Pendidikan Agama sebagai Dasar Pembentukan Pribadi Anak

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA DASAR PEMBENTUKAN PRIBADI
ANAK
(Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
yang diampu oleh Dr. H. Maman Rusmana, M.Pd)

Disusun oleh :
Nama : Firda Qotrunnada
NIM : 13222034

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRISSEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN(STKIP )-GARUT
Jl. Pahlawan No.32 Sukagalih Tarogong Kidul Garut

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa pula
penulis haturkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
manusia dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan, sehingga penulis

dapat menulis makalah ini yang berjudul “Kaitan antara Pendidikan Umum dan
Pendidikan Agama dalam Pembentukan Karakter Anak”.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh karena
itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis sematamata, namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Penulis menyadari pengetahuan dan pengalaman penulis masih sangat terbatas.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak guna
membangun dan melengkapi makalah ini agar makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat.
Akhir kata penulis ucapkan terimakasih, Wassalam.

Garut, 24 Desember 2013

Penulis

2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................4

1. TUJUAN......................................................................................5
BAB II. PEMBAHASAN........................................................................6
BAB III. KESIMPULAN..................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................16

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah usaha yang berjalan secara terus-menerus untuk
menjadikan manusia (masyarakat) mencapai taraf kemakmuran selain itu pendidikan
juga merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap masyarakat membutuhkan
pendidikan sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan
akan terbelakang yang berujung pada keterpurukan. Dengan demikian pendidikan harus
betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu
bersaing.
Melalui pendidikan juga diharapkan dapat ditumbuhkan kemampuan untuk
menghadapi tuntutan objektif masa kini, baik tuntutan dari dalam maupun tuntutan

karena pengaruh dari luar masyarakat yang bersangkutan. Dan akhirnya, melalui
pendidikan akan ditetapkan langkah-langkah yang akan dipilih masa kini sebagai upaya
mewujukan aspirasi dan harapan di masa depan.
Antara sistem pendidikan di Indonesia dan pendidikan di Negara maju tidak bisa
disamakan akan tetapi Negara maju dijadikan sebagai penyemangat karena masingmasing Negara mempunyai kultur yang berbeda. Pendidikan harus dibawa dalam rangka
mengoptimalkan kemampuan peserta didik untuk memiliki sifat kreatif, kritis dan
tanggap terhadap permasalahan kehidupan.
Dewasa ini, kita tengah melewati sebuah periode peralihan dan perkembangan
penting yang mencakup banyak aspek kehidupan kita. Berangkat dari sinilah, selain
memberikan pengetahuan umum, para pendidik sedapat mungkin harus berusaha
mengisi jiwa peserta didik dengan nilai moral dan agama agar menjadi tokoh di masa
depan, yang memiliki karakter yang unik tanpa harus menggoncangkan jiwa mereka.
Suatu kumpulan manusia tidak mungkin dapat hidup, bangkit dan bergerak jika mereka
tidak memiliki sandaran nilai-nilai yang bersumber dari agama dan tradisi-tradisi

4

mereka, hal itu disebabkan karena nilai-nilai itu biasanya mengakibatkan terbentuknya
keyakinan yang sehat dan pengetahuan umum yang luas. Sebab pengetahuan umum
yang luas dan terus berembang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan dan kemampuan

seseorang.
Spiritual yang juga terus bekembang dengan mantap akan dapat menjaga dari
kesalahan dan kekeliruan.
1.2 Tujuan
Dengan perpaduan pendidikan umum dan pendidikan agama akan memunculkan
karakter siswa yang tangguh, yang mampu memahami segala sesuatu dengan hatinya
dan mencintai kehidupan dengan akalnya, maka ia akan menjadi generasi pilihan yang
bisa diandalkan. Karena dalam pandngan nilai-nilai spiritual Islam, daya kepemimpinan
seseorang itu ada pada kekuatan akal yang dipadu dengan kelembutan perasaan. Dan
siapa pun yang memiliki kekuatan ini secara mantap, ia akan sanggup mengendalikan
langkah-langkah kekuatan emosi dan kekuatan nafsu yang ada pada dirinya.

5

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Masa Depan
Pendidikan

merupakan


kebutuhan

sepanjang

hayat.

Setiap

masyarakat

membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan
sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang yang

berujung pada keterpurukan.

Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan
moral yang baik. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan pengetahuan harus ada

pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat. Dasar dan tujuan pendidikan
moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari lembaga pendidikan itu sendiri,
selain itu juga harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara. Kalau negara itu
berdasarkan Demokrasi, maka pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anak juga
bertujuan membina jiwa demokrasi. Begitu juga halnya kalau negara itu berdasarkan
Otokratis, Ketuhanan.
Prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagai mana yang tercantum dalam UU No.
20 tahun 2003 bahwa pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

Pendidikan diselenggarakan dengan

memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelen

ggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan3. Dari prinsip diatas dapat


disimpulkan bahwa dalam
kulturan, nilai

penyelenggaraan pendidikan harus memperhatikan nilai

keagamaan dan semua

kompenen masyarakat tanpa adanya

diskriminatif.
B. Pengertian Agama secara Umum
Beberapa acuan yang berkaitan dengan kata “Agama” pada umumnya; berdasarkan
Sansekerta yang menunjukkan adanya keyakinan manusia berdasarkan Wahyu Illahi dari

6

kata A-GAM-A, awalan A berarti “tidak” dan GAM berarti “pergi atau berjalan,
sedangkan akhiran A bersifat menguatkan yang kekal, dengan demikian “agama:
berartipedoman hidup yang kekal”

Berdasarkan kitab, SUNARIGAMA yang memunculkan dua istilah; AGAMA dan
UGAMA, agama berasal dari kata A-GA-MA, huruf A berarti “awang-awang, kosong
atau hampa”, GA berarti “genah atau tempat” dan MA berarti “matahari, terang atau
bersinar”, sehingga agama dimaknai sebagai ajaran untuk menguak rahasia misteri
Tuhan, sedangkan istilah UGAMA mengandung makna, U atau UDDAHA yang berarti
“tirta atau air suci” dan kata GA atau Gni berarti “api”, sedangkan MA atau Maruta berarti
“angin atau udara” sehingga dalam hal ini agama berarti sebagai upacara yang harus
dilaksanakan dengan sarana air, api, kidung kemenyan atau mantra.

Berdasarkan kitab SADARIGAMA dari bahasa sansekerta IGAMA yang
mengandung arti I atau Iswara, GA berarti Jasmani atau tubuh dan MA berarti Amartha
berarti “hidup”, sehingga agama berarti Ilmu guna memahami tentang hakikat hidup dan
keberadaan Tuhan.
C. Peran dan Tujuan Agama bagi Kehidupan
1. Peran Agama
Ada beberapa alasan tentang mengapa agama itu sangat penting dalam kehidupan
manusia, antara lain adalah :


Karena agama merupakan sumber moral




Karena agama merupakan petunjuk kebenaran



Karena agama merupakan sumber informasi tentang masalah metafisika.



Karena agama memberikan bimbingan rohani bagi manusia baik di kala suka,
maupun di kala duka.
Manusia sejak dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan lemah dan tidak berdaya, serta

tidak mengetahui apa-apa sebagaimana firman Allah dalam Q. S. al-Nahl (16) : 78

7

Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dia

menjadikan untukmu pendengaran, penglihatan dan hati, tetapi sedikit di antara mereka
yang mensyukurinya.
Dalam keadaan yang demikian itu, manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai
macam godaan dan rayuan, baik dari dalam, maupun dari luar dirinya. Godaan dan
rayuan daridalam diri manusia dibagi menjadi dua bagian, yaitu


Godaan dan rayuan yang berysaha menarik manusia ke dalam lingkungan kebaikan,
yang menurut istilah Al-Gazali dalam bukunya ihya ulumuddin disebut dengan
malak Al-hidayah yaitu kekuatan-kekuatan yang berusaha menarik manusia kepada
hidayah ataukebaikan.



Godaan dan rayuan yang berusaha memperdayakan manusia kepada kejahatan,yang
menurut istilah Al-Gazali dinamakan malak al-ghiwayah, yakni kekuatan-kekuatan
yang berusaha menarik manusia kepada kejahatan
Disinilah letak fungsi agama dalam kehidupan manusia, yaitu membimbing manusia

kejalan yang baik dan menghindarkan manusia dari kejahatan atau kemungkaran.

2. Tujuan Agama
Salah satu tujuan agama adalah membentuk jiwa nya ber-budipekerti dengan adab yang
sempurna baik dengan tuhan-nya maupun lingkungan masyarakat.semua agama sudah
sangat sempurna dikarnakan dapat menuntun umat-nya bersikap dengan baik dan benar
serta dibenarkan. keburukan cara ber-sikap dan penyampaian si pemeluk agama
dikarnakan

ketidakpahaman

tujuan

daripada

agama-nya.

memburukan

serta

membandingkan agama satu dengan yang lain adalah cerminan kebodohan si pemeluk
agama
Beberapa tujuan agama yaitu :


Menegakan kepercayaan manusia hanya kepada Allah,Tuhan Yang Maha Esa
(tahuit).

8



Mengatur kehidupan manusia di dunia,agar kehidupan teratur dengan baik,
sehingga dapat mencapai kesejahterahan hidup, lahir dan batin, dunia dan akhirat.



Menjunjung tinggi dan melaksanakan peribadatan hanya kepada Allah.



Menyempurnakan akhlak manusia.
Menurut para peletak dasar ilmu sosial seperti Max Weber, Erich Fromm, dan

Peter L Berger, agama merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Bagi umumnya agamawan, agama merupakan aspek yang paling besar pengaruhnya –
bahkan sampai pada aspek yang terdalam (seperti kalbu, ruang batin)– dalam kehidupan
kemanusiaan.Masalahnya, di balik keyakinan para agamawan ini, mengintai kepentingan
para politisi. Mereka yang mabuk kekuasaan akan melihat dengan jeli dan tidak akan
menyia-nyiakan sisi potensial dari agama ini. Maka, tak ayal agama kemudian dijadikan
sebagai komoditas yang sangat potensial untuk merebut kekuasaan.Yang lebih sial lagi,
di antara elite agama (terutama Islam dan Kristen yang ekspansionis), banyak di
antaranya yang berambisi ingin mendakwahkan atau menebarkan misi (baca,
mengekspansi) seluas-luasnya keyakinan agama yang dipeluknya. Dan, para elite agama
ini pun tentunya sangat jeli dan tidak akan menyia-nyiakan peran signifikan dari negara
sebagaimana yang dikatakan Hobbes di atas. Maka, kloplah, politisasi agama menjadi
proyek kerja sama antara politisi yang mabuk kekuasaan dengan para elite agama yang
juga mabuk ekspansi keyakinan.Namun, perlu dicatat, dalam proyek “kerja sama” ini
tentunya para politisi jauh lebih lihai dibandingkan elite agama. Dengan retorikanya
yang memabukkan, mereka tampil (seolah-olah) menjadi elite yang sangat relijius yang
mengupayakan penyebaran dakwah (misi agama) melalui jalur politik. Padahal sangat
jelas, yang terjadi sebenarnya adalah politisasi agama.Di tangan penguasa atau politisi
yang ambisius, agama yang lahir untuk membimbing ke jalan yang benar
disalahfungsikan menjadi alat legitimasi kekuasaan; agama yang mestinya bisa
mempersatukan umat malah dijadikan alat untuk mengkotak-kotakkan umat, atau
bahkan dijadikan dalil untuk memvonis pihak-pihak yang tidak sejalan sebagai kafir,
sesat, dan tuduhan jahat lainnya,disfungsi atau penyalahgunaan fungsi agama inilah
9

yang seyogianya diperhatikan oleh segenap ulama, baik yang ada di organisasiorganisasi Islam semacam MUI. Ulama harus mempu mengembalikan fungsi agama
karena Agama bukan benda yang harus dimiliki, melainkan nilai yang melekat dalam
hati.Mengapa kita sering takut kehilangan agama, karena agama kita miliki, bukan kita
internalisasi dalam hati. Agama tidak berfungsi karena lepas dari ruang batinnya yang
hakiki, yakni hati (kalbu). Itulah sebab, mengapa Rasulullah SAW pernah menegaskan
bahwa segala tingkah laku manusia merupakan pantulan hatinya. Bila hati sudah rusak,
rusak pula kehidupan manusia. Hati yang rusak adalah yang lepas dari agama. Dengan
kata lain, hanya agama yang diletakkan di relung hati yang bisa diobjektifikasi,
memancarkan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari.Sayangnya, kita lebih suka
meletakkan agama di arena yang lain: di panggung atau di kibaran bendera, bukan di
relung hati.
D. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu
paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan
education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang
berarti pendidikan. Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Sedangkan menurut Ki
Hajar

Dewantara

tumbuhnya

pendidikan

anak-anak,

yaitu

adapun

tuntunan

maksudnya

di

dalam

hidup

pendidikan

yaitu

menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.
10

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan
adalah

sebuah

kegiatan

yang

dilakukan

dengan

sengaja

dan

terencana yang dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu
dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.
Pendidikan

yang

dimaksud

dalam

pembahasan

ini

adalah

pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan
Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang
memiliki warna-warna Islam. Pendidikan Agama Islam adalah suatu
proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam
dan dilakukan dengan kesadaran untuk mengembangkan potensi anak
menuju

perkembangan

yang

maksimal,

sehingga

terbentuk

kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang
sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Adapun ruang lingkup
pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
 Perbuatan mendidik itu sendiri
Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh
kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh
pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang
lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, mebimbing, memberikan
pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju
kepada tujuan pendidikan Islam.
 Anak didik

11

Yaitu pihak yang merupkan objek terpenting dalam pendidikan.
Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan
untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang
kita cita-citakan.
 Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam
Yaitu landasan yang menjadi fundamental serta sumber dari
segala

kegiatan

pendidikan

Islam

ini

dilakukan.

Yaitu

ingin

membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa
kepada Allah dan kepribadian muslim.
 Pendidik
Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini
mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik
atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan
Islam.
 Materi Pendidikan Islam
Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilm agama
Islam

yang

disusun

sedemikian

rupa

untuk

disajikan

atau

disampaikan kepada anak didik.
 Metode Pendidikan Islam
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk
menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak
didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mngolah, menyusun
dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan
dimiliki oleh anak didik.
12

 Evaluasi Pendidikan
Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau
penilaian terhadap hasil belajar anak didik.
Zaman berkembang begiru pesat, kini teknologi bukanlah menjadi sesuatu yang
sulit untuk dijangkau. Teknologi bukan lagi makanan untuk orang-orang intektualis.
Teknologi dengan mudah menjamah seluruh tempat. Bahkan dipedesaan sekaligus
teknologi sudah menjadi sesuatu yang umum, contohnya adalah internet. Dibuktikan
dengan banyaknya warnet (warung internet) yang dapat dijumpai dibanyak tempat.
Jalanan pedesaan pun kini telah dapat ditemui adanya warnet. Internet dapat dengan
mudah diakses oleh berbagai kalangan masyarakat, dari berbagai status sosial hingga
berbagai umur. Dari anak-anak hingga dewasa. Internet sendiri menyediakan situs-situs
atau game yang digemari oleh masyarakat. Salah satu situs yang paling marak dewasa
ini adalah facebook.Contoh teknologi yang marak berikutnya adalah HP (telepon
genggam). HP bukan lagi menjadi kebutuhan tersier namun telah menjadi kebutuhan
pokok masyarakat. Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia
selain sandang, pangan, dan papan adalah pulsa. Dari anak-anak hingga orang tua
mempunyai HP.
Ironisnya disini adalah anak-anak usia dini pun dapat mengakses berita luar lewat
telepon genggam yang dimilikinya, yang tentu saja tidak semua hal positif yang ada di
dunia luar, banyak juga hal negatif yang mewarnai dunia telekomunikasi. Banyak anak
yang menggunakan dunia yang serba praktis ini untuk hal-hal yang positif misalnya
untuk mengerjakan tugas sekolah, akan tetapi tidak sedikit juga anak-anak yang
menyalahgunakan nya. Misalnya memanfaatkannya hanya untuk bermain game online
saja atau bahkan parahnya lagi tidak sedikit anak yang menggunakannya untuk melihat
foto dan video yang tidak pantas ditonton oleh anak usia dini.

13

Disinilah peran orang tua terhadap perkembangan anak-anak sangat diperlukan.
Salah satu hal yang harus diberikan pada anak usia dini adalah pendidikan agama.
Dengan pendidikan agama sejak dini yang matang, dapat membantu perkembangan anak
terutama dalam hal sikap dan tingkah laku. Pelajaran agaman harusnya diberikan dalam
jumlah banyak untuk kurikulum anak usia dini. Pelajaran agama jangan dianggap
enteng, karena dengan pengetahuan agama yang kuatlah anak dapat menyaring mana
yang benar dan mana yang salah dalam proses pertumbuhannya sesuai dengan ajaran
agama yang diterima dan dipelajarinya.
Keprihatinan terlihat pada negeri ini saat kita membahas tentang pendidikan agama
anak usia dini. Karna pendidikan agama untuk anak usia dini dianggap remeh oleh
sebagian besar orang. Ada orang tua yang terkadang menganggap pelajaran umum sudah
cukup untuk diberikan dan dijadikan bekal bagi anak-anak mereka dalam menjalani
kehidupan. Namun, itu merupakan asumsi yang salah. Kepedulianterhadap peningkatan
pendidikan agama anak usia dini sangatlah memprihatinkan. Peran orang tua sangat
besar dalam membentuk kepribadian seorang anak. Orang tua harus memberikan
pengarahan yang positif pada anak-anaknya. Orang tua juga berkewajiban memberikan
pendidikan sikap pada anak-anaknya. Dengan memberikan pendidikan agama untuk
anak usia dini, dapat mendorong pembentukan sikap yang sesuai dengan ajaran agama.
Pendidikan agama usia dini juga sangat penting untuk menyeimbangkan
pengetahuan anak. Kita tidak akan lepas dariperkembangan teknologi. Namun, menjadi
sesuatu yang negatif jika kita terlalu terpaku pada teknologi sehingga hal-hal baik positif
maupun negatif kita terima dengan begitu saja. Pendidikan agama menjadi penyeimbang
yang membantu

kita dalam menyaring

perkembangan teknologi yang

ada,

memanfaatkan hal yang positif dan mengenyampingkan hal negatif dari teknologi
tersebut. Itulah hasil yang diharapkan dari pendidikan agama yang dimulai sejak usia
dini.

14

Teknologi dapat menjadi sesuatu yang membahayakan kita jika kita tidak dapat
mengendalikannya. Dengan pendidikan agama usia dini, juga diharapkan membuat kita
dapat mengendalikan teknologi tersebut bukan dikendalikan oleh teknologi.
E. Metode Pendidikan Agama
Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran agama harus disesuaikan dengan
perkembangan psikologis anak didik. Seorang guru agama, selain mempunyai
pengetahuan agama, dituntut pula dapat menguasai masalah didaktis metodis dan
psikologis, sertajiwanya benar-benarjiwa agama. Oleh karena itu, seorang guru agama
harus diberi dasar-dasar pengetahuan yang kuat sehingga dapat membedakan tingkattingkat perkembangan anak didik. Hal ini sangat penting, karena dengan mengetahui
tingkat-tingkat perkembangan anak didik, seorang guru agama dengan mudah
menentukan/memilih cara memberikan pengajaran agama yang baik dengan tingkatantingkatan sekolah.
Dengan memperhatikan tingkat-tingkat perkembangan dan tingkat-tingkat sekolah,
maka pengajaranagama dapat diberikan dengan cara sebagai berikut. Taman KanakKanak Anak-anak seusia Taman Kanak-kanak mempunyai egar-ciri Perkembangan
pikiran sangat terbatas; Perbendaharaan kata sangat kurang; Hubungan sosialnya hanya
dalam lingkungan keluarga; dan peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya.
Dengan melihat egar- egar tersebut, pendidikan agama diberikan dengan cara
menumbuhkan

kebiasaan-kebiasaan

yang

sederhana,

misalnya:

membaca

doa

(Bismillah), tanda salib, atau dengan cara agama masing-masing, sewaktu memnlai
sesuatu pekerjaan, seperti makan, minum, dan lain-lain.
Sekolah Dasar. Ciri-ciri pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD): Suka berkhayal;
senang mendengar cerita-cerita; dan perbendaharaan kata-katanya cukup banyak.
Pendidikan agama, di samping menanamkan kebiasaan yang baik, dapat pula
dilaksanakan dengan cara: Memberikan cerita-cerita yang baik dan berhubungan dengan
agama; Dididik dan diajarkan untuk melakukan ibadah yang ringan misalnya;

15

sembahyang dan berdoa; dan dapat memberikan pengetahuan agama secara sederhana.
Sekolah Menengah. Anak-anak usia sekolah menengah memiliki egar-ciri: Pertumbuhan
fisik yang cepat, menyusul pertumbuhan pikiran, perasaan dan egara; Mengalami
perasaan-perasaan sesuai dengan pertumbuhan biologis dalam masa puber yang dapat
mempengaruhi jiwanya; dan Matangnya kecerdasan dan berkembangnya kecenderungan
ilmiah. Untuk itu, pendidikan agama yang diberikan harus menyinggung hal-hal tersebut
dan menerangkan egar-hukum, serta batas-batas yang diberikan oleh agama. Di samping
itu, pengajaran agama dapat membukakan pikiran dan mempelajari egar-hukum agama.
Universitas. Sifat-sifat pengajaran agama yang diberikan di universitas/perguruan
tinggi; adalah Lebih bersifat ilmiah; Mencari kebenaran akan adanya Tuhan, dan
membuktikannya dengan pendekatan ilmiah; dan Membahas egar-hukum, peraturanperaturan, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama.
Dengan melihat ketiga akibat di atas, maka pendidikan agama di perguruan tinggi
harus disesuaikan dengan Fakultas, Jurusan, dan bidang-bidang pengetahuan yang
dialami oleh mahasiswa dan memenuhi kebutuhan mahasiswa akan mengolah ajaranajaran agama secara logis dan filisof.
BAB III
1. Kesimpulan
. Dasar dan tujuan pendidikan moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari
lembaga pendidikan itu sendiri, sertajuga harus sesuai dengan dasar dan tujuan egara.
Kalau egara itu Perkembangan selalu berarti defferensiasi. Artinya pada setiap tahap
dari seluruh perkembangan anak, berarti mulai adanya defferensiasi baru pada anak
itu, baik jasmaninya maupun rohaninya.hal ini nampak jelas bila kita memperhatikan
gerakan anak. Hal yang kedua yang perlu kita camkan ialah bahwa setiap sesuatu fase
yang dialami oleh anak, adalah merupakan masa peralihan atau masa persiapan bagi
masa selanjutnya. Hal ketiga yang perlu kita ketahui ialah bahwa perkembangan yang

16

dialami oleh anak adalah perkembangan jasmani dan rohani. Hal yang keempat, yang
perlu diketahui oleh para pendidik khuususnya orang tua ialah dalam keluarga lah
anak itu berkembang. Oleh karena itu keluargaq menduduki tempat terpenting bagi
terbentuknya

pribadi

anak

secara

keseluruhan

yang

akan

dibawa

(hasil

pembentukannya itu) sepanjang hidupnya.
Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan pengetahuan semata-mata
kepada anak didik, tetapi harus juga diperfiatikan pembinaan moral, sikap dan
tingkah laku. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan pengetahuan harus ada
pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehatberdasarkan Demokrasi,
maka pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anakjuga bertujuan membinajiwa
demokrasi. Begitu juga halnya kalau egara itu berdasarkan Otokratis, Ketuhanan.

DAFTAR PUSTAKA
http://udhiexz.wordpress.com/2008/05/30/pendidikan-agama-dasar-pembentukan-pribadianak/
Mastuhu. Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional Abad 21. Yogyakarta:
Safiria Insania Press. 2003.
http://iissadiyah1.blogspot.com/2012/10/makalah-agama-peran-dan-fungsi-agama.html
Abrasy, Athiyyah, Muhammad, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta; PT. Bulan
Bintang, 1987
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005
17

18