COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) ISLAMI PADA SEORANG GADIS YANG MENDERITA INSOMNIA DI DRIYOREJO GRESIK.

ABSTRAK

Devi Dwi Hariyaningrum (B73213083), Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami pada Seorang Gadis yang
Menderita Insomnia di Driyorejo
Gresik
Fokus penelitian adalah tentang (1). Bagaimana proses menggunakan Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di
Driyorejo Gesik? (2). Bagaimana hasil menggunakan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo Gresik?
Dalam permasalahan tersebut , peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif,
jenis penelitian studi kasus dengan analisis deskriptif komparatif, yang mana
penulis membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Islami dengan menggunakan teknik menghentikan
pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif. Kedua menggunakan
teknik penugasan rumah. Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah
insomnia. Bagaimana seorang gadis bisa menderita insomnia. Penyebab-penebab
dari insomnia tersebut adalah pemikiran yang dapat menimbulkan kecemasan
sehingga gadis tersebut mengalami insomnia.
Hasil dari dari proses Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dinyatakan
berhasil karena terdapat perubahan yang terjadi pada konseli. Dengan

membandingkan sebelum dan sesudah proses Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami bahwa gejala-gejala yang dialami dulu, sekarang sudah ada perubahan.
Kata Kunci: Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami, dan Insomnia

vii

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................. ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI................................................................ iii
MOTTO........................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN........................................................................................ v
PERNYATAAN OTENTITAS SKRIPSI................................................. vi
ABSTRAK.................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR TABEL........................................................................................xiii

BAGIAN INTI
BAB I : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Latar Belakang Masalah........................................................ 1
Rumusan Masalah................................................................. 7
Tujuan Penelitian.................................................................. 8
Manfaat Penelitian................................................................ 8
Definisi Konsep.................................................................... 9
Metode Penelitian................................................................. 14
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................... 14
2. Sasaran dan Lokasi Penelitian....................................... 15
3. Tahap-Tahap Penelitian................................................. 15
4. Jenis dan Sumber Data................................................... 16
5. Teknik Pengumpulan Data............................................. 17

6. Teknik Analisis Data...................................................... 19
7. Teknik Keabsahan Data.................................................. 20
G. Sistematika Pembahasan........................................................ 21
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik...................................................................... 23

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xi

1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami
a. Pengertian Cognitive Behavior Therapy................. 23
b. Sejarah Perkembangan Psikoterapi dengan Cognitive
Behavior Therapy..................................................... 24
c. Konsep Dasar Cognitive Behavior Therapy............ 26
d. Tujuan Cognitive Behavior Therapy........................ 28
e. Teknik Cognitive Behavior Therapy........................ 28
f. Prinsip-Prinsip Cognitive Behavior Therapy........... 30

g. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami.............. 34
2. Dewasa Awal.................................................................. 36
a. Makna Masa Dewasa Dini (Dewasa Awal) ............ 36
b. Karakteristik Perkembangan Orang Dewasa.......... 37
1) Perkembangan Psikologi Masa Dewasa Dini... 37
2) Perkembangan Kognitif Masa Dewasa Dini.... 38
3) Perkembangan Fisik Masa Dewasa Dini.......... 43
4) Perkembangan Psikososial Masa Dewasa
Dini................................................................... 46
3. Insomnia.......................................................................... 48
a. Pengertian Insomnia.................................................. 48
b. Penyebab Insomnia................................................... 50
c. Gejala-Gejala Insomnia............................................ 53
d. Dampak Insomnia..................................................... 57
e. Tipe Insomnia............................................................58
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan....................................... 59
BAB III: PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian....................................... 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian......................................................75
BAB IV: ANALISIS DATA

A. Analisis Data Proses Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami
pada Seorang Gadis Penderita Insomnia di Driyorejo
Gresik..................................................................................... 88
B. Analisis Hasil Akhir Menggunakan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) Islami pada Seorang Gadis Penderita Insomnia di Driyorejo
Gresik..................................................................................... 91

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xii

BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................ 93
B. Saran ..................................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa dewasa adalah masa pencarian kemantapan dan masa
reproduktif, yaitu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup
yang baru. Secara etimologis, istilah dewasa berkaitan erat dengan istilah
“adult” yang berasal dari kata kerja bahasa latin, seperti halnya istilah
“adolesene-adolescere” yang berarti “tumbuh menjadi kedewasaan”.
Dalam konteks lain, “adult” berasal dari kata kerja adultus dapat
diartikan “ telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna
atau telah menjadi dewasa”. Oleh karena itu, orang dewasa adalah
individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan sebelumnya dan siap
menerima kedudukan dalam masyarakat bersama orang dewasa lainnya1.
Pertumbuhan sebelumnya yang dimaksudkan adalah pertumbuhan
sebelum menuju ke masa dewasa.
Masa dewasa disini menurut Hurlock dibagi dalam tiga kelompok
yaitu pertama, masa dewasa dini secara usia dimulai umur 18 tahun
sampai sekitar40 tahun. Kedua, masa dewasa madya dimulai umur 40
tahun sampai sekitar 60 tahun. Ketiga, masa dewasa lanjut dimulai umur


1

Rosleney Mariani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),

hlm.182

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

60 tahun sampai kematian2. Erickson mengatakan bahwa seseorang yang
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan
hangat dekat dan komunikatif dengan atau idak melibatkan kontak
seksual. Apabila gagal dalam bentuk keintiman, ia akan mengalami
isolasi (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri
karena berbeda dari orang lain)


3

. menurut para ahli psikologi

perkembangan, Santrock, orang dewasa muda termasuk masa transisi,
baik transisi secara fisik, transisi secara intelektual, serta transisi peran
sosial. Agoes Soejanto memandang masa adolescence, sebagai masa
peralihan dari masa remaja atau masa pemuda ke masa dewasa4. Dari tiga
pengertian dewasa awal dapat disimpulkan bahwa dewasa awal
merupakan masa dimana fisik dan tertentu mengalami perubahan yang
bersamaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapanharapan terhadap perubahan yang muncul pada dirinya.
Hurlock mengkategorikan masa dewasa dini pada dua bagian,
yaitu masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pribadi dan sosial
serta masa dewasa dini dalam konteks penyesuaian pekerjaan dan
keluarga. Masa dewasa dini atau masa dewasa awal merupakan masa
yang penuh konflik. Orang dewasa awal diharapkan dapat memainkan
peranan baru, seperti peran suami istri, orang tua, pencari nafkah, dan

2


Elizabeth B. Hurlock, Psikologi perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Hidup,
(Jakarta: Erlangga, 1980), hlm.246
3
Monks, Knoers & Haditiono, Psikologi Perembangan pengantar dalam Berbagai
Bagaiannya, (Yogyakara: Gadjah Mada University Press, 2006), hlm. 135
4
Rosleney Mariani, Psikologi Perkembangan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2015),
hlm. 183

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

mengembangkan sikap baru, keinginan baru, dan nilai-nilai baru, sesuatu
dengan tugas barunya5. Selain itu, masa dewasa awal mulai membentuk
kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak
masa remaja atau masa sebelumnya. Havighurst mengemukakan tugastugas pada masa dewasa awal, diantaranya mencari dan menemukan
calon pasangan hidup, membina kehidupan rumah tangga, meniti karier
dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab6. Menurut Hurlock dan

Havighurs tugas atau tanggung jawab pada masa dewasa awal ini
sangatlah banyak. Maka dari itu perlulah persiapan saat memasuki masa
dewasa awal ini.
Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah.
Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan
peran barunya. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi
dirinya dan tidak dapat menyesuaikan dengan babak atau peran baru ini.
Kedua, karena kurang persiapan, maka ia kaget dengan dua peran atau
lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia tidak
memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan
masalah 7 . Jadi apabila tugas-tugas pada masa dewasa awal ini tidak
terselesaikan dengan
5

baik maka bisa menimbulkan rasa yang tidak

Rosleney Mariani Perkembangan, (Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015),

hlm.189

6
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2003), hlm.105
7
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 247

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

tenang seperti stres atau kecemasan. Ada kegelisahan yang dalam,
biasanya memikirkan suatu permasalahan yang dihadapi.
Stres atau kecemasan merupakan faktor penyebab insomnia.
Insomnia muncul sewaktu-waktu pada saat stres. Insomnia adalah
gangguan kesulitan untuk tidur8. insomnia memberi sedikit atau banyak
dampak pada kualitas hidup, produktivitas, dan keselamatan9. Individuindividu dengan beragam gangguan perkembangan juga memiliki resiko
yang lebih tinggi mengalami gangguan tidur. Jadi, pada masa dewasa
awal ketika hubungan orang tua-anaknya kurang baik dan banyak
tuntutan orang tua pada masa dewasa awal bisa menjadikan kecemasan
yang juga memiliki resiko mengalami gangguan tidur. Ternyata
penyebab dari gangguan tidur adalah berbagai macam penyakit, obatobatan, kafein, stres, kecemasan, depresi, kurang beraktivitas, dan
kebiasaan tidur buruk 10 . Kecemasaan merupakan faktor penyebab dari
gangguan tidur, pikiran-pikiran yang selalu menimbulkan kecemasan
bahkan bisa stres.
Sebagaimana salah satu fenomena yang ada, pada kasus yang
saya temukan di Daerah Driyorejo Gresik ada seorang gadis yang berusia
26 tahun yang bernama Wika. Wika mengalami masalah dalam hidupnya
yang mana gadis tersebut mengalami gangguan tidur atau insomnia.
Setiap malam Wika selalu berusaha untuk bisa tidur lebih awal tetapi
8

Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Penerbir Erlangga, 2003), hlm. 61
Rafknowledge, Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2004), hlm.60
10
Gerald C. Davison, Dkk, Psikologi Abnormal, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2006),
hlm.775
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

yang terjadi semakin tidak bisa tidur sampai pagi tiba. Kenyataannya
yang terjadi ia selalu berusaha untuk tidur tetapi tidak bisa untuk
memejamkan mata.
Kesulitan tidur ini disebabkan karena kecemasan yang selalu
timbul. Kecemasan tersebut timbul pada saat mengerjakan skripsi. Pada
saat kuliah Wika mengambil jurusan teknik informatika. Wika kuliah di
Daerah Jogjakarta, Wika tinggal bersama teman-temannya karena jauh
dari rumah orang tua. Setiap malam selalu mengerjakan skripsinya,
ketika skrpsinya belum selesai maka Wika tidak akan bisa tidur dengan
lelap. Kecemasan yang muncul sebelum tidur karena skripsinya belum
selesai.

Sehingga

Wika

tidak

jadi

untuk

tidur

dan

kembali

menyelesaikannya bahkan sampai pagi. Pengerjaan skripsi tidaklah
singkat, butuh waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannya. Setiap
hari selalu mengerjakan skripsi sampai pagi, bahkan pernah dua hari
tidak tidur. Kejadian seperti ini menyebabkan kebiasaan terus menerus
meskipun skripsinya sudah usai. Saat selesai kuliah Wika kembali
tinggal bersama orang tuanya di daerah Gresik. Meskipun Wika sudah
tidak kuliah, sudah tidak mengerjakan skripsi kebiasaan untuk tidak bisa
tidur pada malam hari terbawa pada saat Wika sudah tinggal dirumah.
Kebiasaan tersebut memberikan dampak yang buruk bagi kehidupannya
sehari-hari.
Wika tidak pernah keluar rumah karena jadwal tidurnya terbalik
akibat tidak bisa tidur, ketika di rumah setiap pagi ibunya juga selalu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

membangunkannya tetapi Wika tetap tidur sampai siang. Dampak lain
yang ditimbulkan akibat insomnia ini yaitu raut wajah yang tidak segar,
kurangnya bergaul dengan lingkungan sekitar karena waktunya hanya di
habiskan untuk tidur kalau pagi sampai siang hari, kurang informasiinformasi terkini karena Wika hanya menghabiskan waktunya dirumah.
Semenjak lulus dari kuliah Wika sudah melamar pekerjaan kemana-mana
tetapi saat interview selalu saja gugur sehingga sampai saat ini Wika
selalu berada di rumah mengisi hari-harinya dengan menonton drama,
membaca buku dan selalu di kamar.
Sebenarnya pada saat baru lulus kuliah Wika mendapatkan
pekerjaan tetapi dengan lokasi yang berada di Jawa Barat sehingga orang
tua tidak menyetujui kalau ia jauh lagi dari orang tua. Akhirnya Wika
mencoba untuk melamar pekerjaan di daerah-daerah yang bisa dijangkau
untuk pulang ke rumah tetapi tidak pernah ada panggilan untuk bekerja
sampai saat ini. Selain keinginan orang tua agar anaknya segera bekerja.
Orang tuanya juga menginginkan anaknya agar segera menikah, tetapi
kenyataanya pada usia saat ini Wika tidak memiliki teman dekat sama
sekali sehingga menyebabkan kecemasan-kecemasan yang timbul setiap
harinya memikirkan masalah keinginan orang tua. Ia sudah berusaha
untuk menghilangkan apa yang dipikirkan dengan mencoba tidur dengan
cepat, yang dilakukan Wika adalah membaca buku tetapi dengan
membaca buku malah membuatnya tidak bisa tidur sampai bukunya
habis.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Melihat permasalahan gangguan tidur yang muncul semenjak
skripsi kemudian ditambah dengan tuntutan orang tua sehingga
munculah beban pikiran yang mengakibatkan kecemasan

yang

mengakibatkan kesusahan untuk tidur. Oleh karena itu peneliti akan
menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami untuk
mengurangi kecemasan dan membantu untuk tidur lebih baik. Dengan
cara agar Wika dapat berpikir dengan baik bahwa Allah selalu
memudahkan jalan kita disetiap kita merasa kesusahan di samping itu
agar bisa merubah perilaku sehari-hari sehingga kecemasan yang muncul
bisa hilang dan tidur dengan baik. Setelah melihat fenomena diatas
sehingga penulis melakukan penelitian dan terpilihlah judul “Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Islami pada

Seorang Gadis yang

Menderita Insomnia di Driyorejo Gresik”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana proses menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo
Gesik?
2. Bagaimana hasil menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo
Gresik?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

C. Tujuan Penelitain
Adanya penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui bagaimana proses menggunakan Cognitive Behavior
Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia
di Driyorejo Gresik.
2. Mengetahui hasil dari gadis tersebut setelah melakukan proses
menggunakan Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami pada
seorang gadis yang menderita insomnia di Driyorejo Gresik.

D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini, peneliti berharap akan munculnya
dari hasil penelitian ini secara teoritis dan praktis bagi para pembacanya,
antara lain sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah keilmuan bagi peneliti yang lain dalam hal Cognitive
Behavior Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang
menderita insomnia.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi jurusan Bimbingan
Konseling Islam khususnya bagi mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai sumber informasi dan juga sebagai referensi untuk
menangani khasus yang sama.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

E. Definisi Konsep
1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami
Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan salah satu
pendekatan psikoterapi yang paling banyak diterapkan dan telah
terbukti efektif dalam mengatasi berbagai gangguan, termasuk
kecemasan. Asumsi yang mendasari Cognitive Behavior Therapy
(CBT), terutama untuk kasus kecemasan yaitu bahwa gangguan
emosional berasal dari distorsi (penyimpangan) dalam berpikir.
Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlangsung lama kalau
dicapai perubahan pola berpikir selama proses terapi. Demikian pula
pada pasien pola berpikir yang maladaptive (disfungsi kognitif ) dan
gangguan perilaku. Dengan memahami dan merubah pola tersebut,
pasien diharapkan mampu melakukan perubahan cara berpikirnya
dan mampu mengendalikan gejala-gejala dari gangguan yang di
alami. Dalam hal seperti ini, kognitif behavioral digunakan untuk
mengidentifikasi, memperbaiki perilaku yang sesuai, dan fungsi
kognisi yang terhambat, yang mendasari aspek kognitifnya yang ada.
Terapis dengan pendekatan kognitif behavior mengajar klien agar
berpikir lebih realistis dan sesuai sehingga dengan demikian akan
menghilangkan atau mengurangi gejala berkelainan yang ada11.
Cognitive Behavior Therapy (CBT) berorientasi pada
pemecahan masalah dengan terapi yang dipusatkan pada keadaan
11

Singgih D, Gunarsah, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia,
2010), hlm. 27

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

“disini dan sekarang”, yang memandang individu sebagai pengambil
keputusan terpenting tentang tujuan atau masalah yang akan
dipecahkan selama proses terapi. Penelitian disini juga menggunakan
keislaman yaitu Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dengan
melatih kognitif seperti akal, pikiran dan ingatan untuk tetap terjaga
bahwa Allah SWT selalu membantu hamba-hambanya yang
kesusahan atau memiliki masalah yang menyebabkan kecemasan itu
muncul

sehingga

mengakibatkan

gangguan

tidur,

dengan

memasrahkan semua permasalah kepada Allah SWT. Sedangkan
untuk behaviornya yaitu dengan membiasakan membaca ayat-ayat
suci Al-Qur’an sesudah sholat bahkan sebelum tidur dengan
membaca doa agar tidur tetap terjaga. Mengapa dalam laporan
skripsi ini memilih teknik Cognitive Behavior Therapi (CBT) Islami
dalam menangani penderita insomnia, karena disini klien sedang
mengalami gejala kecemasan sehingga menimbulkan masalah
gangguan tidur atau sulit tidur dan sesuai dengan teknik Cogitive
Behavior Therapy (CBT) Islami bahwa teknik tersebut mampu
membantu permasalahan yang di hadapi konseli untuk bisa merubah
pola pikir dan tingkah laku gadis tersebut dengan pembiasaan
membaca doa dan mengaji.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Dewasa Awal
Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan
masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan
masa

ketergantungan,

perubahan

nilai-nilai,

kreatifitas

dan

penyesuaian diri pada pola hidup baru.
Menurut Hurlock masa dewasa awal dimulai dari umur 18
tahun sampai sekitar umur 40 tahun 12 . Sedangkan menurut ahli
psikologi perkembangan, dewasa awal ialah mereka yang berusia 20
tahun sampai 40 tahun 13 . Batas-batas dewasa awal berdasarkan
Hurlock dan Santrock maka disini penulis menyimpulkan untuk
batas dewasa awal yaitu 20 tahun sampai 40 tahun.
Masa dewasa dikatakan sebagai masa sulit bagi individu
karena pada masa ini seseorang dituntut untuk melepaskan
ketergantungannya terhadap orang tua dan berusaha untuk dapat
mandiri14.
Dalam penelitian ini, Wika yang merupakan obyek
peneliti tidak memiliki kedekatan hubungan dengan lawan jenis atau
bisa saja disebut tidak memiliki teman dekat. Begitu pula dengan
pekerjaan, Wika belum mempunyai pekerjaan. Masa dewasa awal ini
seharusnya seorang indvidu mulai mempersiapkan untuk mempunyai
12

Rosleney Mariani Perkembangan, (Bandung, Psikologi: CV Pustaka Setia, 2015),

hlm. 182
13
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, (Jakarta: PT Grasindo,
2003), hlm. 3
14
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.246

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

peran ganda. Karena masalah usia yang sudah 26 tahun belum juga
menikah dan bekerja menjadikan hal tersebut masalah sehingga
memunculkan tuntuttan-tuntuttan orang tua yang menjadi beban
baginya. Tuntuttan dari orang tua menjadikan beban bagi
kehidupannya sehingga gadis tersebut selalu berpikir terus-menerus
tentang apa yang di inginkan orang tua.

3. Insomnia
Insomnia berasal dari bahasa latin in-, yang artinya “tidak”
atau “tanpa”, dan somnus, yang artinya “tidur”. insomnia yang
muncul sewaktu-waktu terutama pada saat kita stres, bukanlah
sesuatu yang abnormal. Namun, insomnia yang terus ada dan
memiliki karakteristik kesulitan tidur atau untuk tetap tidur adalah
pola perilaku abnormal 15 . Tidur adalah fungsi biologis, yang
memiliki

fungsi

restoratif

dan

sebagaian

besar

dari

kita

membutuhkan setidaknya 7 jam atau lebih untuk tidur pada malam
hari agar kita dapat berfungsi dengan baik. Masalah tidur yang
menyebabkan stres pribadi yang signifikan fungsi sosial, pekerjaan,
atau peran lain diklasifikasikan dalam sistem DSM sebagai
gangguan tidur (sleep disorder). Orang dengan gangguan tidur
biasanya menghabiskan beberapa malam dipusat tidur, dimana
mereka dihubungkan dengan kabel ke alat-alat yang mencatat respon

15

Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm.61

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

fisiologis mereka selama tidur atau berusaha untuk tidur, gelombang
otak, tingkat jantung dan pernafasan, dan seterusnya.
DSM mengelompokan gangguan tidur menjadi dua
kategori utama yaitu dissomnia dan parosomnia. Dissomnia
(dyssomnias) adalah gangguan tidur yang memiliki karakteristik
terganggunya jumlah, kualitas, atau waktu dari tidur. Salah satu jenis
dissomnia adalah insomnia. DSM (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorers) adalah kumpulan berbagai gangguan
campur aduk yang dikelompokkan bersama dalam berbagai kelas
tanpa suatu kerangka konseptual yang konsisten16.
Dalam penelitian ini Wika mengalami kecemasan karena
pikiran-pikiran yang membuatnya cemas yaitu pertama, tentang
pekerjaan yang mana Wk belum mendapatkan pekerjaan selama ini.
Kedua, orang tua yang mana disini orang tua selalu bertanya tentang
kedekatan hubungannya dengan lawan jenis. Ketiga, usia yaitu
tetang usia Wika yang sudah 26 tahun tetapi belum juga menikah,
dan

lain-lain.

kecemasan-kecemasan

yang

muncul

tersebut

menyebabkan mengalami gangguan tidur. Sehingga Wika selalu
kesulitan untuk tidur dan mendapatkan tidur yang berkualitas.

16

Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003), hlm.68

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Judul penelitian yang membahas masalah pribadi, dan
penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang Cognitve
Behavior Therapy (CBT) Islami pada Seorang gadis yang Menderita
Insomnia, peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi
objek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif17.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan
data-data yang di dapat nantinya adalah data-data kualitatif berupa
kata-kata atau tulisan tidak bentuk angka dan untuk mengetahui serta
memahami fenomena secara terperinci, mendalam, dan menyeluruh.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi
khasus. Studi khasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu
organisasi (komunitas) atau situasi sosial. Peneliti studi khasus
berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek yang
diteliti18.

17
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, R&D, (Bandung: ALFABETA,
2014). Hal.9
18
Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),

hal.201

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

2. Sebjek penelitian
Nama

: Wika

Tanggal lahir

: 28 April 1990

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Perumahan Sumput Asri, Driyorejo,
Gresik

3. Tahap-tahap penelitian
a. Tahap pra-lapangan
Peneliti melakukan observasi pendahuluan melalui
pengamatan dan mencari suatu informasi dari salah satu
sebagaian sumber terhadap sesuatu, yang dijadikan tempat untuk
memperoleh judul, dan yang sesuai gambaran umum keadaan
dilapangan serta memperoleh kepastian antara judul dengan
kenyataan yang ada di lapangan.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Peneliti berusaha menerapkan Cognitive Behavior
Therapy (CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita
insomnia.
c. Tahap penyelesaian/analisis data
Tahap
dikumpulkan

selanjutnya
selama

menganalisis
kegiatan

data

yang

lapangan.

telah
Proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

kategori, dan suatu uraian dasar. Peneliti menganalisis data yang
dilakukan dalam suatu proses.

4. Jenis dan sumber data
a. Jenis data
Janis data adalah hasil pencatatan penelitian baik yang berupa
fakta ataupun angka, dengan kata lain segala fakta dan angka
yang dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Penelitian
akan kurang valid jika tidak ditemukan jenis data atau sumber
datanya. Adapun jenis data penelitian ini adalah:
1) Data primer adalah data inti dari penelitian ini, yaitu proses
dalam pemberian teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami kepada seorang gadis di Driyorejo Gresik yang di
ambil dari observasi di lapangan, tingkah laku, kegiatan
keseharian, dan latar belakang, serta respon dari gadis yang
telah diberikan teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)
Islami.
2) Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber kedua
atau berbagai sumber guna melengkapi data primer 19 .
Diperoleh dari keadaan lingkungan dan perilaku keseharian.

19

Berhan Bungin, Metode Penelitian Sosial : Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif, (Surabaya: Universitas Airlangga, 2001), hal.128

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

b. Sumber data
Untuk

mendapat

keterangan

dan

informasi,

peneliti

mendapatkan informasi dari sumber data, yang di maksud
sumber data adalah subjek dari mana data di peroleh20. Adapun
yang dijadikan sumber data adalah:
1) Sumber data primer, yaitu sumber data yang diperoleh
langsung dari konseli yakni Wika serta didapat dari peneliti
sebagai konselor.
2) Sumber data sekunder, yaitu data-data yang di peroleh dari
perpustakaan yang digunakan untuk mendukung dan
melengkapi data primer21.

5. Teknik pengumpulan data
Mendapatkan data dari sumber penelitian maka ada beberapa
teknik pengumpulan data yang sesuai yaitu:
a. Interview (wawancara)
Wawancara ini dilakukan pada konseli yaitu Wika ,
keluarga,

dan

orang-orang

di

lingkungan

sekitar.

Menggunakan wawancara terstruktur yaitu digunakan sebagai
teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data

20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), hal.129
21
Hartono Boy Soedarmaji, Psikologi Konseling, (Surabaya: Press UNIPA, 2006).
Hal.58

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan
diperoleh.
b. Observasi (pengamatan)
Teknik observasi ini diklarifikasikan menurut tiga cara.
Pertama, pengamat bertindak sebagai partisipan atau observasi
partisipatif yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari
orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai
sumber penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti
ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut
merasakan suka dukanya, dengan observasi partisipan ini maka
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
nampak. Kedua, observasi dapat dilakukan secara terus terang
yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan
terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Jadi meraka yang diteliti mengetahui sejak awal
sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Ketiga, observasi yang
menyangkut latar penelitian dan dalam penelitian ini
digunakan teknik observasi yang mana pengamat bertindak
sebagai partisipan22.

22

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&d, (Bandung:
ALFABETA, 2014), hlm.224

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

6. Teknik analisis data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke
dalam ketegori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh
diri sendiri mupun orang lain23.
Dalam penelitian ini setelah data terkumpul maka data tersebut
dianalisis. Sedangkan data pelaksanaan Cognitive Behavior Therapy
Islami yang dilakukan konselor untuk penderita insomia disajikan
dalam bentuk “deskriptif komparatif”, yakni membandingkan hasil
data pelaksanaan Cognitive Behavior Therapy Islami dilapangan
dengan teori yang ada pada umumnya, untuk membandingkan
kondisi gadis tersebut antara sebelum dan sesudah pelaksanaan
Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami, serta mengetahui berhasil
tidaknya Cognitive Behavior Therapy (CBT) Islami dalam mengatasi
penderita insomnia seorang gadis di daerah Driyorejo Gresik.
Usaha untuk mengetahui hasil akhir menggunakan Cognitive
Behavior

Therapy

Islami

ini

dapat

dilakukan

dengan

membandingkan perilaku konseli antara sebelum dan sesudah
pelaksanaan Cognitive BehaviorTherapy (CBT) Islami.
23

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D, (Bandung: ALFABETA,
2014), hlm.244

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

7. Teknik keabsahan data
Dalam penelitian kualitatif tidak menjamin pelaksanaan
penelitian akan mendapatkan hasil yang optimal, kesalahan pada
peneliti juga besar kemungkinan akan terjadi. Dalam hal ini, peneliti
menganalisa data langsung di lapangan untuk menghindari kesalahan
pada data-data tersebut. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil
yang optimal peneliti perlu memikirkan keabshan data. Peneliti
dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik
sebagai berikut:
a. Ketekunan pengamatan
Melakukan ketekunan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambung dengan cara tersebut
maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pasti dan sistematis.
Memperdalam pengamatan terhadap hal-hal yang diteliti
yaitu tentang proses menggunakan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) Islami pada seorang gadis yang menderita insomnia.
b. Observasi yang diperdalam
Menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

c. Trinaggulasi
Teknik pemerksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pemeriksaan
atau sebagai perbandingan terhadap data itu. Peneliti memeriksa
data-data yang diperoleh dengan subjek peneliti, baik melalui
wawancara maupun pengamatan, kemudian data tersebut
peneliti bandingkan dengan data yang ada di luar yaitu sumber
lain, sehingga keabsahan data bisa dipertanggung jawabkan.

G. Sistematika Pembahasan
Dalam pembahasan suatu penelitian diperlukan sistemtika
pembahasan bertujuan untuk mempermudahkan penelitian, langkahlangkah pembahasan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini berisi pendahuluan yang meliputi latarbelakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi konsep, metode penelitian,
sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka yang meliputi kajian teoritik
dan penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III Penyajian Data

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

Dalam bab ini berisi penyajian data yang terdii dari deskripsi
umum objek penelitian dan deskrpsi hasil penelitian.
Bab IV Analisis Data
Dalam bab ini berisi analisis data.
Bab V Penutup
Dalam bab ini berisi tentang penutup yang di dalamnya terdapat
dua poin, yaitu kesimpulan dan saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik
1. Cognitive Behavior Theraphy (CBT) Islami
a. Pengertian Cognitive Behavior Therapy
Cognitive Behavior Therapy adalah terapi yang dikembangkan
oleh Beck tahun 1976, yang konsep dasarnya meyakini bahwa pola
pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian Stimulus –
Kognisi – Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk
semacam jaringan dalam otak manusia, dimana proses cognitive akan
menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir, merasa, dan bertindak24.
Terapi perilaku kognitif (CBT- Cognitive Behavior Therapy)
menggunakan teori dan riset tentang proses-proses kognitif. Pada
faktanya terapi tersebut menggunakan gabungan paradigma kognitif
dan belajar. Para terapis perilaku kognitif memberikan perhatian pada
peristiwa-peristiwa dalam diri, pemikiran, persepsi, penilaian,
pernyataan diri, bahan asumsi-asumsi yang tidak diucapkan (tidak
disadari), dan telah mempelajari serta memanipulasi proses-proses

24

Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta:
Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.6

23

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

tersebut dalam upaya memahami dan mengubah perilaku bermasalah
yang terlihat maupun tidak terlihat25.
Terapi kognitif-behavioral (cognitive behavioral therapy) ini
berusaha untuk mengintegrasi teknik-teknik terapeutik yang berfokus
untuk membantu individu melakukan perubahan-perubahan, tidak
hanya perilaku nyata tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan, dan
sikap yang mendasarinya. Terapi kognitif-behavioral memiliki asumsi
bahwa pola pikir dan keyakinan mempengaruhi perilaku, dan
perubahan pada kognisi ini dapat menghasilkan perubahan perilaku
yang diharapkan26.

b. Sejarah perkembangan psikoterapi dengan Cognitive Behavior
Therapy (CBT)
Penerapan terapi pada klien dengan berbagai gangguan klinis
psikologis telah banyak dipermasalahkan sejak awal munculnya
psikoterapi. Kasus klasik Anna O. yang ditangani dengan aliran
Freudian dan khasus manusia tikus merupakan salah satu contoh
penggunaan psikoterapi pada khasus gangguan kepribadian. Berbagai
bentuk yang berbeda tentang terapi Cognitive Behavior dikembangkan
oleh beberapa ahli27.

25

Gerald C. Davision, Psikologi Abnormal edisi ke-9, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006), hlm.74
26
Jeffrey S. Nevid, Psikologi Abnormal/Edisi Kellima/Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga,
2005), hlm.113
27
Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta:
Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Pada tahun 1960, salah satu psikolog penting di Amerika yaitu
Aaron (Tim) Beck merasa dikecewakan oleh terapi psikoanalisis, yang
dia anggap tidak cukup ampuh atau mujarab. Beck menjadi sangat
tertarik pada emosi yang ditampilkan oleh klien-kliennya, dimana
emosi tersebut tidak terlihat berhubungan dengan kisah-kisah masa
kecil yang mereka ceritakan kepadanya.
Ketika bekerja dengan beberapa klien, Beck menjelaskan
contoh pertamanya yang sangat jelas, tentang rentetan pikiran
kliennya yang muncul seiring dengan kisah yang diceritakan
kliennya 28 . Latar belakang sebagai seorang psiokanalisis dimana Ia
sering menemukan adanya karakteristik pola pikir yang menyimpang
dalam kasus-kasus klinis yang ditanganinya, membuat Beck tertarik
untuk menjajah pikiran otomatis klien dalam teori cognitivenya. Beck
meyakinkan bahwa klien dengan gangguan emosi cenderung memiliki
kesulitan berpikir logis yang menimbulkan gangguan pada kapasitas
pemahamannya, yang disebut dengan distorsi cognitve antara lain:
1) Mudah membuat kesimpulan tanpa data yang mendukung,
cenderung berpikir secara ‘catastrophic’ atau berpikir seburukburuknya.
2) Memiliki pemahaman yang selektif, membatasi kesimpulan
berdasarkan hal yang terbatas.

28

Cristine, Wilding, dan Aileen, Milne, Cognitive Behavioural Therapy, (Jakarta: Indeks,
2003), hlm.8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

3) Mudah melakukan generalisasi, sebagai proses meyakini suatu
kejadian untuk diterapkan secara tidak tepat pada situasi lain.
4) Kecenderungan

memperbesar

dan

memperkecil

masalah,

membuat klien tidak mampu menilai masalah secara obyektif.
5) Personalisasi, membuat klien cenderung menghubungkan antara
kejadian eksternal dengan diri sendiri dan menyalahkan diri
sendiri.
6) Pemberian label atau kesalahan memberi label, menentukan
identitas diri berdasarkan kegagalan atau kesalahan.
7) Pola pemikiran yang terpolarisai, kecenderungan untuk berpikir
dan menginterpretasikan segala sesuatu dalam bentuk ‘all-ornothing’ (semua atau tidak sama sekali).
Perinsip dasar terapi ini menekankan kepada kapasitas klien
dalam menemukan diri sendiri dan merubah pola pikirnya demi
memperoleh cara pandang yang berbeda terhadap diri dan
sekelilingnya29.
c. Konsep dasar Cognitive Behavior Therapy
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola
pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus –
kognisi – respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk
semacam jaringan SKR dalam otak manusia, dimana proses cognitive

29

Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta:
Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.16

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia
berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan
bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang
rasional dan irasional, dimana pemikiran yang irasional dapat
menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku, maka Terapi
Cognitive Behavior diarahkan kepada modifikasi fungsi berpikir,
merasa

dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam

menganalisa, memusatkan, bertanya, berbuat, dan memutuskan
kembali. Dengan merubah status pikiran dan perasaannya, klien
diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya dari yang negatif
menjadi positif.
Bagaimana seseorang menilai situasi dan bagaimana cara
mereka mengintepretasikan suatu kejadian akan sangat berpengaruh
terhadap

kondisi

mempengaruhi

reaksi

tindakan

emosional
yang

yang

dilakukan.

kemudian
Demi

akan

memahami

psikopatologi gangguan mental dan perilaku, Cognitive Behavior
mencoba menguraikan penyebabkan sebagai akibat dari: 1) Adanya
pikiran dan asumsi irasional, 2) Adanya distorsi dalam proses
pemikiran manusia30.

30

Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta:
Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

d.

Tujuan Cognitive Behavior Therapy
Tujuan Cognitive Behvior Therapy adalah untuk mengajak
konseli menentang pikiran dan emosi

yang salah dengan

menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan
mereka tentang masalah yang dihadapi31. Terapis diharapkan mampu
menolong klien untuk mencari keyakinan yang sifatnya dogmatis
dalam diri klien dan secara kuat mencoba menguranginya. Terapis
harus waspada terhadap munculnya pemikiran yang tiba-tiba
mungkin dapat dipergunakan untuk merubah mereka.
Dalam proses ini, beberapa ahli cognitive-behavior memiliki
pendapat bahwa masa lalu tidak perlu menjadi fokus penting dalam
terapi, karenanya cognitive-behavior lebih banyak bekerja pada
status kognitif masa kini untuk dirubah dari negatif menjadi positif32.

e. Teknik Cognitive Behavior Therapy (CBT)
CBT adalah pendekatan psikoterapeutik yang digunakan oleh
konselor untuk membantu individu kearah yang lebih positif.
Berbagai variasi teknik perubahan kognisi, emosi, dan tingkah laku
menjadi bagaian terpenting dalam Cognitive Behavior Therapy.
Metode ini berkembang sesuai dengan kebutuhan konseli, dimana

31

Kasandra, Oemardi, Pendekatan Cognitive Behavior dalam Psikoterapi, (Jakarta:
Kreativ Media Jakarta, 2003), hlm.9
32
M.Hafiz, Akhiriwan, “Bimbingan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy
(CBT) dalam Mencegah Masalah Kesehatan Mental (ANXIETY) Seorang Siswa di Madarasah
Aliyah Bilingual Krian Sidoarjo”, (Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Ampel Surabaya, 2014),
hlm.45

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

konelor bersifat aktif, direktif, terbatas waktu, berstruktur, dan
berpusat pada konseli.
Konselor

atau

terapis

Cognitive

Behavior

biasanya

menggunakan berbagai teknik intervensi untuk mendapatkan
kesepakatan perilaku sasaran dengan konseli. Teknik yang biasa
dipergunakan oleh para ahli dalam Cogniive Behavior Therapy (CBT)
yaitu:
1) Menata keyakinan irasional.
2) Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai
sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang menakutkan.
3) Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam
role play dengan konselor.
4) Mencoba berbagai penggunaan pernyataan diri yang berbeda
dalam situasi riil.
5) Mengukur perasaan, misalnya mengukur perasaan cemas yang
dialami pada saat ini dengan skala 0-100.
6) Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentikan
pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif.
7) Desensitization systematic. Digantinya respon takut dan cemas
dengan

respon

relaksasi

dengan

cara

mengemukakan

permasalahan secara berulang-ulang dan berurutan dari respon
takut terberat sampai yang teringan untuk mengurangi intensitas
emosional konseli.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

8) Pelatihan keterampilan sosial. Melatih konseli untuk dapat
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.
9) Assertiveness skill training atau pelatihan keterampilan supaya
bisa bertindak tegas.
10) Penugasan rumah. Mempraktikan perilaku baru dan strategi
kognitif antara sesi konseling.
11) In vivo exposure. Mengatasi situasi yang menyebabkan masalah
dengan memasuki situasi tersebut.
12) Convert conditioning, upaya pengkondisian tersembunyi dengan
menekankan kepada proses psikologis yang terjadi didalam diri
individu. Peranannya didalam mengontrol perilaku berdasarkan
kepada imajinasi dan presepsi33.

f. Prinsip-prinsip Cognitive Behavior Therapy
Berikut ini adalah prinsip-prinsip dari CBT berdasarkan
kajian yang diungkapkan oleh Aron T Beck:
1) Prinsip 1: Cognitive Behavior Therapy berdasarkan pada
formulasi yang terus berkembang dai permasalahan konseli
dan konseptualisasi kognitif konseli. Formulasi konseling terus
diperbaiki seiring dengan perkembangan evaluasi dari setiap
sesi konseling. Pada momen yang strategis, konselor
mengkoordinasikan

penemuan-penemuan

konseptualisasi

Khusnul Maulidyah, “Bimbingan Konseling Islam dengan Cognitive Behavior Therapy
untuk Mengurangi Kecemasan Akibat Culture Shock Mahasiswi dari Malaysia di UIN Sunan
Ampel Surabaya” (Skripsi, Fakultas Dakwah, 2015), hlm.61-62
33

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

kognitif konseli yang menyimpang dan meluruskannya
sehingga dapat membantu konseli dalam penyesuaian antara
berpikir, merasa, dan bertindak.
2) Prinsip 2: Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada
pemahaman yang sama antara konselor dan konseli terhadap
permasalahan yang dihadapi konseli. Melalui situasi konseling
yang penuh dengan kehangatan, empati, peduli, dan orisinilitas
respon

terhadap

permasalahan

konseli

akan

membuat

pemahaman yang sama tehadap permasalahan yang dihadapi
konseli.

Konseli

tersebut

akan

menunjukan

sebuah

keberhasilan dari konseling.
3) Prinsip 3: Cognitive Behvior Therapy memerlukan kolaborasi
dan partisipasi aktif. Menempatkan konseli sebagai tim dalam
konseling. Maka keputusan konseling merupakan keputuasan
yang dispakati dengan konseli. Konseli akan lebih aktif dalam
mengikuti setiap sesi konseling, karena konseli mengetahui apa
yang harus dilakukan dari setiap sesi konseling.
4) Prinsip 4: Cognitive Behavior Therapy berorentasi pada tujuan
dan berfokus pada permasalahan. Setiap sesi konseling selalu
dilakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat pencapaian
tujuan. Melalui evaluasi ini diharapkan adanya respon konseli
terhadap piki