ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA | Angriani | AGROLAND 8199 26942 1 PB

J. Agroland 21 (2) : 115 - 121, Agustus 2014

ISSN : 0854 - 641X
E-ISSN : 2407 - 7607

ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI
CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA
SELATAN KABUPATEN DONGGALA
Analysis of Value Added Banana Chips on Cahya Indi in Tanamea
Village South Banawa Subdsrict Donggala Regency
Uun Angriani1), Alimudin Laapo2), Dafina Howara2)
1)

Mahasiswa Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
Staf Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu
E-mail : uun angriani@yahoo.com. E-mail : alimudin_73@yahoo.com. E-mail : dhowara@yahoo.com
2)

ABSTRACT
This study aims to determine how much added value from processing the raw bananas
into banana chips. Determination of respondent committed intentionally (purposive), with the

consideration that business and labor leaders of home industry cahaya Indi can provide valid
information about the banana chips processing and required data. Respondents in this research were
the company leaders and three employees. The data collecting in this research consisted of primary
and secondary data. Data analysis tool used is the value-added analysis. The results showed that the
Home Industry cahaya Indi gains profit of Rp. 15.492.365 for 8 times production process in a
month and the added value obtained is Rp. 9,462 per kilogram of raw material used.
Key words : Analysis, value-added, banana chips, Industry Cahaya Indi.

PENDAHULUAN
Agroindustri merupakan suatu bentuk
kegiatan atau aktivitas yang mengolah
bahan baku yang berasal dari tanaman
maupun hewan. Agroindustri didefenisikan
dalam dua hal, yaitu pertama agroindustri
sebagai industri yang berbahan baku utama
dari produk pertanian dan kedua agroindustri
sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai
kelanjutan dari pembangunan pertanian
tetapi sebelum tahapan pembangunan
tersebut mencapai tahapan pembangunan

industri. Agroindustri memiliki peranan
yang sangat penting dalam pembangunan
pertanian (Soekartawi, 2002).
Bahan pangan sebagai salah satu
kebutuhan primer bagi manusia, sangat
insentif dijadikan kajian sebagai objek
formal ilmu teknik dan ditopang oleh
tuntunan industri, terutama di negara maju.
Kegiatan penanganan, pengolahan, distribusi,
dan pemasaran hasil pertanian dengan
115

konsep peningkatan nilai tambah selanjutnya
yang kita kenal sebagai agroindustri.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa
teknologi industri pertanian didefenisikan
sebagai disiplin ilmu terapan yang menitik
beratkan kepada perencanaan, perancangan,
pengembangan, evaluasi suatu sistem terpadu
(meliputi manusia, bahan, informasi, peralatan,)

pada kegiatan agroindustri untuk mencapai
kinerja (efisiensi dan efektivitas) yang
optimal. Nilai tambah pada komoditas hasil
pertanian pada saat ini selalu diambil pihak
lain. Pengembangan teknologi pertanian
saat ini sangat mungkin terbuka peluang
baru untuk menghasilkan pertanian yang
efisien. Tantangan pembangunan saat ini
yang semakin kompleks terutama dalam
bidang pertanian maka diperlukan reformasi
pembangunan pertanian yang menuju kearah
corak modern. Dukungan tinggi pada
teknologi pertanian tidak saja memenuhi
tuntutan efisiensi dan produktivitas, tetapi
juga akan memenuhi permintaan pasar seiring

dengan meningkatnya selera konsumen dalam
hal cita rasa, fisik, standar gizi, maupun
kesehatan (Mangunwidjaja dan Sailah, 2002).
Inovasi di dalam dunia bisnis pada

dasarnya berkaitan erat dengan strategi
perusahaan industri dalam menguasai
keadaan pasar. Kaitan antara strategi pasar
dengan inovasi setidaknya strategi perusahaan
muncul dalam bentuk pengembangan
produk baru, dan dipasok untuk memenuhi
kebutuhan pasar (Teguh, 2010).
Pisang merupakan salah satu
produk pertanian yang mudah rusak. Pisang
merupakan komoditas unggulan yang
memiliki kontribusi besar terhadap produksi
buah-buahan nasional. Potensi buah pisang
sangat besar dalam menunjang peningkatan
pendapatan masyarakat petani, selain itu
pisang juga menjadi bahan baku industri
olahan (untuk chip, keripik, puree, tepung)
dan komoditas yang potensial untuk
meningkatkan ekspor buah (Departemen
Pertanian, 2005).
Pisang merupakan salah satu

komoditas hortikultura Sulawesi Tengah.
Komoditas ini sudah dimulai sejak puluhan
tahun yang lalu terutama di sekitar Kabupaten
Donggala. Pisang banyak diusahakan oleh
petani Kabupaten Donggala, mengingat
pisang dapat menjadi bahan pangan dan
biasa diolah menjadi suatu produk baru.
Jumlah produksi tanaman pisang di
Sulawesi Tengah selama lima tahun terakhir
terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. menunjukkan bahwa produksi
tanaman pisang tertinggi dihasilkan pada
Tahun 2011 dengan jumlah 565.044 Ku,
jumlah tanamanya sebanyak 629.925 pohon,
dan hasil per pohon 0,89 Ku/pohon. Tahun

2009 produksi tanaman pisang mengalami
penurunan yaitu sebesar 262.130 Ku, jumlah
tanamannya 642.397 pohon, dan hasil per
pohon 0,41 Ku/pohon, penururnan produksi

tanaman pisang tersebut dikarenakan dari
beberapa faktor internal dan eksternal.
Upaya penanganan dalam masalah tersebut
yaitu dilakukan dengan adanya kegiatan
petani dalam pemeliharaan tanaman pisang,
sehingga memberikan produksi tanaman
pisang yang lebih baik.
Tabel 1. Jumlah Pohon, Produksi dan Hasil
Per Pohon Buah Pisang di Sulawesi
Tengah, 2008-2012
Tahun

Banyak
Tanaman
(Pohon)

Produksi
(Ku)

Hasil Per

Pohon
Ku/Pohon

2008
2009
2010
2011
2012

642.397
704.744
766.321
629.925
607.535

262.130
269.832
481.670
565.044
477.475


0,41
0,38
0,62
0,89
0,79

411.230,2

0.62

Rata-rata 670.184,4

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, 2013.

Tabel 2. Data Jumlah Produksi Buah Pisang di
Kabupaten Donggala, Tahun 2008-2012
Tahun
2008
2009

2010
2011
2012
Rata-rata

Luas
Tanam
(Ha)
198
159
210
210
218
199

Luas
Panen
(Ha)
141
136

177
213
218
177

Hasil
Produksi
(Ku)
78,01
118,97
121,02
271,78
291,88
176,332

Sumber : Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, 2013.

Tabel 3. Nama Industri Aneka Makanan Olahan di Kabupaten Donggala
No.
1

2
3
4
5

Nama Industri
Cahaya Indi
Rahma
Solman
Rita Tresia
Numiati

Nama Produk

Tenaga Kerja (Orang)

Produksi/Tahun (Ton)

Pengolahan Kripik Pisang
Makanan Olahan
Kue Basah
Kue Basah/kering
Pembuatan Roti

6
2
1
1
4

18
12
0
0
17

Sumber : Dinas Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabupaten Donggala, 2013

116

Tabel 2. menunjukkan bahwa produksi
buah pisang dari tahun 2008-2012 mengalami
peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini
disebabkan adanya penanaman pohon
pisang yang dilakukan oleh petani semakin
bertambah, sehingga produksi yang dihasilkan
tiap tahunnya mengalami peningkatan.
Berdasarkan hasil wawancara bahwa
hasil produksi buah pisang yang ada di
Desa Tanamea dapat diperoleh dari petani
sekitar, sehingga industri yang mengelolah
buah pisang mentah menjadi keripik pisang,
tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan
bahan baku.
Tabel 3. menunjukan bahwa terdapat
5 industri yang mengolah olahan makanan
di Kabupaten Donggala, namun hanya
industri “Cahaya Indi” yang memproduksi
keripik pisang. Industri “Cahaya Indi” ini
dapat memproduksi keripik pisang dengan
jumlah yang cukup besar per tahunnya dan
jumlah tenaga kerja sebanyak 6 orang.
Industri yang saat ini sedang
dikembangkan di Kabupaten Donggala
adalah industri pengolahan buah pisang
mentah menjadi sebuah produk yang
memiliki nilai tambah yaitu kripik pisang.
Usaha ini masih berupa usaha industri
rumah tangga. Perkembangan dalam
produksi kripik pisang yang di hasilkan
Industri “Cahaya Indi” merupakan suatu
keuntungan bagi produsen dan konsumen,
dimana dengan adanya pengolahan tersebut
sehingga nilai tambah suatu pisang mentah
akan lebih tinggi jika dijual dalam bentuk
kripik pisang. Pernyataan tersebut dapat
dilihat dari sisi bentuk suatu kripik pisang
seperti dalam cita rasa, warna dan bentuk
yang berbeda, dan juga bentuk kemasan
yang menarik. Nilai tambah lainya yang
dapat dilihat dari pengolahan kripik pisang
tersebut ialah permintaan pisang mentah
akan lebih tinggi dan juga peningkatan
pendapatan Industri “Cahaya Indi” akan
lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui
proses pengolahan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui berapa besar
nilai tambah dari pengolahan pisang mentah
menjadi keripik pisang pada Industri
“Cahaya Indi” di Desa Tanamea Kecamatan
Banawa Selatan Kabupaten Donggala.
117

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di
Industri ”Cahaya Indi” yang berlokasi di
Desa Tanamea Kecamatan Banawa Selatan
Kabupaten Donggala. Lokasi ini dipilih secara
sengaja (Purposive) dengan pertimbangan
bahwa industri keripik pisang merupakan
satu-satunya yang ada di Kabupaten Donggala
yang memiliki prospek usaha yang baik
untuk dikembangkan. Penelitian ini dimulai
dari Bulan Mei sampai Juli 2014.
Penentuan responden dilakukan secara
sengaja (purposive), dengan pertimbangan
bahwa pimpinan usaha dan tenaga kerja
Industri “Cahaya Indi” dapat memberikan
informasi tentang proses pengolahan keripik
pisang dan data yang dibutuhkan. Responden
yang diambil yaitu 3 orang karyawan dan 1
pimpinan usaha, sehingga jumlah keseluruhan
sebanyak 4 orang responden.
Penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer
dikumpulkan dari data observasi dan
wawancara langsung dengan responden
yaitu pemilik atau pimpinan industri dengan
menggunakan daftar pertanyaan (questionaire).
Data sekunder diperoleh dari instansi yang
terkait dan literatur yang relevan dengan
tujuan penelitian ini.
Metode Analisis Data. Guna mencapai
tujuan maka metode yang digunakan adalah
analisis nilai tambah dengan menggunakan
metode Tarigan. Nilai tambah suatu produk
adalah hasil dari nilai produk akhir dikurangi
dengan biaya antara yang terdiri atas biaya
bahan baku dan bahan penolong. Secara
garis besar nilai tambah yang digunakan
yaitu nilai tambah bruto, dimana bagian dari
biaya antara yang diperhitungkan yaitu
biaya bahan baku, dan biaya transportasi
(Tarigan, 2004).
a. Nilai Tambah Bruto
NTb = Na – Ba
= Na – (Bb + Bp)
Keterangan:
NTb = Nilai Tambah bruto (Rp)
Na = Nilai produk akhir kripik pisang (Rp)
Ba = Biaya antara (Rp)

Bb
Bp

= Biaya bahan baku kripik pisang (Rp)
= Biaya bahan penolong (Rp)

b. Nilai Tambah Netto (NTn)
NTn = NTb – NP
NP
= Nilai awal - nilai sisa
Umur ekonomi
Keterangan:
NTn = Nilai tambah netto (Rp)
NTb = Nilai tambah bruto (Rp)
NP = Nilai Penyusutan (Rp)
c. Nilai Tambah per Bahan Baku
NTbb = NTb : ∑bb
Keterangan:
NTbb = Nilai tambah per bahan baku yang
digunakan (Rp/kg)
NTb = Nilai tambah bruto (Rp)
∑bb = Jumlah bahan baku yang digunakan
(kg)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Keripik Pisang pada Industri
Cahaya Indi. Proses produksi yaitu suatu
cara, metode dan teknik untuk menciptakan
atau menambah kegunaan suatu barang atau
jasa dengan menggunakan sumber-sumber
pendukung antara lain tenaga kerja, mesin,
bahan-bahan dan modal yang ada. Proses
produksi keripik pisang tercipta dari proses
produksi yang dimulai dari pembersihan
dan pengupasan pisang, pencucian hingga
penggorengan dan pengemasan kripik pisang.
Proses produksi keripik pisang tersebut
dilakukan oleh 6 orang karyawan. Produksi
keripik pisang pada Industri “Cahaya Indi”
dilakukan 8 kali produksi dalam satu bulan.
Hasil produksi keripik pisang per bulan
terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. menjelaskan bahwa produksi
Industri “Cahaya Indi” membutuhkan 240 kg
pisang mentah untuk dapat menghasilkan
60 kg keripik pisang. Satu bulan Industri
“Cahaya Indi” dapat menghasilkan keripik
pisang sebanyak 480 kg dan kemudian
keripik pisang tersebut dikemas dalam
berbagai macam kemasan yaitu kemasan
100 gram dengan harga Rp. 5000 per
bungkus, kemasan 250 gram dengan harga

Rp. 15.000 per bungkus, kemudian kemasan
500 gram dengan harga Rp. 25.000 per
bungkus dan untuk kemasan 1 kg dengan
harga Rp. 45.000 per bungkus.
Pemasaran Produk Keripik Pisang
Industri Cahaya Indi. Pemasaran keripik
pisang pada Industri Cahaya Indi dilakukan
melalui dua saluran pemasaran yaitu :
1. Produsen
Konsumen
Industri “Cahaya Indi” menjual produknya
langsung ke konsumen, Konsumen datang
langsung ketempat produksi dan membeli
harga produk dengan harga yang ditetapkan.
2. Produsen
Pedagang Pengecer
Konsumen
Saluran pemasaran ini menjelaskan
bahwa Industri “Cahaya Indi” menjual
produknya melalui distributor kemudian
sampai pada konsumen. Distributor
tersebut adalah tempat penjualan pusat
oleh-oleh yang ada di Kota Palu seperti
Mbok Sri, Sri rejeki, Salhan, Diana, dan
Raja bawang.
Tabel 4. Produksi Keripik Pisang Per Bulan
Dalam Satuan Kilogram dan Kemasan
Cahaya Indi
Produksi
Per Bulan
(kg)

Produksi
dalam
Kemasan

Jumlah
Bungkus

Harga
(Rp)

480

100 gram
250 gram
500 gram
1000 gram

800
480
160
200

5.000
15.000
25.000
45.000

Sumber : Industri Cahaya Indi, 2014.

Tabel 5. Biaya Tetap Produk Keripik Pisang
Industri Cahaya Indi per Bulan, 2014
No.
1
2
3
4

Jenis Biaya

Nilai (Rp/bulan)

Penyusutan Alat
Nilai Pajak
Produksi
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Listrik, Air
dan Telpon

57.483
68.751
2.299.401
250.000

Jumlah

2.675.635

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

118

Biaya Produksi Industri Cahaya Indi.
Biaya merupakan suatu pengeluaran sumber
ekonomi yang dapat diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi untuk mencapai
suatu tujuan yang tertentu. Secara umum,
biaya produksi merupakan total biaya yang
digunakan dari semua persiapan produksi
sampai pada pemasaran kripik pisang. Total
biaya ini diperoleh dari penjumlahan antara
biaya tetap dengan biaya variabel.
Biaya Tetap. Biaya Tetap adalah biaya
perusahaan yang besarnya tidak dipengaruhi
oleh volume kegiatan perusahaan, baik
dalam produksi maupun dalam penjualan.
Biaya tetap pada penelitian ini meliputi nilai
penyusutan alat, pajak, gaji pegawai tetap,
biaya listrik, telpon dan air pada Industri
“Cahaya Indi”. Biaya tetap terlihat pada
Tabel 5.
Tabel 5. menjelaskan bahwa biaya
penyusutan alat, diperoleh dari hasil
pengurangan nilai awal atau harga awal
alat, dan harga alat yang digunakan dibagi
dengan umur ekonomi atau lama
penggunaan alat. Biaya pajak pada Tabel 5
adalah nilai pajak selama 1 tahun. Biaya
tenaga kerja diperoleh dari jumlah
keseluruhan biaya tenaga kerja, kemudian
dihitung dalam metode unit fisik hal ini
dilakukan karena seluruh produk gabungan
terdiri dari tenaga kerja yang sama,
sehingga semua produk menerima bagian
biaya bersama berdasarkan ukuran secara
fisik. Biaya listrik, air dan telpon pada
Tabel 5 adalah biaya selama 1 bulan,
sehingga jumlah biaya tetap produksi yang

dikeluarkan pada Industri “Cahaya Indi”
sebesar Rp. 2. 675.635.
Biaya Variabel. Biaya variabel adalah
biaya yang jumlah totalnya dapat berubah
secara proposional dengan perubahan total
kegiatan atau volume yang berkaitan
dengan biaya variabel tersebut. Biaya
Variabel produksi pada Industri “Cahaya
Indi” per bulan Tahun 2014, terlihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. menunjukkan bahwa biaya
variabel produksi pada Industri “Cahaya
Indi” meliputi biaya bahan baku, biaya
bahan penolong, dan biaya lain-lain. Biaya
yang paling besar dikeluarkan pada setiap
bulannya yaitu biaya bahan baku, sehingga
jumlah yang harus dikeluarkan setiap
bulannya sebesar Rp. 6.032.000.
Tabel 6. Biaya Variabel Produk Keripik Pisang
pada Industri Cahaya Indi Per Bulan,
2014
No
1.
2.
3.

Jenis Biaya
Bahan baku
Bahan penolong
Lain-lain
Jumlah

Nilai (Rp/bulan)
3.360.000
1.662.000
1.010.000
6.032.000

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Tabel 7. Total Biaya Produksi pada Industri
Cahaya Indi Per Bulan, 2014
No
1.
2.

Jenis Biaya
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Jumlah

Nilai (Rp/bulan)
2.675.635
6.032.000
8.707.635

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014.

Tabel 8. Analisis Nilai Tambah Keripik Pisang pada Industri “Cahaya Indi” Per Bulan, 2014.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Industri Pengolahan Kripik Pisang
Nilai produk akhir (Rp)
Nilai bahan baku (Rp)
Jumlah bahan baku (kg)
Biaya bahan penolong (Rp)
Biaya penyusutan (Rp)
Biaya antara (Rp)
Nilai tambah bruto (Rp) (1– (2+4)
Nilai tambah netto (Rp) (7 – 5)
Nilai tambah per bahan baku (Rp/kg) (7/3)

Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2014.

119

Nilai (Rp)
24.200.000
3.360.000
1.920
1.662.000
57.483
6.032.000
18.168.000
18.110.517
9.462

Biaya Total Produksi Industri Cahaya
Indi. Biaya total merupakan seluruh jumlah
biaya produksi yang dikeluarkan, yaitu
merupakan penjumlahan dari biaya tetap
dan biaya variabel. Total biaya produksi
pada Industri “Cahaya Indi” yang harus
dikeluarkan dalam produksi keripik pisang
setiap bulannya sebesar Rp. 8.707.635,
terlihat pada Tabel 7.
Pendapatan Produksi Industri Cahaya
Indi Per Bulan, Tahun 2014. Pendapatan
merupakan hasil yang diperoleh dari selisih
antara total penerimaan (TR) dengan total
biaya produksi (TC). Tinggi rendahnya
pendapatan akan sangat dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi yang dicapai.
Jumlah pendapatan atau keuntungan sangat
tergantung pada jumlah penerimaan dan
besarnya biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi. Pendapatan Indusri Rumah
Tangga “Cahaya Indi” yaitu sebesar
Rp. 15.492.365 per bulan yang diperoleh
dari 8 kali proses produksi dalam satu bulan,
namun diasumsikan bahwa pendapatan yang
dihasilkan oleh Industri Rumah Tangga
“Cahya Indi” tersebut jika semua keripik
pisang tersebut bisa terjual habis.
Analisis Nilai Tambah Produksi pada
Industri Cahaya Indi. Analisis nilai tambah
pada Industri “Cahaya Indi” yaitu untuk
mengolah pisang mentah menjadi keripik
pisang, dengan tujuan untuk mengetahui
berapa besar nilai yang ditambahkan pada
bahan baku yang digunakan dalam
memproduksi keripik pisang, karena proses
pengolahan itu sendiri ialah suatu cara,
metode ataupun tehnik menambah kegunaan
suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada seperti tenaga
kerja, mesin, bahan baku, dan dana agar
lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia.
Perhitungan analisis nilai tambah keripik
pisang terlihat pada Tabel 8.
Tabel 8. menjelaskan bahwa nilai
produk akhir keripik pisang sebesar Rp.
24.200.000 dengan jumlah kripik sebanyak
480 kg keripik pisang dan berbagai macam
kemasan. Harga bahan baku untuk 1 kg
sebesar Rp. 1.750, jumlah bahan baku yang

di gunakan sebanyak 1.920 kg, sehingga
harga bahan baku digunakan sebesar Rp.
3.360.000, maka faktor konfrensi yang
dihasilkan sebesar 6,25 (480 kg/1920 kg).
Biaya bahan penolong didapatkan dari
jumlah keseluruhan bahan-bahan yang
digunakan dalam penambahan input yang
digunakan dalam proses produksi. Biaya
penyusutan ialah seluruh nilai penyusutan
dari alat yang digunakan dalam proses
produksi, sedangkan untuk biaya antara
yaitu jumlah dari bahan baku, biaya bahan
penolong dan jumlah nilai biaya lain-lain,
seingga nilainya sebesar Rp. 6.032.000.
Nilai Tambah Bruto. Nilai tambah bruto
yaitu dasar dari perhitungan nilai tambah
netto dan nilai tambah per bahan baku.
Analisis nilai tambah keripik pisang dengan
produk akhir yang diterima oleh Industri
“Cahaya Indi” ialah nilai yang diberikan
atau dijual dari perusahaan kepada
konsumen. Biaya antara yang dikeluarkan
sebesar Rp. 6.032.000 yang diperoleh dari
penjumlahan antara biaya bahan baku,
biaya bahan penolong dan biaya lain-lain.
Semakin besar biaya antara maka nilai
tambah bruto diciptakan akan semakin
kecil, kemudian semakin besar nilai tambah
maka semakin besar pendapatan yang
diperoleh dan juga sebaliknya.
Nilai Tambah Netto. Nilai tambah netto
pada buah pisang mentah sebesar Rp.
18.110.517 diperoleh dari selisih antara
nilai tambah bruto sebesar Rp. 18.168.000
dan nilai penyusutan sebesar Rp. 57.483.
Nilai Tambah Per Bahan Baku. Nilai
tambah per bahan baku keripik pisang
Industri “Cahaya Indi” yaitu sebesar Rp
9.462/kg, artinya untuk setiap satu kilogram
bahan baku keripik pisang yang digunakan
dalam produksi dapat memberikan nilai
tambah bahan baku sebesar Rp. 9.462. Hal
ini dapat dilihat perbandingannya antara
nilai bahan baku pisang mentah yang
sebelum diolah yaitu dengan harga Rp.
1.750/kg, sehingga dapat diartikan bahwa
bahan baku pisang mentah yang telah diolah
120

akan memiliki nilai yang lebih tinggi.
Berdasarkan hal tersebut maka besarnya
nilai tambah tersebut diperoleh dari nilai
tambah bruto sebesar Rp 18.168.000 dibagi
dengan jumlah bahan baku yaitu sebesar
1.920 kg.
Nilai tambah keripik pisang pada
Industri “Cahaya Indi” adalah sebesar
Rp. 9.462/kg, sedangkan bahan baku pisang
mentah yang belum diolah bernilai
Rp. 1.750/kg. Berdasarkan hal tersebut,
maka diketahui bahwa pisang mentah akan
memberikan nilai yang lebih tinggi bila
diolah menjadi keripik pisang. Perbandingan
antara bahan baku pisang mentah sebelum
diolah dan setelah diolah adalah sebesar
Rp. 7.712/kg.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan
maka diperoleh kesimpulan bahwa nilai

tambah yang diperoleh Industri “Cahaya
Indi” sebesar Rp. 9.462/kg dari bahan baku
yang dimanfaatkan, sehingga nilai tersebut
merupakan besarnya rupiah yang didapatkan
dalam 1 kg penggunaan bahan baku pisang.
Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan
maka saran yang dikemukakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Perusahaan dapat memperoleh suatu
nilai tambah sangat dipengaruhi oleh
biaya dalam produksi. Oleh karena itu,
perusahaan harus lebih mengefisienkan
biaya produksi yaitu biaya peralatan,
biaya promosi, biaya lain-lainya yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
2. Pemerintah agar lebih memperhatikan
dan mengembangkan usaha kripik pisang
dengan
adanya
suatu
pelatihan
pengolahan, sehingga usaha ini mampu
memberikan keuntungan bagi Industri
“Cahaya Indi” dan bagi petani.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistika Sulawesi Tengah, 2013. Jumlah Produksi Buah Pisang.
Departemen Pertanian, 2005. Karakteristik Buah Pisang.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi (Peringdakop) 2014. Nama-Nama Industri, Kapasitas
produksi dan tenaga kerja Kabupaten Donggala.
Mangunwidjaja, D dan Sailah, I. 2002. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya; Jakarta.
Soekartawi, 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press ; Jakarta.
Tarigan R, 2004. Ekonomi Regional. Bumi Aksara; Jakarta.
Teguh, M. 2010. Ekonomi Industri. PT. RajaGrafindo Persada ; Jakarta.

121