Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri Dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh :

AGUNG TAUFIQUR ROKHMAN SY 109101000077

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H


(2)

(3)

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN Skripsi, September 2013

Agung Taufiqur Rokhman Sy, NIM : 109101000077

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar Merkuri Dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor.

Xvi + 99 halaman, 21 tabel, 4 bagan, 4 lampiran ABSTRAK

Kegiatan Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang menggunakan merkuri dalam proses amalgamasi mempunyai kemungkinan terjadinya pencemaran merkuri baik ke lingkungan maupun memapar masyarakat di sekitarnya. Terlebih tidak adanya proses pengolahan limbah yang dihasilkan karena masih bersifat tradisional. Salah satunya adalah kegiatan PETI di Desa Malasari yang telah dilakukan oleh masyarakat selama berpuluh tahun yang lalu. Paparan merkuri dalam waktu yang lama dapat diketahui dengan menganalisa kadar merkuri dalam rambut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Metode sampling yang digunakan adalah multistage random sampling dengan responden sebanyak 46 orang. Data penelitian diambil dengan wawancara terpimpin melalui kuesioner dan pemeriksaan kadar merkuri dalam rambut di laboratorium. Data dianalisis menggunakan uji t independen, uji anova, dan uji korelasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan rata – rata kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari sebesar 0,577 ppm dengan kadar merkuri terendah sebesar 0,021 ppm dan kadar merkuri tertinggi sebesar 1,362. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan kadar merkuri dalam rambut dengan Pvalue 0,00 dan koefisien korelasi 0,647. Jarak rumah dan kadar merkuri dalam rambut dengan Pvalue 0,00. Jenis pekerjaan dan kadar merkuri dalam rambut dengan Pvalue sebesar 0,018. Lama tinggal dan kadar merkuri dalam rambut dengan Pvalue sebesar 0,00. Sedangkan faktor yang tidak berhubungan adalah status gizi dan konsumsi ikan.

DAFTAR BACAAN : 68 (1983 – 2013)


(4)

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE MAJOR OF PUBLIC HEALTH

DEPARTMENT OF ENVIRONMENTAL HEALTH Undergraduated Thesis, September 2013

Agung Taufiqur Rokhman Sy, NIM : 109101000077

Factors Associated with Mercury Concentration in Hair of Community Living around Illegal Gold Mining in Malasari, Nanggung, Bogor

xvi + 99 pages, 21 tables, 4 diagrams, 4 attachment ABSTRACT

Illegal gold mining activity which uses mercury in amalgamation process has possibility to mercury contamination either in environment or community around it. Moreover, there is not tailing treatment because of traditional equipment. One of Illegal gold mining is Illegal gold mining in Malasari. It has been done in tens years ago. Mercury exposure in long time can be known by analyzing of hair mercury concentration. Therefore, this research aims to know factors associated with mercury concentration in hair of community living around illegal gold mining in Malasari, Nanggung, Bogor.

This research is observational study with cross sectional design. The sampling method that used is multistage random sampling. The number of samples are 46 respondents. Research data collected by interview through questionnaire. Analyses of hair mercury concentration conducted in laboratory. The data analyzed by independent t-test, anova, and correlation.

Result of this research showed the average of mercury concentration in hair of community living around illegal gold mining in Malasari was 0.577 ppm. The lowest concentration was 0.021 ppm and the highest concentration was 1.362 ppm. Based on bivariate analyses, There was association between age and hair mercury concentration with Pvalue 0.00 and r 0.647. House distance and hair mercury concentration with Pvalue 0.00. Employment and hair mercury concentration with Pvalue 0.018. Length of stay and hair mercury concentration with Pvalue 0.00. Whereas the factors that were not associated were nutritional status and fish consumption.

KEYWORDS : Mercury, PETI, Hair REFERENCE : 68 (1983 – 2013)


(5)

(6)

(7)

vi

DATA RIWAYAT HIDUP Nama : Agung Taufiqur Rokhman Sy TTL : Sidoarjo, 16 Februari 1992

Alamat Asal : Jl. Kesemen RT. 24 RW. 06, Desa Cangkringsari, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo

Alamat Sekarang : Vila Graha Hijau 1 Blok C3, Jl. W.R. Supratman, Ciputat, Tangerang Selatan

Email : Agung_elsyiroji@yahoo.com Gol. Darah : O

Riwayat Pendidikan :

TK Muslimat Kesemen (1995-1997)

MI Ma’arif Kesemen (1997-2003)

MTs Unggulan Amanatul Ummah (2003-2006) MA Unggulan Amanatul Ummah (2006-2009) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-Sekarang)

Student Exchange, Turki (2010)

Pengalaman Kerja Praktik :

Pengalaman belajar lapangan (PBL) di Puskesmas Ciputat Timur Praktik kerja bidang HES di Chevron Pacific Indonesia, Riau Praktik kerja di BNI Syari’ah.


(8)

vii

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang terindah untuk diucapkan melainkan lantunan syukur kepada Allah SWT karena rahmat, taufiq, dan hidayah-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor”. Sholawat serta salam selalu terucap kepada revolusioner akbar, Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dengan sendi-sendi agama islam. Penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan jenjang pendidikan S1 di Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. DR (hc). dr. M.K. Tajuddin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku ketua peminatan kesehatan lingkungan dan pembimbing II yang telah memberikan banyak siraman ilmu baik ilmu duniawi maupun ukhrawi.

4. Ibu Dewi Utami Iriani, M.Kes, Ph.D selaku pembimbing I yang telah membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi dapat diselesaikan dengan baik.

5. Ibu Catur Rosidati, SKM, MKM, dr. Yuli Prapancha Satar, MARS, dan Meilani Anwar, M.Epid selaku penguji skripsi yang telah memberikan masukan-masukan. 6. Seluruh dosen dan staf pengajar prodi kesehatan masyarakat yang telah mentransfer pengetahuan dan membuka wawasan. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat.


(9)

viii

7. Kepala, Sekretaris, beserta staf Desa Malasari yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk melakukan penelitian pada masyarakat Desa Malasari.

8. Yang terpenting dan utama, Penulis sampaikan kepada Abiku, Sirojul Munir dan Umiku, Zulaikhah beserta adik-adikku (Kurniawan Muzadi Syiroj dan Nadhif Aulia Ilham Syiroj) yang selalu mendo’akan dan memberikan motivasi untuk keberhasilan penulis.

9. Bu Romaya (alm) yang telah mengajarkan untuk selalu belajar, berusaha, dan berdo’a.

10.Aa Sulaiman, Desly Ahdikanta, dan Ani Rahmawati yang telah menjadi sahabat dan selalu memberikan semangat dan dukungan untuk mencapai keberhasilan. 11.Abiler Almuhtaromin khususnya Abiler Vila Graha Hijau 1 yang telah menjadi

keluarga dan sahabat bagi penulis.

12.Teman – teman seperjuangan, Kesmas 2009 khususnya teman – teman kesehatan lingkungan dan ENVIHSA ; Aandi, Rudi, Morrys, Yudi, Udin, Ersa, Taslimah, Herisma, Mentary, Nita, Endrawati, Nisa, Maya, Ami, Maya, Cita, Reni, Fauziah, Ardillah, dan Yeni.

13.Keluarga besar CSS MoRA khususnya CSS MoRA Jakarta angkatan 2009, semoga terus menjadi angkatan yang eksis, narsis, berprestasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya baik bagi penulis, pembaca maupun masyarakat luas.

Jakarta, September 2013


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ii ABSTRACT iii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………. vi

KATA PENGANTAR ………... vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ………. xiii

DAFTAR BAGAN ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Rumusan Masalah ………... 8

C. Pertanyaan Penelitian ………... 9

D. Tujuan ………... 1. Tujuan Umum ……….... 2. Tujuan Khusus ……… 10 10 10 E. Manfaat ………... 11

F. Ruang Lingkup ………... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Merkuri ……….... 13

B. Kegunaan Merkuri ………... 17 C. Toksikokinetik Merkuri ………...

1. Absorbsi ………

2. Metabolisme ………..

3. Ekskresi ………...

18 19 19 20


(11)

x

D. Pemajanan Merkuri Melalui Air, udara, dan Ikan ……….. 20 E. Biomarker Pajanan Merkuri ………....

1. Rambut ………..

2. Darah ……….

3. Urin ………...

21 22 25 26 F. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia ………

1. Pengaruh Terhadap Fisiologis ………..

2. Pengaruh Terhadap Sistem Syaraf ………

3. Pengaruh Terhadap Ginjal ………

4. Pengaruh Terhadap Pertumbuhan ……….

28 30 31 32 32

G. Keracunan Merkuri ……….

1. Keracunan Akut ………

2. Keracunan Kronis ……….

32 32 33

H. Gangguan Kesehatan Masyarakat ………... 36

I. Pengolahan Emas ………... 39

J. Kerangka Teori ………... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ……… 43

B. Hipotesis ……….. 44

C. Definisi Operasional ………... 45

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……… 51

B. Populasi dan Sampel ………... 51

C. Perhitungan Sampel ……… 53

D. Jenis Data ………

1. Data Primer ………...

2. Data Sekunder ………...

54 54 54


(12)

xi

1. Tahap Persiapan ………

2. Tahap Pelaksanaan ………

54 55 F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ………. 57 BAB V HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ……… 60

B. Analisis Univariat ………...

1. Gambaran Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di

Desa Malasari ………

2. Gambaran Faktor Karakteristik Individu ……….. 65

65 67

C. Analisis Bivariat ………..

1. Hubungan Umur dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ……….. 2. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ….. 3. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ……….. 4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …... 5. Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …….. 6. Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …….

72 73 73 74 75 76 77 BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ………... 78

B. Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor ………... 1. Hubungan Umur dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ……….. 2. Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ….. 3. Hubungan Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Rambut ……….. 4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …... 5. Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …….. 6. Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Merkuri dalam Rambut …….

79 84 86 88 90 93 95 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN


(13)

xii

B. Saran ……… 99


(14)

xiii DAFTAR TABEL 3.1. 4.1. 4.2. 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. 5.6. 5.7. 5.8. 5.9. 5.10. 5.11. 5.12. 5.13. 5.14. 5.15. Definisi Operasional Kategori Status Gizi Ambang Batas Z-Score

Mata Pencaharian Penduduk Desa Malasari

Distribusi Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor

Distribusi Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Distribusi Umur Responden

Distribusi Jenis Kelamin Responden Distribusi Jenis Pekerjaan Responden Distribusi Status Gizi Responden Distribusi Konsumsi Ikan Responden Distribusi Lama Tinggal Responden

Distribusi Jarak Rumah Responden dengan Tempat Pengolahan

Hubungan Umur dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab. Bogor

Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab. Bogor

Hubungan Status Gizi dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab. Bogor

Hubungan Konsumsi Ikan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab.

45 56 56 61 65 66 66 67 68 69 70 70 71 71 73 74 75


(15)

xiv 5.16

5.17

6.1

Bogor

Hubungan Jarak Rumah dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab. Bogor

Hubungan Lama Tinggal dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari Kec. Nanggung, Kab. Bogor

Distribusi Responden yang Mempunyai Kadar Merkuri > 1 ppm Berdasarkan Umur pada Masyarakat Sekitar PETI di Desa Malasari

75

76

77

85


(16)

xv

DAFTAR BAGAN

2.1. Proses Pengolahan Emas dan Risiko Terhadap Masyarakat 41

2.2. Kerangka Teori 42

3.1. Kerangka Konsep 43


(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Output SPSS

Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Peta Malasari


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya alam merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia karena manusia tidak dapat hidup tanpa adanya sumber daya alam. Ketergantungan manusia akan sumber daya alam sangat berpengaruh terhadap pola pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. Pada era modern seperti saat ini, berbagai kegiatan pembangunan semakin gencar dilakukan. Khususnya pembangunan yang berkontribusi bagi peningkatan perekonomian. Salah satu pembangunan yang berkembang pesat tersebut adalah pembangunan sektor industri. Kemajuan dalam sektor industri di Indonesia dapat dilihat dari semakin banyaknya penambangan emas tanpa izin (PETI).

Jumlah titik rawan PETI di Indonesia telah meningkat dua kali lipat dalam enam tahun terakhir disebabkan oleh tingginya harga emas sehingga jumlah merkuri yang diperdagangkan secara ilegal naik seiring meningkatnya investasi emas. Pada tahun 2010 terdapat sekitar 280 Ton merkuri ilegal diimpor ke Indonesia untuk digunakan oleh PETI. Angka tersebut meningkat dua kali lipat pada tahun 2011 (Ismawati, 2011 dalam Ismawati, 2013). Kegiatan PETI memberikan berbagai dampak positif yaitu tersedianya lapangan pekerjaan, meningkatnya pendapatan daerah, membaiknya sarana transportasi dan


(19)

komunikasi serta meningkatnya taraf sosial ekonomi masyarakat. Akan tetapi, PETI juga memberikan dampak negatif sebagai sumber pencemaran yang dapat mengganggu kesehatan dan lingkungan ketika pengelolaan dan pemanfaatannya tidak dilakukan dengan bijaksana. Dampak penting yang terjadi akibat pembangunan industri adalah penurunan kualitas lingkungan. Terlebih pada penggunaan logam berat dalam aktivitasnya.

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massa jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Faktor yang menyebabkan logam berat termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena logam berat bersifat tidak dapat terurai (non degradable) sehingga dapat tersebar jauh dari sumber pencemaran namun mudah diabsorbsi. Salah satu jenis logam berat adalah Merkuri (Hydrargyrum). Di antara semua unsur logam berat, merkuri menduduki urutan pertama dalam segi sifat racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn (Sudarmaji dkk, 2006). Sejak revolusi industri, pemanfaatan merkuri dalam sektor industri sangat beragam di antaranya adalah untuk termometer karena memiliki koefisien yang konstan yaitu tidak mengalami perubahan volume pada suhu tinggi maupun rendah.

Selain itu, salah satu sifat merkuri yang dimanfaatkan dalam industri adalah merkuri mampu berikatan dengan hampir semua logam kecuali platinum (Pt) dan timah putih (Sn) untuk membentuk alloy (amalgam). Sifat inilah yang dimanfaatkan dalam bidang kedokteran gigi sebagai bahan penambal gigi dan dimanfaatkan juga dalam bidang penambangan emas sebagai bahan pengikat


(20)

3

emas dan perak (pemurnian) sehingga mudah dipisahkan dari mineral pengotor lainnya (Chamid, 2010). Selain dapat dimanfaatkan untuk berbagai produk, merkuri dapat mencemari lingkungan dan menyebabkan keracunan. Pada tahap selanjutnya akan menimbulkan berbagai penyakit neurologis karena merkuri bersifat neurotoksik yaitu racun terhadap Central Nervous System (CNS). Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang harus ditangani dengan segera karena menimbulkan banyak kerugian baik lingkungan, kesehatan, sosial, maupun ekonomi.

Kejadian keracunan merkuri sering terjadi seperti “Minamata Disease” yaitu kejadian keracunan merkuri di Kota Minamata, Jepang. Penyakit ini disebut sebagai tragedi pencemaran merkuri yang dramatis pada tahun 1958. Tragedi ini menyebabkan pencemaran merkuri pada ikan dan mengakibatkan 1.000 orang meninggal dan menghabiskan biaya sebesar $342 juta untuk membersihkan Teluk Minamata dari limbah pabrik kimia Chisso Corp. Kasus keracunan merkuri juga pernah terjadi di Irak pada tahun 1971. Lebih dari 6.500 orang dirawat di rumah sakit dan sebanyak 450 orang meninggal dunia. Di Pakistan juga terjadi keracunan merkuri yang mengakibatkan 4 orang meninggal dan 34 orang dirawat pada 1963. Di Guatemala pada tahun 1966 juga terjadi kasus keracunan merkuri yang menyebabkan 20 orang meninggal dan 45 orang lainnya dirawat (Palar, 2008).

Di Indonesia juga terjadi kasus keracunan merkuri di beberapa tempat seperti kasus pencemaran di teluk Buyat akibat dari pencemaran penambangan


(21)

emas PT. Newmont dan aktivitas PETI yang mencemari sungai di Kalimantan Tengah. Kadar merkuri di tubuh ikan mencapai 0,257 mg/l di sungai Rungan dan 0,676 mg/l di sungai Kahayan. Ambang batas kandungan merkuri dalam ikan seharusnya 0,5 mg/l. Sedangkan kadar merkuri di dasar sungai Rungan sebesar 0,554 mg/l dan di dasar sungai Kahayan 0,789 mg/l padahal ambang batas untuk sedimen hanya 0,005 mg/l (Heriamariaty, 2011).

Paparan merkuri dalam jangka panjang mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Keracunan merkuri rawan terjadi pada masyarakat yang tinggal di sekitar penambangan. Umumnya bersifat kronik kecuali jika terpapar merkuri dalam kadar yang tinggi. Widowati (2008) menyatakan keracunan akut bisa terjadi pada konsentrasi uap merkuri 0,5 - 1,2 mg/m3 dengan gejala mual, shock, dan faringitis. Apabila paparan berlanjut dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, dan gangguan sistem saraf pusat seperti tremor, gagap, dan limbung (Chamid, 2010). Efek toksik merkuri tergantung pada bentuk, jalan masuk, dan lamanya berkembang. Merkuri masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, pencernaan, dan kulit. Merkuri yang masuk ke dalam tubuh akan terakumulasi pada bagian tubuh tetentu seperti ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut yang mengakibatkan keracunan sistem syaraf.

Salah satu cara untuk mendeteksi kadar merkuri pada manusia adalah dengan mengukur kadar merkuri dalam rambut. Rambut merupakan salah satu jaringan tubuh yang dapat mengakumulasi merkuri dan merupakan rekaman sejarah yang dapat merefleksikan perubahan metabolisme. National Institute for


(22)

5

Minamata Disease (2006) menyatakan bahwa konsentrasi merkuri tertinggi dalam tubuh manusia terakumulasi pada rambut.

Menurut US EPA (2001) kadar merkuri dalam rambut rata-rata 250 kali lebih tinggi dari kadar merkuri dalam darah dan sepuluh kali lebih tinggi dari konsentrasi metilmerkuri dalam urin. Analisis rambut memiliki kelebihan dalam mendeteksi keberadaan logam berat yaitu jika analisis menggunakan darah dan urin kurang dapat memberikan indikasi dari jalur pengeluaran serta pengurangan tumpukan logam dari tubuh. Kedua tes ini tidak dapat menggambarkan kondisi dalam jangka panjang mengenai banyaknya racun metal di dalam tubuh. Berbeda dengan analisis rambut yang dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi dan logam beracun dalam jangka panjang (Tabrizian, 2010).

Konsentrasi merkuri pada rambut cukup persisten sehingga tidak hilang karena pencucian dengan shampo maupun pengecatan rambut. Namun dapat menurun 30% - 50% bila rambut diluruskan atau dikeriting karena pelurus rambut mengandung unsur thyoglycolic acid yang mempunyai efek mengurangi konsentrasi merkuri pada rambut (Chamid, 2010).

Telah terdapat penelitian-penelitian sebelumnya mengenai kadar merkuri dalam rambut. Penelitian yang dilakukan oleh Petasule (2012) terhadap pengolah emas di tambang emas Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara yang menunjukkan dari hasil pemeriksaan kadar merkuri pada rambut penambang bahwa 82,8% pengolah emas mengalami keracunan merkuri. Penelitian kedua yaitu keracunan merkuri pada PETI di


(23)

Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas yang dilakukan oleh Lestarisa (2010) menyimpulkan dari hasil pemeriksaan kadar merkuri pada rambut penambang bahwa sebesar 80,5% mengalami keracunan merkuri.

PETI merupakan salah satu aktivitas pengolahan emas tanpa izin yang menggunakan logam berat berupa merkuri. Karena tidak ada izin dari pemeritah, dalam pelaksanaannya tidak ada standar yang digunakan. Akibatnya potensi pencemaran semakin besar. Salah satu kegiatan PETI terletak di daerah Pongkor yang melakukan pengolahan bijih emas dengan cara amalgamasi yaitu proses penggilingan dan pembentukan amalgam dilakukan bersamaan di dalam suatu amalgamator yang disebut gelundung berpenggerak kincir air atau dinamo dengan waktu penggilingan antara 8 hingga 12 jam (Nixon, 2006).

Pencemaran bisa terjadi pada saat penggilingan, unsur merkuri terpecah menjadi butiran halus sehingga dapat lepas dari dalam gelundung dan masuk ke aliran sungai atau jatuh ke atas tanah. Selain itu, ketika proses pencucian dan pemerasan juga bisa terjadi pencemaran berupa cairan merkuri yang mengalami kontak langsung dengan kulit pengolah emas dan limbah yang masih mengandung merkuri umumnya dibuang langsung ke sungai. Serta pada saat penggarangan, uap merkuri tidak ditampung sehingga dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan pekerja dan masyarakat sekitar tempat pengolahan melalui inhalasi.

Tailing yang dihasilkan, dibuang secara langsung ke sungai tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu. Merkuri akan mencemari air, ikan, dan


(24)

7

biota air sehingga terakumulasi di dalamnya dan mempengaruhi rantai makanan. Sungai yang tercemar oleh merkuri dapat membahayakan kesehatan masyarakat ketika mengkonsumsi ikan dan memanfaatkan air sungai yang telah tercemar.

Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh selain melalui rantai makanan juga dapat terjadi melalui pernafasan dan kontak kulit secara langsung akibat aktivitas sehari-hari masyarakat. Salah satu desa yang berpotensi mngalami pencemaran adalah Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Terdapat beberapa PETI yang lokasinya bercampur dengan pemukiman penduduk. Hasil pemantauan dan pendataan penyebaran merkuri yang ditimbulkan oleh kegiatan PETI di wilayah pertambangan emas Pongkor menunjukkan adanya penurunan kualitas lingkungan akibat limbah merkuri (Suhandi, dkk, 2006).

Menurut penelitian yang dilakukan Sudarmaji (2008) gejala – gejala yang dapat timbul adalah gatal-gatal, sakit kepala, sakit perut, tremor, meriang, bisul, sulit tidur, demam, dan gangguan penglihatan. Berdasarkan data Puskesmas Nanggung tahun 2008 penyakit yang diderita oleh penduduk di sekitar wilayah Kecamatan Nanggung adalah penyakit infeksi saluran pernafasan atas, tukak lambung, batuk, dermatitis, TB paru klinis, dan Conjunctivitis (dengan diagnosa tertentu). Penyakit – penyakit tersebut merupakan tanda keracunan merkuri meskipun belum bisa dipastikan seseorang yang menderita penyakit tersebut akibat pajanan merkuri. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Margaret (2010) bahwa biaya kesehatan per tahunnya yang dikeluarkan oleh penduduk Desa Malasari rata-rata Rp192.833. Biaya kesehatan ini merupakan


(25)

pengeluaran biaya yang paling besar dibanding Desa Cisarua yang pengeluaran untuk biaya kesehatannya sebesar Rp140.349 dan Desa Bantarkaret sebesar Rp171.800 per tahunnya.

Dengan adanya lokasi PETI yang bercampur dengan pemukiman masyarakat maka mempunyai potensi besar untuk terjadinya pencemaran merkuri baik terhadap kesehatan masyarakat maupun lingkungan. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar penambangan emas tanpa izin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

B. Rumusan Masalah

Pembangunan sektor industri merupakan aktivitas yang harus dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu sektor pembangunan yang selama ini diperkirakan menimbulkan dampak penting bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat adalah sektor industri pertambangan emas terlebih PETI. Salah satu kegiatan PETI dilakukan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. PETI merupakan kegiatan penambangan emas yang dilakukan secara tradisional. Bijih emas akan diolah dengan metode amalgamasi yaitu mencampur pasir urat kuarsa dengan merkuri untuk membentuk amalgam.

Dari proses tersebut menghasilkan tailing atau limbah yang banyak mengandung merkuri. Tailing tersebut langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu dikarenakan peralatan yang digunakan masih sederhana. Merkuri dalam tailing akan mencemari air sungai dan biota air


(26)

9

sehingga akan membahayakan kehidupan manusia karena mencemari rantai makanan. Selain itu, uap merkuri yang dihasilkan memiliki toksisitas yang tinggi dan memajan manusia melalui peroses inhalasi. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

2. Bagaimana gambaran faktor karakteristik responden (umur, jenis pekerjaan, status gizi, konsumsi ikan, jarak tempat tinggal, dan lama tinggal)?

3. Apakah ada hubungan umur dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

4. Apakah ada hubungan jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

5. Apakah ada hubungan status gizi dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

6. Apakah ada hubungan konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

7. Apakah ada hubungan jarak tempat tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?


(27)

8. Apakah ada hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. 2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

2. Mengetahui faktor karakteristik responden (umur, jenis pekerjaan, status gizi, konsumsi ikan, jarak tempat tinggal, dan lama tinggal).

3. Mengetahui hubungan umur dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

4. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

5. Mengetahui hubungan status gizi dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

6. Mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

7. Mengetahui hubungan jarak tempat tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.


(28)

11

8. Mengetahui hubungan lama tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

E. Manfaat

1. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

a. Memberikan sumbangsi pemikiran teoritis bagi penerapan dan perkembangan substansi keilmuan di bidang kesehatan masyarakat.

b. Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya utuk mengembangkan penelitian lebih mendalam.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kadar merkuri dalam rambut sebagai upaya melindungi dan mencegah gangguan kesehatan akibat adanya pencemaran merkuri di sekitar wilayah penambangan.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Sebagai bahan informasi dan masukan kepada pemerintah daerah khususnya Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dalam perencanaan, pemantauan terhadap kualitas lingkungan dan status kesehatan masyarakat.

F. Ruang Lingkup

Peneliti adalah Mahasiswa Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat yang tinggal


(29)

di sekitar penambangan emas tanpa izin di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor pada tahun 2013. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2013.

Penelitian ini menggunakan rancangan studi cross sectional. Dalam pengumpulan data primer, peneliti mengambil rambut dengan cara menggunting rambut pada daerah yang dekat dengan kulit kepala di bagian belakang telinga dan yang tersembunyi. Kemudian dilakukan pengukuran di laboratorium menggunakan mercury analyzer. Untuk mendapatkan data karakteristik penduduk menggunakan kuesioner dengan metode wawancara.


(30)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Merkuri (Hg)

Merkuri atau air raksa mempunyai nama kimia hydrargyrum yang berbentuk cair keperakan dalam tekanan dan suhu kamar. Merkuri dilambangkan dengan Hg. Pada tabel periodik unsur kimia, merkuri menempati urutan (NA) 80 dan mempunyai bobot atom 200,59. Secara umum logam merkuri memiliki sifat-sifat dasar sebagai berikut (Palar, 2008) :

a. Berwujud cair pada suhu kamar (25 0C) dengan titik beku paling rendah sekitar – 39 0C.

b. Masih berwujud cair pada suhu 396 0C dan telah terjadi pemuaian secara menyeluruh pada suhu tersebut.

c. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam lainnya.

d. Memiliki tahanan listrik yang sangat tinggi sehingga menjadikan merkuri sebagai konduktor yang baik.

e. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk amalgam. f. Merkuri merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup


(31)

Merkuri dapat membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri berubah menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan menjadi unsur merkuri kembali melalui reduksi. Perubahan Merkuri anorganik menjadi merkuri organik melalui bakteri anaerob tertentu dan senyawa ini secara lambat akan terdegradasi menjadi merkuri anorganik. Merkuri mempunyai titik didih 357 0C dan titik leleh -38,87

0

C. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar (HgS) yang mengandung unsur merkuri sebesar 0,1% - 4%. Salah satu cara perolehannya melalui pemanasan bijih dengan suhu 800 0C dengan menggunakan O2 (udara). Sulfur yang

dikombinasikan dengan O2 melepaskan merkuri dengan uap air yang mudah

terkonsentrasi.

HgS + O2 Hg + SO2

Merkuri yang telah dilepaskan akan mengalami kondensasi sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair Inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan seperti untuk menambal gigi, termometer, disinfektan, pestisida, bahan cat, baterai kering serta proses pengolahan emas (Heryando, 2008). Sinabar dapat juga dipanaskan dengan kapur, belerang bercampur kalsium dan akan melepaskan uap logam merkuri. Merkuri pada umumnya dimurnikan melalui proses destilasi.

Bijih merkuri juga ditemukan pada batu dan bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak. Menurut Inswiarsi (2008) dalam


(32)

15

jurnal ekologi kesehatan bahwa merkuri muncul di lingkungan secara alamiah dalam beberapa bentuk yaitu :

1. Metal Merkuri (Hg0)

Metal merkuri merupakan logam berwarna putih berkilau, berbentuk cair dalam suhu kamar dan membentuk uap merkuri yang tidak berwarna dan tidak berbau. Penguapan merkuri berbanding lurus dengan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin cepat merkuri akan menguap. Metal merkuri masih digunakan dalam beberapa obat tradisional di Amerika Latin dan Asia, serta digunakan dalam acara-acara ritual seperti Voodoo, Santeria, dan Espiritismo suku Caribia. Digunakan juga dalam pembuatan termometer dan barometer.

Metal merkuri banyak digunakan untuk produksi gas klorin kaustik, baterai, saklar listrik, dan pemurnian emas. Untuk bahan penambal gigi biasanya mengandung merkuri metal 50%. WHO (2003) menyatakan bahwa sekitar 3% dari total konsumsi merkuri digunakan untuk dental amalgam. 2. Merkuri Anorganik

Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin, sulfur atau oksigen. Senyawa-senyawa tersebut biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih kecuali merkuri sulfide (HgS) yang biasa disebut Sinabar, berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. HgS digunakan untuk pigmen cat berwarna merah terang (Chamid dkk, 2010). Senyawa merkuri anorganik digunakan sebagai fungisida.


(33)

Garam-garam merkuri anorganik termasuk amoniak, merkuri klorida, dan merkuri iodide digunakan untuk krim pemutih kulit. Merkuri chlorida (HgCl2) adalah

sebagai antiseptik atau disinfektan.

Pada waktu lampau, merkurous klorid digunakan dalam bidang kedokteran untuk obat penjahar, obat cacing, dan bahan penambal gigi. Produk ini termasuk mercurochrome (mengandung 2% merkuri sulfida) dan merkuri oksida digunakan untuk zat warna pada cat. Sedangkan merkuri sulfida digunakan sebagai pewarna merah pada tattoo. Merkuri klorida juga digunakan sebagai katalis, industri baterai kering, dan fungisida dalam pengawetan kayu. Merkuri asetat digunakan untuk sintesa senyawa organomerkuri sebagai katalis dalam reaksi-reaksi polimerisasi organik dan sebagai reagen dalam kimia analis. Senyawa-senyawanya banyak digunakan sebagai disinfektan, pestisida, bahan cat, antiseptik, baterai kering, photografi, pabrik kayu, dan pabrik tekstil (Clarkson, 2002).

Penyerapan dan pengendapan merkuri anorganik yang terhirup tergantung ukuran partikel, kelarutan, dan lain-lain. Sekitar 10 - 15% pemaparan merkuri anorganik melalui mulut, kemudian diserap oleh sistem gastrointestinal dan mengendap dalam tubuh (Rianto, 2003).

3. Merkuri organik

Senyawa merkuri organik terjadi ketika merkuri bereaksi dengan karbon atau organomerkuri. Jenis organomerkuri yang paling populer adalah metilmerkuri (dikenal dengan monometilmercuri) CH3 – Hg - COOH. Pada


(34)

17

waktu yang lampau, senyawa organomerkuri yang dikenal adalah fenilmerkuri. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3– Hg - CH3)

yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia (Nina, 2007). Di lingkungan ditemukan dalam jumlah kecil namun sangat membahayakan bagi manusia dan hewan.

Metil merkuri dihasilkan dari proses mikroorganisme (bakteria dan fungi) di lingkungan. Sampai tahun 1970 metil merkuri dan etil merkuri digunakan untuk mengawetkan biji-bijian dan infeksi fungi. Setelah diketahui adanya efek negatif terhadap kesehatan, penggunaan metil merkuri dan etil merkuri sebagai fungisida biji-bijian dilarang. Sampai tahun 1991-an penggunaan fenil merkuri sebagai antifungi pada cat masih diperbolehkan, tetapi penggunaan ini selanjutnya juga dilarang karena akan terjadi penguapan merkuri.

B. Kegunaan Merkuri

Pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam pekerjaan yaitu :

1. Bidang perindustrian

Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam natrium. Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh merkuri melalui proses elektrolisa dari larutan garam natrium klorida. Sedangkan dalam industri kertas banyak digunakan senyawa fenil merkuri asetat yang digunakan untuk mencegah pembentukan kapur pada kertas basah selama proses


(35)

penyimpanan. Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen pewarna (Alfian, 2006). 2. Bidang pertanian

Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa

metil merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri siano

(CH3-Hg-CN), metil merkuri asetat (CH3 – Hg - CH2 - COOH), dan senyawa

etil merkuri khorida (C2H5 – Hg - Cl).

3. Bidang pertambangan

Logam merkuri digunakan untuk membentuk amalgam. Contohnya dalam pertambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan memurnikan emas.

4. Bidang kedokteran

Logam merkuri digunakan untuk campuran penambal gigi. 5. Peralatan fisika

Merkuri digunakan dalam termometer, barometer, pengatur tekanan gas dan alat-alat listrik.

C. Toksikokinetik Merkuri

Logam berat diabsorbsi dan diakumulasikan dalam jaringan hidup dengan urutan Hg, Cu, Ni, Pb, Co, Cd (Widowati dkk, 2008). Menurut Suwerja dkk (2001) dalam Alfreds (2002) bahwa setelah merkuri masuk ke dalam tubuh manusia, maka akan terjadi proses, absorbsi, biotransformasi, dan ekskresi. Adapun toksikokinetik merkuri adalah :


(36)

19

1. Absorbsi

Merkuri dapat diabsorbsi melalui saluran pencernaan, pernafasan, dan kontak kulit. Uap senyawa metil merkuri seperti uap metil merkuri klorida dapat diserap melalui pernafasan hingga 80%. Penyerapan metil merkuri dapat juga melalui kulit. Setelah diabsorbsi, merkuri di jaringan mengalami oksidasi membentuk merkuri divalen (Hg2+) yang dibantu oleh enzim katalase untuk mempercepat reaksinya. Merkuri juga dapat masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru dalam bentuk uap atau debu. Inhalasi terhadap uap merkuri akan diabsorbsi melalui sel darah merah lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen (Hg2+). Akibatnya sebagian merkuri akan menuju otak yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan (Rianto, 2010).

Absorbsi merkuri anorganik melalui gastrointestinal kurang dari 15% pada mencit dan 7% pada manusia sedangkan absorbsi merkuri organik sebesar 90% - 95%. Konsentrasi merkuri terbesar ditemukan dalam pajanan merkuri anorganik dan uap merkuri sedangkan merkuri organik mempunyai afinitas yang besar terhadap otak (Sari, 2002).

2. Metabolisme

Unsur merkuri yang diabsorbsi akan dioksidasi dengan cepat menjadi ion Hg2+ yang memiliki afinitas terhadap gugus-gugus sulfhidril (-SH) serta berikatan dengan substrat-substrat yang banyak mengandung gugus tersebut. Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan ginjal. Merkuri dapat melewati darah, otak, dan plasenta. Metil merkuri


(37)

mempunyai afinitas yang kuat terhadap otak. Sekitar 90% merkuri darah terdapat dalam eritrosit. Senyawa fenil merkuri diubah dengan cepat menjadi merkuri anorganik, sedangkan metil merkuri dimetabolisme secara lambat (Rianto, 2010). Metil merkuri yang ada dalam saluran pencernaan akan dikonservasi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus.

3. Ekskresi

Sifat ekskresi merkuri oleh tubuh adalah sangat lambat. Dalam percobaan selama 21 hari, anak ayam yang dipelihara hanya mengekskresikan kurang lebih 0,66% dari total merkuri di dalam tubuhnya. Jika dibandingkan antara merkuri organik dan anorganik, maka merkuri anorganik relarif lebih mudah diekskresikan. Ekskresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh bentuk senyawa merkuri, besar dosis merkuri serta waktu paparan. Ekskresi metil merkuri sebesar 90% terjadi melalui feses, baik paparan akut maupun kronis.

D. Pemajanan Merkuri Melalui Air, Udara, dan Ikan

Secara alamiah, bijih merkuri ditemukan pada batu bercampur dengan bijih lain seperti tembaga, emas, timah, seng, dan perak. Merkuri juga diperoleh dari bijih sinabar melalui pemanasan dengan suhu 800 0C. Sulfur yang direaksikan dengan oksigen akan melepaskan merkuri dalam bentuk uap yang mudah terkonsentrasi dan menjadi pencemar udara. kemudian merkuri akan mengendap ke lingkungan (air, tanah, udara, dan makanan). Manusia menggunakan merkuri dalam berbagai aktivitas industri. Ketika tidak


(38)

21

dikendalikan dengan tepat, akan mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Melalui siklusnya, merkuri akan berada di air sehingga dapat mencemari badan air dan biota air antara lain ikan dan kerang-kerangan yang selama ini gemar dikonsumsi oleh masyarakat.

Merkuri yang mencemari badan air dapat mempengaruhi kualitas air. Terlebih badan air yang digunakan sebagai bahan baku keperluan sehari-hari misalanya mandi, menggosok gigi, dan memasak. Air sungai yang tercemar merkuri dapat mengkontaminasi ikan secara langsung atau tidak langsung yaitu ikan kecil memakan plankton yang mengandung merkuri dan kemudian ikan kecil tersebut dimakan oleh ikan yang lebih besar. Kerang juga dapat mengakumulasi merkuri di dalam cangkangnya. Selanjutnya ikan dan kerang tersebut dikonsumsi oleh manusia sehingga merkuri akan terakumulasi dalam tubuhnya (Cakrawati, 2002). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa semua ikan yang tidak terkontaminasi langsung oleh merkuri selama pertumbuhannya masih mengandung merkuri dalam tubuhnya pada konsentrasi yang rendah yaitu 0,0005 - 0,0075 (Kusnoputranto, 1996).

E. Biomarker Pajanan Merkuri

Biomarker dapat digunakan untuk memperkirakan pajanan (jumlah yang diabsorbsi atau dosis internal), efek-efek bahan kimia, dan dapat digunakan juga untuk mengetahui apakah berasal dari makanan, lingkungan, atau tempat kerja. Biomarker dapat digunakan untuk melihat hubungan kausalitas dan dosis respon dalam penilaian risiko, diagnosis klinis, dan monitoring (Inswiasari, 2008).


(39)

Biomarker yang akurat dan reliabel untuk mengukur merkuri dalam tubuh adalah darah, urin, rambut, dan kuku (Grandjean, 2005). Pengukuran tersebut berfungsi untuk rnemperkirakan dampak negatif terhadap kesehatan yang akan muncul akibat pajanan merkuri. Darah dan urin digunakan sebagai biomarker untuk merkuri metal atau merkuri anorganik. Untuk pajanan metil merkuri darah diambil beberapa hari setelah pajanan karena sebagian besar bentuk merkuri dalam darah akan turun 50 % setiap 3 hari jika pajanan dihentikan. Oleh karena itu, kadar merkuri dalam darah merupakan informasi yang sangat bermanfaat untuk pajanan yang baru terjadi dibanding pajanan jangka panjang. Rambut dan darah digunakan sebagai indikator keracunan metil merkuri. Untuk fetal, rambut ibu dan darah tali pusat sebagai indikatornya (Mahaffey, 2005). Adapun biomarker yang sering digunakan adalah

1. Rambut

Rambut adalah bagian tubuh makhluk hidup yang banyak mengandung protein struktural yang tersusun oleh asam-asam amino sistein yang mengandung ikatan disulfida (- S – S -) dan sistein yang mengandung gugus sulfhidril (-SH) yang mempunyai kemampuan mengikat logam berat yang masuk ke dalam tubuh. Terdapatnya merkuri dalam rambut merupakan indikator paparan kronik terhadap merkuri (Handayani, 2012).

Penentuan tingkat keracunan merkuri antara lain dapat dilakukan dengan sampel rambut. Karena dalam tubuh manusia, merkuri tidak diperlukan dan dapat dibuang melalui rambut (Guinn VP, 1972 dalam Kamal


(40)

23

(2002). Logam berat dikeluarkan melalui rambut melalui mekanisme ekskresi (Hartono, 2003). Kadar merkuri dalam rambut merupakan salah satu indikator tingkat kandungan merkuri dalam tubuh dan dapat digunakan untuk

menilai sejauh mana kontaminasi merkuri pada penduduk (Suma’mur, 1994).

Rambut merupakan biomonitoring terhadap paparan merkuri yang paling banyak digunakan. Akumulasi merkuri pada folikel rambut sebanding dengan konsentrasi pada darah (Katz, 1988; Hislop, 1983). Pada manusia rambut umumnya diterima sebagai sarana estimasi beban merkuri pada tubuh (Grandjean, et al, 2002; Harada, et al, 1999; Knobeloch, et al, 2007; Myers, 2000 dalam Ismawati 2013)

Analisis merkuri mengunakan rambut mempunyai kelebihan dibanding dengan biomarker lain seperti darah, urin, dan kuku. Rambut dapat menggambarkan kondisi dalam jangka panjang mengenai banyaknya merkuri dalam tubuh. berbeda dengan darah dan urin; darah hanya dapat mengukur komponen yang terserap sementara dalam sirkulasi sebelum pembuangan dan penyimpanan. Sedangkan urin hanya mencerminkan kadar logam berat yang dilepaskan oleh ginjal dari darah untuk jangka pendek yaitu beberapa jam saja (Tabrizian, 2009).

Analisis rambut dapat mengidentifikasi kekurangan nutrisi jangka panjang yang merupakan akar penyakit serta menemukan logam berat yang berpotensi menimbulkan penyakit. Rambut memberikan informasi tentang nomor, tipe, dan jumlah logam berat. proses pertumbuhan rambut dapat


(41)

digunakan sebagai rekonstruksi pemajanan pada masa silam yaitu 10 cm rambut sama dengan 300 hari (Kuswaji, 1994 dalam Hartono, 2003).

Konsentrasi merkuri pada rambut dapat meningkat dengan adanya uap merkuri di lingkungan karena adanya adsorpsi langsung (IPCS, 1990). Menurut WHO (1991) dalam Warsono (2000) bahwa rambut merupakan media indikator yang berguna bagi orang yang keracunan merkuri, konsentrasi merkuri pada rambut kepala setara dengan konsentrasi merkuri dalam darah pada saat pembentukan rambut, tetapi hubungan antara konsentrasi rambut, darah, dan urin belum diketahui. Selain itu, rambut dapat digunakan untuk membedakan kontaminasi internal dan eksternal. Rambut bagian dalam yang selalu tertutup hanya mencerminkan kontaminasi internal, sedangkan rambut kepala menunjukkan kontaminasi total (internal dan eksternal) (kamal, 2002 dalam Suhandi, 2006).

Mineral yang bisa dideteksi menggunakan rambut adalah sulfur, antimonium, uranium, arsenik, berilium, merkuri, cadmium, timbal, alumunium, germanium, barium, bismut, rubidium, litium, nikel, platinum, talium, iodin, vanadium, strontium, tin, titanium, tungsten, zirconium, kalsium, magnesium, natrium, kalium, tembaga, seng, fosfor, zat besi, mangaan, kromium, selenium, boron, kobalt, dan molibdenium (Tabrizian, 2010).


(42)

25

2. Darah

Pemeriksaan sampel darah merupakan pilihan utama apabila pemaparan merkuri anorganik jangka pendek dengan konsentrasi tinggi karena merkuri dalam darah meningkat sangat cepat. Waktu paruh merkuri dalam darah ± 2 hari sehingga evaluasi terhadap merkuri dalam darah dapat dilakukan jika jangka waktu sesudah pemaparan sangat penting. Untuk pemaparan merkuri organik, pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel darah dan rambut. Pengukuran merkuri dalam darah biasanya digunakan untuk mengidentifikasi pemaparan metil merkuri.

Pemajanan merkuri dalam darah biasanya melalui makanan (ikan, kerang, udang) dan air minum. Masyarakat yang gemar mengkonsumsi ikan, kadar merkuri dalam darahnya lebih tinggi dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi ikan. Paparan metil merkuri dalam jangka panjang melalui makanan berubungan linier dengan kadar merkuri dalam darah. Dan kadar merkuri dalam darah 5-10 kali lebih rendah dari kadar merkuri dalam otak (WHO, 1990).

Menurut WHO (1991) dalam Warsono (2000), kadar merkuri maksimal dalam darah 500 µg/l. Dalam kadar ini sudah dapat menimbulkan gejala parestesia dan disartria, sedangkan pada kadar 3000-4000 µg/l akan berakibat kematian.


(43)

3. Urin

Sampel urin merupakan indikator yang baik terhadap kandungan merkuri anorganik dalam tubuh karena uap merkuri. Hal ini disebabkan merkuri dalam urin mencapai puncaknya ± 2 – 3 minggu setelah pemaparan dan berkurang dengan sangat lambat dengan waktu paruh 40 - 60 hari untuk pemaparan jangka pendek dan 90 hari untuk pemaparan jangka panjang (EPA, 2006). Akan tetapi, pemeriksaan urin tidak berguna untuk pemaparan metil merkuri, karena metil merkuri sangat kecil diekskresikan melalui urin (IPCS, 1990). Feses dan urin merupakan rute utama untuk eliminasi merkuri anorganik pada manusia (IPCS, 1991).

Pada beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda awal pengaruh kurang baik yang berkaitan dengan sistem syaraf pusat atau ginjal dapat dilihat pada konsentrasi kadar merkuri dalam urin antara 25 - 35 µg/l keratin. Apabila konsentrasi merkuri dalam urin melebihi 100 µg/l kreatin maka pasti mempunyai resiko kesehatan. Terutama pada sistem syaraf pusat dapat menyebabkan tremor, rasa cemas, erithism, dan kerusakan ginjal dengan proteinuria. Sedangkan pada pemaparan antara 50 – 100 µg/l kreatin dalam urin gejalanya kurang terlihat (IPCS, 1994).

Menurut WHO (1991) dalam Warsono (2000), bila kadar merkuri dalam urin 100 – 600 µg/l menimbulkan gejala pada susunan saraf pusat berupa letargia, hiperrefleksia, dan tremor.


(44)

27

Pengukuran kadar merkuri dalam makanan, darah, urin, rambut, dan jaringan dapat dilakukan dengan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), Mercury Analyzer, Gas Chomatography Electron – Capture untuk memeriksa metil merkuri dalam makanan, jaringan, dan cairan biologi. Neutron Activation untuk memeriksa total merkuri dalam semua media (WHO, 1990). Pengukuran dengan AAS memiliki tingkat sensitivitas yang memadai untuk pengukuran merkuri pada tingkat sub-Ppm dibandingkan dengan Neutron Activation. Kelemahan AAS adalah sampel yang dibutuhkan untuk analisis sekitar 5 - 10 gram. Sedangkan untuk mendapatkan resolusi spasial dibutuhkan sekitar 100-150 helai rambut. Besar jumlah sampel rambut dapat mengganggu responden (UNEP, 2008).

Penelitian ini menggunakan alat mercury analyzer karena mempunyai beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan alat lainnya yaitu:

1. Mampu menganalisis dengan akurat dan cepat (5 menit per sampel) sehingga penelitian menjadi efektif dan efisien.

2. Tidak memerlukan preparasi sehingga menghilangkan penggunaan bahan-bahan berbahaya.

3. Mudah untuk dilakukan kalibrasi dan full PC control.

4. Mercury Analyzer lebih aman dibandingkan dengan AAS. Hal tersebut dikarenakan AAS masih meninggalkan residu akibat pembakaran sehingga dapat membahayakan operator, masyarakat sekitar, dan


(45)

lingkungan. Sedangkan pada mercury analyzer terdapat penyerap residu merkuri berupa karbon aktif.

5. Metode yang digunakan telah memenuhi persyaratan USEPA 7473 dan ASTM D6722-01

F. Dampak Merkuri Terhadap Kesehatan Manusia

Menurut Griffith (1983) dalam Yunaenah (1999) pajanan adalah kontak dari agen kimia, fisik, atau biologi dalam batas luar dari individu. Pemajanan merkuri dapat dilihat dari Host, Agent, dan Environment. Host berupa manusia, Agent berupa merkuri, dan environment adalah komponen lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap pemajanan merkuri yaitu debit air sungai, kontur tanah, dan kecepatan angin.

Berdasarkan sifat fisik dan kimia, merkuri memiliki daya racun yang tinggi dibandingkan logam-logam lainnya. Pajanan merkuri ke dalam tubuh manusia bisa melalui makanan, minuman, pernafasan, dan kulit. Menurut Harold, et al (1999) dalam Warsono (2000), merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernapasan, pencernaan, dan peresapan.

Uap merkuri mempunyai efek racun yang lebih berbahaya daripada merkuri dalam bentuk cair karena lebih mudah masuk dan diserap tubuh melalui inhalasi. Penyerapan merkuri organik (MeHg) di dalam tubuh dapat mencapai 95% kemudian akan terakumulasi dalam ginjal, otak, hati, janin, dan rambut.


(46)

29

Gejala klinis keracunan merkuri sangat tergantung pada dosis dan lama pajanan sampai timbulnya gejala keracunan (dose-effect relationship). Gejala yang teringan adalah paraesthesia kemudian akan terjadi kelumpuhan, penyempitan luas pandang, kebutaan, dan gangguan pendengaran. Gejala-gejala tersebut merupakan sifat dan gejala keracunan merkuri meskipun tidak dapat dikatakan sebagai gejala spesifik (Tugaswati, 1997). Menurut Widowati (2008) keracunan akut bisa terjadi pada konsentrasi uap merkuri 0,5 - 1,2 mg/m3 dengan gejala faringitis, mual, dan shock. Apabila paparan terus berlanjut dapat menimbulkan pembengkakan kelenjar ludah, nefritis, hepatitis serta gangguan sistem syaraf pusat seperti tremor, gagap. Penelitian uap merkuri 28,8 mg/m3 mengakibatkan kerusakan parah pada ginjal, hati, otak, jantung, paru-paru, dan usus besar.

Menurut Nina (2007) beberapa hal terpenting yang dapat dijadikan patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh adalah a. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh apabila berada dalam jumlah

yang tidak bisa ditolelir oleh tubuh.

b. Senyawa merkuri yang berbeda menunjukkan karakteristik yang berbeda juga. c. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan atau dalam tubuh organisme yang telah terakumulasi merkuri disebabkan oleh perubahan bentuk senyawa - senyawa merkuri.

d. Efek yang ditimbulkan oleh merkuri dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding sel. Keadaan itu disebabkan karena


(47)

kemampuan merkuri dalam membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang yang terdapat dalam enzim atau dinding sel.

e. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen.

Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf. Manifestasi klinis awal pada intoksikasi merkuri adalah gangguan tidur, perubahan mood yang dikenal sebagai erethism, kesemutan mulai dari daerah sekitar mulut hingga jari dan tangan, pengurangan pendengaran, penglihatan, dan daya ingat. Pada intoksikasi berat, penderita menunjukkan gejala klinis tremor, gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, jalan sempoyongan (ataxia). Hal ini diakibatkan terjadi kerusakan pada jaringan otak kecil (cerebellum).

Merkuri yang terabsorbsi akan terakumulasi dan terbawa ke organ tubuh lainnya. Pada keracunan merkuri tingkat awal pasien merasa mulutnya tebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang berlebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil (Depkes RI). Penggunaan merkuri dalam waktu lama menimbulkan dampak gangguan kesehatan hingga kematian. Pengaruh merkuri terhadap kesehatan manusia dapat diurai sebagai berikut: 1. Pengaruh Terhadap Fisiologis

Pengaruh toksisitas merkuri terutama pada sistem saluran pencernaan dan ginjal akibat akumulasi merkuri. Jangka waktu, intensitas, dan jalur paparan serta bentuk merkuri sangat berpengaruh terhadap sistem yang


(48)

31

dipengaruhi. Organ utama yang terkena paparan kronik oleh elemen merkuri dan organomerkuri adalah SSP. Sedangkan garam - garam merkuri akan berpengaruh terhadap kerusakan ginjal. Keracunan akut oleh elemen merkuri yang terhisap mempunyai efek terhadap sistem pernafasan. Garam merkuri yang tertelan akan berpengaruh terhadap SSP dan efek terhadap sistem cardiovaskuler merupakan efek sekunder.

2. Pengaruh Terhadap Sistem Syaraf

Merkuri yang berpengaruh terhadap sistem syaraf merupakan akibat pemajanan uap elemen merkuri dan metil merkuri karena senyawa ini mampu menembus blood brain barrier dan dapat mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible sehingga mengakibatkan kelumpuhan permanen. Metil merkuri yang masuk ke dalam pencernaan akan memperlambat sistem syaraf pusat yang mungkin tidak dirasakan pada pemajanan setelah beberapa bulan. Sebagai gejala pertama sering tidak spesifik seperti malas, pandangan kabur atau pendengaran hilang (Azhari, et al, 2010).

Para peneliti University of Nevada, Las Vegas, AS mengadakan penelitian terhadap 300 produk tuna kaleng pada tiga besar merk di Amerika Serikat. Hasil uji menunjukkan lebih dari separuh mengandung kadar merkuri melebihi ambang batas yang disyaratkan Environmental Protection Agency. Kadar merkuri yang berlebihan dapat mempengaruhi terjadinya kerusakan sistem syaraf pusat serta gangguan pendengaran dan penglihatan.


(49)

3. Pengaruh Terhadap Ginjal.

Apabila terjadi akumulasi merkuri pada ginjal yang diakibatkan oleh masuknya garam inorganik atau phenylmercury melalui SSP dapat menyebabkan naiknya permiabilitas epitel tubulus sehingga akan menurunkan kemampuan fungsi ginjal. Pajanan melalui uap merkuri melalui saluran pernafasan juga mengakibatkan kegagalan ginjal karena terjadi proteinuria atau nephrotic syndrom dan tubular necrosis akut (Douglas, 2012)

4. Pengaruh Terhadap Pertumbuhan.

Metilmerkuri sangat reaktif terhadap ibu hamil dan bayi. Hasil studi membuktikan adanya hubungan yang signifikan. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang makan gandum yang diberi fungisida akan mengalami gangguan kerusakan otak yaitu retardasi mental, tuli, penciutan lapangan pandang, microcephaly, cerebral palsy, ataxia, buta, dan gangguan menelan. Tidak seperti unsur logam lainnya, Besi (Fe) atau Magnesium (Mg) yang dibutuhkan tubuh untuk tulang, Merkuri sama sekali tidak dibutuhkan oleh tubuh. Oleh karena itu, kehadiran merkuri dalam tubuh meskipun berada di bawah ambang batas tetap membahayakan kesehatan (Tugaswati, dkk, 1997).

G. Keracunan Merkuri

Keracunan merkuri dibagi menjadi dua yaitu : 1. Keracunan Akut

Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam jangka waktu singkat. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi


(50)

33

apabila individu atau biota menghirup atau menelan bahan beracun dalam dosis atau jumlah besar. Keracunan akut terjadi akibat terpajan merkuri berkonsentrasi tinggi. Pajanan konsentrasi uap merkuri cukup tinggi menimbulkan dada rasa berat, nyeri dada, kesulitan bernafas, batuk.

Pada ingesti menimbulkan gejala rasa logam, mual, nyeri abdomen, muntah, diare, nyeri kepala, dan kadang-kadang albuminuria. Kematian dapat timbul kapan saja. Menurut Grandjean (2005) dalam tiga atau empat hari kelenjar liur membengkak, timbul gingivitis, gejala-gejala gastroenteritis dan nefritis muncul. Pada kasus sedang, pasien dapat mengalami perbaikan dalam satu sampai dua minggu. Pada kasus lebih berat akan berkembang gejala-gejala psikopatologi dan tremor otot, Pada umumnya kasus akut pajanan terjadi pada konsentrasi 1,2 – 8,5 mg/m3 (Sari, 2002).

Toksisitas merkuri pada ginjal dapat timbul dengan tanda awal proteinuria sebagai gagal ginjal. Pajanan alkil merkuri onsetnya timbul secara perlahan tetapi progresif pada sistem saraf dengan gejala awal berupa rasa kebas pada ekstremitas dan bibir. Kehilangan kontrol koordinasi dengan tungkai, ataxia, tremor dan kehilangan pergerakan yang baik, pengurangan lapangan pandang, kehilangan pendengaran sentral, kekakuan otot, spastik dan refleks tendon yang berlebihan dapat juga terjadi (Mahaffey, 2005). 2. Keracunan Kronis

Adapun keracunan kronis didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah tetapi terjadi secara


(51)

perlahan-lahan dan berlangsung dalam waktu yang lama. Keracunan kronis lebih sering diderita oleh para pekerja di pertambangan (Sari, 2002). Penderita keracunan kronis biasanya tidak menyadari bahwa dirinya telah terpapar sejumlah racun dalam tubuh mereka sampai pada batas imunitas yang dimiliki.

Pada peristiwa keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga tidak memperlihatkan pengaruh langsung pada tubuh. Namun demikian, masuknya merkuri ini berlangsung secara terus menerus sehingga lama kelamaan jumlah merkuri yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas toleransi tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat. Peristiwa keracunan kronis tidak hanya memapar pekerja yang bekerja secara langsung dengan merkuri, tetapi juga memapar masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan industri yang banyak menggunakan merkuri. Hanya saja masa keracunan yang terjadi berjalan dalam selang waktu yang berbeda.

Untuk pekerja yang bekerja secara langsung dengan menggunakan merkuri, proses keracunan kronis mungkin sudah memperlihatkan gejala dalam selang waktu beberapa minggu. Sedangkan untuk masyarakat yang tidak terkena langsung, proses keracunan kronis merkuri ini baru dapat diketahui setelah waktu bertahun - tahun. Pada peristiwa keracunan kronis, ada dua organ tubuh yang paling sering mengalami gangguan yaitu gangguan sistem pencernaan dan sistem syaraf. Radang gusi (gingivitis) merupakan gangguan paling umum yang terjadi pada sistem pencernaan. Radang gusi


(52)

35

pada akhirnya akan merusak jaringan penahan gigi sehingga gigi mudah lepas (Palar : 2008).

Triad klasik pada keracunan kronik uap merkuri adalah eretisme, tremor, dan stomatitis. Gejala-gejala neurologis dan psikis adalah yang paling khas. Gejala dini nonspesifik (anoreksia, penurunan berat badan, sakit kepala) diikuti gangguan-gangguan yang lebih khas; iritabilitas meningkat, gangguan tidur (sering terbangun, insomnia), mudah terangsang, kecemasan, depresi, gangguan daya ingat, dan kehilangan kepercayaan diri (Petasule, 2012). Masalah-masalah yang sifatnya lebih serius seperti halusinasi, kehilangan daya ingat total, dan kemunduran intelektual tidak terlihat dalam waktu yang cepat. Menurut Parwiroharsono (1991) apabila keracunan merkuri telah terjadi umumnya sulit disembuhkan dengan segera karena merkuri bersifat akumulatif dan sulit diekskresikan oleh tubuh.

Tanda-tanda neurologis lain termasuk kulit bersemu merah, perspirasi meningkat dan dermatografia. Gingivitis kronik sering terjadi dan dapat menyebabkan hilangnya geligi, kelenjar liur membengkak dan merkuri diekskresikan pada air liur. Meskipun tingkat akumulasi merkuri pada ginjal tinggi, kerusakan ginjal jarang terjadi. Deposit merkuri pada kapsul anterior lensa mata menimbulkan bayangan coklat kelabu atau kuning dari lensa (Tsuji, 2003).


(53)

H. Gangguan Kesehatan Masyarakat

Menurut WHO Pengertian ”sehat” digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental, dan sosial seseorang yang tidak hanya bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan melainkan juga menunjukkan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan dan aktivitasnya. Status kesehatan masyarakat sangat mempengaruhi produktivitas kerja. Masyarakat yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik.

Agar seseorang dapat melakukan aktivitas yang dapat menjamin kesehatan dan produktivitas kerja, diperlukan adanya keseimbangan dari faktor-faktor berikut: umur, jenis pekerjaan, status gizi, lama tinggal, jarak rumah, konsumsi ikan. Status kesehatan individu yang tinggal di sekitar PETI dapat dikatakan baik jika tidak mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh keracunan merkuri. Adapun gangguan yang dapat terjadi adalah :

a. Erethism : Perubahan mood, gangguan tidur, depresi, gangguan daya ingat, mudah marah, pengurangan pendengaran dan penglihatan, kesemutan di sekitar mulut sampai jari dan tangan.

b. Tremor : Gangguan koordinasi, gangguan keseimbangan, ataxia. c. Stomatais : Salivasi meningkat, Pneumonitis yang diikuti demam. d. Gingivitis kronis.

e. Penurunan berat badan (anorexia). f. Sakit kepala terus menerus.


(54)

37

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya keracunan merkuri adalah

A.Umur

Umur adalah lama hidup seseorang yang dihitung dari tanggal lahir sampai tanggal dilakukannya penelitian. Menurut Tugaswati (2006) dan Hamid (1991) umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap logam berat. Biasanya semakin bertambahnya umur dan bahan yang masuk, kadar merkuri dalam tubuh akan meningkat (Warsono, 2000).

B.Jenis Pekerjaan

Menurut Warsono (2000) Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kadar merkuri dalam tubuh. Hal ini tergantung di lingkungan mana manusia bekerja. Pekerjaan yang berhubungan langsung atau kontak langsung dengan merkuri mempunyai peluang lebih besar untuk terjadinya akumulasi merkuri pada rambut dibanding dengan pekerjaan yang tidak kontak langsung dengan merkuri.

C.Status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh seseorang yang dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Secara teoritis, status gizi dapat mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang terhadap paparan logam berat. Kekurangan gizi akan meningkatkan kadar merkuri yang bebas dalam darah. Pada penelitian ini, status gizi digambarkan dengan pengukuran indeks masa tubuh. Menurut


(55)

Fergusson (1991) bahwa kadar Ca dan Fe yang tinggi dalam makanan akan menurunkan penyerapan logam berat. Tetapi jika tubuh kekurangan Ca dan Fe penyerapan logam berat akan meningkat. Dinyatakan juga bahwa defisiensi Fe dan P akan mengakibatkan gangguan ekskresi logam berat dari tulang sehingga akan meningkatkan kadarnya pada jaringan lunak.

Di sisi lain, merkuri bersifat lipofilik. Akan tetapi, tidak semua jenis merkuri dapat larut dalam lemak sehingga merkuri yang tidak larut dalam lemak akan terakumulasi pada jaringan. Kadar lemak yang tinggi dalam tubuh akan mempengaruhi absorbsi merkuri dalam tubuh dan ekskresi dari tubuh karena lemak yang berlebihan akan disimpan dalam jaringan lemak. Begitu juga dengan merkuri yang larut di dalamnya. Meskipun IMT tidak dapat memastikan kandungan kalsium dan besi dalam tubuh, akan tetapi pada penelitian ini IMT sudah dapat menggambarkan status gizi responden.

D.Konsumsi ikan

Merkuri dapat masuk ke dalam tubuh manusia tidak hanya melalui inhalasi dan kontak langsung saja, tetapi juga melalui rantai makanan. Pembuangan tailing ke sungai secara langsung dapat mengakibatkan pencemaran merkuri terhadap biota laut termasuk ikan dan merkuri akan terakumulasi di tubuh ikan. Kemudian manusia mengkonsumsi ikan tersebut. Sehingga merkuri akan masuk ke tubuh manusia dan terakumulasi di dalamnya. Hasil penelitian Andri, dkk (2010) menunjukkan adanya hubungan konsumsi ikan dengan kadar merkuri pada rambut.


(56)

39

E.Jarak tempat tinggal dengan tempat pengolahan

Jarak tempat tinggal dengan tempat pengolahan emas merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keracunan merkuri. Semakin dekat jarak tempat tinggal, semakin besar peluang terjadinya keracunan merkuri. Hasil penilitian Andi, dkk (2010) menunjukkan adanya hubungan jarak tempat tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut. Pada kondisi angin normal, merkuri akan mengendap sejauh 216 meter dari tempat emisi uap merkuri (Andi, 2010). Akan tetapi, tempat pengendapan uap merkuri bisa lebih atau kurang dari 261 meter tergantung pada kecepatan angin setempat. Namun belum ada penelitian lebih lanjut pada kondisi angin tidak normal. F. Lama tinggal

Merkuri mempunyai sifat akumulatif, sehingga lama tinggal dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam rambut. Semakin lama seseorang tinggal di daerah yang tercemar merkuri, semakin tinggi juga kandungan merkuri dalam rambutnya (Tugaswati, 1997).

I. Pengolahan Emas

PETI melakukan Pengolahan bijih emas dengan metode amalgamasi dimana merkuri digunakan sebagai media untuk mengikat emas (Suhandi, 2006). Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan murah. Amalgamasi adalah proses pengikatan bijih emas oleh merkuri menggunakan amalgamator sehingga terbentuk amalgam. Amalgamator berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses amalgamasi yang berfungsi


(57)

untuk mereduksi ukuran bijih emas. Tenaga penggerak gelundung ada 3 jenis yaitu kincir air, tenaga listrik, dan tenaga generator diesel (Suhandi, 2006). Penggerak gelundung dengan tenaga kincir air memiliki keterbatasan yaitu hanya dapat menggerakkan satu gelundung. Waktu yang dibutuhkan sekitar 12 jam. Gelundung dengan penggerak tenaga listrik bisa menggerakkan dua gelundung. Umumnya dilakukan di samping atau belakang rumah. Waktu yang diperlukan 6 - 7 jam untuk satu kali proses. Sedangkan Gelundung dengan tenaga penggerak generator diesel umumnya diletakkan di dekat lubang galian di sekitar sungai. Dalam satu kali pengolahan dapat menggerakkan 1 - 6 buah gelundung. Waktu yang diperlukan untuk satu kali proses adalah 7 jam. Putaran gelundung dengan generator diesel lebih cepat sehingga proses penghancuran bijih emas terjadi lebih sempurna dan hasil perolehan emas dan perak lebih tinggi (Suhandi, 2006).

Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan untuk memisahkan amalgam menggunakan merkuri. Pada tahap pencucian, dilakukan dengan kain parasut sehingga merkuri jatuh ke tanah. Amalgam yang diperoleh kemudian dipijar untuk memperoleh perpaduan logam emas - perak. Ketika dipanaskan, amalgam akan terurai menjadi elemen-elemen merkuri dan emas mentah. Amalgam dipanaskan di dalam sebuah tabung yang disebut retort. Merkuri akan menguap dan dapat diperoleh kembali dari kondensasi uap merkuri tersebut. Sementara itu, Au-Ag tetap berada di dalam retort sebagai logam. Selanjutnya dilakukan pemisahan logam emas dari logam perak menggunakan merkuri (Arifin, 2010). Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan para


(58)

41

penambang, merkuri yang dimasukkan ke dalam gelundung berkurang sampai 10%. Hal ini disebabkan pada tahap pencucian merkuri terbuang bersama tailing.

PETI mempunyai potensi paparan merkuri yang tinggi karena para pekerja tidak menggunakan alat pelindung dalam melakukan amalgamasi sehingga pekerja akan mengalami kontak kulit secara langsung terhadap merkuri. Selain itu, PETI juga tidak mempunyai pengolahan limbah sehingga limbah tersebut akan memajan masyarakat dan lingkungan.

Bagan 2.1

Proses Pengolahan Emas dan Risiko terhadap Masyarakat 7.Proses

Pembakaran

Emas 6.Bullion

1.Batuan Air + merkuri

5.Proses penyaringan 4.Amalgam

Tailing (berpotensi

memapar masyarakat) 3. Mesin

gelundung 2.Pengecilan

ukuran

Berpotensi memapar masyarakat

Mercury Vapor) Berpotensi memapar


(59)

J. Kerangka Teori

Bagan 2.2.

Kerangka teori kombinasi Andri DH, Anies, Suharyo (2011), Chusharini Chamid, Neni Yulianita, Puti Renosori (2010), Tri Tugaswati,

Athena, Agustina Lubis (1997) Umur

Jenis Pekerjaan

Sumber air baku Lama tinggal Jarak tempat tinggal

dengan tempat pengolahan

Status Gizi Konsumsi Ikan

kadar merkuri dalam rambut

Kebiasaan mandi di sungai


(60)

43 BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Adapun variabel yang tidak diteliti adalah sumber air baku. Hal ini dikarenakan sumber air baku Desa Malasari bersifat homogen yaitu seluruh masyarakat menggunakan mata air sebagai sumber air baku. Mata air tersebut terletak di bagian hulu desa sehingga terbebas dari pencemaran merkuri. Variabel yang tidak diteliti lainnya adalah kebiasaan mandi di sungai, karena saat ini tidak ada masyarakat Desa Malasari yang mandi di sungai.

Umur

Jenis Pekerjaan

Lama tinggal Jarak rumah dengan

tempat pengolahan Status Gizi

Konsumsi Ikan kadar merkuri


(61)

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara umur dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari

2. Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

3. Ada hubungan antara status gizi dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

4. Ada hubungan antara konsumsi ikan dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

5. Ada hubungan antara jarak rumah dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.

6. Ada hubungan antara lama tinggal dengan kadar merkuri dalam rambut masyarakat sekitar PETI di Desa Malasari.


(62)

45

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Ukur Alat ukur Hasil Ukur Skala

Kadar merkuri dalam rambut

Kandungan merkuri yang terdapat dalam rambut masyarakat. Rambut yang digunakan adalah rambut di bagian belakang telinga dan yang tersembunyi.

Menggunting rambut sebanyak 0.5 - 2 gram atau sebesar batang korek api mulai dari pangkal rambut (kulit kepala). Kemudian diukur

menggunakan Mercury Analyzer

Mercury Analyzer

……….. ppm

Ambang batas kadar merkuri dalam tubuh menurut WHO (1990) adalah 1 – 2 mg/kg


(63)

Umur Lamanya hidup responden yang dihitung dari tanggal lahir sampai tanggal penelitian dilakukan

Variabel umur diukur dengan menghitung selisih antara tanggal, bulan, dan tahun dilakukannya

penelitian dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran responden.

Kuesioner ……. Tahun Rasio

Jenis Pekerjaan Jenis kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh responden untuk memperoleh penghasilan.

Informasi jenis pekerjaan diperoleh dengan menanyakan melalui kuesioner

Kuesioner 0 : non-pengolah emas

1 : pengolah emas


(64)

47

Status Gizi Keadaan tubuh responden akibat konsumsi makanan dan pengunaan zat – zat gizi yang diukur dengan menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan. Selanjutnya data yang diperoleh akan digunakan untuk menghitung indeks masa tubuh (IMT)

Menghitung IMT reponden dengan menggunakan rumus : IMT=

Untuk responden

yang berumur ≤ 18 tahun menggunakan standar IMT menurut umur (IMT/U) yang kemudian

dikonversi ke dalam kategori Status Gizi

Timbangan badan, meteran badan, dan kalkulator

0 : Normal (18,5-24,9)

1 : Kurus (< 18,5) 2 : Gemuk (25-29,9)

3 : Obesitas (> 30) (KEPMENKES, 2010; WHO, 2005)


(65)

anak bedasarkan Z-Score berdasarkan KEPMENKES 2010. Untuk responden yang berumur > 18 tahun, hasil IMT langsung dibandingkan

dengan kategori status gizi standar WHO, 2005 dan KEPMENKES, 2010


(66)

49

dalam mengkonsumsi berbagai macam ikan

dilakukan dengan menanyakan

melalui kuesioner

minggu

Jarak rumah Perkiraan jarak rumah responden terhadap tempat pengolahanan emas dengan memberikan patokan pada titik yang berada pada jarak 261 meter dari tempat pengolahan emas.

Membuat patokan pada titik 261 meter dari tempat pengolahan emas. Rumah yang terletak sebelum patokan tersebut dinilai memiliki

jarak ≤ 261 meter dan rumah yang melewati patokan

Meteran 0 : >261 meter

1 : ≤261 meter (Andri, 2010)


(67)

dianggap memiliki jarak >261 meter. Lama tinggal Lama responden tinggal di

desa Malasari (tahun)

Menanyakan tahun pertama kali tinggal di Desa Malasari.


(68)

(69)

51 A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung kepada responden dengan melakukan penyebaran kuesioner untuk dianalisis. Desain studi yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional) yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dan efek dengan pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan multistage random sampling atau pengambilan sampel secara gugus bertahap yaitu pengambilan sampel dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara bertahap. Hal ini memungkinkan untuk dilaksanakan jika populasi terdiri dari bermacam-macam tingkat wilayah. Pelaksanaannya dengan membagi wilayah populasi ke dalam sub-sub wilayah dan tiap sub wilayah dibagi ke dalam


(70)

52

bagian-bagian yang lebih kecil. Dari bagian-bagian kecil tersebut ditetapkan unit-unit yang terkecil sebagai sampel (Notoatmojo, 2010).

Peneliti mencari sampling frame dengan mendatangi kantor desa. Dari kantor desa diperoleh informasi bahwa Desa Malasari terdiri dari 4 dusun. Pada tahap pertama, ditetapkan desa Malasari sebagai lokasi penelitian kemudian diambil beberapa dusun sebagai sampel. Selanjutnya dipilih beberapa RW yang diambil secara acak. Diperoleh RW 3, RW 4, RW 5, dan RW 10. Dari ketiga RW diambil beberapa RT sebagai sampel. Akhirnya dari RT yang terpilih diambil beberapa unit terkecil sebagai sampel.

Dalam menetapkan subjek penelitian sebagai sampel, peniliti menetapkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar responden dapat dijadikan sampel. Yaitu :

1. Bersedia menjadi responden penelitian.

2. Lama tinggal di Desa Malasari minimal 5 tahun (Inswiarsi, 2009). 3. Minimal berusia 5 tahun.

b. Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh reponden agar tidak dapat menjadi sampel penelitian, yaitu:

1. Tidak bersedia menjadi reponden penelitian.

2. Lama tinggal kurang dari 5 tahun dan pernah tinggal di daerah lain yang berada dekat dengan pengolahan emas.


(71)

C. Perhitungan Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan perhitungan rumus besar sampel untuk koefisien korelasi sebagai berikut:

[

[ ]

]

x deff

Keterangan:

n = Jumlah sampel

= Kesalahan tipe 1 (α) 1% (Z1-α/2 = 2,58)

Z1-β = Kekuatan uji 99% = 2,33

r = Koefisien korelasi (0,8) deff = Design effect = 2

Dari perhitungan rumus sampel diatas, diperoleh jumlah sampel minimal yang dibutuhkan sebesar 46 responden.

Bagan 4.1

Teknik Pengambilan Sampel Desa Malasari

Dusun D Dusun C

Dusun B Dusun I

RW 3

RT 2 RT 4 RW 10

RT 2

RW 4

RT 1 RT 4

RW 5


(1)

Correlations

umur

frekuensi

konsumsi ikan lama tinggal kadar merkuri

umur Pearson Correlation 1 .137 .530** .647**

Sig. (2-tailed) .362 .000 .000

N 46 46 46 46

frekuensi konsumsi ikan Pearson Correlation .137 1 .065 .007

Sig. (2-tailed) .362 .667 .965

N 46 46 46 46

lama tinggal Pearson Correlation .530** .065 1 .675**

Sig. (2-tailed) .000 .667 .000

N 46 46 46 46

kadar merkuri Pearson Correlation .647** .007 .675** 1

Sig. (2-tailed) .000 .965 .000

N 46 46 46 46


(2)

KUESIONER PENELITIAN Assalamu’alaikum Wr, Wb

Dengan ini saya, Agung Taufiqur R Sy, Mahasiswa Peminatan Kesehatan Lingkungan, Program Studi Kesehatan Masyarakat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Merkuri dalam Rambut Masyarakat Sekitar Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Desa Malasari, Kec. Nanggung, Kab. Bogor yang merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM). Untuk itu, Saya memohon kesediaan Saudara untuk menjawab pertanyaan di bawah ini dengan jujur. Semua jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Selain menjawab pertanyaan, Saya meminta sampel rambut sebanyak 0,5-2 gram atau sebesar satu batang korek api. Rambut diambil dari pangkal rambut yang terletak di belakang telinga (tersembunyi).

Apakah Anda bersedia untuk menjadi responden dan diambil sampel rambutnya? 1. Ya, Saya bersedia

2. Tidak, saya tidak bersedia

Atas perhatian dan kerjasama Saudara, saya mengucapkan terima kasih.

Peneliti Responden


(3)

Diisi oleh responden

1. Nama :

2. Alamat :

3. No. Telp/HP :

4. Jenis Kelamin :

No Pertanyaan Kode

1 Pada tanggal, bulan dan tahun berapa Anda lahir? tanggal...bulan...tahun...

Berapakah umur Anda sekarang? …….. tahun

A1 ( )

2 Apa jenis pekerjaan Anda?

0. Non-Penambang emas, sebutkan……….. 1. Penambang emas

B1 ( )

3 Berat badan : ……….. Kg Tinggi badan : ……… cm

(penentuan status gizi berdasarkan pengukuran BMI (Body Mass Index) yang dihitung oleh peneliti dengan kategori: 0 : Normal (18,5-24,9)

1 : Underweight (< 18,5) 2 : Over weight (25-29,9) 3 : Obese 1 (> 30)

C1 ( ) No. Responden :


(4)

4 Berapa lama Anda tinggal di Desa Malasari? ……. Tahun

D1 ( )

5 Berapakah jarak rumah Anda dengan tempat pengolahan emas? 0 : >261 meter

1 : ≤261 meter

E1 ( )

6 Apakah Anda biasa makan ikan? 0. Tidak (lanjut ke no.13) 1. Ya

F1 ( )

7 Jenis ikan apa yang paling sering dimakan? 1. Ikan laut segar

2. Ikan sungai segar 3. Ikan asin/kering sungai 4. Ikan asin/kering laut

5. Kombinasi ikan laut, sungai, dan ikan asin

G1 ( )

8 Berapa frekuensi konsumsi ikan laut segar Anda? ………. Kali/minggu

H1 ( )

9 Berapa frekuensi konsumsi ikan sungai segar Anda? ………. Kali/minggu

H2 ( )

10 Berapa frekuensi konsumsi ikan asin/kering laut Anda? ………. Kali/minggu

H3 ( )

11 Berapa frekuensi konsumsi ikan asin/kering sungai Anda? ………. Kali/minggu

H4 ( )

12 Dari manakah ikan tersebut didapatkan? Sebutkan ………

I1 ( )

13 Apakah keluhan-keluhan yang Anda rasakan selama 3 bulan terakhir? 1. Rasa kesemutan (parthestesia)

2. Kehilangan rasa (hypoanasthesi) 3. Pendengaran berkurang


(5)

4. Kesulitan menggerakkan kaki (tidak bisa jalan lurus = Ataxia) 5. Mudah lelah, sakit kepala, dan menyempitnya sudut pandang 14 Apakah Anda Pernah meluruskan atau mengkriting rambut ?

0. Tidak 1. Pernah


(6)

Peta Sampling Desa Malasari

RW 3

RW 10 RW 5