KEWAJIBAN USAHA MEMPERTEGUH IMAN

KEWAJIBAN USAHA MEMPERTEGUH IMAN (3)
H. Ahmad Dimyati
Rasulullah bersabda: “Imam itu engkau beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir dan engkau beriman
kepada qodar yang baik dan yang buruk. (HR Muslim, dari Umar).
Secara syarah, hadits menunjukkan pelajaran prinsip fundamental yang
analisanya antara lain:
Menurut Ali bin Muhammad: Imam –dalam bahasa- ialah pembenaran
dalam hati. Iman –dalam syara’- ialah kepercayaan dalam hati, pengakuan
dengan lisan (dan pengamalan dengan tubuh). Iman memiliki lima arti: 1.
Iman yang tercetak, imannya malaikat, 2. Iman yang ma’shum, imannya
para Rasul, 3. Iman yang maqbul, imannya orang-orang mukmin, 4. Iman
yang mauquf, imannya orang yang berbuat bid’ah, dan 5. Iman yang
mardud, imannya orang-orang munafiq (At- Ta’rifaat: 34).
Hadits tersebut juga menunjukkan enam rukun iman yang analisanya a.l.:
1. Iman kepada Allah SWT. Setiap manusia wajib beriman/ percaya bahwa
Allah SWT itu Tuhan yang benar (QS. At-Taghaabun: 8 dan QS Yunus:
32). DIA adalah tuhan Yang Pertama tanpa permulaan dan Yang Akhir
tanpa penghabisan (QS Al-Hadiid: 3). Allah SWT sama sekali tidak ada
yang menyamai-Nya (QS Asy-Syuraa: 11). Allah SWT Maha Esa tentang
ke Tuhanan-Nya, sifat-sifat-Nya dan perbuatan-Nya ( QS Al-Ikhlash: 14). Allah SWT Maha Hidup dan mengadakan segala yang ada (QS AlBaqarah: 255). Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS AlMulku: 1). Allah SWT apabila menghendaki sesuatu, maka Dia hanya
berfirman: “Jadilah”, maka jadilah sesuatu itu. (QS An-Nahlu: 40).

Untuk usaha memperteguh iman, setiap muslim hendaknya mempelajari,
memahami dan mengkaji sesuai dengan kemampuannya tentang iman
kepada Allah SWT yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadits, baik membaca
maupun mendatangi pengajian
2. Iman kepada Malaikat. Setiap manusia wajib beriman kepada malaikat
yang bersayap, ada yang dua, ada yang tiga dan ada yang empat (QS
Faathir: 1). Mereka adalah hamba Allah SWT yang dimulyakan, mereka
tidak pernah menentang Allah SWT akan perintah-Nya dan mereka
senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan (QS Al-Anbiyaa’: 26
dan 27) dan QS At Tahrim: 6). Mereka tidak makan dan minum (QS Hud:
70). Mereka tidak berjodoh dan tidak tidur (QS Al-Anbiyaa: 20). Mereka
diberi tugas oleh Allah SWT secara tertentu (QS Ash-Shoffaat: 164),
misalnya Malaikat Rokib dan Atid mencatat perbuatan manusia, Izrail
sebagai pencabut nyawa manusia dan lainnya.

3. Iman kepada Kitab Allah SWT. Setiap manusia wajib beriman kepada
kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya untuk memperbaiki manusia
tentang urusan agama dan dunia mereka (QS Al-Hadiid: 25 dan QS AlBaqarah: 200).
Oleh karena itu, setiap muslim- terutama muslim yang mempunyai
kedudukan /jabatan yang tinggi/tertinggi di dunia- hendaknya mempelajari,

memahami Al-Qur’an dan Hadits semampunya dan mengamalkannya
sebagai petunjuk dalam memimpin diri/keluarga/masyarakat/rakyat. Sebab
hidup memimpin tanpa Al-Qur’an dan Hadits akan sesat dan berbahaya.
Na’udzu billaahi min dzalik.
4. Iman kepada Rasul Allah SWT. Setiap muslim wajib iman (percaya)
bahwa Allah SWT Maha Bijaksana telah mengutus para Rasul untuk
memberi ummat manusia petunjuk sebagai jalan yang lurus. Mereka itu
pembawa berita yang menggembirakan dan memberi peringatan, agar
bagi manusia tidak ada alasan atau membantah kepada Allah setelah
diutusnya para Rasul (QS. An-Nisaa’: 164 dan 165). Para Rasul itu
adalah manusia seperti kita: makan, minum dan pergi ke pasar (QS AlFurqon: 20). Mereka telah dipilih oleh Allah SWT menjadi utusan-Nya
dan mengistimewakan mereka dengan diberi wahyu. Mereka adalah
orang-orang yang jujur (QS.Al-Ahzaab: 22).
Iman kepada Rasul yang demikian itu tidak terwujud kecuali dengan
peneladanan dan ittibaa’ (mengikuti) jejak peri laku dan akhlak Rasul saw.
Sedangkan uswah (peneladanan) dan ittibaa’ tidak bisa diamalkan kecuali
dengan mempelajari dan memahami hadits/as-sunnah semampunya.
Dalam konteks uswah dan ittibaa’, Allah SWT berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap Allah dan (kedatangan) hari

kiamat dan dia banyak mengingat Allah (QS Al-Ahzaab: 21).
Secara tafsir, ayat menunjukkan perintah halus kepada ummat supaya
meneladani suri teladan yang baik yang telah diberikan kepada Rasulullah
saw oleh Allah SWT. Untuk bisa meneladani suri teladan yang baik itu,
muslim harus mengharap ridha dan rahmat Allah SWT dan berdzikir
kepada-Nya sebanyak mungkin dan semampunya. Dengan kata lain, dalam
meneladani Rasulullah saw, muslim harus ikhlas hanya mengharap ridha
Allah SWT dan mengingat-Nya sebanyak-banyaknya sesuai
kemampuannya. Disamping itu, dia supaya bersiap-siap menghadapi hari
kiamat dengan membekali diri dengan taqwa dan amal shaleh.
Katakanlah: “Jika kamu benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku,
niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (QS Ali-Imran: 31).

Ayat menunjukkan bahwa kalau seseorang ingin dicintai oleh Allah SWT,
maka dia harus ittibaa’ kepada Rasulullah saw, yaitu dia supaya dalam
beribadah/amal shaleh/jihad fii sabiilillah mengikuti jejak peri laku
Rasululah saw dengan hanya mengharap ridha Allah SWT semata. Kalau
seorang muslim bisa mengerjakan yang demikian, maka Allah SWT akan
mencintai dan mengampuni dia. Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang bagi muslim yang ber-ittibaa kepada Rasulullah saw dalam
beragama Islam dengan ikhlas.
5. Iman kepada adanya Hari Akhir. Setiap manusia wajib beriman kepada
adanya Hari Akhir dan segala yang terjadi di dalamnya tentang kerusakan
alam ini, serta percaya akan hal-hal yang diberitakan oleh Rasululla saw
dengan riwayat mutawatir tentang kebangkitan dari kubur (QS At-Taghabun:
7 dan QS Yasin: 51 –53 dan QS Al-Mu’minun: 16).
Iman kepada hari Akhir juga mempercayai adanya pengumpulan seluruh
manusia di Makhsyar (QS Al-Mulk: 15), pemeriksaan (QS Ibrahim: 41) dan
pembalasan (QS Al-Mukmin: 17). Allah SWT memberi keputusan tentang
perbuatan orang lalu yang masuk neraka selama-lamanya, tidak leluar dari
padanya, yaitu orang kafir dan musyrik (QS Al-Bayyinah: 6). Pada saat itu
(Hari Akhir) orang ahli surga masuk surga, sedang orang ahli neraka masuk
neraka. Lalu pada saat itu pula Allah SWT
menyeru/berfirman:”Barangsiapa di dalam hatinya ada iman sekalipun
sebesar biji sawi, keluarlah dia dari neraka, lalu mereka keluar……(HR
Bukhari, dari Abi Sa’id). Adapun Hari Akhir bagi orang-orang mukmin
mereka masuk surga dan kekal karena mereka itu orang-orang yang benar
(QS At. Taubah: 111).
5. Iman kepada Qodho’ Qodar. Setiap manusia wajib iman kepada Allah

yang telah menciptakan segala sesuatu (QS Al-An-‘aam: 102) dan Dia
telah memerintah dan melarang (QS An-Nahlu: 90) dan perintah Allah
adalah kepastian yang telah ditentukan (QS Al-Ahzaab: 38). Dan
bahwasanya Allah SWT telah menentukan segala sesuatu sebelum Dia
menciptakan segala kejadian dan mengatur segala yang ada dengan
pengetahuan, ketentuan, kebijaksanaan dan kehendak-Nya (QS AlHadiid: 22 dan QS Al-Qomar: 49). Adapun yang dilakukan menusia itu
semuanya atas Qodho dan Qodar-Nya. (QS Ash-Shoffaat: 96). Sedang
manusia sendiri hanya dapat berikhtiar.
Dengan demikian,maka segala ketentuan adalah dari Allah SWT dan usaha
adalah bagian manusia. Perbuat manusia ditilik dari segi kuasanya
dinamakan hasil usaha sendiri. Tetapi ditilik dari segi kekuasaan Allah SWT,
perbuatan manusia itu adalah ciptaan Allah SWT. Manusia hanya dapat
mengolah bagian yang Allah SWT karuniakan padanya berupa rizki dan

lainnya (QS Al-Balad: 10, QS Ash-Soffaat: 96, QS Al-Baqarah: 168, 172
dan QS An-Nahl: 114).
Kalau iman seseorang berfungsi, maka dia dengan sungguh-sungguh
memperhatikan apa yang akan terjadi pada Hari Akhir. Karena itu, dia
berusaha agar amalnya yang baik diterima Allah SWT dengan mendapat
ridha-Nya dan diampuni segala dosanya. Dengan demikian, dia senantiasa

berusaha menambah untuk memperteguh imannya yang antara lain dengan
semangat mempelajari ajaran iman dalam Al-Qur’an dan Hadits
semampunya. Allah SWT berfirman:
……………adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…..
(QS Al-Baqarah: 165).
Ayat menunjukkan bahwa seseorang yang beriman teguh dan berfungsi
imannya, tentu dia lebih mencintai Allah SWT daripada lainnya.
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. (QS Ar-Ra’d: 28).
Secara jelas, ayat menunjukkan bahwa hati mukmin yang selalu mengingat
Allah menjadi tenteram karena iman yang berfungsi. Sebaliknya, hati yang
tidak pernah mengingat Allah SWT, karena tidak beriman menjadi gelisah,
susah, tidak tenteram, bahkan bisa menumbuhkan kehendak berbuat jahat.
Na’uudzu billah min dzalik.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 16 2002