T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Praktik Kerja Industri (Prakerin)

2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Hamalik (2001) menyatakan bahwa

praktik kerja

industri merupakan suatu tahap persiapan professional
dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi
secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi
seorang administrator yang kompeten dalam jangka
waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan

melaksanakan


tanggung

jawab

dalam

bidangnya. Dari pengertian tersebut

tersirat bahwa

prakerin

melatih

sangatlah

penting

dalam


siswa

mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata.
Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri.
Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa
serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat.
Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan
perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak
dunia

usaha/

dunia

indusri

(DU/DI),


agar

dapat

terselenggara dengan efektif dan efisien.
Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan

10

oleh siswa di industri, baik berupa industri besar,
menengah maupun kecil atau industri rumah tangga.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) ini
proses atau langkah- langkah pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) harus tetap mengacu pada desain
pembelajaran

yang

telah


ditetapkan.

Selain

itu,

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dapat
berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi
keduanya.
Program Prakerin yang dilakukan di industri/
perusahaan menurut Dikmenjur (2008: 8) meliputi:
1) Praktik Dasar Kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian
di sekolah dan sebagian lainnya di industri, apabila
industri memiliki fasilitas pelatihan di industrinya.
Apabila industri tidak memiliki fasilitas pelatihan,
maka kegiatan praktikdasar kejuruan sepenuhnya
dilakukan di sekolah;
2) Praktik Keahlian Produktif, dilaksanakan di industri
dalam bentuk “on job training”, berbentuk kegiatan

mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di
industri/ perusahaan sesuai dengan program
keahliannya;
3) Pengaturan program harus disepakati pada awal
program oleh kedua belah pihak.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
program

Prakerin

perencanaan

yang

berhubungan

dengan

harus

matang,

dilaksanakan
karena

kesiapan

siswa,

dengan

tidak
tetapi

hanya
juga

berhubungan dengan instansi atau industri lain. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa peran dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI) dalam Prakerin sangat penting.

Lebih dari itu, kemitraan sekolah dengan DU/DI
menjadi

salah

satu

faktor

keberhasilan

Prakerin.

11

Kemitraan antara sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) menurut
Napitupulu, E.L (2008) perlu dibangun secara sinergi
sehingga lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi
dengan kebutuhan pasar dunia usaha/ dunia industri.

Djojonegoro

dalam

Anwar

(1997:7)

menegaskan,

kemitraan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri
bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan
keharusan.

Pendapat

lain

dari


Muliati

(2007:7)

menjelaskan untuk mendapat ketrampilan tidak cukup
peserta didik belajar di sekolah tetapi harus didapat
melalui on the job training yaitu belajar dari pekerja yang
sudah berpengalaman di industri. Oleh karena itu, sulit
diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada
diri peserta didik tanpa partisipasi industri.
Selanjutnya,

Wena

(1996:228)

mengungkapkan

bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) meliputi:

1) Perencanaan Praktik Kerja Industri
Perencanaan melibatkan beberapa pihak, yaitu
sekolah, siswa, orang tua, dan institusi pasangan
(Dunia Usaha/ Dunia Industri). Perencanaan Prakerin
meliputi: a) penentuan tujuan Praktik Kerja Industri
(Prakerin); b) Metode Praktik Kerja Industri (Prakerin);
c) Pendataan Siswa Peserta Praktik Kerja Industri; d)
Sosialisasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) kepada
orang tua dan guru; e) Materi praktik kerja industri
(Prakerin)
2) Pengorganisasian Praktik Kerja Industri
Pengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah
satu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang
ada di sekolah dan di institusi pasangan (Dunia
Usaha/ Dunia Industri). Pengorganisasian Praktik

12

Kerja Industri ini meliputi: a) Tenaga pengajar/
pembimbing dari pihak sekolah; b) Tenaga instruktur

dari pihak Dunia Usaha/ Industri; c) Penempatan
Siswa.
3) Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri
Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri meliputi: a)
Model penyelenggaraan Praktik Kerja Industri; b)
Metode Pembelajaran; c) Standar Profesi
4) Pengawasan Praktik Kerja Industri
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak dapat
terlepas dari pengawasan pelaksanaan itu sendiri,
karena untuk menjamin mutu praktik kerja tersebut
diperlukan pelaksanaan pengawasan yang meliputi: a)
control keselamatan kerja; b) bimbingan dan
monitoring pihak sekolah; c) Penilaian hasil belajar
dan keahlian; d) sertifikasi; dan e) evaluasi.

Berdasarkan
disimpulkan

pernyataan

bahwa

di

pelaksanaan

atas

dapat

Praktik

Kerja

Industri (Prakerin) dapat berhasil apabila tahapantahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
2.1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Selanjutnya, Praktik Kerja Industri (Prakerin)
adalah bagian dari Pendidikan sistem Ganda (PSG)
sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan
secara

keahlian

sistematis

kejuruan
dan

yang

sinkron

memadukan

antara

program

pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di
dunia kerja. Dengan demikian para siswa SMK
dengan program Prakerin ini akan memiliki tingkat
professional yang sesuai dengan dunia kerja yang
dibutuhkan.

13

Menurut Juliyanti (2013:44), penyelenggaraan
Praktik

Kerja Industri (Prakerin) secara umum

bertujuan
Namun

untuk
secara

menjawab
rinci

tantangan

Prakerin

industri.

bertujuan:

1)

menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat
kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja; 2) meningkatkan
dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan
antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan
dunia

kerja;

3)

meningkatkan

efisiensi

proses

pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
professional;

4)

memberi

pengakuan

dan

penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa Prakerin
adalah program wajib yang harus diselenggarakan
oleh

sekolah,

khususnya

sekolah

menengah

kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib
diikuti oleh siswa/ warga belajar (Dikmenjur: 2008).
Dari pengertian Prakerin tersebut, penyelenggaraan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan membantu
siswa

untuk

memantapkan

hasil

belajar

yang

diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan
pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang
dipilihnya.
Depdiknas
pelaksanaan

(2003:

Praktik

2)

Kerja

menjelaskan
Industri

tujuan

(Prakerin)

dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan

14

tujuan khusus. Secara umum Praktik Kerja Industri
(Prakerin) bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk
memperoleh
tamatan
yang
berkompeten;
2. Dapat memperkokoh link and match antara
sekolah dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas profesional;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas professional;
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidkan.

Berdasarkan

uraian

di

atas,

dapat

disimpulkan bahwa tujuan praktik kerja industri
(Prakerin) secara umum adalah untuk menghasilkan
tamatan yang berkompetensi, memperkokoh link and
match antara sekolah dengan pelatihan tenaga kerja,
meningkatkan

efisiensi

proses

pendidikan

dan

pelatihan tenaga kerja, dan memberikan pengakuan
serta

penghargaan

terhadap

pengalaman

kerja

melalui proses pendidikan.
Selain itu, tujuan khusus dari praktik kerja
industri (Prakerin) menurut Depdiknas (2003: 2-3)
adalah:
1. Menghasilkan tamatan yang siap kerja di
berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan tertentu;
2. Untuk mendapatkan keterpaduan yang saling
mengisi antara pendidikan di sekolah dengan
dunia usaha/ industri;
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan teori;

15

4. Membentuk pribadi agar percaya diri
mandiri;
5. Memperkokoh masukan dan umpan balik
memperbaiki dan menyempurnakan
mengembangkan pendidikan di sekolah
dunia usaha/ dunia industri.

dan
guna
serta
dan

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
Prakerin secara khusus adalah untuk menghasilkan
tamatan

SMK

yang

siap

kerja,

mendapatkan

keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan
di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
mengembangkan kemampuan siswa, membentuk
kepribadian
masukan

siswa

bagi

yang

sekolah

mandiri,
dalam

memberikan

mengembangkan

pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan dan
pengetahuan.
2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik
Kerja Industri (Prakerin)
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
siswa diharapkan mampu menerapkan kompetensi
keahliannya

dalam

dunia

kerja

yang

nyata.

Depdikbud (1997:7) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) bagi
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
persiapan bagi siswa yang akan melaksanakan
praktik kerja industri (Prakerin) dan pelaksanaan
penilaian. Sedangkan menurut Indra Jati Sidhi
(2001: 67) dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin)

membutuhkan

perbaikan

konsep,

16

program

serta

pengarahan,

personalisasinya,

bimbingan

siswa

mulai

serta

dari

dukungan

terhadap proses maupun hasil kinerja praktik kerja
industri (Prakerin).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan

bahwa

banyak

faktor

yang

bisa

mempengaruhi keberhasilan atau keterlaksanaan
tujuan praktik kerja industri (Prakerin). Faktor dari
dalam (faktor internal) seperti intelegensi siswa,
perhatian

dari

siswa,

bakat

siswa,

motivasi,

kematangan dan kesiapan siswa. Sedangkan faktor
dari luar (faktor eksternal) seperti konsep praktik
kerja

industri

pelaksanaannya

(Prakerin),
mulai

dari

program,

serta

pengarahan

atau

pembekalan, bimbingan, serta dukungan terhadap
proses maupun hasil kinerja praktik kerja industri
(Prakerin).
2.1.4 Penilaian Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Depdikbud (1995), “Tercapai atau tidaknya
suatu tujuan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) sangat tergantung mulai dari pembekalan
dan pelaksanaan prakerin, peraturan prakerin, dan
penilaian dalam melaksanakan prakerin. Sesuai
dengan uraian di atas, dalam pelaksanaan praktik
kerja

industri

(Prakerin)

perlu

memperhatikan

pembekalan pelaksanaan, pengaturan tata tertib
pelaksanaan

dan

proses

penilaian

dalam

pelaksanaan. Pelaksanaan praktik kerja industri

17

(Prakerin) dalam rangka mencapai tujuan yang
dirancang bersama melibatkan beberapa unsur
yang terkait, seperti guru, siswa, instruktur atau
dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).
Berdasarkan
disimpulkan

uraian

bahwa

di

atas,

untuk

dapat

mengetahui

keterlaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)
pembekalan pelaksanaan, (2) pelaksanaan dan (3)
proses penilaian dalam praktik

kerja industri

(Prakerin).
1. Pembekalan
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin),

setiap

siswa

harus

diberikan

pembekalan yang baik. Melalui pembekalan, para
siswa akan mendapatkan pengarahan dari guru BK,
panitia

prakerin,

dan guru produktif masing-

masing program keahlian. Pembekalan sebelum
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) juga
bertujuan untuk menambah materi yang telah
diperoleh dari proses belajar mengajar atau materi –
materi yang sudah dilakukan di lapangan tetapi
belum

pernah

dilaksanakan
ketrampilan,

diperoleh
di

pada

institusi

maupun

cara-

kegiatan

baik
cara

yang

pengetahuan,
pemecahan

masalah melalui diskusi.
Tujuan pembekalan dalam prakerin adalah
agar para siswa mendapatkan pengetahuan materi
sesuai dengan kerangka acuan yang telah disusun.

18

Selain

itu,

siswa

pengarahan

diberikan

mengenaitata

masukan

tertib

yang

dan
harus

dipatuhi selama pelaksanaan.
2. Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
Praktik
terlaksana

kerja
sesuai

direncanakan

industri

(Prakerin)

dengan

apabila

apa

aturan

atau

dapat

yang

telah

tata

tertib

praktik kerja industri (Prakerin) dipatuhi oleh
siswa.

Siswa

merupakan

subjek

pelaksanaan

praktik kerja industri (Prakerin), sehingga perlu
adanya tugas dan tanggung jawab tertentu, selain
itu

siswa

harus

bersedia

untuk

mematuhi

peraturan internal dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
3.Proses Penilaian
Muharnas (2003) menyatakan bahwa penilaian
adalah salah satu tindakan menentukan nilai
sesuatu pengukuran terarah pada tindakan proses
untuk

menentukan

kuantitas

sesuatu

dengan

membandingkannya terhadap suatu standar atau
patokan tertentu. Penilaian merupakan ukuran
untuk menentukan kualitas atau nilai sesuatu
apakah telah terjadi perubahan perilaku yang lebih
baik.

Selanjutnya

menurut

Depdiknas

(2003),

penilaian dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) adalah proses memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan tentang penampilan
peserta didik di tempat praktik. Uraian di atas
menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal

19

penting dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Selanjutnya,

menurut

Nana

(1989:141),

terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penilaian pembelajaran, yaitu:
1) Melaksanakan penilaian melalui instrumen
yang telah dipersiapkan terhadap sumber data
sesuai
dengan
program
yang
telah
direncanakan;
2) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian
baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi
pelaksanaan pengajaran maupun berrdasarkan
pengamatan dan monitoring penilaian;
3) Penilaian dilakukan dengan dua macam kriteria
mutlak dan kriteria relatif. Kriteria mutlak
adalah membandingkan hasil penilaian dengan
kriteria yang sudah pasti, sedangkan criteria
relatif membandingkan hasil penilaian antar
kelompok;
4) Menyusun laporan hasil penelitian termasuk
rekomendasi, impilkasi pemecaha masalah dan
tindakan korektif bagi penyempurnaan hasil
belajar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian terhadap siswa dalam
pelaksanaan
merupakan

praktik

kerja

evaluasi

industri

(Prakerin)

kemampuan

dan

kompetensinya setelah melakukan suatu tugas di
tempat praktik atau di dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).

20

2.1.5 Pengelolaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Pengelolaan praktik kerja industri (Prakerin)
atau yang biasa disebut dengan magang (on job
training) dijabarkan Hamalik dalam Juliyanti (2013)
sebagai berikut:
(1) Praktik kerja industri merupakan bagian
integral dalam pendidikan professional yang
bertujuan mengembangkan keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajari;
(2) Para peserta yang melaksanakan kegiatan
sudah
menguasai
kompetensi
yang
berhubungan dengan mata pelajaran produktif
sesuai dengan materi yang diajarkan;
(3) Bentuk pelaksanaan adalah bekerja di
lingkungan kerja pada perusahaan, institusi
pasangan (DU/DI) sebagaimana yang dilakukan
oleh karyawan lain namun tetap bertindak
sebagai siswa praktik yang memerlukan
bimbingan dari pembimbingannya;
(4) Peserta bekerja dalam jangka waktu tertentu
terus menerus, tidak terganggu oleh kegiatan
pelatihan lainnya selama praktik kerja, lamanya
praktik kerja ditentukan berdasarkan jadwal
yang ditetapkan;
(5) Peserta praktik dibimbing oleh pembimbing di
dunia usaha/ dunia industri sesuai dengan
kompetensi keahliannya masing- masing dan
guru pembimbing sekolah;
(6) Tujuan
praktik
kerja
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan
melaksanakan
tanggung jawab dalam pekerjaan yang berarti
mampu melaksanakan peran dan kegiatankegiatan dalam pekerjaan tersebut, yang
ditentukan oleh terjadinya peningkatan kualitas
pengetahuan,
ketrampilan,
sikap
dan
pengalaman;
(7) Proses
pembelajaran
mengikuti
siklus
berkelanjutan;

21

(8) Antara instruktur dunia usaha/ dunia industri
dengan pihak lembaga pendidikan senantiasa
berkoordinasi dan ada keterpaduan dalam
menentukan kebijakan, kegiatan dan tindakan
lainnya, sehingga terjadi kesepakatan dan satu
arah dalam pemberian bimbingan kepada
peserta praktik kerja industri tersebut.
Koordinasi
dan
keterpaduan
ini
juga
mengikutsertakan wakil- wakil dari peserta
praktik.

Dari uraian di atas, pengelolaan praktik kerja
industri (Prakerin) memerlukan perencanaan yang
matang dan melibatkan beberapa aspek penting
dalam praktik kerja industri (Prakerin).Praktik kerja
industri (Prakerin) juga melatih ketrampilan (skill)
siswa yang merupakan tujuan pokok kegiatan
pembelajaran praktik.Sehingga dalam praktik kerja
industri (Prakerin), siswa dituntut untuk bisa
bekerja tidak hanya belajar mencari pengalaman.
Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam
pengelolaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) oleh Dikmenjur (1996), meliputi tahapan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Pembekalan: pembekalan dilakukan oleh pihak
internal (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
ketua program keahlian, wali kelas, guru) dan
pihak eksternal (dunia usaha/ dunia industri)
yaitu mengenai sikap, mental, dan kompetensi
pada masing- masing keahlian;
(2) Pelepasan: pelapasan dilaksanakan oleh Kepala
Dinas Pendidikan atau yang mewakili;
(3) Penyerahan: pelaksanaan penyerahan oleh
petugas dari sekolah ke tempat dimana siswa
peserta praktik kerja industri (Prakerin)
ditempatkan sesuai dengan program keahlian
22

masing- masing dengan dibekali buku dan
jurnal sebagai sarana untuk mencatat semua
kegiatan di lapangan;
(4) Monitoring:
monitoring
bertujuan
untuk
mengevaluasi
perkembangan
dalam
melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi,
mencari solusi atas hambatan- hambatan serta
masalah yang dialami siswa;
(5) Evaluasi kegiatan: penilaian praktik kerja
industri dilakukan dengan cara penilaian
langsung dalam proses kerja, tes praktik di
akhir kegiatan, dan uji kompetensi yang
memenuhi syarat. Penilaian siswa dilakukan
bersama antara sekolah dengan dunia usaha/
dunia industri, dimana nilai praktik diperoleh
dari akumulasi seluruh kegiatan, sedangkan uji
kompetensi merupakan bukti bahwa siswa
tersebut telah memiliki kemampuan dan
ketrampilan.

Dari

uraian

di

atas,

tahapan

dalam

pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) harus
dilaksanakan secara runtut sesuai dengan urutan,
sehingga

pelaksanaan

praktik

kerja

industri

(Prakerin) berjalan lancar.
Manfaat praktik kerja industri (Prakerin) bagi
peserta didik menurut Hamalik (2003:98) dapat
dibagi menjadi lima , yaitu sebagai berikut:
(1) Para peserta dapat mengembangkan pandangan
secara
menyeluruh
tentang
pendidikan
professional, memahami lebih mendalam,
memahami lebih mendalam perbedaan yang
ada antara teori dan praktik;
(2) Peserta memperoleh pengalaman nyata dalam
melakukan tanggung jawab, dimana mereka
memperoleh pengalaman langsung sebagai
tenaga semi atau professional;

23

(3) Peserta dapat memetik pelajarandari hal- hal
yang terjadi dan dialami oleh pimpinan dan
tenaga pelaksana lapangan yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber;
(4) Memberikan kesempatan pada peserta untuk
menguji kemampuan sendiri;
(5) Peserta memperoleh kode etik professional
melalui pengalaman langsung dalam kegiatankegiatan praktik kerja.

Dapat dijelaskan bahwa manfaat praktik kerja
industri (Prakerin), siswa memperoleh pengalaman
yang bisa meningkatkan kompetensi professional,
ketrampilan sosial dan tanggung jawab pribadi. Pada
akhirnya, melalui praktik kerja industri (Prakerin),
siswa

memperoleh

pengalaman

yang

akan

membentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini
akan

berpengaruh

pada

pengembangan

dan

peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa setelah
melakukan proses belajar di tempat kerja (dunia
usaha/ dunia industri).

2.2 Pengembangan Kompetensi Lulusan
SMK
Hubungan

dimensi

pendidikan

kejuruan

dijelaskan

dari

kejuruan.

Di

secara

kerangka

samping

itu,

ekonomi
langsung
hasil
hasil

dengan
dapat

pendidikan
pendidikan

kejuruan seharusnya memiliki peluang kerja lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan

24

isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan
perkembangan
tugas-tugas

masyarakat,baik

pekerjaan

menyangkut

maupun

pengembangan

karir peserta didik.
Pendidikan
dengan

kejuruan

perkembangan

berkembang

tuntutan

sesuai

masyarakat,

melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi,
perilaku

pembagian peran
yang

berkaitan

atau

tugas,

dengan

dan

pemilihan,

perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial
yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya,
budaya

yaitu

sekaligus

sebagai
media

media

pelestarian

terjadinya

perubahan

sosial. Kebijakan ini menuntut kedua belah pihak
yaitu

sekolah

dan

industri

secara

bersama

menyusun konsep. Hal ini dimaksudkan agar ada
kesesuaian

antara

Kesesuaian

yang

sekolah

dan

dimaksud

industri.

adalah

agar

kompetensi yang didapat oleh siswa disekolah
merupakan kompetensi

yang

dibutuhkan

di

dunia industri. Industri juga harus berperan aktif
dalam menyampaikan kemajuan teknologi ke
pihak sekolah agar terjadi sinkronisasi antara
dunia

industri

dengan

dunia

pendidikan.

Kebijakan pendidikan sistem ganda yang dalam
Suartika (2013), dioperasionalkan dalam bentuk
pelaksanaan
(Prakerin).

Program

Penerapan

Praktik
kebijakan

Kerja

Industri

praktek

kerja

25

industri

tersebut

menggambarkan

perubahan

mendasar dari model penyelenggaraan pendidikan
sebelumnya

yaitu

system)

ke

sistem

sekolah

arah

(dualresponsibility),

(schooling

sistem

dimana

ganda

perusahaan

atau

institusi kerja lainnya menjadi institusi pasangan
dari

SMK.

Dalam

pasangan

pelaksanaannya

merupakan

terpisahkan

dari

bagian

sistem

institusi

yang

tidak

penyelenggaraan

pendidikan kejuruan.
Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan upaya sekolah agar mampu memberikan
layanan pendidikan secara optimal dalam memenuhi
dinamisasi
Upaya

kebutuhan

untuk

pendidikan

mencapai

masyarakat.

kualitas

lulusan

pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan
dunia

kerja

kurikulum
dengan

tersebut,

yang

prinsip

stakeholders.

perlu

dirancang

dan

kesesuaian

Kurikulum

didasari

dengan

dikembangkan

dengan

pendidikan

kebutuhan
kejuruan

secara spesifik memiliki karakter yang mengarah
kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi
dalam
kelompok

kurikulum
Normatif,

SMK
Adaptif

yang

meliputi

dan

kelompok

Produktif.
Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan)
memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah

26

Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengembangkan
kreativitas belajar pada wahana pendidikan yang
lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan
harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha/ Dunia
Industri ini sebagai wahana pelatihan yang paling
efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap
profesional

para

lulusan.

Pengembangan

kompetensi keahlian lulusan SMK harus menjadi
prioritas bagi sekolah untuk dikelola.Karena masih
banyaknya lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai
dengan keahliannya.

2.3 Evaluasi CIPP dalam Prakerin
Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam
implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda
satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud
dan tujuan dari evalusi tersebut dilaksanakan.
Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara
khusus dalam konteks penelitian ini, penulis
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan
oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
kontek,

input,

proses,

dan

produk.

Masing-

masing komponen perlu penilaian sendiri.
Model

CIPP

berorientasi

pada

suatu

keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu
mengevaluasi

pelaksanaan

prakerin

meliputi

Context, Input, Process, Product.

27

a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui
apakah program yang disusun sudah sesuai
dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks
ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks
program yang dilaksanakan, mengidentifikasi
kebutuhan semua individu yang terlibat dalam
program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari
kebutuhan dan mendesain tujuan program.
Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan
dengan

menggunakan

wawancara,

analisis

diagnostik.

Keputusan

metode
dokumen
penting

survey,
dan

yang

tes
dapat

diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks
adalah tujuan program yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan individu, memecahkan
masalah
diinginkan

dan

bentuk

(Sugiyo,

2011).

perubahan
Dalam

yang

hal

ini,

evaluasi konteks sebagai hasil upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan serta
tujuan proyek. Dalam pelaksanaan program
prakerin, hal pertama yang harus dilakukan
adalah

menentukan

tujuan

dari

penyelenggaraan program tersebut.
b. Evaluasi Input (Input Evaluation)
Evaluasi

input

mempertimbangkan

dilaksanakan
atau

untuk

mengidentifikasi

kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu,

28

evaluasi

input

juga

mengidentifikasi
kemampuan

digunakan

untuk

mencari

tahu

dan

atau

daya

dukung

sistem,

alternatif strategi program, desain prosedur
implementasi

program,

pengelolaan

anggaran dan penjadwalan program praktik
kerja industri (Prakerin). Metode evaluasi
input

diantaranya

menganalisi

menginventarisir

sumber

daya

manusia

dan
dan

material, studi literatur, studi banding, dan
tim

advokat.

Evaluasi

menghasilkan

keputusan

input
yang

dapat

berkaitan

dengan pemilihan sumber daya pendukung,
strategi

pemecahan

prosedur
informasi

dan

masalah,

memberikan

implementasi

desain
landasan

program

(Sugiyo,

2011). Sumber daya manusia pada program
prakerin

di

SMK

Negeri

1

Sayung

pada

umumnya sama dengan SMK Negeri lainnya
yaitu

adanya

panitia

prakerin,

Ketua

Kompetensi Keahlian, guru produktif masingmasing jurusan, dan guru normatif adaptif
yang terlibat. Siswa yang dipersiapkan untuk
prakerin serta institusi pasangan (DU/DI) juga
salah

satu

komponen

penting

dalam

penyelenggaraan prakerin di SMK Negeri 1
Sayung.

Setiap

jurusan

mempunyai

unit

produksi, sehingga bisa saja institusi pasangan
yaitu di sekolah kita sendiri.

29

c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui
apakah proses dal pelaksanaan program sudah
sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam
evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu
mengidentifikasi

atau

memprediksi

proses-

proses yang menghambat desain prosedur atau
implementasinya,
keterlaksanaan

merekam
prosedur

dan

menilai

kegiatan

dan

menyediakan bahan- bahan informasi untuk
penyusunan program di masa depan. Metode
yang dapat digunakan untuk evaluasi program
diantaranya

memantau

penghambat

potensi-

pelaksanaan
yang

potensi
prosedur,

mengantisipasi

situasi

tidak

terduga,

pendiskripsian

proses implementasi program

dan observasi. Keputusan yang dapat diambil
dari evaluasi proses diantaranyaperbaikan atau
revisi dan implementasi desain program serta
prosedur,

catatan

lapangan

implementasi

program guna menginterpretasi keberhasilan
program (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, selama
proses

pelaksanaan

program

praktik

kerja

industri (Prakerin) dipantau pelaksanaaannya.
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk atau hasil diselenggarakan
untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai
dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan

30

yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian
mengenai

hasil

yang

dicapai

dan

membandingkannya dengan tujuan; informasi
tentang konteks, input, proses; menginterpretasi
nilai unggul dari program. Metode yang dapat
digunakan dalam evaluasi produk diantaranya:
pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai,
pengumpulan
stakeholder
kualitatif.
diambil

penilaian
dan

analisis

Berbagai
dari

hasil

program

kuantitatif

keputusan

evaluasi

yang

produk

dari
serta
dapat

diantaranya

melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau
melakukan pemfokusan ulang desain program
(Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, Program praktik
kerja industri (Prakerin) merupakan program
tahunan yang harus ada, sehingga perlu adanya
perbaikan atau evaluasi hasil dari pelaksanaan
program praktik kerja industri (Prakerin).
Tabel 2.1
Tabel CIPP untuk mengevaluasi praktek kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
Context
1.Visi dan
Misi
sekolah
2. Definisi
konteks
Prakerin
3.Tujuan
program
prakerin

Input

Process

Product

1.Strategi
pelaksanaan
program
Prakerin
2. Prosedur
penempatan
siswa
3.Penjadwala
n program

1.Identifikasi
proses
pelaksanaan
prakerin
2.
Keterlaksanaa
n program
prakerin
3. Informasi

1.Penilaian
hasil
capaian
dengan
tujuan
program
prakerin
2.Interpreta
si

31

4.Identifika
si
kebutuhan
kompetensi
sekolah
dan
kompetensi
pasar
5. Peserta
program
prakerin

Prakerin
4.Pengelolaa
n anggaran

perbaikan
program
prakerin

keunggulan
dan
kelemahan
program
prakerin

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian

A.

Muliati

A.M

(2007)

tentang

“Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance
Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda
pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)”
menunjukkan bahwa : (1) Masukan (antecedents)
menunjukkan

bahwa

berdasarkan

sub

evaluasi

masukan, terdapat 6 aspek dari 12 sub aspek yang
dievaluasi,

terdiri

dari:

rekruitmen

calon

siswa,

persyaratan administrasi guru, kurikulum, kalender
pendidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
(2) Proses (transactions) menunjukkan bahwa ada
tujuh aspek yang dievaluasi yaitu penguasaan guru
dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran,
penugasan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
mencakup penguasaan guru dalam penyajian materi
berdasarkan kompetensi. Aspek yang ketiga yaitu
interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran
mencakup

memberikan

perhatian

kepada

semua
32

siswa, pemberian umpan balik dan intensitas umpan
balik yang harus ditingkatkan. Aspek ke empat yaitu
pengelolaan praktik kerja siswa. Aspek ke lima yaitu
identitas industri (institusi pasangan). Aspek ke enam
yaitu kompetensi instruktur serta aspek yang terakhir
yaitu proses praktik kerja siswa di industri. (3) Hasil
(outcomes) menunjukkan bahwa dari hasil studi
dokumen ujian nasional tahun 2005/2006 sudah
mencapai criteria atau standar objektif yang telah
ditetapkan. Yang kedua, hasil analisis dokumen ujian
nasional komponen produktif dengan pendekatan
project work untuk siswa kelas III sudah memenuhi
standar objektif.
Penelitian

Suartika

(2013)

tentang

“Studi

Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri
(Prakerin) dalam Kaitannya dengan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK Negeri 1 Susut” menunjukkan bahwa
hasil

penelitian

berdasarkan

analisis

T-Skor

menghasilkan variabel konteks kategori negatif (-),
variabel input kategori negatif (-), variabel proses
kategori negatif (-) dan variabel produk kategori negatif
(-).

Artinya,

pelaksanaan

program

praktik

kerja

industri di SMK Negeri 1 Susut ditinjau dari keempat
variabel menunjukkan negatif (-). Dengan demikian
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data
masing-

masing

variabel

menunjukkan

bahwa

pelaksanaan program praktik kerja industri dalam
kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda di SMK

33

Negeri 1 Susut ditinjau dari variabel konteks, input,
proses dan produk sangat tidak efektif.
Penelitian Arfandi(2009) tentang “Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian
Teknik Bangunan di Kota Makasar” menunjukkan
bahwa

(1)

komponen

masukan,

hasil

evaluasi

menunjukkan siswa SMK program keahlian Teknik
Bangunan siap melakukan praktik kerja industri.Hal
ini

didukung

maksud,

oleh

tujuan,

pelaksanaan

pengetahuan
manfaat,

siswa

dan

prakerin.Hasil

mengenai

harapan
evaluasi

dari
juga

menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)

yang

menyelenggarakan

program

keahlian

Teknik Bangunan sangat siap melakukan praktik
kerja

industri.Hal

pengetahuan
maksud,

sekolah

tujuan,

pelaksanaan

ini

didukung
yang

manfaat,

prakerin

dan

oleh

sangat
dan
telah

tingkat

mengetahui

harapan

dari

berpengalaman

menyelenggarakan prakerin selama 12 tahun.Hasil
evaluasi juga menunjukkan bahwa industri pasangan
prakerin siap melakukan praktik kerja industri.(2)
Komponen Proses menunjukkan bahwa aktivitas siswa
melaksanakan praktik kerja industri memuaskan.(3)
Komponen Hasil menunjukkan bahwa perolehan nilai
akhir

siswa

pada

praktik

kerja

industri

sangat

memuaskan dengan tingkat kelulusan 100%.
Penelitian Susanti (2012) tentang “Evaluasi dan
Desain

Hipotetik

Program

Praktik

Kerja

Industri

(Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”

34

menunjukkan bahwa pelaksanaan prakerin belum
sepenuhnya

berjalan

dengan

baik.

Tempat

pelaksanaan prakerin siswa kurang sesuai dengan
bidang keahlian yang dipelajari. Berdasarkan analisis
data dan hasil wawancara, diperlukan desain hipotetik
program prakerin SMK Negeri 2 Padang Panjang.
Penelitian Anramus (2012) tentang “Kontribusi
Praktik Kerja Industri dan Motivasi Belajar Terhadap
Sikap Wirausaha” menunjukkan bahwa hasil praktik
kerja

industri

dan

motivasi

siswa

mempunyai

kontribusi yang tinggi terhadap sikap wirausaha
siswa.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan kualitas lulusan SMK, sekolah harus
menempatkan siswa pada industri yang tepat dan
relevan.Selain itu, memberikan pemahaman terhadap
siswa agar memacu motivasi siswa untuk memiliki
sikap wirausaha dan mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja dan kehidupan.
Penelitian

Aditya

(2013)

tentang

“Analisis

Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada
Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI
SMK

Negeri

4

Surabaya”

menunjukkan

bahwa

mayoritas siswa yang melaksanakan prakerin senang
karena bisa mendapatkan pengalaman yang tidak bisa
didapatkan di sekolah dan berkurangnya jam belajar
di sekolah. Implementasi prakerin masih kurang
karena siswa masih merasa baru untuk mengenal
dunia kerja dan masih harus belajar beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Penempatan siswa juga

35

belum

sesuai

antara

institusi

pasangan

dengan

keahliannya.
Penelitian Komang (2010) tentang “Efektivitas
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 3
Kelompok

Pariwisata

Kota

Malang”

menunjukkan

bahwa efektifitas pelaksanaan praktik kerja industri di
SMK Negeri 3 kelompok pariwisata kota Malang
sebagai berikut: a) perencanaan program prakerin di
SMK Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/
efektif, b) pelaksanaan program prakerin di SMK
Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/ efektif,
dan c) evaluasi program prakerin di SMK Negeri 3
Malang berada pada kategori baik/ efektif.
Berdasarkan
penelitian

beberapa

terdahulu

penelitian

memberikan

tersebut,

gambaran

dan

referensi tentang pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) yang sudah berjalan efektif atau belum
efektif. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penelitipeneliti terdahulu sebagian besar menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu
diharapkan

bisa

memberikan

referensi

untuk

mengembangkan penelitian ini.

2.6 Kerangka Pikir
Sekolah mempunyai tanggung jawab dalam
memenuhi

kebutuhan

siswa

dalam

hal

pengembangan kompetensi keahlian. Maka program
Prakerin
sungguh-

penting
sungguh

untuk
dengan

dilaksanakan
perencanaan

secara
yang

36

matang oleh pihak sekolah. Evaluasi manajemen
program

Prakerin

keberhasilan

bertujuan

program

secara

untuk

mengetahui

menyeluruh

perlu

dijalankan secara terencana.
Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,
penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen
program Prakerin menggunakan pendekatan model
evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada
analisis kritis variabel context, input, process, dan
product. Dengan demikian dapat diketahui capaian
tujuan baik dari proses dan hasil program Prakerin
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil
program. Stelah itu dapat dilihat prioritas- prioritas
apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen
program Prakerin ke depan,

baik

oleh panitia

Prakerin maupun kebijakan sekolah, serta institusi
pasangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kerangka pikir seperti tabel di bawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir CIPP
Evaluasi Program Prakerin

Perencanaan, proses dan hasil
Program Prakerin

Hasil evaluasi program Prakerin

CIPP

37

Dokumen yang terkait

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGRIBISNIS PERBENIHAN KENTANG (Solanum tuberosum, L) Di KABUPATEN LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

27 309 21

ANALISIS PENGARUH MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Property dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

47 440 21

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGALAMAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA DENGAN GANGGUAN JIWA (SKIZOFRENIA) Di Wilayah Puskesmas Kedung Kandang Malang Tahun 2015

28 256 11

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3