Juknis TP Pusat Dikdas DIKDAS

(1)

PETUNJUK TEKNIS

PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU SD/SDLB DAN SMP/SMPLB MELALUI DIREKTORAT PEMBINAAN GURU PENDIDIKAN DASAR

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


(2)

KATA PENGANTAR

Pada tahun anggaran 2016, penyaluran tunjangan profesi bagi guru bukan PNS dan guru PNS serta pengawas satuan pendidikan binaan provinsi dibayarkan melalui pusat. Sedangkan penyaluran tunjangan profesi bagi seluruh guru Pegawai Negeri Sipil Daerah (PNSD) lulusan program sertifikasi tahun 2006 sampai dengan tahun 2015 dibayarkan melalui dana transfer daerah. Mekanisme yang digunakan untuk pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi melalui Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun 2016 dilakukan dengan cara sistem digital Data Pokok Pendidikan (Dapodik).

Untuk kelancaran penyaluran tunjangan profesi pendidik bagi guru melalui Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun 2016, maka perlu disusun Petunjuk Teknis. Petunjuk Teknis ini merupakan acuan bagi pengelola baik di tingkat pusat maupun daerah serta pihak terkait lainnya.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini.

Jakarta, 25 Februari 2016

Direktur Pembinaan Guru Dikdas,

Poppy Dewi Puspitawati NIP. 196305211988032001


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... ..- 1 -

BAB I PENDAHULUAN ... - 2 -

A. Latar Belakang... - 2 -

B. Landasan Hukum ... 3

-C. Tujuan ... 4

-D. Ruang Lingkup ... 4

-E. Sasaran ... 4

-BAB II TUNJANGAN PROFESI GURU BUKAN PNS, GURU PNS DAN PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN DI BAWAH BINAAN PROVINSI ... 5

A. Pengertian ... 5

B. Besaran ... 5

C. Sumber Dana ... 5

D. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi ... 6

BAB III PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU ... 12

A. Ketentuan Pembayaran ... 12

B. Mekanisme Penerbitan Keputusan Penerima Tunjangan Profesi ... 12

C. Mekanisme Pembayaran Tunjangan Profesi ... 15

D. Jadwal Pelaksanaan Program ... 18

BAB IV PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN ... 19

BAB V PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN ... 21


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Sebagai pendidik profesional, guru diwajibkan memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi pendidik bagi guru, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Pasal 16 ayat (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru yang telah memiliki sertikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya berhak mendapatkan tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok dan dalam ayat (3) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 17 menjelaskan bahwa tanggung jawab Pemerintah terhadap pendanaan biaya personalia pegawai negeri sipil di sektor pendidikan di antaranya adalah biaya personalia satuan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Dalam peraturan pemerintah tersebut disebutkan bahwa salah satu biaya personalia satuan pendidikan adalah tunjangan profesi. Pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi bagi guru harus memperhatikan data kepegawaian guru yang bersangkutan, karena terkait dengan perubahan besaran gaji pokok dan status kepegawaiannya.

Mulai tahun 2013, bahwa anggaran tunjangan profesi bagi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) Jenjang Pendidikan Dasar (Dikdas) di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan jenjang dikdas di bawah binaan Provinsi dianggarkan pada dana APBN. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru menyebutkan bahwa guru yang telah memiliki sertikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya berhak mendapatkan tunjangan profesi baik guru PNS maupun guru bukan PNS. Untuk kelancaran pembayaran tunjangan profesi bagi seluruh guru PNS Jenjang Pendidikan Dasar (di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas satuan pendidikan di bawah binaan Provinsi sesuai dengan ketentuan


(5)

perundang-undangan, perlu disusun Petunjuk Teknis Penyaluran Tunjangan Profesi Guru melalui Direktorat Pembinaan Guru Dikdas Tahun 2016.

B. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

4. Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2014 tentang perubahan keenam belas atas

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara Tahun Anggaran 2016;

11. Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 15);

12. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014-2019 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 79/P Tahun 2015;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 63 Tahun 2015 tentang Pemberian Kuasa kepada Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan untuk Menandatangani Keputusan Pemberian Tunjangan Profesi Guru, Tunjangan Khusus dan Subsidi Tunjangan Fungsional;

14. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya;

15. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya;

16. Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan dan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama: Nomor 05/X/PB/2011, Nomor SPB/03/M.Pan-RB/10/2011, Nomor 48 Tahun 2011, Nomor 158/PMK.01/2011, Nomor 11 Tahun 2011, Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS;

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Tahun 2013;

18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada


(6)

SMP/SMA/SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015;

19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

20.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru;

21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168 Tahun 2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;

22. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2014 tentang Peran Guru Teknologi Informasi dan Komunikasi dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi Dalam Implementasi Kurikulum 2013;

23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Umum Penyaluran Bantuan Pemerintah di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

24. DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016 Nomor: 102711/A.A2/KU/2015 tanggal 18 Desember 2015;

C. Tujuan

Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi guru bukan PNS, guru PNS serta pengawas satuan pendidikan di bawah binaan provinsi jenjang pendidikan dasar melalui Direktorat Pembinaan Guru Dikdas tahun 2016. D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Petunjuk Teknis ini meliputi: kriteria guru penerima tunjangan profesi, pembayaran tunjangan profesi, jadwal pelaksanaan program; mutasi, pembatalan, dan penghentian pembayaran tunjangan profesi; pengendalian, pengawasan, dan pelaporan, serta sanksi atas pelanggaran dalam pelaksanaannya.

E. Sasaran

Petunjuk Teknis ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan yaitu : 1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

2. Kementerian Keuangan; 3. Aparat Pengawas Fungsional; 4. Badan Kepegawaian Daerah;

5. Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya;

6. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Bagian Keuangan, Badan Pengelola Keuangan Daerah pada Kabupaten/Kota dan Provinsi DKI Jakarta khusus untuk Provinsi DKI Jakarta;

7. Satuan Pendidikan dan Guru; dan 8. Instansi terkait lainnya.


(7)

BAB II

TUNJANGAN PROFESI GURU BUKAN PNS, GURU PNS DAN PENGAWAS

SATUAN PENDIDIKAN DI BAWAH BINAAN PROVINSI

1. Pengertian

Tunjangan profesi dimaksudkan untuk peningkatan mutu guru bukan PNS Jenjang Pendidikan Dasar, guru PNS dan pengawas satuan pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan provinsi sebagai penghargaan atas profesionalitas untuk mewujudkan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen antara lain mengangkat martabat guru, meningkatkan kompetensi guru, memajukan profesi guru, meningkatkan mutu pembelajaran, dan meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu.

Tunjangan profesi yang dibayarkan melalui DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun anggaran 2016 adalah tunjangan yang diberikan kepada guru bukan PNS jenjang pendidikan dasar, guru PNS jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi, dan pengawas satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi yang telah memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.

Tunjangan profesi dibayarkan paling banyak 12 (dua belas) bulan dalam satu tahun, terhitung mulai awal tahun anggaran berikut setelah yang bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi dan memperoleh Nomor Registrasi Guru (NRG) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2. Besaran

Besaran tunjangan profesi bagi guru PNS jenjang pendidikan dasar dan pengawas satuan pendidikan dasar di bawah binaan Provinsi adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan sesuai peraturan perundang-undangan. Bagi guru bukan PNS jenjang pendidikan dasar diberikan sebesar Rp. 1.500.000,- per bulan, sedangkan bagi guru bukan PNS yang sudah disetarakan (inpassing) adalah setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok per bulan. Tunjangan profesi tersebut dikenakan pajak penghasilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sumber Dana

Dana untuk pembayaran tunjangan profesi bagi guru PNS Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS jenjang pendidikan Dasar serta pengawas pada Jenjang Pendidikan Dasar di bawah binaan Provinsi bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan Tahun 2016 Nomor: 102711/A.A2/KU/2015 tanggal 18 Desember 2015.


(8)

Jika terdapat kelebihan dana tahun anggaran 2016 setelah realisasi pembayaran tunjangan profesi guru PNS di bawah binaan provinsi, guru bukan PNS jenjang pendidikan dasar serta pengawas pada jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi, maka dana tersebut dapat digunakan untuk pembayaran kekurangan tunjangan profesi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS jenjang pendidikan Dasar serta pengawas pada jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi tahun-tahun sebelumnya, setelah SK carry-over

diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan.

4. Kriteria Penerima Tunjangan Profesi

Kriteria penerima tunjangan profesi melalui DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun anggaran 2016:

1. Guru Tetap Bukan PNS yang diangkat oleh Kepala Daerah yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan oleh Bupati/Walikota/Gubernur atau pejabat yang diberi kewenangan oleh Bupati/Walikota/Gubernur yang masih berlaku dan pembiayaan gajinya dibebankan pada APBD;

2. Guru Tetap Yayasan yang dibuktikan dengan SK Pengangkatan oleh Ketua Yayasan, dan mengajar pada satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kecuali guru pendidikan agama;

3. Guru PNS jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi;

4. Pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata pelajaran jenjang pendidikan dasar di bawah binaan provinsi;

5. Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu Nomor Registrasi Guru (NRG) yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Setiap guru hanya memiliki satu NRG walaupun guru yang bersangkutan memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik.

6. Memiliki Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

7. bertugas pada satuan pendidikan yang memiliki rasio peserta didik terhadap guru di satuan pendidikan sesuai ketentuan pasal 17 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru mulai tahun pelajaran 2016/2017.

8. Guru yang mendapat tugas tambahan, pemenuhan beban kerja minimal tatap muka dan tugas tambahannya dilaksanakan di satuan administrasi pangkalnya (satminkal), 9. Beban kerja guru adalah sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dan

sebanyak-banyaknya 40 (empat puluh) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu untuk mata pelajaran yang diampu, sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya.

10. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 8 dikecualikan apabila guru:

a. Mengajar pada rombongan belajar di SMP yang melaksanakan Kurikulum 2013 pada semester pertama menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada semester kedua tahun pelajaran 2014/2015. Dalam hal terdapat guru mata pelajaran tertentu di SMP


(9)

tersebut tidak dapat memenuhi beban mengajar minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu, pemenuhan beban mengajar dilakukan melalui ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2015 tentang Ekuivalensi Kegiatan Pembelajaran/Pembimbingan Bagi Guru yang Bertugas pada SMP/SMA/SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2013 pada Semester Pertama Menjadi Kurikulum Tahun 2006 pada Semester Kedua Tahun Pelajaran 2014/2015 .

b. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu di satminkal yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya atau membimbing 40 (empat puluh) peserta didik bagi kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor atau TIK/KKPI.

c. Mendapat tugas tambahan sebagai wakil kepala satuan pendidikan, mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka per minggu di satminkal atau membimbing 80 (delapan puluh) peserta didik bagi wakil kepala satuan pendidikan yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor atau TIK/KKPI.

Untuk jumlah wakil kepala satuan pendidikan jenjang SMP terkait pembayaran tunjangan profesi jumlah wakil kepala satuan pendidikan minimal 1 (satu) orang wakil kepala satuan pendidikan dan maksimal 3 (tiga) orang wakil kepala satuan pendidikan.

d. Mendapat tugas tambahan sebagai kepala perpustakaan pada jenjang SD/SMP, kepala laboratorium pada jenjang SMP, mengajar paling sedikit 12 (dua belas) jam tatap muka per minggu.

e. Mendapat tugas tambahan sebagai narasumber nasional/instruktur nasional/tim pengembang/mentor untuk guru pembelajar atau pelaksanaan diklat kurikulum, mengajar paling sedikit 8 (delapan) jam tatap muka per minggu.

f. Perpustakaan, laboratorium, bengkel atau sejenisnya sebagaimana dimaksud pada huruf d sesuai standar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. g. Kepala satuan pendidikan atas persetujuan Kepala Dinas pendidikan

kabupaten/kota/provinsi dapat mengangkat satu orang Kepala Perpustakaan pada jenjang SD, SMP yang sesuai dengan standar sarana dan prasarana

h. Kepala satuan pendidikan atas persetujuan Kepala Dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi dapat mengangkat Kepala Laboratorium yang sesuai dengan standar sarana dan prasarana, dengan kondisi bahwa untuk jenjang SMP dapat mengangkat hanya satu orang kepala laboratorium yang membawahi semua pengelola laboratorium.

i. Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling atau TIK/KKPI mengampu paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan, dengan mengampu paling sedikit 40 (empat puluh) orang peserta didik di satminkalnya.

i. Bertugas sebagai guru pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka per minggu, guru pembimbing khusus dapat berasal dari SLB atau guru PNS yang ada di sekolah inklusi yang sudah dilatih menjadi guru pembimbing khusus.


(10)

j. Bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan di daerah khusus yang daerahnya/desanya ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Penetapan daerah khusus ini menggunakan data dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

k. Bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan khusus, di mana peserta didiknya memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

l. Bertugas sebagai guru pada sekolah kecil (unit sekolah baru yang memenuhi persyaratan pendirian sekolah baru dengan jangka waktu yang dipersyaratkan), sekolah terbuka dan sekolah terintegrasi (sesuai dengan persyaratan pendirian sekolah terbuka dan sekolah terintegrasi) serta sekolah darurat yang tidak berada di daerah khusus, yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah/Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, agar tunjangan profesinya tetap dibayarkan, guru tersebut harus melakukan kegiatan ekuivalensi sebagai berikut:

1) Mengajar mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain 2) Menjadi tutor Paket A dan B, atau program pendidikan kesetaraan 3) Menjadi guru bina pada sekolah terbuka

4) Menjadi guru pamong pada sekolah terbuka 5) Membina kegiatan ekstrakurikuler wajib Pramuka

6) Melaksanakan pembelajaran perbaikan (remedial teaching)

7) Mengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) milik pribadi, atau milik masyarakat. 8) Menjadi Pengelola Kegiatan Keagamaan

9) Mengelola Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diselenggarakan oleh Kemenkokesra

10) Menjadi guru inti/instruktur/ pemandu pada KKG/MGMP 11) Membina kegiatan mandiri terstruktur bagi peserta didik

Bukti dokumen atau pemberkasan sebagaimana dimaksud di atas diverifikasi oleh Pemerintah/Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya

m. Bertugas sebagai guru yang dibutuhkan atas dasar pertimbangan kepentingan Nasional adalah:

1) Guru yang bertugas di sekolah Indonesia di Luar Negeri;

2) Guru yang ditugaskan menjadi guru di negara lain atas dasar kerjasama antarnegara.

11. Belum pensiun;

12. Memiliki hasil nilai Penilaian Kinerja PK Guru dengan sebutan baik pada tahun

sebelumnya;


(11)

14. Tidak terikat sebagai tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan bagi guru atau dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota bagi pengawas sekolah di bawah binaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

15. Tidak merangkap sebagai anggota eksekutif, yudikatif, atau legislatif;

16. Dalam pelaksanaan Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan dan Menteri Agama Nomor: 05/X/PB/2011, SPB/03/M.PAN-RB/10/2011, 48 Tahun 2011, 158/PMK.01/2011 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik tetapi dialihtugaskan antarsatuan pendidikan, antarjenjang dan/atau antarmata pelajaran yang dibuktikan dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS berdasarkan perencanaan kebutuhan guru seluruh Provinsi/kabupaten/kota. Mereka masih mendapatkan tunjangan profesinya maksimal 2 (dua) tahun sejak dipindahtugaskan apabila yang bersangkutan memenuhi persyaratan angka 1 sampai dengan 7 di atas, sebagaimana diatur dalam BAB IV Ketentuan Peralihan, Pasal 5, Permendikbud Nomor 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru. Dinas pendidikan Provinsi/kabupaten/kota mengirimkan SK alih tugas guru PNS yang memiliki sertifikat pendidik kepada Direktorat Pembinaan Guru terkait dengan melampirkan SK Gubernur/Bupati/Walikota

17. Nomor kode dan nama bidang studi sertifikasi guru sesuai konversi;

18. Masa kerja kepala sekolah dihitung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

19. bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik tetapi status kepegawaiannya calon pegawai negeri sipil (CPNS), maka tunjangan profesinya dibayarkan sebesar 80% dari gaji pokok golongan III/a masa kerja 0 tahun. Aturan ini berlaku mulai tahun 2016 sehingga tahun sebelumnya tidak diberikan dan tidak dianggap kurang bayar (carry over).

20. Bagi pengawas sekolah, baik yang diangkat sebagai pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran maupun pengawas BK, berhak mendapatkan tunjangan profesi apabila:

a. Memenuhi jumlah minimal Satuan Pendidikan binaan, yaitu 10 (sepuluh) satuan pendidikan untuk jenjang TK dan SD, dan 7 (tujuh) satuan pendidikan jenjang SMP. Pengawas tersebut paling sedikit memverifikasi hasil PKG minimal satu guru pada satuan pendidikan binaannya.

b. Memenuhi jumlah minimal 1 (satu) satuan pendidikan dan jumlah minimal guru binaan, yaitu 60 (enam puluh) guru untuk satuan pendidikan TK/SD dan 40 (empat puluh) guru untuk satuan pendidikan SMP. Pengawas tersebut paling sedikit memverifikasi hasil PKG minimal 60 guru pada sekolah binaannya untuk jenjang TK/SD dan minimal 40 (empat puluh) guru pada sekolah binaannya untuk jenjang SMP.

c. Apabila Pengawas tidak dapat memenuhi beban kerja sebagaimana huruf a atau b, pengawas dapat memenuhi jumlah guru binaannya dari satuan pendidikan lain.


(12)

d. Khusus Pengawas Bimbingan Konseling memenuhi jumlah minimal guru binaan, yaitu 40 guru Bimbingan Konseling dan boleh antar lintas jenjang. Dalam hal di daerah tertentu jumlah guru BK tidak mencukupi, pengawas BK dapat memantau 8 standar Nasional Pendidikan minimal 1 satuan pendidikan.

e. Guru yang menjadi binaan pengawas sekolah adalah guru yang memiliki jam mengajar di satuan pendidikan (masih aktif mengajar sesuai dengan peraturan perundang-undangan).

21. Masa kerja pengawas dihitung sejak diangkat menjadi pengawas sekolah;

22. Bagi Satuan Pendidikan yang menggunakan Kurikulum Tahun 2006 dimungkinkan menambah maksimum 4 (empat) jam pembelajaran per minggu secara keseluruhan; 23. Beban kerja bagi guru pada satuan pendidikan yang menggunakan Kurikulum 2013

diatur sebagai berikut.

a. Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai pembina pramuka (minimal telah bersertifikat kursus mahir dasar) dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru paling banyak 2 (dua) jam pelajaran per minggu. Jumlah guru yang diberi tugas tambahan sebagai pembina pramuka di kegiatan ekstra kurikuler wajib di satu satuan pendidikan adalah sebagai berikut :

1) Jumlah rombel 1 – 6 = 1 pembina pramuka; 2) Jumlah rombel 7 – 12 = 2 pembina pramuka; 3) Jumlah rombel 13 – 18 = 3 pembina pramuka; 4) Jumlah rombel > 18 = 4 pembina pramuka.

b. Jenis dan Sertifikat Pendidik Guru Pengampu Mata Pelajaran tertentu pada Kurikulum 2013:

1) Guru SMP yang bersertifikat keterampilan dan IPA dapat mengampu matapelajaran prakarya di SMP.

2) Guru yang mengajar rumpun mata pelajaran IPA dan IPS jenjang SMP, beban kerjanya dihitung berdasarkan kurikulum yang berlaku pada rombongan belajar yang dibinanya.

c. Satuan Pendidikan yang melaksanakan kurikulum 2013 dan menetapkan muatan lokal sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, dapat menambah beban belajar muatan lokal paling banyak 2 (dua) jam per minggu. Kebutuhan sumber daya pendidikan yang meliputi pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, dan dana termasuk Tunjangan Profesi sebagai implikasi penambahan beban belajar muatan lokal ditanggung oleh pemerintah daerah yang menetapkan.

d. Bertugas sebagai guru pembimbing TIK/KKPI memberikan layanan kepada paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik pada satu atau lebih satuan pendidikan, bagi satuan pendidikan yang menggunakan kurikulum 2013. Jumlah


(13)

peserta didik yang dilayani pada satminkal paling sedikit 40 (empat puluh) peserta didik.

e. Bagi Guru pembimbing TIK/KKPI yang mendapatkan tugas tambahan sebagai kepala sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 untuk memenuhi 24 jam tatap muka per minggu harus membimbing paling sedikit 40 (empat puluh) peserta didik.

f. Bagi Guru pembimbing TIK/KKPI yang mendapatkan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah/Kepala Laboratorium/Kepala Perpustakaan yang melaksanakan Kurikulum 2013 untuk memenuhi 24 jam tatap muka per minggu harus membimbing paling sedikit 80 (delapan puluh) peserta didik.

g. Bagi Satuan pendidikan jenjang Sekolah Dasar yang menggunakan Kurikulum 2013 dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting di dalam struktur program, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu hanya terbatas bagi Mata pelajaran Agama dan Penjasorkes.

h. Bagi Satuan pendidikan jenjang SMP yang menggunakan Kurikulum 2013 dapat menambah beban belajar per minggu sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan/atau kebutuhan akademik, sosial, budaya, dan faktor lain yang dianggap penting di dalam struktur program, namun yang diperhitungkan Pemerintah maksimal 2 (dua) jam/minggu.


(14)

BAB III

PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI GURU

A. Ketentuan Pembayaran

Ketentuan tentang pembayaran tunjangan profesi pada tahun 2016 bagi guru PNS atau guru bukan PNS yang sudah disetarakan (inpassing) adalah sebagai berikut.

1. Besaran tunjangan profesi pada tahun 2016 dibayarkan menggunakan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2015 dan untuk kenaikan gaji berkala berdasarkan usulan dari Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota pada akhir tahun 2015.

2. Apabila terbit Peraturan Pemerintah tentang kenaikan gaji PNS yang terbaru pada tahun 2016, kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil akibat PP tersebut mulai diberlakukan dan dibayarkan sesuai dengan berlakunya Peraturan Pemerintah dimaksud.

3. Bagi guru PNS, besaran tunjangan profesi akibat kenaikan gaji berkala dan kenaikan pangkat yang terbit pada tahun berjalan, besaran tunjangan profesi akibat kenaikan dimaksud mulai diberlakukan pada tahun berikutnya setelah diverifikasi oleh dinas pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai kewenangannnya.

Ketentuan tentang pembayaran tunjangan profesi pada tahun 2016 bagi guru bukan PNS yang dalam proses pelaporan SK Pemberian Kesetaraan adalah sebagai berikut.

1. SK Inpassing baik yang diterbitkan berdasarkan ketentuan Permendiknas Nomor 47

tahun 2007 maupun Permendiknas Nomor 22 Tahun 2010 tentang Inpassing, tunjangan profesinya dapat dibayarkan setelah melaporkan SK tersebut ke Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai kewenangannnya untuk diusulkan ke Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar dan mulai diperhitungkan selisihnya pada tahun berikutnya.

2. SK Pemberian Kesetaraan Jabatan dan Pangkat yang terbit berdasarkan Permendikbud Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pemberian Kesetaraan Jabatan dan Pangkat Bagi Guru Bukan PNS, maka penyesuaian tunjangan profesinya akan diberlakukan pada Januari tahun berikutnya.

B. Mekanisme Penerbitan Keputusan Penerima Tunjangan Profesi

Penerbitan Surat Keputusan Tunjangan Profesi (SKTP) dilakukan dengan 2 (dua) cara: 1. Digital, yaitu menggunakan sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik). SKTP

diterbitkan oleh Direktorat Jenderal GTK dengan menggunakan sumber data GTK dari Dapodik setelah data valid menurut sistem.

2. Manual, apabila terjadi kesulitan teknis dalam hal pendataan dapodik maka dinas pendidikan provinsi melakukan verifikasi data pendukung persyaratan calon penerima tunjangan profesi. Setelah data dinyatakan valid, kemudian diusulkan oleh


(15)

dinas pendidikan provinsi ke Direktorat terkait pada Ditjen GTK untuk diterbitkan SKTP- nya.

3. Apabila terjadi kesalahan data guru pada keputusan yang telah diterbitkan, maka dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi melaporkan perubahan tersebut ke Sekretariat Ditjen GTK yang ditembuskan kepada Direktorat Pembinaan Guru Dikdas.


(16)

MEKANISME PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI PUSAT

SEKOLAH LPTK SETDITJEN GTK DIREKTORAT KPPN/BANK PENYALUR

Pemutakhiran Data

DAPODIK

Kelulusan baru sertifikasi

Cetak SKTP Penerbitan SP2D Penerima Lama

Penerima Baru

Penyaluran ke rekening penerima

Buku tabungan penerima Cek persyaratan

sesuai kriteria

Display di website

Pengajuan SPP/Penerbitan


(17)

C. Mekanisme Pembayaran Tunjangan Profesi 1. Umum

a. Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) menerbitkan SKTP 2 (dua) tahap dalam satu tahun. Tahap 1 berlaku untuk semester satu, terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Juni (6 bulan), sedangkan tahap 2 berlaku untuk semester dua terhitung mulai bulan Juli sampai dengan Desember (6 bulan).

b. SKTP disampaikan ke provinsi melalui aplikasi Sistem Informasi Manajemen Tunjangan (SIMTUN).

c. Apabila ada perubahan data individu selain data yang terkait dengan beban kerja penerima tunjangan profesi, maka diterbitkan SKTP pada semester berikutnya pada tahun berjalan dengan disertai bukti perubahan data dari dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya.

d. Tunjangan profesi diberikan kepada guru pada tahun berkenaan dengan hasil Penilaian Kinerja Guru (PKG) minimal baik pada tahun sebelumnya.

e. Guru yang memenuhi seluruh persyaratan, SKTP nya akan diterbitkan. Tunjangan profesi guru dibayarkan setelah dinas pendidikan provinsi sesuai dengan kewenangannya memverifikasi keabsahan data dan hasil PK guru.

f. Bagi guru yang mengikuti program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) dengan pola pendidikan dan latihan (diklat) tatap muka paling banyak 100 jam (14 hari kalender) dalam bulan yang sama, dan mendapat izin/persetujuan dari dinas pendidikan setempat, maka tunjangan profesinya tetap dibayarkan.

g. Dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya melakukan verfikasi bukti fisik ekuivalensi kegiatan pembelajaran/pembimbingan yang disampaikan oleh kepala sekolah sesuai format bagi guru yang bertugas pada SMP yang melaksanakan kurikulum 2013 pada semester pertama kemudian kembali melaksanakan kurikulum 2006 pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015.

h. Selama liburan berdasarkan kalender akademik, guru tetap memperoleh tunjangan profesi.

i. Tunjangan profesi disalurkan kepada rekening guru yang tertera dalam SKTP dan memenuhi persyaratan setiap triwulan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

j. Pelaksanaan penyaluran tunjangan dan perencanaan anggaran memperhatikan hal-hal berikut.

1) Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antarsatuan pendidikan, antarjenis pendidikan dalam satu dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, antarkabupaten/kota, antarprovinsi, dan antarkementerian, baik atas kepentingan kedinasan atau pemekaran wilayah, guru menjadi pengawas


(18)

satuan pendidikan, maka tunjangan profesi dibayarkan sesuai lokasi terbitnya SK tunjangan profesi pada tahun anggaran berjalan dengan melampirkan bukti fisik beban mengajar minimal 24 jam per-minggu atau ekuivalensinya dari tempat tugas yang baru. Status yang bersangkutan akan disesuaikan pada SK tunjangan profesi tahun berikutnya.

2) Apabila terjadi mutasi guru menjadi pejabat struktural, fungsional lainnya kecuali pengawas satuan pendidikan, meninggal dunia atau karena pensiun, maka tunjangan profesi guru tersebut akan dihentikan pada bulan berjalan.

2. Dapodik

a. Direktorat Jenderal GTK memverifikasi kelayakan calon penerima tunjangan profesi lulusan tahun 2007 sampai lulusan tahun 2015 (beban mengajar 24 jam, rasio siswa guru, masa kerja, golongan, dan gaji pokok) secara digital sebelum SKTP diterbitkan.

b. Guru wajib mengecek kelengkapan data sebagai persyaratan untuk penerbitan SKTP pada info PTK dengan laman http://info.gtk.kemdikbud.go.id.

c. Bagi guru yang SK nya belum terbit karena datanya belum memenuhi persyaratan, wajib memenuhi persyaratan tersebut melalui operator sekolah paling lambat pada bulan Mei untuk semester pertama dan bulan November untuk semester ke dua.

3. Hasil penilaian kinerja guru sumatif menjadi bukti pelaksanaan penilaian kinerja guru untuk pembayaran tunjangan profesi tahun berikutnya. Hasil PKG yang diakui adalah hasil penilaian yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang dimilikinya.

4. Berdasarkan SKTP, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar menyiapkan berkas SPP dan SPM untuk diajukan ke Kantor Perbendaharaan Kas Negara (KPPN).

5. KPPN menelaah dan menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SPPD). Selanjutnya SPPD tersebut dikirimkan ke direktorat sebagai Bukti Penyaluran dana.

6. Bank Penyalur mentransfer dana tunjangan profesi ke rekening masing-masing penerima tunjangan sesuai dengan yang tertera dalam lampiran pengajuan pembayaran.

7. Apabila terjadi kesalahan data yang menyebabkan terjadinya retur, maka akan diselesaikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Tunjangan profesi disalurkan ke rekening penerima per-triwulan.

9. Pelaksanaan pembayaran tunjangan dan perencanaan anggaran memperhatikan hal-hal berikut :

1) Apabila terjadi kekurangan dana yang dialokasikan dengan realisasinya, maka akan diperhitungkan pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, dan apabila terjadi kelebihan dana akan dikembalikan ke kas negara.


(19)

2) Tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas sekolah dibayarkan melalui DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun anggaran 2016.

3) Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antarsatuan pendidikan, antarjenis pendidikan dalam satu provinsi atau antarprovinsi, dan antar kementerian, baik atas kepentingan kedinasan atau pemekaran wilayah, maka bagi guru PNS di bawah binaan provinsi, guru bukan PNS, atau pengawas sekolah yang masih memenuhi persyaratan, tunjangan profesinya tetap dibayarkan oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar. 4) Apabila terjadi mutasi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS

serta pengawas sekolah menjadi pejabat struktural, fungsional lainnya, meninggal dunia atau karena pensiun dini, maka pembayaran tunjangan profesinya akan dihentikan bulan berikutnya, kecuali mutasi guru PNS binaan provinsi menjadi pengawas satuan pendidikan di bawah binaan provinsi.

5) Apabila terjadi perubahan status guru bukan PNS menjadi CPNS, maka tunjangan profesinya dihentikan sejak tanggal Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) pada satuan pendidikan yang dituju.

10. Manual

Bagi guru yang menambah pemenuhan jam mengajar di madrasah harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan wajib melampirkan surat keterangan penugasan disertai jadwal mengajar mingguan dari kepala satuan pendidikan yang disahkan oleh kantor kementerian agama provinsi/kabupaten/kota bagi yang mengajar di madrasah. Surat keterangan dan jadwal mengajar tersebut dikirim ke Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan kewenangannya sebagai dasar peng-entrian beban kerja bagi guru yang menambah jam mengajar di satuan pendidikan di luar jenjang pendidikan satuan administrasi pangkal (satminkal) atau di bawah binaan kementerian Agama dalam rangka pemenuhan jam mengajar sesuai dengan sertifikat pendidiknya.

11. Mutasi guru dari Kementerian lain

Guru yang disertifikasi oleh kementerian selain kementerian pendidikan dan kebudayaan, jika mutasi ke sekolah di bawah binaan kementerian pendidikan dan kebudayaan maka dinas pendidikan kabupaten/kota harus menambahkan data kelulusan melalui aplikasi SIMTUN.


(20)

12. Tunjangan Profesi Kurang Bayar

Tunjangan profesi kurang bayar bagi guru dapat dibayarkan apabila: a. Memiliki SKTP pada tahun dimana terjadi kurang bayar;

b. Memiliki SKTP Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud berdasarkan data Dapodik dan SP2D.

D. Jadwal Pelaksanaan Program

Berikut adalah jadwal pelaksanaan program tunjangan profesi tahun 2016 :

No Kegiatan

2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1

Sosialisasi Petunjuk Teknis pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi.

2 Verifikasi data penerima tunjangan

3 Penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi

4

Penyaluran tunjangan profesi ke rekening penerima tunjangan.

5

Pelaporan rekapitulasi data guru penerima tunjangan profesi

6 Pemantauan dan Evaluasi


(21)

BAB IV

PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN

A. Pembatalan dan Penghentian Pembayaran 1. Pembatalan Pembayaran

Tunjangan profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:

a. terbukti memperoleh sertifikat pendidik yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menerima lebih dari satu tunjangan profesi yang berasal dari sumber dana yang sama atau berbeda maka guru yang bersangkutan hanya dapat menerima satu tunjangan profesi dan kelebihan pembayaran tunjangan profesi lainnya yang tidak sah wajib dikembalikan ke kas daerah. Penerima tunjangan profesi wajib mengembalikan tunjangan profesi yang dibatalkan atau kelebihan penerimaan tunjangan profesi ke kas daerah melalui rekening kas negara. Apabila penerima tunjangan profesi tersebut tidak mengembalikan ke kas negara, maka akan dibebankan pada pembayaran tunjangan profesi pada tahap berikutnya.

2. Penghentian Pembayaran

Pemberian tunjangan profesi guru dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi apabila:

a. meninggal dunia; b. pensiun;

c. tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas pada satuan pendidikan; d. sedang mengikuti tugas belajar;

e. tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang diperuntukannya kecuali bagi guru yang dimutasi akibat implementasi SKB Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS;

f. memiliki jabatan rangkap, sesuai dengan peraturan perundang-undangan; g. mutasi menjadi pejabat struktural atau fungsional lainnya;

h. melakukan tindakan melawan hukum yang sudah ditetapkan oleh pengadilan; atau i. alasan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kondisi tersebut di atas dibuktikan dengan surat resmi atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.


(22)

3. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan

Perubahan data individu akan diketahui melalui data pokok pendidikan. Jika ada perubahan data individu, maka guru yang bersangkutan/operator sekolah/dinas pendidikan kabupaten/kota wajib memperbaharui dan melaporkan perubahan data tersebut.


(23)

BAB V

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

A. Pengendalian

Kegiatan pengendalian pembayaran tunjangan profesi ini dilakukan melalui:

1. Pelaksanaan bimbingan teknis program penyaluran tunjangan profesi oleh pusat kepada Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. 2. Pemantauan dan evaluasi (monitoring dan evaluasi) dilakukan oleh instansi terkait. 3. Penyelesaian masalah secara terus-menerus dilakukan atas permasalahan yang

terjadi dalam proses pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi. 4. Rekonsiliasi data penerima tunjangan profesi dengan instansi terkait. B. Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(24)

BAB VI

PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan acuan dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi sehingga pelaksanaan program tunjangan profesi dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Tunjangan profesi diharapkan mampu memberikan dampak positif pada proses pembelajaran yang lebih baik dan bermutu, serta mendorong perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.


(1)

2) Tunjangan profesi bagi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS serta pengawas sekolah dibayarkan melalui DIPA Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar tahun anggaran 2016.

3) Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antarsatuan pendidikan, antarjenis pendidikan dalam satu provinsi atau antarprovinsi, dan antar kementerian, baik atas kepentingan kedinasan atau pemekaran wilayah, maka bagi guru PNS di bawah binaan provinsi, guru bukan PNS, atau pengawas sekolah yang masih memenuhi persyaratan, tunjangan profesinya tetap dibayarkan oleh Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar. 4) Apabila terjadi mutasi guru PNS di bawah binaan provinsi dan guru bukan PNS

serta pengawas sekolah menjadi pejabat struktural, fungsional lainnya, meninggal dunia atau karena pensiun dini, maka pembayaran tunjangan profesinya akan dihentikan bulan berikutnya, kecuali mutasi guru PNS binaan provinsi menjadi pengawas satuan pendidikan di bawah binaan provinsi.

5) Apabila terjadi perubahan status guru bukan PNS menjadi CPNS, maka tunjangan profesinya dihentikan sejak tanggal Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) pada satuan pendidikan yang dituju.

10. Manual

Bagi guru yang menambah pemenuhan jam mengajar di madrasah harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan wajib melampirkan surat keterangan penugasan disertai jadwal mengajar mingguan dari kepala satuan pendidikan yang disahkan oleh kantor kementerian agama provinsi/kabupaten/kota bagi yang mengajar di madrasah. Surat keterangan dan jadwal mengajar tersebut dikirim ke Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan sesuai dengan kewenangannya sebagai dasar peng-entrian beban kerja bagi guru yang menambah jam mengajar di satuan pendidikan di luar jenjang pendidikan satuan administrasi pangkal (satminkal) atau di bawah binaan kementerian Agama dalam rangka pemenuhan jam mengajar sesuai dengan sertifikat pendidiknya.

11. Mutasi guru dari Kementerian lain

Guru yang disertifikasi oleh kementerian selain kementerian pendidikan dan kebudayaan, jika mutasi ke sekolah di bawah binaan kementerian pendidikan dan kebudayaan maka


(2)

12. Tunjangan Profesi Kurang Bayar

Tunjangan profesi kurang bayar bagi guru dapat dibayarkan apabila: a. Memiliki SKTP pada tahun dimana terjadi kurang bayar;

b. Memiliki SKTP Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemdikbud berdasarkan data Dapodik dan SP2D.

D. Jadwal Pelaksanaan Program

Berikut adalah jadwal pelaksanaan program tunjangan profesi tahun 2016 :

No Kegiatan

2016

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Sosialisasi Petunjuk Teknis pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi.

2 Verifikasi data penerima tunjangan

3 Penerbitan SK Penerima Tunjangan Profesi

4

Penyaluran tunjangan profesi ke rekening penerima tunjangan.

5

Pelaporan rekapitulasi data guru penerima tunjangan profesi

6 Pemantauan dan Evaluasi


(3)

BAB IV

PEMBATALAN DAN PENGHENTIAN

A. Pembatalan dan Penghentian Pembayaran

1. Pembatalan Pembayaran

Tunjangan profesi dapat dibatalkan pembayarannya apabila:

a. terbukti memperoleh sertifikat pendidik yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. menerima lebih dari satu tunjangan profesi yang berasal dari sumber dana yang sama atau berbeda maka guru yang bersangkutan hanya dapat menerima satu tunjangan profesi dan kelebihan pembayaran tunjangan profesi lainnya yang tidak sah wajib dikembalikan ke kas daerah. Penerima tunjangan profesi wajib mengembalikan tunjangan profesi yang dibatalkan atau kelebihan penerimaan tunjangan profesi ke kas daerah melalui rekening kas negara. Apabila penerima tunjangan profesi tersebut tidak mengembalikan ke kas negara, maka akan dibebankan pada pembayaran tunjangan profesi pada tahap berikutnya.

2. Penghentian Pembayaran

Pemberian tunjangan profesi guru dihentikan apabila guru penerima tunjangan profesi apabila:

a. meninggal dunia; b. pensiun;

c. tidak bertugas lagi sebagai guru atau pengawas pada satuan pendidikan; d. sedang mengikuti tugas belajar;

e. tidak mengampu mata pelajaran yang sesuai dengan sertifikat pendidik yang diperuntukannya kecuali bagi guru yang dimutasi akibat implementasi SKB Lima Menteri tentang penataan dan pemerataan guru PNS;


(4)

3. Perubahan Data Individu Penerima Tunjangan

Perubahan data individu akan diketahui melalui data pokok pendidikan. Jika ada perubahan data individu, maka guru yang bersangkutan/operator sekolah/dinas pendidikan kabupaten/kota wajib memperbaharui dan melaporkan perubahan data tersebut.


(5)

BAB V

PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

A. Pengendalian

Kegiatan pengendalian pembayaran tunjangan profesi ini dilakukan melalui:

1. Pelaksanaan bimbingan teknis program penyaluran tunjangan profesi oleh pusat kepada Dinas Pendidikan Provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. 2. Pemantauan dan evaluasi (monitoring dan evaluasi) dilakukan oleh instansi terkait. 3. Penyelesaian masalah secara terus-menerus dilakukan atas permasalahan yang

terjadi dalam proses pelaksanaan pembayaran tunjangan profesi. 4. Rekonsiliasi data penerima tunjangan profesi dengan instansi terkait.

B. Pengawasan

Pengawasan dilakukan oleh aparat fungsional internal dan eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(6)

BAB VI

PENUTUP

Petunjuk teknis ini merupakan acuan dalam pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi sehingga pelaksanaan program tunjangan profesi dapat terlaksana sesuai dengan apa yang diharapkan. Tunjangan profesi diharapkan mampu memberikan dampak positif pada proses pembelajaran yang lebih baik dan bermutu, serta mendorong perbaikan kinerja guru dalam meningkatkan mutu pendidikan.