ANALISIS PRODUKSI NILAM DAN NILAI TAMBAH PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA | Juniardi | JSTT 6943 23173 1 PB

(1)

68

ANALISIS PRODUKSI NILAM DAN NILAI TAMBAH

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI

DI KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA

Mohammad Taufik Hardian Juniardi1, Made Antara dan Hadayani2

hardian_chaky@yahoo.com

1 (Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Staf Pengajar Program Studi Magister Agribisnis Pascasarjana Universitas Tadulako) Abstract

The purpose of this study was to; (1) To determine the effect of production inputs of land, seed, fertilizer urea, liquid fertilizer, and labor on farm production patchouli in Donggala District of South Banawa, (2) To determine the value added in the oil refining business in the District of South Banawa District Donggala. The research was conducted in January to April 2015. The population in this study farmers who grow patchouli patchouli in the District of South Banawa, amounting to 120 people and business owners distillation of patchouli, amounting to 1 person. Sampling in this study using a random method (simple random sampling). The number of samples taken patchouli farmers as many as 36 people, owners and labor 6 oil refining business, so the total number of samples as many as 43 people. Based on the results of the analysis showed that simultaneous (Test-F) Xi variables significant at α = 5%, while the partial all input variables used significant effect on production (Y). These variables are the land area (X1), patchouli seeds (X2), urea (X3), liquid fertilizers (X4) and labor (X5). Based on these results indicate that the patchouli farming in South Banawa Regional District of Donggala been rational, meaning that the use of existing production inputs is optimal, so that the results can be maximized. Value added is the difference between the value of output, the contribution of other inputs and raw material prices. The income of added value by oil refining business in the District of South Banawa Rp 3,257 means that for every 1 kg of raw material will generate output patchouli essential oil of Rp 3,257/production process and the ratio of added value to the output value is 36.19 with the understanding that every 1 kg of patchouli essential oil will be processed into value-added gain of 36.19%.

Keywords: Patchouli, Essential Oils, Production and Value Added.

Sebagai salah satu negara yang mempunyai potensi besar pada sektor pertanian, maka sektor agribisnis di Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan perekonomian negara. Sektor pertanian dengan segala output yang dihasilkannya merupakan sector yang cukup tangguh dibandingkan dengan sektor lainnya. Teruji saat Indonesia dilanda krisis ekonomi. Produk dari sektor pertanian justru menjadi salah satu sumber devisa negara. Komoditas penghasil devisa itu berasal dari sub-sektor perkebunan (Soekartawi, 2003)

Lahan pertanian yang luas saat ini merupakan faktor produksi yang penting, dimana kebutuhan lahan pertanian semakin meningkat baik untuk keperluan pertanian, pemukiman, usaha perkebunan dan industri. Dewasa ini keadaan di daerah pedesaan sudah sangat berubah sebagai akibat dari pembangunan. Lahan pertanian yang dulunya luas kini menjadi semakin sempit. Sempitnya lahan pertanian akan mengakibatkan penduduk yang menggantungkan kehidupannya di sektor pertanian kehilangan mata pencaharian sehingga menambah pengangguran. Oleh karena itu perlu diusahakan agar kegiatan


(2)

ekonomi dan kesempatan kerja di luar sektor pertanian tumbuh dengan pesat sehingga dapat menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja yang selalu bertambah (Todaro, 2000).

Komoditas perkebunan mempunyai prospek cukup baik karena cocok diusahakan dipedesaan dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani dan memperluas kesempatan kerja di wilayah pedesaan. Nilam (Pogostemon cablin Benth) atau dalam pedagangan internasional dikenal dengan nama Patchouli oil adalah salah satu tanaman perkebunan penghasil minyak atsiri yang memiliki nilai ekonomis tinggi baik di pasar nsional maupun internasional. Tanaman nilam dipercaya berasal dari Filipina dan pada awalnya diusahakan di Indonesia di daerah Aceh. Nilam merupakan salah satu dari 150-200 spesies tanaman penghasil minyak atsiri dan di Indonesia baru sekitar 15 spesies yang diusahakan secara komesial (Surjono, 2007).

Penanaman tanaman nilam sangat potensial bila dilakukan dengan membentuk kelompok tani yang akan dibina untuk menjadi pelaku usaha minyak nilam yang handal. Tanaman nilam memiliki prospek ekonomi cukup baik bila dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak atsiri lainnya. Adanya peluang ekspor mendorong semakin kuatnya upaya untuk mengembangkan tanaman nilam di wilayah Indonesia. Minyak nilam yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) merupakan minyak atsiri utama yang diperdagangkan di pasar International (Winarti dkk, 2005).

Minyak nilam Indonesia sudah menjadi kebutuhan pasar ekspor dan pasar dalam negeri atau domestik. Hal ini dimungkinkan karena minyak nilam bisa dipergunakan sebagai bahan pengobatan aromaterapi, bahan baku dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi

sangat bermanfaat selain penyembuhan tubuh secara fisik juga dapat menyembuhkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan penyakit mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam juga bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya. (Kadir, 2007).

Pengembangan perkebunan tanaman nilam yang terdapat di Sulawesi Tengah saat ini berada di wilayah Kabupaten Donggala. Pengembangan perkebunan tanaman nilam di wilayah tersebut selain kakao diarahkan untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani. Komoditas ini sangat sesuai dengan kondisi cuaca dan iklim serta tersediannya peluang pasar untuk pengembangan komoditas tersebut. Pengembangan usaha tani nilam tidak banyak menuntut biaya dan tenaga kerja, serta pangsa pasar yang cukup baik.

Menyadari besarnya peranan petani dalam meningkatkan hasil produksi tanaman nilam dan minat pengusaha penyulingan nilam dalam merangkul petani untuk bekerja sama dalam penyaluran hasil produksinya. Pertanyaan muncul berkaitan dengan usahatani nilam adalah faktor produksi manakah yang berpengaruh terhadap produksi nilam di Kecamatan Banawa Selatan dan apakah hasil olahan nilam menjadi minyak atsiri memiliki tingkat pendapatan yang baik bagi petani nilam, dengan demikian maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Produksi Nilam dan Nilai Tambah Minyak Atsiri Di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala” dengan alasan bahwa petani pada wilayah tersebut masih aktif membudidayakan tanaman nilam dan terdapat pembina petani nilam sekaligus berusaha memberikan sentuhan teknologi pada tanaman nilam untuk mendapatkan nilai tambah dengan cara melakukan penyulingan nilam menjadi minyak atsiri.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian


(3)

ini yaitu : 1) Berapa besar pengaruh input produksi luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk cair, serta tenaga kerja terhadap produksi nilam di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. 2)Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dalam menyuling nilam menjadi minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengetahui pengaruh input produksi luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk cair, serta tenaga kerja terhadap produksi usahatani nilam di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala. 2) Mengetahui nilai tambah pada usaha penyulingan minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dan memberikan sumbangan pengetahuan bagi pembaca serta para pelaku usaha tani dalam peningkatan peroduksi dan nilai tambah khususnya tanaman nilam dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi Pemerintah Kabupaten Donggala dalam mengambil kebijakan terhadap pembangunan perkebunan, serta diharapkan menjadi acuan bagi para peneliti yang berminat untuk penelitian dalam bidang yang sama.

METODE

Jenis penelitian dalam penulisan tesis ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode survei dengan cara mengumpulkan informasi secara sistematik yang dilakukan terhadap responden dengan maksud agar penulis dapat memahami dan mengetahui keadaan rill yang terdapat di lapangan. Data yang terkumpul dari responden selanjutnya akan melaui tahap tabulasi data kuisioner, pengadministrasian dan menganalisis data hasil dari kuisioner yang selanjutnya akan dijelaskan secara deskriptif.

Lokasi penelitian ini bertempat di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten

Donggala. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Banawa Selatan, masih membudidayakan tanaman nilam dan terdapat pembina petani nilam yang sekaligus berusaha memberikan sentuhan teknologi pada tanaman nilam untuk mendapatkan nilai tambah dengan cara melakukan penyulingan nilam menjadi minyak atsiri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – April 2015

Populasi adalah suatu pengertian abstrak yang menunjukan totalitas dari seluruh obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini petani nilam yang menanam nilam di Kecamatan Banawa Selatan yang berjumlah 120 orang dan pemilik usaha penyulingan nilam yang berjumlah 1 orang.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode acak sederhana

(simple random Sampling), dengan metode

tersebut, diharapkan sampel yang diambil bersifat representatif atau dapat mewakili karakteristik populasi yang ada, Apa bila populasi kurang dari 100 orang, maka sebaiknya semua anggota terpilih, sehingga merupakan penelitian sensus. Jika jumlah populasi lebih dari 100 orang, dapat diambil sampel 10, 15, 20, 25 % atau lebih dari populasi (Arikunto, 2006). Jumlah sampel petani nilam yang diambil sebanyak 30 % atau 36 orang dan 1 pemilik usaha pengolahan nilam menjadi minyak atsiri.

Jenis data yang dikumpulkan dalam mendukung kelengkapan dari penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari melalui wawancara dengan petani nilam dan pemilik usaha penyulingan nilam menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Data sekunder merupakan data penunjang untuk data primer yang diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tengah, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Perkebunan Kabupaten Donggala.


(4)

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu diperoleh dengan cara observasi dan wawancara langsung menggunakan kuisioner sebagai metode yang dipilih dalam mengumpulkan data primer dari responden yang mencakup beberapa pertanyaan berkaitan dengan produksi tanaman nilam. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan, ditabulasi menurut jenisnya untuk tahap pengolahan data dan dianalisis.

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani tanaman nilam, digunakan analisis fungsi produksi Cobb-Douglas yaitu dengan rumus

Untuk memudahkan perhitungan dari persamaan di atas, maka diubah menjadi bentuk linier berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi:

Keterangan :

Y = Produksi (kg) bo = Konstan (intercept)

X1 = Luas lahan (ha)

X2 = Bibit (stek)

X3 = Pupuk urea (kg)

X4 = Pupuk cair (liter)

X5 = Tenaga kerja (HOK)

μ = Kesalahan Pengganggu

Pengujian hipotesis koefisien regresi secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F, dengan demikian dapat diketahui pengaruh sekelompok variabel bebas secara bersama – sama terhadap variabel tidak bebas (Firdaus, 2004). Rumus F hitung adalah :

Keterangan :

KT : Kuadrat tengah db : derajat bebas Bentuk hipotesis :

H0 : bi = 0

Ha : minimal satu bi ≠ 0

Kriteria keputusan

Jika : F hitung > F tabel, maka H0 ditolak

dan Ha diterima

F hitung ≤ F tabel, maka H0 diterima Ha

ditolak

Pengaruh variabel secara individu dapat diketahui dengan menggunakan uji statistic t atau T-test dengan persamaan sebagai berikut :

Keterangan :

bi =

Nilai koefisien regresi variable ke - i

δ

bi

=

Standar deviasi variable ke – i Bentuk Hipotesis :

H0 : bi = 0

H1 : bi ≠ 0

Kriteria Keputusan

Jika : t hitung > t tabel, maka H0 ditolak

t hitung ≤ t table, maka H1 ditolak

Hayami dkk, (1987) menyatakan bahwa nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Sumber-sumber dari nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen. Kegiatan subsistem pengolahan alat analisis yang sering digunakan adalah alat analisis nilai tambah. Alat analisis ini dikemukakan oleh Hayami. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan analisis nilai tambah sebagai berikut ;

Y = aX1b1 X2b2 X3b3 X4b4+ X5b5 eμ

ln Y = ln bo + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3

+ b4 ln X4 + b5 ln X5+ μ

i i b b hitung t

  

ℎ� = � . � �

� . �

KT =


(5)

Tabel 1. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah menurut Metode Hayami (1987).

No Variabel Nilai

Output, Input dan Harga

1 Output (minyak atsiri/kg) A

2 Bahan Baku (Nilam) B

3 Tenaga kerja (Jam/produksi) C

4 Faktor konversi D= A/B

5 Koefisien tenaga kerja E= C/B

6 Harga Output F

7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/Jam) G

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga bahan baku H

9 Sumbangan input lain I

10 Nilai output J= D x F

11 a. Nilai tambah K= J-I-H

b. Rasio nilai tambah L%= (K/J) x 100%

12 a. Imbalan tenaga kerja M= E x G

b. Bagian tenaga kerja N%= (M/K) x 100%

13 a. Keuntungan O= K-M

b. Tingkat keuntungan P%= (O/K) x 100%

Sumber: Hayami, 1987.

Kelebihan dari analisis nilai tambah Hayami adalah:

1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output dan produktivitas produksi 2. Dapat diketahui besarnya balas jasa

terhadap pemilik-pemilik faktor produksi.

Prinsip analisis nilai tambah menurut Hayami dapat diterapkan pula untuk subsistem lain diluar pengolahan, misal untuk kegiatan pemasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hipotesis produksi usahatani nilam di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala dipengaruhi oleh luas lahan, bibit, pupuk urea, pupuk cair dan tenaga kerja dilakukan dengan mengetahui penggunaan masing-masing faktor produksi (Xi) yang

memberikan pengaruh terhadap produksi (Y). Faktor-faktor produksi mana yang memberikan pengaruh tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi produksi melalui metode ordinares liest

square (OLS) Method dengan bantuan alat

analisis komputer. Model non linier berganda Fungsi Produksi Cobb-Douglass disajikan seperti pada tabel berikut.


(6)

Tabel 2. Hasil analisis regresi fungsi produksi usahatani nilamdi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

Dependent Variable: PRO Method: Least Squares Date: 05/25/15 Time: 23:33 Sample: 1 36

Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

LLH 0.446679 0.110709 4.034709 0.0003

BBT 0.284612 0.078542 3.623684 0.0011

PPU 0.044374 0.024431 1.816295 0.0793

PPC 0.112660 0.065552 1.718635 0.0960

TKR 0.148130 0.072993 2.029368 0.0514

C 4179.667 787.5621 5.307095 0.0000

R-squared 0.974796 Mean dependent var 7826.167

Adjusted R-squared 0.970595 S.D. dependent var 587.3164

S.E. of regression 100.7121 Akaike info criterion 12.21342

Sum squared resid 304287.9 Schwarz criterion 12.47734

Log likelihood -213.8416 F-statistic 232.0559

Durbin-Watson stat 1.700651 Prob(F-statistic) 0.000000

Data Primer diolah, 2015

Tabel hasil analisis menunjukan bahwa, Adjusted R-squared adalah 0.970595 yang berarti bahwa 97,05% keragaman hasil produksi usahatani nilam (Y) yang diperoleh petani/responden dapat diterangkan atau dijelaskan secara serentak oleh keragaman luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk urea (X3),

pupuk cair (X4), dan (X5) tenaga kerja,

sedangkan sisanya sebanyak 2,95%

diterangkan oleh variabel lain yang turut menentukan tetapi tidak termuat dalam model. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa model penduga yang digunakan sangat cocok dengan data yang tersedia dalam penelitian ini.

Hasil analisis fungsi produksi tersebut, dapat dibuat persamaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass sebagai berikut.

Y* = 4179,667**+ 0,446679X1**+0,284612X2** + 0,044374X3 ** + 0,112660X4** + 0,148130X5 **

(5,307095) (4,034709) (3,623684) (1,816295) (1,718635) (2,029368)

Dimana :

** = α 5%

Y = Produksi Nilam (Kg) X1 = Luas Lahan (Ha)

X2 = Bibit (Stek)

X3 = Pupuk Urea (Kg)

X4 = Pupuk Cair (Ltr)

X5 = Tenaga Kerja (HOK)

Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (Xi) secara individual terhadap

variabel terikat (Y) dengan menggunakan

statistik uji, yakni uji t. Pengaruh dari masing-masing faktor input terhadap produksi usahatani nilam di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten donggala dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Luas Lahan (X1)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa luas lahan memiliki koefisien regresi sebesar 0.446679. Artinya; setiap penambahan luas lahan untuk usahatani nilam sebesar 5%, akan meningkatkan produksi nilam sebesar 0.446679% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan.


(7)

Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa luas lahan 4.034709 > t-tabel 1,68830 sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi

demikian menunjukkan bahwa luas lahan baik secara keseluruhan maupun secara individu berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Luas lahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi petani nilam yang berada di Kecamatan Banawa Selatan. Luas lahan yang dikelola petani dari jumlah responden sebanyak 36 petani rata-rata mempunyai luas 1 ha/petani.

2) Bibit (X2)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, koefisien regresi bibit nilam sebesar 0.284612. Artinya; setiap penambahan bibit nilam sebanyak 5%, akan mengakibatkan meningkatnya produksi nilam sebesar 0.284612% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung bibit dalam usahatani nilam sebesar 3,623684 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa,

bibit nilam secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan 95%.

Bibit nilam merupakan salah satu faktor penting dalam berusahatani nilam. Penggunaan bibit nilam di Kecamatan Banawa Selatan sudah sesuai dengan aturan penggunaan bibit nilam yang ada. Jumlah dan penggunaan bibit nilam yang tepat dapat meningkatan produksi, karena semakin banyak bibit yang digunakan dan semakin banyak jumlah bibit yang ditanam hasil cabang atau ranting bekas panen akan mempunyai cabang yang banyak juga. Rata-rata penggunaan bibit nilam di Kecamatan banawa Selatan adalah 18.253 stek/ha. Anjuran umum dalam penanaman nilam dengan jarak 1 x 1 meter dengan penggunaan bibit sebanyak 1 sampai 3 stek per lubang tanam.

3) Pupuk Urea (X3)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, besarnya koefisien regresi dosis pemupukan menggunakan pupuk urea sebesar 0,044374. Artinya, bahwa setiap penambahan 5%, dosis pupuk urea dalam berusahatani nilam akan meningkatkan produksi usahatani nilam sebesar 0,044374% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung dosis pemupukan nilam sebesar 1.816295 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi seperti

ini berarti bahwa, dosis pemupukan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi usahatani nilam dengan tingkat kepercayaan 95%.

Penggunaan dosis pupuk urea dalam usahatani nilam dengan menggunakan analisis produksi menunjukkan bahwa pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi nilam. Rata-rata penggunaan pupuk urea yang digunakan petani diwilayah ini 48 kg/ha, sedangkan pengaplikasiannya masih tergolong rendah, yaitu satu kali penggunaan dalam satu kali produksi dengan jangka waktu 3x dalam setahun.

4) Pupuk Cair (X4)

Pengujian secara parsial analisis produksi menunjukkan bahwa, koefisien regresi penggunaan dosis pupuk cair sebesar 0.112660, artinya bahwa setiap penambahan 5% dosis pupuk cair meningkatkan produksi nilam sebesar 0.112660%, dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung dosis pemupukan nilam sebesar 1.718635 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi

demikian berarti bahwa penambahan dosis pupuk cair secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan 95%.

Penggunaan dosis pupuk cair yang diperoleh dilapangan rata-rata 13 liter/ha, dengan pengaplikasian sebanyak satu kali dalam produksi. Tingkat kesuburan tanah


(8)

diwilayah penelitian ini masih tergolong sangat subur, sehingga petani hanya sedikit menggunakan faktor peningkat produksi seperti pupuk cair.

5) Tenaga Kerja (X5)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, koefisien regresi jumlah tenaga kerja adalah 0.148130. Artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja 5% akan mengakibatkan meningkatnya produksi usahatani nilam sebesar 0.148130% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung jumlah tenaga kerja sebesar 0.148130 > t-tabel 1,68830, sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Kondisi

demikian ini berarti bahwa, penambahan tenaga kerja secara parsial berpengaruh signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Pengujian analisis produksi Cobb-Douglass pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujianto (2012), Analisis Produksi Nilam pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Kencana Jaya Kecamatan Bantarkarung Kabupaten

Brebes, dengan menggunakan α 5% bahwa

semua variabel berupa luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Perhitungan nilai tambah produksi usaha penyulingan minyak atsiri disajikan pada tabel berikut;

Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah Usaha Penyulingan Minyak Atsiri, Menggunakan Metode Hayami.

Variabel Nilai Cara Hitung Hasil

1 2 3 4

Output, Input dan Harga

Hasil Produksi Minyak Atsiri (Kg) 1 288

Bahan Baku Nilam (Kg) 2 14.400

Tenaga Kerja (Orang) 3 144

Faktor Konversi 4 1/2 0,02

Koofisien Tenaga Kerja 5 3/2 0,01

Harga Produk (Rp/Kg) 6 450.000

Upah Tenaga Kerja (Rp/Org) 7 86.666

Penerimaan dan Keuntungan

Harga Bahan Baku Nilam (Rp/Kg) 8 5.000

Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 9 743

Nilai Produksi (Rp/Kg) 10 4x6 9.000

Nilai Tambah (Rp/Kg) 11a 10-9-8 3.257

Rasio Nilai Tambah (%) 11b (11a/10)x100% 36,19

Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 12a 5x7 867

Pangsa Tenaga Kerja (%) 12b (12a/11a)x100% 26,61

Keuntungan (Rp/Kg) 13a 11a-12a 2.390

Tingkat Keuntungan (%) 13b (13a/11a)x100% 73,39 Balas Jasa Faktor Produksi

Marjin (Rp/Kg) 14 10-8 4.000

Imbalan Tenaga Kerja (%) 14a (12a/14)x100% 21,67

Sumbangan Input Lain (%) 14b (9/14)x100% 18,58

Keuntungan Pemilik Modal (%) 14c (13a/14)x100% 59,76 Sumber : Data primer diolah, 2015


(9)

Tabel tersebut menunjukan perhitungan nilai tambah usaha penyulingan minyak atsiri. Berdasarkan perhitungan yang menggunakan metode Hayami, usaha penyulingan minyak atsiri melakukan kegiatan sebanyak 24 kali produksi dalam 1 bulan, dengan penggunaan bahan baku nilam sebanyak 14.400 kg/bulan dan menghasilkan minyak atsiri sebanyak 288 kg/bulan. Harga beli daun nilam berkisar Rp 4.000 – 6.000/kg, sehingga harga rata-rata yang diperoleh untuk bahan baku penyulingan adalah sebesar Rp. 5.000/kg. Faktor konversi dari bahan baku daun nilam menjadi minyak atsiri sebesar 0,02 atau 2%, yang berarti setiap satu kilogram daun nilam yang disuling akan menghasilkan 0,02 kg minyak atsiri.

Jumlah input rata-rata tenaga kerja yang diserap oleh usaha pengolahan minyak atsiri adalah 6 orang/produksi, sehingga jumlah tenaga kerja dengan rentang produksi sebanyak 24 kali/bulan adalah 144 orang. Penggunaan tenaga kerja dalam melakukan produksi terbagi menjadi dua bagian per produksi, 4 orang bertanggungjawab dalam kegiatan penyulingan dan 2 orang bertugas sebagai pengangkut kayu pembakaran dan nilam. Upah tenaga kerja penyulingan Rp. 100.000/orang dan Rp. 60.000/orang untuk tenaga kerja pengangkutan. Upah rata-rata tenaga kerja Rp. 86.666 per hari orang kerja (HOK). Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan tenaga kerja yang diserap untuk mengolah 1kg bahan baku atau jumlah tenaga kerja yang diserap dalam pengolahan minyak atsiri dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan per bulan yaitu sebesar 0,01.

Sumbangan input lain berupa biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. Sumbangan input lain diperoleh dari biaya penyusutan alat dan biaya bahan penolong dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Rata-rata biaya input lain yang dikeluarkan adalah Rp 742/kg bahan baku per bulan.

Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi sebesar 0,02 dengan

harga produk minyak atsiri yaitu Rp 450.000/kg. Nilai produk usaha penyulingan minyak atsiri adalah Rp. 9.000/Kg. Penetapan harga minyak atsiri dari para penyuling ditentukan oleh pedagang pengumpul dengan menaksir kadar patchouli alcohol (PA) yang dikandung oleh minyak nilam, warna, bilangan asam, bobot jenis, dll. Warna dan aroma minyak atsiri diuji secara organoleptik, sedangkan bobot jenis, indeks bias, keasaman, kandungan PA dilakukan uji laboratoris. Harga yang digunakan adalah harga kualitas menengah mulai dari Rp 350.000 - Rp 550.000/kg karena harga bisa bervariasi tergantung kualitas dan permintaan minyak atsiri di pasar dunia.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi Rp 9.000/kg, sumbangan input lain Rp. 742/kg dan harga bahan baku 5.000/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha penyulingan minyak atsiri sebesar Rp 3.257 artinya setiap 1 kg bahan baku nilam akan menghasilkan output berupa minyak atsiri sebesar Rp 3.257 per proses produksi dan rasio nilai tambah terhadap nilai output adalah 36,19%. Rasio nilai tambah ini diperoleh dari selisih antara nilai produksi dengan harga bahan baku serta sumbangn inpui lain.

Imbalan tenaga kerja dalam pengolahan minyak atsiri adalah Rp 867/kg. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diterima tenaga kerja dari setiap 1 kg bahan baku yang diolah menjadi minyak atsiri. Besarnya imbalan tenaga kerja tergantung dari jumlah hari kerja dan tingkat upah yang ditetapkan. Besarnya rata-rata imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah 26,61%.

Keuntungan yang diperoleh penyuling dari pengolahan 1 kg bahan baku nilam menjadi minyak atsiri adalah Rp 2.390/kg. Keuntungan ini dapat diartikan sebagai nilai tambah bersih dari pengolahan minyak atsiri per proses produksi, karena sudah tidak mengandung imbalan/ pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan yang diperoleh


(10)

dari selisih antara keuntungan dan nilai tambah adalah sebesar 73,39%.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Hayami diperoleh margin pengolahan minyak atsiri Rp. 4.000/kg/bahan baku. Margin adalah selisih nilai produk dengan harga bahan baku, menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Margin ini selanjutnya didistribusikan kepada imbalan/pendapatan tenaga kerja tenaga kerja Rp. 867 (21,67%), sumbangan input lain Rp. 743 (18,58%), dan keuntungan pemilik modal Rp. 2.390 (59,76%)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis produksi nilam dan analisis nilai tambah pengolahan minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;

1) Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa secara simultan (Uji-F) variable Xi

signifikan pada α = 5 %, sedangkan secara parsial semua variabel input yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi (Y). Variabel-variabel tersebut adalah luas lahan (X1), bibit

nilam (X2), pupuk urea (X3), pupuk cair

(X4) dan tenaga kerja (X5). Berdasarkan

hasil tersebut menunjukkan bahwa usahatani nilam di Wilayah Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala sudah rasional, artinya penggunaan input produksi yang ada sudah optimal, sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.

2) Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output, sumbangan input lain dan harga bahan baku. Nilai tambah yang dihasilhan oleh usaha penyulingan minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan sebesar Rp 3.257 artinya setiap 1 kg bahan baku nilam akan menghasilkan output berupa minyak atsiri sebesar Rp

3.257 per proses produksi dan rasio nilai tambah terhadap nilai output adalah 36,19 dengan pengertian bahwa setiap 1 kg nilam yang diolah menjadi minyak atsiri akan memperoleh nilai tambah sebesar 36,19%.

Berdasarkan hasil kajian terhadap usahatani nilam di Kecamatan Banawa

Selatan Kabupaten Donggala

disarankan,bahwa untuk meningkatkan produksi nilam, penggunaan faktor produksi berupa pupuk urea, pupuk cair dan tenaga kerja harus optimal dan sesuai dengan kebutuhan dalam produksi nilam, agar jumlah produksi yang dihasilkan dapat maksimal sesuai dengan yang petani harapkan, sedangkan penggunaan faktor produksi luas lahan dan bibit sudah sangat signifikan terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan.

Nilai tambah dan keuntungan usaha penyulingan nilam sangat dipengaruhi oleh biaya produksi dalam pengolahan, oleh karena itu untuk memproleh nilai tambah dan keuntungan yang besar maka pemilik usaha harus lebih mengefisienkan biaya produksi pengolahan minyak atsiri yang dikeluarkan, terutama dalam penggunaan bahan baku yang lebih berkualitas agar minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak sehingga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari hasil penjualan minyak atsiri.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian;

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta,

Rineka Cipta.

Ditjen Perkebunan, 2012. Pedoman Teknis

Penanaman Tanaman Nilam.

Kementerian Pertanian 2012

Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and

Processing in Upland Java A

Perspective From A Sunda Village.


(11)

Ibnusantoso, G., 2000. Kemandegan

Pengembangan Minyak Atsiri

Indonesia.Makalah disampaikan pada

seminar “Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan Indonesia” Fak.Kehutanan IPB Darmaga Bogor, 23 Mei 2000.

Kadir A, 2007. Karakterisasi Produksi dan Kualitas Minyak Nilam Hasil Kultur In Vitro Budaya Tanaman Sela Kakao dan Kelapa. Jurnal Agrobiogen. Vol V (3).

Pujianto, H., 2012. Analisis Produksi Nilam pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Kencana Jaya di Kecamatan

Bantarkarung Kabupaten Brebes.

E-Jurnal Agrista-ISSN 2302-1713

Surjono H. S., Abdul Kadir, Ika Mariska. 2007. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Pada Pertumbuhan dan Keragaman

Planlet Tanaman Nilam. Jurnal

Agrobiogen 3(1):24-31

Soekartawi, 2003. Teori Ekomoni Produksi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Todaro, Micahel P. 2000. Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

Ketujuh. Jakarta : Erlangga.Gasperz, V., 1999. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. PT. Gramedia, Jakarta.

Winarti, C., Laksmanahardja, M.P., Sumangat, J., 2005. Kajian Status Pengembangan Industri Minyak Nilam terhadap Tingkat Kepuasan Petani Di

Majalengka. Jurnal Pascapanen Volume


(1)

Tabel 2. Hasil analisis regresi fungsi produksi usahatani nilamdi Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala.

Dependent Variable: PRO Method: Least Squares Date: 05/25/15 Time: 23:33 Sample: 1 36

Included observations: 36

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LLH 0.446679 0.110709 4.034709 0.0003 BBT 0.284612 0.078542 3.623684 0.0011 PPU 0.044374 0.024431 1.816295 0.0793 PPC 0.112660 0.065552 1.718635 0.0960 TKR 0.148130 0.072993 2.029368 0.0514 C 4179.667 787.5621 5.307095 0.0000 R-squared 0.974796 Mean dependent var 7826.167 Adjusted R-squared 0.970595 S.D. dependent var 587.3164 S.E. of regression 100.7121 Akaike info criterion 12.21342 Sum squared resid 304287.9 Schwarz criterion 12.47734 Log likelihood -213.8416 F-statistic 232.0559 Durbin-Watson stat 1.700651 Prob(F-statistic) 0.000000 Data Primer diolah, 2015

Tabel hasil analisis menunjukan bahwa, Adjusted R-squared adalah 0.970595 yang berarti bahwa 97,05% keragaman hasil produksi usahatani nilam (Y) yang diperoleh petani/responden dapat diterangkan atau dijelaskan secara serentak oleh keragaman luas lahan (X1), bibit (X2), pupuk urea (X3), pupuk cair (X4), dan (X5) tenaga kerja, sedangkan sisanya sebanyak 2,95%

diterangkan oleh variabel lain yang turut menentukan tetapi tidak termuat dalam model. Berdasarkan hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa model penduga yang digunakan sangat cocok dengan data yang tersedia dalam penelitian ini.

Hasil analisis fungsi produksi tersebut, dapat dibuat persamaan Fungsi Produksi Cobb-Douglass sebagai berikut.

Y* = 4179,667**+ 0,446679X1**+0,284612X2** + 0,044374X3 ** + 0,112660X4** + 0,148130X5 ** (5,307095) (4,034709) (3,623684) (1,816295) (1,718635) (2,029368)

Dimana :

** = α 5%

Y = Produksi Nilam (Kg) X1 = Luas Lahan (Ha) X2 = Bibit (Stek) X3 = Pupuk Urea (Kg) X4 = Pupuk Cair (Ltr) X5 = Tenaga Kerja (HOK)

Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas (Xi) secara individual terhadap variabel terikat (Y) dengan menggunakan

statistik uji, yakni uji t. Pengaruh dari masing-masing faktor input terhadap produksi usahatani nilam di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten donggala dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Luas Lahan (X1)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa luas lahan memiliki koefisien regresi sebesar 0.446679. Artinya; setiap penambahan luas lahan untuk usahatani nilam sebesar 5%, akan meningkatkan produksi nilam sebesar 0.446679% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan.


(2)

Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa luas lahan 4.034709 > t-tabel 1,68830 sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi demikian menunjukkan bahwa luas lahan baik secara keseluruhan maupun secara individu berpengaruh sangat signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%.

Luas lahan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi petani nilam yang berada di Kecamatan Banawa Selatan. Luas lahan yang dikelola petani dari jumlah responden sebanyak 36 petani rata-rata mempunyai luas 1 ha/petani.

2) Bibit (X2)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, koefisien regresi bibit nilam sebesar 0.284612. Artinya; setiap penambahan bibit nilam sebanyak 5%, akan mengakibatkan meningkatnya produksi nilam sebesar 0.284612% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung bibit dalam usahatani nilam sebesar 3,623684 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa, bibit nilam secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan 95%.

Bibit nilam merupakan salah satu faktor penting dalam berusahatani nilam. Penggunaan bibit nilam di Kecamatan Banawa Selatan sudah sesuai dengan aturan penggunaan bibit nilam yang ada. Jumlah dan penggunaan bibit nilam yang tepat dapat meningkatan produksi, karena semakin banyak bibit yang digunakan dan semakin banyak jumlah bibit yang ditanam hasil cabang atau ranting bekas panen akan mempunyai cabang yang banyak juga. Rata-rata penggunaan bibit nilam di Kecamatan banawa Selatan adalah 18.253 stek/ha. Anjuran umum dalam penanaman nilam dengan jarak 1 x 1 meter dengan penggunaan bibit sebanyak 1 sampai 3 stek per lubang tanam.

3) Pupuk Urea (X3)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, besarnya koefisien regresi dosis pemupukan menggunakan pupuk urea sebesar 0,044374. Artinya, bahwa setiap penambahan 5%, dosis pupuk urea dalam berusahatani nilam akan meningkatkan produksi usahatani nilam sebesar 0,044374% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung dosis pemupukan nilam sebesar 1.816295 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi seperti ini berarti bahwa, dosis pemupukan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi usahatani nilam dengan tingkat kepercayaan 95%.

Penggunaan dosis pupuk urea dalam usahatani nilam dengan menggunakan analisis produksi menunjukkan bahwa pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi nilam. Rata-rata penggunaan pupuk urea yang digunakan petani diwilayah ini 48 kg/ha, sedangkan pengaplikasiannya masih tergolong rendah, yaitu satu kali penggunaan dalam satu kali produksi dengan jangka waktu 3x dalam setahun.

4) Pupuk Cair (X4)

Pengujian secara parsial analisis produksi menunjukkan bahwa, koefisien regresi penggunaan dosis pupuk cair sebesar 0.112660, artinya bahwa setiap penambahan 5% dosis pupuk cair meningkatkan produksi nilam sebesar 0.112660%, dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung dosis pemupukan nilam sebesar 1.718635 > t-tabel 1,68830, sehingga Ho ditolak atau H1 diterima. Kondisi demikian berarti bahwa penambahan dosis pupuk cair secara parsial berpengaruh signifikan terhadap peningkatan produksi dengan tingkat kepercayaan 95%.

Penggunaan dosis pupuk cair yang diperoleh dilapangan rata-rata 13 liter/ha, dengan pengaplikasian sebanyak satu kali dalam produksi. Tingkat kesuburan tanah


(3)

diwilayah penelitian ini masih tergolong sangat subur, sehingga petani hanya sedikit menggunakan faktor peningkat produksi seperti pupuk cair.

5) Tenaga Kerja (X5)

Pengujian secara parsial menunjukkan bahwa, koefisien regresi jumlah tenaga kerja adalah 0.148130. Artinya bahwa setiap penambahan tenaga kerja 5% akan mengakibatkan meningkatnya produksi usahatani nilam sebesar 0.148130% dengan asumsi bahwa variabel yang lain dianggap konstan. Hasil statistik uji dengan t-test menunjukkan bahwa t-hitung jumlah tenaga kerja sebesar 0.148130 > t-tabel 1,68830, sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Kondisi

demikian ini berarti bahwa, penambahan tenaga kerja secara parsial berpengaruh signifikan dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Pengujian analisis produksi Cobb-Douglass pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujianto (2012), Analisis Produksi Nilam pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Kencana Jaya Kecamatan Bantarkarung Kabupaten

Brebes, dengan menggunakan α 5% bahwa

semua variabel berupa luas lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja berpengaruh signifikan terhadap produksi.

Perhitungan nilai tambah produksi usaha penyulingan minyak atsiri disajikan pada tabel berikut;

Tabel 3. Perhitungan Nilai Tambah Usaha Penyulingan Minyak Atsiri, Menggunakan Metode Hayami.

Variabel Nilai Cara Hitung Hasil

1 2 3 4

Output, Input dan Harga

Hasil Produksi Minyak Atsiri (Kg) 1 288

Bahan Baku Nilam (Kg) 2 14.400

Tenaga Kerja (Orang) 3 144

Faktor Konversi 4 1/2 0,02

Koofisien Tenaga Kerja 5 3/2 0,01

Harga Produk (Rp/Kg) 6 450.000

Upah Tenaga Kerja (Rp/Org) 7 86.666

Penerimaan dan Keuntungan

Harga Bahan Baku Nilam (Rp/Kg) 8 5.000

Sumbangan Input Lain (Rp/Kg) 9 743

Nilai Produksi (Rp/Kg) 10 4x6 9.000

Nilai Tambah (Rp/Kg) 11a 10-9-8 3.257

Rasio Nilai Tambah (%) 11b (11a/10)x100% 36,19

Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) 12a 5x7 867

Pangsa Tenaga Kerja (%) 12b (12a/11a)x100% 26,61

Keuntungan (Rp/Kg) 13a 11a-12a 2.390

Tingkat Keuntungan (%) 13b (13a/11a)x100% 73,39

Balas Jasa Faktor Produksi

Marjin (Rp/Kg) 14 10-8 4.000

Imbalan Tenaga Kerja (%) 14a (12a/14)x100% 21,67

Sumbangan Input Lain (%) 14b (9/14)x100% 18,58

Keuntungan Pemilik Modal (%) 14c (13a/14)x100% 59,76


(4)

Tabel tersebut menunjukan perhitungan nilai tambah usaha penyulingan minyak atsiri. Berdasarkan perhitungan yang menggunakan metode Hayami, usaha penyulingan minyak atsiri melakukan kegiatan sebanyak 24 kali produksi dalam 1 bulan, dengan penggunaan bahan baku nilam sebanyak 14.400 kg/bulan dan menghasilkan minyak atsiri sebanyak 288 kg/bulan. Harga beli daun nilam berkisar Rp 4.000 – 6.000/kg, sehingga harga rata-rata yang diperoleh untuk bahan baku penyulingan adalah sebesar Rp. 5.000/kg. Faktor konversi dari bahan baku daun nilam menjadi minyak atsiri sebesar 0,02 atau 2%, yang berarti setiap satu kilogram daun nilam yang disuling akan menghasilkan 0,02 kg minyak atsiri.

Jumlah input rata-rata tenaga kerja yang diserap oleh usaha pengolahan minyak atsiri adalah 6 orang/produksi, sehingga jumlah tenaga kerja dengan rentang produksi sebanyak 24 kali/bulan adalah 144 orang. Penggunaan tenaga kerja dalam melakukan produksi terbagi menjadi dua bagian per produksi, 4 orang bertanggungjawab dalam kegiatan penyulingan dan 2 orang bertugas sebagai pengangkut kayu pembakaran dan nilam. Upah tenaga kerja penyulingan Rp. 100.000/orang dan Rp. 60.000/orang untuk tenaga kerja pengangkutan. Upah rata-rata tenaga kerja Rp. 86.666 per hari orang kerja (HOK). Nilai koefisien tenaga kerja menunjukkan tenaga kerja yang diserap untuk mengolah 1kg bahan baku atau jumlah tenaga kerja yang diserap dalam pengolahan minyak atsiri dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan per bulan yaitu sebesar 0,01.

Sumbangan input lain berupa biaya yang dikeluarkan selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. Sumbangan input lain diperoleh dari biaya penyusutan alat dan biaya bahan penolong dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Rata-rata biaya input lain yang dikeluarkan adalah Rp 742/kg bahan baku per bulan.

Nilai produk merupakan perkalian antara faktor konversi sebesar 0,02 dengan

harga produk minyak atsiri yaitu Rp 450.000/kg. Nilai produk usaha penyulingan minyak atsiri adalah Rp. 9.000/Kg. Penetapan harga minyak atsiri dari para penyuling ditentukan oleh pedagang pengumpul dengan menaksir kadar patchouli alcohol (PA) yang dikandung oleh minyak nilam, warna, bilangan asam, bobot jenis, dll. Warna dan aroma minyak atsiri diuji secara organoleptik, sedangkan bobot jenis, indeks bias, keasaman, kandungan PA dilakukan uji laboratoris. Harga yang digunakan adalah harga kualitas menengah mulai dari Rp 350.000 - Rp 550.000/kg karena harga bisa bervariasi tergantung kualitas dan permintaan minyak atsiri di pasar dunia.

Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi Rp 9.000/kg, sumbangan input lain Rp. 742/kg dan harga bahan baku 5.000/kg. Nilai tambah yang diperoleh dari usaha penyulingan minyak atsiri sebesar Rp 3.257 artinya setiap 1 kg bahan baku nilam akan menghasilkan output berupa minyak atsiri sebesar Rp 3.257 per proses produksi dan rasio nilai tambah terhadap nilai output adalah 36,19%. Rasio nilai tambah ini diperoleh dari selisih antara nilai produksi dengan harga bahan baku serta sumbangn inpui lain.

Imbalan tenaga kerja dalam pengolahan minyak atsiri adalah Rp 867/kg. Imbalan tenaga kerja merupakan pendapatan yang diterima tenaga kerja dari setiap 1 kg bahan baku yang diolah menjadi minyak atsiri. Besarnya imbalan tenaga kerja tergantung dari jumlah hari kerja dan tingkat upah yang ditetapkan. Besarnya rata-rata imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah adalah 26,61%.

Keuntungan yang diperoleh penyuling dari pengolahan 1 kg bahan baku nilam menjadi minyak atsiri adalah Rp 2.390/kg. Keuntungan ini dapat diartikan sebagai nilai tambah bersih dari pengolahan minyak atsiri per proses produksi, karena sudah tidak mengandung imbalan/ pendapatan tenaga kerja. Tingkat keuntungan yang diperoleh


(5)

dari selisih antara keuntungan dan nilai tambah adalah sebesar 73,39%.

Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode Hayami diperoleh margin pengolahan minyak atsiri Rp. 4.000/kg/bahan baku. Margin adalah selisih nilai produk dengan harga bahan baku, menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi. Margin ini selanjutnya didistribusikan kepada imbalan/pendapatan tenaga kerja tenaga kerja Rp. 867 (21,67%), sumbangan input lain Rp. 743 (18,58%), dan keuntungan pemilik modal Rp. 2.390 (59,76%)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil analisis produksi nilam dan analisis nilai tambah pengolahan minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala diperoleh kesimpulan sebagai berikut ;

1) Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa secara simultan (Uji-F) variable Xi

signifikan pada α = 5 %, sedangkan secara

parsial semua variabel input yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi (Y). Variabel-variabel tersebut adalah luas lahan (X1), bibit nilam (X2), pupuk urea (X3), pupuk cair (X4) dan tenaga kerja (X5). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa usahatani nilam di Wilayah Kecamatan Banawa Selatan Kabupaten Donggala sudah rasional, artinya penggunaan input produksi yang ada sudah optimal, sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.

2) Nilai tambah merupakan selisih antara nilai output, sumbangan input lain dan harga bahan baku. Nilai tambah yang dihasilhan oleh usaha penyulingan minyak atsiri di Kecamatan Banawa Selatan sebesar Rp 3.257 artinya setiap 1 kg bahan baku nilam akan menghasilkan output berupa minyak atsiri sebesar Rp

3.257 per proses produksi dan rasio nilai tambah terhadap nilai output adalah 36,19 dengan pengertian bahwa setiap 1 kg nilam yang diolah menjadi minyak atsiri akan memperoleh nilai tambah sebesar 36,19%.

Berdasarkan hasil kajian terhadap usahatani nilam di Kecamatan Banawa

Selatan Kabupaten Donggala

disarankan,bahwa untuk meningkatkan produksi nilam, penggunaan faktor produksi berupa pupuk urea, pupuk cair dan tenaga kerja harus optimal dan sesuai dengan kebutuhan dalam produksi nilam, agar jumlah produksi yang dihasilkan dapat maksimal sesuai dengan yang petani harapkan, sedangkan penggunaan faktor produksi luas lahan dan bibit sudah sangat signifikan terhadap peningkatan produksi yang dihasilkan.

Nilai tambah dan keuntungan usaha penyulingan nilam sangat dipengaruhi oleh biaya produksi dalam pengolahan, oleh karena itu untuk memproleh nilai tambah dan keuntungan yang besar maka pemilik usaha harus lebih mengefisienkan biaya produksi pengolahan minyak atsiri yang dikeluarkan, terutama dalam penggunaan bahan baku yang lebih berkualitas agar minyak atsiri yang dihasilkan lebih banyak sehingga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari hasil penjualan minyak atsiri.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian;

Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta,

Rineka Cipta.

Ditjen Perkebunan, 2012. Pedoman Teknis

Penanaman Tanaman Nilam.

Kementerian Pertanian 2012

Hayami Y, Kawagoe T, Morooka Y, Siregar M. 1987. Agricultural Marketing and

Processing in Upland Java A

Perspective From A Sunda Village.


(6)

Ibnusantoso, G., 2000. Kemandegan

Pengembangan Minyak Atsiri

Indonesia.Makalah disampaikan pada

seminar “Pengusahaan Minyak Atsiri Hutan Indonesia” Fak.Kehutanan IPB

Darmaga Bogor, 23 Mei 2000.

Kadir A, 2007. Karakterisasi Produksi dan Kualitas Minyak Nilam Hasil Kultur In Vitro Budaya Tanaman Sela Kakao dan

Kelapa. Jurnal Agrobiogen. Vol V (3).

Pujianto, H., 2012. Analisis Produksi Nilam pada Usaha Penyulingan Minyak Nilam CV. Kencana Jaya di Kecamatan

Bantarkarung Kabupaten Brebes.

E-Jurnal Agrista-ISSN 2302-1713

Surjono H. S., Abdul Kadir, Ika Mariska. 2007. Pengaruh Radiasi Sinar Gamma Pada Pertumbuhan dan Keragaman

Planlet Tanaman Nilam. Jurnal

Agrobiogen 3(1):24-31

Soekartawi, 2003. Teori Ekomoni Produksi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Todaro, Micahel P. 2000. Pembangunan

Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi

Ketujuh. Jakarta : Erlangga.Gasperz, V., 1999. Ekonomi Manajerial Pembuatan Keputusan Bisnis. PT. Gramedia, Jakarta.

Winarti, C., Laksmanahardja, M.P., Sumangat, J., 2005. Kajian Status Pengembangan Industri Minyak Nilam terhadap Tingkat Kepuasan Petani Di

Majalengka. Jurnal Pascapanen Volume