Penyelidikan Batubara Daerah Ayawasi Dan Sekitarnya Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat

Buku 1 : Bidang Energi

PENYELIDIKAN BATUBARA DAERAH AYAWASI DAN SEKITARNYA
KABUPATEN SORONG SELATAN, PROVINSI PAPUA BARAT
Eko Budi Cahyono
Kelompok Kerja Energi Fosil

SARI

Penyelidikan batubara di daerah Ayawasi dan sekitarya, Kabupaten Sorong Selatan,
Provinsi Papua Barat dilakukan dalam rangka pencarian potensi bahan galian
khususnya batubara di wilayah Indonesia Bagian Timur.

Pelaksanaan kegiatan

penyelidikan batubara dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa
pencarian data dan informasi mengenai daerah yang bersangkutan, baik dari informasi
dari pemerintah setempat, data pendukung geologis, penyelidik terdahulu dan segala
informasi yang menunjang. Sedangkan penyelidikan di lapangan sebagai bentuk
kegiatan primer dengan cara pencarian singkapan batubara dan mendapatkan
informasi dari pemerintah serta penduduk setempat.


Secara umum geologi daerah peyelidikan termasuk ke dalam Cekungan Salawati dan
Bintuni, dimana cekungan tersebut menempati bagian tengah kepala burung dari
Provinsi Papua. Secara stratigrafi, formasi pembawa batubara adalah Formasi
Steenkool (tersier) dan Formasi Ainim (pra-tersier). Hasil penyelidikan di lapangan dan
analisa korelasi sebaran batubara, sebaran lapisan batubara yang didapatkan berada
pada Formasi Steenkool, sedangkan pada Formasi Ainim, batubara tidak ditemukan.
Secara stratigrafi regional, formasi batuan di sekitarnya meliputi (dari tua ke muda):
Formasi Kemum, Formasi Aisyasur, Formasi Aimau, Formasi Aifat, Formasi Ainim,
Formasi Tipuma, Formasi Jass, Formasi Puragi, Formasi Faumai, Formasi Sirga,
Batugamping Klamogun, Batugamping Kais, Formasi Sekau, Formasi Klasefet,
Formasi Klasaman, Formasi Steenkool, Konglomerat Upa, Endapan Danau, Endapan
Alluvium dan Undak Alluvium (Menurut C.J. Pigram dan U. Sukanta,1979)

Singkapan batubara dari hasil penyelidikan di lapangan didapatkan sebanyak 3 buah
yang tersebar pada Formasi Steenkool dengan arah umum strike singkapan batubara
adalah Barat Laut – Tenggara, dengan kemiringan singkapan antara 21

O


- 24 O.

Ketebalan singkapan cukup tipis antara 0,10 – 0,15 m. Analisa dari data laboratorium

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

353

Buku 1 : Bidang Energi

didapatkan nilai kalori batubara sebesar 5.282 – 5.482 kal/gr (adb), dimana batubara
merupakan katagori jenis kualitas rendah – sedang.

Sumber daya batubara berdasarkan standar SNI, tidak termasuk dalam klasifikasi,
mengingat ketebalan batubara di bawah 1 meter. Sehingga sumber daya yang dihitung
bukan berdasarkan standar SNI, tetapi untuk kepetingan kajian geologi dan informasi
poensi wilayah yang bersangkutan. Dari penghitungan sumber daya didapatkan
sumber daya batubara sebesar 162.583 ton.

354


Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

administratif

PENDAHULUAN

terbagi

Distrik/Kecamatan

ke

dalam

10

(Gambar 1), yaitu :


Latar Belakang

Inanwatan beribukota Inanwatan, Kokoda

Dalam rangka peningkatan pembangunan

beribukota Tarof, Aifat Timur beribukota

di

Timur,

Aisa, Aifat beribukota Kumurkek, Aitinyo

khususnya di Provinsi Papua dan Papua

beribukota Aitinyo, Moswaren beribukota

Barat,


Muswaren,

wilayah

Indonesia

pemerintah

bagian

mulai

melakukan

Teminabuan

beribukota

Ayamaru


beribukota

penyelidikan untuk mencari potensi dan

Teminabuan,

sumberdaya energi di wilayah Indonesia

Ayamaru, Sawiat beribukota

bagian timur dalam rangka pemenuhan
komoditi tersebut, baik bagi kepentingan

Untuk mencapai lokasi penyelidikan dapat

pemerintah daerah maupun pemerintah

ditempuh melalui jalan udara dari Jakarta


pusat.

menuju

Sorong,

kemudian

dilanjutkan

menuju ibukota Kabupaten Sorong Selatan,
yaitu kota Teminabuhan dengan melewati

Maksud dan Tujuan
Maksud

dilakukannya

penyelidikan


jalan darat selama kurang lebih 8 jam atau

batubara di daerah yang diusulkan adalah

mengunakan transportasi udara berupa

untuk mendapatkan data berupa lokasi

pesawat kecil jenis Twin-Otter dengan

sebaran formasi yang diduga mengandung

waktu tempuh lebih kurang selama 1 jam.

endapan

Kemudian

batubara,


kedudukan

mendapatkan

lapisan

batubara

data

tersebut

daerah

selanjutnya
penyelidikan

untuk
dapat


menuju
ditempuh

terhadap batuan lainnya, arah jurus dan

dengan jalan darat menuju Kampung Bori,

kemiringan

daerah Ayawasi dan sekitarnya. Sebagai

lapisan

batubara

dan

menentukan lingkungan pengendapan.

catatan, saat penyelidikan dilaksanakan,

transportasi laut reguler sudah tidak ada

Sedangkan tujuannya adalah menentukan
lokasi-lokasi

singkapan

batubara

lagi dari kota Sorong menuju Teminabuhan.

dan

melokalisir daerah yang dianggap prospek

Telah disebutkan di atas bahwa secara

untuk dapat dikembangkan lebih lanjut

administratif lokasi penyelidikan berada di

serta

wilayah Distrik Aifat, Kabupaten Sorong

dapat mengetahui

sumber

daya

batubara.

Selatan, Provinsi Papua Barat. Dan secara
geografis berada pada 1o 00’ – 1o 15’ LS
dan 132o 30’ – 132o 45’ BT (Gambar 2)

Lokasi Daerah Penyelidikan
Secara
Sorong

administratif,
Selatan

letak

Kabupaten

berbatasan

dengan

Demografi dan Keadaan Lingkungan

Kabupaten Sorong di utara dan barat,

Kabupaten Sorong Selatan dengan ibukota

sebelah

di Teminabuan dan memiliki luas wilayah ±

timur

berbatasan

dengan

Kabupaten Manokwari, sebelah selatan

29.811

km2.

berbatasan

dengan

Provinsi

Maluku.

kabupaten

Kabupaten

Sorong

Selatan

secara

Sorong

yang

Selatan

beriklim

tropis

adalah
basah

sebab terletak pada garis katulistiwa dan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

355

Buku 1 : Bidang Energi

diapit dua benua yaitu Benua Asia dan

hutan tropis, yang kaya akan flora dan

Benua Australia. Suhu udara rata-rata

faunanya.

dalam 19 tahun terakhir 1985 s/d 2008
tertinggi mencapai 32oC dan terendah 27oC

Dari potensi perikanan, Kabupaten Sorong

dengan tingkat kelembaban udara rata-rata

Selatan adalah wilayah yang sangat kaya

pertahun 80,5%. Curah hujan daerah ini

dengan potensi perikanan. Karakteristik

cukup

topografi wilayah mebuat sektor perikanan

tinggi

terutama

September

sampai

Komposisi

penduduk

pada

dengan

bulan
Oktober.

masih

relatif

di

kabupaten

perikanan laut.

kabupaten.

asli

Dilihat

adalah

energi,

Papua

sekitar

90%,

penduduk
sisanya

berkembang

baik

perikanan air tawar, air payau maupun

homogen, heterogen hanya pada ibukota
Prosentase

ini

dari

sektor

pertambangan

Kabupaten

Sorong

dan

Selatan

pendatang dari suku Bugis Makasar, Buton,

merupakan daerah yang memiliki potensi

Ambon, Jawa, dan suku-suku lainnya

pertambangan yang melimpah dan cukup
menjanjikan. Potensi yang telah berhasil

Berdasarkan

karakteristik

wilayah,

Kabupaten Sorong Selatan terbagi atas tiga

dieksplorasi adalah minyak dan gas bumi di
Distrik Inanwatan.

kawasan, yaitu kawasan perbukitan atau
dataran tinggi, kawasan dataran rendah

Waktu Penyelidikan

serta kawasan payau. Luas dataran tinggi

Pelaksana kegiatan ini telah dilakukan oleh

baik yang berupa pegunungan maupun

personil Pusat Sumber Daya Geologi,

lereng-lereng

terdiri atas ahli geologi, asisten geologi,

keseluruhan

mencapai
wilayahnya.

65%

dari

Wilayah

ini

preparator,

surveyor,

dengan

waktu

biasanya masih berupa daerah pedalaman

pelaksanaan selama 45 hari termasuk

dan tersebar di distrik-distrik Ayamaru,

waktu perjalanan, pengurusan surat dan

Ayamaru Utara, Mare, Aifat, Aifat Timur,

administrasi kerja di lapangan.

Sawiat dan sebagian Aitinyo. Sedangkan
35% wilayah yang lain terdiri dari dataran

Pelaksana dan Peralatan

rendah, air payau dan pantai. Dataran

Petugas

rendah meliputi Distrik Teminabuan, Distrik

seluruhnya berjumlah 6 orang, dimana

Seremuk, Wayer, Moswaren dan sebagian

seluruhnya

Aitinyo. Sedangkan Distrik Inanwatan, Kais,

Geologi.

Kokoda

dan

sebagaian

pelaksanaan

dari

Pusat

penyelidikan

ini

Sumber

Daya

lapangan

yang

Seremuk

merupakan dataran payau.

Beberapa

peralatan

digunakan selama penyelidikan batubara
Luas hutan di Kabupaten Sorong Selatan ±
13.805 Km2 yang meliputi hutan lindung,
hutan konservasi dan hutan produksi.
Hutan-hutan

356

tersebut

tergolong

dalam

dapat dilihat sebagai berikut :
ƒ
ƒ

Peta dasar topografi dan peta geologi
Palu dan kompas geologi

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ
ƒ

GPS (Global Positioning

System)12

satelit

dapat dilihat pada Gambar 3 dan urutan
stratigrafi dapat dilihat pada Gambar 4.

Pita ukur
Kantong conto

Struktur Geologi Regional

Kamera lapangan

Secara umum struktur geologi regional

Catatan lapangan

yang berkembang di Kabupaten Sorong

Bahan-bahan

penunjang

lapangan

lainnya

Selatan merupakan perlipatan sinklin dan
antiklin yang berarah barat laut – tenggara,
dengan

singkapan

batubara

tertua

menempati wilayah timur laut. Beberapa

GEOLOGI UMUM

struktur sesar ditemukan memotong batuan
Daerah penyelidikan menurut kerangka

sedimen tersier, sedangkan batuan pra-

tatanan

tersier

tektonik

termasuk

ke

dalam

tersingkap

ke

permukaan

Cekungan Salawati dan Cekungan Bintuni,

kemungkinan sebagai akibat adanya sesar

dimana

naik.

cekungan

tersebut

menempati

bagian tengah kepala burung dari Provinsi
Papua.

Indikasi Endapan Batubara
Berdasarakan hasil peneliti sebelumnya,

Cekungan Salawati dan Bintuni terbentuk

pernah melakukan penyelidikan batubara di

karena graben yang dikontrol oleh struktur

bagian selatan dari daerah penyelidikan

yang terbentuk Zaman Miosen. Kedua

(Suryana, Asep. Dkk, 1992), dimana pada

cekungan ini dibatasi oleh sesar Sorong

dasarnya

dan di bagian selatan dibatasi oleh zona

pembawa batubara di daerah penyelidikan,

subduction (Cokcroft, dkk. 1984).

yaitu

terdapat

Formasi

Ainim.

Menurut

dua

buah

Steenkool

dan

informasi

Formasi

dari

terdahulu,

Menurut C.J. Pigram dan U. Sukanta

ditemukan di daerah Ayata,

(1979), urutan batuan pengisi cekungan

selatan

adalah sebagai berikut (dari tua ke muda) ;

penyelidikan saat ini, dan kenampakan

Formasi

Aisyasur,

batuan di lapangan berupa batulempung

Formasi Aimau, Formasi Aifat, Formasi

pasiran, batu lumpur mikaan-gampingan,

Ainim, Formasi Tipuma, Formasi Jass,

batupasir dan sedikit konglomerat, serta

Formasi Puragi, Formasi Faumai, Formasi

batubara. Umur formasi ini adalah Miosen

Sirga,

Akhir-Pleistosen. Dan ketebalan batubara

Formasi

Batugamping

Batugamping

Kais,

Formasi

Klasefet,

Formasi

Steenkool,

Klamogun,

Formasi
Formasi

Sekau,

Klasaman,

Konglomerat

Upa,

dari

Formasi

peneliti

Stratigrafi Regional

Kemum,

sebaran

Formasi

lembar

berkisar antara

Steenkool
di bagian

peta

daerah

1-10 meter, dengan

kemiringan berkisar 6

o

-15o. Penyebaran

lapisan batubara formasi di daerah Ayata

Endapan Danau, Endapan Alluvium dan

ini

cukup

Undak Alluvium. Untuk Geologi Regional

Kemudian

berkembang
Formasi

dan

Ainim

tersebar.

berdasarkan

informasi dari peneliti sebelumnya, sangat

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

357

Buku 1 : Bidang Energi

sedikit

ditemukan

dan

penyebarannya.

ƒ

Melakukan pencarian informasi data

Dimana formasi ini berumur pra-tersier

batubara baik dari sumber yang ada di

(Perm),

pemerintah

dan

mempunyai

ciri

fisik

di

lapangan berupa serpih lanauan, batupasir,
greywacke, dan batulanau, dengan sisipan

ƒ

titpis batubara.

pusat

ƒ

dari

perusahaan lokal setempat
Studi literatur dari laporan terdahulu
mengenai

Dari indikasi dan data peneliti sebelumnya,

atau

potensi

sumber

daya

batubara
Koordinasi dengan dinas pemerintah

maka pada penyelidikan saat ini, peneliti

terkait

melanjutkan

informasi tentang potensi ekonomis

daerah

penyelidikan
Ayawasi,

batubara

guna

di

melihat

kemenerusan adanya informasi lapangan
akan sebaran batubara tersebut di atas.

untuk

dan
ƒ

mencari

keadaaan

data

wilayah

dan

daerah

penyelidikan
Evaluasi peta geologi regional untuk

Indikasi dari peta geologi regional dan

melihat

formasi

batuan,

formasi

formasi pembawa batubara,

struktur

batuan

di

sekitar

penyelidikan

cukup

ditemukannya

singkapan

daerah

memungkinkan
batubara

sebaran

geologi regional dan lain sebagainya,

di

berdasarkan kondisi geologi setempat

daerah Ayawasi dan sekitarnya
Beberapa data sekunder lainnya yang
KEGIATAN PENYELIDIKAN

dapat

dijadikan

referensi

adalah

dari

laporan penyelidik terdahulu di sekitar
Penyelidikan Lapangan

daerah penyelidikan, seperti penyelidikan

Mengingat penyelidikan ini dalam taraf

batubara di daerah Ayata dan sekitarnya

survai tinjau (pendahuluan), maka metoda

(Suryana, Asep. Dkk, 1992), Lembar Peta

tahapan

Geologi daerah Teminabuhan oleh Pigram,

pelaksanaan

penyelidikan

lapangan dapat dibagi dua, terdiri atas,

C.J. and Sukanta, U. 1979, dari

sebagai berikut :

Penelitian dan Pengembangan Geologi

Pengumpulan Data Sekunder

(P3G), Indonesia. Informasi lainnya di

Sebelum

kegiatan

Pusat

lapangan

sekitar wilayah penyelidikan, baik dari

dilakukan, terlebih dahulu yang dilakukan

instansi pemerintah, swasta, masyarakat,

adalah pengumpulan data sekunder berupa

dan sebagainya. Semua data dan informasi

laporan-laporan

tersebut

penyelidikan

terdahulu,

di

atas

dijadikan

bahan

terutama terhadap penyelidik terdahulu

pertimbangan dalam menunjang seluruh

yang telah melakukan kegiatan eksplorasi

kegiatan penyelidikan.

batubara di sekitar daerah peyelidikan.
Pengumpulan Data Primer

Secara

rinci

beberapa

kegiatan



Kegiatan pengumpulan data primer

pegumpulan data sekunder dapat diuraikan

dilakukan

sebagai berikut.

melakukan penyelidikan langsung ke

secara

umum

dengan

lapangan, dan selama kegiatan ini

358

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

berlangsung


terdapat

kegiatan antara lain :
Mencari

lokasi



berkisar 10-15 cm.

batubara berdasarkan informasi yang

Berdasarkan dari data singkapan batubara

pernah

kemudian

di atas, secara megaskopis singkapan

tersebut

batubara berada di Formasi Steenkool,

berdasarkan temuan yang didapatkan

dengan ciri fisik umum berwarna hitam

dilapangan

agak coklat, kompak, banded, pengotor

Dilakukan pengukuran kududukan dan

lempung dan setempat terdapat mineral

tebal

pyrit.

didapatkan,

lapisan

informasi

kemudian

dilakukan

Pada

beberapa

tempat

terdapat

pemerian terhadap singkapan tersebut,

lempung karbonan, sebaran batubara di

dan diplotkan pada peta dasar/peta

lapangan tidak menerus, spotting dengan

topografi sekala 1 : 50.000

ketebalan singkapan kurang dari 1 meter.

Pengamatan pada formasi pembawa
batubara
mengetahui



singkapan batubara yang relatif tipis, hanya

singkapan-singkapan

mengembangkan



beberapa

yang
pola

berguna

untuk

sebaran

lapisan

Analisis Laboratorium
Analisa

conto

kualitas

batubara

di

batuan dan batubara yang terdapat di

laboratorium untuk mengetahui nilai kalori,

daerah penyelidikan

kandungan sulfur, kandungan abu dan lain

Dokumentasi singkapan

sebagainya. Conto batubara yang dianalisis

Selama kegiatan di lapangan didapatkan

sebanyak 3 buah, dengan kode BR-01, BR-

tiga lokasi singkapan batubara, dimana

02 dan BR-03.

secara uraian dapat dilihat pada tabel
Data tabel hasil analisa laboratorium kimia

singkapan (Tabel 1).

yang

dapat

dilihat

pada

tabel

2,

Secara megaskopis umumnya kenampakan

menunjukkan bahwa nilai kalori batubara

batubara adalah kompak, hitam-kecoklatan,

berkisar antara 5.282 – 5.482 kal/gr (adb).

kilap kusam dan ringan, sebagian ada

Nilai kalori ini menunjukkan bahwa rank

lapisan

batubara adalah ‘low – medium rank coal’.

pengotor

lempung,

pyrit

dan

Kandungan abu berkisar antara 7,49 –

silicified.

8,88% dan sulfur total 3,41 – 4,44%. Total
Pengambilan sampel dilakukan dari hasil

moisture (ar) cukup tinggi berkisar dari

menyusuri anak-anak sungai dan informasi

44,38 – 46.72%, demikian juga kandungan

dari penduduk sekitar, singkapan yang

zat

ditemukan di lapangan diukur arah jurus

39,60%. Tingginya kandungan abu diduga

dan kemiringannya, pengukuran koordinat

terjadi ketika proses pembentukan batubara

posisi singkapan yang ditemukan dan di

sejak awal pembentukannya mulai dari

pengeplotan titik singkapan pada peta

gambut menjadi batubara yang dipengaruhi

kerja.

oleh

Dari

hasil

singkapan

yang

didapatkan, diperoleh rata-rata ketebalan

terbang, berkisar

faktor

antara

lingkungan

38,63



pengendapan

sekitarnya.

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

359

Buku 1 : Bidang Energi

Pengolahan Data

mengalir dari barat laut hingga ke selatan

Dalam peta geologi dan sebaran batubara

dari daerah penyelidikan. Nampak seolah-

hasil penyelidikan lapangan (Gmbar 5)

olah di dalam peta topografi sungai ini

dapat dilihat bahwa singkapan-singkapan

memisahkan antara satuan batuan tersier

batubara dijumpai pada Formasi Steenkool,

di sebelah barat dan satuan batuan pra-

dimana Formasi Steenkool ini sebelumnya

tersier di sebelah timur. Batuan tersier pada

tidak ada pada peta geologi regional yang

daerah penyelidikan terdiri atas Formasi

telah diterbitkan oleh P3G. Sehingga perlu

Steenkool,

adanya perubahan dan penambahan batas

Sirga

area formasi pembawa batubara, yaitu

Sedangakan batuan pra-tersier, terdiri atas

Formasi Steenkool. Penambahan batas

Formasi Jaas, Formasi Tipuma, Formasi

Formasi Steenkool ini karena ditemukannya

Ainim, Batulumpur Aifat, Formasi Aimau,

singkapan

Formasi Aisasjur, dan Formasi Kemum.

batubara

bersangkutan.

Dan

di

area

Formasi

yang

Batugamping

dan

Kais,

Batugamping

Faumai.

Steenkool

merupakan salah satu formasi lapisan

Morfologi Daerah Penyelidikan

pembawa

Satuan

batubara



Formasi

Coal

Bearing

Formation “ yang berumur Pliosen.

morfologi

daerah

penyelidikan

terdiri atas perbukitan terjal-bergelombang
dan morfologi dataran.

Selanjutnya

tahapan

pengolahan

data

adalah mengkorelasikan titik singkapan

Satuan

yang telah ditemukan dengan lokasi lainnya

Bergelombang tersebar di bagian timur

dalam peta geologi, dan membuat sebaran

daerah penyelidikan dengan menempati

lapisan batubara. Setelah mengetahui hasil

sekitar 70 % dari seluruh luas daerah

korelasi lapisan batubara, di dalam peta

penyelidikan, dan batuan dibawah satuan

geologi tersebut dibuat model/penampang

morfologi ini umumnya terdiri dari susunan

dari peta geologi yang mewakili semua

batuan keras pra-tersier.

formasi batuan, terutama formasi pembawa

Satuan Morfologi Dataran, menempati 30

batubara

terdapat

% dari daerah penyelidikan, menempati

singkapan batubara yang telah ditemukan

bagian barat dari daerah penyelidikan.

di lapangan.

Terdiri atas batuan lunak yang tersusun

yang

didalamnya

Morfologi

Perbukitan

Terjal

atas batuan sedimen tersier.
HASIL PENYELIDIKAN
Aliran sungai umumnya mempunyai pola
Geologi Daerah Penyelidikan

dendritik, sebagian mempunyai pola sub-

Secara umum geologi daerah penyelidikan

paralel pada daerah yang diindikasikan

termasuk ke dalam Cekungan Salawati dan

adanya struktur sesar batuan dibawahnya.

Bintuni, yang disusun oleh sedimen tersier

Sungai-sungai yang mengalir di daerah

dan pra-tersier. Pada daerah penyelidikan

penyelidikan umumnya merupakan sungai

ini terdapat sebuah sungai utama, yaitu

kecil dan lebar, serta alur-alur yang berair

sungai anak Kamundan bagian hulu yang

kecil, namun beberapa sungai besar juga

360

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

mengalir di daerah penyelidikan dengan

Akhir-Pleistosen. Arah sebaran batubara

lebar hingga mencapai 100 m, seperti

adalah Baratlaut – Tenggara. Hasil korelasi

sungai Kemum dan Anak Kemundan.

dan interpretasi singkapan, didapatkan 3

Sungai tersebut mengalir kearah Selatan

buah lapisan batubara, dengan ketebalan

daerah

10 – 15 cm. Lapisan batubara ini ditemukan

penyelidikan

dan

selanjutnya

bermuara ke Sungai Kamundan.

dari penemuan tiga buah singkapan di
lapangan, di sekitar kampung Bori, sebelah

Stratigrafi Daerah Penyelidikan

barat

Stratigrafi daerah penyelidikan di bagian

singkapan batubara berkisar antara 21

barat ditempati oleh satuan batuan tersier,

daerah

penyelidikan.

Kemiringan
o

-

o

24 .

seperti Formasi Steenkool, Batugamping
satuan

Batugamping

Faumai. Sedangakan di bagian tengah dan

batuan yang terletak di bagian barat daerah

barat didominasi oleh satuan batuan pra-

penyelidikan,

tersier, yang terdiri atas Formasi Jass,

lapangan berupa campuran boundstone,

Formasi

grainstone, packestone dan wackestone,

Tipuma,

Formasi

Ainim,

Batulumpur Aifat, Formasi Aimau, Formasi

Kais,

merupakan

Kais, Formasi Sirga dan Batugamping

dengan

kenampakan

di

dan berumur Miosen Awal – Akhir.

Aisasjur dan Formasi Kemum. Kelompok
formasi batuan pra-tersier ini umumnya

Formasi Sirga, merupakan satuan batuan

mempunyai

terjal

tersier di bawah batugamping kais, dengan

bergelombang. Hal ini dicirikan dari peta

kenampakan batuan di lapangan berupa

kontur

batulanau, batulumpur gampingan, sedikit

morfologi

topografi

perbukitan

yang

rapat

dan

kenampakan kondisi morfologi di lapangan

konglomerat,

berupa perbukitan tinggi yang mempunyai

Miosen.

o

kemiringan berkisar 60

o

- 70 . Formasi

dan

berumur

Oligosen-

Batugamping Faumai, merupakan satuan

Steenkool dan Ainim merupakan formasi

batuan

pembawa batubara. Tabel stratigarfi daerah

wackestone

penyelidikan dapat dilihat pada gambar 6.

dengan umur Eosen-Oligosen.

Adapun

susunan

Formasi Jaas, merupakan satuan batuan

stratigrafi daerah penyelidikan tersebut di

pra-tersier berupa batulumpur gampingan,

atas, dapat diuraian sebagai berikut :

batupasir dan batulanau, yang berumur

mengenai

rincian

tersier
dan

berupa

Grainstone,

batugamping

pasiran,

Kapur.
Formasi Steenkool, merupakan formasi
pembawa batubara, dimana kenampakan di

Formasi Tipuma, merupakan satuan batuan

lapangan

adanya

pra-tersier berupa batulempung lanauan,

batulempung pasiran, batu lumpur mikaan-

batulanau, greywacke, yang berumur Trias-

gampingan,

Jura.

dicirikan

batupasir,

oleh

dan

sedikit

konglomerat, serta adanya lapisan tipis
batubara. Umur formasi ini adalah Miosen

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

361

Buku 1 : Bidang Energi

Formasi Ainim, merupakan satuan batuan

Potensi Endapan Batubara

pra-tersier yang terdiri atas serpih lanauan,

Berdasarkan dari data hasil singkapan

batupasir, greywacke, yang berumur Perm

batubara di lapangan, secara fisik dan

Akhir. Formasi ini diindikasikan adanya

megaskopis

batubara,

fisik/megaskopis dengan endapan batubara

tetapi

di

lapangan

tidak

ditemukan adanya batubara.

mempunyai

kesamaan

ciri

pada Formasi Steenkool di wilayah bagian
Selatan

daerah

penyelidikan.

Sebaran

Formasi Aifat, merupakan satuan batuan

endapan batubara ini tersebar secara spot-

pra-tersier berupa batulumpur gampingan,

spot di sekitar Kampung Bori, Ayawasi.

batunapal, batupasir yang berumur Perm.

Dimana kampung ini merupakan desa yang
paling jauh dari akses jalan wilayah dan

Formasi Aimau, satuan batuan ini dicirikan

merupakan desa yang terdekat di daerah

dengan adanya konglomerat, batupasir,

Ayawasi,

serpih, greywacke, yang berumur Perm

ditemukan.

Awal.

Formasi Ainim tidak ditemukan di sekitar

dimana

singkapan

Sedangkan

batubara

batubara

pada

lokasi penyelidikan. Oleh sebab itu sebaran
Formasi
batuan

Aisasjur,
pra-tersier

batupasir,

merupakan
berupa

batulanau,

satuan

batubara hanya didapatkan pada Formasi

greywacke,

Steenkool saja. Sebaran ini secara lateral

sabak

yang

diperkirakan berumur Devon.

tidak

cukup

luas

kemiringan

dan

didapatkan

panjang,
tiga

dan

lapisan

batubara.
Formasi

Kemum,

merupakan

satuan

batuan pra-tersier yang berumur paling tua

Penghitungan

di daerah penyelidikan, berupa batusabak,

berdasarkan

filit, greywacke, batupasir kuarsa yang

Daya dan Cadangan Batubara Standar

diperkirakan berumur Silur-Devon.

Nasional Indonesia (SNI) Amandemen I –

sumberdaya
acuan

batubara

Klasifikasi

Sumber

SNI No. 13-5014-1998, disebutkan bahwa
kriteria ketebalan minimum yang dihitung

STRUKTUR GEOLOGI

adalah lapisan batubara yang mempunyai
Strukur geologi yaang berkembang di

ketebalan lebih dari 1 meter. Oleh karena

daerah

data

penyelidikan

adalah

monoklin,

singkapan

yang

ditemukan

di

dimana menempati di bagian barat dari

lapangan

daerah penyelidikan, dan secara umum

interpretasi sebaran lapisan batubara, tidak

berada

didapatkan

pada

formasi

batuan

tersier.

dan

hasil

batubara

korelasi

yang

serta

mempunyai

Struktur ini mungkin disebabkan akibat

ketebalan

sesar

penghitungan sumber daya berdasarkan

yang

terjadi

selama

Pliosen-

di

atas

1

meter,

maka

Pleistoesen. Sementara di bagian timur,

SNI

hanya diindikasikan adanya rekahan/sesar-

sumber daya batubara nasional. Namun

sesar minor pada batuan pre-tersier.

untuk kepentingan informasi dan kajian

tidak

memenuhi

kriteria

sebagai

geologi, kami menghitung perkiraan sumber

362

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

daya batubara di wilayah ini. Dengan

terbatas.

catatan

mencari beberapa singkapan di sekitar

bahwa

kriteria

sumber

daya

batubara tidak termasuk dalam SNI yang

Namun

perlu

kiranya

untuk

daerah penyelidikan.

telah diterbitkan oleh BSN.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam penghitungan sumberdaya batubara
pada tabel 3, didapatkan total sumberdaya

Kegiatan penyelidikan batubara di Ayawasi

batubara sebesar 162.583 ton, dengan

adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

batasan kedalaman mencapai 50 meter.

mengetahui

akan

Dan panjang lapisan lateral searah strike

keberadaaan

batubara

dibatasi sejauh 500 meter.

Sehingga kegiatan ini dapat menambah
informasi

Prospek

Pemanfaatan

dan

setempat

terhadap
dan

adanya
di

potensi

wilayah

ini.

Dalam penghitungan sum
daerah

potensi

pengembangan

wilayah

Pengembangan Batubara

secara umumnya. Dari semua uraian yang

Dari hasil analisa kualitatif secara kimiawi,

telah di sebutkan pada bab sebelumnya,

nilai kalori endapan batubara adalah 5.282

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

– 5.482 kal/gr (adb). Nilai ini menunjukkan
bahwa rank batubara tersebut adalah ‘low

1) Secara

umum

geologi

daerah

– medium’. Demikian pula dari kandungan

penyelidikan

total moisture (ar) cukup tinggi berkisar dari

Cekungan

44,38

zat

dimana morfologi daerah penyelidikan

39,60%.

terdiri atas 70 % morfologi perbukitan

Berdasarkan hal tersebut di atas secara

terjal dan selebihnya adalah morfologi

kualitas batubara di daerah penyelidikan

dataran.



terbang,

46.72%

dan

antara

38,63

kandungan


termasuk
Salawati

ke

dalam

dan

Bintuni,

merupakan batubara kualitas rendah –

2) Geologi daerah penyelidikan secara

sedang. Oleh sebab itu peningkatan kadar

umum terdiri dari Formasi Steenkool,

kalori perlu adanya pencampuran/blending

Batugamping Kais, Formasi Sirga, dan

dengan batubara yang mempunyai kualitas

Batuan Pra-Tersier yang terdiri atas

yang lebih tinggi, agar rank batubara

Formasi

Jass,

Formasi

semakin

Formasi

Ainim,

Batulumpur

tinggi.

Dan

hal

ini

perlu

Tipuma,
Aifat,

pengelolaan dan teknologi lebih lanjut

Formasi Aimau, Formasi Aisasjur dan

sebagai upaya dalam hal peningkatan nilai

Formasi Kemum. Formasi Steenkool

kualitas rank batubara.

merupakan formasi pembawa batubara,
sedangkan

batubara

pada

Formasi

Dalam segi sumber daya batubara yang

Ainim tidak ditemukan di lapangan.

didapatkan, masih kurang besar. Demikian

3) Hasil lapangan mendapakan 3 titik

pula

sebaran

singkapan batubara dengan ketebalan

batubara, selama di lapangan tidak kami

lapisan batubara cukup tipis, berkisar

temukan singkapan yang berada secara

antara 0,1 – 0,15 meter.

lateral

dari

segi

kemenerusan

kemenerusannya

dan

sangat

4) Dari hasil analisa kimia didapakan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

363

Buku 1 : Bidang Energi

bahwa batubara di daerah penyelidikan

Conven, p. 385-38.

merupakan katagori batubara rendah –
sedang dengan nilai kalori sebesar
5.282 – 5.482 kal/gr (adb)
5) Perhitungan

3) Pigram, C.J. and Sukanta, U. (1979),
Geology Lembar Taminabuhan, Irian

sumber

daya

untuk

keperluan informatif dan kajian geologi

Jaya,

Pusat

Penelitian

dan

Pengembangan Geologi, Indonesia.

(bukan dalam klasifikasi berdasarkan
SNI), didapatkan sebesar 162.583 ton.

Suryana,
Khusus

Asep


dkk.

Potensi

(1992),

Publikasi

Endapan

Batubara

Kemudian saran yang dapat dikemukakan

Daerah Ayata, Aisa, Kamat, Kecamatan

pada

Ayawasi, Kabupaten Sorong, Propinsi Irian

laporan

pendahuluan

ini

adalah

sebagai berikut :

Jaya, Direktorat Sumber Daya Mineral

1) Mengingat kondisi geografis daerah
penyelidikan
secara

sangat

morfologi,

komplek,

baik

sarana

dan

prasarana yang menunjang, minimnya
informasi singkapan batubara, dan lain
sebagainya, maka perlu adanya kajian
yang lebih detil dan komplek lagi.
Sehingga tercapainya sasaran yang
diinginkan.
2) Perlu adanya informasi data dukung
yang

lebih

dari

bersangkutan,
PEMDA

daerah

yang

khususnya

terkait,

dan

pihak
informasi

masyarakat lokal setempat.

DAFTAR PUSTAKA
1) Cockroft, P.J. Gamber, D.A. and
Hermawan, H.M. (1984), Fracture
Ditection in Slawati Basin of Irian Jaya,
Proc. Indon. Petrol. Assoc,Thirteenth
Ann. Conven, p. 125-150.
2) Pigram, C.J. and Panggabean, H.
(1981),

Pre-Tertiary

Geology

of

Western Irian Jaya and Misol Island,
Implications

of

Development of

the

Tectonic

Eastern Indonesia

Proc. Indon. Petrol. Assoc,Tenth Ann.

364

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

No.

Kode

Lintang

Bujur

1.

BR-01

1O 11’ 17,9’’

132O 32’ 21,9’’

2.

O

BR-02

3.

1 11’ 57,8’’
O

BR-03

1 12’ 53,1’’

Strike/

Tebal

Dip

(m)

Lokasi

152/21

0,15

Hulu S. Ara

O

149/21

0,10

S. Ara

O

158/24

0,12

Sungai Era

132 32’ 10,5’’
132 32’ 15,1’’

Tabel 1. Singkapan Batubara di Daerah Penyelidikan

ANALISA
Seam

Kode

Total

Conto

Moisture
(%)

Volatile

FC

Abu

Matter (%)

(%)

(%)

Total
Sulfur

Nilai Kalori
(cal/gr)

(%)

1

BR-01

40,19

38,84

42,44

7,80

3,57

5415

2

BR-02

37,94

39,60

42,53

7,49

3,41

5482

3

BR-03

39,55

38,63

42,49

8,88

4,44

5282

Tabel 2. Analisa Kimia Batubara di Daerah Penyelidikan

Tebal

Dip

(m)

(α)

1

0,15

21

0,36

2

0,10

21

0,36

3

0,12

24

0,41

Seam

Sin α

Lebar
(m)

BJ
Pjg (m)

(Ton/m3
)

2348
50

2441

Sumber Daya Batubara
(ton)
67.016

1.37

2450

46.447
49.120

Total

162.583

Tabel 3. Sumberdaya batubara di daerah Ayawasi dan sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

365

Buku 1 : Bidang Energi

Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 1. Peta Distrik Kabupaten Sorong Selatan

Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 2. Peta Lokasi Daerah Ayawasi dan Sekitarnya

366

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

Lokasi Daerah Penyelidikan
Gambar 3. Peta Geologi Daerah Penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

367

Buku 1 : Bidang Energi

Gambar 4. Stratigrafi Regional Daerah Penyelidikan

368

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

Buku 1 : Bidang Energi

Gambar 5. Peta Geologi dan Sebaran Batubara Daerah ayawasi dan Sekitarnya

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009

369

Buku 1 : Bidang Energi

Gambar 5. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

370

Prosiding Hasil Kegiatan Lapangan Pusat Sumber Daya Geologi Tahun 2009