diantara sejarah naratif dan sejarah kaw

DIANTARA SEJARAH KAWASAN DAN SEJARAH NARATIF
A. Latar Belakang
Terdapat berbagai model penelitian sejarah yang dilakukan oleh para ahli,
diantaranya ada yang melakukan studi sejarah dengan melihat dari segi kehidupan tokohtokoh, mulai dari pengaruhnya pada masa tertentu, sampai pada sifat-sifat pribadinya dan
juga interaksi sosialnya serta masih banyak lagi terutama menyangkut pada tokoh yang
diteli itu sendiri, metode sejarah seperti ini biasa disebut sebagai sejarah naratif, tipe
penelitian dilihat pada

masa sekarang hanya sebagian saja yang menggunakannya,

Kelemahan dari eksplanasi naratif berikutnya adalah metodologi ini hanya membahas
mengenai tokoh-tokoh besar (elit). Padahal sejarah tidak hanya terbatas membahas tokohtokoh besar. Kelemahan lainnya adalah kemungkinan munculnya kesalahan ketika
menyajikan kisah karena penggunaan bahasa yang emosional akibat pengaruh personal
bias sejarawan terhadap suatu peristiwa sejarah yang ditelitinya 1. Kelemahan berikut
adalah dalam pendekatan ini hanya bertumpu pada sumber tertulis. Narativisme hanya
menjelaskan sejarah atas dasar fakta yang ada pada dokumen. Padahal, selain sumber
tertulis kita bisa menggunakan sumber lisan untuk melengkapi sumber tertulis,
Selain daripada sejarah naratif juga terdapat model penelitian sejarah kawasan
atau biasa disebut sejarah deskriptif yaitu dengan melihat kawasan, dimana peristiwa itu
terjadi. John L. Esposito, misalnya, mengedit buku berjudul Islam in Asia,
Religion,Politics & Society2. Selain John L. Esposito pendekatan kawasan juga dilakukan

oleh Arthur Goldschmidt, Jr, sebagaimana terlihat dalam bukunya berjudul A Concise
History of the Middle East. Dalam bukunya ini penulis mengungkapkan tentang kondisi
alam,situasi sosial masyarakat timur tengah sebelum kedatangan Muhammad SAW,
1 Lihat Kuntowijoyo, pengantar ilmu sejarah,(Yokyakarta:Bentang,2005),h180
2 Lihat H.Abuddin Nata, M.A, Metodelogi Studi Islam,(Jakarta: Rajawali press,2010), h.365.

1

2

sampai pada terjadinya perang salib dan serangan bangsa mongol, serta bagaimana Islam
bangkit kembali3. Model penelitian sejarah kawasan lebih lanjut dilakukan oleh
Azyumardi Azra, dari hasil penelitiannya dan kemudian menulis sebuah buku berjudul
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII. Terlihat
jelas bahwa penulis memfokuskan pada interaksi jaringan ulama antara ulama timur
tengah dan ulama Nusantara, kendati banyaknya sejarawan yang menulis tentang ulamaulama Melayu akan tetapi tanpa adanya kejelasan sumber ajaran, hal ini biasanya sumber
sekunder yang ada akan putus di tengah jalan. adapun sejarah kawasan, terlebih dahulu
melakukan penelitian dengan adanya sumber sekunder dan juga sumber primer sehingga
nampak benang merah yang selama ini menjadi pokok persoalan.
Dilihat dari kerumitan sejarah naratif dan sejarah kawasan tentunya sejarah

kawasan lebih banyak memakan banyak energi akan tetapi sumbangsinya begitu besar
untuk pengembangan khazanah ilmu pengetahuan khususnya pada studi sejarah itu
sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah kelebihan sejarah kawasan
mejadikannya harus diterapkan dalam proses pembelajaran daripada sejarah naratif .

3 Arthur Goldschmidt,Jr. A Consice History of Middle East, (Egypt: The American University in
Cairo Press,t.t., hlm. Xi-xii)

C. Pembahasan
Perlu kita ketahui bahwasanya metodelogi penulisan sejarah kawasan tak lagi
berbentuk kisah (narrativisme). Gaya penulisan yang coba menggambarkan peristiwa
secara terperinci. Ia sesuai bagi menggambarkan suasana tempat, orang atau peristiwa.
Penerangan penulis harus memberi gambaran yang jelas dalam mind pembaca. G.R.
Elton yang menyatakan “Description attempts to display a manifestation of the past
without giving it the dimension of a change in time” Gaya ini menjadi pembantu kepada
gaya-gaya penulisan yang lain. Misalnya, Khoo Kay Kim dalam karyanya The Western
Malay States, 1850-1873 menulis secara deskriptif tentang kewujudan kerajaan-kerajaan
negeri Melayu di Tanah Melayu. Pada amnya, negeri Melayu tradisional merupakan satu

kelompok petempatan yang terdapat di tebing-tebing sungai. Tiap-tiap negeri di
Semenanjung kecuali Negeri Sembilan, mendapat namanya daripada sungai tempat
bermulanya kerajaan itu didirikan.
Penulisan deskriptif juga mengutamakan aturan sumber yang diperoleh secara
topikal yang merujuk kepada suatu jangka masa yang tetap. Contohnya, Hasil karya
Nabir Abdullah, Maahad Il Ihya Assyariff Gunung Semanggol, 1934-1959. dan juga
buku Anthony Reid Sejarah Modern Awal Asia Tenggara studi mengenai perdagangan di
asia tenggara dari masa pra-abad ke 18, Anthony Reid menggunakan metode interdisiplin
yang sekarang dikenal dengan “Annal School”4. Metode sejarah kawasan juga lebih
struktural dibandingkan dengan sejarah yang bersifat narrative, perlu diketahui bahwa
sejarah dengan melihat dari kawasan sangat memungkinkan kita mengetahui waktu
peristiwa secara berurutan tanpa hambatan, contohnya melihat dari jalur perdagangan
sampai menghubungkan pada keadaan politik ataupun sebaliknya.

4 Anthony Reid,Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, (Jakarta:LP3ES,2004),hlm.XV

4

Kita bisa melihat dari kawasan asia tenggara itu sendiri yang mana berbeda
dengan Eropa Barat, India, Dunia Arab, Cina, atau bahkan seluruh Asia Timur yang

terpengaruhi oleh budaya Cina, Asia Tenggara tidak mempunyai persamaan
agama,bahasa dan kebudayaan klasik (kecuali negara yang bersinggungan langsung
dengan India) dan tidak pernah menjadi bagian dari suatu negara. Kondisi Asia Tenggara
begitu berbeda dengan kawasan-kawasan lainnya keragaman budayanya begitu beragam
karena keterbukaan asia tenggara terhadap pengaruh luar, penyebaran penduduknya tak
sebanyak kawasan lain barangkali rata-rata tidak lebih dari 6 orang perkilometer5.
Dari uraian diatas maka sangat jelas bahwa kerincian dalam penelitian sejarah
kawasan lebih banyak memberikan sumbangsi sumber-sumber sekunder untuk generasi
mendatang, jika hasil penelitiannya tentu dalam hal ini tak ada pihak yang dititik
beratkan.
Jika dibandingkan dengan sejarah narrative tentu ada perbedaan yang sangat
signifikan . Pertama berhubungan dengan interpretasi sejarawan terhadap fakta sejarah.
Dalam bekerja, sejarawan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain seperti personal bias,
perbedaan ideologi, latar belakang budaya. Tarik menarik interpretasi ini, seperti yang
diungkapkan

Chris

Lorenz


bukannya

menambah

pengetahuan

tetapi

justru

membingungkan6. Dilihat dari gaya penulisannya adapun Menurut G.R. Elton ”Naratif
tells the story, and it is not material how long the time span may be”.
Gaya penulisan naratif terbagi kepada dua bahagian yang utama.
1. Naratif kronologikal: Jenis ini bertujuan untuk menceritakan semula mengikut aturan
peristiwa yang telah berlaku secara kronologis.
2. Naratif imaginative: Jenis ini bergantung kepada kebolehan penulis mengingati kejadiankejadian dan meceritakan semula secara logika.
5 Ib id., h.5
6

5


Thucydides, sejarawan dari Athena menulis karya Sejarah Perang Peloponesia
menggunakan gaya naratif dan menggambarkan peristiwa-peristiwa
dengan

peperangan

dan

dialog-dialog

tokoh-tokoh

penting

yang berkaitan

mengenai

sejarah


persengketaan antara Athens dan Sparta. Karya-karya sejarah tempatan yang ditulis
dengan gaya naratif seperti Sejarah Melayu, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Johor dan
banyak lagi. Wajar jika semuanya dianggap karya sejarah yang berunsur kesusasteraan.
Sejarah Melayu, tulisan Tun Seri Lanang yang bergaya naratif persembahannya
memuatkan
Samudera

unsur-unsur imaginatif dongengan dan metos. Misalnya, penamaan
(tempat) yang ditulis”maka dilihatnya seekor semut besarnya

seperti

kucing...maka tanah itu diperbuatnya akan tempatnya, maka dinamainya Semudra,
ertinya semut besar”.Petikan ini menggambarkan penggunaan gaya naratif imaginatif
dalam penulisan sejarah.
Ada beberapa pendapat sehubungan dengan eksplanasi naratif ini. Pertanyaan
yang muncul adalah apakah ‘struktur naratif’ telah ‘imposed (ditetapkan)’ oleh sejarawan
pada pra naratif masa lalu. Norman menyebut impositionalisme, sebagai gagasan yang
diangkat dalam tingkatan filosofis. Dalam menceritakan sebuah cerita mengenai masa

lalu memerlukan keterlibatan bentuk interpretatif tertentu. Tokoh teoritis yang
mendorong impositionalis kegaris yang paling keras adalah Hayden White. White melihat
sejarah naratif sebagai penetapan struktur naratif yang memalsukan masa lalu dan
menyimpulkan bahwa naratif tidak mungkin benar.
Dalam pandangan sejarawan Heather Sutherland, sejarah menurut White
adalah narasi yang dikuasai oleh konvensi-konvensi estetika dan lebih dekat
ke bidang sastra daripada bidang ilmu pengetahuan. Narasi sejarah adalah
rekonstruksi yang tidak sempurna dari masa lalu yang disusun dari kepingankepingan bukti. 7

7 Lihat Heather Sutherland, “Meneliti sejarah penulisan sejarah” (Henk

Schulte,2008),hlm.48

6

Perlu kita ketahui bersama sejarah merupakan sebuah disiplin ilmu yang bukan
merupakan karya sastra, walaupun dalam penulisan sejarah perlu penggunaan diksi yang
sesuai, sehingga estetik kelihatannya akan tetapi, estetik yang masih berbingkai ilmiah,
terkadang hal inilah yang membuat sejarah naratif (kisah) dan terkadang kita bisa susah
membedaka antara mitodelogi dengan fakta sebenarnya, walaupun memang pada

awalnya sejarah hanya dalam bentuk puisi oleh sejarawan Yunani masa lalu, akan tetapi
nampak kegaduhan dalam menginterpretasi sejarahnya melihat dari tingkat pengkiasan
yang begitu berlebihan sehingga terkadang banyak terdapat kesalahan didalam
penjabarannya, dan terbukti setelah Herodotus menulis sejarah berdasarkan empiris dan
ini terbukti dengan kejelasan fakta yang ada.
Bukti-bukti sekunder tentunya harus kuat mulai analisisnya sampai pada
metodenya karena sejarah kawasan memiliki tingkat kesusahan yang lebih tinggi dari
pada sejara naratif.

D. Kesimpulan
Sejarah naratif dan sejarah kawasan adalah tetap merupakan sejarah walaupun
metode yang digunakan berbeda-beda tingkat kesusahan dari sejarah naratif dibawah dari
sejarah kawasan yang hanya menuliskan sejarah dalam bentuk kisah, terkadang dikaitkaitkan kedekatannya dengan karya sastra serta berbagai bahasa estetik yang biasanya
berlebihan, sehingga penjabarannya juga terkadang salah, adapun sejarah kawasan atau
sejarah deskriptif merupakan sejarah yang mencoba mennggambarkan suatu peristiwa
beserta tempat dan waktunya bahkan terkadang berbicara masalah tokoh-tokoh yang
berpengaruh disertai daerah kekuasaan, sejarah kawasan tentunya membutuhkan banyak
energy akan tetapi hampir disetiap penelitian baru mengenai suatu kawasan pasti
mendapatkan banyak perhatian khusunya bagi para sejarawan itu sendiri.


DAFTAR PUSAKA
http://sunjayadi.com/sejarah-naratif.html
Nata, Abuddin, Metodelogi Studi Islam, Jakarta: Rajawalipress,2010, cet. XVII.
Organisasi
Karya,http://rupanx.tripod.com/aj1113/gaya_penulisan_karya.htm

Penulisan

Reid, Anthony, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, (terj.) & Penyunting Sori
Siregar,Hasif Amini, Dahris Setiawan, dan dwi Arya Wisesa, Jakarta:
LP3ES,2004.
Kuntowijoyo, pengantar ilmu sejarah, Yokyakarta:Bentang,2005.
Goldschmidt Jr,Arthur,A Consice History of Middle East, Egypt: The American
University in Cairo Press,t.t.
Leirissa, R.Z.. Diktat Metodologi Sejarah. Depok: FIB UI,2002