Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (Peti) Di Daerah Kendilo, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur
Buku 2 : Bidang Mineral
PENYELIDIKAN KONSERVASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH
PENAMBANGAN TANPA IZIN (PETI) DI DAERAH KENDILO, KABUPATEN PASER,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Edie Kurnia Djunaedi, Ridwan Arif dan Suharsono Kamal
Perekayasa Madya.KPP Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi
ABSTRAK
Bahan galian merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable
resources) dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga
pengelolaannya harus efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan sumberdaya mineral harus
memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya optimalisasi manfaat bahan galian, untuk
kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan.
Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim Pelitian Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa
Izin (PETI) di Daerah Kendilo Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur
Kegiatan penambangan bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser telah berlangsung
sejak beberapa tahun yang lalu, hingga kini dikelola oleh penambang emas tanpa izin (PETI).
Endapan emas aluvial ini terdiri dari endapan emas aluvial sungai, endapan aluvial purba dan
endapan emas koluvial, ketebalan lapisan dari 0,75 meter sampai dengan 1,2 meter. Daerah
potensi emas aluvial di Kabupaten Paser terletak di daerah Longsayo, Ketingting dan Swatu.
Sumber daya hipotetik emas aluvial, yang belum ditambang di daerah Longsayo adalah 86,712
kg emas, daerah Ketingting 34,873 kg dan daerah Swatu 582,164 kg. Bahan galian lain dan
mineral ikutan hasil analisa mineral butir dalam endapan aluvial adalah magnetit, ilmenit,
hematit, amfibol, piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar dan
kalkopirit
Hutan Raya Petangis adalah bekas tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia (PT.BHP KCI),
yang terletak di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, dapat sebagai contoh pasca
tambang oleh pengelola pertambangan di Indonesia.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
61
Buku 2: Bidang Mineral
bahan
PENDAHULUAN
galian
yang
masih
dapat
dimanfaatkan, agar dapat dimanfaatkan
Bahan galian merupakan sumberdaya alam
secara optimal dalam rangka peningkatan
yang
kegiatan usaha pada sektor pertambangan
tidak
renewable
peranan
dapat
diperbaharui
resources)
penting
dan
dalam
(non
mempunyai
berdasarkan kaidah konservasi.
perekonomian
nasional sehingga pengelolaannya harus
Secara
efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan
penyelidikan
sumberdaya mineral harus memperhatikan
Kabupaten
kaidah
Timur. Pencapaian daerah kegiatan dapat
konservasi
sebagai
upaya
administratif
daerah
kegiatan
termasuk ke dalam wilayah
Paser,
Provinsi
Kalimantan
optimalisasi manfaat bahan galian, untuk
ditempuh
kesejahteraan
menggunakan kendaraan roda empat, dari
masyarakat
dan
berwawasan lingkungan.
Jakarta
dari
-
Bandung
Balikpapan
–
Jakarta
menggunakan
pesawat terbang, kemudian dari Balikpapan
Kegiatan
PETI
berpotensi
menyisakan
menggunakan speedboat atau ferry menuju
bahan galian oleh karena itu bahan galian
Panajam.
pada wilayah PETI perlu penyelidikan untuk
kendaraan roda empat menuju Tanah
diperhitungkan peluang pemanfaatannya.
Grogot, ibukota Kabupaten Paser dan
Bahan galian tersebut berupa bahan galian
dilanjutkan ke daerah penyelidikan. Daerah
utama, bahan galian lain dan mineral
ini
ikutannya.
koordinat 00º 49’ 50” – 02º 24’57” LS dan
Selanjutnya
secara
geografis
menggunakan
terletak
antara
115º 37’ 23” – 116º 36’ 8,6” BT (Gambar.1).
Konservasi bahan galian adalah upaya
pengelolaan
bahan
galian
untuk
Kabupaten
Paser
di
sebelah
utara
mendapatkan manfaat yang optimal dan
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat,
berkelanjutan
di
bagi
kepentingan
rakyat
secara luas.
sebelah
Timur
berbatasan
dengan
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat
Makasar,
sebelah
selatan
berbatasan
Data dan informasi sumber daya mineral
dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi
tersebut mempunyai peranan yang sangat
Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat
penting
berbatasan dengan Kabupaten Tabalong,
dalam
pembangunan
menunjang
dan
kelancaran
kegiatan
usaha
Propinsi Kalimantan Selatan.
pertambangan secara nasional dan daerah.
GEOLOGI
Maksud kegiatan Penyelidikan Konservasi
Geologi Regional
Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan
Geologi
Tanpa Izin (PETI) ini adalah untuk evaluasi
termasuk dalam Lembar Peta Geologi
potensi bahan galian pada wilayah PETI
Balikpapan, Kalimantan
dengan tujuan untuk mengetahui potensi
Umar I, 1994, Gambar 2.). Batuan tektonik
62
regional
Kabupaten
Paser
(Hidayat, S dan
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
merupakan komplek ultramafik dan sebagai
Formasi
batuan yang paling tua, yaitu terdiri dari
batugamping, napal dan serpih. Napal dan
serpentinit dan harsburgit (Ju) berumur
serpih menempati bagian bawah Formasi
Jura, di atasnya ditutupi oleh Formasi
dan merupakan jenis batuan sedimen,
Pintap
diendapkan di lingkungan neritik tebalnya
(Ksp)
batupasir,
merupakan
greiwake,
konglomerat
perselingan
batulempung
berumur
Kapur
Berai
dan
1100
meter
Awal,
Awal.
Pada
(Tomb)
berumur
umur
terdiri
dari
Oligosen-Miosen
yang
bersamaan
selanjutnya secara bersamaan diendapkan
diendapkan Formasi Pamaluan (Tomp),
Formasi Haruyan (Kvh) terdiri dari lava,
terdiri dari batulempung dan serpih dengan
breksi dan tuff, berumur Kapur Awal.
sisipan napal, batupasir dan batugamping,
Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian
diendapkan di lingkungan laut dalam, tebal
bawah menghasilkan pengalihan tempat
1500-2500 meter, berumur Ologosen Akhir-
batuan ultra basa oleh sesar naik. Proses
Miosen Tengah, juga pada umur yang
itu diikuti dengan kegiatan magma yang
bersamaan diendapkan Formasi Bebulu
menghasilkan terobosan granit, granodiorit
(Tmbl), terdiri dari batugamping dengan
dan diorit pada Kapur Akhir.
sisipan batulempung lanauan dan sedikit
napal,
diendapkan
di
lingkungan
laut
Secara tidak selaras di atasnya diendapkan
dangkal, tebalnya mencapai 1900 meter,
Formasi
berumur Miosen Awal.
Tanjung
(Tet),
perselingan
batupasir,
konglomerat,
batugamping
merupakan
batulempung,
dan
napal
Pada kala Miosen Tengah terjadi susut laut
dengan sisipan tipis batubara berumur
yang
Eosen Akhir, pada lingkungan paralik-
endapan darat yang menyusun Formasi
neritik tebalnya antara 1000-1500 meter,
Warukin,
Formasi
secara
bersamaan
Formasi
Balikpapan.
Formasi
Kuaro,
perselingan
konglomerat
diendapkan
terdiri
dengan
juga
mengakibatkan
dari
batupasir,
berupa
sisipan
batubara,
batulempung
terbentuknya
Pulaubalang
Formasi
Warukin
batupasir
dengan
sisipan
dan
dan
batubara,
napal, batugamping dan serpih lempungan,
diendapkan di lingkungan delta tebalnya
diendapkan
antara 300-500 meter, diduga berumur
di
lingkungan
paralik-laut
dangkal, tebalnya 700 meter, berumur
Miosen Tengah-Miosen Akhir.
Eosen Awal. Selanjutnya diendapkan juga
secara bersamaan dengan kedua Formasi
Pada kala Pliosen diendapkan Formasi
di atas yaitu Formasi Talakai, terdiri dari
Kampungbaru secara tidak selaras di atas
batulempung, batupasir lempungan dan
Formasi Balikpapan
serpih, dengan sisipan batugamping dan
aluvial (Qa) secara tidak selaras di atas
napal, diendapkan di lingkungan yang lebih
seluruh formasi sebelumnya, terdiri dari
dalam dari Formasi Kuaro, tebalnya 1700
endapan kerakal, kerikil, pasir, lempung
meter, berumur Eosen Akhir.
dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa,
Terakhir diendapkan
pantai dan delta, berumur Holosen.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
63
Buku 2: Bidang Mineral
Struktur dan Tektonika
endapan di dalam sungai aktif. Di daerah
Batuan di wilayah ini semuanya telah
penyelidikan
mengalami perlipatan dan terpatahkan dari
pinggiran Sungai Payang di Longsayo
mulai Pra Tersier- Tersier Akhir. Akibat
hingga
proses tersebut terbentuk adanya antiklin,
Secara
sinklin
tersebut, keadaannya bervariasi tergantung
dan
sesar.
Perlipatan
batuan
o
o
membentuk kemiringan antara 10 -60 dan
o
endapan
bermuara
ke
keseluruhan
penyelidikan,
dalam dari perlipatan tersebut umumnya
berkesinambungan.
bandingkan
lebih
apabila
Kendilo.
endapan
aluvial
ditemukan
secara
tidak
di
Material yang diendapkan berupa endapan
utara-selatan
pasir, kerikil, kerakal sebagian ada yang
sampai timur laut-barat daya. Struktur sesar
berukuran bongkah, ketebalannya antara
terdiri dari sesar normal, sesar naik dan
0,25 m hingga 1,20 m. Di bawahnya
sesar geser searah jurus, arah sesar
sebagai batuan dasar berupa batu lempung
hampir sejajar dengan struktur lipatan.
berwarna abu-abu tua – kuning kecoklatan
lipatan
bagian
Sungai
luar, arah
sumbu
dengan
terjal
menempati
batuan dasar yang tersingkap di daerah
pada batuan Pra Tersier sekitar 40 . Bagian
berkemiringan
ini
umumnya
mengandung limonit, kemiringan landai
Sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal
antara 5° hingga 12°, tersingkap pada
terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran
pinggiran
menghasilkan
penyelidikan. Di atasnya ditutupi oleh soil
sedimen
darat
yang
sungai
di
beberapa
lokasi
menyusun Formasi Tanjung dan Formasi
berwarna
Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di
mengandung fragmen batuan berukuran
Kalimantan Tengah, di beberapa tempat
kerikil hingga kerakal, ketebalannya 1m
terendapkan karbonat yang membentuk
hingga 3 m.
kuning
kecoklatan
sebagian
Formasi Tanjung, sedangkan pada kala
Miosen Tengah terjadi susut laut yang
Endapan Aluvial Purba
mengakibatkan
endapkan
Endapan jenis ini ditemukan di cabang
darat yang menyusun Formasi Warukin,
kanan hulu Sungai Uko secara tepatnya di
Formasi
daerah
terbentuknya
Pulaubalang
dan
Formasi
Balikpapan.
Ketinting,
perbukitan
dengan
bergelombang
membentuk
rendah.
Endapannya berupa pasir halus hingga
Geologi Daerah Penyelidikan
kasar berwarna abu-abu kecoklatan, kerikil
Endapan Aluvial
dan kerakal berasal dari batuan ultra basa,
Endapan aluvial sungai merupakan hasil
sedikit
pengendapan beberapa jenis batuan, yang
basaltik. Ketebalannya antara 3 m hingga 5
telah mengalami pelapukan fisika dan kimia
m di dasari oleh batulempung berwarna
kemudian
abu-abu tua, padu, segar sedikit limonitan
tergerus
dan
tertransportasi
dengan media air selanjutnya diendapkan
fragmen
kuarsa,
andesitik
dan
mengisi rekahan.
pada tepi sungai dengan waktu secara
periodik. Hasilnya berupa undak sungai dan
64
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Dari Sungai Kendilo ke lokasi endapan ini
di atas, akan tetapi daerah hulu Sungai Uko
berjarak sekitar 700 m, dan sebarannya
ini merupakan daerah yang paling banyak
kearah kaki Gunung Hijau sekitar 250 m, di
kegiatan penambangan
atasnya ditutupi oleh soil dengan ketebalan
antara 1m hingga 1,5 m. Ketebalan dari
PERTAMBANGAN
endapan ini bervariasi antara 3 m hingga 5
m
terbentuk
dengan
Pertambangan emas aluvial PETI terdapat
singkapan di beberapa tempat pada bekas
di Desa Longsayo, di sebelah baratnya
tambang rakyat dan areal penambangan
terletak di Desa Muarapayang, kearah
yang masih aktif. Lapisan endapan aluvial
selatan
purba
telah
Muarakomam, Sungai Uko, Sungai Srang
mengeras, ditemukan berupa konglomerat
dan Batu Buntok, daerah-daerah tersebut
polimik dan membentuk perlapisan
masuk dalam wilayah Kecamatan Muara
pada
secara
berlanjut
umumnya
sebagian
terletak
Desa
Prayon,
Komam. Selanjutnya ke Desa
Seraki, Songka, Kasungkai ke arah timur
Endapan Koluvial
Punggungan
Busui,
perbukitan
meratus
yang
menghasilkan koluvial pada kaki bukitnya di
Batukajang, Legai yang termasuk dalam
Kecamatan Batu Sopang (Gambar 3).
wilayah penyelidikan, adalah kaki Gunung
Hijau dan Kaki Gunung Sentiung, terdiri
Kegiatan penambangan di daerah ini telah
dari batuan ultrabasa jenis serpentinit dan
lama dilakukan oleh beberapa keluarga
peridotit kemungkinan juga terdapat batuan
secara
gang berupa andesit, basal dan granodiorit.
masyarakat hanya menambang dengan
Pelapukan
cara
dari
intrusi-intrusi
tersebut
turun
temurun.
mendulang,
namun
Sebelumnya
kini
dengan
kemudian mengalami pelongsoran, erosi
masuknya pendatang bekerja sama dengan
dan
penduduk setempat dan seiring kemajuan
tertransportasi
dekat,
sehingga
membentuk endapan koluvial.
teknologi, kegiatan penambangan telah
menggunakan mesin ‘Dompeng’.
Endapan
koluvial
terdiri
dari
fragmen
batuan ultrabasa, andesitik, basaltik dan
Kegiatan penambangan dilakukan terutama
granodiorit,
pada
berukuran
kerikil,
kerakal
daerah-daerah
sekitar
Sungai
hingga bongkah-bongkah dengan diameter
Payang, Sungai Kuaro, Sungai Kendilo,
hingga mencapai 3 m, bercampur dengan
Sungai Uko dan Sungai Srang. Keterangan
pasir. Bentuk fragmen batuan tersebut
dari penambang PETI hasil penambangan
barsudut
hingga
bersudut
tanggung,
emas aluvial antara 2 gram-20 gram/hari.
sebagian
kecil
membulat
tanggung
Kegiatan penambangan emas tanpa izin
memperlihatkan
transportasinya
tidak
begitu jauh dari sumbernya.
(PETI) di Kabupaten Paser, yaitu dengan
cara ;
1. Cara
pendulangan,
mengambil
Penyebaran endapan ini tidak begitu jauh
material dari tempat tertentu yang
sekitar 70 m dari kaki pegunungan tersebut
diperkirakan mengandung emas.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
65
Buku 2: Bidang Mineral
2. Cara menghisap pasir dan batuan
yaitu
dengan
pompa
di
meletakan
atas
papan
beralaskan
yang
drum-drum
mengambang,
pada
mesin
dasar
selang
sungai
diletakkan
menghisap
material yang diperkirakan material
dan
fragmen
batuan
Kegiatan penambangan PETI di Desa
Longsayo dan Desa Muarapayang secara
umum
menggunakan
cara
mendulang.
Masyarakat di desa ini terutama di dekat
pemukiman
dan
sungai
berupaya
mencegah kegiatan yang dapat mencemari
lingkungan.
yang
mengandung emas dan dialirkan ke
Di Sungai Kendilo desa Legai, Mariga,
sluice box yang beralaskan karpet.
Songka, Mandaro, Busui dan sekitarnya,
Kecamatan
Batu
Sopang
aktifitas
Cara menyemprot dengan air bertekanan
penambangan PETI menggunakan mesin
tinggi pada dinding dan dasar material
penyedot dasar sungai. Hasil pendulangan
untuk
secara megaskopis terdapat
melepaskan
Selanjutnya
aliran
butiran
lumpur
emas.
hasil
6
sampai dengan 11 butir emas.
penyemprotan disedot dengan mesin dan
dialirkan ke sluice box. Lumpur konsentrat
Kegiatan penambangan PETI di daerah
yang mengandung emas dialirkan ke sluice
Sungai Uko, Batubutok, Ketingting, Swatu
box yang beralaskan karpet, karena butiran
dan sekitarnya, terletak pada kaki Gunung
emas mempunyai berat jenis tinggi akan
Sentiung, dilakukan secara penyemprotan
mengendap dan terperangkap pada karpet.
menggunakan mesin dompeng. Bukaan
Setelah beberapa waktu karpet tersebut
tambang dilokasi ini berukuran 30 X 40
dicuci
(drum),
meter, kedalaman 8 meter, dikerjakan oleh
sehingga butiran-butiran emas terlepas dari
7-10 orang/kelompok. Sluice box yang
karpet dan terkumpul dalam konsentrat.
digunakan umumnya berukuran panjang 6
Konsentrat
meter, lebar 0,60 meter dan kemiringan 10
dalam
tempat
yang
tertutup
mengandung
mineral
berat kemudian didulang, sehingga terpisah
°.
butiran emasnya. Untuk mencegah butiran
emas berbutir halus terbuang, konsentrat
Di daerah Swatu lokasi penambangan PETI
yang mengandung emas dicampur dengan
pada endapan kolovial yang berukuran
air
fragmen batuan 30 x 60 cm sampai dengan
raksa,
sehingga
dengan
cara
amalgamasi tersebut dapat menangkap
70
butiran emas. Air raksa yang mengandung
pendulangan
emas disaring dengan kain payung, sampai
megaskopis 3 sampai dengan 9 butir emas,
mendapatkan emas bulion. Bulion dibakar
dari pendulangan conto tailing terdapat 15
sehingga butiran emas terpisah dengan air
butir. Informasi dari penambang di daerah
raksa. Proses pembakaran dan pemurnian
ini, hasil yang mereka dapat sekitar 10-20
ini biasanya tidak dilakukan di daerah
gram/hari.
x
150
cm.
Hasil
di
daerah
pemercontoan
ini
secara
penambangan tetapi di tempat lain.
66
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
konservasi bahan galian adalah emas
Pengolahan
Pengolahan
terhadap
aluvial. Endapan emas aluvial ini terdiri dari
bercampur
endapan emas aluvial sungai, endapan
dengan logam lainnya, diantaranya dengan
aluvial purba dan endapan emas koluvial.
perak terutama dari hasil pengambilan
Hasil penyelidikan lapangan terdapat di
emas aluvial purba dan koluvial. Hal ini
beberapa
daerah
yang
dilakukan mengingat kadar emas terlalu
berpotensi
untuk
dilakukan
rendah
penambangan
butiran
emas
emas
dilakukan
yang
masih
kemungkinannya
antara
40%
ditafsirkan
kegiatan
emas secara sederhana.
hingga 55%, sisanya berupa perak dan
Diantaranya yaitu endapan emas aluvial di
mineral lainnya.
daerah Longsayo, endapan emas aluvial
purba di daerah Ketingting dan endapan
Endapan emas tersebut dimasukkan ke
koluvial di daerah Swatu.
dalam dulang kemudian dicampur dengan
air raksa yang akan menghasilkan bulion,
Penambangan emas aluvial di daerah
kemudian dibakar untuk memisahkan emas
Longsayo
dan perak. Pengolahan dilakukan ditempat
masyarakat dengan cara pendulangan,
lain
seperti
jauh
dari
pemukiman,
menimbulkan
polusi
dan
mengganggu
kesehatan
karena
pada
yang
umumnya
dilakukan
dilakukan
oleh
para
dapat
penambang tradisional, terutama di dekat
terutama
pemukiman dan aliran sungai Payang.
pernapasan.
Kegiatan ini hanya sebagai tambahan dan
dikerjakan setelah selesai kegiatan rutin
seperti berladang, mengambil getah karet
PENGAMBILAN CONTO
dan berkebun.
Hasil pengambilan conto
beberapa titik
lokasi dengan cara mendulang di Sungai
Hasil
Payang
secara
diketahui bahwa potensi endapan emas
megaskopis terdapat 2 sampai dengan 20
aluvial di wilayah ini, dicirikan dengan
butir emas aluvial. Pengambilan conto di
banyaknya emas dari hasil pendulangan,
daerah Prayon ditemukan daerah bekas
yang dilakukan pada beberapa tempat
tambang,
ditinggalkan
pada lapisan kerikil dan kerakal. Setiap
informasi dari masyarakat sekitarnya hasil
pendulangan diperoleh butiran emas aluvial
tambang tersebut tidak menguntungkan.
dengan
Hasil
Desa
Longsayo
lubang
tambang
pengambilan
penyelidikan,
conto
diperoleh
penyelidikan
ukuran
di
halus
Desa
Longsayo
hingga
kasar,
di
wilayah
berbentuk pipih, hasil setiap pendulangan
conto
dulang
diperoleh butiran emas sebanyak 8 hingga
sebanyak 41 conto, lihat tabel dibawah ini ;
15 color
Luas wilayah yang mengandung emas
PEMBAHASAN
tersebut hampir separuhnya terletak di
Penambangan tanpa izin (PETI) yang
bawah perkampungan dan ditafsirkan dapat
ditemukan
bertambah ke arah selatan bila dilakukan
di
daerah
penyelidikan
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
67
Buku 2: Bidang Mineral
pemboran. Sedangkan ke arah utara sudah
Penambangan
dibatasi
Daerah
oleh
perbukitan
rendah
yang
ditempati oleh batulempung dan soil padat.
emas
Ketingting
aluvial
purba
merupakan
di
lokasi
penambangan emas yang dilakukan oleh
penduduk
dengan
cara
penyemprotan
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap
lapisan aluvial purba, kemudian hasilnya
endapan aluvial di wilayah ini luas sebaran
diaduk secara manual setelah itu disedot
aluvial
di
dan dialirkan ke sluice box yang dilapisi
Longsayo ± 89 hektar atau 890.000m²
karpet. Hasil kegiatan penambangan di
dengan ketebalan rata-rata 0,75 meter
daerah ini dalam satu hari diperoleh emas
(Gambar
yang
mengandung
4.).
berpotensi
Volume
mengandung
emas
aluvial
yang
antara
emas
yaitu
perhitungan
2
gr
hingga
secara
4
gr,
menurut
ekonomi
dapat
890.000m² x 0,75 m = 667.500 m³.
dianggap kurang ekonomis. Tetapi lokasi
Perhitungan
pengambilan emas tersebut tidak jauh dari
ketebalan
sumber
aluvial
daya
berdasarkan
mengandung
emas
kampung
dan
diperkirakan daerah yang telah ditambang
menggunakan
pada daerah Longsayo yaitu seluas ± 0,5
sehingga
hektar atau 5000 x 0,75 =
dianggap murah.
3.750 m³
dapat
dicapai
kendaraan
biaya
transport
dengan
roda
dan
dua
logistik
sehingga volume sisa daerah prospek
Longsayo 667.500 m³- 3.750 m³ = 663.750
Luas potensi endapan aluvial purba di
m³.
daerah Ketingting, adalah ± 73,89 hektar
atau 738.900 m², dengan ketebalan rata-
Berdasarkan hasil analisis laboratorium
rata 1,2 meter (Gambar 5.). Diperkirakan
mineralogi butir dari konsentrat dulang,
daerah yang telah ditambang 36,945 hektar
menghasilkan kadar emas dalam aluvial
atau 369.450 m² ( 50%), sisa daerah yang
berkisar
belum
antara
0.0078
gr/m³
hingga
ditambang
36,945
hektar
atau
0.3037 gr/m³. Hasil dari analisis butir
369.450
tersebut, maka diperoleh kandungan emas
daerah prospek aluvial purba mengandung
aluvial rata-rata
emas Sungai Uko yang belum ditambang
130,64 mg/ m³ atau
0.13064 gr/ m³. Dari data itu diperkirakan
m²
(50%).
Sehingga
volume
369.450 m² x 1,2 m = 443.340 m³.
jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial,
yang belum ditambang di daerah Longsayo
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial
adalah 663.750 m³.x 0,13064 gram/ m³=
purba yang belum ditambang di daerah
86712gram atau 86,712 kg emas.
Ketingting adalah 443.340 m³ x 0,07866
gram/ m³= 34873,12 gram = 34,873 kg..
Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan
pengembangan bahan galian emas aluvial
Penambangan endapan emas koluvial di
di daerah Longsayo perlu dikaji lebih lanjut,
daerah
karena daerah potensi tersebut terletak
penyemprotan dan penyedotan, hasilnya
pada
diperoleh
perumahan
Longsayo.
68
penduduk
Desa
Swatu
dilakukan
butiran-butiran
secara
emas
yang
berukuran lebih besar dari hasil yang
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
diperoleh
di
sungai-sungai.
Hasil
purba di daerah Ketingting dan koluvial di
pengambilan conto pendulangan di daerah
daerah Swatu, perlu dikaji lebih lanjut
Swatu
karena terletak di daerah kaki Gunung
secara
megaskopis,
diperoleh
butiran emas sebanyak 3 sampai dengan 9
color,
dari
terdapat
pendulangan
15
conto
color.
Hijau dan di lereng Gunung Sentiung.
tailing
Informasi
dari
Hasil analisa conto laboratorium pada
penambang di daerah ini, hasil yang
daerah Sungai Payang di titik pengambilan
mereka dapat sekitar 10-20 gram/hari.
conto KDL.8, KDL.9, KDL.10 dan di daerah
Sungai Kendilo pada KDL.15, KDL 16,
Daerah potensi endapan koluvial Swatu,
KDL.17,
yaitu seluas ± 40,03 hektar atau 400300
menunjukan nilai dari 0.026 mg sampai
m², dengan ketebalan rata-rata 0,80 meter
dengan 14 mg. Conto tersebut diatas
(Gambar 5.).
didapatkan
Maka volume aluvial yang
KDL
19,
dari
KDL.
20,
wilayah
KDL.21,
PETI
yang
berpotensi mengandung emas 400300 m² x
menggunakan cara menghisap pasir dan
0,8 m = 320240 m³. Perhitungan sumber
batuan dari dasar sungai aktif (Foto 6.).
daya berdasarkan ketebalan aluvial yang
Pada
mengandung emas, diperkirakan dengan
potensinya karena aktifitas tambang PETI
menghitung
terletak pada sungai aktif yang ditafsirkan
luas
daerah
yang
telah
daerah
ini
tidak
dihitung
nilai
ditambang ± 30% atau 12.01 hektar dan
pengendapan
sisa daerah yang belum ditambang 28,02
mengikuti kecepatan aliran sungai.
hektar (70%). Sehingga volume daerah
Penanganan kegiatan penambangan emas
potensi Swatu, yang belum ditambang,
tanpa
yaitu 280200m³ x 0,8 m = 224168 m³.
pemanfaatan,
izin
emas
(PETI),
nilai
aluvial
bergerak
untuk
mendukung
tambah
dan
keekonomian sumber daya geologi, perlu
Jumlah
sumber
daya
hipotetik
emas
dilakukan
kebijakan-kebijakan
yang
di
koluvial yang belum ditambang di daerah
koordinir pemerintah setempat. Dengan
Swatu adalah 224168 m³.x 2,597gram/ m³=
upaya arah kebijaksanaan pengelolaan
582164 gram = 582,164 kg.
sumber daya mineral yang berwawasan
lingkungan,
Potensi bahan galian lain dan mineral
penambangan
berdasarkan
eksplorasi yang baik, benar dan optimal.
ikutan di lokasi penambangan emas aluvial
tersebut adalah, magnetit, ilmenit, hematit,
Satu diantara metoda eksplorasi untuk
amfibol,
zirkon,
endapan aluvial dapat digunakan metoda
markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar
geofisika tahanan jenis, metoda ini untuk
dan
melokalisir daerah endapan aluvial tua
piroksin,
kalkopirit
bersama-sama
epidot,
yang
dalam
pirit,
keterdapatannya
endapan
aluvial
(Lampiran hasil analisa mineralogi butir).
yang
mungkin
berpotensi
mengandung
emas aluvial. Sehingga lokasi bukaan
tambang dapat efisien dan mencapai hasil
Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan
yang optimal.
pengembangan bahan galian emas aluvial
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
69
Buku 2: Bidang Mineral
Selain itu perlu dilakukan bimbingan teknis
Parawisata
penambangan
kepada
taman, areal bermain, bumi perkemahan,
penambang, sehingga tidak terjadi penyia-
lapangan sampah, bangunan MCK, danau,
nyian potensi endapan aluvial. Berdasarkan
dermaga sepeda air, rumah makan, tempat
hasil
pemancingan
kajian
yang
sistematis
Percobaan
Menjalankan
dilengkapi
dan
Shillter,
bangku
bangunan
bekas
Percontohan Pengolahan Emas Letakan
tambang, menjadikan taman hutan ini
(Aluvial) yang dilakukan PPTM (1985)
sebagai tempat parawisata yang nyaman.
adalah sebagai berikut.
Bekas tambang yang telah direklamasi
dengan tanaman cepat tumbuh menjadi
Air penyemprot endapan aluvial
tingkat
taman
hutan
kandungan lumpur/ kekeruhan tidak terlalu
penangkaran
pekat
manjangan.
dan
penggerak,
tidak
agar
tercemar
lumpur
oli
yang
mesin
yang
dilengkapi
sapi,
tempat
kambing
Taman
hutan
dan
raya
Lati
disedot
Petangis ini dapat dijadikan salah satu
kemudian diendapkan pada sluice box,
contoh reklamasi daerah bekas tambang di
sehingga pengendapan konsentrat dalam
Indonesia.
sluice box berproses dengan baik
.
KESIMPULAN.
Ukuran
sluice
box
yang
baik
adalah
panjang 32 meter, lebar 40 cm, kemiringan
Potensi bahan galian emas aluvial di
3º dengan dilengkapi riffle dengan umpan
Kabupaten Paser, belum terinventarisasi di
berupa ukuran butir , 2 mm, persen
Dinas
padatan 15.5% dan laju aliran air ± 1m³/
Energi, Kabupaten Paser.
Kehutanan,
Pertambangan
dan
menit.
Daerah potensi emas aluvial di Kabupaten
Proses penyaringan secara amalgamasi
Paser
memakai dengan 2 lapis kain, penyaringan
Ketingting dan Swatu. Ketebalan endapan
dilakukan berulang, sehingga amalgam
aluvial yang berpotensi mengandung emas
yang mengandung emas tidak lolos dan
di wilayah ini bervariasi, mulai dari 0,75
terbuang.
meter sampai dengan 0,8 meter dan 1,20
secukupnya,
mencemari
Penggunaan
agar
tidak
air
raksa
merugi
lingkungan.
dan
Proses
terletak
di
daerah
Longsayo,
meter.
Kegiatan
penambangan
bahan
galian
pembakaran bullion perlu dilakukan dengan
emas aluvial di Kabupaten Paser telah
alat incinerator dan alat sublimasi,agar uap
berlangsung sejak beberapa tahun yang
air raksa tidak mencemari udara dan bisa
lalu, hingga kini dilakukan oleh penambang
diperoleh kembali.
emas tanpa izin (PETI). Penambangan
emas aluvial pada umumnya menggunakan
Taman hutan raya Lati Petangis adalah
satu atau dua unit Dompeng dan sluice box
bekas tambang Petangis, yang menjadi
berukuran panjang, lebar dan kemiringan
kawasan parawisata dan memiliki fasilitas
berbeda-beda. Hasil pendulangan terhadap
dan
70
berwawasan
lingkungan
Fasilitas
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
tailing dibeberapa lokasi penambangan
terjadi
masih terdapat butiran-butiran emas
kemungkinan terjadi bencana alam.
kerusakan
Bahan galian aluvial yang belum ditambang
lingkungan
dan
DAFTAR PUSTAKA
di daerah Longsayo volumenya = 663.750
m³.
Volume aluvial purba yang belum
1.
Hidayat
dan
Umar,1994,
Peta
ditambang di daerah Ketingting 443.340 m³
Geologi Lembar Balikpapan, Kalimantan
dan volume koluvial di daerah Swatu
Skala 1 : 250.000 PPPG. Bandung
224168 m³.
2.
Lahar
H,
2001
dkk,
Kegiatan
Pendataan Bahan Galian yang Tertinggal di
Jumlah Sumber daya hipotetik bahan galian
Tambang Batubara Daerah Samarinda,
emas aluvial yang masih tersisa di daerah
Kabupaten
Longsayo 86,712 kg emas. Ketingting
Kalimantan Timur, Laporan Tahunan DIK-S
34,873 kg emas dan Swatu 582,164 kg
Tahun Anggaran 2001, DIM
emas.
3.
Kutai
Kartanegara,
Provinsi
Suhargo, 1995, Suatu Pandangan
Tentang Konservasi Bahan Galian, Sub Dit.
Potensi bahan galian lain dan mineral
Konservasi,
ikutan dari hasil analisa butir adalah
Pertambangan.
Direktorat
Teknik
magnetit, ilmenit, hematit, amfibol,piroksin,
epidot,
pirit,
zirkon,
markasit,
kuarsa,
mineral lempung,feldspar dan kalkopirit.
Hutan Raya Petangis adalah daerah bekas
tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia
(PT.BHP KCI), dapat dijadikan contoh
pengelolaan Pasca tambang di Indonesia.
SARAN-SARAN
Perlu
Kebijakan-kebijakan
yang
pemerintah setempat untuk penanganan
kegiatan penambangan emas tanpa izin
(PETI),
agar pengelolaan sumber daya
mineral dapat optimal.
Bukaan hutan akibat kegiatan PETI di
daerah kaki dan lereng Gunung Sentiung
dan Gunung Hijau,
sebaiknya menjadi
perhatian pemerintah daerah, agar tidak
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
71
Buku 2: Bidang Mineral
116 15'
440000
116 30'
400000
116 0'
360000
116 15'
116 45'
PETA LOKASI PENYELIDIKAN
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kab. KUTAI
Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
B
9880000
0
B
10
B
Keterangan :
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
20
kilometer
Kontur topografi
-1 15'
Sungai
Waru
B
9840000
-1 30'
Kab. PASER
B
B
Jalan
Long Kali
Batas kecamatan
S. K
(
o
endil
Long Ikis
(
(
Sebakung
Muara Koman
(
Samuntai
(
(
Lokasi penyelidikan
Mandang
B
B
B
Kuaro
(
(
Kab. TABALONG
SELAT MAKASAR
(
-1 45'
9800000
Tanah Grogot
Batu Sopang
(
Lempesu
Luan
(
(
(
-2 00'
S. Kendilo
Pasir Balengkong
Luti
(
B
9760000
-2 15'
Kota
B
PETA INDEKS
B
Tanjung Aru
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian
Kab. KOTA BARU
-2 30'
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan, Kab. Paser, Prov. Kalimantan Timur
72
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
116 30'
116 45'
Kab. KUTAI
440000
116 15'
400000
116 0'
360000
116 15'
Loa Kulu
PETA GEOLOGI
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Tmpb
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
0
Tmbp
9880000
40
Keterangan
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
Tomp
Qa
-1 15'
Toty
Waru
Toty
Tomb
9840000
Kab. PASER
Long Kali
Ju
S. K
end ilo
Muara Koman
Sebakung
Ksp
Tet
Samuntai
Qa
Mandang
Ju
-1 45'
Aluvium
Tmbp
Formasi Balikpapan
Tmpb
Formasi Pulaubalang
Tmw
Formasi Warukin
Tmbl
Formasi Warukin
Tomp
Formasi Pamaluan
Tomb
Formasi Berai
Toty
Formasi Tuyu
Tetk
Formasi Telakai
Tek
Formasi Kuaro
Tet
Formasi Tanjung
Long Ikis
SELAT MAKASAR
-1 30'
20
kilometer
Tet
Ksp
Kuaro
9800000
Tomb
Kab. TABALONG
Tanah Grogot
Batu Sopang
Tmw
-2 00'
Lempesu
Luan
S. Kendilo
Pasir Balengkong
Tmbp
Formasi Haruyan
Kok
Formasi Olistolit Kintap
Ksp
Formasi Pintap
Ju
Kompleks Ultramafik
Sungai
Luti
Tomp
Kvh
Kota
Jalan
Kvh
9760000
Qa
Ksp
PETA INDEK
Tanjung
Aru
Tmbp
-2 15'
Kvh
Tomp
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Kab. KOTA BARU
Daerah Penelitian
-2 30'
Sumber : Peta Geologi Lembar Balikpapan, 1994
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dan Sekitarnya
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
73
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 1. Singkapan endapan aluvial sungai di Sungai Payang
74
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Foto 2. Endapan aluvial purba di Daerah Ketinting
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
75
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 3. Endapan koluvial di kaki Gunung Sentiung di daerah Swatu
Foto 4. Penambangan cara mendulang di Sungai Payang
76
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Foto 5. Penambangan cara semprot dan hisap di daerah Ketinting
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
77
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 6. Penambangan emas secara hisap di Sungai Kendilo
78
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
116 15'
400000
116 30'
440000
116 0'
360000
116 15'
116 45'
PETA LOKASI PENGAMBILAN CONTO
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kab. KUTAI
Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
0
10
20
kilometer
9880000
Keterangan
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
-1 15'
KDL.5
Titik Pengambilan Contoh
Sungai
Waru
9840000
Kab. PASER
-1 30'
o
endil
KDL.14
Jalan
Long Kali
Sebakung
Muara Koman
KDL.39
KDL.38
KDL.41
-1 45'
KDL.24
KDL.27
KDL.26
9800000
KDL.19
Kab. TABALONG
Batas kecamatan
Long Ikis
KDL.35
Samuntai
KDL.37
KDL.33
KDL.32
Mandang
KDL.30
KDL.29
KDL.31
KDL.21
KDL.22
KDL.20 Kuaro
KDL.23
KDL.18
KDL.17
Tanah Grogot
KDL.15
Batu Sopang
Lempesu
Luan
-2 00'
S. Kendilo
Kota
SELAT MAKASAR
S. K
KDL.5
KDL.4
KDL.3
KDL.2
KDL.1
KDL.6
KDL.8
KDL.10
KDL.11
KDL.12
KDL.13
Pasir Balengkong
Luti
PETA INDEKS
9760000
-2 15'
Tanjung Aru
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian
Kab. KOTA BARU
-2 30'
Gambar 3 . Peta lokasi pengambilan conto di Kabupaten Paser, Prov. KalTim
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
79
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 4. Potensi Emas Aluvial di Daerah Longsayo
80
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Gambar 5. Daerah Potensi Emas Aluvial di Daerah Ketingting dan Swatu
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
81
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 1.
Pengambilan conto pada wilayah PETI di daerah Kendilo dan sekitarnya,
Kabupaten Paser, KalimantanTimur
No
1
No.Contoh
KDL.1
Lokasi
Sungai
Koordinat
Keterangan
Lintang Selatan
Bujur Timur
01 31’55,2”
115 52’ 01,1”
Aluvial
01 31’49,2”
115 52’ 01,2”
Aluvial
01 31’46,6”
115 52’ 03,3”
Aluvial
01 31’43,1”
115 52’ 07,5”
Aluvial
01 30’29,0”
115 52’ 17,0”
Aluvial
01 32’03,3”
115 51’ 50,7”
Aluvial
01 32’04,2”
115 51’ 41,1”
Aluvial
01 32’04,2”
115 51’ 41,1”
Aluvial
01 31’55,2”
115 51’ 36,0”
Aluvial
01 31’55,2”
115 51’ 36,0”
Aluvial
01 31’57,5”
115 51’ 23,8”
Aluvial
Payang,
Longsayo
2
KDL.2
Sungai
Payang,
Longsayo
3
KDL.3
Sungai
Payang,
Longsayo
4
KDL.4
Sungai
Payang,
Longsayo
5
KDL.5
Sungai
Payang,
Longsayo
6
KDL.6
Sungai
Payang,
Longsayo
7
KDL.7
Sungai
Payang,
Longsayo
8
KDL.8
Sungai
Payang,
Longsayo
9
KDL.9
Sungai
Payang,
Longsayo
10
KDL.10
Sungai
Payang,
Longsayo
11
KDL.11
Sungai
Payang,
Longsayo
82
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
12
KDL.12
Muara Sungai
01 31’46,2”
115 50’ 21,7”
Aluvial
01 33’52,0”
115 49’ 25,8”
Aluvial
01 36’39,2”
115 50’ 09,9”
Aluvial
01 52’38,5”
115 56’ 18,2”
Aluvial
01 51’58,2”
115 55’ 46,8”
Aluvial
01 51’58,2”
115 55’ 46,8”
Aluvial
01 48’58,1”
115 54’ 52,2”
Aluvial
01 49’34,1”
115 52’ 01,8”
Aluvial
01 47’19,0”
115 50’ 14,6”
Aluvial
01 47’19,0”
115 50’ 14,6”
Aluvial
01 47’14,0”
115 50’ 17,0”
Aluvial
01 47’23,5”
115 50’ 14,9”
Aluvial
01 47’23,5”
115 50’ 14,9”
Aluvial
01 43’46,2”
115 49’ 37,7”
Aluvial
01 43’46,2”
115 49’ 37,7”
Aluvial
01 43’34,9”
115 49’ 32,2”
Aluvial
.Payang
13
KDL.13
Sungai
Kendilo
Muara
Payang
14
KDL.14
S.
Kendilo,
Ds Prayon
15
KDL.15
S.
Kendilo,
Ds Legai
16
KDL.16
S.
Kendilo,
Ds
Batu
Sopang
17
KDL.17
S.
Kendilo,
Ds
Batu
Sopang
18
KDL.18
S.
Kendilo,
Ds Mariga
19
KDL.19
S.
Kendilo,
Ds Songka
20
KDL.20
S.
Kendilo,
Ds Busui
21
KDL.21
S.Kendilo,Kes
ungkai
22
KDL.22
S.Kendilo,
Sungai Terik
23
KDL.23
S.
Kendilo,
Ds Busui
24
KDL.24
S.
Kendilo,
Ds Busui
25
KDL.25
S.
Kendilo,
Ds Mandaro
26
KDL.26
S.
Kendilo,
Ds Mandaro
27
KDL.27
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
Lama
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
83
Buku 2: Bidang Mineral
28
KDL.28
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
01 41’30,7”
115 50’ 22,4”
Aluvial
01 41’30,7”
115 50’ 22,4”
Tailing
Lama
29
KDL.29
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
Lama
30
KDL.30
Ds. Ketingting
01 41’30,4”
115 50’ 26,7”
Aluvial
31
KDL.31
Ds. Ketingting
01 41’30,4”
115 50’ 26,7”
Tailing
32
KDL.32
Ds. Ketingting
01 41’24,8”
115 50’ 20,4”
Aluvial
33
KDL.33
Swatu
01 41’25,3”
115 50’ 16,4”
34
KDL.34
Swatu
01 41’06,9”
115 50’ 32,8”
35
KDL.35
Swatu
01 41’06,9”
115 50’ 32,8”
36
KDL.36
Sungai Uko
01 41’08,0”
115 50’ 45,8”
37
KDL.37
Sungai Uko
01 41’08,0”
115 50’ 45,8”
38
KDL.38
Sungai Uko
01 40’32,0”
115 49’ 33,5”
39
KDL.39
Stran
01 40’32,0”
115 49’ 33,5”
40
KDL.40
Sungai Uko
01 40’30,6”
115 49’ 18,9”
Aluvial
41
KDL.41
Sungai Srang
01 40’30,6”
115 49’ 18,9”
Aluvial
84
Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
PENYELIDIKAN KONSERVASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH
PENAMBANGAN TANPA IZIN (PETI) DI DAERAH KENDILO, KABUPATEN PASER,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Edie Kurnia Djunaedi, Ridwan Arif dan Suharsono Kamal
Perekayasa Madya.KPP Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi
ABSTRAK
Bahan galian merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable
resources) dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga
pengelolaannya harus efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan sumberdaya mineral harus
memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya optimalisasi manfaat bahan galian, untuk
kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan.
Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim Pelitian Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa
Izin (PETI) di Daerah Kendilo Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur
Kegiatan penambangan bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser telah berlangsung
sejak beberapa tahun yang lalu, hingga kini dikelola oleh penambang emas tanpa izin (PETI).
Endapan emas aluvial ini terdiri dari endapan emas aluvial sungai, endapan aluvial purba dan
endapan emas koluvial, ketebalan lapisan dari 0,75 meter sampai dengan 1,2 meter. Daerah
potensi emas aluvial di Kabupaten Paser terletak di daerah Longsayo, Ketingting dan Swatu.
Sumber daya hipotetik emas aluvial, yang belum ditambang di daerah Longsayo adalah 86,712
kg emas, daerah Ketingting 34,873 kg dan daerah Swatu 582,164 kg. Bahan galian lain dan
mineral ikutan hasil analisa mineral butir dalam endapan aluvial adalah magnetit, ilmenit,
hematit, amfibol, piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar dan
kalkopirit
Hutan Raya Petangis adalah bekas tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia (PT.BHP KCI),
yang terletak di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, dapat sebagai contoh pasca
tambang oleh pengelola pertambangan di Indonesia.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
61
Buku 2: Bidang Mineral
bahan
PENDAHULUAN
galian
yang
masih
dapat
dimanfaatkan, agar dapat dimanfaatkan
Bahan galian merupakan sumberdaya alam
secara optimal dalam rangka peningkatan
yang
kegiatan usaha pada sektor pertambangan
tidak
renewable
peranan
dapat
diperbaharui
resources)
penting
dan
dalam
(non
mempunyai
berdasarkan kaidah konservasi.
perekonomian
nasional sehingga pengelolaannya harus
Secara
efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan
penyelidikan
sumberdaya mineral harus memperhatikan
Kabupaten
kaidah
Timur. Pencapaian daerah kegiatan dapat
konservasi
sebagai
upaya
administratif
daerah
kegiatan
termasuk ke dalam wilayah
Paser,
Provinsi
Kalimantan
optimalisasi manfaat bahan galian, untuk
ditempuh
kesejahteraan
menggunakan kendaraan roda empat, dari
masyarakat
dan
berwawasan lingkungan.
Jakarta
dari
-
Bandung
Balikpapan
–
Jakarta
menggunakan
pesawat terbang, kemudian dari Balikpapan
Kegiatan
PETI
berpotensi
menyisakan
menggunakan speedboat atau ferry menuju
bahan galian oleh karena itu bahan galian
Panajam.
pada wilayah PETI perlu penyelidikan untuk
kendaraan roda empat menuju Tanah
diperhitungkan peluang pemanfaatannya.
Grogot, ibukota Kabupaten Paser dan
Bahan galian tersebut berupa bahan galian
dilanjutkan ke daerah penyelidikan. Daerah
utama, bahan galian lain dan mineral
ini
ikutannya.
koordinat 00º 49’ 50” – 02º 24’57” LS dan
Selanjutnya
secara
geografis
menggunakan
terletak
antara
115º 37’ 23” – 116º 36’ 8,6” BT (Gambar.1).
Konservasi bahan galian adalah upaya
pengelolaan
bahan
galian
untuk
Kabupaten
Paser
di
sebelah
utara
mendapatkan manfaat yang optimal dan
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat,
berkelanjutan
di
bagi
kepentingan
rakyat
secara luas.
sebelah
Timur
berbatasan
dengan
Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat
Makasar,
sebelah
selatan
berbatasan
Data dan informasi sumber daya mineral
dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi
tersebut mempunyai peranan yang sangat
Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat
penting
berbatasan dengan Kabupaten Tabalong,
dalam
pembangunan
menunjang
dan
kelancaran
kegiatan
usaha
Propinsi Kalimantan Selatan.
pertambangan secara nasional dan daerah.
GEOLOGI
Maksud kegiatan Penyelidikan Konservasi
Geologi Regional
Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan
Geologi
Tanpa Izin (PETI) ini adalah untuk evaluasi
termasuk dalam Lembar Peta Geologi
potensi bahan galian pada wilayah PETI
Balikpapan, Kalimantan
dengan tujuan untuk mengetahui potensi
Umar I, 1994, Gambar 2.). Batuan tektonik
62
regional
Kabupaten
Paser
(Hidayat, S dan
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
merupakan komplek ultramafik dan sebagai
Formasi
batuan yang paling tua, yaitu terdiri dari
batugamping, napal dan serpih. Napal dan
serpentinit dan harsburgit (Ju) berumur
serpih menempati bagian bawah Formasi
Jura, di atasnya ditutupi oleh Formasi
dan merupakan jenis batuan sedimen,
Pintap
diendapkan di lingkungan neritik tebalnya
(Ksp)
batupasir,
merupakan
greiwake,
konglomerat
perselingan
batulempung
berumur
Kapur
Berai
dan
1100
meter
Awal,
Awal.
Pada
(Tomb)
berumur
umur
terdiri
dari
Oligosen-Miosen
yang
bersamaan
selanjutnya secara bersamaan diendapkan
diendapkan Formasi Pamaluan (Tomp),
Formasi Haruyan (Kvh) terdiri dari lava,
terdiri dari batulempung dan serpih dengan
breksi dan tuff, berumur Kapur Awal.
sisipan napal, batupasir dan batugamping,
Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian
diendapkan di lingkungan laut dalam, tebal
bawah menghasilkan pengalihan tempat
1500-2500 meter, berumur Ologosen Akhir-
batuan ultra basa oleh sesar naik. Proses
Miosen Tengah, juga pada umur yang
itu diikuti dengan kegiatan magma yang
bersamaan diendapkan Formasi Bebulu
menghasilkan terobosan granit, granodiorit
(Tmbl), terdiri dari batugamping dengan
dan diorit pada Kapur Akhir.
sisipan batulempung lanauan dan sedikit
napal,
diendapkan
di
lingkungan
laut
Secara tidak selaras di atasnya diendapkan
dangkal, tebalnya mencapai 1900 meter,
Formasi
berumur Miosen Awal.
Tanjung
(Tet),
perselingan
batupasir,
konglomerat,
batugamping
merupakan
batulempung,
dan
napal
Pada kala Miosen Tengah terjadi susut laut
dengan sisipan tipis batubara berumur
yang
Eosen Akhir, pada lingkungan paralik-
endapan darat yang menyusun Formasi
neritik tebalnya antara 1000-1500 meter,
Warukin,
Formasi
secara
bersamaan
Formasi
Balikpapan.
Formasi
Kuaro,
perselingan
konglomerat
diendapkan
terdiri
dengan
juga
mengakibatkan
dari
batupasir,
berupa
sisipan
batubara,
batulempung
terbentuknya
Pulaubalang
Formasi
Warukin
batupasir
dengan
sisipan
dan
dan
batubara,
napal, batugamping dan serpih lempungan,
diendapkan di lingkungan delta tebalnya
diendapkan
antara 300-500 meter, diduga berumur
di
lingkungan
paralik-laut
dangkal, tebalnya 700 meter, berumur
Miosen Tengah-Miosen Akhir.
Eosen Awal. Selanjutnya diendapkan juga
secara bersamaan dengan kedua Formasi
Pada kala Pliosen diendapkan Formasi
di atas yaitu Formasi Talakai, terdiri dari
Kampungbaru secara tidak selaras di atas
batulempung, batupasir lempungan dan
Formasi Balikpapan
serpih, dengan sisipan batugamping dan
aluvial (Qa) secara tidak selaras di atas
napal, diendapkan di lingkungan yang lebih
seluruh formasi sebelumnya, terdiri dari
dalam dari Formasi Kuaro, tebalnya 1700
endapan kerakal, kerikil, pasir, lempung
meter, berumur Eosen Akhir.
dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa,
Terakhir diendapkan
pantai dan delta, berumur Holosen.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
63
Buku 2: Bidang Mineral
Struktur dan Tektonika
endapan di dalam sungai aktif. Di daerah
Batuan di wilayah ini semuanya telah
penyelidikan
mengalami perlipatan dan terpatahkan dari
pinggiran Sungai Payang di Longsayo
mulai Pra Tersier- Tersier Akhir. Akibat
hingga
proses tersebut terbentuk adanya antiklin,
Secara
sinklin
tersebut, keadaannya bervariasi tergantung
dan
sesar.
Perlipatan
batuan
o
o
membentuk kemiringan antara 10 -60 dan
o
endapan
bermuara
ke
keseluruhan
penyelidikan,
dalam dari perlipatan tersebut umumnya
berkesinambungan.
bandingkan
lebih
apabila
Kendilo.
endapan
aluvial
ditemukan
secara
tidak
di
Material yang diendapkan berupa endapan
utara-selatan
pasir, kerikil, kerakal sebagian ada yang
sampai timur laut-barat daya. Struktur sesar
berukuran bongkah, ketebalannya antara
terdiri dari sesar normal, sesar naik dan
0,25 m hingga 1,20 m. Di bawahnya
sesar geser searah jurus, arah sesar
sebagai batuan dasar berupa batu lempung
hampir sejajar dengan struktur lipatan.
berwarna abu-abu tua – kuning kecoklatan
lipatan
bagian
Sungai
luar, arah
sumbu
dengan
terjal
menempati
batuan dasar yang tersingkap di daerah
pada batuan Pra Tersier sekitar 40 . Bagian
berkemiringan
ini
umumnya
mengandung limonit, kemiringan landai
Sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal
antara 5° hingga 12°, tersingkap pada
terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran
pinggiran
menghasilkan
penyelidikan. Di atasnya ditutupi oleh soil
sedimen
darat
yang
sungai
di
beberapa
lokasi
menyusun Formasi Tanjung dan Formasi
berwarna
Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di
mengandung fragmen batuan berukuran
Kalimantan Tengah, di beberapa tempat
kerikil hingga kerakal, ketebalannya 1m
terendapkan karbonat yang membentuk
hingga 3 m.
kuning
kecoklatan
sebagian
Formasi Tanjung, sedangkan pada kala
Miosen Tengah terjadi susut laut yang
Endapan Aluvial Purba
mengakibatkan
endapkan
Endapan jenis ini ditemukan di cabang
darat yang menyusun Formasi Warukin,
kanan hulu Sungai Uko secara tepatnya di
Formasi
daerah
terbentuknya
Pulaubalang
dan
Formasi
Balikpapan.
Ketinting,
perbukitan
dengan
bergelombang
membentuk
rendah.
Endapannya berupa pasir halus hingga
Geologi Daerah Penyelidikan
kasar berwarna abu-abu kecoklatan, kerikil
Endapan Aluvial
dan kerakal berasal dari batuan ultra basa,
Endapan aluvial sungai merupakan hasil
sedikit
pengendapan beberapa jenis batuan, yang
basaltik. Ketebalannya antara 3 m hingga 5
telah mengalami pelapukan fisika dan kimia
m di dasari oleh batulempung berwarna
kemudian
abu-abu tua, padu, segar sedikit limonitan
tergerus
dan
tertransportasi
dengan media air selanjutnya diendapkan
fragmen
kuarsa,
andesitik
dan
mengisi rekahan.
pada tepi sungai dengan waktu secara
periodik. Hasilnya berupa undak sungai dan
64
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Dari Sungai Kendilo ke lokasi endapan ini
di atas, akan tetapi daerah hulu Sungai Uko
berjarak sekitar 700 m, dan sebarannya
ini merupakan daerah yang paling banyak
kearah kaki Gunung Hijau sekitar 250 m, di
kegiatan penambangan
atasnya ditutupi oleh soil dengan ketebalan
antara 1m hingga 1,5 m. Ketebalan dari
PERTAMBANGAN
endapan ini bervariasi antara 3 m hingga 5
m
terbentuk
dengan
Pertambangan emas aluvial PETI terdapat
singkapan di beberapa tempat pada bekas
di Desa Longsayo, di sebelah baratnya
tambang rakyat dan areal penambangan
terletak di Desa Muarapayang, kearah
yang masih aktif. Lapisan endapan aluvial
selatan
purba
telah
Muarakomam, Sungai Uko, Sungai Srang
mengeras, ditemukan berupa konglomerat
dan Batu Buntok, daerah-daerah tersebut
polimik dan membentuk perlapisan
masuk dalam wilayah Kecamatan Muara
pada
secara
berlanjut
umumnya
sebagian
terletak
Desa
Prayon,
Komam. Selanjutnya ke Desa
Seraki, Songka, Kasungkai ke arah timur
Endapan Koluvial
Punggungan
Busui,
perbukitan
meratus
yang
menghasilkan koluvial pada kaki bukitnya di
Batukajang, Legai yang termasuk dalam
Kecamatan Batu Sopang (Gambar 3).
wilayah penyelidikan, adalah kaki Gunung
Hijau dan Kaki Gunung Sentiung, terdiri
Kegiatan penambangan di daerah ini telah
dari batuan ultrabasa jenis serpentinit dan
lama dilakukan oleh beberapa keluarga
peridotit kemungkinan juga terdapat batuan
secara
gang berupa andesit, basal dan granodiorit.
masyarakat hanya menambang dengan
Pelapukan
cara
dari
intrusi-intrusi
tersebut
turun
temurun.
mendulang,
namun
Sebelumnya
kini
dengan
kemudian mengalami pelongsoran, erosi
masuknya pendatang bekerja sama dengan
dan
penduduk setempat dan seiring kemajuan
tertransportasi
dekat,
sehingga
membentuk endapan koluvial.
teknologi, kegiatan penambangan telah
menggunakan mesin ‘Dompeng’.
Endapan
koluvial
terdiri
dari
fragmen
batuan ultrabasa, andesitik, basaltik dan
Kegiatan penambangan dilakukan terutama
granodiorit,
pada
berukuran
kerikil,
kerakal
daerah-daerah
sekitar
Sungai
hingga bongkah-bongkah dengan diameter
Payang, Sungai Kuaro, Sungai Kendilo,
hingga mencapai 3 m, bercampur dengan
Sungai Uko dan Sungai Srang. Keterangan
pasir. Bentuk fragmen batuan tersebut
dari penambang PETI hasil penambangan
barsudut
hingga
bersudut
tanggung,
emas aluvial antara 2 gram-20 gram/hari.
sebagian
kecil
membulat
tanggung
Kegiatan penambangan emas tanpa izin
memperlihatkan
transportasinya
tidak
begitu jauh dari sumbernya.
(PETI) di Kabupaten Paser, yaitu dengan
cara ;
1. Cara
pendulangan,
mengambil
Penyebaran endapan ini tidak begitu jauh
material dari tempat tertentu yang
sekitar 70 m dari kaki pegunungan tersebut
diperkirakan mengandung emas.
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
65
Buku 2: Bidang Mineral
2. Cara menghisap pasir dan batuan
yaitu
dengan
pompa
di
meletakan
atas
papan
beralaskan
yang
drum-drum
mengambang,
pada
mesin
dasar
selang
sungai
diletakkan
menghisap
material yang diperkirakan material
dan
fragmen
batuan
Kegiatan penambangan PETI di Desa
Longsayo dan Desa Muarapayang secara
umum
menggunakan
cara
mendulang.
Masyarakat di desa ini terutama di dekat
pemukiman
dan
sungai
berupaya
mencegah kegiatan yang dapat mencemari
lingkungan.
yang
mengandung emas dan dialirkan ke
Di Sungai Kendilo desa Legai, Mariga,
sluice box yang beralaskan karpet.
Songka, Mandaro, Busui dan sekitarnya,
Kecamatan
Batu
Sopang
aktifitas
Cara menyemprot dengan air bertekanan
penambangan PETI menggunakan mesin
tinggi pada dinding dan dasar material
penyedot dasar sungai. Hasil pendulangan
untuk
secara megaskopis terdapat
melepaskan
Selanjutnya
aliran
butiran
lumpur
emas.
hasil
6
sampai dengan 11 butir emas.
penyemprotan disedot dengan mesin dan
dialirkan ke sluice box. Lumpur konsentrat
Kegiatan penambangan PETI di daerah
yang mengandung emas dialirkan ke sluice
Sungai Uko, Batubutok, Ketingting, Swatu
box yang beralaskan karpet, karena butiran
dan sekitarnya, terletak pada kaki Gunung
emas mempunyai berat jenis tinggi akan
Sentiung, dilakukan secara penyemprotan
mengendap dan terperangkap pada karpet.
menggunakan mesin dompeng. Bukaan
Setelah beberapa waktu karpet tersebut
tambang dilokasi ini berukuran 30 X 40
dicuci
(drum),
meter, kedalaman 8 meter, dikerjakan oleh
sehingga butiran-butiran emas terlepas dari
7-10 orang/kelompok. Sluice box yang
karpet dan terkumpul dalam konsentrat.
digunakan umumnya berukuran panjang 6
Konsentrat
meter, lebar 0,60 meter dan kemiringan 10
dalam
tempat
yang
tertutup
mengandung
mineral
berat kemudian didulang, sehingga terpisah
°.
butiran emasnya. Untuk mencegah butiran
emas berbutir halus terbuang, konsentrat
Di daerah Swatu lokasi penambangan PETI
yang mengandung emas dicampur dengan
pada endapan kolovial yang berukuran
air
fragmen batuan 30 x 60 cm sampai dengan
raksa,
sehingga
dengan
cara
amalgamasi tersebut dapat menangkap
70
butiran emas. Air raksa yang mengandung
pendulangan
emas disaring dengan kain payung, sampai
megaskopis 3 sampai dengan 9 butir emas,
mendapatkan emas bulion. Bulion dibakar
dari pendulangan conto tailing terdapat 15
sehingga butiran emas terpisah dengan air
butir. Informasi dari penambang di daerah
raksa. Proses pembakaran dan pemurnian
ini, hasil yang mereka dapat sekitar 10-20
ini biasanya tidak dilakukan di daerah
gram/hari.
x
150
cm.
Hasil
di
daerah
pemercontoan
ini
secara
penambangan tetapi di tempat lain.
66
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
konservasi bahan galian adalah emas
Pengolahan
Pengolahan
terhadap
aluvial. Endapan emas aluvial ini terdiri dari
bercampur
endapan emas aluvial sungai, endapan
dengan logam lainnya, diantaranya dengan
aluvial purba dan endapan emas koluvial.
perak terutama dari hasil pengambilan
Hasil penyelidikan lapangan terdapat di
emas aluvial purba dan koluvial. Hal ini
beberapa
daerah
yang
dilakukan mengingat kadar emas terlalu
berpotensi
untuk
dilakukan
rendah
penambangan
butiran
emas
emas
dilakukan
yang
masih
kemungkinannya
antara
40%
ditafsirkan
kegiatan
emas secara sederhana.
hingga 55%, sisanya berupa perak dan
Diantaranya yaitu endapan emas aluvial di
mineral lainnya.
daerah Longsayo, endapan emas aluvial
purba di daerah Ketingting dan endapan
Endapan emas tersebut dimasukkan ke
koluvial di daerah Swatu.
dalam dulang kemudian dicampur dengan
air raksa yang akan menghasilkan bulion,
Penambangan emas aluvial di daerah
kemudian dibakar untuk memisahkan emas
Longsayo
dan perak. Pengolahan dilakukan ditempat
masyarakat dengan cara pendulangan,
lain
seperti
jauh
dari
pemukiman,
menimbulkan
polusi
dan
mengganggu
kesehatan
karena
pada
yang
umumnya
dilakukan
dilakukan
oleh
para
dapat
penambang tradisional, terutama di dekat
terutama
pemukiman dan aliran sungai Payang.
pernapasan.
Kegiatan ini hanya sebagai tambahan dan
dikerjakan setelah selesai kegiatan rutin
seperti berladang, mengambil getah karet
PENGAMBILAN CONTO
dan berkebun.
Hasil pengambilan conto
beberapa titik
lokasi dengan cara mendulang di Sungai
Hasil
Payang
secara
diketahui bahwa potensi endapan emas
megaskopis terdapat 2 sampai dengan 20
aluvial di wilayah ini, dicirikan dengan
butir emas aluvial. Pengambilan conto di
banyaknya emas dari hasil pendulangan,
daerah Prayon ditemukan daerah bekas
yang dilakukan pada beberapa tempat
tambang,
ditinggalkan
pada lapisan kerikil dan kerakal. Setiap
informasi dari masyarakat sekitarnya hasil
pendulangan diperoleh butiran emas aluvial
tambang tersebut tidak menguntungkan.
dengan
Hasil
Desa
Longsayo
lubang
tambang
pengambilan
penyelidikan,
conto
diperoleh
penyelidikan
ukuran
di
halus
Desa
Longsayo
hingga
kasar,
di
wilayah
berbentuk pipih, hasil setiap pendulangan
conto
dulang
diperoleh butiran emas sebanyak 8 hingga
sebanyak 41 conto, lihat tabel dibawah ini ;
15 color
Luas wilayah yang mengandung emas
PEMBAHASAN
tersebut hampir separuhnya terletak di
Penambangan tanpa izin (PETI) yang
bawah perkampungan dan ditafsirkan dapat
ditemukan
bertambah ke arah selatan bila dilakukan
di
daerah
penyelidikan
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
67
Buku 2: Bidang Mineral
pemboran. Sedangkan ke arah utara sudah
Penambangan
dibatasi
Daerah
oleh
perbukitan
rendah
yang
ditempati oleh batulempung dan soil padat.
emas
Ketingting
aluvial
purba
merupakan
di
lokasi
penambangan emas yang dilakukan oleh
penduduk
dengan
cara
penyemprotan
Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap
lapisan aluvial purba, kemudian hasilnya
endapan aluvial di wilayah ini luas sebaran
diaduk secara manual setelah itu disedot
aluvial
di
dan dialirkan ke sluice box yang dilapisi
Longsayo ± 89 hektar atau 890.000m²
karpet. Hasil kegiatan penambangan di
dengan ketebalan rata-rata 0,75 meter
daerah ini dalam satu hari diperoleh emas
(Gambar
yang
mengandung
4.).
berpotensi
Volume
mengandung
emas
aluvial
yang
antara
emas
yaitu
perhitungan
2
gr
hingga
secara
4
gr,
menurut
ekonomi
dapat
890.000m² x 0,75 m = 667.500 m³.
dianggap kurang ekonomis. Tetapi lokasi
Perhitungan
pengambilan emas tersebut tidak jauh dari
ketebalan
sumber
aluvial
daya
berdasarkan
mengandung
emas
kampung
dan
diperkirakan daerah yang telah ditambang
menggunakan
pada daerah Longsayo yaitu seluas ± 0,5
sehingga
hektar atau 5000 x 0,75 =
dianggap murah.
3.750 m³
dapat
dicapai
kendaraan
biaya
transport
dengan
roda
dan
dua
logistik
sehingga volume sisa daerah prospek
Longsayo 667.500 m³- 3.750 m³ = 663.750
Luas potensi endapan aluvial purba di
m³.
daerah Ketingting, adalah ± 73,89 hektar
atau 738.900 m², dengan ketebalan rata-
Berdasarkan hasil analisis laboratorium
rata 1,2 meter (Gambar 5.). Diperkirakan
mineralogi butir dari konsentrat dulang,
daerah yang telah ditambang 36,945 hektar
menghasilkan kadar emas dalam aluvial
atau 369.450 m² ( 50%), sisa daerah yang
berkisar
belum
antara
0.0078
gr/m³
hingga
ditambang
36,945
hektar
atau
0.3037 gr/m³. Hasil dari analisis butir
369.450
tersebut, maka diperoleh kandungan emas
daerah prospek aluvial purba mengandung
aluvial rata-rata
emas Sungai Uko yang belum ditambang
130,64 mg/ m³ atau
0.13064 gr/ m³. Dari data itu diperkirakan
m²
(50%).
Sehingga
volume
369.450 m² x 1,2 m = 443.340 m³.
jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial,
yang belum ditambang di daerah Longsayo
Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial
adalah 663.750 m³.x 0,13064 gram/ m³=
purba yang belum ditambang di daerah
86712gram atau 86,712 kg emas.
Ketingting adalah 443.340 m³ x 0,07866
gram/ m³= 34873,12 gram = 34,873 kg..
Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan
pengembangan bahan galian emas aluvial
Penambangan endapan emas koluvial di
di daerah Longsayo perlu dikaji lebih lanjut,
daerah
karena daerah potensi tersebut terletak
penyemprotan dan penyedotan, hasilnya
pada
diperoleh
perumahan
Longsayo.
68
penduduk
Desa
Swatu
dilakukan
butiran-butiran
secara
emas
yang
berukuran lebih besar dari hasil yang
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
diperoleh
di
sungai-sungai.
Hasil
purba di daerah Ketingting dan koluvial di
pengambilan conto pendulangan di daerah
daerah Swatu, perlu dikaji lebih lanjut
Swatu
karena terletak di daerah kaki Gunung
secara
megaskopis,
diperoleh
butiran emas sebanyak 3 sampai dengan 9
color,
dari
terdapat
pendulangan
15
conto
color.
Hijau dan di lereng Gunung Sentiung.
tailing
Informasi
dari
Hasil analisa conto laboratorium pada
penambang di daerah ini, hasil yang
daerah Sungai Payang di titik pengambilan
mereka dapat sekitar 10-20 gram/hari.
conto KDL.8, KDL.9, KDL.10 dan di daerah
Sungai Kendilo pada KDL.15, KDL 16,
Daerah potensi endapan koluvial Swatu,
KDL.17,
yaitu seluas ± 40,03 hektar atau 400300
menunjukan nilai dari 0.026 mg sampai
m², dengan ketebalan rata-rata 0,80 meter
dengan 14 mg. Conto tersebut diatas
(Gambar 5.).
didapatkan
Maka volume aluvial yang
KDL
19,
dari
KDL.
20,
wilayah
KDL.21,
PETI
yang
berpotensi mengandung emas 400300 m² x
menggunakan cara menghisap pasir dan
0,8 m = 320240 m³. Perhitungan sumber
batuan dari dasar sungai aktif (Foto 6.).
daya berdasarkan ketebalan aluvial yang
Pada
mengandung emas, diperkirakan dengan
potensinya karena aktifitas tambang PETI
menghitung
terletak pada sungai aktif yang ditafsirkan
luas
daerah
yang
telah
daerah
ini
tidak
dihitung
nilai
ditambang ± 30% atau 12.01 hektar dan
pengendapan
sisa daerah yang belum ditambang 28,02
mengikuti kecepatan aliran sungai.
hektar (70%). Sehingga volume daerah
Penanganan kegiatan penambangan emas
potensi Swatu, yang belum ditambang,
tanpa
yaitu 280200m³ x 0,8 m = 224168 m³.
pemanfaatan,
izin
emas
(PETI),
nilai
aluvial
bergerak
untuk
mendukung
tambah
dan
keekonomian sumber daya geologi, perlu
Jumlah
sumber
daya
hipotetik
emas
dilakukan
kebijakan-kebijakan
yang
di
koluvial yang belum ditambang di daerah
koordinir pemerintah setempat. Dengan
Swatu adalah 224168 m³.x 2,597gram/ m³=
upaya arah kebijaksanaan pengelolaan
582164 gram = 582,164 kg.
sumber daya mineral yang berwawasan
lingkungan,
Potensi bahan galian lain dan mineral
penambangan
berdasarkan
eksplorasi yang baik, benar dan optimal.
ikutan di lokasi penambangan emas aluvial
tersebut adalah, magnetit, ilmenit, hematit,
Satu diantara metoda eksplorasi untuk
amfibol,
zirkon,
endapan aluvial dapat digunakan metoda
markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar
geofisika tahanan jenis, metoda ini untuk
dan
melokalisir daerah endapan aluvial tua
piroksin,
kalkopirit
bersama-sama
epidot,
yang
dalam
pirit,
keterdapatannya
endapan
aluvial
(Lampiran hasil analisa mineralogi butir).
yang
mungkin
berpotensi
mengandung
emas aluvial. Sehingga lokasi bukaan
tambang dapat efisien dan mencapai hasil
Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan
yang optimal.
pengembangan bahan galian emas aluvial
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
69
Buku 2: Bidang Mineral
Selain itu perlu dilakukan bimbingan teknis
Parawisata
penambangan
kepada
taman, areal bermain, bumi perkemahan,
penambang, sehingga tidak terjadi penyia-
lapangan sampah, bangunan MCK, danau,
nyian potensi endapan aluvial. Berdasarkan
dermaga sepeda air, rumah makan, tempat
hasil
pemancingan
kajian
yang
sistematis
Percobaan
Menjalankan
dilengkapi
dan
Shillter,
bangku
bangunan
bekas
Percontohan Pengolahan Emas Letakan
tambang, menjadikan taman hutan ini
(Aluvial) yang dilakukan PPTM (1985)
sebagai tempat parawisata yang nyaman.
adalah sebagai berikut.
Bekas tambang yang telah direklamasi
dengan tanaman cepat tumbuh menjadi
Air penyemprot endapan aluvial
tingkat
taman
hutan
kandungan lumpur/ kekeruhan tidak terlalu
penangkaran
pekat
manjangan.
dan
penggerak,
tidak
agar
tercemar
lumpur
oli
yang
mesin
yang
dilengkapi
sapi,
tempat
kambing
Taman
hutan
dan
raya
Lati
disedot
Petangis ini dapat dijadikan salah satu
kemudian diendapkan pada sluice box,
contoh reklamasi daerah bekas tambang di
sehingga pengendapan konsentrat dalam
Indonesia.
sluice box berproses dengan baik
.
KESIMPULAN.
Ukuran
sluice
box
yang
baik
adalah
panjang 32 meter, lebar 40 cm, kemiringan
Potensi bahan galian emas aluvial di
3º dengan dilengkapi riffle dengan umpan
Kabupaten Paser, belum terinventarisasi di
berupa ukuran butir , 2 mm, persen
Dinas
padatan 15.5% dan laju aliran air ± 1m³/
Energi, Kabupaten Paser.
Kehutanan,
Pertambangan
dan
menit.
Daerah potensi emas aluvial di Kabupaten
Proses penyaringan secara amalgamasi
Paser
memakai dengan 2 lapis kain, penyaringan
Ketingting dan Swatu. Ketebalan endapan
dilakukan berulang, sehingga amalgam
aluvial yang berpotensi mengandung emas
yang mengandung emas tidak lolos dan
di wilayah ini bervariasi, mulai dari 0,75
terbuang.
meter sampai dengan 0,8 meter dan 1,20
secukupnya,
mencemari
Penggunaan
agar
tidak
air
raksa
merugi
lingkungan.
dan
Proses
terletak
di
daerah
Longsayo,
meter.
Kegiatan
penambangan
bahan
galian
pembakaran bullion perlu dilakukan dengan
emas aluvial di Kabupaten Paser telah
alat incinerator dan alat sublimasi,agar uap
berlangsung sejak beberapa tahun yang
air raksa tidak mencemari udara dan bisa
lalu, hingga kini dilakukan oleh penambang
diperoleh kembali.
emas tanpa izin (PETI). Penambangan
emas aluvial pada umumnya menggunakan
Taman hutan raya Lati Petangis adalah
satu atau dua unit Dompeng dan sluice box
bekas tambang Petangis, yang menjadi
berukuran panjang, lebar dan kemiringan
kawasan parawisata dan memiliki fasilitas
berbeda-beda. Hasil pendulangan terhadap
dan
70
berwawasan
lingkungan
Fasilitas
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
tailing dibeberapa lokasi penambangan
terjadi
masih terdapat butiran-butiran emas
kemungkinan terjadi bencana alam.
kerusakan
Bahan galian aluvial yang belum ditambang
lingkungan
dan
DAFTAR PUSTAKA
di daerah Longsayo volumenya = 663.750
m³.
Volume aluvial purba yang belum
1.
Hidayat
dan
Umar,1994,
Peta
ditambang di daerah Ketingting 443.340 m³
Geologi Lembar Balikpapan, Kalimantan
dan volume koluvial di daerah Swatu
Skala 1 : 250.000 PPPG. Bandung
224168 m³.
2.
Lahar
H,
2001
dkk,
Kegiatan
Pendataan Bahan Galian yang Tertinggal di
Jumlah Sumber daya hipotetik bahan galian
Tambang Batubara Daerah Samarinda,
emas aluvial yang masih tersisa di daerah
Kabupaten
Longsayo 86,712 kg emas. Ketingting
Kalimantan Timur, Laporan Tahunan DIK-S
34,873 kg emas dan Swatu 582,164 kg
Tahun Anggaran 2001, DIM
emas.
3.
Kutai
Kartanegara,
Provinsi
Suhargo, 1995, Suatu Pandangan
Tentang Konservasi Bahan Galian, Sub Dit.
Potensi bahan galian lain dan mineral
Konservasi,
ikutan dari hasil analisa butir adalah
Pertambangan.
Direktorat
Teknik
magnetit, ilmenit, hematit, amfibol,piroksin,
epidot,
pirit,
zirkon,
markasit,
kuarsa,
mineral lempung,feldspar dan kalkopirit.
Hutan Raya Petangis adalah daerah bekas
tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia
(PT.BHP KCI), dapat dijadikan contoh
pengelolaan Pasca tambang di Indonesia.
SARAN-SARAN
Perlu
Kebijakan-kebijakan
yang
pemerintah setempat untuk penanganan
kegiatan penambangan emas tanpa izin
(PETI),
agar pengelolaan sumber daya
mineral dapat optimal.
Bukaan hutan akibat kegiatan PETI di
daerah kaki dan lereng Gunung Sentiung
dan Gunung Hijau,
sebaiknya menjadi
perhatian pemerintah daerah, agar tidak
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
71
Buku 2: Bidang Mineral
116 15'
440000
116 30'
400000
116 0'
360000
116 15'
116 45'
PETA LOKASI PENYELIDIKAN
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kab. KUTAI
Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
B
9880000
0
B
10
B
Keterangan :
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
20
kilometer
Kontur topografi
-1 15'
Sungai
Waru
B
9840000
-1 30'
Kab. PASER
B
B
Jalan
Long Kali
Batas kecamatan
S. K
(
o
endil
Long Ikis
(
(
Sebakung
Muara Koman
(
Samuntai
(
(
Lokasi penyelidikan
Mandang
B
B
B
Kuaro
(
(
Kab. TABALONG
SELAT MAKASAR
(
-1 45'
9800000
Tanah Grogot
Batu Sopang
(
Lempesu
Luan
(
(
(
-2 00'
S. Kendilo
Pasir Balengkong
Luti
(
B
9760000
-2 15'
Kota
B
PETA INDEKS
B
Tanjung Aru
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian
Kab. KOTA BARU
-2 30'
Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan, Kab. Paser, Prov. Kalimantan Timur
72
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
116 30'
116 45'
Kab. KUTAI
440000
116 15'
400000
116 0'
360000
116 15'
Loa Kulu
PETA GEOLOGI
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Tmpb
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
0
Tmbp
9880000
40
Keterangan
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
Tomp
Qa
-1 15'
Toty
Waru
Toty
Tomb
9840000
Kab. PASER
Long Kali
Ju
S. K
end ilo
Muara Koman
Sebakung
Ksp
Tet
Samuntai
Qa
Mandang
Ju
-1 45'
Aluvium
Tmbp
Formasi Balikpapan
Tmpb
Formasi Pulaubalang
Tmw
Formasi Warukin
Tmbl
Formasi Warukin
Tomp
Formasi Pamaluan
Tomb
Formasi Berai
Toty
Formasi Tuyu
Tetk
Formasi Telakai
Tek
Formasi Kuaro
Tet
Formasi Tanjung
Long Ikis
SELAT MAKASAR
-1 30'
20
kilometer
Tet
Ksp
Kuaro
9800000
Tomb
Kab. TABALONG
Tanah Grogot
Batu Sopang
Tmw
-2 00'
Lempesu
Luan
S. Kendilo
Pasir Balengkong
Tmbp
Formasi Haruyan
Kok
Formasi Olistolit Kintap
Ksp
Formasi Pintap
Ju
Kompleks Ultramafik
Sungai
Luti
Tomp
Kvh
Kota
Jalan
Kvh
9760000
Qa
Ksp
PETA INDEK
Tanjung
Aru
Tmbp
-2 15'
Kvh
Tomp
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Kab. KOTA BARU
Daerah Penelitian
-2 30'
Sumber : Peta Geologi Lembar Balikpapan, 1994
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dan Sekitarnya
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
73
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 1. Singkapan endapan aluvial sungai di Sungai Payang
74
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Foto 2. Endapan aluvial purba di Daerah Ketinting
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
75
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 3. Endapan koluvial di kaki Gunung Sentiung di daerah Swatu
Foto 4. Penambangan cara mendulang di Sungai Payang
76
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Foto 5. Penambangan cara semprot dan hisap di daerah Ketinting
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
77
Buku 2: Bidang Mineral
Foto 6. Penambangan emas secara hisap di Sungai Kendilo
78
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
116 15'
400000
116 30'
440000
116 0'
360000
116 15'
116 45'
PETA LOKASI PENGAMBILAN CONTO
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Kab. KUTAI
Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT
Panajam
-1 00'
Bongan
0
10
20
kilometer
9880000
Keterangan
Kab. PENAJAM
PASER UTARA
Kab. BARITO UTARA
-1 15'
KDL.5
Titik Pengambilan Contoh
Sungai
Waru
9840000
Kab. PASER
-1 30'
o
endil
KDL.14
Jalan
Long Kali
Sebakung
Muara Koman
KDL.39
KDL.38
KDL.41
-1 45'
KDL.24
KDL.27
KDL.26
9800000
KDL.19
Kab. TABALONG
Batas kecamatan
Long Ikis
KDL.35
Samuntai
KDL.37
KDL.33
KDL.32
Mandang
KDL.30
KDL.29
KDL.31
KDL.21
KDL.22
KDL.20 Kuaro
KDL.23
KDL.18
KDL.17
Tanah Grogot
KDL.15
Batu Sopang
Lempesu
Luan
-2 00'
S. Kendilo
Kota
SELAT MAKASAR
S. K
KDL.5
KDL.4
KDL.3
KDL.2
KDL.1
KDL.6
KDL.8
KDL.10
KDL.11
KDL.12
KDL.13
Pasir Balengkong
Luti
PETA INDEKS
9760000
-2 15'
Tanjung Aru
Tanjung Aru
Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian
Kab. KOTA BARU
-2 30'
Gambar 3 . Peta lokasi pengambilan conto di Kabupaten Paser, Prov. KalTim
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
79
Buku 2: Bidang Mineral
Gambar 4. Potensi Emas Aluvial di Daerah Longsayo
80
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
Gambar 5. Daerah Potensi Emas Aluvial di Daerah Ketingting dan Swatu
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
81
Buku 2: Bidang Mineral
Tabel 1.
Pengambilan conto pada wilayah PETI di daerah Kendilo dan sekitarnya,
Kabupaten Paser, KalimantanTimur
No
1
No.Contoh
KDL.1
Lokasi
Sungai
Koordinat
Keterangan
Lintang Selatan
Bujur Timur
01 31’55,2”
115 52’ 01,1”
Aluvial
01 31’49,2”
115 52’ 01,2”
Aluvial
01 31’46,6”
115 52’ 03,3”
Aluvial
01 31’43,1”
115 52’ 07,5”
Aluvial
01 30’29,0”
115 52’ 17,0”
Aluvial
01 32’03,3”
115 51’ 50,7”
Aluvial
01 32’04,2”
115 51’ 41,1”
Aluvial
01 32’04,2”
115 51’ 41,1”
Aluvial
01 31’55,2”
115 51’ 36,0”
Aluvial
01 31’55,2”
115 51’ 36,0”
Aluvial
01 31’57,5”
115 51’ 23,8”
Aluvial
Payang,
Longsayo
2
KDL.2
Sungai
Payang,
Longsayo
3
KDL.3
Sungai
Payang,
Longsayo
4
KDL.4
Sungai
Payang,
Longsayo
5
KDL.5
Sungai
Payang,
Longsayo
6
KDL.6
Sungai
Payang,
Longsayo
7
KDL.7
Sungai
Payang,
Longsayo
8
KDL.8
Sungai
Payang,
Longsayo
9
KDL.9
Sungai
Payang,
Longsayo
10
KDL.10
Sungai
Payang,
Longsayo
11
KDL.11
Sungai
Payang,
Longsayo
82
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
Buku 2 : Bidang Mineral
12
KDL.12
Muara Sungai
01 31’46,2”
115 50’ 21,7”
Aluvial
01 33’52,0”
115 49’ 25,8”
Aluvial
01 36’39,2”
115 50’ 09,9”
Aluvial
01 52’38,5”
115 56’ 18,2”
Aluvial
01 51’58,2”
115 55’ 46,8”
Aluvial
01 51’58,2”
115 55’ 46,8”
Aluvial
01 48’58,1”
115 54’ 52,2”
Aluvial
01 49’34,1”
115 52’ 01,8”
Aluvial
01 47’19,0”
115 50’ 14,6”
Aluvial
01 47’19,0”
115 50’ 14,6”
Aluvial
01 47’14,0”
115 50’ 17,0”
Aluvial
01 47’23,5”
115 50’ 14,9”
Aluvial
01 47’23,5”
115 50’ 14,9”
Aluvial
01 43’46,2”
115 49’ 37,7”
Aluvial
01 43’46,2”
115 49’ 37,7”
Aluvial
01 43’34,9”
115 49’ 32,2”
Aluvial
.Payang
13
KDL.13
Sungai
Kendilo
Muara
Payang
14
KDL.14
S.
Kendilo,
Ds Prayon
15
KDL.15
S.
Kendilo,
Ds Legai
16
KDL.16
S.
Kendilo,
Ds
Batu
Sopang
17
KDL.17
S.
Kendilo,
Ds
Batu
Sopang
18
KDL.18
S.
Kendilo,
Ds Mariga
19
KDL.19
S.
Kendilo,
Ds Songka
20
KDL.20
S.
Kendilo,
Ds Busui
21
KDL.21
S.Kendilo,Kes
ungkai
22
KDL.22
S.Kendilo,
Sungai Terik
23
KDL.23
S.
Kendilo,
Ds Busui
24
KDL.24
S.
Kendilo,
Ds Busui
25
KDL.25
S.
Kendilo,
Ds Mandaro
26
KDL.26
S.
Kendilo,
Ds Mandaro
27
KDL.27
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
Lama
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009
83
Buku 2: Bidang Mineral
28
KDL.28
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
01 41’30,7”
115 50’ 22,4”
Aluvial
01 41’30,7”
115 50’ 22,4”
Tailing
Lama
29
KDL.29
S.
Kendilo,
Ds
Buntok
Lama
30
KDL.30
Ds. Ketingting
01 41’30,4”
115 50’ 26,7”
Aluvial
31
KDL.31
Ds. Ketingting
01 41’30,4”
115 50’ 26,7”
Tailing
32
KDL.32
Ds. Ketingting
01 41’24,8”
115 50’ 20,4”
Aluvial
33
KDL.33
Swatu
01 41’25,3”
115 50’ 16,4”
34
KDL.34
Swatu
01 41’06,9”
115 50’ 32,8”
35
KDL.35
Swatu
01 41’06,9”
115 50’ 32,8”
36
KDL.36
Sungai Uko
01 41’08,0”
115 50’ 45,8”
37
KDL.37
Sungai Uko
01 41’08,0”
115 50’ 45,8”
38
KDL.38
Sungai Uko
01 40’32,0”
115 49’ 33,5”
39
KDL.39
Stran
01 40’32,0”
115 49’ 33,5”
40
KDL.40
Sungai Uko
01 40’30,6”
115 49’ 18,9”
Aluvial
41
KDL.41
Sungai Srang
01 40’30,6”
115 49’ 18,9”
Aluvial
84
Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing
Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009