hUKUM PERJANJIAN INTERNASIOAL
HUKUM
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
SEMESTER GANJIL/2 SKS
DOSEN: 1.MAGDARIZA, SH.MH (Penjab)
2. NAJMI,SH.MH.
3. ZIMTYA ZORA, SH.MH.
10/13/17
1
PENILAIAN
- TANPA TUGAS : - UTS 40 %
- UAS 60%
- ADA TUGAS : - UTS 30%
- UAS 50%
- TUGAS 20%
Cat. :
- IZIN MENGIKUTI UAS 75% PERTEMUAN
- KEWAJIBAN UTS DAN TUGAS HARUS SELESAI
SEBELUM UAS
10/13/17
2
POKOK BAHASAN
I.
II.
PENDAHULUAN
PEMBENTUKAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
III. RATIFIKASI PI
IV. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
(CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY) DAN BERLAKUNYA PI
10/13/17
3
V. BERAKHIR DAN BATALNYA PI
VI. PENTAATAN DAN PENAFSIRAN PI
VII. PERUBAHAN PI
VIII. RESERVASI PI
IX. PRAKTEK NKRI DALAM HUKUM
PI
10/13/17
4
I.
PENDAHULUAN (3X PERTEMUAN)
a. PENGATURAN PI (INT. DAN NAS)
b. PENGERTIAN DAN PERISTILAHAN PI
c. MACAM-MACAM PI
d. PERANAN PI DALAM MASYARAKAT
INT.
II. PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
(4X PERTEMUAN)
a. PRINSIP-PRINSIP PI
b. KEKUASAAN MEMBUAT PI (Treaty
Making Power)
c. STRUKTUR PI
d. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
10/13/17
5
III. RATIFIKASI PI (1X PERTEMUAN)
IV. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
(CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY) DAN BERLAKUNYA PI (1X PERTEMUAN
a. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
b. BERLAKUNYA PI (ENTRY INTO FORCE)
V.
BERAKHIRNYA DAN BATALNYA PI
(2X PERTEMUAN)
a. BERAKHIRNYA PI
b. BATALNYA PI
c. SUKSESI NEGARA DAN
PENGARUHNYA THD PI
10/13/17
6
VI. PENTAATAN DAN PENAFSIRAN PI
(1XPERTEMUAN)
VII. PERUBAHAN PI (2XPERTEMUAN)
a. AMANDEMEN PI
b. MODIFIKASI PI
VIII. RESERVASI PI (1XPERTEMUAN)
IX. PRAKTEK NKRI DALAM HUKUM PI
(2XPERTEMUAN)
a. MENURUT KW 1969
b. CASE STUDY (PI YG BERHUB DG
10/13/17
INDONESIA)
7
DAFTAR PUSTAKA
1. BOER MAUNA, , Hukum internasional,
Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2001
2. Brierly,J.L., The Law of Nations – An
Introduction to The International Law of
Place, fourth Edition, Oxford At The
Clarendon Press, 1949
3. I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian
Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2002
10/13/17
8
4. Lauterpachct, Oppenheim,
International Law of Treaties,
Longmans, Green And Co, London, 1953
5. Mc Nair, Lord, The law of Treaties, At
The Clarendon Press, Oxford, 1961
6. Mochtar Kusumaarmadja; Pengantar
Hukum Internasional; Binacipta
Bandung 1978
7. ------------, Konsep-Konsep Hukum
dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,
2002
10/13/17
9
8. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes,
Pengantar Hukum Internasional, Binacipta,
Bandung, 2003
9. Mieke Komar Kantaatmadja dan Eddy
Damian, Bahan Pelajaran Hukum Perjanjian
Internasional, Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung, 1985
10. ------------, Beberapa Masalah Pokok
Konvensi Wina 1969, Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaraan, Bandung, 1981
11. Starke, G. Introduction to International Law;
Buttherworths, 1984, hal 31. Juga Ian
Brownlie; Principles of Public Internasional
Law; Clarendom Press 1979
10/13/17
10
12. G.SCHWARZENBER, MANNUAL OF
INTERNATIONAL LAW, VOL 1
SUMBER LAIN
1. Panduan Umum Tata Cara Hubugan Luar
Negeri oleh Pemerintah Daerah, Dept. Luar
Negeri RI, 2003
2. DLL
10/13/17
11
DOKUMEN
1.
2.
3.
4.
UU NO. 24 TAHUN 2000
UU NO. 37 TAHUN 1999
KW 1969, KW 1978 DAN KW 1986
DLL PERATURAN INTERNASIONAL DAN
NASIONAL YANG TERKAIT DENGAN PI
5. DLL
10/13/17
12
PENDAHULUAN
A.
PENGATURAN PI
•
Vienna Convention 1969 on the Law of
Treaties
Vienna Convention 1986 on the Law of
Treaties between States and International
Organizations
Vienna Convention 1978 on the Succession
of States with respect to Treaties
UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
UU NO. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Internasional
•
•
•
•
10/13/17
13
Vienna Convention 1969 on the
Law of Treaties
• Mengatur bagaimana membuat perjanjian
internasional antar negara saja:
–
–
–
–
the Conclusion and Entry into force
Observance, application and Interpretation
Amendment And Modification
Invalidity, Termination And Suspension Of The
Operation
– Depositaries, Notifications, Corrections And
Registration
• Kristalisasi Norma yang pada hakekatnya
sudah berkembang dalam Hukum
Kebiasaan Internasional
10/13/17
14
Vienna Convention 1986 on the Law of
Treaties between States and
International Organizations
• Mengatur pembuatan perjanjian antara negara
dengan organisasi internasional dan antar organisasi
internasional
• Mengatur: idem dengan Vienna Convention 1969,
dengan beberapa klausula yang khas untuk
Organisasi internasional:
– the legal capacity to conclude treaties
– Treaties concluded by international organizations
and the relation to the member states
– States and Organizations are distinguished in
using terminology: Ratification vs Act of Formal
Confirmation
10/13/17
15
Vienna Convention 1978 on the
Succession of States with
respect to Treaties
MENGATUR STATUS PERJANJIAN JIKA TERJADI
SUKSESI NEGARA:
• STATUS TIMOR GAP TREATY 1989 SETELAH
PEMISAHAN TIMOR LESTE DARI
INDONESIA
• INDONESIA TERIKAT PADA PERJANJIAN
OLEH HINDIA BELANDA PASCA INDONESIA
MERDEKA?
10/13/17
16
UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
• Pada umumnya “copy paste” dari Konvensi Wina
1969 dan 1986
• Mengatur elemen internal Indonesia:
– Peran Koordinasi dan Konsultasi serta fungsi Depository
DEPLU
– Full Powers dan Pedoman Delri
– Pengesahan Perjanjian Internasional dengan Perpres dan
UU
• Kristalisasi dari Praktek Hukum Indonesia dalam
membuat perjanjian Internasional
• 10/13/17
Penjabaran dari Pasal 11 UUD 1945
17
UU No. 37 tahun 1999
MERUPAKAN PENGATURAN MENGENAI
HUBUNGN LUAR NEGERI INDONESIA
SECARA UMUM,SEPERTI POLITIK
LUAR NEGERI, PERWAKILAN,
PERLINDUNGAN WNI, SUAKA DLL.
10/13/17
18
DASAR HUKUM PI DALAM HN INDONESIA
A. sekarang
1. P 11 UUD 1945 (AMANDEMEN)
2. UU NO. 24 TAHUN 2000
3. UU NO. 37 TAHUN 1999
B.
1.
2.
3.
4.
Sebelumnya
P 11 UUD 1945
P 175 KONS.RIS
P 120 UUDS 1950
SURAT PRESIDEN 2628/HK/1960
10/13/17
19
B. 1. PENGERTIAN
P 2 (1) (a) KW 1969
"treaty" means an international
agreement concluded between States
in written form and governed by
international law, whether embodied
in a single instrument or in two or
more related instruments and
whatever its particular designation;
10/13/17
20
KW 1986 P 2 (a)
Treaty means an international agreement
governed by international law and
concluded in written form : (i) treaties
between one or more states and one
more international organizations and,
(ii) treaties between international
otganizations, whether that agreement
is embodied in a single instrument or
two or more related instrument and
whatever its particular designation
10/13/17
21
UU No. 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian
Internasional (UU PI)
P 1 (1)
Perjanjian Internasional adalah perjanjian,
dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara
tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban
di bidang hukum publik.
P 4 (1)
Pemerintah RI membuat perjanjian
internasional dengan satu negara atau lebih,
organisasi internasional, atau subjek hukum
internasional lain
10/13/17
22
Pengertian menurut sarjana
- Ian brownlie
Treaty as any international agreement in
written form whether embioded in a single
instrument or in two or more related
instrument and whatever its particular
desingned (treaty, convencion, protocol,
covenant, charte, statute, act,
declaration, concordat, exchange of notes,
agreed minute, memorandum of
agreement, modus vivendi or any other
appletion) concluded between two or more
states or other subjects of international
law and governed by international law”.
10/13/17
23
Oppenheim dan Lauterpacht:
”International treaties are convention,
or contracts between two or more
states, concerning various matters of
interest”.
10/13/17
24
Mochtar Kusumaatmadja :
Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan
akibat hukum tertentu
10/13/17
25
- G. SCHWRZENBER:
TREATIES ARE AGREEMENTS
BETWEEN SUBJECTS OF INT.LAW
BINDING OBLIGATION IN INT. LAW.
10/13/17
26
WHAT SHOULD BE THE TEST ??
• an International Agreement
• by Subject of International
Law (States, IO)
• Written Form
• “governed by
international law”
• whatever form, (the
nomenclature have no legal
weight).
10/13/17
27
B.2. PERISTILAHAN
- MYERS: ADA 39 MACAM
- SECARA YURIDIS SEMUA
ISTILAH MEMPUNYAI
PENGERTIAN SEBAGAI PI
ISTILAH-ISTILAH PI:
10/13/17
TREATY
CONVENTION
AGREEMENT
CHARTER
DECLARATION
PACT
28
-
PROTOCOL
CHARTER
COVENANT
GENERAL ACT
FINAL ACT
MODUS VIVENDI
MOU
ARRANGEMENT
AGREED MINUTES
SUMMARY RECORDS
EXCHANGE OF NOTES/LETTERS
PROCESS VERBALL
STATUTE
DLL
10/13/17
29
MOU:
-
COMMON LAW SYSTEM
NEG LAIN TERMSK IND. MOU SD TREATIES
MOU DALAM LINGKUP NAS SD KONTRAK/PERJ.PERDT
DLM PEM:
- MOU SBG JAMINAN PEM THD INVESTOR ASING
(MASIH DALAM PERDEBATAN)
- KERJASAMA DAERAH:MOU SBG DOKUMEN AWAL YG
TDK MENGIKAT
10/13/17
30
PRAKTEK INDONESIA
- AGREEMENT LBH TINGGI DR MOU
- KECENDRUNGAN MEMBUAT PI YG
BERSIFAT TEKNIS ANTAR SEKTOR
DIDAHULUI DG PI PAYUNG
- DALAM MEMBUAT PI YG SESUAI HK
DAN KBS INT DAN MEMPERHTK KEPT
NAS, PERLU KOORDINASI ANTAR
DEPT DALAM MENENTUKAN
NOMENKALTUR PI
10/13/17
31
MACAM-MACAM PI
DAN
PERANAN PI BAGI
MASYARAKAT INT.
BENTUK-BENTUK PI
1. PI TIDAK TERTULIS/LISAN (UNWRITTEN
AGREEMENT/ORAL AGREEMENT)
-
-
PI LISAN JARANG,KRN BANYAK MENIMBULKAN
KESUKARAN DRPD MANFAAT, TERUTAMA
SULIT UNTUK DIBUKTIKAN TTG PI TSB DAN
ISINYA
PASAL 3 KW
2. PI TERTULIS (WRITTEN AGREEMENT):
- TEGAS, JELAS, KEPASTIAN HUKUM
MACAM-MACAM PI
1. JUMLAH PIHAK
BILATERAL DAN MULTILATERAL
2. KAIDAH HUKUM YANG DITIMBULKAN
- LAW MAKING TREATY
- TREATY CONTRACT
3. BAHASA
- SATU BAHASA
- DUA BAHASA/LEBIH
- LEBIH 2 BAHASA
4. SUBSTANSI HUKUM
- PERUMUSAN H KEBIASAAN INT.
- PERUMUSAN KAIDAH BARU
- PERPADUAN KEDUANYA
5. PEMRAKARSA
- NEGARA
- OI
6. LINGKUP BERLAKUNYA
- KHUSUS
- REGIONAL
-UNIVERSAL
7. ORGAN NEGARA
- ATAS NAMA NEGARA
- KEPALA NEGARA
- ANTAR PEMERINTAH
- ANTAR KEPALA NEGARA DAN KEPALA
PEMERINTAH
8. KESEMPATAN NEGARA UNTUK MENJADI
PIHAK
- TERTUTUP/KHUSUS
- TERBUKA
PERANAN PI BAGI MASY INT.
- PERAN PENTING; KRN MLL PI NEG2
MENETAPKAN DASAR KERJASAMA,
MENGATUR DAN MENYELESAIKAN
MASALAH
- SALING KETERGANTUNGAN
- SUMBER HI UTAMA, BDSK KENYATAAN
- PI MRPK PERBUATAN HK AKAN
MENGIKAT PARA PIHAK
-HAK SEMUA NEGARA
KODIFIKASI HUKUM PI
- USAHA ILC MULAI 1949,DENGAN 4 ORANG
SPECIALSS RAPPORTEUR
1. J.L. BRIERLY
2. H. LAUTERPACHT
3. GERALD FITZMAURICE
4. HUMPHREY WALDOCK
- KW 1969 SEBAGAI KODIFIKASI HUKUM
KEBIASAAN INT. DAN KODIFIKASI DARI
MASALAH-MASALAH HUKUM YANG DAPAT
TIMBUL JIKA DIBUAT SUATU PI
- SIDANG II, 6 APRIL-22 MEI 1969,
110 NEGARA, 15 BADAN KHUSU DAN
BADAN ANTAR PEM SBG PENINJAU
- 23 MEI 1969 DISYAHKAN KW ’69
- SISTIMATIKA 85 PASAL DAN SATU
LAMPIRAN
- KONVENSI TERBUKA UNTUK AKSESI
- MULAI BERLAKU 27 JANUARI 1980
(BERDASARKAN P 84)
PERANAN PI BAGI INDONESIA
- PENINGKATAN DAN INTENSITAS
PEMBUATAN PI OLEH PEM RI DENGAN
NEGARA LAIN DAN OI
- PI PERTAMA RI ADALAH PERJ
PERSAHABATAB RI DAN MESIR 10 JUNI
1947
- SAMPAI DES 2008, TERCATAT 4000 PI
- RI BELUM MERATIFIKASI KW 69
PEMBENTUKAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
a. PRINSIP-PRINSIP PI
b. KEKUASAAN MEMBUAT PI (Treaty
Making Power)
c. STRUKTUR PI
d. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
10/13/17
41
A. PRINSIP-PRINSIP PI
1. PACTA SUNT SERVANDA
2. PACTA TERTIIS NEC NOCENT
NEC PROSUNT
3. REBUS SIC STANTIBUS
4. NON RETROACTIVE
5. INCONSISTENCE
6. YUS COGENS
10/13/17
42
1.
PACTA SUNT SERVANDA
- SETIAP PERJANJIAN ADALAH
MENGIKAT BAGI PARA PIHAK DAN
HARUS DILAKSANAKAN DENGAN
IKTIKAD BAIK
- KONSIDERAN KE 3 KW 69 & 86
(TERMASUK FREE CONSENT DAN
GOOD FAITH)
- P 26 KW 69 & 86
- HANS KELSEN: KAIDAH DASAR HI
- P 4 AYAT 1 UU NO 24/2000
(IKTIKAD BAIK)
10/13/17
43
2. PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC
PROSUNT (SUATU PI TIDAK
MENIMBULKAN KEWAJIBAN HUKUM
ATAU HAK BAGI PIHAK KE3 TANPA
PERSETUJUANNYA)
- P 34 KW 69 &86
- BERKAITAN DENGAN P 35,36&37
- PENGECUALIAN:P2 AYAT 6
CHARTER (SBG GENERAL
ACCEPTED PRINCIPLES OF INT
LAW)
10/13/17
44
3. REBUS SIC STANTIBUS
- PERUBAHAN FUNDAMENTAL DALAM
KEADAAN
YANG BERKAITAN DENGAN SUATU PI
- P 62 KW 69 & 86
- SYARATNYA:
1. PERUBAHAN SUATU KEADAAN TIDAK
TERDAPAT PADA WAKTU
PEMBENTUKAN PERJANJIAN
2. PERUBAHAN TERSEBUT SEBAGAI
KEADAAN YANG FUNDAMENTAL BAGI
PI YBS
10/13/17
45
3. TIDAK DAPAT DIRAMALKAN
SEBELUMNYA AKAN TERJADI
4. KEADAAN TERSEBUT MERUPAKAN
SUATU DASAR PENTING ATAS
DIBERIKANNYA PERSETUJUAN
TERIKATNYA PESERTA
5. AKIBAT PERUBAHAN TERSEBUT
SANGAT MEMPENGARUHI LUAS
LINGKUP KEWAJIBAN YANG
DITIMBULKAN PI YBS
10/13/17
46
PENGECUALIAN AZAS REBUS SIC
STANTIBUS (P 62 AYAT 2) MENGENAI:
- PENETAPAN BATAS WILAYAH
- PEROBAHAN TERJADI AKIBAT
PELANGGARAN TERHADAP PI YBS
OLEH NEGARA YANG MENUNTUT
PEMBATALAN PI
- PENGGUNAAN SECARA HATI-HATI
- PEMANFAATAN P 62 DILAKUKAN
MENURUT P 65, 66 & 71
10/13/17
47
4. NON RETROACTIVE
- P 28 KW 69 & 86
5. INCONSISTENCE TREATY
- P 30 KW 69 DAN 86
- BAHWA SUATU PI TIDAK BOLEH
BERTENTANGAN DENGAN KEWAJIBAN
YANG DITIMBULKAN OLEH SUATU PI
TERDAHULU
- JIKA PARA PIHAK PI I DAN KEMUDIAN
BERBEDA:
a. PIHAK PI TERDAHULU JUGA SBG
PIHAK PI KEMUDIAN
b. PIHAK PI TERDAHULU SEBAGIAN
JUGA SBG PIHAK PI KEMUDIAN
-10/13/17
P 103 CHARTER: PRIMA FACIE
48
6. YUS COGENS/PEREMPTORY NORM OF
GENERAL INT. LAW (NORMA YANG TELAH
DITERIMA DAN DIAKUI MASY. INT. SECARA
KESELURUHAN SEBAGAI NORMA YANG TIDAK
DAPAT LAGI DIGANTI KECUALI DENGAN
NORMA HUKUM BARU YANG BERSIFAT SAMA)
- P 53 DAN P 64 KW 69 & 86, (HARUS
DIBACA BERIRINGAN) PI BATAL
- CONTOH: GENOCIDE, PERBUDAKAN,
PEMBAJAKAN DAN HAM (MC NAIR DAN
BROWNLIE)
10/13/17
49
- LAUTERPCHT: PENILAIAN TIMBULNYA YUS
COGENS ADALAH PRAKTEK MASY.
INT/NEGARA DAN YURISDIKSI MI
- TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK
KEPENTINGAN POLITIK
- YUS COGENS BERBEDA DARI YUS
DISPOSITUM, KARENA YUS DISPOSITUM
BERSIFAT MENGIKAT TETAPI TIDAK IMPERATIF
KARENA DAPAT DIRUBAH DENGAN KONVENSI.
SEDANGKAN YUS COGENS MENGIKAT DAN
IMPERATIF
- YUS COGEN BERSIFAT UNIVERSAL,
FUNDAMENTAL, PENTING BAGI MASY. INT.
DAN BAGIAN ESSENSILBAGI HI
10/13/17
50
TREATY MAKING POWER
1. KEWENANGAN TMP
2. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
3. STRUKTUR PI
10/13/17
51
1. KEWENANGAN TMP
- KW 69: NEGARA SEBAGAI PIHAK (P6)
- KW 86: NEGARA DAN OI
PENGERTIAN “STATE” ADALAH SEBAGIMANA
YANG TERCANTUM DALAM CHARTER DAN
KONV JENEWA TENTANG HUKUM LAUT YAITU
:STATE FOR THE PURPOSE OF
INTERNATIONAL LAW”
- (TERMASUK NEGARA BAGIAN JIKA
DITENTUKAN DALAM H NAS, SEP BYELO
RUSSIAN SOVIET REP. DAN UKRAINA SOVIET
REP YANG TERPISAH DARI US PD KHL 58;
PHILIPINA/AS DAN INDIA/INGGRIS PD
PEMBENTUKAN PBB)
10/13/17
52
SIAPAKAH YANG BERWENANG?????
KONSTITUSI/HUKUM NASIONAL
(MASALAH INTERN)
TREATY MAKING POWER YANG DIMILIKI
SUATU NEGARA BERKAITAN DENGAN:
WAKIL YANG DIUTUS SECARA
SAH OLEH NEGARA
(FULL POWERS DAN CREDENTIAL
LETTERS)
10/13/17
53
PENGERTIAN:
FP ADALAH SUATU DOKUMEN RESMI YANG
DIKELUARKAN OLEH PEJABAT YANG
BERWENANG DI SUATU NEGARA UNTUK
MENUNJUK SATU ATAU BEBERAPA UTUSAN
UNTUK MEWAKILI NEGARANYA DALAM
BERUNDING, MENERIMA ATAU MEMBUKTIKAN
KEASLIAN NASKAH PI, MENYATAKAN
PERSETUJUAN NEGARA UNTUK TERIKAT ATAU
MELAKSANAKAN PERBUATAN LAINNYA
SEHUBUNGAN SUATU PI (P 2 AYAT 1C)
FULL POWERS:- P 7 KW 69 &86
10/13/17
54
CREDENTIAL LETTERS: MERUPAKAN
DOKUMEN RESMI YANG DIMILIKI OLEH
UTUSAN NEGARA HANYA UNTUK
MENGHADIRI KONFERENSI INT. DALAM
RANGKA OI
- PERBEDAAN FUNGSI FP – CL
- PRAKTEK INDONESIA:
- MEMISAHKAN FP DAN CL
- P1 BUTIR 3 (FP) DAN P 1 BUTIR
4 (CL) UU NO. 24/2000
10/13/17
55
FP MEMUAT:
- NAMA LENGKAP UTUSAN
- JABATAN LENGKAP(INDONESIA
DAN INGGRIS)
- JUDUL LENGKAP NASKAH PI
(INDONESIA DAN INGGRIS)
- SALINAN LENGKAP PI YANG AKAN DI
TTD
CL MEMUAT:
- NAMA-NAMA CALON DELEGASI
- JABATAN LENGKAP DAN INSTANSI
(INDONESIA DAN INGGRIS)
- PERAN DALAM KONFERENSI (INDONESIA
DAN INGGRIS)
10/13/17
56
- FULL POWERS COMMITTEE
- CREDENTIAL COMMITTEE
- KEWENANGAN PEMEGANG FP
TERGANTUNG PADA PI YANG AKAN
DIBENTUK
10/13/17
57
PROSEDUR PEMBENTUKAN
PI
1. PERUNDINGAN
2. PENANDATANGAN
3. RATIFIKASI
10/13/17
58
1. PERUNDINGAN
- BEBERAPA NASKAH/TEKS/DRAFT
- USUL, AMANDEMEN DAN KONTRA
AMANDEMEN
- NASKAH
- PENERIMAAN NASKAH (P 9)
- PENGESAHAN NASKAH (P 10)
10/13/17
59
2.PENANDATANGAN
AKIBAT HUKUM PENANDATANGANAN SUATU PI:
- PI YANG DIBUAT MELALUI 2 TAHAP
DENGAN PENANDATANGAN NASKAH,
AKAN BERAKIBAT NEGARA TERIKAT
- PI YANG DIBUAT MELALUI 3 TAHAP
PENANDATANGAN NASKAH OLEH UTUSAN, BELUM
BERARTI NEGARANYA TERIKAT
3. RATIFIKASI
DARI SISI HUKUM PI, RATIFIKASI PADA ESENSINYA
ADALAH KONFIRMASI DARI SUATU NEGARA TERHADAP
PERBUATAN HUKUM PEJABATNYA YANG TELAH
MENANDATANGANI SUATU PI SEBAGAI TANDA
PERSETUJUAN NEGARA UNTUK TERIKAT PADA PI
TERSEBUT
10/13/17
60
PROSEDUR EKSTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERBUATAN HUKUM UNTUK MENGIKATKAN
DIRI ADA SUATU PI (SALAH SATU CARA)
PROSEDUR INTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERSOALAH HUKUM TATA NEGARA YANG
MENGATUR TENTANG KEWENANGAN
LEMBAGA (EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF)
DALAM PEMBUATAN PI SERTA MENGATUR
PRODUK HUKUM APA YANG HARUS
DIKELUARKAN UNTUK MENJADI DASAR
MELAKUKAN PROSEDUR EKSTERNAL
(INDONESIA)
10/13/17
61
STRUKTUR PI
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
JUDUL
PEMBUKAAN
BATANG TUBUH
KLAUSULA PENUTUP
PERNYATAAN DAN BAGIAN TTD
LAMPIRAN (KALAU ADA)
10/13/17
62
RATIFIKASI PI
10/13/17
63
- DAHULU: RATIFIKASI DIPERLUKAN SBG
CARA KEPALA NEGARA/RAJA MEYAKINI
BAHWA UTUSAN YG TELAH DIBERI
KUASA TIDAK MELAMPAUI BATAS
WEWENANG
- SEKARANG: RATIFIKASI SBG CARA
LEMBAGA LEGISLATIF MEYAKINKAN
BHW PEM DLM MEMBUAT PI TIDAK
MELAKUKAN HAL YANG BERTENTANGAN
DG KEPENTINGAN UMUM
10/13/17
64
PRAKTEK NEGARA
1. RATIFIKASI OLEH LEMBAGA
EKSEKUTIF
2. RATIFIKASI OLEH LEMBAGA
LEGISLATIF
3. RATIFIKASI DILAKUKAN BERSAMA
OLEH LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF
10/13/17
65
PENGERTIAN
KW 1969: KONVENSI TIDAK MEMBERIKAN
PENGERTIAN
- P 2 AYAT 1 B: RATIFIKASI (SALAH SATU) SBG
TINDAKAN INT. DIMANA SUATU NEGARA DALAM
TARAF INT. MEMBERIKAN PERSETUJUANNYA
UNTUK TERIKAT PADA SUATU PI
- P 11: RATIFIKASI SBG SALAH SATU CARA
MENYATAKAN SETUJU TERIKAT
ADA SUATU PI
- P 14: RATIFIKASI DIBUTUHKAN OLEH
SUATU PI
- P 16: PERTUKARAN ATAU PENYIMPANAN
INSTRUMEN RATIFIKASI
10/13/17
66
DARI SUDUT HI, RATIFIKASI ADALAH
PERNYATAAN “CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY” YANG BERSIFAT “EENMALIG” (SATU
KALI SAJA/FINAL) DAN
TIDAK MELIHAT BGMN HK TATA NEGARA
SUATU NEGARA MENGELUARKAN PRODUK
HK ATAS RATIFIKASI PI YBS
APABILA SUATU NEGARA SUDAH
MENYAMPAIKAN PIAGAM RATIFIKASINYA PD
DEPOSITORY, MK NEGARA TERESEBUT
SUDAH TERIKAT PD PI YBS
10/13/17
67
BEBERAPA PERSOALAN YANG BERKAITAN DG
RATIFIKASI DI IND.
- MAKNA RATIFIKASI DALAM H NAS
- PENGERTIAN “PERSETUJUAN DPR” DALAM P 11
UUD 1945
- PENGESAHAN DG UU/KEPPRES, APAKAH
BERSIFAT PROSEDURAL ATAU
NORMATIF??????????
- PI YG SUDAH DIRATIFIKASI DG KEPPRES.
DAPATKAH BENTUK KEPPRES INI SBG RUJUKAN
SUATU UU?????????? MASALAH PENINGKATAN
STATUS RATIFIKASI. (DALAM KAITAN DG
HIRARKI PERUU) DAN BGMN DAMPAKNYA THD
HI?
- 10/13/17
DLL-DLL
68
UU NO. 24/2000
- PENGERTIAN RATIFIKASI: P 1 BUTIR 2
- P 3: CARA-CARA PEM. RI
MENGIKATKAN DIRI PADA PI
- BAB III P 9 – 14
- P 9 : PENGESAHAN PI DG UU
ATAU KEPPRES
- P10: PENGESAHAN DG UU (A – F)
- P11: PENGESAHAN DG KEPPRES
- P12: PERSIAPAN NASKAH DLL OLEH
LBG PEMRAKARSA
- P13: PENEMPATAN PIAGAM PENGESHN
DALAM LEMBARAN NEGARA
- P14: MENTERI MENANDATANGANI
10/13/17
PIAGAM PENGESAHAN
69
PENGESAHAN PI HARUS DIARTIKAN DARI 2
PROSEDUR YANG TERPISAH NAMUN
TERKAIT, YAITU:
1. PROSEDUR INTERNAL:
RATIFIKASI ADALAH PERSOALAH HUKUM
TATA NEGARA YANG MENGATUR TENTANG
KEWENANGAN LEMBAGA (EKSEKUTIF DAN
LEGISLATIF) DALAM PEMBUATAN PI SERTA
MENGATUR PRODUK HUKUM APA YANG
HARUS DIKELUARKAN UNTUK MENJADI
DASAR MELAKUKAN PROSEDUR EKSTERNAL
(INDONESIA)
10/13/17
70
PROSEDUR EKSTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERBUATAN HUKUM DALAM LINGKUP
INTERNASIONAL UNTUK MENGIKATKAN DIRI
ADA SUATU PI (SALAH SATU CARA)
PROSEDUR INTERNAL HARUS
DIPENUHI/DILAKUKAN TERLEBIH DAHULU
UNTUK BISA MELAKSANAKAN PROSEDUR
EKSTERNAL
BERLAKUNYA SUATU PI TERHADAP SUATU
NEGARA DITENTUKAN OLEH PROSEDUR
EKSTERNAL, BUKAN PROSEDUR INTERNAL
10/13/17
71
DARI SISI HUKUM PI,
RATIFIKASI PADA ESENSINYA ADALAH
KONFIRMASI DARI SUATU NEGARA
TERHADAP PERBUATAN HUKUM
PEJABATNYA YANG TELAH
MENANDATANGANI SUATU PI SEBAGAI
TANDA PERSETUJUAN NEGARA UNTUK
TERIKAT PADA PI TERSEBUT
10/13/17
72
P 1 BUTIR 2 UU NO. 24/2000:
- MENGATUR TTG PENGESAHAN
DALAM PERSPEKTIF EKSTERNAL, SHG
BERKARAKTER “KONFIRMASI” YAITU
PERBUATAN HK UNTUK MENGIKATKAN
DIRI PADA SUATU PI
- MENGATUR PERSYARATAN INTERNAL
YAITU PENGESAHAN DG UU ATAU
KEPPRES, SBG DASAR KONSTITUSIONAL
UNTUK DAPAT MELAKUKAN
PENGESAHAN DALAM PERSPEKTIF
EKSTERNAL
10/13/17
73
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P 11 “PRESIDEN DG PERSETUJUAN DPR
MENYATAKAN PERANG, MEMBUAT
PERDAMAIAN DAN PERJANJIAN DG
NEGARA LAIN”
APA YG DIMAKSUD DG
“PERSETJUAN DPR”????????
10/13/17
74
UU NO. 24/2000 MEMBERIKAN
INTERPRETASI BAHWA YG DIMAKSUD
DG PERSETUJUAN DPR PADA P 11 UUD
1945 ADALAH KONFIRMASI DPR
TERHADAP PERBUATAN HK UTUSAN
NEGARA YG TELAH MEWAKILI NEGARA
INDONESIA DALAM PEMBUATAN SUATU
PI
10/13/17
75
DENGAN TERIKATNYA INDONESIA PD SUATU PI
(MLL PROSEDUR EKSTERNAL) MAKA MATERI PI
YBS TELAH MENGIKAT BAIK DALAM TATARAN
INT. MAUPUN DALAM SISTEM H NASIONAL DAN
TIDAK DIBUTUHKAN LAGI LEGISLASI NASIONAL
PENGESAHAN SUATU PI BERARTI
SUDAH MENGIKAT DALAM SISTEM HK
NASIONAL
LIHAT !!!!!!
PENJELASAN P 13 UU NO. 24/2000
10/13/17
76
CONTOH:
INDONESIA TELAH MERATIFIKASI KONVENSI
TTG HAK ANAK 1989 DG KEPPRES NO.
36/1990,
DG ALASAN KRN KEDUDUKANNYA DLM BENTUK
KEPPRES SAJA, BERAKIBAT MEMPERSULIT
DIKELUARKANNYA BTK KTT UU/PP (SEP. UU
NO. 23/2002 TTG PERLINDUNGAN ANAK)
GUNA MENGIMPLEMENTASIKAN KONVENSI INI
10/13/17
77
KEPRS INI BERSIFAT PROSEDURAL
SAJA, YG DIDASARKAN FAKTA HK BHW
BERLAKUNYA KONVENSI INI BG INDONESIA
TDK SECARA LANGSUNG DISEBABKAN KEPRES
INI, TTP OLEH “INSTRUMENT OF
RATIFICATION” YG DISAMPAIKAN OLEH
INDONESIA KPD DEPOSITORY (SEKJEN PBB)
BERLAKUNYA KONV INI THD INDONESIA BUKAN
PD TGL BERLAKUNYA KEPPRES, MELAINKAN
PD TGL DISTERIMANYA “INSTRUMENT OF
RATIFICATION” OLEH DEPOSITORY
10/13/17
78
CONSENT TO BE BOUND BY
A TREATY
PERNYATAAN SETUJU TERIKAT
PADA SUATU PI
10/13/17
79
KONVENSI WINA 1969
P11: (CARA-CARA MENYTK SETUJU
TERIKAT OLEH SUATU PI)
P12: PENANDATANGANAN
P13: PERTUKARAN INSTRUMEN YG
MEMBENTUK PI
P14: RATIFIKASI, AKSEPTASI ATAU
PENYETUJUAN
P15: AKSESI
10/13/17
80
P 16: PERTUKARAN ATAU
PENYIMPANAN
P 17: SETUJU TERIKAT PADA
SEBAGIAN PI DAN PEMILIHAN
KETENTUAN
P 18: KEWAJIBAN TIDAK AKAN
MERUSAK OBJEK DAN TUJUAN
PI SAMPAI SAAT BERLAKUNYA
10/13/17
81
PENANDATANGANAN (P12)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PESERTA SEBELUMNYA
- DISEBUTKAN DALAM FP UTUSAN NEGARA
- PERNYATAAN UTUSAN NEGARA
PERTUKARAN INSTRUMEN (P13)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PESERTA SEBELUMNYA
CARA INI TIDA EFEKTIF UNTUK PI MULTILATERAL
CARA INI DILAKUKAN ANTAR KA. NEG, KA. PEM. MENLU
ATAU ANTAR PEJABAT TINGGI NEGARA
10/13/17
82
RATIFIKASI, AKSEPTASI & PERSETUJUAN
(P14)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PARA PESERTA
- DISEBUTKAN DALAM FP
DILAKUKAN OLEH ORGAN PEM YANG BERWENANG DARI
NEG. KARENA SUBSTANSI PI INI PENTING
AKSESI (P15)
NEGARA YG TIDAK TURUT
SERTA MEMBUAT PI YBS
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PARA PESERTA
- PERSETUJUAN KEMUDIAN OLEH PARA PIHAK
10/13/17
83
HAL-HAL LAIN:
- P 16: PERTUKARAN ATAU
PENYIMPANAN INSTRUMEN
RATIFIKASI,AKSEPTASI,
PERSETUJUAN ATAU AKSESI
- P 17: KESEPAKATAN UNTUK
MENGIKATKAN DIRI PADA
SEBAGIAN ISI PI (RESERVASI)
- P 18: TIDAK MERUSAK OBJEK PI
YBS
10/13/17
84
ENTRY INTO FORCE
(MULAI BERLAKU PI) P 24
KESEPAKATAN DAN
DITENTUKAN DALAM
KLAUSULA PENUTUP
DENGAN DITENTUKAN SAAT MULAI
BERLAKUNYA SUATU PI, MAKA PADA SAAT ITU PI
DITERIMA SBG HK POSITIF DAN MELAHIRKAN HAK
DAN KEWAJIBAN
10/13/17
85
CARA-CARA MULAI BERLAKU PI:
- PADA SAAT PENANDATANGANAN
BIASANYA PADA PI BIL. DAN PI MULTILATERL
TERBATAS
- PADA TANGGAL YANG DISEPAKATI MELALUI
PERTUKARAN NOTA (PI BIL. DAN
MULTILATERAL TERBATAS)
- RATIFIKASI
- PENYAMPAIAN NOTIFIKASI BAHWA PROSEDUR
INTERNAL SUDAH SELESAI
- PERTUKARAN PIAGAM PENGESAHAN
10/13/17
86
- PENYIMPANAN PIAGAM PENGESAHAN
- CARA LAIN YANG DISEPAKATI
MIS:
- NEG YG TERIKAT KARENA AKSESI
SETELAH PI MULAI BERLAKU, MK BAGI
NEG AKSESI TSB, PI BERLAKU PD TGL
AKSESI DIBERIKAN
- DALAM MASA TERTENTU TIDAK
MEMBERI NOTIFIKASI TERTULIS UNTUK
MENOLAK KETERIKATAN PADA PI
10/13/17
87
P 25: PENERAPAN SEMENTARA PI
- DITENTUKAN DALAM PI
- PERSETUJUAN PARA PIHAK
DENGAN CARA LAINNYA
- TERHADAP SELURUH ATAU SEBAGIAN
ISI PI, DENGAN SYARAT TIDAK
MENGHALANGI TUJUAN PI
- DILAKUKAN BEBERAPA PIHAK ATAU
SELURUH PIHAK
- DILAKUKAN SEBELUM PARA PIHAK
MENYATAKAN SETUJU TERIKAT
10/13/17
88
PRAKTEK MULAI BERLAKUNYA PI
BERKAITAN DENGAN RATIFIKASI:
- DENGAN MENENTUKAN SUATU
TANGGAL TERTENTU SETELAH PARA
PIHAK MERATIFIKASI/MEMBERI
NOTIFIKASI RATIFIKASI
- DENGAN MENETAPKAN SUATU WAKTU
TERTENTU SETELAH PENYIMPANAN
PIAGAM RATIFIKASI OLEH URUTAN
SUATU NEGARA
10/13/17
89
CONTOH:
1. P308 AYAT 1 UNCLOS:” KONVENSI INI
BERLAKU 12 BULAN SETELAH TGL
PENDEPOSITAN PIAGAM RATIFIKASI
ATAU AKSESI KE 60”
2. P 84 AYAT1 KW 69:” KONVENSI INI
BERLAKU PADA HARI KE 30 SESUDAH
TGL PENYIMPANAN INSTRUMEN KE 30
RATIFIKASI ATAU AKSESI”.
10/13/17
90
SBG ATURAN HUKUM KEBIASAAN INT.
SBG KODIFIKASI
10/13/17
91
BERAKHIR
DAN
BATALNYA PI
BAB V
P 42 - 72
10/13/17
92
MOCHTAR KUSUMAATMADJA:
1. TERCAPAI TUJUAN PI
2. HABIS MASA BERLAKU PI
3. PUNAHNYA SALAH SATU PIHAK ATAU
OBJEK PI
4. PERSETUJUAN PARA PIHAK
5. DIADAKAN PI KEMUDIAN
6. DIPENUHINYA SYARAT PENGAKHIRAN
SESUAI PI
7. DIAKHIRI OLEH SALAH SATU PIHAK DAN
DISETUJUI PIHAK LAIN
10/13/17
93
KONVENSI WINA 1969:
I. KETENTUAN UMUM TENTANG
KETIDAKSAHAN, PENGAKHIRAN DAN
PENUNDAAN BERLAKU PI
- P 42: KEABSAHAN DAN BERLAKUNYA PI
HARUS SESUAI ATURAN KONV.
- P 43: KEWAJIBAN HI YANG TERLEPAS
DARI SUATU PI
- P 44: HAK YANG TIMBUL BDSK P 56
- P 45: HILANGNYA HAK UNTUK
MENYATAKAN PEMBATALAN,
PENGAKHIRAN, PENARIKAN DIRI
ATAU PENUNDAAN BERLAKUNYA
SUATU PI
10/13/17
94
P 54:PENGKAHIRAN DAN PENUNDAAN
BERLAKUNYA PI SESUAI ISI PI
ATAU PERSETUJUAN PARA PIHAK
P 55:PENGURANGAN JUMLAH PIHAK
PD PERJANJIAN MULTILATERAL
P 56:PEMUTUSAN ATAU PENARIKAN
DIRI (DENUNCTIATION) YANG
TIDAK DIATUR DALAM SUATU PI
P 57:PENUNDAAN BERLAKUNYA PI
PADA SUATU PIHAK SESUAI ISI PI
ATAU PERSETUJUANPARA PIHAK
10/13/17
95
P 58: PENUNDAAN BERLAKUNYA PI
ANT BEBERAPA PIHAK DALAM
PI MULTILATERAL
- SESUAI ISI PI
- TIDAK DILARANG PI
- TIDAK BERKENAAN DG OBJEK
PI
P 59: PENGAKHIRAN ATAU
PENUNDAN PI KARENA DIBUAT
PI BARU
10/13/17
96
P 60: PENGAKHIRAN ATAU
PENUNDAAN PI KARENA
PELANGGARAN MATERIAL
- PI BILATERAL
- PI MULTILATERAL
a. HAK PIHAK LAIN
P 61: KETIDAKMUNGKINAN
PELAKSANAAN PI KARENA
MUSNAHNYA OBJEK PI
10/13/17
97
P 62: PENGAKHIRAN ATAU PENARIKAN
DIRI KARENA REBUS SIC STANTIBUS
P 63: PEMUTUSAN HUB
DIPLOMATIK DAN KONSULER
P 64: PI YANG BERTENTANGAN
DENGAN YUS COGENS
10/13/17
98
PEMBATALAN PI
1. PELANGGARAN H NAS BERKENAAN
KOMPETENSI KUASA USAHA P 46 & 47
2. KESALAHAN (ERROR) BERKENAAN
FAKTA PADA WAKTU PEMBUATAN PI P 48
3. PENIPUAN (FRAUD) P 49
4. KELICIKAN (CORRUPTION) P 50
10/13/17
99
HUKUM PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Created By :
Zimtya Zora.Z, SH.,M.Hum
Akibat-akibat Perjanjian
1) Akibat perjj thd negara pihak
Pasal 26 KW 1969 “prinsip Facta
Sunt Servanda”
Pasal 2 Piagam PBB “Semua neg hrs
melaksanakan dg itikad baik semua
kewajiban2 sesuai dg piagam.
2) Akibat perjj thd negara lain
Pasal 34 (9169), pasal 34 (1986) “ Prinsip
Pacta Tertiis Nex Nocent Nec Posunt “
Ex : kasus perebutan pulau Clipperton
(Perancis Vs Mexico)
“Mexico mengajukan tuntutan dg
menggunakan akte berlin dmn
Perancis mjd pihak.tuntutan mexico
ditolak krn bkn pihak dlm akte berlin”
Pengecualian :
a) Perjj dpt memp akibat kpd neg ketiga
atas persetujuan mrk (pasal 35).
b) Perjj yg memberikan hak kpd negara
ketiga (klausul MFN, khusus utk
anggota GATT)
c) Perjj yg dpt memp akibat pada neg
ketiga tanpa persetujuan mereka (psl
2 Piagam)
Sebab-Sebab Batalnya
Perjanjian
A. Irregularitas Formal
batalnya perjj krn bentuk perjj yg
salah atau bertentangan dg
Ketentuan Hk Nasional
Ex : Apbl seorang Kepala neg
meratifikasi suatu perjj tanpa
meminta otorisasi dr parlemen,pdhal
mnrt konstitusi,otorisasi hrs dlkk
(ratifikasi tdk sempurna)
Perjj tetap sah meskipun melanggar konstitusi,
kecuali apbl pelanggaran tsb dlkk scr
terang2 an dan sengaja mengenai ktt
pokok dan hukum nasionalnya (pasal 46
KW 1969)
B. Irregularitas Substansial
a) Kekeliruan (pasal 48)
Perjj dpt batal apbl kekeliruan berkaitan dg
unsur pokok/dasar dr perjj.
b) Penipuan (pasal 49)
“ Bila suatu neg membuat suatu perjj yg
didasarkan atas penipuan oleh negara
lain,maka neg pertama dpt
mempergunakan penipuan itu utk
membatalk persetujuannya utk diikiat oleh
perjj tsb “
c) Korupsi wakil Negara (pasal 50)
Persetujuan utk diikat pd suatu perjj yg
didpt dg jalan korupsi scr lsg dan tdk lsg
oleh wakil neg,dpt membatalk perjj
d) Kekerasan
Pasal 51 : Pernyataan persetujuan suatu neg utk
diikat
Suatu perjj dan yg diperoleh dg kekerasan
serta ancaman thd wakil neg oleh wakil neg
lain tdk akan memp kekuatan hk sama sekali
Pasal 52 : Suatu perjj tdk sah bila diperoleh dg
ancaman atau penggunaan kekerasan yg
berlawanan dg prinsip2 HI yg terdpt dlm
piagam PBB
Cara-Cara Batalnya
Perjanjian
1. Pasal 65
a. Negara yg mengajukan alasan keberatan
atas suatu persetujuan atau alasan lain
yg diterima oleh konvensi hrs terlbh dhl
memberitahukan maksudnya scr tertulis
kpd neg2 pihak lain
b. Stlh tiga bln notifikasi tsb tdk ada
pernyataan keberatan dr neg2
lain,negara pertama dpt menyatakan
perjj tdk berlaku lagi
2. Pasal 67
“ Pernyataan utk membatalkan
suatu perjj hrs ditulis dlm suatu
instrumen yg ditandatangani oleh
Kepala Negara atau Kepala
Pemerintahan, atau Menteri Luar
Negeri, atau oleh wakil yg ditunjuk
utk itu dg surat kuasa (full powers) “
Akibat Batalnya Perjanjian
• Suatau perjj dianggap batal pd wkt
pemberitahuan pembatalan.Pasal 69 “Ktt
perjj yg tlh dibatalkan tdk memp kekuatan
hk lg”. Apbl kegiatan tlh dlkk berdasarkan
perjj sblm pembatalan, maka neg pihak
hrs mengembalikan pd keadaan semula,
seolah2 perjj tdk ada sm skl.
• Bila batalnya perjj krn pelanggaran norma
imperatif, maka neg2 hanya diharuskan
menyesuaikan diri dg norma tsb (pasal 71)
Berakhirnya Perjanjian
Menurut Konvensi Wina 1969
Berakhirnya Perjanjian Atas Persetujan
Negara2 Peserta
1) Berakhir sesuai dg ketentuan perjanjian
Pasal 54 (a) : Berakhirnya suatu
perjanjian atau penarikan diri suatu
negara dpt terjadi sesuai dg ktt
perjanjian itu sendiri.
2) Klausula pembubaran diri
Perjanjian dpt berakhir dg dibuatnya
perjanjian lain yg dianggap lbh penting.
3) Penarikan Diri
Mrpk perbuatan sepihak yg dlkk oleh
negara utk mengakhiri keikutsertaannya
dlm suatu perjj (multilateral).
4) Penangguhan Berlakunya Konvensi
Pasal 57 : Penangguhan berlakunya
konvensi dpt berlaku apbl dicantumk dlm
ktt perjj atau dg persetujuan semua
pihak.
Berakhirnya Perjanjian Atas
Persetujuan Kemudian (Abrogasi
Perjanjian)
• Abrogasi dpt dlkk scr terang2 an, apbl neg
pihak perjj membuat perjj baru utk
mengakhiri perjj lama.
• Abrogasi diam-diam, dpt dlkk dg membuat
perjj baru mengenai hal yg sama, ttp berisi
ketentuan yg berbeda dg perjj yg lama
• Abrogasi menghendaki pewrsetujuan
semua neg pihak (unanimity
principles/absolute integrity)
Berakhirnya Perjanjian Akibat
Peristiwa Tertentu
1) Tidak dilaksanakannya perjj
Pasal 60 : Pelanggaran serius thd perjj
yg dpt dibuktikan, dan menghalangi
pelaksanaan perjj sdpt
menyebabkan berakhirnya perjj.
Pasal 61 : Keadaan force Majeure dpt
mjd penyebab berakhirnya perjj
(ex : tenggelamnya pulau).
2) Perubahan Keadaan mendasar (pasal 62)
• Rebus sic stantibus
• Tidak berlaku bagi perjj tapal batas
3) Timbulnya norma imperatif HI (pasal 64)
Norma Ius Cogens yg bersifat mengikat dan
imperatif.
4) Perang
Perjj berakhir bila kedua neg perang (perjj
bilateral)
Pelaksanaan perjj hanya akan dihentikan antara
neg2 yg berperang
Perjj yg dibuat khusus berlaku pd saat perang
tetap berlaku
PERUBAHAN DAN
PENAFSIRAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
PERUBAHAN DAN
PENAFSIRAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
PERUBAHAN PERJANJIAN INT.
• Perubahan kecil atas perjanjian
dikenal dg istilah amandemen
atau modifikasi
• Perubahan umum disebut Revisi
• Suatu perjj dpt diubah sewaktuwaktu dg persetujuan bersama
neg pihak (peaceful change)…
pasal 39
Prosedur amandemen :
1) Sama seperti pembuatan perjj,
kecuali jika perjj tsb menyatakan
lain.
2) Para pihak dr perjj hrs menyetujui
dan mengotentikasi teks
amandemen, serta menyatakan
kesepakatan thd isi amandemen
3) Setelah teks amandemen tlh berlaku utk
semua pihak perjj asli,kmd terdpt dua
instrumen :
a. Perjj yg sdh dibuat amandemen akan
berlaku hny diantara pihak2 perjj tsb
b. Perjj asli tetap diberlakukan,baik utk
pihak2 yg blm mjd pihak pd teks
amandemen maupun antr neg yg sdh
mjd pihak.
Perubahan Secara Interse yaitu :
Perubahan perjj multilateral yg hanya
berlaku pd negara2 tertentu saja
(pasal 41).
Perubahan thd suatu perjj pd
umumnya hrs dlkk scr tertulis dlm
bentuk yg disepakati oleh negara
pihak
Penafsiran/Interpretasi
Perjanjian Internasional
Dikenal 3 pendekatan dasar :
1) Pendekatan objektif
Pendekatan yg memusatkan pd
naskah perjj itu sendiri, yg
menekankan pd penganalisaan thd
kata2 yg digunakan dlm perjj tsb.
2) Pendekatan Subyektif
Pendekatan yg melihat maksud para
pihak yg mengesahkan perjj.
3) Pendekatan Teleologis
Pendekatan yg menekankan pd maksud
dan tujuan dari perjj, yg dianggap sbg ltr
blkg yg paling penting dmn arti dr
ketentuan perjj tertt hrs dikaji.
•
•
Penafsiran dlkk utk mempelajari dan
mencari arti yg sbnarnya dr isi
peraturan2 hk yg berlaku.
Penafsiran hrs mempertimbangkan
semua aspek dr komponen perjj, spt :
a) Arti yg umum dan yg sdh biasa dr istilah2 yg
dipakai dlm ktt perjj
b) Maksud/intensi dr neg2 yg ikut merumuskan
perjj
c) Tujuan dan maksud dr perjj itu sendiri
Pasal 31, ada dua kemungkinan :
1. Adanya arti biasa yg
dikesampingkan
2. Adanya arti khusus,bisa diambil jika
dikehendaki oleh para pihak
terutama jika pengambilan arti
biasa menimbulkan kerancuan thd
arti2 yg sbnrnya atau menimbulkan
ketidakjelasan dan tdk masuk akal
Pasal 31 ayat 2 :
1. Konteks :
Hub kata2 yg terdpt dlm mukadimah,
lampiran2 perjj, setiap persetujuan serta
instrumen lain, yg dibuat oleh para pihak
dlm hubungannya dg pembuatan
perjj.termsk jg perjj yg dibuat stlh itu
atau praktek2 perjj bersama dg aturan HI
yg berkaitan, yg semuanya hrs
dipertimbangkan bersama.
2. Maksud Para pihak :
Kehendak dr neg2 yg ikut
merumuskan perjj tsb, dan
bukan neg2 yg kemudian mjd pihak
dr perjj itu (berarti bukan intensi
semua pihak dr perjj tsb)
3. Apbl penafsiran sesuai dg ktt psl 31
memerlukan konfirmasi dan
persetujuan, krn arti yg tdk jls atau
membingungkan, maka jalan yg
bisa ditempuh adlh dg
menggunakan cara2 pelengkap yg
terdpat dlm pasal 32.
Ketentuan Pasal 32 :
1) Pekerjaan2 persiapan (travaux
preparatoir), utk mengkonfirmasi arti yg
dihasilkan dr penerapan aturan scr
umum.
2) Suasana pd waktu penandatanganan
perjj, dlm rangka membantu proses
penafsiran perjj yg dipersoalkan
SUKSESI NEGARA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Menurut Konvensi Wina 1978
Pengertian Suksesi Negara
Secara umum suksesi negara
merupakan pergantian atau
perubahan pemegang kedaulatan
atas suatu wily.
Suksesi negara menyangkut hak-hak
dan kewajiban2 negara sbg subjek
hukum internasional.
Akibat Hukum Suksesi Terhadap
Perjanjian Internasional
Terdapat dua teori yg dikemukakan oleh para
sarjana Hk Internasional :
1. Teori Negatif (clean state principles)
Bhw semua perjj int’l yg dibuat oleh negara
yg digantikan (predecessor state) tdk
mengikat negara pengganti (successor
state)
2. Teori Universal
Semua perjj int’lyg dibuat oleh negara yg
digantikan beralih secara lsg mengikat
negara pengganti
1) Perjj penyerahan mengenai hak dan kwjban
yg timbul dr perjj int yg dibuat oleh neg yg
digantikan kpd neg pengganti
Pasal 8 (1) konvensi Wina 1978, menetapkan :
“Hak dan kewajiban2 dr neg yg digantikan
(predecessor state) berdsarkan perjj yg
mengikat pd saat terjadinya suksesi neg, tdk
mjd hak2 dan kewajiban2 dr neg pengganti
(successor state) thd peserta lain dr perjj itu,
kecuali apbl antr neg yg digantikan dg neg
pengganti tlh diadakan perjj penyerahan yg
menyatakan bhw hak2 dan kewajiban2 itu
diserahkan kpd neg pengganti”
Pada umumnya perjj penyerahan dpt
terjadi dg dua cara :
1) Dengan perjj biasa (ex : antr
Belanda dan Indonesia).
2) Dengan suatu piagam kemerdekaan
(ex : yg dlkk oleh
Inggrisnsehubungan dg pemisahan
antr India dan Pakistan)
• Pasal 8 (1) jelas mengandung prinsip clean
state, yaitu bhw negara baru yg timbul
sbg akibat adanya suksesi neg, pd
prinsipnya terbebas dr sgl hak dan
kewajiban yg muncul dr perjj yg dibuat
oleh negara yg digantikan
• Pasal 8 (1) jg menunjukkan suatu prinsip
lain, sbg akibat adanya perjj penyerahan,
hak2 dan kewajiban2 yg timbul dr perjj
antr neg yg digantikan dg neg pengganti
2) Pernyataan sepihak dr neg pengganti
mengenai perjj yg dibuat oleh neg yg
digantikan.
Konvensi wina 1978 menetapkan :
“hak2dan kewajiban2 berdsrkan perjj yg
berlaku pd saat tjdnya suksesi neg, tdk mjd
hak dan kewajiban dr neg pengganti, kecuali
apbl ada pernyataan dr neg pengganti yg
menegask mengenai kelanjutan bertlakunya
perjj itu di wily nya”
Berbeda dg perjj penyerahan,pernyataan sepihak
tdk perlu melalui prosedur perjj pd umumnya,
cukup memberitahukan kpd Sekjen PBB
3) Suksesi neg atas sbgn wily neg yg mjd bgn
wily neg lain
Pasal 15 konvensi wina 1978, menetapkan :
• Perjj yg dibuat oleh neg yg digantikan
berhenti mengikat thd wily dmn tjd suksesi
• Perjj tsb mulai berlaku bg neg yg
menggantikan
• Kecuali,apbl diberlakukannya perjj itu di wly
tsb akan bertentangan dg maksud dan tuj dr
perjj itu sendiri, atau akan mengubah sama
sekali keadaan utk dpt dijalankannya perjj itu.
4) Suksesi negara atas sebagian wilayah
suatu negara yg membentuk negara
baru.
“pada pokonya neg yg baru tdk terikat
utk tunduk atau utk mjd pihak pd
suatu perjj, kecuali apbl perjj itu tlh
mengikat pd saat tjdnya suksesi neg”.
Konvesi memberikan kebebasan kpd
neg baru utk memilih, apakah akan
terikat atau tdk pd perjj tsb.
Konvensi jg memberikan kebebasan
kpd neg baru utk ikut serta di dlm perjj
multilateral, dg syarat hrs mengajukan
pemberitahuan kpd depository state
utk perjj yg pd saat tjdnya suksesi neg
tlh berlaku di wily tsb.
Utk perjj yg blm berlaku pd saat tjdnya
suksesi neg, dpt memberitahukan kpd
depository state bhw ia akan mjd
peserta pd perjj tsb.
5) Penggabungan dua wilayah atau
lebih membentuk suatu negara
serikat.
Perjj yg tlh mengikat bagi msg2 neg
pd saat tjdnya suksesi neg, tetap
berlaku bagu msg2 diantara mrk.
Kecuali ditetapkan lain dlm perjj, atau
apbl ternyata bertentangan dg
maksud dan tujuan dr perjj tsb
6) Penggabungan dua wilayah atau lebih
menjadi satu negara baru.
Pasal 30 menetapkan
Dipecahnya satu negara menjadi
beberapa negara baru.
Perjj yg tlh berlaku pd saat suksesi tjd,
tetap berlaku bagi slrh neg pengganti.
Perjj yg hanya berlaku bg sbgn wily pd
saat tjdnya suksesi neg, tetap berlaku
bg wily yg mjd neg pengganti itu
Dipecahnya satu negara menjadi
beberapa negara baru.
Perjj yg tlh berlaku pd saat suksesi tjd,
tetap berlaku bagi slrh neg pengganti.
Perjj yg hanya berlaku bg sbgn wily pd
saat tjdnya suksesi neg, tetap berlaku
bg wily yg mjd neg pengganti itu
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
SEMESTER GANJIL/2 SKS
DOSEN: 1.MAGDARIZA, SH.MH (Penjab)
2. NAJMI,SH.MH.
3. ZIMTYA ZORA, SH.MH.
10/13/17
1
PENILAIAN
- TANPA TUGAS : - UTS 40 %
- UAS 60%
- ADA TUGAS : - UTS 30%
- UAS 50%
- TUGAS 20%
Cat. :
- IZIN MENGIKUTI UAS 75% PERTEMUAN
- KEWAJIBAN UTS DAN TUGAS HARUS SELESAI
SEBELUM UAS
10/13/17
2
POKOK BAHASAN
I.
II.
PENDAHULUAN
PEMBENTUKAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
III. RATIFIKASI PI
IV. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
(CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY) DAN BERLAKUNYA PI
10/13/17
3
V. BERAKHIR DAN BATALNYA PI
VI. PENTAATAN DAN PENAFSIRAN PI
VII. PERUBAHAN PI
VIII. RESERVASI PI
IX. PRAKTEK NKRI DALAM HUKUM
PI
10/13/17
4
I.
PENDAHULUAN (3X PERTEMUAN)
a. PENGATURAN PI (INT. DAN NAS)
b. PENGERTIAN DAN PERISTILAHAN PI
c. MACAM-MACAM PI
d. PERANAN PI DALAM MASYARAKAT
INT.
II. PEMBENTUKAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
(4X PERTEMUAN)
a. PRINSIP-PRINSIP PI
b. KEKUASAAN MEMBUAT PI (Treaty
Making Power)
c. STRUKTUR PI
d. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
10/13/17
5
III. RATIFIKASI PI (1X PERTEMUAN)
IV. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
(CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY) DAN BERLAKUNYA PI (1X PERTEMUAN
a. PERNYATAAN TERIKAT PADA PI
b. BERLAKUNYA PI (ENTRY INTO FORCE)
V.
BERAKHIRNYA DAN BATALNYA PI
(2X PERTEMUAN)
a. BERAKHIRNYA PI
b. BATALNYA PI
c. SUKSESI NEGARA DAN
PENGARUHNYA THD PI
10/13/17
6
VI. PENTAATAN DAN PENAFSIRAN PI
(1XPERTEMUAN)
VII. PERUBAHAN PI (2XPERTEMUAN)
a. AMANDEMEN PI
b. MODIFIKASI PI
VIII. RESERVASI PI (1XPERTEMUAN)
IX. PRAKTEK NKRI DALAM HUKUM PI
(2XPERTEMUAN)
a. MENURUT KW 1969
b. CASE STUDY (PI YG BERHUB DG
10/13/17
INDONESIA)
7
DAFTAR PUSTAKA
1. BOER MAUNA, , Hukum internasional,
Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era
Dinamika Global, Alumni, Bandung, 2001
2. Brierly,J.L., The Law of Nations – An
Introduction to The International Law of
Place, fourth Edition, Oxford At The
Clarendon Press, 1949
3. I Wayan Parthiana, Hukum Perjanjian
Internasional, Mandar Maju, Bandung, 2002
10/13/17
8
4. Lauterpachct, Oppenheim,
International Law of Treaties,
Longmans, Green And Co, London, 1953
5. Mc Nair, Lord, The law of Treaties, At
The Clarendon Press, Oxford, 1961
6. Mochtar Kusumaarmadja; Pengantar
Hukum Internasional; Binacipta
Bandung 1978
7. ------------, Konsep-Konsep Hukum
dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,
2002
10/13/17
9
8. Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes,
Pengantar Hukum Internasional, Binacipta,
Bandung, 2003
9. Mieke Komar Kantaatmadja dan Eddy
Damian, Bahan Pelajaran Hukum Perjanjian
Internasional, Fakultas Hukum Universitas
Padjadjaran, Bandung, 1985
10. ------------, Beberapa Masalah Pokok
Konvensi Wina 1969, Fakultas Hukum
Universitas Padjadjaraan, Bandung, 1981
11. Starke, G. Introduction to International Law;
Buttherworths, 1984, hal 31. Juga Ian
Brownlie; Principles of Public Internasional
Law; Clarendom Press 1979
10/13/17
10
12. G.SCHWARZENBER, MANNUAL OF
INTERNATIONAL LAW, VOL 1
SUMBER LAIN
1. Panduan Umum Tata Cara Hubugan Luar
Negeri oleh Pemerintah Daerah, Dept. Luar
Negeri RI, 2003
2. DLL
10/13/17
11
DOKUMEN
1.
2.
3.
4.
UU NO. 24 TAHUN 2000
UU NO. 37 TAHUN 1999
KW 1969, KW 1978 DAN KW 1986
DLL PERATURAN INTERNASIONAL DAN
NASIONAL YANG TERKAIT DENGAN PI
5. DLL
10/13/17
12
PENDAHULUAN
A.
PENGATURAN PI
•
Vienna Convention 1969 on the Law of
Treaties
Vienna Convention 1986 on the Law of
Treaties between States and International
Organizations
Vienna Convention 1978 on the Succession
of States with respect to Treaties
UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
UU NO. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan
Internasional
•
•
•
•
10/13/17
13
Vienna Convention 1969 on the
Law of Treaties
• Mengatur bagaimana membuat perjanjian
internasional antar negara saja:
–
–
–
–
the Conclusion and Entry into force
Observance, application and Interpretation
Amendment And Modification
Invalidity, Termination And Suspension Of The
Operation
– Depositaries, Notifications, Corrections And
Registration
• Kristalisasi Norma yang pada hakekatnya
sudah berkembang dalam Hukum
Kebiasaan Internasional
10/13/17
14
Vienna Convention 1986 on the Law of
Treaties between States and
International Organizations
• Mengatur pembuatan perjanjian antara negara
dengan organisasi internasional dan antar organisasi
internasional
• Mengatur: idem dengan Vienna Convention 1969,
dengan beberapa klausula yang khas untuk
Organisasi internasional:
– the legal capacity to conclude treaties
– Treaties concluded by international organizations
and the relation to the member states
– States and Organizations are distinguished in
using terminology: Ratification vs Act of Formal
Confirmation
10/13/17
15
Vienna Convention 1978 on the
Succession of States with
respect to Treaties
MENGATUR STATUS PERJANJIAN JIKA TERJADI
SUKSESI NEGARA:
• STATUS TIMOR GAP TREATY 1989 SETELAH
PEMISAHAN TIMOR LESTE DARI
INDONESIA
• INDONESIA TERIKAT PADA PERJANJIAN
OLEH HINDIA BELANDA PASCA INDONESIA
MERDEKA?
10/13/17
16
UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional
• Pada umumnya “copy paste” dari Konvensi Wina
1969 dan 1986
• Mengatur elemen internal Indonesia:
– Peran Koordinasi dan Konsultasi serta fungsi Depository
DEPLU
– Full Powers dan Pedoman Delri
– Pengesahan Perjanjian Internasional dengan Perpres dan
UU
• Kristalisasi dari Praktek Hukum Indonesia dalam
membuat perjanjian Internasional
• 10/13/17
Penjabaran dari Pasal 11 UUD 1945
17
UU No. 37 tahun 1999
MERUPAKAN PENGATURAN MENGENAI
HUBUNGN LUAR NEGERI INDONESIA
SECARA UMUM,SEPERTI POLITIK
LUAR NEGERI, PERWAKILAN,
PERLINDUNGAN WNI, SUAKA DLL.
10/13/17
18
DASAR HUKUM PI DALAM HN INDONESIA
A. sekarang
1. P 11 UUD 1945 (AMANDEMEN)
2. UU NO. 24 TAHUN 2000
3. UU NO. 37 TAHUN 1999
B.
1.
2.
3.
4.
Sebelumnya
P 11 UUD 1945
P 175 KONS.RIS
P 120 UUDS 1950
SURAT PRESIDEN 2628/HK/1960
10/13/17
19
B. 1. PENGERTIAN
P 2 (1) (a) KW 1969
"treaty" means an international
agreement concluded between States
in written form and governed by
international law, whether embodied
in a single instrument or in two or
more related instruments and
whatever its particular designation;
10/13/17
20
KW 1986 P 2 (a)
Treaty means an international agreement
governed by international law and
concluded in written form : (i) treaties
between one or more states and one
more international organizations and,
(ii) treaties between international
otganizations, whether that agreement
is embodied in a single instrument or
two or more related instrument and
whatever its particular designation
10/13/17
21
UU No. 24 Tahun 2000
tentang Perjanjian
Internasional (UU PI)
P 1 (1)
Perjanjian Internasional adalah perjanjian,
dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara
tertulis serta menimbulkan hak dan kewajiban
di bidang hukum publik.
P 4 (1)
Pemerintah RI membuat perjanjian
internasional dengan satu negara atau lebih,
organisasi internasional, atau subjek hukum
internasional lain
10/13/17
22
Pengertian menurut sarjana
- Ian brownlie
Treaty as any international agreement in
written form whether embioded in a single
instrument or in two or more related
instrument and whatever its particular
desingned (treaty, convencion, protocol,
covenant, charte, statute, act,
declaration, concordat, exchange of notes,
agreed minute, memorandum of
agreement, modus vivendi or any other
appletion) concluded between two or more
states or other subjects of international
law and governed by international law”.
10/13/17
23
Oppenheim dan Lauterpacht:
”International treaties are convention,
or contracts between two or more
states, concerning various matters of
interest”.
10/13/17
24
Mochtar Kusumaatmadja :
Perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa
dan bertujuan untuk mengakibatkan
akibat hukum tertentu
10/13/17
25
- G. SCHWRZENBER:
TREATIES ARE AGREEMENTS
BETWEEN SUBJECTS OF INT.LAW
BINDING OBLIGATION IN INT. LAW.
10/13/17
26
WHAT SHOULD BE THE TEST ??
• an International Agreement
• by Subject of International
Law (States, IO)
• Written Form
• “governed by
international law”
• whatever form, (the
nomenclature have no legal
weight).
10/13/17
27
B.2. PERISTILAHAN
- MYERS: ADA 39 MACAM
- SECARA YURIDIS SEMUA
ISTILAH MEMPUNYAI
PENGERTIAN SEBAGAI PI
ISTILAH-ISTILAH PI:
10/13/17
TREATY
CONVENTION
AGREEMENT
CHARTER
DECLARATION
PACT
28
-
PROTOCOL
CHARTER
COVENANT
GENERAL ACT
FINAL ACT
MODUS VIVENDI
MOU
ARRANGEMENT
AGREED MINUTES
SUMMARY RECORDS
EXCHANGE OF NOTES/LETTERS
PROCESS VERBALL
STATUTE
DLL
10/13/17
29
MOU:
-
COMMON LAW SYSTEM
NEG LAIN TERMSK IND. MOU SD TREATIES
MOU DALAM LINGKUP NAS SD KONTRAK/PERJ.PERDT
DLM PEM:
- MOU SBG JAMINAN PEM THD INVESTOR ASING
(MASIH DALAM PERDEBATAN)
- KERJASAMA DAERAH:MOU SBG DOKUMEN AWAL YG
TDK MENGIKAT
10/13/17
30
PRAKTEK INDONESIA
- AGREEMENT LBH TINGGI DR MOU
- KECENDRUNGAN MEMBUAT PI YG
BERSIFAT TEKNIS ANTAR SEKTOR
DIDAHULUI DG PI PAYUNG
- DALAM MEMBUAT PI YG SESUAI HK
DAN KBS INT DAN MEMPERHTK KEPT
NAS, PERLU KOORDINASI ANTAR
DEPT DALAM MENENTUKAN
NOMENKALTUR PI
10/13/17
31
MACAM-MACAM PI
DAN
PERANAN PI BAGI
MASYARAKAT INT.
BENTUK-BENTUK PI
1. PI TIDAK TERTULIS/LISAN (UNWRITTEN
AGREEMENT/ORAL AGREEMENT)
-
-
PI LISAN JARANG,KRN BANYAK MENIMBULKAN
KESUKARAN DRPD MANFAAT, TERUTAMA
SULIT UNTUK DIBUKTIKAN TTG PI TSB DAN
ISINYA
PASAL 3 KW
2. PI TERTULIS (WRITTEN AGREEMENT):
- TEGAS, JELAS, KEPASTIAN HUKUM
MACAM-MACAM PI
1. JUMLAH PIHAK
BILATERAL DAN MULTILATERAL
2. KAIDAH HUKUM YANG DITIMBULKAN
- LAW MAKING TREATY
- TREATY CONTRACT
3. BAHASA
- SATU BAHASA
- DUA BAHASA/LEBIH
- LEBIH 2 BAHASA
4. SUBSTANSI HUKUM
- PERUMUSAN H KEBIASAAN INT.
- PERUMUSAN KAIDAH BARU
- PERPADUAN KEDUANYA
5. PEMRAKARSA
- NEGARA
- OI
6. LINGKUP BERLAKUNYA
- KHUSUS
- REGIONAL
-UNIVERSAL
7. ORGAN NEGARA
- ATAS NAMA NEGARA
- KEPALA NEGARA
- ANTAR PEMERINTAH
- ANTAR KEPALA NEGARA DAN KEPALA
PEMERINTAH
8. KESEMPATAN NEGARA UNTUK MENJADI
PIHAK
- TERTUTUP/KHUSUS
- TERBUKA
PERANAN PI BAGI MASY INT.
- PERAN PENTING; KRN MLL PI NEG2
MENETAPKAN DASAR KERJASAMA,
MENGATUR DAN MENYELESAIKAN
MASALAH
- SALING KETERGANTUNGAN
- SUMBER HI UTAMA, BDSK KENYATAAN
- PI MRPK PERBUATAN HK AKAN
MENGIKAT PARA PIHAK
-HAK SEMUA NEGARA
KODIFIKASI HUKUM PI
- USAHA ILC MULAI 1949,DENGAN 4 ORANG
SPECIALSS RAPPORTEUR
1. J.L. BRIERLY
2. H. LAUTERPACHT
3. GERALD FITZMAURICE
4. HUMPHREY WALDOCK
- KW 1969 SEBAGAI KODIFIKASI HUKUM
KEBIASAAN INT. DAN KODIFIKASI DARI
MASALAH-MASALAH HUKUM YANG DAPAT
TIMBUL JIKA DIBUAT SUATU PI
- SIDANG II, 6 APRIL-22 MEI 1969,
110 NEGARA, 15 BADAN KHUSU DAN
BADAN ANTAR PEM SBG PENINJAU
- 23 MEI 1969 DISYAHKAN KW ’69
- SISTIMATIKA 85 PASAL DAN SATU
LAMPIRAN
- KONVENSI TERBUKA UNTUK AKSESI
- MULAI BERLAKU 27 JANUARI 1980
(BERDASARKAN P 84)
PERANAN PI BAGI INDONESIA
- PENINGKATAN DAN INTENSITAS
PEMBUATAN PI OLEH PEM RI DENGAN
NEGARA LAIN DAN OI
- PI PERTAMA RI ADALAH PERJ
PERSAHABATAB RI DAN MESIR 10 JUNI
1947
- SAMPAI DES 2008, TERCATAT 4000 PI
- RI BELUM MERATIFIKASI KW 69
PEMBENTUKAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
a. PRINSIP-PRINSIP PI
b. KEKUASAAN MEMBUAT PI (Treaty
Making Power)
c. STRUKTUR PI
d. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
10/13/17
41
A. PRINSIP-PRINSIP PI
1. PACTA SUNT SERVANDA
2. PACTA TERTIIS NEC NOCENT
NEC PROSUNT
3. REBUS SIC STANTIBUS
4. NON RETROACTIVE
5. INCONSISTENCE
6. YUS COGENS
10/13/17
42
1.
PACTA SUNT SERVANDA
- SETIAP PERJANJIAN ADALAH
MENGIKAT BAGI PARA PIHAK DAN
HARUS DILAKSANAKAN DENGAN
IKTIKAD BAIK
- KONSIDERAN KE 3 KW 69 & 86
(TERMASUK FREE CONSENT DAN
GOOD FAITH)
- P 26 KW 69 & 86
- HANS KELSEN: KAIDAH DASAR HI
- P 4 AYAT 1 UU NO 24/2000
(IKTIKAD BAIK)
10/13/17
43
2. PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC
PROSUNT (SUATU PI TIDAK
MENIMBULKAN KEWAJIBAN HUKUM
ATAU HAK BAGI PIHAK KE3 TANPA
PERSETUJUANNYA)
- P 34 KW 69 &86
- BERKAITAN DENGAN P 35,36&37
- PENGECUALIAN:P2 AYAT 6
CHARTER (SBG GENERAL
ACCEPTED PRINCIPLES OF INT
LAW)
10/13/17
44
3. REBUS SIC STANTIBUS
- PERUBAHAN FUNDAMENTAL DALAM
KEADAAN
YANG BERKAITAN DENGAN SUATU PI
- P 62 KW 69 & 86
- SYARATNYA:
1. PERUBAHAN SUATU KEADAAN TIDAK
TERDAPAT PADA WAKTU
PEMBENTUKAN PERJANJIAN
2. PERUBAHAN TERSEBUT SEBAGAI
KEADAAN YANG FUNDAMENTAL BAGI
PI YBS
10/13/17
45
3. TIDAK DAPAT DIRAMALKAN
SEBELUMNYA AKAN TERJADI
4. KEADAAN TERSEBUT MERUPAKAN
SUATU DASAR PENTING ATAS
DIBERIKANNYA PERSETUJUAN
TERIKATNYA PESERTA
5. AKIBAT PERUBAHAN TERSEBUT
SANGAT MEMPENGARUHI LUAS
LINGKUP KEWAJIBAN YANG
DITIMBULKAN PI YBS
10/13/17
46
PENGECUALIAN AZAS REBUS SIC
STANTIBUS (P 62 AYAT 2) MENGENAI:
- PENETAPAN BATAS WILAYAH
- PEROBAHAN TERJADI AKIBAT
PELANGGARAN TERHADAP PI YBS
OLEH NEGARA YANG MENUNTUT
PEMBATALAN PI
- PENGGUNAAN SECARA HATI-HATI
- PEMANFAATAN P 62 DILAKUKAN
MENURUT P 65, 66 & 71
10/13/17
47
4. NON RETROACTIVE
- P 28 KW 69 & 86
5. INCONSISTENCE TREATY
- P 30 KW 69 DAN 86
- BAHWA SUATU PI TIDAK BOLEH
BERTENTANGAN DENGAN KEWAJIBAN
YANG DITIMBULKAN OLEH SUATU PI
TERDAHULU
- JIKA PARA PIHAK PI I DAN KEMUDIAN
BERBEDA:
a. PIHAK PI TERDAHULU JUGA SBG
PIHAK PI KEMUDIAN
b. PIHAK PI TERDAHULU SEBAGIAN
JUGA SBG PIHAK PI KEMUDIAN
-10/13/17
P 103 CHARTER: PRIMA FACIE
48
6. YUS COGENS/PEREMPTORY NORM OF
GENERAL INT. LAW (NORMA YANG TELAH
DITERIMA DAN DIAKUI MASY. INT. SECARA
KESELURUHAN SEBAGAI NORMA YANG TIDAK
DAPAT LAGI DIGANTI KECUALI DENGAN
NORMA HUKUM BARU YANG BERSIFAT SAMA)
- P 53 DAN P 64 KW 69 & 86, (HARUS
DIBACA BERIRINGAN) PI BATAL
- CONTOH: GENOCIDE, PERBUDAKAN,
PEMBAJAKAN DAN HAM (MC NAIR DAN
BROWNLIE)
10/13/17
49
- LAUTERPCHT: PENILAIAN TIMBULNYA YUS
COGENS ADALAH PRAKTEK MASY.
INT/NEGARA DAN YURISDIKSI MI
- TIDAK BOLEH DIGUNAKAN UNTUK
KEPENTINGAN POLITIK
- YUS COGENS BERBEDA DARI YUS
DISPOSITUM, KARENA YUS DISPOSITUM
BERSIFAT MENGIKAT TETAPI TIDAK IMPERATIF
KARENA DAPAT DIRUBAH DENGAN KONVENSI.
SEDANGKAN YUS COGENS MENGIKAT DAN
IMPERATIF
- YUS COGEN BERSIFAT UNIVERSAL,
FUNDAMENTAL, PENTING BAGI MASY. INT.
DAN BAGIAN ESSENSILBAGI HI
10/13/17
50
TREATY MAKING POWER
1. KEWENANGAN TMP
2. PROSEDUR PEMBENTUKAN PI
3. STRUKTUR PI
10/13/17
51
1. KEWENANGAN TMP
- KW 69: NEGARA SEBAGAI PIHAK (P6)
- KW 86: NEGARA DAN OI
PENGERTIAN “STATE” ADALAH SEBAGIMANA
YANG TERCANTUM DALAM CHARTER DAN
KONV JENEWA TENTANG HUKUM LAUT YAITU
:STATE FOR THE PURPOSE OF
INTERNATIONAL LAW”
- (TERMASUK NEGARA BAGIAN JIKA
DITENTUKAN DALAM H NAS, SEP BYELO
RUSSIAN SOVIET REP. DAN UKRAINA SOVIET
REP YANG TERPISAH DARI US PD KHL 58;
PHILIPINA/AS DAN INDIA/INGGRIS PD
PEMBENTUKAN PBB)
10/13/17
52
SIAPAKAH YANG BERWENANG?????
KONSTITUSI/HUKUM NASIONAL
(MASALAH INTERN)
TREATY MAKING POWER YANG DIMILIKI
SUATU NEGARA BERKAITAN DENGAN:
WAKIL YANG DIUTUS SECARA
SAH OLEH NEGARA
(FULL POWERS DAN CREDENTIAL
LETTERS)
10/13/17
53
PENGERTIAN:
FP ADALAH SUATU DOKUMEN RESMI YANG
DIKELUARKAN OLEH PEJABAT YANG
BERWENANG DI SUATU NEGARA UNTUK
MENUNJUK SATU ATAU BEBERAPA UTUSAN
UNTUK MEWAKILI NEGARANYA DALAM
BERUNDING, MENERIMA ATAU MEMBUKTIKAN
KEASLIAN NASKAH PI, MENYATAKAN
PERSETUJUAN NEGARA UNTUK TERIKAT ATAU
MELAKSANAKAN PERBUATAN LAINNYA
SEHUBUNGAN SUATU PI (P 2 AYAT 1C)
FULL POWERS:- P 7 KW 69 &86
10/13/17
54
CREDENTIAL LETTERS: MERUPAKAN
DOKUMEN RESMI YANG DIMILIKI OLEH
UTUSAN NEGARA HANYA UNTUK
MENGHADIRI KONFERENSI INT. DALAM
RANGKA OI
- PERBEDAAN FUNGSI FP – CL
- PRAKTEK INDONESIA:
- MEMISAHKAN FP DAN CL
- P1 BUTIR 3 (FP) DAN P 1 BUTIR
4 (CL) UU NO. 24/2000
10/13/17
55
FP MEMUAT:
- NAMA LENGKAP UTUSAN
- JABATAN LENGKAP(INDONESIA
DAN INGGRIS)
- JUDUL LENGKAP NASKAH PI
(INDONESIA DAN INGGRIS)
- SALINAN LENGKAP PI YANG AKAN DI
TTD
CL MEMUAT:
- NAMA-NAMA CALON DELEGASI
- JABATAN LENGKAP DAN INSTANSI
(INDONESIA DAN INGGRIS)
- PERAN DALAM KONFERENSI (INDONESIA
DAN INGGRIS)
10/13/17
56
- FULL POWERS COMMITTEE
- CREDENTIAL COMMITTEE
- KEWENANGAN PEMEGANG FP
TERGANTUNG PADA PI YANG AKAN
DIBENTUK
10/13/17
57
PROSEDUR PEMBENTUKAN
PI
1. PERUNDINGAN
2. PENANDATANGAN
3. RATIFIKASI
10/13/17
58
1. PERUNDINGAN
- BEBERAPA NASKAH/TEKS/DRAFT
- USUL, AMANDEMEN DAN KONTRA
AMANDEMEN
- NASKAH
- PENERIMAAN NASKAH (P 9)
- PENGESAHAN NASKAH (P 10)
10/13/17
59
2.PENANDATANGAN
AKIBAT HUKUM PENANDATANGANAN SUATU PI:
- PI YANG DIBUAT MELALUI 2 TAHAP
DENGAN PENANDATANGAN NASKAH,
AKAN BERAKIBAT NEGARA TERIKAT
- PI YANG DIBUAT MELALUI 3 TAHAP
PENANDATANGAN NASKAH OLEH UTUSAN, BELUM
BERARTI NEGARANYA TERIKAT
3. RATIFIKASI
DARI SISI HUKUM PI, RATIFIKASI PADA ESENSINYA
ADALAH KONFIRMASI DARI SUATU NEGARA TERHADAP
PERBUATAN HUKUM PEJABATNYA YANG TELAH
MENANDATANGANI SUATU PI SEBAGAI TANDA
PERSETUJUAN NEGARA UNTUK TERIKAT PADA PI
TERSEBUT
10/13/17
60
PROSEDUR EKSTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERBUATAN HUKUM UNTUK MENGIKATKAN
DIRI ADA SUATU PI (SALAH SATU CARA)
PROSEDUR INTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERSOALAH HUKUM TATA NEGARA YANG
MENGATUR TENTANG KEWENANGAN
LEMBAGA (EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF)
DALAM PEMBUATAN PI SERTA MENGATUR
PRODUK HUKUM APA YANG HARUS
DIKELUARKAN UNTUK MENJADI DASAR
MELAKUKAN PROSEDUR EKSTERNAL
(INDONESIA)
10/13/17
61
STRUKTUR PI
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
JUDUL
PEMBUKAAN
BATANG TUBUH
KLAUSULA PENUTUP
PERNYATAAN DAN BAGIAN TTD
LAMPIRAN (KALAU ADA)
10/13/17
62
RATIFIKASI PI
10/13/17
63
- DAHULU: RATIFIKASI DIPERLUKAN SBG
CARA KEPALA NEGARA/RAJA MEYAKINI
BAHWA UTUSAN YG TELAH DIBERI
KUASA TIDAK MELAMPAUI BATAS
WEWENANG
- SEKARANG: RATIFIKASI SBG CARA
LEMBAGA LEGISLATIF MEYAKINKAN
BHW PEM DLM MEMBUAT PI TIDAK
MELAKUKAN HAL YANG BERTENTANGAN
DG KEPENTINGAN UMUM
10/13/17
64
PRAKTEK NEGARA
1. RATIFIKASI OLEH LEMBAGA
EKSEKUTIF
2. RATIFIKASI OLEH LEMBAGA
LEGISLATIF
3. RATIFIKASI DILAKUKAN BERSAMA
OLEH LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF
10/13/17
65
PENGERTIAN
KW 1969: KONVENSI TIDAK MEMBERIKAN
PENGERTIAN
- P 2 AYAT 1 B: RATIFIKASI (SALAH SATU) SBG
TINDAKAN INT. DIMANA SUATU NEGARA DALAM
TARAF INT. MEMBERIKAN PERSETUJUANNYA
UNTUK TERIKAT PADA SUATU PI
- P 11: RATIFIKASI SBG SALAH SATU CARA
MENYATAKAN SETUJU TERIKAT
ADA SUATU PI
- P 14: RATIFIKASI DIBUTUHKAN OLEH
SUATU PI
- P 16: PERTUKARAN ATAU PENYIMPANAN
INSTRUMEN RATIFIKASI
10/13/17
66
DARI SUDUT HI, RATIFIKASI ADALAH
PERNYATAAN “CONSENT TO BE BOUND BY A
TREATY” YANG BERSIFAT “EENMALIG” (SATU
KALI SAJA/FINAL) DAN
TIDAK MELIHAT BGMN HK TATA NEGARA
SUATU NEGARA MENGELUARKAN PRODUK
HK ATAS RATIFIKASI PI YBS
APABILA SUATU NEGARA SUDAH
MENYAMPAIKAN PIAGAM RATIFIKASINYA PD
DEPOSITORY, MK NEGARA TERESEBUT
SUDAH TERIKAT PD PI YBS
10/13/17
67
BEBERAPA PERSOALAN YANG BERKAITAN DG
RATIFIKASI DI IND.
- MAKNA RATIFIKASI DALAM H NAS
- PENGERTIAN “PERSETUJUAN DPR” DALAM P 11
UUD 1945
- PENGESAHAN DG UU/KEPPRES, APAKAH
BERSIFAT PROSEDURAL ATAU
NORMATIF??????????
- PI YG SUDAH DIRATIFIKASI DG KEPPRES.
DAPATKAH BENTUK KEPPRES INI SBG RUJUKAN
SUATU UU?????????? MASALAH PENINGKATAN
STATUS RATIFIKASI. (DALAM KAITAN DG
HIRARKI PERUU) DAN BGMN DAMPAKNYA THD
HI?
- 10/13/17
DLL-DLL
68
UU NO. 24/2000
- PENGERTIAN RATIFIKASI: P 1 BUTIR 2
- P 3: CARA-CARA PEM. RI
MENGIKATKAN DIRI PADA PI
- BAB III P 9 – 14
- P 9 : PENGESAHAN PI DG UU
ATAU KEPPRES
- P10: PENGESAHAN DG UU (A – F)
- P11: PENGESAHAN DG KEPPRES
- P12: PERSIAPAN NASKAH DLL OLEH
LBG PEMRAKARSA
- P13: PENEMPATAN PIAGAM PENGESHN
DALAM LEMBARAN NEGARA
- P14: MENTERI MENANDATANGANI
10/13/17
PIAGAM PENGESAHAN
69
PENGESAHAN PI HARUS DIARTIKAN DARI 2
PROSEDUR YANG TERPISAH NAMUN
TERKAIT, YAITU:
1. PROSEDUR INTERNAL:
RATIFIKASI ADALAH PERSOALAH HUKUM
TATA NEGARA YANG MENGATUR TENTANG
KEWENANGAN LEMBAGA (EKSEKUTIF DAN
LEGISLATIF) DALAM PEMBUATAN PI SERTA
MENGATUR PRODUK HUKUM APA YANG
HARUS DIKELUARKAN UNTUK MENJADI
DASAR MELAKUKAN PROSEDUR EKSTERNAL
(INDONESIA)
10/13/17
70
PROSEDUR EKSTERNAL: RATIFIKASI ADALAH
PERBUATAN HUKUM DALAM LINGKUP
INTERNASIONAL UNTUK MENGIKATKAN DIRI
ADA SUATU PI (SALAH SATU CARA)
PROSEDUR INTERNAL HARUS
DIPENUHI/DILAKUKAN TERLEBIH DAHULU
UNTUK BISA MELAKSANAKAN PROSEDUR
EKSTERNAL
BERLAKUNYA SUATU PI TERHADAP SUATU
NEGARA DITENTUKAN OLEH PROSEDUR
EKSTERNAL, BUKAN PROSEDUR INTERNAL
10/13/17
71
DARI SISI HUKUM PI,
RATIFIKASI PADA ESENSINYA ADALAH
KONFIRMASI DARI SUATU NEGARA
TERHADAP PERBUATAN HUKUM
PEJABATNYA YANG TELAH
MENANDATANGANI SUATU PI SEBAGAI
TANDA PERSETUJUAN NEGARA UNTUK
TERIKAT PADA PI TERSEBUT
10/13/17
72
P 1 BUTIR 2 UU NO. 24/2000:
- MENGATUR TTG PENGESAHAN
DALAM PERSPEKTIF EKSTERNAL, SHG
BERKARAKTER “KONFIRMASI” YAITU
PERBUATAN HK UNTUK MENGIKATKAN
DIRI PADA SUATU PI
- MENGATUR PERSYARATAN INTERNAL
YAITU PENGESAHAN DG UU ATAU
KEPPRES, SBG DASAR KONSTITUSIONAL
UNTUK DAPAT MELAKUKAN
PENGESAHAN DALAM PERSPEKTIF
EKSTERNAL
10/13/17
73
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
P 11 “PRESIDEN DG PERSETUJUAN DPR
MENYATAKAN PERANG, MEMBUAT
PERDAMAIAN DAN PERJANJIAN DG
NEGARA LAIN”
APA YG DIMAKSUD DG
“PERSETJUAN DPR”????????
10/13/17
74
UU NO. 24/2000 MEMBERIKAN
INTERPRETASI BAHWA YG DIMAKSUD
DG PERSETUJUAN DPR PADA P 11 UUD
1945 ADALAH KONFIRMASI DPR
TERHADAP PERBUATAN HK UTUSAN
NEGARA YG TELAH MEWAKILI NEGARA
INDONESIA DALAM PEMBUATAN SUATU
PI
10/13/17
75
DENGAN TERIKATNYA INDONESIA PD SUATU PI
(MLL PROSEDUR EKSTERNAL) MAKA MATERI PI
YBS TELAH MENGIKAT BAIK DALAM TATARAN
INT. MAUPUN DALAM SISTEM H NASIONAL DAN
TIDAK DIBUTUHKAN LAGI LEGISLASI NASIONAL
PENGESAHAN SUATU PI BERARTI
SUDAH MENGIKAT DALAM SISTEM HK
NASIONAL
LIHAT !!!!!!
PENJELASAN P 13 UU NO. 24/2000
10/13/17
76
CONTOH:
INDONESIA TELAH MERATIFIKASI KONVENSI
TTG HAK ANAK 1989 DG KEPPRES NO.
36/1990,
DG ALASAN KRN KEDUDUKANNYA DLM BENTUK
KEPPRES SAJA, BERAKIBAT MEMPERSULIT
DIKELUARKANNYA BTK KTT UU/PP (SEP. UU
NO. 23/2002 TTG PERLINDUNGAN ANAK)
GUNA MENGIMPLEMENTASIKAN KONVENSI INI
10/13/17
77
KEPRS INI BERSIFAT PROSEDURAL
SAJA, YG DIDASARKAN FAKTA HK BHW
BERLAKUNYA KONVENSI INI BG INDONESIA
TDK SECARA LANGSUNG DISEBABKAN KEPRES
INI, TTP OLEH “INSTRUMENT OF
RATIFICATION” YG DISAMPAIKAN OLEH
INDONESIA KPD DEPOSITORY (SEKJEN PBB)
BERLAKUNYA KONV INI THD INDONESIA BUKAN
PD TGL BERLAKUNYA KEPPRES, MELAINKAN
PD TGL DISTERIMANYA “INSTRUMENT OF
RATIFICATION” OLEH DEPOSITORY
10/13/17
78
CONSENT TO BE BOUND BY
A TREATY
PERNYATAAN SETUJU TERIKAT
PADA SUATU PI
10/13/17
79
KONVENSI WINA 1969
P11: (CARA-CARA MENYTK SETUJU
TERIKAT OLEH SUATU PI)
P12: PENANDATANGANAN
P13: PERTUKARAN INSTRUMEN YG
MEMBENTUK PI
P14: RATIFIKASI, AKSEPTASI ATAU
PENYETUJUAN
P15: AKSESI
10/13/17
80
P 16: PERTUKARAN ATAU
PENYIMPANAN
P 17: SETUJU TERIKAT PADA
SEBAGIAN PI DAN PEMILIHAN
KETENTUAN
P 18: KEWAJIBAN TIDAK AKAN
MERUSAK OBJEK DAN TUJUAN
PI SAMPAI SAAT BERLAKUNYA
10/13/17
81
PENANDATANGANAN (P12)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PESERTA SEBELUMNYA
- DISEBUTKAN DALAM FP UTUSAN NEGARA
- PERNYATAAN UTUSAN NEGARA
PERTUKARAN INSTRUMEN (P13)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PESERTA SEBELUMNYA
CARA INI TIDA EFEKTIF UNTUK PI MULTILATERAL
CARA INI DILAKUKAN ANTAR KA. NEG, KA. PEM. MENLU
ATAU ANTAR PEJABAT TINGGI NEGARA
10/13/17
82
RATIFIKASI, AKSEPTASI & PERSETUJUAN
(P14)
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PARA PESERTA
- DISEBUTKAN DALAM FP
DILAKUKAN OLEH ORGAN PEM YANG BERWENANG DARI
NEG. KARENA SUBSTANSI PI INI PENTING
AKSESI (P15)
NEGARA YG TIDAK TURUT
SERTA MEMBUAT PI YBS
- DISEBUT DALAM PI YBS
- PERSETUJUAN PARA PESERTA
- PERSETUJUAN KEMUDIAN OLEH PARA PIHAK
10/13/17
83
HAL-HAL LAIN:
- P 16: PERTUKARAN ATAU
PENYIMPANAN INSTRUMEN
RATIFIKASI,AKSEPTASI,
PERSETUJUAN ATAU AKSESI
- P 17: KESEPAKATAN UNTUK
MENGIKATKAN DIRI PADA
SEBAGIAN ISI PI (RESERVASI)
- P 18: TIDAK MERUSAK OBJEK PI
YBS
10/13/17
84
ENTRY INTO FORCE
(MULAI BERLAKU PI) P 24
KESEPAKATAN DAN
DITENTUKAN DALAM
KLAUSULA PENUTUP
DENGAN DITENTUKAN SAAT MULAI
BERLAKUNYA SUATU PI, MAKA PADA SAAT ITU PI
DITERIMA SBG HK POSITIF DAN MELAHIRKAN HAK
DAN KEWAJIBAN
10/13/17
85
CARA-CARA MULAI BERLAKU PI:
- PADA SAAT PENANDATANGANAN
BIASANYA PADA PI BIL. DAN PI MULTILATERL
TERBATAS
- PADA TANGGAL YANG DISEPAKATI MELALUI
PERTUKARAN NOTA (PI BIL. DAN
MULTILATERAL TERBATAS)
- RATIFIKASI
- PENYAMPAIAN NOTIFIKASI BAHWA PROSEDUR
INTERNAL SUDAH SELESAI
- PERTUKARAN PIAGAM PENGESAHAN
10/13/17
86
- PENYIMPANAN PIAGAM PENGESAHAN
- CARA LAIN YANG DISEPAKATI
MIS:
- NEG YG TERIKAT KARENA AKSESI
SETELAH PI MULAI BERLAKU, MK BAGI
NEG AKSESI TSB, PI BERLAKU PD TGL
AKSESI DIBERIKAN
- DALAM MASA TERTENTU TIDAK
MEMBERI NOTIFIKASI TERTULIS UNTUK
MENOLAK KETERIKATAN PADA PI
10/13/17
87
P 25: PENERAPAN SEMENTARA PI
- DITENTUKAN DALAM PI
- PERSETUJUAN PARA PIHAK
DENGAN CARA LAINNYA
- TERHADAP SELURUH ATAU SEBAGIAN
ISI PI, DENGAN SYARAT TIDAK
MENGHALANGI TUJUAN PI
- DILAKUKAN BEBERAPA PIHAK ATAU
SELURUH PIHAK
- DILAKUKAN SEBELUM PARA PIHAK
MENYATAKAN SETUJU TERIKAT
10/13/17
88
PRAKTEK MULAI BERLAKUNYA PI
BERKAITAN DENGAN RATIFIKASI:
- DENGAN MENENTUKAN SUATU
TANGGAL TERTENTU SETELAH PARA
PIHAK MERATIFIKASI/MEMBERI
NOTIFIKASI RATIFIKASI
- DENGAN MENETAPKAN SUATU WAKTU
TERTENTU SETELAH PENYIMPANAN
PIAGAM RATIFIKASI OLEH URUTAN
SUATU NEGARA
10/13/17
89
CONTOH:
1. P308 AYAT 1 UNCLOS:” KONVENSI INI
BERLAKU 12 BULAN SETELAH TGL
PENDEPOSITAN PIAGAM RATIFIKASI
ATAU AKSESI KE 60”
2. P 84 AYAT1 KW 69:” KONVENSI INI
BERLAKU PADA HARI KE 30 SESUDAH
TGL PENYIMPANAN INSTRUMEN KE 30
RATIFIKASI ATAU AKSESI”.
10/13/17
90
SBG ATURAN HUKUM KEBIASAAN INT.
SBG KODIFIKASI
10/13/17
91
BERAKHIR
DAN
BATALNYA PI
BAB V
P 42 - 72
10/13/17
92
MOCHTAR KUSUMAATMADJA:
1. TERCAPAI TUJUAN PI
2. HABIS MASA BERLAKU PI
3. PUNAHNYA SALAH SATU PIHAK ATAU
OBJEK PI
4. PERSETUJUAN PARA PIHAK
5. DIADAKAN PI KEMUDIAN
6. DIPENUHINYA SYARAT PENGAKHIRAN
SESUAI PI
7. DIAKHIRI OLEH SALAH SATU PIHAK DAN
DISETUJUI PIHAK LAIN
10/13/17
93
KONVENSI WINA 1969:
I. KETENTUAN UMUM TENTANG
KETIDAKSAHAN, PENGAKHIRAN DAN
PENUNDAAN BERLAKU PI
- P 42: KEABSAHAN DAN BERLAKUNYA PI
HARUS SESUAI ATURAN KONV.
- P 43: KEWAJIBAN HI YANG TERLEPAS
DARI SUATU PI
- P 44: HAK YANG TIMBUL BDSK P 56
- P 45: HILANGNYA HAK UNTUK
MENYATAKAN PEMBATALAN,
PENGAKHIRAN, PENARIKAN DIRI
ATAU PENUNDAAN BERLAKUNYA
SUATU PI
10/13/17
94
P 54:PENGKAHIRAN DAN PENUNDAAN
BERLAKUNYA PI SESUAI ISI PI
ATAU PERSETUJUAN PARA PIHAK
P 55:PENGURANGAN JUMLAH PIHAK
PD PERJANJIAN MULTILATERAL
P 56:PEMUTUSAN ATAU PENARIKAN
DIRI (DENUNCTIATION) YANG
TIDAK DIATUR DALAM SUATU PI
P 57:PENUNDAAN BERLAKUNYA PI
PADA SUATU PIHAK SESUAI ISI PI
ATAU PERSETUJUANPARA PIHAK
10/13/17
95
P 58: PENUNDAAN BERLAKUNYA PI
ANT BEBERAPA PIHAK DALAM
PI MULTILATERAL
- SESUAI ISI PI
- TIDAK DILARANG PI
- TIDAK BERKENAAN DG OBJEK
PI
P 59: PENGAKHIRAN ATAU
PENUNDAN PI KARENA DIBUAT
PI BARU
10/13/17
96
P 60: PENGAKHIRAN ATAU
PENUNDAAN PI KARENA
PELANGGARAN MATERIAL
- PI BILATERAL
- PI MULTILATERAL
a. HAK PIHAK LAIN
P 61: KETIDAKMUNGKINAN
PELAKSANAAN PI KARENA
MUSNAHNYA OBJEK PI
10/13/17
97
P 62: PENGAKHIRAN ATAU PENARIKAN
DIRI KARENA REBUS SIC STANTIBUS
P 63: PEMUTUSAN HUB
DIPLOMATIK DAN KONSULER
P 64: PI YANG BERTENTANGAN
DENGAN YUS COGENS
10/13/17
98
PEMBATALAN PI
1. PELANGGARAN H NAS BERKENAAN
KOMPETENSI KUASA USAHA P 46 & 47
2. KESALAHAN (ERROR) BERKENAAN
FAKTA PADA WAKTU PEMBUATAN PI P 48
3. PENIPUAN (FRAUD) P 49
4. KELICIKAN (CORRUPTION) P 50
10/13/17
99
HUKUM PERJANJIAN
INTERNASIONAL
Created By :
Zimtya Zora.Z, SH.,M.Hum
Akibat-akibat Perjanjian
1) Akibat perjj thd negara pihak
Pasal 26 KW 1969 “prinsip Facta
Sunt Servanda”
Pasal 2 Piagam PBB “Semua neg hrs
melaksanakan dg itikad baik semua
kewajiban2 sesuai dg piagam.
2) Akibat perjj thd negara lain
Pasal 34 (9169), pasal 34 (1986) “ Prinsip
Pacta Tertiis Nex Nocent Nec Posunt “
Ex : kasus perebutan pulau Clipperton
(Perancis Vs Mexico)
“Mexico mengajukan tuntutan dg
menggunakan akte berlin dmn
Perancis mjd pihak.tuntutan mexico
ditolak krn bkn pihak dlm akte berlin”
Pengecualian :
a) Perjj dpt memp akibat kpd neg ketiga
atas persetujuan mrk (pasal 35).
b) Perjj yg memberikan hak kpd negara
ketiga (klausul MFN, khusus utk
anggota GATT)
c) Perjj yg dpt memp akibat pada neg
ketiga tanpa persetujuan mereka (psl
2 Piagam)
Sebab-Sebab Batalnya
Perjanjian
A. Irregularitas Formal
batalnya perjj krn bentuk perjj yg
salah atau bertentangan dg
Ketentuan Hk Nasional
Ex : Apbl seorang Kepala neg
meratifikasi suatu perjj tanpa
meminta otorisasi dr parlemen,pdhal
mnrt konstitusi,otorisasi hrs dlkk
(ratifikasi tdk sempurna)
Perjj tetap sah meskipun melanggar konstitusi,
kecuali apbl pelanggaran tsb dlkk scr
terang2 an dan sengaja mengenai ktt
pokok dan hukum nasionalnya (pasal 46
KW 1969)
B. Irregularitas Substansial
a) Kekeliruan (pasal 48)
Perjj dpt batal apbl kekeliruan berkaitan dg
unsur pokok/dasar dr perjj.
b) Penipuan (pasal 49)
“ Bila suatu neg membuat suatu perjj yg
didasarkan atas penipuan oleh negara
lain,maka neg pertama dpt
mempergunakan penipuan itu utk
membatalk persetujuannya utk diikiat oleh
perjj tsb “
c) Korupsi wakil Negara (pasal 50)
Persetujuan utk diikat pd suatu perjj yg
didpt dg jalan korupsi scr lsg dan tdk lsg
oleh wakil neg,dpt membatalk perjj
d) Kekerasan
Pasal 51 : Pernyataan persetujuan suatu neg utk
diikat
Suatu perjj dan yg diperoleh dg kekerasan
serta ancaman thd wakil neg oleh wakil neg
lain tdk akan memp kekuatan hk sama sekali
Pasal 52 : Suatu perjj tdk sah bila diperoleh dg
ancaman atau penggunaan kekerasan yg
berlawanan dg prinsip2 HI yg terdpt dlm
piagam PBB
Cara-Cara Batalnya
Perjanjian
1. Pasal 65
a. Negara yg mengajukan alasan keberatan
atas suatu persetujuan atau alasan lain
yg diterima oleh konvensi hrs terlbh dhl
memberitahukan maksudnya scr tertulis
kpd neg2 pihak lain
b. Stlh tiga bln notifikasi tsb tdk ada
pernyataan keberatan dr neg2
lain,negara pertama dpt menyatakan
perjj tdk berlaku lagi
2. Pasal 67
“ Pernyataan utk membatalkan
suatu perjj hrs ditulis dlm suatu
instrumen yg ditandatangani oleh
Kepala Negara atau Kepala
Pemerintahan, atau Menteri Luar
Negeri, atau oleh wakil yg ditunjuk
utk itu dg surat kuasa (full powers) “
Akibat Batalnya Perjanjian
• Suatau perjj dianggap batal pd wkt
pemberitahuan pembatalan.Pasal 69 “Ktt
perjj yg tlh dibatalkan tdk memp kekuatan
hk lg”. Apbl kegiatan tlh dlkk berdasarkan
perjj sblm pembatalan, maka neg pihak
hrs mengembalikan pd keadaan semula,
seolah2 perjj tdk ada sm skl.
• Bila batalnya perjj krn pelanggaran norma
imperatif, maka neg2 hanya diharuskan
menyesuaikan diri dg norma tsb (pasal 71)
Berakhirnya Perjanjian
Menurut Konvensi Wina 1969
Berakhirnya Perjanjian Atas Persetujan
Negara2 Peserta
1) Berakhir sesuai dg ketentuan perjanjian
Pasal 54 (a) : Berakhirnya suatu
perjanjian atau penarikan diri suatu
negara dpt terjadi sesuai dg ktt
perjanjian itu sendiri.
2) Klausula pembubaran diri
Perjanjian dpt berakhir dg dibuatnya
perjanjian lain yg dianggap lbh penting.
3) Penarikan Diri
Mrpk perbuatan sepihak yg dlkk oleh
negara utk mengakhiri keikutsertaannya
dlm suatu perjj (multilateral).
4) Penangguhan Berlakunya Konvensi
Pasal 57 : Penangguhan berlakunya
konvensi dpt berlaku apbl dicantumk dlm
ktt perjj atau dg persetujuan semua
pihak.
Berakhirnya Perjanjian Atas
Persetujuan Kemudian (Abrogasi
Perjanjian)
• Abrogasi dpt dlkk scr terang2 an, apbl neg
pihak perjj membuat perjj baru utk
mengakhiri perjj lama.
• Abrogasi diam-diam, dpt dlkk dg membuat
perjj baru mengenai hal yg sama, ttp berisi
ketentuan yg berbeda dg perjj yg lama
• Abrogasi menghendaki pewrsetujuan
semua neg pihak (unanimity
principles/absolute integrity)
Berakhirnya Perjanjian Akibat
Peristiwa Tertentu
1) Tidak dilaksanakannya perjj
Pasal 60 : Pelanggaran serius thd perjj
yg dpt dibuktikan, dan menghalangi
pelaksanaan perjj sdpt
menyebabkan berakhirnya perjj.
Pasal 61 : Keadaan force Majeure dpt
mjd penyebab berakhirnya perjj
(ex : tenggelamnya pulau).
2) Perubahan Keadaan mendasar (pasal 62)
• Rebus sic stantibus
• Tidak berlaku bagi perjj tapal batas
3) Timbulnya norma imperatif HI (pasal 64)
Norma Ius Cogens yg bersifat mengikat dan
imperatif.
4) Perang
Perjj berakhir bila kedua neg perang (perjj
bilateral)
Pelaksanaan perjj hanya akan dihentikan antara
neg2 yg berperang
Perjj yg dibuat khusus berlaku pd saat perang
tetap berlaku
PERUBAHAN DAN
PENAFSIRAN PERJANJIAN
INTERNASIONAL
PERUBAHAN DAN
PENAFSIRAN
PERJANJIAN
INTERNASIONAL
PERUBAHAN PERJANJIAN INT.
• Perubahan kecil atas perjanjian
dikenal dg istilah amandemen
atau modifikasi
• Perubahan umum disebut Revisi
• Suatu perjj dpt diubah sewaktuwaktu dg persetujuan bersama
neg pihak (peaceful change)…
pasal 39
Prosedur amandemen :
1) Sama seperti pembuatan perjj,
kecuali jika perjj tsb menyatakan
lain.
2) Para pihak dr perjj hrs menyetujui
dan mengotentikasi teks
amandemen, serta menyatakan
kesepakatan thd isi amandemen
3) Setelah teks amandemen tlh berlaku utk
semua pihak perjj asli,kmd terdpt dua
instrumen :
a. Perjj yg sdh dibuat amandemen akan
berlaku hny diantara pihak2 perjj tsb
b. Perjj asli tetap diberlakukan,baik utk
pihak2 yg blm mjd pihak pd teks
amandemen maupun antr neg yg sdh
mjd pihak.
Perubahan Secara Interse yaitu :
Perubahan perjj multilateral yg hanya
berlaku pd negara2 tertentu saja
(pasal 41).
Perubahan thd suatu perjj pd
umumnya hrs dlkk scr tertulis dlm
bentuk yg disepakati oleh negara
pihak
Penafsiran/Interpretasi
Perjanjian Internasional
Dikenal 3 pendekatan dasar :
1) Pendekatan objektif
Pendekatan yg memusatkan pd
naskah perjj itu sendiri, yg
menekankan pd penganalisaan thd
kata2 yg digunakan dlm perjj tsb.
2) Pendekatan Subyektif
Pendekatan yg melihat maksud para
pihak yg mengesahkan perjj.
3) Pendekatan Teleologis
Pendekatan yg menekankan pd maksud
dan tujuan dari perjj, yg dianggap sbg ltr
blkg yg paling penting dmn arti dr
ketentuan perjj tertt hrs dikaji.
•
•
Penafsiran dlkk utk mempelajari dan
mencari arti yg sbnarnya dr isi
peraturan2 hk yg berlaku.
Penafsiran hrs mempertimbangkan
semua aspek dr komponen perjj, spt :
a) Arti yg umum dan yg sdh biasa dr istilah2 yg
dipakai dlm ktt perjj
b) Maksud/intensi dr neg2 yg ikut merumuskan
perjj
c) Tujuan dan maksud dr perjj itu sendiri
Pasal 31, ada dua kemungkinan :
1. Adanya arti biasa yg
dikesampingkan
2. Adanya arti khusus,bisa diambil jika
dikehendaki oleh para pihak
terutama jika pengambilan arti
biasa menimbulkan kerancuan thd
arti2 yg sbnrnya atau menimbulkan
ketidakjelasan dan tdk masuk akal
Pasal 31 ayat 2 :
1. Konteks :
Hub kata2 yg terdpt dlm mukadimah,
lampiran2 perjj, setiap persetujuan serta
instrumen lain, yg dibuat oleh para pihak
dlm hubungannya dg pembuatan
perjj.termsk jg perjj yg dibuat stlh itu
atau praktek2 perjj bersama dg aturan HI
yg berkaitan, yg semuanya hrs
dipertimbangkan bersama.
2. Maksud Para pihak :
Kehendak dr neg2 yg ikut
merumuskan perjj tsb, dan
bukan neg2 yg kemudian mjd pihak
dr perjj itu (berarti bukan intensi
semua pihak dr perjj tsb)
3. Apbl penafsiran sesuai dg ktt psl 31
memerlukan konfirmasi dan
persetujuan, krn arti yg tdk jls atau
membingungkan, maka jalan yg
bisa ditempuh adlh dg
menggunakan cara2 pelengkap yg
terdpat dlm pasal 32.
Ketentuan Pasal 32 :
1) Pekerjaan2 persiapan (travaux
preparatoir), utk mengkonfirmasi arti yg
dihasilkan dr penerapan aturan scr
umum.
2) Suasana pd waktu penandatanganan
perjj, dlm rangka membantu proses
penafsiran perjj yg dipersoalkan
SUKSESI NEGARA DAN
PENGARUHNYA TERHADAP
PERJANJIAN INTERNASIONAL
Menurut Konvensi Wina 1978
Pengertian Suksesi Negara
Secara umum suksesi negara
merupakan pergantian atau
perubahan pemegang kedaulatan
atas suatu wily.
Suksesi negara menyangkut hak-hak
dan kewajiban2 negara sbg subjek
hukum internasional.
Akibat Hukum Suksesi Terhadap
Perjanjian Internasional
Terdapat dua teori yg dikemukakan oleh para
sarjana Hk Internasional :
1. Teori Negatif (clean state principles)
Bhw semua perjj int’l yg dibuat oleh negara
yg digantikan (predecessor state) tdk
mengikat negara pengganti (successor
state)
2. Teori Universal
Semua perjj int’lyg dibuat oleh negara yg
digantikan beralih secara lsg mengikat
negara pengganti
1) Perjj penyerahan mengenai hak dan kwjban
yg timbul dr perjj int yg dibuat oleh neg yg
digantikan kpd neg pengganti
Pasal 8 (1) konvensi Wina 1978, menetapkan :
“Hak dan kewajiban2 dr neg yg digantikan
(predecessor state) berdsarkan perjj yg
mengikat pd saat terjadinya suksesi neg, tdk
mjd hak2 dan kewajiban2 dr neg pengganti
(successor state) thd peserta lain dr perjj itu,
kecuali apbl antr neg yg digantikan dg neg
pengganti tlh diadakan perjj penyerahan yg
menyatakan bhw hak2 dan kewajiban2 itu
diserahkan kpd neg pengganti”
Pada umumnya perjj penyerahan dpt
terjadi dg dua cara :
1) Dengan perjj biasa (ex : antr
Belanda dan Indonesia).
2) Dengan suatu piagam kemerdekaan
(ex : yg dlkk oleh
Inggrisnsehubungan dg pemisahan
antr India dan Pakistan)
• Pasal 8 (1) jelas mengandung prinsip clean
state, yaitu bhw negara baru yg timbul
sbg akibat adanya suksesi neg, pd
prinsipnya terbebas dr sgl hak dan
kewajiban yg muncul dr perjj yg dibuat
oleh negara yg digantikan
• Pasal 8 (1) jg menunjukkan suatu prinsip
lain, sbg akibat adanya perjj penyerahan,
hak2 dan kewajiban2 yg timbul dr perjj
antr neg yg digantikan dg neg pengganti
2) Pernyataan sepihak dr neg pengganti
mengenai perjj yg dibuat oleh neg yg
digantikan.
Konvensi wina 1978 menetapkan :
“hak2dan kewajiban2 berdsrkan perjj yg
berlaku pd saat tjdnya suksesi neg, tdk mjd
hak dan kewajiban dr neg pengganti, kecuali
apbl ada pernyataan dr neg pengganti yg
menegask mengenai kelanjutan bertlakunya
perjj itu di wily nya”
Berbeda dg perjj penyerahan,pernyataan sepihak
tdk perlu melalui prosedur perjj pd umumnya,
cukup memberitahukan kpd Sekjen PBB
3) Suksesi neg atas sbgn wily neg yg mjd bgn
wily neg lain
Pasal 15 konvensi wina 1978, menetapkan :
• Perjj yg dibuat oleh neg yg digantikan
berhenti mengikat thd wily dmn tjd suksesi
• Perjj tsb mulai berlaku bg neg yg
menggantikan
• Kecuali,apbl diberlakukannya perjj itu di wly
tsb akan bertentangan dg maksud dan tuj dr
perjj itu sendiri, atau akan mengubah sama
sekali keadaan utk dpt dijalankannya perjj itu.
4) Suksesi negara atas sebagian wilayah
suatu negara yg membentuk negara
baru.
“pada pokonya neg yg baru tdk terikat
utk tunduk atau utk mjd pihak pd
suatu perjj, kecuali apbl perjj itu tlh
mengikat pd saat tjdnya suksesi neg”.
Konvesi memberikan kebebasan kpd
neg baru utk memilih, apakah akan
terikat atau tdk pd perjj tsb.
Konvensi jg memberikan kebebasan
kpd neg baru utk ikut serta di dlm perjj
multilateral, dg syarat hrs mengajukan
pemberitahuan kpd depository state
utk perjj yg pd saat tjdnya suksesi neg
tlh berlaku di wily tsb.
Utk perjj yg blm berlaku pd saat tjdnya
suksesi neg, dpt memberitahukan kpd
depository state bhw ia akan mjd
peserta pd perjj tsb.
5) Penggabungan dua wilayah atau
lebih membentuk suatu negara
serikat.
Perjj yg tlh mengikat bagi msg2 neg
pd saat tjdnya suksesi neg, tetap
berlaku bagu msg2 diantara mrk.
Kecuali ditetapkan lain dlm perjj, atau
apbl ternyata bertentangan dg
maksud dan tujuan dr perjj tsb
6) Penggabungan dua wilayah atau lebih
menjadi satu negara baru.
Pasal 30 menetapkan
Dipecahnya satu negara menjadi
beberapa negara baru.
Perjj yg tlh berlaku pd saat suksesi tjd,
tetap berlaku bagi slrh neg pengganti.
Perjj yg hanya berlaku bg sbgn wily pd
saat tjdnya suksesi neg, tetap berlaku
bg wily yg mjd neg pengganti itu
Dipecahnya satu negara menjadi
beberapa negara baru.
Perjj yg tlh berlaku pd saat suksesi tjd,
tetap berlaku bagi slrh neg pengganti.
Perjj yg hanya berlaku bg sbgn wily pd
saat tjdnya suksesi neg, tetap berlaku
bg wily yg mjd neg pengganti itu