi: “to teach
without testing is unthinkable” (mengajar tanpa melakukan tes tidak masuk akal). Ungkapan
ini menunjukkan betapa erat kaitan antara pengajaran dan evaluasi. Demikian pula, Parnel
mengemukakan sebagai berikut: “Pengukuran adalah langkah awal dari pengajaran. Tanpa
pengukuran, tidak dapat terjadi penilaian. Tanpa penilaian, tidak akan terjadi umpan balik.
Tanpa umpan balik, tidak akan diperoleh pengetahuan yang baik tentang hasil. Tanpa
pengetahuan tentang hasil, tidak dapat terjadi perbaikan yang sistematis dalam belajar.”

14

Kutipan di atas makin jelas menunjukkan kepada kita bahwa evaluasi merupakan
suatu komponen yang sangat erat berkaitan dengan komponen-komponen lain di dalam
pengajaran. Dapat dikatakan bahwa evaluasi dan pengajaran itu saling membantu. Evaluasi
haruslah membantu pengajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Bagaimana hubungan yang sebaiknya antara pengajaran dan evaluasi, dikemukakan oleh
Dressel sebagai berikut:
Pengajaran
1. Pengajaran itu efektif jika mengarah kepada perubahan yang diinginkan di dalam diri siswa.
2. Pola-pola tingkah laku baru akan dipelajari siswa dengan baik jika ketidak cocokan perilaku
yang sekarang dimengerti dan kebermaknaan perilaku yang baru menjadi jelas karenanya.
3. Pola-pola tingkah laku baru dapat lebih dikembangkan secara efektif oleh guru-guru yang
mengetahui pola-pola tingkah laku yang ada pada individu siswa dan alasan-alasannya.
4. Belajar ditimbulkan oleh masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan yang menuntut pemikiran
dan perbuatan dari individu siswa masing-masing.
5. Kegiatan-kegiatan yang memberi dasar bagi mengajar dan belajar tingkah laku tertentu juga
kegiatan yang sangat cocok bagi pembangkitan dan penilaian terhadap kecocokan tingkah
laku tersebut.
Evaluasi
1. Evaluasi itu efektif jika dapat membuktikan sampai di mana perubahan itu terjadi di dalam
diri siswa.
2. Evaluasi sangat berguna (kondusif) bagi belajar jika Ia mendorong dan membangkitkan
siswa untuk mengevaluasi diri (self-evaluation).
3. Evaluasi itu berguna (kondusif) bagi pengajaran yang baik jika la mengemukakan tipe-tipe
pokok dan tingkah laku yang tidak sesuai dan sebab-sebab yang mendukungnya.

15

4. Evaluasi sangat bermakna di dalam belajar jika Ia memungkinkan dan mendorong latihan
atas inisiatif individu.
5. Kegiatan-kegiatan latihan-latihan yang dikembangkan untuk tujuan pengevaluasian tingkah
laku tertentu juga berguna bagi mengajar dan belajar tingkah laku tertentu.

BAB 3
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya
terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur
hampir semua benda yang bisa dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian,
atau kepercayaan konsumen.
Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit
analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya
cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini
karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran.
Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement)
adalah suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk
mengumpulkan informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan.
Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati
apa saja yang dilakukan siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa
yang mereka katakan, dan menggunakan indera mereka seperti melihat,
mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan. Menurut Zainul dan
Nasution (2001) pengukuran memiliki dua karakteristik utama yaitu: 1)
penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu aturan atau formula
tertentu.
4. Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan
performance siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system
angka) sedemikian rupa sehingga sifat kualitatif dari performance siswa
tersebut dinyatakan dengan angka-angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan
tersebut diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa pengukuran
merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut atau karakter tertentu yang
dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang mengacu pada aturan
dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus disepakati

16

17

secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian,
pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau
karakteristik peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta
didik tersebut, akan tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan
pendapat tersebut, Secara lebih ringkas, Arikunto dan Jabar (2004)
menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai kegiatan
membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya
menjadi kuantitatif.

4.1 Saran
Sebagai mahasiswa PGSD dan calon pendidik seharusnya kita harus mampu untuk
melaksanakan pendidikan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki
kepribadian yang manetapkan dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Dengan adanya pendidikan maka akan timbul dalam diri seeseoranguntuk
berlomba-lomba dan memotivikasi dirikita untuk lebih baik dalam segala aspek
kehidupan. Pendidikan merupakan salah satu syarat untuk lebih memajukan suatu
negara.

18

DAFTAR PUSTAKA
Joni. T. R.1984.Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.Malang:YP2LPM
(Yayasan Pusat Pengkajian Latihan dan Pengembangan Masyarakat).
Arifin Zaenal.2009.Evaluasi Pembelajaran. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Mangelep, nava.2012. Pengertian Pengukuran dan Penilaian. Dalam
https://navelmangelep.wordpress.com
Wijaya, Yoga Permana. 2014. Pegertian pengukuran dan penilaian Dalam Dunia Pendidikan.
Dalam https://yogapermanawijaya.wordpress.com
Listiai, Endang. 2015. Pegertian dan Evaluasi Penilaian dan Pengukuran. Dalam
http://www.academia.edu/