Home Schooling Sebagai Salah Satu Inovasi Pendidikan

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

Home Schooling Sebagai Salah Satu Inovasi Pendidikan
LINK DOWNLOAD [43.89 KB]
ABSTRAK
Homeschooling adalah sebuah model pendidikan alternatif selain sekolah. Homeschooling berasal dari kata home yang berarti
rumah dan schooling yang berarti sekolah. Homeschooling sering disebut dengan istilah home-education atau home-based learning.
Dalam bahasa Indonesia, terjemahan yang biasa digunakan untuk homeschooling adalah ?sekolah rumah?. Istilah ?sekolah rumah?
digunakan secara resmi oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) untuk menyebutkan homeschooling. Selain itu mucul
pula istilah ?sekolah mandiri? untuk homeschooling.
Awalnya pendidikan dirumah berkisar pada pendidikan keterampilan rumah tangga misalnya memotong kayu untuk anak laki-laki
dan memasak untuk anak perempuan, kegiatan tersebut menjadi dasar diadakannya homeschooling (Ramson, 2001). Sumardiono
(2007) ?? para bangsawan zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya, itulah jejak
homeschooling sejak dulu.?
Homeschooling mulai popular di Amerika sejak tahun 1960-an. Leona (Ransom, 2001) mengatakan bahwa munculnya
homeschooling diawali dengan ketidakpuas-an orang tua terhadap sistem pengajaran disekolah yang kurang memperhatikan
kemampuan individu. Hal tersebut yang menyebabkan perkembangan anak kurang optimal.
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi
pendidikan ialah: suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk

memecahkan masalah pendidikan.
Homeschooling dinilai sebagai salah satu inovasi pendidikan karena dinilai merupakan suatu model atau cara baru yang ditawarkan
sebagai salah satu pemecahan dalam masalah- masalah pendidikan.
Homeschooling
Homeschooling adalah sebuah model pendidikan alternatif selain sekolah. Homeschooling berasal dari kata home yang berarti
rumah dan schooling yang berarti sekolah. Homeschooling sering disebut dengan istilah home-education atau home-based learning.
D. Kembara (2008: 28) kelebihan dari homeschooling :

Interaksi orang tua dengan anak lebih intensif
Homeschooling sebagai paket pendidikan yang berbasis keluarga jelas-jelas mengarahkan setiap orang tua untuk memainkan peran
sentral tersebut.

- Anak menguasai kompetensi

Setiap peserta homeschooling (homeschooler) memiliki kebebasan luar biasa untuk berkembang sesuai dengan kompetensinya.
Setiap anak memiliki kecerdasan berbeda (Teori Gardner), sistem pendidikan yang baik member peluang kepada setiap anak
didiknya untuk mengoptimalkan kecerdasan spesifiknya. Homeschooling memiliki fleksibelitas yang memberi peluang kepada
peserta didiknya untuk benar-benar fokus terhadap minat dan bakatnya.

- Kegiatan dan waktu belajar lebih luwes


Salah satu kunci kesuksesan dalam belajar adalah kenyamanan pelaku saat menjalaninya. Model pendidikan homeschooling
memberikan kebebasan dalam menentukan waktu belajar. Waktu dapat fleksibel bergantung pada masing-masing peserta didik.
Kegiatan pengantar pendidikan pun bisa sangat beragam dan membumi. Arahannya jelas untuk membiasakan peserta didik dengan
masalah-masalah sehari-hari.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 1/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

- Kesempatan bersosialisasi meluas

Dalam pembelajaran homeschooler tidak berkelompok pada kelas tertentu, peserta homeschooling memiliki kesempatan atau
peluang untuk seluas-luasnya menjalin komunikasi dengan siapa saja. Sosialisasi mereka tidak terbatas pada teman sebaya namun
pada orang dewasa. Sosialisasi tersebut dapat membantu mereka lebih cepat memahami perbedaan.

- Belajar dari pengalaman


Dalam homescooling dikenal istilah ?Jika engkau mengatakan sesuatu maka akau akan cepat lupa. Jika engkau menunjukan sesuatu,
mungkin aku akan ingat. Jika engkau melibatkan aku, aku akan mengerti. Banyak hal yang dapat dipraktekkan dari dunia nyata
(contextual teaching learning).

- Pengawasan lebih efektif

Homeschooling memungkinkan orang tua untuk terus-menerus mendampingi sekaligus memonitor perkembangan mental,
pembelajaran, kontak sosial dan penguasaan pengetahuan anaknya.
Homeschooling bukanlah sebuah hal yang baru, sebelum ada sistem pendidikan modern (sekolah). Awalnya pendidikan dirumah
berkisar pada pendidikan keterampilan rumah tangga misalnya memotong kayu untuk anak laki-laki dan memasak untuk anak
perempuan, kegiatan tersebut menjadi dasar diadakannya homeschooling (Ramson, 2001). Sumardiono (2007) ?? para bangsawan
zaman dahulu biasa mengundang guru-guru privat untuk mengajar anak-anaknya, itulah jejak homeschooling sejak dulu.?
Homeschooling mulai popular di Amerika sejak tahun 1960-an. Leona (Ransom, 2001) mengatakan bahwa munculnya
homeschooling diawali dengan ketidakpuas-an orang tua terhadap sistem pengajaran disekolah yang kurang memperhatikan
kemampuan individu. Hal tersebut yang menyebabkan perkembangan anak kurang optimal.
Perkembangan homeschooling di Indonesia mengalami kemajuan pesat dapat diamati dari tumbuhnya komunitas-komunitas yang
berkembang. Di Indonesia menurut Dr. Ella Yulaelawati direktur Pendidikan Kesetaraan Depdiknas pada tahun 2007 ada sekitar
1000-1500 siswa homeschooling. Jumlah yang sebenarnya tidak diketahui dengan pasti karena model pendidikan ini bersifat
informal. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh akses terhadap informasi yang semakin terbuka dan para orang tua memiliki

semakin banyak pilihan untuk pendidikan anak-anaknya.
Perkembangan homeschooling yang pesat sebagian besar karena orang tua merasa homeschooling dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan adan alasan keluarga yang memilih homeschooling memiliki
rentang variasi yang cukup lebar. Tiga alasan tertinggi dalam pemilihan homeschooling menurut data dari National Center Of
Education Statistic (NCES) Amerika serikat pada tahun 1999 adalah orang tua ingin meningkatkan kualitas pendidikan anaknya,
alasan agama dan buruknya lingkungan belajar di sekolah Sumardiono (2007: 28).
Menurut Sumardiono (2007: 29) alasan keluarga melakukan homeschooling biasanya:

Orang tua sering berpindah dan melakukan perjalanan.
Orang tua merasa keamanan dan pergaulan sekolah tidak kondusif bagi perkembangan anak.
Orang tua menginginkan hubungan keluarga yang lebih dekat dengan anak.
Orang tua merasa sekolah yang baik semakin mahal dan tidak terjangkau.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak dapat dipenuhi disekolah umum.
Orang tua memiliki keyakinan bahwa sistem yang ada tidak mendukung nilai-nilai keluarga yang dipeganganya.
Orang tua merasa terpanggil untuk mendidik anaknya sendiri.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 2/6 |


This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

D. Kembara (2008: 28) menerangkan alasan yang lebih terperinci menjadi 6 alasan yaitu:

- Interaksi orang tua dengan anak lebih intensif

Homeschooling sebagai paket pendidikan yang berbasis keluarga jelas-jelas mengarahkan setiap orang tua untuk memainkan peran
sentral tersebut.

Anak menguasai kompetensi
Setiap peserta homeschooling (homeschooler) memiliki kebebasan luar biasa untuk berkembang sesuai dengan kompetensinya.
Setiap anak memiliki kecerdasan berbeda (Teori Gardner), sistem pendidikan yang baik member peluang kepada setiap anak
didiknya untuk mengoptimalkan kecerdasan spesifiknya. Homeschooling memiliki fleksibelitas yang memberi peluang kepada
peserta didiknya untuk benar-benar fokus terhadap minat dan bakatnya.

- Kegiatan dan waktu belajar lebih luwes
Salah satu kunci kesuksesan dalam belajar adalah kenyamanan pelaku saat menjalaninya. Model pendidikan homeschooling
memberikan kebebasan dalam menentukan waktu belajar. Waktu dapat fleksibel bergantung pada masing-masing peserta didik.
Kegiatan pengantar pendidikan pun bisa sangat beragam dan membumi. Arahannya jelas untuk membiasakan peserta didik dengan

masalah-masalah sehari-hari.

- Kesempatan bersosialisasi meluas
Dalam pembelajaran homeschooler tidak berkelompok pada kelas tertentu, peserta homeschooling memiliki kesempatan atau
peluang untuk seluas-luasnya menjalin komunikasi dengan siapa saja. Sosialisasi mereka tidak terbatas pada teman sebaya namun
pada orang dewasa. Sosialisasi tersebut dapat membantu mereka lebih cepat memahami perbedaan.

- Belajar dari pengalaman
Dalam homescooling dikenal istilah ?Jika engkau mengatakan sesuatu maka akau akan cepat lupa. Jika engkau menunjukan sesuatu,
mungkin aku akan ingat. Jika engkau melibatkan aku, aku akan mengerti. Banyak hal yang dapat dipraktekkan dari dunia nyata
(contextual teaching learning).

- Pengawasan lebih efektif
Homeschooling memungkinkan orang tua untuk terus-menerus mendampingi sekaligus memonitor perkembangan mental,
pembelajaran, kontak sosial dan penguasaan pengetahuan anaknya.
Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi
pendidikan ialah: suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk
memecahkan masalah pendidikan. Secara sederhana inovasi dimaknai sebagai pembaharu atau perubahan dengan ditandai oleh


Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 3/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

adanya hal yang baru itu, mungkin disebabkan oleh beberapa hal antara lain dalam upaya memecahkan masalah yang dihadapi
seseorang atau kelompok. Dengan demikian, suatu idea tau temuan yang baru atau perubahan baru tetapi kurang membawa dampak
kepada upaya pemecahan masalah tidak dapat diklasifikasiakan sebagai inovasi.
Pendidikan adalah suatu system, maka inovasi pendidikan mencakup hal- hal yang berhubungan dengan komponen system
pendidikan, baik system dalam arti sekolah, perguruan tinggi atau lembaga pendidikan yang lain, maupun system dalam arti yang
luas misalnya system pendidikan nasional. Adapun komponen- komponen pendidikan sesuai dengan pola yang dikemukakan oleh B.
Miles yaitu: pembinaan personalia, banyaknya personal dan wilayah kerja, fasilitas fisik, penggunaan waktu, perumusan tujuan,
peosedur, peran yang diperlukan, wawancara dan perasaan, bentuk hubungan antar bagian (mekanisme kerja), hubungan dengan
system lain.
Saat ini ada tiga model homeschooling yang berkembang di masyarakat, masing-masing model memiliki kelemahan dan
keuungulannya yaitu:


Homeschooling tunggal

Homeschooling Tunggal adalah format sekolah rumah yang dilaksanakan oleh orang tua dalam satu keluarga yang dalam
pelakasanaannya dengan sengaja tidak bergabung dengan keluarga lain yang menerapkan homeschooling lainnya. Format
homeschooling tunggal biasanya dipilih oleh keluarga yang memiliki fleksibilitas maksimal dalam penyelenggaraan homeschooling.
Alasan lain adalah karena lokasi atau tempat tinggal homeschooler yang tidak memungkinkan berhubungan dengan komunitas
homeschooling lain.
Orang tua harus benar-benar mengambil peran sebagai pembimbing, teman belajar, sekaligus penilai. Mereka bertanggung jawab
sepenuhnya atas seluruh proses yang ada dalam homeschooling, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pengadamisnitrasian, hingga penyedian sarana pendidikan. Keluarga dapat menggunakan sistem pendukung (support sistem). Semua
inisiatif berasal dari keluarga.

Homeschooling Majemuk

Tipe homeschooling kedua ini satu tingkat diatas homeschooling tunggal dalam hal pelibatan keluarga homeschooler lain.
Homeschooling majemuk adalah homeschooling yang dilaksanakan oleh dua keluarga atau lebih untuk kegiatan tertentu sementara
kegiatan pokok tetap dilakasanakan oleh orang tua masing-masing. (Mulyadi, 2007; 38). Keluarga-keluarga yang memutuskan untuk
bergabung dengan homeschooling majemuk ini biasanya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikompromikan bersama.
Contohnya kurikulum dari konsorsium, kegiatan oleh raga, keahlian musik atau salah satu bidang seni, kegiatan sosial dan kegiatan
agama.

Homeschooling tipe majemuk dalam pembelajarannya melibatkan anak-anak lain, tentu saja proses belajar menjadi dinamis. Insting
sosial pada diri anak pun bisa ?tumpah?seperti seharusnya. Dalam kelompok kecil ini, semangat berkompetisi pun akan muncul
dalam interaksi antar mereka-pun akan berperan dalam pembentukan kepribadian yang kuat dan tahan banting, Namun keterlibatan
beberapa individu dalam kelompok homeschooling ini praktis memunculkan berbagai konsekuensi. Salah satunya kebutuhan untuk
berkompromi dengan peserta lain dalam hal jadwal, suasana, fasilitas, dan pilihan kegiatan. Tentu setiap orang tua memiliki
kesibukan masing-masing sehingga waktu pendampingan anak-anak mereka pun harus menyesuaikan. Karena setiap orang tua
memiliki agenda berbeda, praktis dibutuhkan kesepakatan untuk menentukan waktu belajar bersama anak-anak mereka.
Kebutuhan lain dalam homeschooling majemuk adalah kehadiran para ahli bidang tertentu. Tentunya, menghadapi sekelompok anak
dengan karakter yang begitu beragam sangat berbeda dengan menghadapi satu anak saja. Oleh karena itu, kehadiran ahli tersebut
menjadi mutlak. Misalnya, guru bidang studi yang mampu menggabungkan antara ilmu psikolog anak, kreativitas, dan kebebasan
berekpresi, tanpa menghilangkan kenyamanan belajar berkelompok.
Kekhasan homeschooling majemuk bagi peserta didik adalah keharusan mereka untuk belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
belajar dan karakter-karakter teman belajar mereka. Disamping itu, para orang tua masing-masing peserta tetap harus
menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap hasil pendidikan anak-anak dan mengusahakan sendiri penyetaraannya.

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 4/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah

Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

Model-model homeschooling di atas adalah model pendidikan informal (jalur pendidikan keluarga dan lingkungan, UU Sisdiknas
Tahun 2003), namun ketika itu ingin diakui legalitasnya maka masuknya ke pendidikan nonformal ( jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstuktur dan berjenjang, UU Sisdiknas Tahun 2003)

Komunitas Homeschooling
Tipe homeschooling yang ketiga ini merupkan gabungan beberapa homeschooling majemuk yang menyusun dan menentukan
silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, music/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran. Komitmen
penyelenggaraan pembelajaran antara orang tua dan komunitasnya kurang lebih 50:50.
Menurut panduan yang diterbitkan oleh Depdiknas pertimbangan pelaksanaan komunitas homeschooling adalah membuat sruktur
yang lebih lengkap dalam penyelenggaraan aktivitas pendidikan akademis untuk pembangunan akhlak mulia, pengembangan
intelegensi, keterampilan hidup dalam pembelajaran, penilaian dan criteria keberhasilan dalam standar mutu tertentu tanpa
menghilangkan jati diri dan identitas diri yang dibangun dalam keluarga dan lingkungannya. Melalui Komunitas Homeschooling
diharapkan dapat dibangun fasilitas belajar dan mengajar yang lebih baik yang tidak diperoleh dalam format homeschooling
tunggal/majemuk, misalnya bengkel kerja, laboratoriaum alam, perpustakaan, laboratorium IPA atau bahasa, auditorium, fasilitas
olahraga dan kesenian.
Komunitas homeschooling merupakan jalur non formal. Acuan mengenai eksistensi komunitas homeschooling terdapat dalam UU
20 tahun2003 pasal 26 ayat 4:
?Satuan pendidikan non formal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat

dan majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenisnya?.
Satuan pendidikan non formal, komunitas homeschooling dapat berfungsi menjalankan pendidikan nonformal, termasuk
menyelenggarakan ujian kesetaraan. Hal itu sejalan dengan UU 20 /2003 pasal 26 ayat 6 :
?Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.?
Saat ini petunjuk komunitas homeschooling mengacu pada buku ?Komunitas Sekolah-rumah sebagai Satuan Pendidikan
Kesetaraan? yang diterbitkan pada Agustus 2006 oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan, Ditjen Pendidikan Luar Sekolah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Komunitas bukan hanya berfungsi untuk menjamin legalitas homeschooling dan memperoleh ujian kesetaraan, tetapi juga memiliki
banyak fungsi lainnya. Komunitas yang beranggotakan para keluarga (orang tua dan anak). Homeschooling merupakan bagian dari
basis pengembangan homeschooling di luar keluarga. Di dalam komunitas anggotanya dapat saling berkomunikasi, berbagi
pengalaman, melakukan kegiatan bersama, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan bersama.
Selain Komunitas Sekolah-rumah, institusi lain yang dapat menunjang legalitas siswa homeschooling adalah umbrella school.
Umbrella school adalah sekolah formal yang menaungi legalitas siswa homeschooling dan memberikan fleksibilitas yang
dikompromikan mengenai sistem belajar yang digunakan oleh siswa homeschooling (Sumardiono, 2007:82). Salah satu praktik
umbrella school yang digunakan adalah mengatur jadwal belajar (3 hari di sekolah dan 3 hari dirumah). Kemitraan dengan sekolah
formal adalah sebuah hal yang dapat diupayakan keluarga homeschooling.
KESIMPULAN
Dari teori- teori yang dipaparkan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, homeschooling merupakan salah satu inovasi dalam
pendidikan karena sesuai dengan pengertian inovasi yaitu suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan. Dalam hal ini homeschooling memberikan tawaran yang berbeda
dan metode baru apabila dibandingkan dengan sekolah regular, hal ini dapat dilihat dari pendekatan dan metode yang berbeda
begitupun dari segi kurikulum yang dimana setiap keluarga homeschooling memiliki pilihan untuk menentukan kurikulum yang
diacu dan bahan ajar yang digunakan, atau bahan pengajaran Bahan ajar adalah bahan yang digunakan untuk pengajaran sehari-hari.
Orang tua dapat memilih kurikulum yang sudah satu paket dengan bahan pengajarannya (bundle) atau bahan ajar yang terpisah
(unbundle). Pada bahan paket atau bundle keluarga homeschooling menggunakan kurikulum dan bahan-bahan pelajaran yang sudah
disediakan oleh lembaga layanan pendidikan tersebut. Bahan yang diberikan mulai kurikulum, teori, kegiatan, lembar kerja, tes dan
sebagainya, dan yang lebih penting lagi tempat belajar tidak membatasi proses pendidikan di tempat fisik tertentu (ruangan kelas).

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 5/6 |

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sat Sep 2 21:15:10 2017 / +0000 GMT

Proses belajar dalam homeschooling dapat terjadi dimana saja baik di rumah, perpustakaan, jalan, kebun, pasar, mall, terminal,
stasiun, lapangan dan tempat dimanapun yang memungkin anak mendapatkan pengetahuan. Marry Griffith (2008) memberikan
istilah memanfaatkan seluruh dunia sebagai ruang kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim (1998). Inovasi pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan
Kembara, Maulia. (2007). Panduan Lengkap Homeschooling. Bandung : Progresio (Grup Syaamil)
Mulyadi, Seto. (2007). Homeschooling Keluarga Kak-Seto: mudah, murah, meriah dan direstui pemerintah. Bandung:Kaifa
http://kurtek.upi.edu/kurpem/9-inovasi.htm

Output as PDF file has been powered by [ Universal Post Manager ] plugin from www.ProfProjects.com

| Page 6/6 |