Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa Izin (Peti) Di Daerah Kendilo, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur

Buku 2 : Bidang Mineral

PENYELIDIKAN KONSERVASI BAHAN GALIAN PADA WILAYAH
PENAMBANGAN TANPA IZIN (PETI) DI DAERAH KENDILO, KABUPATEN PASER,
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Edie Kurnia Djunaedi, Ridwan Arif dan Suharsono Kamal
Perekayasa Madya.KPP Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi

ABSTRAK
Bahan galian merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (non renewable
resources) dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional sehingga
pengelolaannya harus efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan sumberdaya mineral harus
memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya optimalisasi manfaat bahan galian, untuk
kesejahteraan masyarakat dan berwawasan lingkungan.

Dalam mendukung upaya tersebut di atas, tim Pelitian Konservasi Pusat Sumber Daya Geologi
telah melakukan Penyelidikan Konservasi Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan Tanpa
Izin (PETI) di Daerah Kendilo Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur

Kegiatan penambangan bahan galian emas aluvial di Kabupaten Paser telah berlangsung
sejak beberapa tahun yang lalu, hingga kini dikelola oleh penambang emas tanpa izin (PETI).


Endapan emas aluvial ini terdiri dari endapan emas aluvial sungai, endapan aluvial purba dan
endapan emas koluvial, ketebalan lapisan dari 0,75 meter sampai dengan 1,2 meter. Daerah
potensi emas aluvial di Kabupaten Paser terletak di daerah Longsayo, Ketingting dan Swatu.

Sumber daya hipotetik emas aluvial, yang belum ditambang di daerah Longsayo adalah 86,712
kg emas, daerah Ketingting 34,873 kg dan daerah Swatu 582,164 kg. Bahan galian lain dan
mineral ikutan hasil analisa mineral butir dalam endapan aluvial adalah magnetit, ilmenit,
hematit, amfibol, piroksin, epidot, pirit, zirkon, markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar dan
kalkopirit

Hutan Raya Petangis adalah bekas tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia (PT.BHP KCI),
yang terletak di Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur, dapat sebagai contoh pasca
tambang oleh pengelola pertambangan di Indonesia.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

61

Buku 2: Bidang Mineral


bahan

PENDAHULUAN

galian

yang

masih

dapat

dimanfaatkan, agar dapat dimanfaatkan
Bahan galian merupakan sumberdaya alam

secara optimal dalam rangka peningkatan

yang


kegiatan usaha pada sektor pertambangan

tidak

renewable
peranan

dapat

diperbaharui

resources)
penting

dan

dalam

(non


mempunyai

berdasarkan kaidah konservasi.

perekonomian

nasional sehingga pengelolaannya harus

Secara

efektif, efisien dan bijaksana. Pengelolaan

penyelidikan

sumberdaya mineral harus memperhatikan

Kabupaten

kaidah


Timur. Pencapaian daerah kegiatan dapat

konservasi

sebagai

upaya

administratif

daerah

kegiatan

termasuk ke dalam wilayah
Paser,

Provinsi

Kalimantan


optimalisasi manfaat bahan galian, untuk

ditempuh

kesejahteraan

menggunakan kendaraan roda empat, dari

masyarakat

dan

berwawasan lingkungan.

Jakarta

dari

-


Bandung

Balikpapan



Jakarta

menggunakan

pesawat terbang, kemudian dari Balikpapan
Kegiatan

PETI

berpotensi

menyisakan


menggunakan speedboat atau ferry menuju

bahan galian oleh karena itu bahan galian

Panajam.

pada wilayah PETI perlu penyelidikan untuk

kendaraan roda empat menuju Tanah

diperhitungkan peluang pemanfaatannya.

Grogot, ibukota Kabupaten Paser dan

Bahan galian tersebut berupa bahan galian

dilanjutkan ke daerah penyelidikan. Daerah

utama, bahan galian lain dan mineral


ini

ikutannya.

koordinat 00º 49’ 50” – 02º 24’57” LS dan

Selanjutnya

secara

geografis

menggunakan

terletak

antara

115º 37’ 23” – 116º 36’ 8,6” BT (Gambar.1).
Konservasi bahan galian adalah upaya

pengelolaan

bahan

galian

untuk

Kabupaten

Paser

di

sebelah

utara

mendapatkan manfaat yang optimal dan


berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat,

berkelanjutan

di

bagi

kepentingan

rakyat

secara luas.

sebelah

Timur

berbatasan

dengan

Kabupaten Penajam Paser Utara dan Selat
Makasar,

sebelah

selatan

berbatasan

Data dan informasi sumber daya mineral

dengan Kabupaten Kota Baru, Propinsi

tersebut mempunyai peranan yang sangat

Kalimantan Selatan, serta di sebelah Barat

penting

berbatasan dengan Kabupaten Tabalong,

dalam

pembangunan

menunjang
dan

kelancaran

kegiatan

usaha

Propinsi Kalimantan Selatan.

pertambangan secara nasional dan daerah.
GEOLOGI
Maksud kegiatan Penyelidikan Konservasi

Geologi Regional

Bahan Galian Pada Wilayah Penambangan

Geologi

Tanpa Izin (PETI) ini adalah untuk evaluasi

termasuk dalam Lembar Peta Geologi

potensi bahan galian pada wilayah PETI

Balikpapan, Kalimantan

dengan tujuan untuk mengetahui potensi

Umar I, 1994, Gambar 2.). Batuan tektonik

62

regional

Kabupaten

Paser

(Hidayat, S dan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

merupakan komplek ultramafik dan sebagai

Formasi

batuan yang paling tua, yaitu terdiri dari

batugamping, napal dan serpih. Napal dan

serpentinit dan harsburgit (Ju) berumur

serpih menempati bagian bawah Formasi

Jura, di atasnya ditutupi oleh Formasi

dan merupakan jenis batuan sedimen,

Pintap

diendapkan di lingkungan neritik tebalnya

(Ksp)

batupasir,

merupakan

greiwake,

konglomerat

perselingan

batulempung

berumur

Kapur

Berai

dan

1100

meter

Awal,

Awal.

Pada

(Tomb)

berumur
umur

terdiri

dari

Oligosen-Miosen
yang

bersamaan

selanjutnya secara bersamaan diendapkan

diendapkan Formasi Pamaluan (Tomp),

Formasi Haruyan (Kvh) terdiri dari lava,

terdiri dari batulempung dan serpih dengan

breksi dan tuff, berumur Kapur Awal.

sisipan napal, batupasir dan batugamping,

Kegiatan tektonik pada Kapur Akhir bagian

diendapkan di lingkungan laut dalam, tebal

bawah menghasilkan pengalihan tempat

1500-2500 meter, berumur Ologosen Akhir-

batuan ultra basa oleh sesar naik. Proses

Miosen Tengah, juga pada umur yang

itu diikuti dengan kegiatan magma yang

bersamaan diendapkan Formasi Bebulu

menghasilkan terobosan granit, granodiorit

(Tmbl), terdiri dari batugamping dengan

dan diorit pada Kapur Akhir.

sisipan batulempung lanauan dan sedikit
napal,

diendapkan

di

lingkungan

laut

Secara tidak selaras di atasnya diendapkan

dangkal, tebalnya mencapai 1900 meter,

Formasi

berumur Miosen Awal.

Tanjung

(Tet),

perselingan

batupasir,

konglomerat,

batugamping

merupakan
batulempung,
dan

napal

Pada kala Miosen Tengah terjadi susut laut

dengan sisipan tipis batubara berumur

yang

Eosen Akhir, pada lingkungan paralik-

endapan darat yang menyusun Formasi

neritik tebalnya antara 1000-1500 meter,

Warukin,

Formasi

secara

bersamaan

Formasi

Balikpapan.

Formasi

Kuaro,

perselingan

konglomerat

diendapkan

terdiri

dengan

juga

mengakibatkan

dari

batupasir,

berupa

sisipan

batubara,

batulempung

terbentuknya

Pulaubalang
Formasi

Warukin

batupasir

dengan

sisipan

dan

dan

batubara,

napal, batugamping dan serpih lempungan,

diendapkan di lingkungan delta tebalnya

diendapkan

antara 300-500 meter, diduga berumur

di

lingkungan

paralik-laut

dangkal, tebalnya 700 meter, berumur

Miosen Tengah-Miosen Akhir.

Eosen Awal. Selanjutnya diendapkan juga
secara bersamaan dengan kedua Formasi

Pada kala Pliosen diendapkan Formasi

di atas yaitu Formasi Talakai, terdiri dari

Kampungbaru secara tidak selaras di atas

batulempung, batupasir lempungan dan

Formasi Balikpapan

serpih, dengan sisipan batugamping dan

aluvial (Qa) secara tidak selaras di atas

napal, diendapkan di lingkungan yang lebih

seluruh formasi sebelumnya, terdiri dari

dalam dari Formasi Kuaro, tebalnya 1700

endapan kerakal, kerikil, pasir, lempung

meter, berumur Eosen Akhir.

dan lumpur sebagai endapan sungai, rawa,

Terakhir diendapkan

pantai dan delta, berumur Holosen.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

63

Buku 2: Bidang Mineral

Struktur dan Tektonika

endapan di dalam sungai aktif. Di daerah

Batuan di wilayah ini semuanya telah

penyelidikan

mengalami perlipatan dan terpatahkan dari

pinggiran Sungai Payang di Longsayo

mulai Pra Tersier- Tersier Akhir. Akibat

hingga

proses tersebut terbentuk adanya antiklin,

Secara

sinklin

tersebut, keadaannya bervariasi tergantung

dan

sesar.

Perlipatan

batuan
o

o

membentuk kemiringan antara 10 -60 dan
o

endapan

bermuara

ke

keseluruhan

penyelidikan,

dalam dari perlipatan tersebut umumnya

berkesinambungan.

bandingkan

lebih

apabila

Kendilo.

endapan

aluvial

ditemukan

secara

tidak

di
Material yang diendapkan berupa endapan

utara-selatan

pasir, kerikil, kerakal sebagian ada yang

sampai timur laut-barat daya. Struktur sesar

berukuran bongkah, ketebalannya antara

terdiri dari sesar normal, sesar naik dan

0,25 m hingga 1,20 m. Di bawahnya

sesar geser searah jurus, arah sesar

sebagai batuan dasar berupa batu lempung

hampir sejajar dengan struktur lipatan.

berwarna abu-abu tua – kuning kecoklatan

lipatan

bagian

Sungai

luar, arah

sumbu

dengan

terjal

menempati

batuan dasar yang tersingkap di daerah

pada batuan Pra Tersier sekitar 40 . Bagian

berkemiringan

ini

umumnya

mengandung limonit, kemiringan landai
Sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal

antara 5° hingga 12°, tersingkap pada

terjadi pengangkatan, erosi dan pedataran

pinggiran

menghasilkan

penyelidikan. Di atasnya ditutupi oleh soil

sedimen

darat

yang

sungai

di

beberapa

lokasi

menyusun Formasi Tanjung dan Formasi

berwarna

Kuaro. Berdasarkan cekungan Tersier di

mengandung fragmen batuan berukuran

Kalimantan Tengah, di beberapa tempat

kerikil hingga kerakal, ketebalannya 1m

terendapkan karbonat yang membentuk

hingga 3 m.

kuning

kecoklatan

sebagian

Formasi Tanjung, sedangkan pada kala
Miosen Tengah terjadi susut laut yang

Endapan Aluvial Purba

mengakibatkan

endapkan

Endapan jenis ini ditemukan di cabang

darat yang menyusun Formasi Warukin,

kanan hulu Sungai Uko secara tepatnya di

Formasi

daerah

terbentuknya

Pulaubalang

dan

Formasi

Balikpapan.

Ketinting,

perbukitan

dengan

bergelombang

membentuk
rendah.

Endapannya berupa pasir halus hingga
Geologi Daerah Penyelidikan

kasar berwarna abu-abu kecoklatan, kerikil

Endapan Aluvial

dan kerakal berasal dari batuan ultra basa,

Endapan aluvial sungai merupakan hasil

sedikit

pengendapan beberapa jenis batuan, yang

basaltik. Ketebalannya antara 3 m hingga 5

telah mengalami pelapukan fisika dan kimia

m di dasari oleh batulempung berwarna

kemudian

abu-abu tua, padu, segar sedikit limonitan

tergerus

dan

tertransportasi

dengan media air selanjutnya diendapkan

fragmen

kuarsa,

andesitik

dan

mengisi rekahan.

pada tepi sungai dengan waktu secara
periodik. Hasilnya berupa undak sungai dan

64

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Dari Sungai Kendilo ke lokasi endapan ini

di atas, akan tetapi daerah hulu Sungai Uko

berjarak sekitar 700 m, dan sebarannya

ini merupakan daerah yang paling banyak

kearah kaki Gunung Hijau sekitar 250 m, di

kegiatan penambangan

atasnya ditutupi oleh soil dengan ketebalan
antara 1m hingga 1,5 m. Ketebalan dari

PERTAMBANGAN

endapan ini bervariasi antara 3 m hingga 5
m

terbentuk

dengan

Pertambangan emas aluvial PETI terdapat

singkapan di beberapa tempat pada bekas

di Desa Longsayo, di sebelah baratnya

tambang rakyat dan areal penambangan

terletak di Desa Muarapayang, kearah

yang masih aktif. Lapisan endapan aluvial

selatan

purba

telah

Muarakomam, Sungai Uko, Sungai Srang

mengeras, ditemukan berupa konglomerat

dan Batu Buntok, daerah-daerah tersebut

polimik dan membentuk perlapisan

masuk dalam wilayah Kecamatan Muara

pada

secara

berlanjut

umumnya

sebagian

terletak

Desa

Prayon,

Komam. Selanjutnya ke Desa

Seraki, Songka, Kasungkai ke arah timur

Endapan Koluvial
Punggungan

Busui,

perbukitan

meratus

yang

menghasilkan koluvial pada kaki bukitnya di

Batukajang, Legai yang termasuk dalam
Kecamatan Batu Sopang (Gambar 3).

wilayah penyelidikan, adalah kaki Gunung
Hijau dan Kaki Gunung Sentiung, terdiri

Kegiatan penambangan di daerah ini telah

dari batuan ultrabasa jenis serpentinit dan

lama dilakukan oleh beberapa keluarga

peridotit kemungkinan juga terdapat batuan

secara

gang berupa andesit, basal dan granodiorit.

masyarakat hanya menambang dengan

Pelapukan

cara

dari

intrusi-intrusi

tersebut

turun

temurun.

mendulang,

namun

Sebelumnya

kini

dengan

kemudian mengalami pelongsoran, erosi

masuknya pendatang bekerja sama dengan

dan

penduduk setempat dan seiring kemajuan

tertransportasi

dekat,

sehingga

membentuk endapan koluvial.

teknologi, kegiatan penambangan telah
menggunakan mesin ‘Dompeng’.

Endapan

koluvial

terdiri

dari

fragmen

batuan ultrabasa, andesitik, basaltik dan

Kegiatan penambangan dilakukan terutama

granodiorit,

pada

berukuran

kerikil,

kerakal

daerah-daerah

sekitar

Sungai

hingga bongkah-bongkah dengan diameter

Payang, Sungai Kuaro, Sungai Kendilo,

hingga mencapai 3 m, bercampur dengan

Sungai Uko dan Sungai Srang. Keterangan

pasir. Bentuk fragmen batuan tersebut

dari penambang PETI hasil penambangan

barsudut

hingga

bersudut

tanggung,

emas aluvial antara 2 gram-20 gram/hari.

sebagian

kecil

membulat

tanggung

Kegiatan penambangan emas tanpa izin

memperlihatkan

transportasinya

tidak

begitu jauh dari sumbernya.

(PETI) di Kabupaten Paser, yaitu dengan
cara ;
1. Cara

pendulangan,

mengambil

Penyebaran endapan ini tidak begitu jauh

material dari tempat tertentu yang

sekitar 70 m dari kaki pegunungan tersebut

diperkirakan mengandung emas.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

65

Buku 2: Bidang Mineral

2. Cara menghisap pasir dan batuan
yaitu

dengan

pompa

di

meletakan

atas

papan

beralaskan

yang

drum-drum

mengambang,
pada

mesin

dasar

selang
sungai

diletakkan
menghisap

material yang diperkirakan material
dan

fragmen

batuan

Kegiatan penambangan PETI di Desa
Longsayo dan Desa Muarapayang secara
umum

menggunakan

cara

mendulang.

Masyarakat di desa ini terutama di dekat
pemukiman

dan

sungai

berupaya

mencegah kegiatan yang dapat mencemari
lingkungan.

yang

mengandung emas dan dialirkan ke

Di Sungai Kendilo desa Legai, Mariga,

sluice box yang beralaskan karpet.

Songka, Mandaro, Busui dan sekitarnya,
Kecamatan

Batu

Sopang

aktifitas

Cara menyemprot dengan air bertekanan

penambangan PETI menggunakan mesin

tinggi pada dinding dan dasar material

penyedot dasar sungai. Hasil pendulangan

untuk

secara megaskopis terdapat

melepaskan

Selanjutnya

aliran

butiran
lumpur

emas.
hasil

6

sampai dengan 11 butir emas.

penyemprotan disedot dengan mesin dan
dialirkan ke sluice box. Lumpur konsentrat

Kegiatan penambangan PETI di daerah

yang mengandung emas dialirkan ke sluice

Sungai Uko, Batubutok, Ketingting, Swatu

box yang beralaskan karpet, karena butiran

dan sekitarnya, terletak pada kaki Gunung

emas mempunyai berat jenis tinggi akan

Sentiung, dilakukan secara penyemprotan

mengendap dan terperangkap pada karpet.

menggunakan mesin dompeng. Bukaan

Setelah beberapa waktu karpet tersebut

tambang dilokasi ini berukuran 30 X 40

dicuci

(drum),

meter, kedalaman 8 meter, dikerjakan oleh

sehingga butiran-butiran emas terlepas dari

7-10 orang/kelompok. Sluice box yang

karpet dan terkumpul dalam konsentrat.

digunakan umumnya berukuran panjang 6

Konsentrat

meter, lebar 0,60 meter dan kemiringan 10

dalam

tempat

yang

tertutup

mengandung

mineral

berat kemudian didulang, sehingga terpisah

°.

butiran emasnya. Untuk mencegah butiran
emas berbutir halus terbuang, konsentrat

Di daerah Swatu lokasi penambangan PETI

yang mengandung emas dicampur dengan

pada endapan kolovial yang berukuran

air

fragmen batuan 30 x 60 cm sampai dengan

raksa,

sehingga

dengan

cara

amalgamasi tersebut dapat menangkap

70

butiran emas. Air raksa yang mengandung

pendulangan

emas disaring dengan kain payung, sampai

megaskopis 3 sampai dengan 9 butir emas,

mendapatkan emas bulion. Bulion dibakar

dari pendulangan conto tailing terdapat 15

sehingga butiran emas terpisah dengan air

butir. Informasi dari penambang di daerah

raksa. Proses pembakaran dan pemurnian

ini, hasil yang mereka dapat sekitar 10-20

ini biasanya tidak dilakukan di daerah

gram/hari.

x

150

cm.

Hasil

di

daerah

pemercontoan
ini

secara

penambangan tetapi di tempat lain.

66

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

konservasi bahan galian adalah emas

Pengolahan
Pengolahan

terhadap

aluvial. Endapan emas aluvial ini terdiri dari

bercampur

endapan emas aluvial sungai, endapan

dengan logam lainnya, diantaranya dengan

aluvial purba dan endapan emas koluvial.

perak terutama dari hasil pengambilan

Hasil penyelidikan lapangan terdapat di

emas aluvial purba dan koluvial. Hal ini

beberapa

daerah

yang

dilakukan mengingat kadar emas terlalu

berpotensi

untuk

dilakukan

rendah

penambangan

butiran

emas

emas

dilakukan

yang

masih

kemungkinannya

antara

40%

ditafsirkan
kegiatan

emas secara sederhana.

hingga 55%, sisanya berupa perak dan

Diantaranya yaitu endapan emas aluvial di

mineral lainnya.

daerah Longsayo, endapan emas aluvial
purba di daerah Ketingting dan endapan

Endapan emas tersebut dimasukkan ke

koluvial di daerah Swatu.

dalam dulang kemudian dicampur dengan
air raksa yang akan menghasilkan bulion,

Penambangan emas aluvial di daerah

kemudian dibakar untuk memisahkan emas

Longsayo

dan perak. Pengolahan dilakukan ditempat

masyarakat dengan cara pendulangan,

lain

seperti

jauh

dari

pemukiman,

menimbulkan

polusi

dan

mengganggu

kesehatan

karena

pada

yang

umumnya

dilakukan

dilakukan

oleh

para

dapat

penambang tradisional, terutama di dekat

terutama

pemukiman dan aliran sungai Payang.

pernapasan.

Kegiatan ini hanya sebagai tambahan dan
dikerjakan setelah selesai kegiatan rutin
seperti berladang, mengambil getah karet

PENGAMBILAN CONTO

dan berkebun.
Hasil pengambilan conto

beberapa titik

lokasi dengan cara mendulang di Sungai

Hasil

Payang

secara

diketahui bahwa potensi endapan emas

megaskopis terdapat 2 sampai dengan 20

aluvial di wilayah ini, dicirikan dengan

butir emas aluvial. Pengambilan conto di

banyaknya emas dari hasil pendulangan,

daerah Prayon ditemukan daerah bekas

yang dilakukan pada beberapa tempat

tambang,

ditinggalkan

pada lapisan kerikil dan kerakal. Setiap

informasi dari masyarakat sekitarnya hasil

pendulangan diperoleh butiran emas aluvial

tambang tersebut tidak menguntungkan.

dengan

Hasil

Desa

Longsayo

lubang

tambang

pengambilan

penyelidikan,

conto

diperoleh

penyelidikan

ukuran

di

halus

Desa

Longsayo

hingga

kasar,

di

wilayah

berbentuk pipih, hasil setiap pendulangan

conto

dulang

diperoleh butiran emas sebanyak 8 hingga

sebanyak 41 conto, lihat tabel dibawah ini ;

15 color

Luas wilayah yang mengandung emas

PEMBAHASAN

tersebut hampir separuhnya terletak di
Penambangan tanpa izin (PETI) yang

bawah perkampungan dan ditafsirkan dapat

ditemukan

bertambah ke arah selatan bila dilakukan

di

daerah

penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

67

Buku 2: Bidang Mineral

pemboran. Sedangkan ke arah utara sudah

Penambangan

dibatasi

Daerah

oleh

perbukitan

rendah

yang

ditempati oleh batulempung dan soil padat.

emas

Ketingting

aluvial

purba

merupakan

di

lokasi

penambangan emas yang dilakukan oleh
penduduk

dengan

cara

penyemprotan

Berdasarkan hasil penyelidikan terhadap

lapisan aluvial purba, kemudian hasilnya

endapan aluvial di wilayah ini luas sebaran

diaduk secara manual setelah itu disedot

aluvial

di

dan dialirkan ke sluice box yang dilapisi

Longsayo ± 89 hektar atau 890.000m²

karpet. Hasil kegiatan penambangan di

dengan ketebalan rata-rata 0,75 meter

daerah ini dalam satu hari diperoleh emas

(Gambar

yang

mengandung

4.).

berpotensi

Volume

mengandung

emas

aluvial

yang

antara

emas

yaitu

perhitungan

2

gr

hingga
secara

4

gr,

menurut

ekonomi

dapat

890.000m² x 0,75 m = 667.500 m³.

dianggap kurang ekonomis. Tetapi lokasi

Perhitungan

pengambilan emas tersebut tidak jauh dari

ketebalan

sumber
aluvial

daya

berdasarkan

mengandung

emas

kampung

dan

diperkirakan daerah yang telah ditambang

menggunakan

pada daerah Longsayo yaitu seluas ± 0,5

sehingga

hektar atau 5000 x 0,75 =

dianggap murah.

3.750 m³

dapat

dicapai

kendaraan

biaya

transport

dengan

roda
dan

dua
logistik

sehingga volume sisa daerah prospek
Longsayo 667.500 m³- 3.750 m³ = 663.750

Luas potensi endapan aluvial purba di

m³.

daerah Ketingting, adalah ± 73,89 hektar
atau 738.900 m², dengan ketebalan rata-

Berdasarkan hasil analisis laboratorium

rata 1,2 meter (Gambar 5.). Diperkirakan

mineralogi butir dari konsentrat dulang,

daerah yang telah ditambang 36,945 hektar

menghasilkan kadar emas dalam aluvial

atau 369.450 m² ( 50%), sisa daerah yang

berkisar

belum

antara

0.0078

gr/m³

hingga

ditambang

36,945

hektar

atau

0.3037 gr/m³. Hasil dari analisis butir

369.450

tersebut, maka diperoleh kandungan emas

daerah prospek aluvial purba mengandung

aluvial rata-rata

emas Sungai Uko yang belum ditambang

130,64 mg/ m³ atau

0.13064 gr/ m³. Dari data itu diperkirakan



(50%).

Sehingga

volume

369.450 m² x 1,2 m = 443.340 m³.

jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial,
yang belum ditambang di daerah Longsayo

Jumlah sumber daya hipotetik emas aluvial

adalah 663.750 m³.x 0,13064 gram/ m³=

purba yang belum ditambang di daerah

86712gram atau 86,712 kg emas.

Ketingting adalah 443.340 m³ x 0,07866
gram/ m³= 34873,12 gram = 34,873 kg..

Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan
pengembangan bahan galian emas aluvial

Penambangan endapan emas koluvial di

di daerah Longsayo perlu dikaji lebih lanjut,

daerah

karena daerah potensi tersebut terletak

penyemprotan dan penyedotan, hasilnya

pada

diperoleh

perumahan

Longsayo.

68

penduduk

Desa

Swatu

dilakukan

butiran-butiran

secara

emas

yang

berukuran lebih besar dari hasil yang

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

diperoleh

di

sungai-sungai.

Hasil

purba di daerah Ketingting dan koluvial di

pengambilan conto pendulangan di daerah

daerah Swatu, perlu dikaji lebih lanjut

Swatu

karena terletak di daerah kaki Gunung

secara

megaskopis,

diperoleh

butiran emas sebanyak 3 sampai dengan 9
color,

dari

terdapat

pendulangan

15

conto

color.

Hijau dan di lereng Gunung Sentiung.

tailing

Informasi

dari

Hasil analisa conto laboratorium pada

penambang di daerah ini, hasil yang

daerah Sungai Payang di titik pengambilan

mereka dapat sekitar 10-20 gram/hari.

conto KDL.8, KDL.9, KDL.10 dan di daerah
Sungai Kendilo pada KDL.15, KDL 16,

Daerah potensi endapan koluvial Swatu,

KDL.17,

yaitu seluas ± 40,03 hektar atau 400300

menunjukan nilai dari 0.026 mg sampai

m², dengan ketebalan rata-rata 0,80 meter

dengan 14 mg. Conto tersebut diatas

(Gambar 5.).

didapatkan

Maka volume aluvial yang

KDL

19,

dari

KDL.

20,

wilayah

KDL.21,

PETI

yang

berpotensi mengandung emas 400300 m² x

menggunakan cara menghisap pasir dan

0,8 m = 320240 m³. Perhitungan sumber

batuan dari dasar sungai aktif (Foto 6.).

daya berdasarkan ketebalan aluvial yang

Pada

mengandung emas, diperkirakan dengan

potensinya karena aktifitas tambang PETI

menghitung

terletak pada sungai aktif yang ditafsirkan

luas

daerah

yang

telah

daerah

ini

tidak

dihitung

nilai

ditambang ± 30% atau 12.01 hektar dan

pengendapan

sisa daerah yang belum ditambang 28,02

mengikuti kecepatan aliran sungai.

hektar (70%). Sehingga volume daerah

Penanganan kegiatan penambangan emas

potensi Swatu, yang belum ditambang,

tanpa

yaitu 280200m³ x 0,8 m = 224168 m³.

pemanfaatan,

izin

emas

(PETI),
nilai

aluvial

bergerak

untuk

mendukung

tambah

dan

keekonomian sumber daya geologi, perlu
Jumlah

sumber

daya

hipotetik

emas

dilakukan

kebijakan-kebijakan

yang

di

koluvial yang belum ditambang di daerah

koordinir pemerintah setempat. Dengan

Swatu adalah 224168 m³.x 2,597gram/ m³=

upaya arah kebijaksanaan pengelolaan

582164 gram = 582,164 kg.

sumber daya mineral yang berwawasan
lingkungan,

Potensi bahan galian lain dan mineral

penambangan

berdasarkan

eksplorasi yang baik, benar dan optimal.

ikutan di lokasi penambangan emas aluvial
tersebut adalah, magnetit, ilmenit, hematit,

Satu diantara metoda eksplorasi untuk

amfibol,

zirkon,

endapan aluvial dapat digunakan metoda

markasit, kuarsa, mineral lempung, feldspar

geofisika tahanan jenis, metoda ini untuk

dan

melokalisir daerah endapan aluvial tua

piroksin,

kalkopirit

bersama-sama

epidot,

yang
dalam

pirit,

keterdapatannya
endapan

aluvial

(Lampiran hasil analisa mineralogi butir).

yang

mungkin

berpotensi

mengandung

emas aluvial. Sehingga lokasi bukaan
tambang dapat efisien dan mencapai hasil

Prospek pengusahaan, pemanfaatan dan

yang optimal.

pengembangan bahan galian emas aluvial

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

69

Buku 2: Bidang Mineral

Selain itu perlu dilakukan bimbingan teknis

Parawisata

penambangan

kepada

taman, areal bermain, bumi perkemahan,

penambang, sehingga tidak terjadi penyia-

lapangan sampah, bangunan MCK, danau,

nyian potensi endapan aluvial. Berdasarkan

dermaga sepeda air, rumah makan, tempat

hasil

pemancingan

kajian

yang

sistematis

Percobaan

Menjalankan

dilengkapi

dan

Shillter,

bangku

bangunan

bekas

Percontohan Pengolahan Emas Letakan

tambang, menjadikan taman hutan ini

(Aluvial) yang dilakukan PPTM (1985)

sebagai tempat parawisata yang nyaman.

adalah sebagai berikut.

Bekas tambang yang telah direklamasi
dengan tanaman cepat tumbuh menjadi

Air penyemprot endapan aluvial

tingkat

taman

hutan

kandungan lumpur/ kekeruhan tidak terlalu

penangkaran

pekat

manjangan.

dan

penggerak,

tidak
agar

tercemar
lumpur

oli

yang

mesin

yang

dilengkapi

sapi,

tempat

kambing

Taman

hutan

dan

raya

Lati

disedot

Petangis ini dapat dijadikan salah satu

kemudian diendapkan pada sluice box,

contoh reklamasi daerah bekas tambang di

sehingga pengendapan konsentrat dalam

Indonesia.

sluice box berproses dengan baik

.
KESIMPULAN.

Ukuran

sluice

box

yang

baik

adalah

panjang 32 meter, lebar 40 cm, kemiringan

Potensi bahan galian emas aluvial di

3º dengan dilengkapi riffle dengan umpan

Kabupaten Paser, belum terinventarisasi di

berupa ukuran butir , 2 mm, persen

Dinas

padatan 15.5% dan laju aliran air ± 1m³/

Energi, Kabupaten Paser.

Kehutanan,

Pertambangan

dan

menit.
Daerah potensi emas aluvial di Kabupaten
Proses penyaringan secara amalgamasi

Paser

memakai dengan 2 lapis kain, penyaringan

Ketingting dan Swatu. Ketebalan endapan

dilakukan berulang, sehingga amalgam

aluvial yang berpotensi mengandung emas

yang mengandung emas tidak lolos dan

di wilayah ini bervariasi, mulai dari 0,75

terbuang.

meter sampai dengan 0,8 meter dan 1,20

secukupnya,
mencemari

Penggunaan
agar

tidak

air

raksa

merugi

lingkungan.

dan

Proses

terletak

di

daerah

Longsayo,

meter.
Kegiatan

penambangan

bahan

galian

pembakaran bullion perlu dilakukan dengan

emas aluvial di Kabupaten Paser telah

alat incinerator dan alat sublimasi,agar uap

berlangsung sejak beberapa tahun yang

air raksa tidak mencemari udara dan bisa

lalu, hingga kini dilakukan oleh penambang

diperoleh kembali.

emas tanpa izin (PETI). Penambangan
emas aluvial pada umumnya menggunakan

Taman hutan raya Lati Petangis adalah

satu atau dua unit Dompeng dan sluice box

bekas tambang Petangis, yang menjadi

berukuran panjang, lebar dan kemiringan

kawasan parawisata dan memiliki fasilitas

berbeda-beda. Hasil pendulangan terhadap

dan

70

berwawasan

lingkungan

Fasilitas

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

tailing dibeberapa lokasi penambangan

terjadi

masih terdapat butiran-butiran emas

kemungkinan terjadi bencana alam.

kerusakan

Bahan galian aluvial yang belum ditambang

lingkungan

dan

DAFTAR PUSTAKA

di daerah Longsayo volumenya = 663.750
m³.

Volume aluvial purba yang belum

1.

Hidayat

dan

Umar,1994,

Peta

ditambang di daerah Ketingting 443.340 m³

Geologi Lembar Balikpapan, Kalimantan

dan volume koluvial di daerah Swatu

Skala 1 : 250.000 PPPG. Bandung

224168 m³.

2.

Lahar

H,

2001

dkk,

Kegiatan

Pendataan Bahan Galian yang Tertinggal di
Jumlah Sumber daya hipotetik bahan galian

Tambang Batubara Daerah Samarinda,

emas aluvial yang masih tersisa di daerah

Kabupaten

Longsayo 86,712 kg emas. Ketingting

Kalimantan Timur, Laporan Tahunan DIK-S

34,873 kg emas dan Swatu 582,164 kg

Tahun Anggaran 2001, DIM

emas.

3.

Kutai

Kartanegara,

Provinsi

Suhargo, 1995, Suatu Pandangan

Tentang Konservasi Bahan Galian, Sub Dit.
Potensi bahan galian lain dan mineral

Konservasi,

ikutan dari hasil analisa butir adalah

Pertambangan.

Direktorat

Teknik

magnetit, ilmenit, hematit, amfibol,piroksin,
epidot,

pirit,

zirkon,

markasit,

kuarsa,

mineral lempung,feldspar dan kalkopirit.

Hutan Raya Petangis adalah daerah bekas
tambang PT.BHP Kendilo Coal Indonesia
(PT.BHP KCI), dapat dijadikan contoh
pengelolaan Pasca tambang di Indonesia.

SARAN-SARAN
Perlu

Kebijakan-kebijakan

yang

pemerintah setempat untuk penanganan
kegiatan penambangan emas tanpa izin
(PETI),

agar pengelolaan sumber daya

mineral dapat optimal.

Bukaan hutan akibat kegiatan PETI di
daerah kaki dan lereng Gunung Sentiung
dan Gunung Hijau,

sebaiknya menjadi

perhatian pemerintah daerah, agar tidak

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

71

Buku 2: Bidang Mineral

116 15'

440000

116 30'

400000

116 0'

360000

116 15'

116 45'

PETA LOKASI PENYELIDIKAN
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Kab. KUTAI



Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT

Panajam
-1 00'

Bongan

B

9880000

0

B

10

B
Keterangan :

Kab. PENAJAM
PASER UTARA

Kab. BARITO UTARA

20

kilometer

Kontur topografi

-1 15'

Sungai
Waru

B

9840000

-1 30'

Kab. PASER
B

B

Jalan

Long Kali

Batas kecamatan

S. K

(

o
endil

Long Ikis
(

(

Sebakung

Muara Koman

(

Samuntai
(

(

Lokasi penyelidikan

Mandang

B

B

B

Kuaro
(

(

Kab. TABALONG

SELAT MAKASAR

(

-1 45'
9800000

Tanah Grogot

Batu Sopang

(

Lempesu
Luan
(

(

(

-2 00'

S. Kendilo

Pasir Balengkong
Luti

(

B

9760000

-2 15'

Kota

B

PETA INDEKS

B
Tanjung Aru
Tanjung Aru

Kab. BALANGAN

K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian

Kab. KOTA BARU

-2 30'

Gambar 1. Peta Lokasi Penyelidikan, Kab. Paser, Prov. Kalimantan Timur

72

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

116 30'

116 45'

Kab. KUTAI

440000

116 15'
400000

116 0'

360000

116 15'

Loa Kulu

PETA GEOLOGI
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR



Tmpb

Kab. KUTAI BARAT

Panajam
-1 00'

Bongan

0

Tmbp

9880000

40

Keterangan
Kab. PENAJAM
PASER UTARA

Kab. BARITO UTARA
Tomp

Qa

-1 15'
Toty

Waru
Toty
Tomb
9840000

Kab. PASER
Long Kali

Ju

S. K
end ilo

Muara Koman

Sebakung

Ksp

Tet

Samuntai

Qa

Mandang

Ju

-1 45'

Aluvium

Tmbp

Formasi Balikpapan

Tmpb

Formasi Pulaubalang

Tmw

Formasi Warukin

Tmbl

Formasi Warukin

Tomp

Formasi Pamaluan

Tomb

Formasi Berai

Toty

Formasi Tuyu

Tetk

Formasi Telakai

Tek

Formasi Kuaro

Tet

Formasi Tanjung

Long Ikis

SELAT MAKASAR

-1 30'

20

kilometer
Tet

Ksp

Kuaro

9800000

Tomb
Kab. TABALONG

Tanah Grogot

Batu Sopang
Tmw

-2 00'

Lempesu
Luan
S. Kendilo

Pasir Balengkong

Tmbp

Formasi Haruyan

Kok

Formasi Olistolit Kintap

Ksp

Formasi Pintap

Ju

Kompleks Ultramafik
Sungai

Luti

Tomp

Kvh

Kota

Jalan

Kvh
9760000

Qa

Ksp

PETA INDEK

Tanjung
Aru
Tmbp
-2 15'

Kvh

Tomp

Tanjung Aru

Kab. BALANGAN
K AL I M AN T AN

Kab. KOTA BARU

Daerah Penelitian

-2 30'

Sumber : Peta Geologi Lembar Balikpapan, 1994
Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penyelidikan dan Sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

73

Buku 2: Bidang Mineral

Foto 1. Singkapan endapan aluvial sungai di Sungai Payang

74

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Foto 2. Endapan aluvial purba di Daerah Ketinting

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

75

Buku 2: Bidang Mineral

Foto 3. Endapan koluvial di kaki Gunung Sentiung di daerah Swatu

Foto 4. Penambangan cara mendulang di Sungai Payang

76

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Foto 5. Penambangan cara semprot dan hisap di daerah Ketinting

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

77

Buku 2: Bidang Mineral

Foto 6. Penambangan emas secara hisap di Sungai Kendilo

78

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

116 15'
400000

116 30'
440000

116 0'

360000

116 15'

116 45'

PETA LOKASI PENGAMBILAN CONTO
KABUPATEN PASER
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Kab. KUTAI



Loa Kulu
Kab. KUTAI BARAT

Panajam
-1 00'

Bongan

0

10

20

kilometer

9880000

Keterangan

Kab. PENAJAM
PASER UTARA

Kab. BARITO UTARA

-1 15'

KDL.5

Titik Pengambilan Contoh

Sungai

Waru
9840000

Kab. PASER
-1 30'
o
endil

KDL.14

Jalan
Long Kali

Sebakung

Muara Koman
KDL.39
KDL.38
KDL.41

-1 45'

KDL.24
KDL.27
KDL.26

9800000

KDL.19

Kab. TABALONG

Batas kecamatan

Long Ikis

KDL.35
Samuntai
KDL.37
KDL.33
KDL.32
Mandang
KDL.30
KDL.29
KDL.31
KDL.21
KDL.22
KDL.20 Kuaro
KDL.23
KDL.18
KDL.17

Tanah Grogot

KDL.15

Batu Sopang

Lempesu
Luan
-2 00'

S. Kendilo

Kota

SELAT MAKASAR

S. K

KDL.5
KDL.4
KDL.3
KDL.2
KDL.1
KDL.6
KDL.8

KDL.10
KDL.11
KDL.12
KDL.13

Pasir Balengkong
Luti

PETA INDEKS
9760000

-2 15'

Tanjung Aru
Tanjung Aru

Kab. BALANGAN

K AL I M AN T AN
Daerah Penelitian

Kab. KOTA BARU

-2 30'

Gambar 3 . Peta lokasi pengambilan conto di Kabupaten Paser, Prov. KalTim

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

79

Buku 2: Bidang Mineral

Gambar 4. Potensi Emas Aluvial di Daerah Longsayo

80

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

Gambar 5. Daerah Potensi Emas Aluvial di Daerah Ketingting dan Swatu

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

81

Buku 2: Bidang Mineral

Tabel 1.
Pengambilan conto pada wilayah PETI di daerah Kendilo dan sekitarnya,
Kabupaten Paser, KalimantanTimur

No

1

No.Contoh

KDL.1

Lokasi

Sungai

Koordinat

Keterangan

Lintang Selatan

Bujur Timur

01฀ 31’55,2”

115฀ 52’ 01,1”

Aluvial

01฀ 31’49,2”

115฀ 52’ 01,2”

Aluvial

01฀ 31’46,6”

115฀ 52’ 03,3”

Aluvial

01฀ 31’43,1”

115฀ 52’ 07,5”

Aluvial

01฀ 30’29,0”

115฀ 52’ 17,0”

Aluvial

01฀ 32’03,3”

115฀ 51’ 50,7”

Aluvial

01฀ 32’04,2”

115฀ 51’ 41,1”

Aluvial

01฀ 32’04,2”

115฀ 51’ 41,1”

Aluvial

01฀ 31’55,2”

115฀ 51’ 36,0”

Aluvial

01฀ 31’55,2”

115฀ 51’ 36,0”

Aluvial

01฀ 31’57,5”

115฀ 51’ 23,8”

Aluvial

Payang,
Longsayo
2

KDL.2

Sungai
Payang,
Longsayo

3

KDL.3

Sungai
Payang,
Longsayo

4

KDL.4

Sungai
Payang,
Longsayo

5

KDL.5

Sungai
Payang,
Longsayo

6

KDL.6

Sungai
Payang,
Longsayo

7

KDL.7

Sungai
Payang,
Longsayo

8

KDL.8

Sungai
Payang,
Longsayo

9

KDL.9

Sungai
Payang,
Longsayo

10

KDL.10

Sungai
Payang,
Longsayo

11

KDL.11

Sungai
Payang,
Longsayo

82

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 2 : Bidang Mineral

12

KDL.12

Muara Sungai

01฀ 31’46,2”

115฀ 50’ 21,7”

Aluvial

01฀ 33’52,0”

115฀ 49’ 25,8”

Aluvial

01฀ 36’39,2”

115฀ 50’ 09,9”

Aluvial

01฀ 52’38,5”

115฀ 56’ 18,2”

Aluvial

01฀ 51’58,2”

115฀ 55’ 46,8”

Aluvial

01฀ 51’58,2”

115฀ 55’ 46,8”

Aluvial

01฀ 48’58,1”

115฀ 54’ 52,2”

Aluvial

01฀ 49’34,1”

115฀ 52’ 01,8”

Aluvial

01฀ 47’19,0”

115฀ 50’ 14,6”

Aluvial

01฀ 47’19,0”

115฀ 50’ 14,6”

Aluvial

01฀ 47’14,0”

115฀ 50’ 17,0”

Aluvial

01฀ 47’23,5”

115฀ 50’ 14,9”

Aluvial

01฀ 47’23,5”

115฀ 50’ 14,9”

Aluvial

01฀ 43’46,2”

115฀ 49’ 37,7”

Aluvial

01฀ 43’46,2”

115฀ 49’ 37,7”

Aluvial

01฀ 43’34,9”

115฀ 49’ 32,2”

Aluvial

.Payang
13

KDL.13

Sungai
Kendilo
Muara
Payang

14

KDL.14

S.

Kendilo,

Ds Prayon
15

KDL.15

S.

Kendilo,

Ds Legai
16

KDL.16

S.

Kendilo,

Ds

Batu

Sopang
17

KDL.17

S.

Kendilo,

Ds

Batu

Sopang
18

KDL.18

S.

Kendilo,

Ds Mariga
19

KDL.19

S.

Kendilo,

Ds Songka
20

KDL.20

S.

Kendilo,

Ds Busui
21

KDL.21

S.Kendilo,Kes
ungkai

22

KDL.22

S.Kendilo,
Sungai Terik

23

KDL.23

S.

Kendilo,

Ds Busui
24

KDL.24

S.

Kendilo,

Ds Busui
25

KDL.25

S.

Kendilo,

Ds Mandaro
26

KDL.26

S.

Kendilo,

Ds Mandaro
27

KDL.27

S.

Kendilo,

Ds

Buntok

Lama

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

83

Buku 2: Bidang Mineral

28

KDL.28

S.

Kendilo,

Ds

Buntok

01฀ 41’30,7”

115฀ 50’ 22,4”

Aluvial

01฀ 41’30,7”

115฀ 50’ 22,4”

Tailing

Lama
29

KDL.29

S.

Kendilo,

Ds

Buntok

Lama
30

KDL.30

Ds. Ketingting

01฀ 41’30,4”

115฀ 50’ 26,7”

Aluvial

31

KDL.31

Ds. Ketingting

01฀ 41’30,4”

115฀ 50’ 26,7”

Tailing

32

KDL.32

Ds. Ketingting

01฀ 41’24,8”

115฀ 50’ 20,4”

Aluvial

33

KDL.33

Swatu

01฀ 41’25,3”

115฀ 50’ 16,4”

34

KDL.34

Swatu

01 41’06,9”

115฀ 50’ 32,8”

35

KDL.35

Swatu

01 41’06,9”

115฀ 50’ 32,8”

36

KDL.36

Sungai Uko

01฀ 41’08,0”

115฀ 50’ 45,8”

37

KDL.37

Sungai Uko

01฀ 41’08,0”

115฀ 50’ 45,8”

38

KDL.38

Sungai Uko

01฀ 40’32,0”

115฀ 49’ 33,5”

39

KDL.39

Stran

01฀ 40’32,0”

115฀ 49’ 33,5”

40

KDL.40

Sungai Uko

01฀ 40’30,6”

115฀ 49’ 18,9”

Aluvial

41

KDL.41

Sungai Srang

01฀ 40’30,6”

115฀ 49’ 18,9”

Aluvial

84

Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing
Aluvial
Tailing

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009