6. bahan agro raker 2016 ringkas 4
HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI
BERBASIS AGRO
Disampaikan pada:
Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016
Jakarta, 16-17 Februari 2016
(2)
OUTLINE
I.
PENDAHULUAN
II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
II.A. INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
II.B. INDUSTRI PENGOLAHAN KOPI
II.C. INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
II.D. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
II.E. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI
MINUMAN BERALKOHOL
(3)
(4)
1. Industri Agro merupakan industri andalan masa depan, karena didukung oleh sumber daya alam
yang cukup potensial yang berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan,
perkebunan dan kehutanan, dengan produksi tahun 2014 sebagai berikut :
2. Di samping itu, industri agro juga membutuhkan bahan baku impor, yaitu yang tidak tersedia di
dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:
Kakao
(450 ribu ton)
No.3 di Dunia
Rumput Laut (Kering
)
(237 Ribu ton)
No.1 di Dunia
Kelapa
(3,3 Juta Ton)
No. 1 Di Dunia
Kopi
(738 Ribu Ton)
No. 4 di Dunia
Ikan dan Udang
(10,5 Juta Ton)
No. 2 di Dunia
Teh
(147,7 ribu Ton)
No.7 di Dunia
Ubi Kayu
(24 Juta
Ton)
CPO & CPKO
(31 juta ton)
No.1 di Dunia
Lada
(88 ribu ton)
No.3 Di Dunia
Pulp
(6,2 juta ton)
No.9 di Dunia
Kertas
(10,9 juta ton)
No. 6 di Dunia
Karet
(3,23 Juta Ton)
No.2 di Dunia
Rotan
(143 ribu Ton)
No.1 Di Dunia
Jagung
(16,72 Juta Ton)
Impor
(3,2 Juta Ton)
Kedelai
(2,67 juta Ton)
Impor
(2,16 Juta Ton)
Kertas Bekas
(6,5 Juta Ton)
Impor
(3,5 Juta Ton)
Daging
(594 ribu Ton)
Impor
(69 ribu Ton)
Gula
(5,88 Juta Ton)
Impor
(2,86 Juta Ton)
Beras
(30,13 juta Ton)
Impor
(537 ribu Ton)
A. LATAR BELAKANG
(5)
B. LINGKUP BINAAN DJIA
Furnitur dari Kayu
Industri Furnitur dari Rotan atau Bambu Panel Kayu lainnya
Kerajinan Ukir-ukiran dari Kayu
Moulding dan Komponen Bahan Bangunan Peti Kemas dari Kayu
Anyam-anyaman dari Rotan dan Bambu Bubur Kertas (Pulp) , Kertas Budaya , Kertas
Berharga
Kertas Khusus , Kertas Industri, Kertas Tissue Kemasan dan Kotak dari Kertas dan Karton Buku, Brosur, Buku Musik, dan Publikasi lainnya Penerbitan Surat Kabar, Jurnal dan Majalah Percetakan, Jasa Penunjang Percetakan Pengasapan Karet, Remiling Karet Karet Remah (Crumb Rubber)
Biodiesel, Bio Ethanol
Bahan Kimia Organik Lainnya dari Hasil Pertanian
Hilir Kelapa Sawit
Biskuit
Daging dalam kaleng
Tepung kelapa (desiccated coconut)
Pengolahan ikan dan udang beku
Ikan dalam kaleng
Kecap dan saos lainnya, kerupuk udang
Margarine, mete olahan
Mie instan
Minyak goreng kelapa/minyak kelapa
Minyak goreng lain dari minyak nabati
Minyak goreng sawit
Monosodium glutamat (MSG)
Olahan rumput laut (agar-agar)
Pakan ternak/ikan
Pengolahan dan Pengawetan Biota Air lainnya
Pengolahan rumput laut
Makanan ringan (snack food)
Minyak Makan dan Lemak Nabati & Hewani lainnya
Gelatin, Tepung Beras dan Tepung Jagung
Pati Beras dan Jagung
Tepung ikan, tepung tapioka
Pengolahan Buah-buahan dan
Sayuran
Pengolahan Produk dari Susu
Pengolahan Es Krim dan sejenisnya
Pengolahan Kopi, Pengolahan Teh
Pengolahan Herbal, Sirop
Air Minuman dan Air mineral
Minuman keras,
Minuman Anggur (wine)
Minuman ringan
Pengolahan Tembakau, Rokok
Kretek
Rokok Putih
Bumbu Rokok dan kelengkapan
Rokok lainnya
Saccharin dan Natrium Siklamat
Kakao dan coklat olahan
Industri Hasil Hutan dan
Perkebunan
Industri Makanan, Hasil Laut
dan Perikanan
Industri Minuman,Tembakau
dan Bahan Penyegar
(6)
C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI AGRO
Indikator
2011
2012
2013
2014
*)2015
**)Pertumbuhan (%) Tahun Dasar 2010
7,42
7,20
3,27
8,29
5,82
Kontribusi Terhadap PDB Industri
Pengolahan Non-Migas (%)
44,99
44,77
43,72
44,77
45,42
Nilai Ekspor (US$ Miliar)
39,85
40,34
38,87
42,60
39,15
Nilai Impor (US$ Miliar)
10,50
13,50
13,5
13,94
11,95
Nilai Investasi
PMDN (IDR Triliun)
PMA (US$ Miliar)
17,75
1,41
18,78
3,17
22,32
3,33
24,2
3,91
32,25
2,27
Sumber : BPS dan BKPM diolah Ditjen Ind. Agro Cat. :
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara
***) Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri dari Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya; Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman; dan industri furnitur.
Peran
sektor industri agro terhadap industri non-migas sebesar 45,42 % pada tahun 2015
disumbangkan oleh industri makanan dan minuman sebesar 30,84%, industri pengolahan tembakau
5,19 %, industri hasil hutan dan perkebunan
***)9,39 %.
(7)
D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
Industri Prioritas berbasis Agro diarahkan pada hilirisasi Industri Hulu Agro, Industri Pangan
dan Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari
Kayu.
a. Industri
Pengolahan Ikan dan Hasil Laut
b. Industri Bahan Penyegar.
c. Industri
Pengolahan Minyak Nabati.
d. Industri
Pengolahan Buah-Buahan dan Sayuran.
e. Industri Tepung. f. Industri gula
berbasis tebu.
a. Industri Oleofood. b. Industri Oleokimia. c. Industri Kemurgi. d. Industri Pakan. e. Industri Barang dari
Kayu.
f. Industri Pulp dan Kertas.
Industri Furnitur dan Barang Lainnya dari Kayu
(8)
1. Meningkatnya Populasi Industri berbasis Agro;
2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktifitas Industri Agro.
STRATEGI
HILIRISASI INDUSTRI
Fokus Pembangunan
Hilirisasi:
KELAPA SAWIT
RUMPUT LAUT
KAKAO
TUJUAN
1. MENINGKATKAN NILAI TAMBAH DAN
MEMPERKUAT STRUKTUR INDUSTRI
2.
MENUMBUHKAN POPULASI INDUSTRI
3. MENYEDIAKAN LAPANGAN KERJA
4. MENCIPTAKAN PELUANG USAHA
Hilirisasi adalah istilah untuk mendorong
pengembangan industri hilir yang menggunakan
bahan baku SDA potensial di Indonesia, baik SDA
yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan.
E. SASARAN STRATEGIS DAN HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
(9)
II. HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI AGRO
A. Industri Berbasis Minyak Sawit
B. Industri Pengolahan Kopi
C. Industri Pengolahan Kakao
D. Industri Pengolahan Rumput Laut
E. Pengawasan
dan
Pengendalian
(10)
Swasta
Nasional
( 5,1 Juta ha)
49
%
BUMN PTPN
(
800.000
Juta
Ha)8 %
Luas Area
Perkebunan
Indonesia
189 Juta ha
Petani Rakyat
(4.6 Juta ha)
43
%
Petani Mandiri
3.1
Juta HaPetani Plasma
1.5
Juta Ha5-6 Ton/
ha/tahun
Yield
CPO
Yield
CPO
2-3 Ton/
ha/
Tahun
5
–
6 Ton/ha/tahun
Perolehan CPO
Luas Area Kelapa
Sawit
~ 10.55
Juta ha
~
5.8
%
Yield
CPO
3-4 Ton/ ha/Year
Sumber Data : GIMNI 2015, menyadur Data
Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian
Struktur Kepemilikan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia
(11)
MINYAK KELAPA SAWIT
Minyak Sawit Kasar (CPO)
Asam Amino
Olein PFAD Toco
pherol
Beta Karoten
Minyak Inti Sawit (PKO) Protein Sel Tunggal Stearin Confectionaries dan Eskrim Minyak Goreng Minyak Salad
Shortening Metil Ester
Surfaktan Methyl Ester Sulfonat
Detergen Fat Powder Cocoa Butter Substitute (CBS) Biodiesel Margarin Sabun Batangan Vegetable Ghee
Ester Asam Lemak : Palmitat/Propand
Stearat Sulfonat Oleat/Glycol Propylene Glycol
Metalic Salt :
Palmitat Stearat/ Ca, Zn Stearat/Ca, Mg
Stearat/ Al, Li Oleat/ Zn, Pb
Oleat/Ba Polyethoxylated Derivates : Palmitat/Ethylene Propylene Oxide Stearat/Ethylene Propylene Oxide Oleic Acid Dimer
Ethylene Propylene Oxide
Fatty Amines :
C16 & C18 / Ethoxylated Secondary C16 & C18 / Ethoxylated
Betain Oxygenated Fatty Acid/Ester: Epoxy Stearic/ Octanol Ester Epthio Stearin Mono & Polyhydric Alcohol Ester Processed Fatty Alkohol C16&C18 Alcohol/ Sulphated C16&C18 Alcohol/ Esterified C16&C19 Alcohol/ Ethoxylation Monogliserida Ethoxylation
Fatty Acids Amides
Stearamide
Sulphated Alcanolamide of Palmitat, Stearic &
Oleic Acids Oleamide Alkanolamides Lipase Soap Chip Fatty Acid/ Asam Lemak Shortening Cocoa Butter Substitute (CBS) Gliserol Food Emulsifier Cocoa Butter Substitute (CBS) Margarine Glycerol Mono Oleat Keterangan Warna
Sudah diproduksi di Indonesia Belum diproduksi di Indonesia
Target Diverisifkasi Produk Jangka Menengah (hingga 2014) Target Diverisifkasi Produk Jangka Panjang (2014 - 2025)
Fatty Alcohol
Bahan Dasar Kosmetika
(12)
Pengembangan Industri Oleokimia Berbasis Fatty Acid Dan
Fatty Alcohol
Semakin hilir,
nilai tambah
semakin besar,
peluang
mendapatkan
profit gain
sangat tinggi.
(13)
Tahapan Pengembangan Hilirisasi Industri Kelapa Sawit
Short Term (2011
–
2015)
Fokus pada optimalisasi
kapasitas terpasang,
peningkatan kapasitas
refinery dan biodiesel, dan
penguatan iklim usaha
investasi
Fokus produk: minyak
goreng, lemak padatan
pangan, asam lemak dan
alcohol lemak, serta
Biodiesel
Medium Term (2016
–
2020)
Fokus pada produk hilir
dengan
distinctive aspect
untuk mendukung ketahanan
pangan dan memenuhi
kecukupan nutrisi masyarakat
Indonesia.
Fokus produk : Betacarotene
Tocopherol, Tocotrienol,
Protein sel tunggal, Personal
care
Long Term (2020
–
2050)
Fokus pada produk canggih
turunan minyak sawit sebagai
substitusi produk sejenis yang
tidak terbarukan (
non
renewable, green product
)
Contoh produk: Bio asphalt,
Bio surfactant, Biopolymer,
Bio jet fuel, Bio lube.
(14)
Infrastruktur Industri/
Kawasan Industri yang
memadai (
port, energy,
land, natural gas, etc
)
Iklim Usaha Industri yang
Kondusif (legal, lisence,
security, soft-facility)
Insentif Fiskal
dan Disinsentif Fiskal
Penyediaan Teknologi, SDM
Unggul , Permesinan Industri
dalam Kualitas dan Kuantitas
yang Memadai
Insentif Fiskal
1.
Tax Holiday
2.
Tax Allowance
3.
Free Import Duty
for Machineries
Disinsentif
Fiskal
Export tax for Palm
Oil Upstream and
Intermediate
Product
(15)
(16)
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINYAK SAWIT
a. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Sei Mangkei
Simalungun Sumatera Utara
b. Industri Pengolahan Kelapa Sawit di Kawasan Industri Pelintung-Dumai
Provinsi Riau
(17)
PRODUKSI Kopi Olahan Nasional
•Jumlah Unit Usaha : 90 perusahaan besar dan sedang
•Produksi : 222.905 Ton •Nilai (Rp Juta): 9.408.560 •Tenaga Kerja : 21.556 orang •Konsumsi perkapita/tahun : 1,1 Kg
IMPOR
Produk Kopi Olahan
Nasional
•Jumlah : 15.307 Ton
EKSPOR
Kopi Olahan Nasional
•
Jumlah : 99.556 Ton
•
Nilai (US$ Ribu): 332.241
PT Nestle Indonesia, Panjang Factory di Lampung, Kapasitas Produksi 21.000 Ton/Tahun, Realisasi Produksi 9.155 Ton/Tahun
Lebih dari 130 Perusahaan
kecil-menengah
Lampung :
PRODUKSI
Biji Kopi Nasional
•Jumlah : 685 Ribu Ton •Luas Lahan : 1,2 Juta Ha •96% Perkebunan Rakyat
IMPOR
Biji Kopi Nasional
•
Jumlah : 21,3 Ribu Ton
•
EKSPOR
Biji Kopi Nasional
•Jumlah : 378 Ribu Ton •Nilai (US$ Ribu): >1.002.367
Ekspor Biji Kopi Lampung 222.441 Ton
Sumatera Selatan : 144 Lampung : 131 Sumatera Utara : 59 Bengkulu : 56 Aceh : 54 dll
Lampung :
Sektor On-Farm
Sektor Industri
Produksi Biji Kopi (Ribu Ton)
Konsumsi Kopi Nasional (Ribu ton)
Produk industri : 138
Produk IKM dan retail :
±125
(18)
Peta Indikasi Geografis
“Sudah terdaftar 11 indikasi geografis untuk
kopi.”
(19)
(20)
Sumber : BPS diolah Ditjen Ind Agro
(21)
POHON INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Cokelat
Kembang Gula Powder
Minuman Cokelat
Cake
Malt Extract
Es Krim Essence (Flavour)
Tannin Liqour
Biji
Shell , Pulp , Pod
Oleo Chemical Fatty Acid Butter/ Fat
Pupuk
Single Cell Protein
Alkohol Pektin
Jelly
Plastik Filler Bahan Bakar kakao
Kosmetika
Bahan Mentah
Produk Setengah Jadi
(Intermediate Goods)
Produk Hilir
Berbasis Kakao
(22)
POTENSI PNGOLAHAN KAKAO DI INDONESIA
ADA SOLUSI
IKM COKLAT
SUDAH ADA 10
CALON
TECKNOPARK
COKLAT
JIKA SETIAP TECKNOPARK MENCIPTAKAN 20 WIRAUSAHA YANG
BERPOTENSI MENDIRIKAN PABRIK HILIR KAKAO - AKAN ADA 200 PABRIK CONFECTIONERY COKLAT
ADA SOLUSI 7 PERMASALAHAN
PENGEMBANGAN INDUSTRI KAKAO SAAT INI
POLA PIKIR PEMBANGUNAN HILIRISASI KAKAO
INDUSTRI BESAR SEDANG (IBS)
COKLAT
ADA SOLUSI
PERMASALAHAN IKM PADA TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN UNTUK PENGEMBANGAN INDUSTRI
KAKAO
SUDAH ADA 20
IBS PENGHASIL
BAHAN
SETENGAH
JADI COKLAT
JIKA SETIAP IBS MENDAPAT IKLIM USAHA KONDUSIV AKAN MENCIPTAKAN 20 PABRIK HILIR
KAKAO MISALNYA 20 PRODUK CONFECTIONERY COKLAT, BAHAN
(23)
PETA WILAYAH PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Sulteng Sumbar
Sulbar Sulsel
Sultra Banten Jabar
(24)
FOKUS HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN KAKAO
Hilirisasi pengembangan industri berbasis kakao dilakukan melalui pendeketan
konsep pembangunan Techno park. Lembaga-lembaga pengembangan olahan kakao
yang telah ada akan diarahkan untuk menjadi
“
Techno Park Hilirisasi
Pembangunan Industri Pengolahan Kakao
”
. Adapun hasil inventarisasi terdapat 10
Techno Park yaitu :
1.Techno Park TTP (BPTP) Gunung Kidul,
2.Techno Park TTP (BPTP) Payakumbuh,
3.Techno Park Rumah Cokelat
–
Palu,
4.Techno Park Ind. Pengolahan Cokelat
–
Univ. Haluoleo Kendari,
5.Techno Park Teaching Factory di UNHAS
6.Techno Park Kampung Cokelat Kademangan-Blitar, Jatim
7.Techno Park Franchise Chocochock (minuman), Tangerang
8.Techno Park Agrowisata kakao dan Cokelat di Singaraja, Bali
9.Techno Park Chocolate School by Tulip (praline) di Permata Hijau, Jakarta
(25)
II.d. INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
Gracilaria sp
Agarophyte
Eucheuma sp
Carrageenophyte
Gelidium sp
Agarophyte
Sargassum sp
Alginophyte
Turbinaria sp
Alginophyte
Agar
Karaginan
Alginat
Farmasi, kosmetik,
makanan, Pet food, kultur
jaringan, cetakan gigi
Dairy, minuman, dressing,
saus, makanan diet, pet
food, farmasi
Dairy, roti, saus, tekstil,
kosmetik, minuman,
farmasi
Rumput Laut
Alkali Treated Gracilaria
(Chip)
Alkali Treated Eucheuma (SC,SRC,RC)
(26)
KINERJA INDUSTRI BERBASIS RUMPUT LAUT
No. URAIAN SATUAN Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
1. Jumlah Investasi juta USD 114 114 120 130 130
2.
Jumlah Perusahaan : unit 22 22 23 25 25 a. Karaginan unit 14 14 15 16 16 b. Agar unit 8 8 8 9 9
3.
Kapasitas Terpasang ton 19.938 20.883 21.874 22.912 24.000 a. Karaginan ton 14.809 15.549 16.327 17.143 18.000 b. Agar ton 5.129 5.334 5.547 5.769 6.000
4.
Produksi : ton 12.436 13.033 13.658 14.314 15.000 a. Karaginan ton 9.872 10.366 10.884 11.429 12.000 b. Agar ton 2.564 2.667 2.774 2.885 3.000 5. Konsumsi ton 11.786,32 12.174,30 8.793,36 9.217,16 10.826,84
6. Ekspor
Agar Nilai (Ribu USD) 10.693,16 12.627,49 12.861,06 13.084,36 11.910,74 Berat (Ton) 1.720,69 1.872,76 1.291,60 1.055,93 774,40
Karagenan Nilai (Ribu USD) 8.743,82 12.127,10 30.905,21 33.988,56 31.797,70 Berat (Ton) 936,65 1.210,62 4.439,85 4.757,21 3.884,38
7. Impor
Agar Nilai (Ribu USD) 3.305,46 3.742,55 964,24 1.009,41 707,07 Berat (Ton) 750,16 903,86 714,04 381,89 133,25
Karagenan Nilai (Ribu USD) 7.928,38 8.926,59 3.235,51 4.931,25 4.513,09 Berat (Ton) 1.257,50 1.320,82 242,77 334,41 352,37 8. Jumlah Tenaga Kerja orang 2.860 2.860 2.960 3.100 3.100
(27)
(28)
Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi
kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui :
PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN
1. Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG)
Lokasi
: Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel
Kapasitas
: 6.000 Ton per tahun
Jenis Produk
: Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan)
Tenaga Kerja
: Pabrik
: 50 orang
Pendukung
: 2.100 orang (
on farm
)
Nilai Investasi
: Rp. 30 Milyar
2. Pengelola
: KOSPERMINDO Sulawesi Selatan
3.
Offtaker
: PT. AGARINDO BOGATAMA
(29)
1. Dampak Ekonomi Wilayah
MANFAAT
•
Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha.
•
Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang.
•
Membangkitkan ekonomi daerah.
•
Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik
dan produk makanan lainnya.
•
Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta
per tahun.
•
Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.
(30)
2. Aspek Sosial
•
Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan
kegunaan rumput laut.
•
Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke
formal (pertanian ke industri)
•
Peningkatan infrastruktur di daerah
3. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional
•
Meningkatkan daya saing industri agar-agar
•
Meningkatkan ekspor produk agar-agar
MANFAAT
(31)
Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian :
•
Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi.
•
Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri
•
Terdapat 30 perusahaan yang berproduksi melebihi kapasitas Izin Usaha Industri
II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN
BERALKOHOL
(32)
(1)
(2)
Pembangunan industri di sektor hulu antara dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hilir berbasis rumput laut, melalui :
PEMBANGUNAN INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT DI SULAWESI SELATAN
1. Pembangunan Pabrik Pengolahan Rumput Laut Alkali Treated Glacilaria (ATG) Lokasi : Kelurahan Toro, Kec. Tanete Riatang Timur, Kab. Bone, Sulsel Kapasitas : 6.000 Ton per tahun
Jenis Produk : Chip (rumput laut kering, bersih dalam bentuk potongan) Tenaga Kerja : Pabrik : 50 orang
Pendukung : 2.100 orang (on farm) Nilai Investasi : Rp. 30 Milyar
2. Pengelola : KOSPERMINDO Sulawesi Selatan
(3)
1. Dampak Ekonomi Wilayah
MANFAAT
• Pengembangan luas lahan budidaya rumput laut Glacilaria + 700 Ha.
• Penyerapan tenaga kerja di sektor budidaya rumput laut + 2.100 orang.
• Membangkitkan ekonomi daerah.
• Menciptakan industri turunan rumput laut : agar-agar, farmasi, kosmetik dan produk makanan lainnya.
• Meningkatkan penerimaan pajak dan retribusi bagi daerah + Rp. 35 juta per tahun.
• Menjaga stabilitas harga rumput laut minimal p. 6.000 per kg.
(4)
2. Aspek Sosial
• Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat dan kegunaan rumput laut.
• Pergeseran kegiatan utama ekonomi masyarakat dari sektor informal ke formal (pertanian ke industri)
• Peningkatan infrastruktur di daerah
3. Dampak Pemenuhan Kebutuhan Domestik dan Daya Saing Nasional
• Meningkatkan daya saing industri agar-agar
• Meningkatkan ekspor produk agar-agar
MANFAAT
(5)
Berdasarkan data produksi minuman beralkohol yang memiliki IUI dari Kementerian Perindustrian :
• Terdapat 37 perusahaan yang selama 2 tahun berturut-turut (2014-2015) tidak berproduksi.
• Terdapat 36 perusahaan yang berproduksi dibawah kapasitas Izin Usaha Industri
•
II.e. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INDUSTRI MINUMAN BERALKOHOL
(6)