T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 1 Sayung T2 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Praktik Kerja Industri (Prakerin)
2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Hamalik (2001) menyatakan bahwa
praktik kerja
industri merupakan suatu tahap persiapan professional
dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi
secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi
seorang administrator yang kompeten dalam jangka
waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan
melaksanakan
tanggung
jawab
dalam
bidangnya. Dari pengertian tersebut
tersirat bahwa
prakerin
melatih
sangatlah
penting
dalam
siswa
mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata.
Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri.
Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa
serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat.
Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan
perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak
dunia
usaha/
dunia
indusri
(DU/DI),
agar
dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien.
Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan
10
oleh siswa di industri, baik berupa industri besar,
menengah maupun kecil atau industri rumah tangga.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) ini
proses atau langkah- langkah pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) harus tetap mengacu pada desain
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan.
Selain
itu,
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dapat
berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi
keduanya.
Program Prakerin yang dilakukan di industri/
perusahaan menurut Dikmenjur (2008: 8) meliputi:
1) Praktik Dasar Kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian
di sekolah dan sebagian lainnya di industri, apabila
industri memiliki fasilitas pelatihan di industrinya.
Apabila industri tidak memiliki fasilitas pelatihan,
maka kegiatan praktikdasar kejuruan sepenuhnya
dilakukan di sekolah;
2) Praktik Keahlian Produktif, dilaksanakan di industri
dalam bentuk “on job training”, berbentuk kegiatan
mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di
industri/ perusahaan sesuai dengan program
keahliannya;
3) Pengaturan program harus disepakati pada awal
program oleh kedua belah pihak.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
program
Prakerin
perencanaan
yang
berhubungan
dengan
harus
matang,
dilaksanakan
karena
kesiapan
siswa,
dengan
tidak
tetapi
hanya
juga
berhubungan dengan instansi atau industri lain. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa peran dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI) dalam Prakerin sangat penting.
Lebih dari itu, kemitraan sekolah dengan DU/DI
menjadi
salah
satu
faktor
keberhasilan
Prakerin.
11
Kemitraan antara sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) menurut
Napitupulu, E.L (2008) perlu dibangun secara sinergi
sehingga lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi
dengan kebutuhan pasar dunia usaha/ dunia industri.
Djojonegoro
dalam
Anwar
(1997:7)
menegaskan,
kemitraan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri
bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan
keharusan.
Pendapat
lain
dari
Muliati
(2007:7)
menjelaskan untuk mendapat ketrampilan tidak cukup
peserta didik belajar di sekolah tetapi harus didapat
melalui on the job training yaitu belajar dari pekerja yang
sudah berpengalaman di industri. Oleh karena itu, sulit
diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada
diri peserta didik tanpa partisipasi industri.
Selanjutnya,
Wena
(1996:228)
mengungkapkan
bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) meliputi:
1) Perencanaan Praktik Kerja Industri
Perencanaan melibatkan beberapa pihak, yaitu
sekolah, siswa, orang tua, dan institusi pasangan
(Dunia Usaha/ Dunia Industri). Perencanaan Prakerin
meliputi: a) penentuan tujuan Praktik Kerja Industri
(Prakerin); b) Metode Praktik Kerja Industri (Prakerin);
c) Pendataan Siswa Peserta Praktik Kerja Industri; d)
Sosialisasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) kepada
orang tua dan guru; e) Materi praktik kerja industri
(Prakerin)
2) Pengorganisasian Praktik Kerja Industri
Pengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah
satu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang
ada di sekolah dan di institusi pasangan (Dunia
Usaha/ Dunia Industri). Pengorganisasian Praktik
12
Kerja Industri ini meliputi: a) Tenaga pengajar/
pembimbing dari pihak sekolah; b) Tenaga instruktur
dari pihak Dunia Usaha/ Industri; c) Penempatan
Siswa.
3) Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri
Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri meliputi: a)
Model penyelenggaraan Praktik Kerja Industri; b)
Metode Pembelajaran; c) Standar Profesi
4) Pengawasan Praktik Kerja Industri
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak dapat
terlepas dari pengawasan pelaksanaan itu sendiri,
karena untuk menjamin mutu praktik kerja tersebut
diperlukan pelaksanaan pengawasan yang meliputi: a)
control keselamatan kerja; b) bimbingan dan
monitoring pihak sekolah; c) Penilaian hasil belajar
dan keahlian; d) sertifikasi; dan e) evaluasi.
Berdasarkan
disimpulkan
pernyataan
bahwa
di
pelaksanaan
atas
dapat
Praktik
Kerja
Industri (Prakerin) dapat berhasil apabila tahapantahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
2.1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Selanjutnya, Praktik Kerja Industri (Prakerin)
adalah bagian dari Pendidikan sistem Ganda (PSG)
sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan
secara
keahlian
sistematis
kejuruan
dan
yang
sinkron
memadukan
antara
program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di
dunia kerja. Dengan demikian para siswa SMK
dengan program Prakerin ini akan memiliki tingkat
professional yang sesuai dengan dunia kerja yang
dibutuhkan.
13
Menurut Juliyanti (2013:44), penyelenggaraan
Praktik
Kerja Industri (Prakerin) secara umum
bertujuan
Namun
untuk
secara
menjawab
rinci
tantangan
Prakerin
industri.
bertujuan:
1)
menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat
kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja; 2) meningkatkan
dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan
antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan
dunia
kerja;
3)
meningkatkan
efisiensi
proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
professional;
4)
memberi
pengakuan
dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa Prakerin
adalah program wajib yang harus diselenggarakan
oleh
sekolah,
khususnya
sekolah
menengah
kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib
diikuti oleh siswa/ warga belajar (Dikmenjur: 2008).
Dari pengertian Prakerin tersebut, penyelenggaraan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan membantu
siswa
untuk
memantapkan
hasil
belajar
yang
diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan
pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang
dipilihnya.
Depdiknas
pelaksanaan
(2003:
Praktik
2)
Kerja
menjelaskan
Industri
tujuan
(Prakerin)
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan
14
tujuan khusus. Secara umum Praktik Kerja Industri
(Prakerin) bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk
memperoleh
tamatan
yang
berkompeten;
2. Dapat memperkokoh link and match antara
sekolah dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas profesional;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas professional;
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidkan.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa tujuan praktik kerja industri
(Prakerin) secara umum adalah untuk menghasilkan
tamatan yang berkompetensi, memperkokoh link and
match antara sekolah dengan pelatihan tenaga kerja,
meningkatkan
efisiensi
proses
pendidikan
dan
pelatihan tenaga kerja, dan memberikan pengakuan
serta
penghargaan
terhadap
pengalaman
kerja
melalui proses pendidikan.
Selain itu, tujuan khusus dari praktik kerja
industri (Prakerin) menurut Depdiknas (2003: 2-3)
adalah:
1. Menghasilkan tamatan yang siap kerja di
berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan tertentu;
2. Untuk mendapatkan keterpaduan yang saling
mengisi antara pendidikan di sekolah dengan
dunia usaha/ industri;
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan teori;
15
4. Membentuk pribadi agar percaya diri
mandiri;
5. Memperkokoh masukan dan umpan balik
memperbaiki dan menyempurnakan
mengembangkan pendidikan di sekolah
dunia usaha/ dunia industri.
dan
guna
serta
dan
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
Prakerin secara khusus adalah untuk menghasilkan
tamatan
SMK
yang
siap
kerja,
mendapatkan
keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan
di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
mengembangkan kemampuan siswa, membentuk
kepribadian
masukan
siswa
bagi
yang
sekolah
mandiri,
dalam
memberikan
mengembangkan
pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan dan
pengetahuan.
2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik
Kerja Industri (Prakerin)
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
siswa diharapkan mampu menerapkan kompetensi
keahliannya
dalam
dunia
kerja
yang
nyata.
Depdikbud (1997:7) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) bagi
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
persiapan bagi siswa yang akan melaksanakan
praktik kerja industri (Prakerin) dan pelaksanaan
penilaian. Sedangkan menurut Indra Jati Sidhi
(2001: 67) dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin)
membutuhkan
perbaikan
konsep,
16
program
serta
pengarahan,
personalisasinya,
bimbingan
siswa
mulai
serta
dari
dukungan
terhadap proses maupun hasil kinerja praktik kerja
industri (Prakerin).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan
bahwa
banyak
faktor
yang
bisa
mempengaruhi keberhasilan atau keterlaksanaan
tujuan praktik kerja industri (Prakerin). Faktor dari
dalam (faktor internal) seperti intelegensi siswa,
perhatian
dari
siswa,
bakat
siswa,
motivasi,
kematangan dan kesiapan siswa. Sedangkan faktor
dari luar (faktor eksternal) seperti konsep praktik
kerja
industri
pelaksanaannya
(Prakerin),
mulai
dari
program,
serta
pengarahan
atau
pembekalan, bimbingan, serta dukungan terhadap
proses maupun hasil kinerja praktik kerja industri
(Prakerin).
2.1.4 Penilaian Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Depdikbud (1995), “Tercapai atau tidaknya
suatu tujuan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) sangat tergantung mulai dari pembekalan
dan pelaksanaan prakerin, peraturan prakerin, dan
penilaian dalam melaksanakan prakerin. Sesuai
dengan uraian di atas, dalam pelaksanaan praktik
kerja
industri
(Prakerin)
perlu
memperhatikan
pembekalan pelaksanaan, pengaturan tata tertib
pelaksanaan
dan
proses
penilaian
dalam
pelaksanaan. Pelaksanaan praktik kerja industri
17
(Prakerin) dalam rangka mencapai tujuan yang
dirancang bersama melibatkan beberapa unsur
yang terkait, seperti guru, siswa, instruktur atau
dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).
Berdasarkan
disimpulkan
uraian
bahwa
di
atas,
untuk
dapat
mengetahui
keterlaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)
pembekalan pelaksanaan, (2) pelaksanaan dan (3)
proses penilaian dalam praktik
kerja industri
(Prakerin).
1. Pembekalan
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin),
setiap
siswa
harus
diberikan
pembekalan yang baik. Melalui pembekalan, para
siswa akan mendapatkan pengarahan dari guru BK,
panitia
prakerin,
dan guru produktif masing-
masing program keahlian. Pembekalan sebelum
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) juga
bertujuan untuk menambah materi yang telah
diperoleh dari proses belajar mengajar atau materi –
materi yang sudah dilakukan di lapangan tetapi
belum
pernah
dilaksanakan
ketrampilan,
diperoleh
di
pada
institusi
maupun
cara-
kegiatan
baik
cara
yang
pengetahuan,
pemecahan
masalah melalui diskusi.
Tujuan pembekalan dalam prakerin adalah
agar para siswa mendapatkan pengetahuan materi
sesuai dengan kerangka acuan yang telah disusun.
18
Selain
itu,
siswa
pengarahan
diberikan
mengenaitata
masukan
tertib
yang
dan
harus
dipatuhi selama pelaksanaan.
2. Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
Praktik
terlaksana
kerja
sesuai
direncanakan
industri
(Prakerin)
dengan
apabila
apa
aturan
atau
dapat
yang
telah
tata
tertib
praktik kerja industri (Prakerin) dipatuhi oleh
siswa.
Siswa
merupakan
subjek
pelaksanaan
praktik kerja industri (Prakerin), sehingga perlu
adanya tugas dan tanggung jawab tertentu, selain
itu
siswa
harus
bersedia
untuk
mematuhi
peraturan internal dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
3.Proses Penilaian
Muharnas (2003) menyatakan bahwa penilaian
adalah salah satu tindakan menentukan nilai
sesuatu pengukuran terarah pada tindakan proses
untuk
menentukan
kuantitas
sesuatu
dengan
membandingkannya terhadap suatu standar atau
patokan tertentu. Penilaian merupakan ukuran
untuk menentukan kualitas atau nilai sesuatu
apakah telah terjadi perubahan perilaku yang lebih
baik.
Selanjutnya
menurut
Depdiknas
(2003),
penilaian dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) adalah proses memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan tentang penampilan
peserta didik di tempat praktik. Uraian di atas
menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal
19
penting dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Selanjutnya,
menurut
Nana
(1989:141),
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penilaian pembelajaran, yaitu:
1) Melaksanakan penilaian melalui instrumen
yang telah dipersiapkan terhadap sumber data
sesuai
dengan
program
yang
telah
direncanakan;
2) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian
baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi
pelaksanaan pengajaran maupun berrdasarkan
pengamatan dan monitoring penilaian;
3) Penilaian dilakukan dengan dua macam kriteria
mutlak dan kriteria relatif. Kriteria mutlak
adalah membandingkan hasil penilaian dengan
kriteria yang sudah pasti, sedangkan criteria
relatif membandingkan hasil penilaian antar
kelompok;
4) Menyusun laporan hasil penelitian termasuk
rekomendasi, impilkasi pemecaha masalah dan
tindakan korektif bagi penyempurnaan hasil
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian terhadap siswa dalam
pelaksanaan
merupakan
praktik
kerja
evaluasi
industri
(Prakerin)
kemampuan
dan
kompetensinya setelah melakukan suatu tugas di
tempat praktik atau di dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
20
2.1.5 Pengelolaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Pengelolaan praktik kerja industri (Prakerin)
atau yang biasa disebut dengan magang (on job
training) dijabarkan Hamalik dalam Juliyanti (2013)
sebagai berikut:
(1) Praktik kerja industri merupakan bagian
integral dalam pendidikan professional yang
bertujuan mengembangkan keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajari;
(2) Para peserta yang melaksanakan kegiatan
sudah
menguasai
kompetensi
yang
berhubungan dengan mata pelajaran produktif
sesuai dengan materi yang diajarkan;
(3) Bentuk pelaksanaan adalah bekerja di
lingkungan kerja pada perusahaan, institusi
pasangan (DU/DI) sebagaimana yang dilakukan
oleh karyawan lain namun tetap bertindak
sebagai siswa praktik yang memerlukan
bimbingan dari pembimbingannya;
(4) Peserta bekerja dalam jangka waktu tertentu
terus menerus, tidak terganggu oleh kegiatan
pelatihan lainnya selama praktik kerja, lamanya
praktik kerja ditentukan berdasarkan jadwal
yang ditetapkan;
(5) Peserta praktik dibimbing oleh pembimbing di
dunia usaha/ dunia industri sesuai dengan
kompetensi keahliannya masing- masing dan
guru pembimbing sekolah;
(6) Tujuan
praktik
kerja
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan
melaksanakan
tanggung jawab dalam pekerjaan yang berarti
mampu melaksanakan peran dan kegiatankegiatan dalam pekerjaan tersebut, yang
ditentukan oleh terjadinya peningkatan kualitas
pengetahuan,
ketrampilan,
sikap
dan
pengalaman;
(7) Proses
pembelajaran
mengikuti
siklus
berkelanjutan;
21
(8) Antara instruktur dunia usaha/ dunia industri
dengan pihak lembaga pendidikan senantiasa
berkoordinasi dan ada keterpaduan dalam
menentukan kebijakan, kegiatan dan tindakan
lainnya, sehingga terjadi kesepakatan dan satu
arah dalam pemberian bimbingan kepada
peserta praktik kerja industri tersebut.
Koordinasi
dan
keterpaduan
ini
juga
mengikutsertakan wakil- wakil dari peserta
praktik.
Dari uraian di atas, pengelolaan praktik kerja
industri (Prakerin) memerlukan perencanaan yang
matang dan melibatkan beberapa aspek penting
dalam praktik kerja industri (Prakerin).Praktik kerja
industri (Prakerin) juga melatih ketrampilan (skill)
siswa yang merupakan tujuan pokok kegiatan
pembelajaran praktik.Sehingga dalam praktik kerja
industri (Prakerin), siswa dituntut untuk bisa
bekerja tidak hanya belajar mencari pengalaman.
Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam
pengelolaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) oleh Dikmenjur (1996), meliputi tahapan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Pembekalan: pembekalan dilakukan oleh pihak
internal (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
ketua program keahlian, wali kelas, guru) dan
pihak eksternal (dunia usaha/ dunia industri)
yaitu mengenai sikap, mental, dan kompetensi
pada masing- masing keahlian;
(2) Pelepasan: pelapasan dilaksanakan oleh Kepala
Dinas Pendidikan atau yang mewakili;
(3) Penyerahan: pelaksanaan penyerahan oleh
petugas dari sekolah ke tempat dimana siswa
peserta praktik kerja industri (Prakerin)
ditempatkan sesuai dengan program keahlian
22
masing- masing dengan dibekali buku dan
jurnal sebagai sarana untuk mencatat semua
kegiatan di lapangan;
(4) Monitoring:
monitoring
bertujuan
untuk
mengevaluasi
perkembangan
dalam
melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi,
mencari solusi atas hambatan- hambatan serta
masalah yang dialami siswa;
(5) Evaluasi kegiatan: penilaian praktik kerja
industri dilakukan dengan cara penilaian
langsung dalam proses kerja, tes praktik di
akhir kegiatan, dan uji kompetensi yang
memenuhi syarat. Penilaian siswa dilakukan
bersama antara sekolah dengan dunia usaha/
dunia industri, dimana nilai praktik diperoleh
dari akumulasi seluruh kegiatan, sedangkan uji
kompetensi merupakan bukti bahwa siswa
tersebut telah memiliki kemampuan dan
ketrampilan.
Dari
uraian
di
atas,
tahapan
dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) harus
dilaksanakan secara runtut sesuai dengan urutan,
sehingga
pelaksanaan
praktik
kerja
industri
(Prakerin) berjalan lancar.
Manfaat praktik kerja industri (Prakerin) bagi
peserta didik menurut Hamalik (2003:98) dapat
dibagi menjadi lima , yaitu sebagai berikut:
(1) Para peserta dapat mengembangkan pandangan
secara
menyeluruh
tentang
pendidikan
professional, memahami lebih mendalam,
memahami lebih mendalam perbedaan yang
ada antara teori dan praktik;
(2) Peserta memperoleh pengalaman nyata dalam
melakukan tanggung jawab, dimana mereka
memperoleh pengalaman langsung sebagai
tenaga semi atau professional;
23
(3) Peserta dapat memetik pelajarandari hal- hal
yang terjadi dan dialami oleh pimpinan dan
tenaga pelaksana lapangan yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber;
(4) Memberikan kesempatan pada peserta untuk
menguji kemampuan sendiri;
(5) Peserta memperoleh kode etik professional
melalui pengalaman langsung dalam kegiatankegiatan praktik kerja.
Dapat dijelaskan bahwa manfaat praktik kerja
industri (Prakerin), siswa memperoleh pengalaman
yang bisa meningkatkan kompetensi professional,
ketrampilan sosial dan tanggung jawab pribadi. Pada
akhirnya, melalui praktik kerja industri (Prakerin),
siswa
memperoleh
pengalaman
yang
akan
membentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini
akan
berpengaruh
pada
pengembangan
dan
peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa setelah
melakukan proses belajar di tempat kerja (dunia
usaha/ dunia industri).
2.2 Pengembangan Kompetensi Lulusan
SMK
Hubungan
dimensi
pendidikan
kejuruan
dijelaskan
dari
kejuruan.
Di
secara
kerangka
samping
itu,
ekonomi
langsung
hasil
hasil
dengan
dapat
pendidikan
pendidikan
kejuruan seharusnya memiliki peluang kerja lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan
24
isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan
perkembangan
tugas-tugas
masyarakat,baik
pekerjaan
menyangkut
maupun
pengembangan
karir peserta didik.
Pendidikan
dengan
kejuruan
perkembangan
berkembang
tuntutan
sesuai
masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi,
perilaku
pembagian peran
yang
berkaitan
atau
tugas,
dengan
dan
pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial
yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya,
budaya
yaitu
sekaligus
sebagai
media
media
pelestarian
terjadinya
perubahan
sosial. Kebijakan ini menuntut kedua belah pihak
yaitu
sekolah
dan
industri
secara
bersama
menyusun konsep. Hal ini dimaksudkan agar ada
kesesuaian
antara
Kesesuaian
yang
sekolah
dan
dimaksud
industri.
adalah
agar
kompetensi yang didapat oleh siswa disekolah
merupakan kompetensi
yang
dibutuhkan
di
dunia industri. Industri juga harus berperan aktif
dalam menyampaikan kemajuan teknologi ke
pihak sekolah agar terjadi sinkronisasi antara
dunia
industri
dengan
dunia
pendidikan.
Kebijakan pendidikan sistem ganda yang dalam
Suartika (2013), dioperasionalkan dalam bentuk
pelaksanaan
(Prakerin).
Program
Penerapan
Praktik
kebijakan
Kerja
Industri
praktek
kerja
25
industri
tersebut
menggambarkan
perubahan
mendasar dari model penyelenggaraan pendidikan
sebelumnya
yaitu
system)
ke
sistem
sekolah
arah
(dualresponsibility),
(schooling
sistem
dimana
ganda
perusahaan
atau
institusi kerja lainnya menjadi institusi pasangan
dari
SMK.
Dalam
pasangan
pelaksanaannya
merupakan
terpisahkan
dari
bagian
sistem
institusi
yang
tidak
penyelenggaraan
pendidikan kejuruan.
Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan upaya sekolah agar mampu memberikan
layanan pendidikan secara optimal dalam memenuhi
dinamisasi
Upaya
kebutuhan
untuk
pendidikan
mencapai
masyarakat.
kualitas
lulusan
pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan
dunia
kerja
kurikulum
dengan
tersebut,
yang
prinsip
stakeholders.
perlu
dirancang
dan
kesesuaian
Kurikulum
didasari
dengan
dikembangkan
dengan
pendidikan
kebutuhan
kejuruan
secara spesifik memiliki karakter yang mengarah
kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi
dalam
kelompok
kurikulum
Normatif,
SMK
Adaptif
yang
meliputi
dan
kelompok
Produktif.
Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan)
memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah
26
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengembangkan
kreativitas belajar pada wahana pendidikan yang
lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan
harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha/ Dunia
Industri ini sebagai wahana pelatihan yang paling
efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap
profesional
para
lulusan.
Pengembangan
kompetensi keahlian lulusan SMK harus menjadi
prioritas bagi sekolah untuk dikelola.Karena masih
banyaknya lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai
dengan keahliannya.
2.3 Evaluasi CIPP dalam Prakerin
Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam
implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda
satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud
dan tujuan dari evalusi tersebut dilaksanakan.
Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara
khusus dalam konteks penelitian ini, penulis
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan
oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
kontek,
input,
proses,
dan
produk.
Masing-
masing komponen perlu penilaian sendiri.
Model
CIPP
berorientasi
pada
suatu
keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu
mengevaluasi
pelaksanaan
prakerin
meliputi
Context, Input, Process, Product.
27
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui
apakah program yang disusun sudah sesuai
dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks
ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks
program yang dilaksanakan, mengidentifikasi
kebutuhan semua individu yang terlibat dalam
program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari
kebutuhan dan mendesain tujuan program.
Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan
dengan
menggunakan
wawancara,
analisis
diagnostik.
Keputusan
metode
dokumen
penting
survey,
dan
yang
tes
dapat
diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks
adalah tujuan program yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan individu, memecahkan
masalah
diinginkan
dan
bentuk
(Sugiyo,
2011).
perubahan
Dalam
yang
hal
ini,
evaluasi konteks sebagai hasil upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan serta
tujuan proyek. Dalam pelaksanaan program
prakerin, hal pertama yang harus dilakukan
adalah
menentukan
tujuan
dari
penyelenggaraan program tersebut.
b. Evaluasi Input (Input Evaluation)
Evaluasi
input
mempertimbangkan
dilaksanakan
atau
untuk
mengidentifikasi
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu,
28
evaluasi
input
juga
mengidentifikasi
kemampuan
digunakan
untuk
mencari
tahu
dan
atau
daya
dukung
sistem,
alternatif strategi program, desain prosedur
implementasi
program,
pengelolaan
anggaran dan penjadwalan program praktik
kerja industri (Prakerin). Metode evaluasi
input
diantaranya
menganalisi
menginventarisir
sumber
daya
manusia
dan
dan
material, studi literatur, studi banding, dan
tim
advokat.
Evaluasi
menghasilkan
keputusan
input
yang
dapat
berkaitan
dengan pemilihan sumber daya pendukung,
strategi
pemecahan
prosedur
informasi
dan
masalah,
memberikan
implementasi
desain
landasan
program
(Sugiyo,
2011). Sumber daya manusia pada program
prakerin
di
SMK
Negeri
1
Sayung
pada
umumnya sama dengan SMK Negeri lainnya
yaitu
adanya
panitia
prakerin,
Ketua
Kompetensi Keahlian, guru produktif masingmasing jurusan, dan guru normatif adaptif
yang terlibat. Siswa yang dipersiapkan untuk
prakerin serta institusi pasangan (DU/DI) juga
salah
satu
komponen
penting
dalam
penyelenggaraan prakerin di SMK Negeri 1
Sayung.
Setiap
jurusan
mempunyai
unit
produksi, sehingga bisa saja institusi pasangan
yaitu di sekolah kita sendiri.
29
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui
apakah proses dal pelaksanaan program sudah
sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam
evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu
mengidentifikasi
atau
memprediksi
proses-
proses yang menghambat desain prosedur atau
implementasinya,
keterlaksanaan
merekam
prosedur
dan
menilai
kegiatan
dan
menyediakan bahan- bahan informasi untuk
penyusunan program di masa depan. Metode
yang dapat digunakan untuk evaluasi program
diantaranya
memantau
penghambat
potensi-
pelaksanaan
yang
potensi
prosedur,
mengantisipasi
situasi
tidak
terduga,
pendiskripsian
proses implementasi program
dan observasi. Keputusan yang dapat diambil
dari evaluasi proses diantaranyaperbaikan atau
revisi dan implementasi desain program serta
prosedur,
catatan
lapangan
implementasi
program guna menginterpretasi keberhasilan
program (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, selama
proses
pelaksanaan
program
praktik
kerja
industri (Prakerin) dipantau pelaksanaaannya.
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk atau hasil diselenggarakan
untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai
dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan
30
yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian
mengenai
hasil
yang
dicapai
dan
membandingkannya dengan tujuan; informasi
tentang konteks, input, proses; menginterpretasi
nilai unggul dari program. Metode yang dapat
digunakan dalam evaluasi produk diantaranya:
pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai,
pengumpulan
stakeholder
kualitatif.
diambil
penilaian
dan
analisis
Berbagai
dari
hasil
program
kuantitatif
keputusan
evaluasi
yang
produk
dari
serta
dapat
diantaranya
melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau
melakukan pemfokusan ulang desain program
(Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, Program praktik
kerja industri (Prakerin) merupakan program
tahunan yang harus ada, sehingga perlu adanya
perbaikan atau evaluasi hasil dari pelaksanaan
program praktik kerja industri (Prakerin).
Tabel 2.1
Tabel CIPP untuk mengevaluasi praktek kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
Context
1.Visi dan
Misi
sekolah
2. Definisi
konteks
Prakerin
3.Tujuan
program
prakerin
Input
Process
Product
1.Strategi
pelaksanaan
program
Prakerin
2. Prosedur
penempatan
siswa
3.Penjadwala
n program
1.Identifikasi
proses
pelaksanaan
prakerin
2.
Keterlaksanaa
n program
prakerin
3. Informasi
1.Penilaian
hasil
capaian
dengan
tujuan
program
prakerin
2.Interpreta
si
31
4.Identifika
si
kebutuhan
kompetensi
sekolah
dan
kompetensi
pasar
5. Peserta
program
prakerin
Prakerin
4.Pengelolaa
n anggaran
perbaikan
program
prakerin
keunggulan
dan
kelemahan
program
prakerin
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian
A.
Muliati
A.M
(2007)
tentang
“Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance
Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda
pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)”
menunjukkan bahwa : (1) Masukan (antecedents)
menunjukkan
bahwa
berdasarkan
sub
evaluasi
masukan, terdapat 6 aspek dari 12 sub aspek yang
dievaluasi,
terdiri
dari:
rekruitmen
calon
siswa,
persyaratan administrasi guru, kurikulum, kalender
pendidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
(2) Proses (transactions) menunjukkan bahwa ada
tujuh aspek yang dievaluasi yaitu penguasaan guru
dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran,
penugasan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
mencakup penguasaan guru dalam penyajian materi
berdasarkan kompetensi. Aspek yang ketiga yaitu
interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran
mencakup
memberikan
perhatian
kepada
semua
32
siswa, pemberian umpan balik dan intensitas umpan
balik yang harus ditingkatkan. Aspek ke empat yaitu
pengelolaan praktik kerja siswa. Aspek ke lima yaitu
identitas industri (institusi pasangan). Aspek ke enam
yaitu kompetensi instruktur serta aspek yang terakhir
yaitu proses praktik kerja siswa di industri. (3) Hasil
(outcomes) menunjukkan bahwa dari hasil studi
dokumen ujian nasional tahun 2005/2006 sudah
mencapai criteria atau standar objektif yang telah
ditetapkan. Yang kedua, hasil analisis dokumen ujian
nasional komponen produktif dengan pendekatan
project work untuk siswa kelas III sudah memenuhi
standar objektif.
Penelitian
Suartika
(2013)
tentang
“Studi
Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri
(Prakerin) dalam Kaitannya dengan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK Negeri 1 Susut” menunjukkan bahwa
hasil
penelitian
berdasarkan
analisis
T-Skor
menghasilkan variabel konteks kategori negatif (-),
variabel input kategori negatif (-), variabel proses
kategori negatif (-) dan variabel produk kategori negatif
(-).
Artinya,
pelaksanaan
program
praktik
kerja
industri di SMK Negeri 1 Susut ditinjau dari keempat
variabel menunjukkan negatif (-). Dengan demikian
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data
masing-
masing
variabel
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan program praktik kerja industri dalam
kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda di SMK
33
Negeri 1 Susut ditinjau dari variabel konteks, input,
proses dan produk sangat tidak efektif.
Penelitian Arfandi(2009) tentang “Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian
Teknik Bangunan di Kota Makasar” menunjukkan
bahwa
(1)
komponen
masukan,
hasil
evaluasi
menunjukkan siswa SMK program keahlian Teknik
Bangunan siap melakukan praktik kerja industri.Hal
ini
didukung
maksud,
oleh
tujuan,
pelaksanaan
pengetahuan
manfaat,
siswa
dan
prakerin.Hasil
mengenai
harapan
evaluasi
dari
juga
menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
yang
menyelenggarakan
program
keahlian
Teknik Bangunan sangat siap melakukan praktik
kerja
industri.Hal
pengetahuan
maksud,
sekolah
tujuan,
pelaksanaan
ini
didukung
yang
manfaat,
prakerin
dan
oleh
sangat
dan
telah
tingkat
mengetahui
harapan
dari
berpengalaman
menyelenggarakan prakerin selama 12 tahun.Hasil
evaluasi juga menunjukkan bahwa industri pasangan
prakerin siap melakukan praktik kerja industri.(2)
Komponen Proses menunjukkan bahwa aktivitas siswa
melaksanakan praktik kerja industri memuaskan.(3)
Komponen Hasil menunjukkan bahwa perolehan nilai
akhir
siswa
pada
praktik
kerja
industri
sangat
memuaskan dengan tingkat kelulusan 100%.
Penelitian Susanti (2012) tentang “Evaluasi dan
Desain
Hipotetik
Program
Praktik
Kerja
Industri
(Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”
34
menunjukkan bahwa pelaksanaan prakerin belum
sepenuhnya
berjalan
dengan
baik.
Tempat
pelaksanaan prakerin siswa kurang sesuai dengan
bidang keahlian yang dipelajari. Berdasarkan analisis
data dan hasil wawancara, diperlukan desain hipotetik
program prakerin SMK Negeri 2 Padang Panjang.
Penelitian Anramus (2012) tentang “Kontribusi
Praktik Kerja Industri dan Motivasi Belajar Terhadap
Sikap Wirausaha” menunjukkan bahwa hasil praktik
kerja
industri
dan
motivasi
siswa
mempunyai
kontribusi yang tinggi terhadap sikap wirausaha
siswa.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan kualitas lulusan SMK, sekolah harus
menempatkan siswa pada industri yang tepat dan
relevan.Selain itu, memberikan pemahaman terhadap
siswa agar memacu motivasi siswa untuk memiliki
sikap wirausaha dan mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja dan kehidupan.
Penelitian
Aditya
(2013)
tentang
“Analisis
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada
Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI
SMK
Negeri
4
Surabaya”
menunjukkan
bahwa
mayoritas siswa yang melaksanakan prakerin senang
karena bisa mendapatkan pengalaman yang tidak bisa
didapatkan di sekolah dan berkurangnya jam belajar
di sekolah. Implementasi prakerin masih kurang
karena siswa masih merasa baru untuk mengenal
dunia kerja dan masih harus belajar beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Penempatan siswa juga
35
belum
sesuai
antara
institusi
pasangan
dengan
keahliannya.
Penelitian Komang (2010) tentang “Efektivitas
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 3
Kelompok
Pariwisata
Kota
Malang”
menunjukkan
bahwa efektifitas pelaksanaan praktik kerja industri di
SMK Negeri 3 kelompok pariwisata kota Malang
sebagai berikut: a) perencanaan program prakerin di
SMK Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/
efektif, b) pelaksanaan program prakerin di SMK
Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/ efektif,
dan c) evaluasi program prakerin di SMK Negeri 3
Malang berada pada kategori baik/ efektif.
Berdasarkan
penelitian
beberapa
terdahulu
penelitian
memberikan
tersebut,
gambaran
dan
referensi tentang pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) yang sudah berjalan efektif atau belum
efektif. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penelitipeneliti terdahulu sebagian besar menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu
diharapkan
bisa
memberikan
referensi
untuk
mengembangkan penelitian ini.
2.6 Kerangka Pikir
Sekolah mempunyai tanggung jawab dalam
memenuhi
kebutuhan
siswa
dalam
hal
pengembangan kompetensi keahlian. Maka program
Prakerin
sungguh-
penting
sungguh
untuk
dengan
dilaksanakan
perencanaan
secara
yang
36
matang oleh pihak sekolah. Evaluasi manajemen
program
Prakerin
keberhasilan
bertujuan
program
secara
untuk
mengetahui
menyeluruh
perlu
dijalankan secara terencana.
Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,
penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen
program Prakerin menggunakan pendekatan model
evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada
analisis kritis variabel context, input, process, dan
product. Dengan demikian dapat diketahui capaian
tujuan baik dari proses dan hasil program Prakerin
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil
program. Stelah itu dapat dilihat prioritas- prioritas
apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen
program Prakerin ke depan,
baik
oleh panitia
Prakerin maupun kebijakan sekolah, serta institusi
pasangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kerangka pikir seperti tabel di bawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir CIPP
Evaluasi Program Prakerin
Perencanaan, proses dan hasil
Program Prakerin
Hasil evaluasi program Prakerin
CIPP
37
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Praktik Kerja Industri (Prakerin)
2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Hamalik (2001) menyatakan bahwa
praktik kerja
industri merupakan suatu tahap persiapan professional
dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi
secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi
seorang administrator yang kompeten dalam jangka
waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan
melaksanakan
tanggung
jawab
dalam
bidangnya. Dari pengertian tersebut
tersirat bahwa
prakerin
melatih
sangatlah
penting
dalam
siswa
mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata.
Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri.
Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa
serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat.
Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan
perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak
dunia
usaha/
dunia
indusri
(DU/DI),
agar
dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien.
Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan
10
oleh siswa di industri, baik berupa industri besar,
menengah maupun kecil atau industri rumah tangga.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) ini
proses atau langkah- langkah pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) harus tetap mengacu pada desain
pembelajaran
yang
telah
ditetapkan.
Selain
itu,
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dapat
berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi
keduanya.
Program Prakerin yang dilakukan di industri/
perusahaan menurut Dikmenjur (2008: 8) meliputi:
1) Praktik Dasar Kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian
di sekolah dan sebagian lainnya di industri, apabila
industri memiliki fasilitas pelatihan di industrinya.
Apabila industri tidak memiliki fasilitas pelatihan,
maka kegiatan praktikdasar kejuruan sepenuhnya
dilakukan di sekolah;
2) Praktik Keahlian Produktif, dilaksanakan di industri
dalam bentuk “on job training”, berbentuk kegiatan
mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di
industri/ perusahaan sesuai dengan program
keahliannya;
3) Pengaturan program harus disepakati pada awal
program oleh kedua belah pihak.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
program
Prakerin
perencanaan
yang
berhubungan
dengan
harus
matang,
dilaksanakan
karena
kesiapan
siswa,
dengan
tidak
tetapi
hanya
juga
berhubungan dengan instansi atau industri lain. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa peran dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI) dalam Prakerin sangat penting.
Lebih dari itu, kemitraan sekolah dengan DU/DI
menjadi
salah
satu
faktor
keberhasilan
Prakerin.
11
Kemitraan antara sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) menurut
Napitupulu, E.L (2008) perlu dibangun secara sinergi
sehingga lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi
dengan kebutuhan pasar dunia usaha/ dunia industri.
Djojonegoro
dalam
Anwar
(1997:7)
menegaskan,
kemitraan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri
bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan
keharusan.
Pendapat
lain
dari
Muliati
(2007:7)
menjelaskan untuk mendapat ketrampilan tidak cukup
peserta didik belajar di sekolah tetapi harus didapat
melalui on the job training yaitu belajar dari pekerja yang
sudah berpengalaman di industri. Oleh karena itu, sulit
diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada
diri peserta didik tanpa partisipasi industri.
Selanjutnya,
Wena
(1996:228)
mengungkapkan
bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) meliputi:
1) Perencanaan Praktik Kerja Industri
Perencanaan melibatkan beberapa pihak, yaitu
sekolah, siswa, orang tua, dan institusi pasangan
(Dunia Usaha/ Dunia Industri). Perencanaan Prakerin
meliputi: a) penentuan tujuan Praktik Kerja Industri
(Prakerin); b) Metode Praktik Kerja Industri (Prakerin);
c) Pendataan Siswa Peserta Praktik Kerja Industri; d)
Sosialisasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) kepada
orang tua dan guru; e) Materi praktik kerja industri
(Prakerin)
2) Pengorganisasian Praktik Kerja Industri
Pengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah
satu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang
ada di sekolah dan di institusi pasangan (Dunia
Usaha/ Dunia Industri). Pengorganisasian Praktik
12
Kerja Industri ini meliputi: a) Tenaga pengajar/
pembimbing dari pihak sekolah; b) Tenaga instruktur
dari pihak Dunia Usaha/ Industri; c) Penempatan
Siswa.
3) Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri
Penyelenggaraan Praktik Kerja Industri meliputi: a)
Model penyelenggaraan Praktik Kerja Industri; b)
Metode Pembelajaran; c) Standar Profesi
4) Pengawasan Praktik Kerja Industri
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak dapat
terlepas dari pengawasan pelaksanaan itu sendiri,
karena untuk menjamin mutu praktik kerja tersebut
diperlukan pelaksanaan pengawasan yang meliputi: a)
control keselamatan kerja; b) bimbingan dan
monitoring pihak sekolah; c) Penilaian hasil belajar
dan keahlian; d) sertifikasi; dan e) evaluasi.
Berdasarkan
disimpulkan
pernyataan
bahwa
di
pelaksanaan
atas
dapat
Praktik
Kerja
Industri (Prakerin) dapat berhasil apabila tahapantahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
2.1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Selanjutnya, Praktik Kerja Industri (Prakerin)
adalah bagian dari Pendidikan sistem Ganda (PSG)
sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan
secara
keahlian
sistematis
kejuruan
dan
yang
sinkron
memadukan
antara
program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di
dunia kerja. Dengan demikian para siswa SMK
dengan program Prakerin ini akan memiliki tingkat
professional yang sesuai dengan dunia kerja yang
dibutuhkan.
13
Menurut Juliyanti (2013:44), penyelenggaraan
Praktik
Kerja Industri (Prakerin) secara umum
bertujuan
Namun
untuk
secara
menjawab
rinci
tantangan
Prakerin
industri.
bertujuan:
1)
menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat
kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja; 2) meningkatkan
dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan
antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan
dunia
kerja;
3)
meningkatkan
efisiensi
proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
professional;
4)
memberi
pengakuan
dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa Prakerin
adalah program wajib yang harus diselenggarakan
oleh
sekolah,
khususnya
sekolah
menengah
kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib
diikuti oleh siswa/ warga belajar (Dikmenjur: 2008).
Dari pengertian Prakerin tersebut, penyelenggaraan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan membantu
siswa
untuk
memantapkan
hasil
belajar
yang
diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan
pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang
dipilihnya.
Depdiknas
pelaksanaan
(2003:
Praktik
2)
Kerja
menjelaskan
Industri
tujuan
(Prakerin)
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan
14
tujuan khusus. Secara umum Praktik Kerja Industri
(Prakerin) bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk
memperoleh
tamatan
yang
berkompeten;
2. Dapat memperkokoh link and match antara
sekolah dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas profesional;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang
berkualitas professional;
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan
terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari
proses pendidkan.
Berdasarkan
uraian
di
atas,
dapat
disimpulkan bahwa tujuan praktik kerja industri
(Prakerin) secara umum adalah untuk menghasilkan
tamatan yang berkompetensi, memperkokoh link and
match antara sekolah dengan pelatihan tenaga kerja,
meningkatkan
efisiensi
proses
pendidikan
dan
pelatihan tenaga kerja, dan memberikan pengakuan
serta
penghargaan
terhadap
pengalaman
kerja
melalui proses pendidikan.
Selain itu, tujuan khusus dari praktik kerja
industri (Prakerin) menurut Depdiknas (2003: 2-3)
adalah:
1. Menghasilkan tamatan yang siap kerja di
berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan
ketrampilan tertentu;
2. Untuk mendapatkan keterpaduan yang saling
mengisi antara pendidikan di sekolah dengan
dunia usaha/ industri;
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan pengetahuan dan teori;
15
4. Membentuk pribadi agar percaya diri
mandiri;
5. Memperkokoh masukan dan umpan balik
memperbaiki dan menyempurnakan
mengembangkan pendidikan di sekolah
dunia usaha/ dunia industri.
dan
guna
serta
dan
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
Prakerin secara khusus adalah untuk menghasilkan
tamatan
SMK
yang
siap
kerja,
mendapatkan
keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan
di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
mengembangkan kemampuan siswa, membentuk
kepribadian
masukan
siswa
bagi
yang
sekolah
mandiri,
dalam
memberikan
mengembangkan
pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan dan
pengetahuan.
2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik
Kerja Industri (Prakerin)
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
siswa diharapkan mampu menerapkan kompetensi
keahliannya
dalam
dunia
kerja
yang
nyata.
Depdikbud (1997:7) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) bagi
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
persiapan bagi siswa yang akan melaksanakan
praktik kerja industri (Prakerin) dan pelaksanaan
penilaian. Sedangkan menurut Indra Jati Sidhi
(2001: 67) dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin)
membutuhkan
perbaikan
konsep,
16
program
serta
pengarahan,
personalisasinya,
bimbingan
siswa
mulai
serta
dari
dukungan
terhadap proses maupun hasil kinerja praktik kerja
industri (Prakerin).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan
bahwa
banyak
faktor
yang
bisa
mempengaruhi keberhasilan atau keterlaksanaan
tujuan praktik kerja industri (Prakerin). Faktor dari
dalam (faktor internal) seperti intelegensi siswa,
perhatian
dari
siswa,
bakat
siswa,
motivasi,
kematangan dan kesiapan siswa. Sedangkan faktor
dari luar (faktor eksternal) seperti konsep praktik
kerja
industri
pelaksanaannya
(Prakerin),
mulai
dari
program,
serta
pengarahan
atau
pembekalan, bimbingan, serta dukungan terhadap
proses maupun hasil kinerja praktik kerja industri
(Prakerin).
2.1.4 Penilaian Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Depdikbud (1995), “Tercapai atau tidaknya
suatu tujuan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) sangat tergantung mulai dari pembekalan
dan pelaksanaan prakerin, peraturan prakerin, dan
penilaian dalam melaksanakan prakerin. Sesuai
dengan uraian di atas, dalam pelaksanaan praktik
kerja
industri
(Prakerin)
perlu
memperhatikan
pembekalan pelaksanaan, pengaturan tata tertib
pelaksanaan
dan
proses
penilaian
dalam
pelaksanaan. Pelaksanaan praktik kerja industri
17
(Prakerin) dalam rangka mencapai tujuan yang
dirancang bersama melibatkan beberapa unsur
yang terkait, seperti guru, siswa, instruktur atau
dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).
Berdasarkan
disimpulkan
uraian
bahwa
di
atas,
untuk
dapat
mengetahui
keterlaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)
pembekalan pelaksanaan, (2) pelaksanaan dan (3)
proses penilaian dalam praktik
kerja industri
(Prakerin).
1. Pembekalan
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin),
setiap
siswa
harus
diberikan
pembekalan yang baik. Melalui pembekalan, para
siswa akan mendapatkan pengarahan dari guru BK,
panitia
prakerin,
dan guru produktif masing-
masing program keahlian. Pembekalan sebelum
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) juga
bertujuan untuk menambah materi yang telah
diperoleh dari proses belajar mengajar atau materi –
materi yang sudah dilakukan di lapangan tetapi
belum
pernah
dilaksanakan
ketrampilan,
diperoleh
di
pada
institusi
maupun
cara-
kegiatan
baik
cara
yang
pengetahuan,
pemecahan
masalah melalui diskusi.
Tujuan pembekalan dalam prakerin adalah
agar para siswa mendapatkan pengetahuan materi
sesuai dengan kerangka acuan yang telah disusun.
18
Selain
itu,
siswa
pengarahan
diberikan
mengenaitata
masukan
tertib
yang
dan
harus
dipatuhi selama pelaksanaan.
2. Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
Praktik
terlaksana
kerja
sesuai
direncanakan
industri
(Prakerin)
dengan
apabila
apa
aturan
atau
dapat
yang
telah
tata
tertib
praktik kerja industri (Prakerin) dipatuhi oleh
siswa.
Siswa
merupakan
subjek
pelaksanaan
praktik kerja industri (Prakerin), sehingga perlu
adanya tugas dan tanggung jawab tertentu, selain
itu
siswa
harus
bersedia
untuk
mematuhi
peraturan internal dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
3.Proses Penilaian
Muharnas (2003) menyatakan bahwa penilaian
adalah salah satu tindakan menentukan nilai
sesuatu pengukuran terarah pada tindakan proses
untuk
menentukan
kuantitas
sesuatu
dengan
membandingkannya terhadap suatu standar atau
patokan tertentu. Penilaian merupakan ukuran
untuk menentukan kualitas atau nilai sesuatu
apakah telah terjadi perubahan perilaku yang lebih
baik.
Selanjutnya
menurut
Depdiknas
(2003),
penilaian dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) adalah proses memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan tentang penampilan
peserta didik di tempat praktik. Uraian di atas
menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal
19
penting dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Selanjutnya,
menurut
Nana
(1989:141),
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penilaian pembelajaran, yaitu:
1) Melaksanakan penilaian melalui instrumen
yang telah dipersiapkan terhadap sumber data
sesuai
dengan
program
yang
telah
direncanakan;
2) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian
baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi
pelaksanaan pengajaran maupun berrdasarkan
pengamatan dan monitoring penilaian;
3) Penilaian dilakukan dengan dua macam kriteria
mutlak dan kriteria relatif. Kriteria mutlak
adalah membandingkan hasil penilaian dengan
kriteria yang sudah pasti, sedangkan criteria
relatif membandingkan hasil penilaian antar
kelompok;
4) Menyusun laporan hasil penelitian termasuk
rekomendasi, impilkasi pemecaha masalah dan
tindakan korektif bagi penyempurnaan hasil
belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian terhadap siswa dalam
pelaksanaan
merupakan
praktik
kerja
evaluasi
industri
(Prakerin)
kemampuan
dan
kompetensinya setelah melakukan suatu tugas di
tempat praktik atau di dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
20
2.1.5 Pengelolaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Pengelolaan praktik kerja industri (Prakerin)
atau yang biasa disebut dengan magang (on job
training) dijabarkan Hamalik dalam Juliyanti (2013)
sebagai berikut:
(1) Praktik kerja industri merupakan bagian
integral dalam pendidikan professional yang
bertujuan mengembangkan keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang yang
sedang dipelajari;
(2) Para peserta yang melaksanakan kegiatan
sudah
menguasai
kompetensi
yang
berhubungan dengan mata pelajaran produktif
sesuai dengan materi yang diajarkan;
(3) Bentuk pelaksanaan adalah bekerja di
lingkungan kerja pada perusahaan, institusi
pasangan (DU/DI) sebagaimana yang dilakukan
oleh karyawan lain namun tetap bertindak
sebagai siswa praktik yang memerlukan
bimbingan dari pembimbingannya;
(4) Peserta bekerja dalam jangka waktu tertentu
terus menerus, tidak terganggu oleh kegiatan
pelatihan lainnya selama praktik kerja, lamanya
praktik kerja ditentukan berdasarkan jadwal
yang ditetapkan;
(5) Peserta praktik dibimbing oleh pembimbing di
dunia usaha/ dunia industri sesuai dengan
kompetensi keahliannya masing- masing dan
guru pembimbing sekolah;
(6) Tujuan
praktik
kerja
adalah
untuk
meningkatkan
kemampuan
melaksanakan
tanggung jawab dalam pekerjaan yang berarti
mampu melaksanakan peran dan kegiatankegiatan dalam pekerjaan tersebut, yang
ditentukan oleh terjadinya peningkatan kualitas
pengetahuan,
ketrampilan,
sikap
dan
pengalaman;
(7) Proses
pembelajaran
mengikuti
siklus
berkelanjutan;
21
(8) Antara instruktur dunia usaha/ dunia industri
dengan pihak lembaga pendidikan senantiasa
berkoordinasi dan ada keterpaduan dalam
menentukan kebijakan, kegiatan dan tindakan
lainnya, sehingga terjadi kesepakatan dan satu
arah dalam pemberian bimbingan kepada
peserta praktik kerja industri tersebut.
Koordinasi
dan
keterpaduan
ini
juga
mengikutsertakan wakil- wakil dari peserta
praktik.
Dari uraian di atas, pengelolaan praktik kerja
industri (Prakerin) memerlukan perencanaan yang
matang dan melibatkan beberapa aspek penting
dalam praktik kerja industri (Prakerin).Praktik kerja
industri (Prakerin) juga melatih ketrampilan (skill)
siswa yang merupakan tujuan pokok kegiatan
pembelajaran praktik.Sehingga dalam praktik kerja
industri (Prakerin), siswa dituntut untuk bisa
bekerja tidak hanya belajar mencari pengalaman.
Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam
pengelolaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) oleh Dikmenjur (1996), meliputi tahapan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Pembekalan: pembekalan dilakukan oleh pihak
internal (kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
ketua program keahlian, wali kelas, guru) dan
pihak eksternal (dunia usaha/ dunia industri)
yaitu mengenai sikap, mental, dan kompetensi
pada masing- masing keahlian;
(2) Pelepasan: pelapasan dilaksanakan oleh Kepala
Dinas Pendidikan atau yang mewakili;
(3) Penyerahan: pelaksanaan penyerahan oleh
petugas dari sekolah ke tempat dimana siswa
peserta praktik kerja industri (Prakerin)
ditempatkan sesuai dengan program keahlian
22
masing- masing dengan dibekali buku dan
jurnal sebagai sarana untuk mencatat semua
kegiatan di lapangan;
(4) Monitoring:
monitoring
bertujuan
untuk
mengevaluasi
perkembangan
dalam
melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi,
mencari solusi atas hambatan- hambatan serta
masalah yang dialami siswa;
(5) Evaluasi kegiatan: penilaian praktik kerja
industri dilakukan dengan cara penilaian
langsung dalam proses kerja, tes praktik di
akhir kegiatan, dan uji kompetensi yang
memenuhi syarat. Penilaian siswa dilakukan
bersama antara sekolah dengan dunia usaha/
dunia industri, dimana nilai praktik diperoleh
dari akumulasi seluruh kegiatan, sedangkan uji
kompetensi merupakan bukti bahwa siswa
tersebut telah memiliki kemampuan dan
ketrampilan.
Dari
uraian
di
atas,
tahapan
dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) harus
dilaksanakan secara runtut sesuai dengan urutan,
sehingga
pelaksanaan
praktik
kerja
industri
(Prakerin) berjalan lancar.
Manfaat praktik kerja industri (Prakerin) bagi
peserta didik menurut Hamalik (2003:98) dapat
dibagi menjadi lima , yaitu sebagai berikut:
(1) Para peserta dapat mengembangkan pandangan
secara
menyeluruh
tentang
pendidikan
professional, memahami lebih mendalam,
memahami lebih mendalam perbedaan yang
ada antara teori dan praktik;
(2) Peserta memperoleh pengalaman nyata dalam
melakukan tanggung jawab, dimana mereka
memperoleh pengalaman langsung sebagai
tenaga semi atau professional;
23
(3) Peserta dapat memetik pelajarandari hal- hal
yang terjadi dan dialami oleh pimpinan dan
tenaga pelaksana lapangan yang dapat
diperoleh dari berbagai sumber;
(4) Memberikan kesempatan pada peserta untuk
menguji kemampuan sendiri;
(5) Peserta memperoleh kode etik professional
melalui pengalaman langsung dalam kegiatankegiatan praktik kerja.
Dapat dijelaskan bahwa manfaat praktik kerja
industri (Prakerin), siswa memperoleh pengalaman
yang bisa meningkatkan kompetensi professional,
ketrampilan sosial dan tanggung jawab pribadi. Pada
akhirnya, melalui praktik kerja industri (Prakerin),
siswa
memperoleh
pengalaman
yang
akan
membentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini
akan
berpengaruh
pada
pengembangan
dan
peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa setelah
melakukan proses belajar di tempat kerja (dunia
usaha/ dunia industri).
2.2 Pengembangan Kompetensi Lulusan
SMK
Hubungan
dimensi
pendidikan
kejuruan
dijelaskan
dari
kejuruan.
Di
secara
kerangka
samping
itu,
ekonomi
langsung
hasil
hasil
dengan
dapat
pendidikan
pendidikan
kejuruan seharusnya memiliki peluang kerja lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan
24
isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan
perkembangan
tugas-tugas
masyarakat,baik
pekerjaan
menyangkut
maupun
pengembangan
karir peserta didik.
Pendidikan
dengan
kejuruan
perkembangan
berkembang
tuntutan
sesuai
masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi,
perilaku
pembagian peran
yang
berkaitan
atau
tugas,
dengan
dan
pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial
yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya,
budaya
yaitu
sekaligus
sebagai
media
media
pelestarian
terjadinya
perubahan
sosial. Kebijakan ini menuntut kedua belah pihak
yaitu
sekolah
dan
industri
secara
bersama
menyusun konsep. Hal ini dimaksudkan agar ada
kesesuaian
antara
Kesesuaian
yang
sekolah
dan
dimaksud
industri.
adalah
agar
kompetensi yang didapat oleh siswa disekolah
merupakan kompetensi
yang
dibutuhkan
di
dunia industri. Industri juga harus berperan aktif
dalam menyampaikan kemajuan teknologi ke
pihak sekolah agar terjadi sinkronisasi antara
dunia
industri
dengan
dunia
pendidikan.
Kebijakan pendidikan sistem ganda yang dalam
Suartika (2013), dioperasionalkan dalam bentuk
pelaksanaan
(Prakerin).
Program
Penerapan
Praktik
kebijakan
Kerja
Industri
praktek
kerja
25
industri
tersebut
menggambarkan
perubahan
mendasar dari model penyelenggaraan pendidikan
sebelumnya
yaitu
system)
ke
sistem
sekolah
arah
(dualresponsibility),
(schooling
sistem
dimana
ganda
perusahaan
atau
institusi kerja lainnya menjadi institusi pasangan
dari
SMK.
Dalam
pasangan
pelaksanaannya
merupakan
terpisahkan
dari
bagian
sistem
institusi
yang
tidak
penyelenggaraan
pendidikan kejuruan.
Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan upaya sekolah agar mampu memberikan
layanan pendidikan secara optimal dalam memenuhi
dinamisasi
Upaya
kebutuhan
untuk
pendidikan
mencapai
masyarakat.
kualitas
lulusan
pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan
dunia
kerja
kurikulum
dengan
tersebut,
yang
prinsip
stakeholders.
perlu
dirancang
dan
kesesuaian
Kurikulum
didasari
dengan
dikembangkan
dengan
pendidikan
kebutuhan
kejuruan
secara spesifik memiliki karakter yang mengarah
kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi
dalam
kelompok
kurikulum
Normatif,
SMK
Adaptif
yang
meliputi
dan
kelompok
Produktif.
Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan)
memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah
26
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengembangkan
kreativitas belajar pada wahana pendidikan yang
lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan
harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha/ Dunia
Industri ini sebagai wahana pelatihan yang paling
efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap
profesional
para
lulusan.
Pengembangan
kompetensi keahlian lulusan SMK harus menjadi
prioritas bagi sekolah untuk dikelola.Karena masih
banyaknya lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai
dengan keahliannya.
2.3 Evaluasi CIPP dalam Prakerin
Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam
implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda
satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud
dan tujuan dari evalusi tersebut dilaksanakan.
Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara
khusus dalam konteks penelitian ini, penulis
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan
oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
kontek,
input,
proses,
dan
produk.
Masing-
masing komponen perlu penilaian sendiri.
Model
CIPP
berorientasi
pada
suatu
keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu
mengevaluasi
pelaksanaan
prakerin
meliputi
Context, Input, Process, Product.
27
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui
apakah program yang disusun sudah sesuai
dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks
ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks
program yang dilaksanakan, mengidentifikasi
kebutuhan semua individu yang terlibat dalam
program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari
kebutuhan dan mendesain tujuan program.
Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan
dengan
menggunakan
wawancara,
analisis
diagnostik.
Keputusan
metode
dokumen
penting
survey,
dan
yang
tes
dapat
diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks
adalah tujuan program yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan individu, memecahkan
masalah
diinginkan
dan
bentuk
(Sugiyo,
2011).
perubahan
Dalam
yang
hal
ini,
evaluasi konteks sebagai hasil upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan serta
tujuan proyek. Dalam pelaksanaan program
prakerin, hal pertama yang harus dilakukan
adalah
menentukan
tujuan
dari
penyelenggaraan program tersebut.
b. Evaluasi Input (Input Evaluation)
Evaluasi
input
mempertimbangkan
dilaksanakan
atau
untuk
mengidentifikasi
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu,
28
evaluasi
input
juga
mengidentifikasi
kemampuan
digunakan
untuk
mencari
tahu
dan
atau
daya
dukung
sistem,
alternatif strategi program, desain prosedur
implementasi
program,
pengelolaan
anggaran dan penjadwalan program praktik
kerja industri (Prakerin). Metode evaluasi
input
diantaranya
menganalisi
menginventarisir
sumber
daya
manusia
dan
dan
material, studi literatur, studi banding, dan
tim
advokat.
Evaluasi
menghasilkan
keputusan
input
yang
dapat
berkaitan
dengan pemilihan sumber daya pendukung,
strategi
pemecahan
prosedur
informasi
dan
masalah,
memberikan
implementasi
desain
landasan
program
(Sugiyo,
2011). Sumber daya manusia pada program
prakerin
di
SMK
Negeri
1
Sayung
pada
umumnya sama dengan SMK Negeri lainnya
yaitu
adanya
panitia
prakerin,
Ketua
Kompetensi Keahlian, guru produktif masingmasing jurusan, dan guru normatif adaptif
yang terlibat. Siswa yang dipersiapkan untuk
prakerin serta institusi pasangan (DU/DI) juga
salah
satu
komponen
penting
dalam
penyelenggaraan prakerin di SMK Negeri 1
Sayung.
Setiap
jurusan
mempunyai
unit
produksi, sehingga bisa saja institusi pasangan
yaitu di sekolah kita sendiri.
29
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui
apakah proses dal pelaksanaan program sudah
sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam
evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu
mengidentifikasi
atau
memprediksi
proses-
proses yang menghambat desain prosedur atau
implementasinya,
keterlaksanaan
merekam
prosedur
dan
menilai
kegiatan
dan
menyediakan bahan- bahan informasi untuk
penyusunan program di masa depan. Metode
yang dapat digunakan untuk evaluasi program
diantaranya
memantau
penghambat
potensi-
pelaksanaan
yang
potensi
prosedur,
mengantisipasi
situasi
tidak
terduga,
pendiskripsian
proses implementasi program
dan observasi. Keputusan yang dapat diambil
dari evaluasi proses diantaranyaperbaikan atau
revisi dan implementasi desain program serta
prosedur,
catatan
lapangan
implementasi
program guna menginterpretasi keberhasilan
program (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, selama
proses
pelaksanaan
program
praktik
kerja
industri (Prakerin) dipantau pelaksanaaannya.
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk atau hasil diselenggarakan
untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai
dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan
30
yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian
mengenai
hasil
yang
dicapai
dan
membandingkannya dengan tujuan; informasi
tentang konteks, input, proses; menginterpretasi
nilai unggul dari program. Metode yang dapat
digunakan dalam evaluasi produk diantaranya:
pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai,
pengumpulan
stakeholder
kualitatif.
diambil
penilaian
dan
analisis
Berbagai
dari
hasil
program
kuantitatif
keputusan
evaluasi
yang
produk
dari
serta
dapat
diantaranya
melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau
melakukan pemfokusan ulang desain program
(Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, Program praktik
kerja industri (Prakerin) merupakan program
tahunan yang harus ada, sehingga perlu adanya
perbaikan atau evaluasi hasil dari pelaksanaan
program praktik kerja industri (Prakerin).
Tabel 2.1
Tabel CIPP untuk mengevaluasi praktek kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
Context
1.Visi dan
Misi
sekolah
2. Definisi
konteks
Prakerin
3.Tujuan
program
prakerin
Input
Process
Product
1.Strategi
pelaksanaan
program
Prakerin
2. Prosedur
penempatan
siswa
3.Penjadwala
n program
1.Identifikasi
proses
pelaksanaan
prakerin
2.
Keterlaksanaa
n program
prakerin
3. Informasi
1.Penilaian
hasil
capaian
dengan
tujuan
program
prakerin
2.Interpreta
si
31
4.Identifika
si
kebutuhan
kompetensi
sekolah
dan
kompetensi
pasar
5. Peserta
program
prakerin
Prakerin
4.Pengelolaa
n anggaran
perbaikan
program
prakerin
keunggulan
dan
kelemahan
program
prakerin
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian
A.
Muliati
A.M
(2007)
tentang
“Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance
Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda
pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)”
menunjukkan bahwa : (1) Masukan (antecedents)
menunjukkan
bahwa
berdasarkan
sub
evaluasi
masukan, terdapat 6 aspek dari 12 sub aspek yang
dievaluasi,
terdiri
dari:
rekruitmen
calon
siswa,
persyaratan administrasi guru, kurikulum, kalender
pendidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
(2) Proses (transactions) menunjukkan bahwa ada
tujuh aspek yang dievaluasi yaitu penguasaan guru
dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran,
penugasan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
mencakup penguasaan guru dalam penyajian materi
berdasarkan kompetensi. Aspek yang ketiga yaitu
interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran
mencakup
memberikan
perhatian
kepada
semua
32
siswa, pemberian umpan balik dan intensitas umpan
balik yang harus ditingkatkan. Aspek ke empat yaitu
pengelolaan praktik kerja siswa. Aspek ke lima yaitu
identitas industri (institusi pasangan). Aspek ke enam
yaitu kompetensi instruktur serta aspek yang terakhir
yaitu proses praktik kerja siswa di industri. (3) Hasil
(outcomes) menunjukkan bahwa dari hasil studi
dokumen ujian nasional tahun 2005/2006 sudah
mencapai criteria atau standar objektif yang telah
ditetapkan. Yang kedua, hasil analisis dokumen ujian
nasional komponen produktif dengan pendekatan
project work untuk siswa kelas III sudah memenuhi
standar objektif.
Penelitian
Suartika
(2013)
tentang
“Studi
Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri
(Prakerin) dalam Kaitannya dengan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK Negeri 1 Susut” menunjukkan bahwa
hasil
penelitian
berdasarkan
analisis
T-Skor
menghasilkan variabel konteks kategori negatif (-),
variabel input kategori negatif (-), variabel proses
kategori negatif (-) dan variabel produk kategori negatif
(-).
Artinya,
pelaksanaan
program
praktik
kerja
industri di SMK Negeri 1 Susut ditinjau dari keempat
variabel menunjukkan negatif (-). Dengan demikian
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data
masing-
masing
variabel
menunjukkan
bahwa
pelaksanaan program praktik kerja industri dalam
kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda di SMK
33
Negeri 1 Susut ditinjau dari variabel konteks, input,
proses dan produk sangat tidak efektif.
Penelitian Arfandi(2009) tentang “Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian
Teknik Bangunan di Kota Makasar” menunjukkan
bahwa
(1)
komponen
masukan,
hasil
evaluasi
menunjukkan siswa SMK program keahlian Teknik
Bangunan siap melakukan praktik kerja industri.Hal
ini
didukung
maksud,
oleh
tujuan,
pelaksanaan
pengetahuan
manfaat,
siswa
dan
prakerin.Hasil
mengenai
harapan
evaluasi
dari
juga
menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK)
yang
menyelenggarakan
program
keahlian
Teknik Bangunan sangat siap melakukan praktik
kerja
industri.Hal
pengetahuan
maksud,
sekolah
tujuan,
pelaksanaan
ini
didukung
yang
manfaat,
prakerin
dan
oleh
sangat
dan
telah
tingkat
mengetahui
harapan
dari
berpengalaman
menyelenggarakan prakerin selama 12 tahun.Hasil
evaluasi juga menunjukkan bahwa industri pasangan
prakerin siap melakukan praktik kerja industri.(2)
Komponen Proses menunjukkan bahwa aktivitas siswa
melaksanakan praktik kerja industri memuaskan.(3)
Komponen Hasil menunjukkan bahwa perolehan nilai
akhir
siswa
pada
praktik
kerja
industri
sangat
memuaskan dengan tingkat kelulusan 100%.
Penelitian Susanti (2012) tentang “Evaluasi dan
Desain
Hipotetik
Program
Praktik
Kerja
Industri
(Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”
34
menunjukkan bahwa pelaksanaan prakerin belum
sepenuhnya
berjalan
dengan
baik.
Tempat
pelaksanaan prakerin siswa kurang sesuai dengan
bidang keahlian yang dipelajari. Berdasarkan analisis
data dan hasil wawancara, diperlukan desain hipotetik
program prakerin SMK Negeri 2 Padang Panjang.
Penelitian Anramus (2012) tentang “Kontribusi
Praktik Kerja Industri dan Motivasi Belajar Terhadap
Sikap Wirausaha” menunjukkan bahwa hasil praktik
kerja
industri
dan
motivasi
siswa
mempunyai
kontribusi yang tinggi terhadap sikap wirausaha
siswa.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan kualitas lulusan SMK, sekolah harus
menempatkan siswa pada industri yang tepat dan
relevan.Selain itu, memberikan pemahaman terhadap
siswa agar memacu motivasi siswa untuk memiliki
sikap wirausaha dan mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja dan kehidupan.
Penelitian
Aditya
(2013)
tentang
“Analisis
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada
Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI
SMK
Negeri
4
Surabaya”
menunjukkan
bahwa
mayoritas siswa yang melaksanakan prakerin senang
karena bisa mendapatkan pengalaman yang tidak bisa
didapatkan di sekolah dan berkurangnya jam belajar
di sekolah. Implementasi prakerin masih kurang
karena siswa masih merasa baru untuk mengenal
dunia kerja dan masih harus belajar beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Penempatan siswa juga
35
belum
sesuai
antara
institusi
pasangan
dengan
keahliannya.
Penelitian Komang (2010) tentang “Efektivitas
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 3
Kelompok
Pariwisata
Kota
Malang”
menunjukkan
bahwa efektifitas pelaksanaan praktik kerja industri di
SMK Negeri 3 kelompok pariwisata kota Malang
sebagai berikut: a) perencanaan program prakerin di
SMK Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/
efektif, b) pelaksanaan program prakerin di SMK
Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/ efektif,
dan c) evaluasi program prakerin di SMK Negeri 3
Malang berada pada kategori baik/ efektif.
Berdasarkan
penelitian
beberapa
terdahulu
penelitian
memberikan
tersebut,
gambaran
dan
referensi tentang pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) yang sudah berjalan efektif atau belum
efektif. Jenis penelitian yang dilakukan oleh penelitipeneliti terdahulu sebagian besar menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu
diharapkan
bisa
memberikan
referensi
untuk
mengembangkan penelitian ini.
2.6 Kerangka Pikir
Sekolah mempunyai tanggung jawab dalam
memenuhi
kebutuhan
siswa
dalam
hal
pengembangan kompetensi keahlian. Maka program
Prakerin
sungguh-
penting
sungguh
untuk
dengan
dilaksanakan
perencanaan
secara
yang
36
matang oleh pihak sekolah. Evaluasi manajemen
program
Prakerin
keberhasilan
bertujuan
program
secara
untuk
mengetahui
menyeluruh
perlu
dijalankan secara terencana.
Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,
penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen
program Prakerin menggunakan pendekatan model
evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada
analisis kritis variabel context, input, process, dan
product. Dengan demikian dapat diketahui capaian
tujuan baik dari proses dan hasil program Prakerin
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil
program. Stelah itu dapat dilihat prioritas- prioritas
apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen
program Prakerin ke depan,
baik
oleh panitia
Prakerin maupun kebijakan sekolah, serta institusi
pasangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kerangka pikir seperti tabel di bawah ini:
Gambar 2.1
Kerangka Pikir CIPP
Evaluasi Program Prakerin
Perencanaan, proses dan hasil
Program Prakerin
Hasil evaluasi program Prakerin
CIPP
37