PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN SUKAMANAH TASIKMALAYA

PENDIDIKAN AKHLAK SEBAGAI DASAR PEMBENTUKAN KARAKTER DI PONDOK PESANTREN SUKAMANAH TASIKMALAYA MORAL EDUCATION AS A FOUNDATION OF CHARACTER BUILDING IN PONDOK PESANTREN SUKAMANAH, TASIKMALAYA

Risa Nopianti

Balai Pelestarian Nilai Budaya Bandung Jalan Cinambo No.136 Ujungberung – Bandung 42094 e-mail : risanopianti@gmail.com

Naskah Diterima: 7 April 2018

Naskah Direvisi: 15 Juli 2018

Naskah Disetujui: 10 September 2018

Abstrak

Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan keagamaan memiliki visi yang cukup sentral dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain mengemban tugas mencerdaskan kognisi peserta didiknya, pesantren juga bertujuan untuk memberikan kecerdasan spiritual dan sosial. Kecerdasan spiritual tersebut salah satunya dibentuk oleh pendidikan akhlakul karimah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan akhlak dengan pembentukan karakter santri di Pesanten Sukamanah, Tasikmalaya. Penelitian kualitatif dengan perspektif etnografi digunakan untuk memaparkan dan menganalisa data. Pendidikan akhlak memberikan bekal konsep spiritual pada diri seorang santri dalam bersikap dan berperilaku. Adapun salah satu implementasi praktis dari pendidikan akhlak adalah tata tertib dan tatakrama yang merupakan perwujudan dari tata kelakuan dan menjadi bagian dari norma sosial. Tata tertib dan tatakrama berperan penting untuk penanaman nilai-nilai spiritualitas dalam membentuk karakter para santri.

Kata kunci: norma, tatakrama, tata kelakuan, pendidikan akhlak, pesantren.

Abstract

Pesantren as a religious education institution has a central vision in the intellectual life of the nation. In addition to carrying out the task of educating students cognition, pesantren also aims to provide spiritual and social intelligence. Spiritual intelligence can be formed by akhlakul karimah education. This study aims to determine the relationship of moral education with the formation of santri (students) characters in Sukamanah pesantren, Tasikmalaya. Qualitative research with an ethnographic perspective is used to describe and analyze data. Moral education has provided a spiritual concept for a santri in behaving and act. As for one of the practical implementations of moral education is the rules and manners which are the embodiment of behavior and become part of social norms. Rules and manners play an important role in the cultivation of spiritual values in shaping the character of the santri.

Keywords: norm, manners, behavior, moral education, character education, boarding schools.

A. PENDAHULUAN

sistem pendidikan di Indonesia yang Pendidikan

telah selama berpuluh-puluh tahun sangat dicanangkan oleh pemerintah dalam hal ini menekankan dimensi pengetahuan dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melatih kognisi peserta didiknya. Melalui sebagai bagian dari pendidikan moral. pendidikan karakter diharapkan dapat Konsep ini bertujuan untuk mengimbangi mencetak generasi muda yang terdidik

karakter

252 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 secara keilmuan dan terasah moral dan memaknai hidup, dan menjalankannya

mentalnya. secara bijaksana (Utama, 2010). Posisi sentral pendidikan karakter

spiritual dapat dalam sistem pendidikan nasional telah diperoleh seseorang melalui pendidikan memperoleh kekuatan legal dalam sistem formal maupun nonformal. Pendidikan hukum Indonesia. Sebagaimana yang pesantren merupakan salah satu bentuk tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang pendidikan formal bagi seseorang untuk Sistem

Kecerdasan

yang meningkatkan kecederdasan spiritualnya. menyebutkan bahwa “Pendidikan Nasional

Pendidikan

Nasional

Dalam lingkup pendidikan formal berfungsi

spiritual salah satunya membentuk watak serta peradaban bangsa diejawantahkan dalam bentuk pendidikan yang

mengembangkan

dan kecerdasan

rangka akhlakul karimah . Pendidikan akhlak ini mencerdaskan

bermartabat

dalam

kehidupan bangsa, disaripatikan dari Al- Qur’an dan Hadist bertujuan untuk berkembangnya potensi sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi peserta didik agar menjadi manusia yang Muhammad SAW. Melalui pendidikan beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang akhlak peserta didik diberi pengetahuan Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, mengenai bagaimana harus bersikap, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga bersosialisasi, dan berakhlakul karimah itu negara

dan sendiri, sehingga mencerminkan sebuah bertanggungjawab” (Simatupang, dkk., pribadi yang baik. 2012: 2). Dalam pengertian lain bahwa

yang

demokratis

Selain berfungsi untuk mengasah pembentukan

manusia-manusia yang kepribadian dan menciptakan kecerdasan berilmu dan berakhlak menjadi tanggung dalam mengkaji

nilai-nilai agama, jawab sistem pendidikan

pendidikan akhlak dalam lingkup formal yang harus didorong kemajuan dan dapat

Indonesia

sebagai dasar implementasinya oleh seluruh masyarakat pembentukan karakter, sebagaimana yang Indonesia.

berfungsi

diamanatkan Undang-undang Salah satu penekanan output dari Sisdiknas. Pertanyaannya kemudian adalah pendidikan karakter adalah membentuk bagaimana relevansi antara pendidikan manusia yang barakhlak mulia. Sejalan akhlak yang didasari oleh kecerdasan dengan pendidikan karakter, terdapat juga

telah

spiritual ini dapat memberi dasar-dasar tata konsep pendidikan akhlak 1 yang lebih kelakuan yang melembaga di lembaga

menekankan pada nilai-nilai keagamaan, pendidikan agama seperti pesantren lebih khusus lagi adalah agama Islam. sehingga

mampu menjadi dasar Melalui pendidikan akhlak anak-anak pembentukan karakter pada diri peserta diarahkan untuk diasah spiritualnya didiknya? sehingga menjadi pribadi yang mampu

Kajian-kajian mengenai mengelola jiwanya supaya senantiasa dapat pendidikan karakter maupun pendidikan berbuat baik. Hal ini disebut juga dengan akhlak telah banyak ditulis oleh para kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual peneliti yang ada saat ini di antaranya Desi merupakan tingkat kecerdasan tertinggi Novitasari (2016) yang meneliti mengenai yang dapat dimiliki seseorang. Dengan “Implementasi

Pendidikan Karakter memiliki kecerdasan spiritual orang dapat Berbasis Al- Qur’an di SD IT Lukman AL

Hakim Internasional” menemukan bahwa implementasi pendidikan berbasis Al-

diterapkan melalui proses berasal dari bahasa Arab yang artinya karakter

1 Akhlak adalah bentuk jamak dari “khulq”

Quran

dan program-program atau sifat. Sedangkan menurut konsepnya,

pembelajaran

(2014) mengenai akhlak paling umum diartikan sebagai karakter- “Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an;

sekolah.

Amri

karakter atau sifat-sifat yang melekat kuat pada

Menciptakan Bangsa yang jiwa manusia (Al Musawa, 2016).

Upaya

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 253 Berkarakter”

mengatakan untuk seperti disiplin, rajin ibadah, taat, jujur, mewujudkan pendidikan karakter berbasis berprestasi dan tidak tawuran. Al-Qur ’an diperlukan adanya tiga peran

Seluruh penelitian yang telah penting yaitu 1) peran masyarakat lewat dilakukan

atas mencoba pendalaman akidah dan akhlak Rasulullah, mengintegrasikan pendidikan karakter SAW. 2) peran dunia pendidikan lewat dengan pendidikan akhlak secara formal sarana sekolah dan masjid, 3) dan peran yang dasarnya berasal dari pengetahuan pemerintah. Munawar (2013) dalam dan nilai-nilai keagamaan. Implementasi s kripsinya berjudul “Pendidikan Karakter dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dalam Pembelajaran Akidah Akhl ak” tujuan utamanya adalah pembentukan menyatakan bahwa pendidikan karakter karakter, kepribadian siswa yang baik dan dalam mata pelajaran Akidah Akhlak berakhlakul kharimah . Namun penulis adalah suatu penyatuan atau penggabungan merasa masih ada celah yang dapat antara upaya kegiatan membentuk karakter dilengkapi untuk menyempurnakan studi- peserta didik dengan mata pelajaran yang studi tentang pendidikan karakter dan memiliki pokok bahasan yang memberi sinkronisasinya dengan pendidikan akhlak, motivasi untuk berakhlakul karimah dalam yaitu melalui kebudayaan. Budaya berupa kehidupan sehari-hari. Dyah Kumalasari nilai dan norma perwujudannya masih

di

(2012) dalam “Pendidikan Karakter bersifat abstrak seperti halnya nilai-nilai Berbasis Agama”, menemukan tiga hal keagamaan yang melekat pada pendidikan penting yaitu 1). Pendidikan akhlak akhlak, oleh karenanya implementasi mengedepankan konsep kesederhanaan, pendidikan akhlak ini perlu dituangkan kedisiplinan, merdeka, serta akhlak yang pada sebuah konsep yang lebih konkret mulia, 2). Pendidikan akhlak memberikan dalam bentuk tatakrama. Hal ini dirasa keseimbangan kecerdasan intelektual dan cukup penting untuk dikaji sebagai salah spiritual, 3). Iman, ilmu dan amal sebagai satu bentuk pengembangan pendidikan dasar agama bukan hanya difahami tetapi karakter yang didasarkan pada agama. juga harus diamalkan. Desi Triwulandari

(2015) dalam penelitiannya mengenai B. METODE PENELITIAN

ini dilakukan Meningkatkan 2 Ak hlak” menemukan menggunakan metode etnografi dengan

“Penerapan Pendidikan Karakter dalam

Penelitian

bahwa di Homeschooling Group SD pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh Khoiruummah

pendidikan karakter data-data yang valid mengenai tema diimplementasikan melalui saofah, fiqih penelitian digunakan teknis pengumpulan nisa, dan tauhid, pemilihan ketua kelas, data berupa wawancara dan observasi senam, imam salat, dan pembudayaan lapangan dan partisipasi. Wawancara senyum dan sapa. Terakhir Mamat dilakukan pada guru, santri, dan Rahmadi (2014) menulis mengenai masyarakat yang tinggal di sekitar

“Pengelolaan Pendidikan Berbasis Islam”, Pesantren Sukamanah, sedangkan temuannya bahwa sekolah melakukan observasi

dilakukan di lingkungan perencanaan program diawali dengan pesantren dan di luar lingkungan penetapan visi dan misi, menyusun pesantren. Adapun partisipasi dilakukan di kurikulum terpadu mengintegrasikan luar lingkungan pesantren, terutama di antara kurikulum nasional dan kurikulum rumah-rumah

warga sekitar yang khas dengan penekanan pada pendidikan akhlak mulia. Monitoring dan evaluasi

dilakukan terus menerus terhadap seluruh 2 Metode etnografi adalah metode khas ilmu aspek kegiatan siswa. Keberhasilan antropologi yang mencoba menangkap sudut ditandai adanya perubahan perilaku siswa pandang native mengenai hubungannya dengan

kehidupan dan kesadaran visi dan dunianya. (Malinowski dalam Spreadley, 1997).

254 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 berkontribusi

karakter bertujuan pembelajaran di pesantren.

membentuk karakter bangsa yang Pemilihan informan dikategorikan

tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, menjadi dua bagian yaitu informan kunci

bermoral, bertoleran, bergotongroyong, dan informan biasa. Informan kunci adalah

berjiwa patriotik, berkembang dinamis, para pengajar, guru dan ustadz yang

berorientasi ilmu pengetahuan dan memiliki ilmu dalam metode pembelajaran

teknologi, yang semuanya dijiwai oleh agama khususnya ilmu akhlak sehingga

iman dan takwa kepada Tuhan YME informasi yang berhubungan pengajaran

berdasarkan Pancasila (Gunawan, 2012: pendidikan akhlak dapat digali secara

optimal. Kategori informan biasa adalah Dengan demikian pendidikan karakter para santri dan masyarakat di sekitar yang didasari oleh keimanan dan pesantren. Penggalian informasi dari ketaqwaan dapat menguatkan aspek-aspek mereka dilakukan untuk mengetahui psikologis dalam diri seseorang sehingga implementasi penerapan pendidikan akhlak mampu mencerminkan karakter mereka terhadap para santri dan penilaiannya oleh yang sesungguhnya. masyarakat.

Pendidikan karakter berisi nilai-nilai karakter

yang

diharapkan dapat

Kaitannya terinternalisasi dalam diri peserta didik dan dengan Pendidikan Akhlak menjadikannya manusia yang memiliki Menurut Muchlas Samani dan karakter baik. Pendidikan karakter Hariyanto (2013: 41):

1. Pendidikan Karakter

bukanlah suatu materi yang harus dihafal, “karakter dianggap sebagai nilai-nilai tapi suatu upaya kegiatan pemberian perilaku manusia yang berhubungan pemahaman nilai-nilai karakter yang dengan Tuhan YME, diri sendiri, dikembangkan melalui setiap mata sesama manusia, lingkungan, dan pelajaran, pengembangan diri dan budaya kebangsaan yang terwujud dalam sekolah (Munawar, 2013: 34). pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan

karakter memuat perbuatan berdasarkan norma-norma berbagai macam bidang ilmu yang agama, hukum, tatakrama, budaya, adat ditujukan untuk mengasah kepekaan

Pendidikan

istiadat dan estetika.” moral, sosial, dan spiritualnya sehingga Nilai-nilai yang diharapkan muncul dapat

membentuk pribadi yang dalam karakter seorang individu harus berkarakter. Pribadi berkarakter juga dapat dilatih dan dididik, supaya menjadi dibentuk secara religius sesuai dengan kebiasaan (habit) hingga terbentuk nilai-nilai islami. Salah satu pelajaran karakter baik yang muncul atas dasar dalam agama Islam yang mendukung kesadaran dirinya terhadap nilai-nilai pelaksanaan pendidikan karakter adalah kebaikan (Gunawan, 2012: 24). Para pakar pendidikan (akidah) akhlak. Tujuan setuju bahwa pendidikan formal dapat pembelajaran pendidikan akhlak adalah digunakan sebagai alat dalam upaya agar peserta didik memiliki pengetahuan, meningkatkan karakter. Oleh karenanya penghayatan, dan keyakinan yang benar kemudian dikenal pendidikan karakter. Di terhadap hal-hal yang harus diimani, samping itu juga terdapat pendidikan sehingga dalam bertingkah laku dan formal yang berbasis pada nilai-nilai bersikap sehari-hari berdasarkan Al- agama yang juga bertujuan untuk Qur’an dan Hadits. Serta memiliki mengasah karakter dan kepribadian kemauan yang kuat untuk mengamalkan religius seorang anak yang disebut akhlak yang baik dan berusaha untuk pendidikan akhlak.

meninggalkan akhlak yang buruk, baik Secara formal sebagaimana yang dalam hubungannya dengan Allah SWT, diamanatkan undang-undang pendidikan:

diri sendiri, antarsesama manusia atau

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 255 dengan alam lingkungan. (Munawar, 2013:

Berdasarkan sifatnya norma terbagi 34).

menjadi norma sosial dan norma moral. Pendidikan akhlak pada intinya Norma sosial bisa bersifat formal maupun bertujuan untuk mengasah kepribadian informal, yang berbentuk dalam tata aturan seorang anak supaya memiliki karakter atau tata kelakuan. Sedangkan norma yang baik dengan dasar-dasar pemahaman moral terdiri dari : 1) norma agama, yaitu ilmu agama yang baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang bersumber dari pedoman nilai-nilai islami yang tertuang ajaran-ajaran agama yang dianggap dengan sangat jelas dalam Al Qur’an dan sebagai wahyu dari Tuhan yang Al Hadist.

keberadaannya tidak boleh ditawar-tawar lagi; 2) norma kesopanan, yaitu ketentuan-

2. Norma Sosial ketentuan hidup yang sumbernya dari pola- Kata norma berasal dari bahasa pola perilaku sebagai hasil interaksi sosial Belanda norm, yang berarti pokok kaidah, dalam kehidupan kelompok; 3) norma patokan, atau pedoman. “Norma adalah kesusilaan, yaitu ketentuan-ketentuan standar perilaku yang dibuat dan kehidupan yang berasal dari hati nurani, dipertahankan dalam suatu masyarakat. produk dari norma susila ini adalah moral; Untuk menjadi signifikan norma harus

4) norma hukum, yaitu ketentuan- ditaati dan dimengerti bersama ” (Schaefer, ketentuan hidup yang berlaku dalam 2012: 72). Jadi menurut Schaefer bahwa kehidupan sosial yang sumbernya adalah ketaatan akan norma-norma yang berlaku undang-undang yang dibuat oleh lembaga dalam suatu masyarakat dapat terjadi formal kenegaraan (Setiadi dan Kolip, apabila norma tersebut difahami dengan

2011: 129-133).

baik makna dan tujuannya, sehingga Lebih lanjut norma kesopanan yang perilaku masyarakat akan senantiasa terbentuk dari hasil interaksi perilaku- terjaga sesuai kaidah norma yang berlaku. perilaku sosial diimplementasikan melalui Norma pada suatu masyarakat tatakrama. Kata tatakrama berasal dari memiliki tingkat kekuatan tertentu, ada bahasa Jawa yang berarti aturan yang baik . yang bersifat lemah, sedang, hingga kuat Tatakrama sebagai bagian dari tata dan mengikat.

Norma berdasarkan kelakuan yang bersumber pada norma tingkatannya dapat dibedakan menjadi sosial, bersifat memaksa para anggotanya empat, yaitu : (1) cara (usage) menunjuk untuk melakukan suatu perbuatan dan di kepada sebuah bentuk perbuatan dalam lain pihak melarang perbuatan-perbuatan hubungan antarindividu, dan sifatnya

tertentu 3 . Tatakrama sebagai wujud norma sangat lemah ; (2) kebiasaan (folksway) diartikan sebagai perbuatan yang diulang- sosial “berorientasi pada aturan-aturan

dalam kehidupan sosial secara kolektif, ulang dalam bentuk yang sama merupakan

bukti bahwa orang banyak menyukai yang mengandung berbagai sanksi” (Setiadi dan Kolip, 2011: 131). Tatakrama perbuatan tersebut, kebiasaan mempunyai merupakan alat ukur yang dibuat untuk kekuatan yang lebih mengikat daripada menekan anggota masyarakat supaya cara ; (3) tata kelakuan mencerminkan perilakunya sesuai dengan nilai-nilai dan sifat-sifat yang hidup dari kelompok tata kelakuan yang ada. Konsep tatakrama manusia yang dilaksanakan sebagai alat merujuk pada adab pergaulan yang biasa pengawas, secara sadar maupun tidak dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. sadar, oleh masyarakat terhadap anggota- Walaupun konsep ini rentan terhadap anggotanya ; (4) adat istiadat (customs) perubahan karena adanya perubahan dalam merupakan sebuah tata kelakuan yang nilai-nilai pergaulan di masyakat, namun bersifat kuat dan kekal serta telah terintegrasi dalam pola-pola perilaku

3 masyarakat (Soekanto, 2013: 174-176). Dikutip dari http://www.lintasjari.com/7566/jenis-jenis-

norma-sosial/

256 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 pada intinya tatakrama akan selalu dimensi otonomi bahwa tujuan pesantren

berpusat pada nilai kepantasan, kebiasaan, adalah untuk melatih para santri memiliki serta kepatuhan yang berlaku pada kemampuan mandiri. Sedangkan menurut lingkungan

mereka Ziemek dalam (Qomar, 2005: 4) tujuan mengadaptasikan diri. Oleh sebab itu pesantren dilihat dari keterpaduan aspek konsep tatakrama menyangkut pola-pola perilaku dan intelektual adalah membentuk hubungan sosial baik antara individu kepribadian, memantapkan akhlak, dan dengan individu, maupun antara individu melengkapinya dengan pengetahuan. dengan kelompok .

di

mana

Pesantren-pesantren di Indonesia

3. Pesantren dikelompokkan oleh Kementerian Agama berdasarkan sarana dan prasarana yang Istilah pesantren biasa digabungkan tersedia memiliki beberapa variasi bentuk dengan kata pondok menjadi pondok atau model yang secara garis besar di pesantren. Meskipun sekilas tampak sama kelompokkan ada tiga tipe. kedua istilah ini (pesantren dan pondok Pesantren tipe A, yang menetapkan pesantren) mengandung makna yang santrinya untuk belajar dan menginap berbeda. Pesantren merupakan lembaga secara khusus di pesantren. Mereka tidak pendidikan yang melakukan pembelajaran memiliki kurikulum yang jelas hanya ilmu-ilmu keislaman. Sedangkan kata berdasarkan pengetahuan spiritual dan pondok berasal dari funduq (bahasa Arab)

pengajarnya. Pola yang artinya ruang tidur, asrama atau pembelajaran yang digunakan pada wisma sederhana, karena pondok memang pesantren berupa sorogan, bandongan dan diperuntukkan

lainnya. Pesantren tipe ini tidak penampungan sederhana dari para pelajar

pendidikan secara atau santri yang jauh dari tempat asalnya

menyelenggarakan

formal di madrasah.

(Dhofier, 1982: 18). Menurut Manfred Pesantren tipe B memiliki ciri-ciri di Ziemek (1986) kata pesantren berasal dari antaranya: para santri tinggal dalam kata santri yang diimbuhi awalan pe- dan pondok asrama; kurikulum pendidikan akhiran -an yang berarti menunjukkan

paduan antara pola tempat, maka artinya adalah tempat para pembelajaran asli pesantren dengan sistem santri. Sedangkan kata santri menurut madrasah/sistem sekolah formal sehingga kamus besar bahasa Indonesia adalah kurikulumnya jelas; selain masjid juga orang yang sedang menuntut ilmu agama. memiliki tempat khusus yang berfungsi Dengan demikian pondok pesantren sebagai sekolah/madrasah. dapat diartikan: “sebagai suatu lembaga pendidikan Adapun pesantren tipe C adalah

merupakan

pesantren yang memisahkan antara agama Islam yang tumbuh serta diakui pendidikan pesantren dengan pendidikan masyarakat sekitar, dengan sistem formal, sehingga pesantren semata-mata asrama di mana santri-santri menerima hanya menjadi tempat tinggal bagi para pendidikan agama melalui sistem santri, karena para santri belajar di pengajaran atau madrasah yang madrasah atau sekolah yang letaknya di sepenuhnya berada di bawah kedaulatan luar lingkungan dan bukan milik pesantren. dari kepemimpinan seseorang atau Waktu belajar di pesantren biasanya beberapa orang kiai dengan ciri-ciri dilakukan setelah santri menyelesaikan jam khas yang bersifat kharismatik serta belajar di sekolah/madrasah (ketika mereka independen

berada di pondok/asrama). (Qomar,2005: 2). ” Secara umum sebuah institusi dapat Adapun tujuan pesantren dapat dikatakan sebagai pesantren apabila dilihat dari beberapa dimensi, seperti yang minimal memiliki tiga unsur penting ini diutarakan oleh Hiroko dalam (Qomar, yaitu kiai sebagai pengajar, santri sebagai 2005: 4) yang melihat pesantren dari

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 257 murid, dan masjid sebagai tempat untuk

organisasi Pesantren memberikan pengajaran (Shodiq, 2011).

Struktur

Sukamanah dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah struktur pondok

C. HASIL DAN BAHASAN

pesantren yang dipimpin langsung oleh

K.H. A. Tohir Fuad sebagai pimpinan Nama resmi Pesantren Sukamanah pesantren yang membawahi bidang adalah Pesantren K.H. Zaenal Mustofa. pendidikan dan pengajaran, bidang humas, Sukamanah sendiri merupakan nama bidang pengembangan sarana, bidang sebuah daerah atau lebih tepatnya usaha, dan bidang sosial. Boleh dikatakan perkampungan di mana pesantren ini bahwa struktur organisasi ini bersifat berdiri yang masuk ke dalam wilayah umum karena berhubungan dengan administratif

1. Kehidupan di Pesantren Sukamanah

pesantren baik itu Tasikmalaya. Pesantren ini didirikan oleh hubungannya dengan pesantren itu sendiri

Singaparna,

Kabupaten kelembagaan

K.H. Zainal Mustofa 4 pada tahun 1927 di maupun

masyarakat atau atas sebidang tanah yang diwakafkan oleh kelembagaan lain di luar pesantren. Hj. Siti Juariah. K.H. Zainal Mustofa Struktur kedua adalah struktur organisasi memimpin pondok pesantren ini selama 17 dewan santri yang dipimpin oleh Eka tahun. Hingga saat ini telah beberapa kali Mulyana, yang membawahi antara lain berganti pimpinan dan yang terakhir saat bidang pendidikan, bidang kedisiplinan ini dipimpin oleh K.H. A. Tohir Fuad.

dengan

dan keterampilan, bidang olah raga, bidang Menurut kategorisasi pesantren yang kebersihan, bidang logistik dan komputer, didasarkan pada fasilitas sarana dan bidang kemasjidan, dan bidang kesenian, prasarana yang ada, Pesantren Sukamanah serta asrama santri. Struktur organisasi dapat digolongkan pada pesantren jenis B dewan santri lebih spesifik mengatur tata yaitu pesantren yang memisahkan dengan kerja santri dengan pesantren, maupun jelas sistem pendidikan formal dan non santri dengan pendidikannya. formal, namun masih menggunakan

Hal ini tentunya berimbas pada metode pembelajaran agama secara padatnya jadwal para santri setiap harinya. tradisional dengan pembelajaran kitab- Karena selain mereka diharuskan untuk kitab. Atau disebut juga pesantren menimba ilmu formal di sekolah umum,

gabungan salaf dan modern 5 . mereka juga diwajibkan mengikuti kegiatan pembelajaran keagamaan yang

biasanya dilaksanakan setelah sekolah. K.H. Zainal Mustofa adalah ulama sekaligus

Jam belajar santri sangat padat, pahlawan nasional yang berasal dari Jawa

Barat, yang pada masa Pemerintahan Jepang dimulai pagi hari dari jam 7 pagi hingga

dengan pulang sekolah pada pukul setengah 3 yang semangat jihad.

(1944) melakukan

perlawanan

dilaksanakan di sekolah formal (Madrasah 5 Pesantren modern merupakan metode

Alliyah Sukamanah). Kemudian mereka pendidikan pesantren yang mengadopsi

pulang ke asramanya masing-masing untuk kurikulum

beristirahat sejenak dilanjutkan dengan dikombinasikan dengan pendidikan agama

salat ashar berjamaah dan mengaji di secara formal. Menekankan pada nilai-nilai

masjid pesantren. Jeda waktu kurang lebih kemodernan seperti disiplin dan tepat waktu,

satu jam menjelang maghrib dimanfaatkan rajin, berpestasi, serta menguasai ilmu

oleh santri untuk istirahat di asrama atau pengetahuan dan teknologi. Ciri selanjutnya

adalah penggunaan bahasa asing sebagai sekitarnya bersama rekan-rekan sesama

pengantar pembelajaran baik itu bahasa Arab santri. Baru ketika tiba waktu magrib maupun bahasa Inggris. Sedangkan pesantren

mereka kembali melaksanakan salat salaf atau tradisional merupakan pesantren

magrib berjamaah di masjid pesantren, yang mengaplikasikan pendidikan agama

yang dilanjutkan kembali dengan kegiatan tradisional dengan mengkaji kitab-kitab kuning

pengajian rutin yang dibimbing oleh para dengan sistem sorogan dan wetonan.

258 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 ustadznya hingga pukul 8 malam. perizinan yang cukup ketat. Bahkan anak

Pengajian malam terbagi menjadi dua sesi. yang akan pulang harus mengisi buku Beberapa santri ada yang kemudian daftar izin kepulangan, selain dia juga melanjutkan pengajian sesi kedua hingga diwajibkan untuk memegang kartu izin, pukul 10 malam, namun ada juga yang dan surat izin dari dewan santri sebagai langsung beristirahat di asrama. Dini hari pemberi rekomendasi. Ketatnya aturan pada pukul 03.30-04.00 para santri bangun mengenai izin keluar masuk dilakukan untuk menunaikan salat tahajud berjamaah untuk menjajaki hal-hal yang tidak bersama para guru dan rekan-rekannya diinginkan apalagi perempuan. sesama santri, dilanjutkan dengan salat

Tingginya intensitas belajar para subuh berjamaah. Ba’da subuh sampai santri, baik itu secara formal di sekolah pukul 6 pagi diisi kembali dengan kegiatan maupun

informal di pesantren pengajian. Tersisa waktu selama satu jam menyebabkan mereka tidak memiliki untuk para santri sarapan dan bersiap-siap banyak waktu untuk mengerjakan hal-hal di asramanya masing-masing untuk pergi lain selain belajar dan istirahat. Oleh sebab ke sekolah. Hari jumat kegiatan belajar itu

pesantren memberikan mengajar di sekolah tetap normal keringanan kepada santri untuk mengurusi dilakukan, hanya saja kegiatan pengajian makan dan cuci bajunya oleh “ibu-ibuan” di pesantren diliburkan. Waktu libur ini dan “bibi-bibian”. “Ibu-ibuan” merupakan dimanfaatkan oleh santri untuk merefresh keluarga pengurus pesantren, dan dewan energi dan mood nya supaya tidak terlalu santri yang bertugas menyediakan makan jenuh dengan rutinitas sehari-hari mereka. kepada santri. Sedangkan “bibi-bibian” Pada hari Jumat inilah biasanya dilakukan adalah masyarakat yang tinggal sekitar kegiatan kebersihan umum dan olah raga pesantren dan bertugas mencuci pakaian seperti, sepak bola, basket, badminton, para santri dengan imbalan biaya. Para volly, dan sebagainya yang dilakukan santri yang mondok di pesantren dipisah bersama rekan-rekannya di lingkungan berdasarkan jenis kelaminnya. Asrama pesantren.

pihak

laki-laki (ikhwan) dan perempuan (akhwat) Seorang santri ketika dia menimba ditempatkan pada gedung yang terpisah di ilmu di pesantren segala bentuk tindakan mana asrama ikhwan terdiri dari dua dan kelakuannya menjadi tanggung jawab asrama besar yang dinamakan Al-Manba 1 penuh

mendidik, dan Al-Manba 2 dan masing-masing membimbing,

pesantren

dalam

dan membinanya, asrama dipimpin oleh seorang Rois sedangkan apabila anak sudah kembali lagi (pemimpin kamar). Apabila dilihat dari ke rumah, tanggung jawab diambil alih jumlah asrama akhwat yang ada, yaitu lagi oleh orang tuanya. Ketika sang anak sebanyak 5 asrama, diperkirakan jumlah pulang

pesantren santri perempuan lebih banyak daripada menyertakan

biasanya

pihak

surat pengantar yang santri laki-laki. Asrama akhawat ini menyatakan bahwa “anak ini akan pulang dipimpin oleh seorang Roisah. Jumlah

mohon orang tua untuk mengevaluasi, santri yang ditempatkan pada setiap kamar membimbing. Kami titipkan kepada orang ini sekitar 10-15 orang. tua kembali”. Hal itu sebagai bentuk

Sebagai sebuah tempat, wadah tanggung jawab pesantren kepada para ataupun lembaga, pesantren tentunya santrinya.

memiliki norma, aturan tentang kesopanan Mekanisme kepergian santri menuju dan tatakrama sosial yang senantiasa rumah tinggalnya atau tempat lain di luar diaplikasikannya dalam kehidupan sehari- pesantren diatur sedemikian rupa, sehingga hari. Tatakrama dalam kehidupan di hanya santri-santri yang dijemputlah yang pesantren dibentuk sedemikian rupa oleh diperbolehkan meninggalkan pesantren. pemegang kekuasaan di pesantren, dalam Itupun dilakukan dengan mekanisme hal ini jajaran pimpinan pondok pesantren

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 259 atau para ustadz dan kiai. Hal tersebut ajaran Islam. Pesantren berusaha untuk

dilakukan untuk menjaga keteraturan, menggembleng dan mendidik mental, dan kedisiplinan, dan yang lebih utama adalah spiritual para santrinya supaya mampu sebagai media pembelajaran kepada para menjadi pribadi-pribadi yang baik. santri untuk senantiasa menjaga sikap,

perilaku dalam kesopanan sebagai bagian 2. Tatakrama di Pesantren Sukamanah

dari proses mereka menuntut ilmu.

a. Pendidikan Akhlak sebagai

Seorang santri yang memiliki Kurikulum Wajib amanah untuk mencari ilmu agama,

Untuk mewujudkan misi pesantren apabila ingin sukses dalam mencari dan dalam

generasi yang mempelajari

mencetak

maka berkepribadian dan berakhlakul karimah, seharusnya mereka mempunyai adab atau maka

ilmu

mereka,

diwujudkan dalam bentuk tatakrama yang berhubungan dengan diri pembelajaran melalui mata pelajaran mereka sendiri maupun yang berhubungan akidah akhlak dalam setiap tingkatan dengan orang lain, terlebih terhadap guru kurikulum

pendidikannya. Muatan yang mengajar mereka maupun terhadap pelajaran akhlak ini hampir mencapai 80% teman seperjuangan mereka di pesantren.

dari keseluruhan mata pelajarannya. “Anak-anak yang akan mondok di Artinya pendidikan akhlak tidak hanya

pesantren biasanya berasal dari diberikan secara tersendiri melalui mata berbagai tempat yang memiliki latar pelajaran

khusus, tetapi juga belakang dan karakter akhlak yang diimplementasikan dalam setiap pelajaran-

berbeda-beda 6 . Di pesantren inilah pelajaran yang diberikan secara implisit. karakter-karakter yang berbeda-beda Pesantren berusaha agar seluruh mata

tersebut dibentuk berdasarkan akhlak, pelajaran diintegrasikan untuk membentuk etika, perilaku, tatakrama, sesuai perubahan sikap atau kepribadian dalam dengan akhlak yang baik dalam Islam. merubah tatakrama kehidupan seorang Dengan demikian, salah satu tugas muslim. pesantren adalah mengupayakan supaya

Mata pelajaran akhlak yang diterima karakter yang berbeda-beda dari para santri diberikan secara bertahap sesuai santrinya tersebut untuk dicetak agar dengan tingkat pendidikannya. Pada memiliki akhlak yang baik, baik itu tingkatan dasar Tamhidiyah atau Taman terhadap dirinya sendiri, kepada Allah, Kanak-kanak terdapat kitab akhlakul lil maupun dengan teman sebaya, teman banin , kitab ini mengajarkan mengenai kakak adik, keluarga, pengurus yang kenapa seorang anak harus mempunyai lebih

lingkungan etika sejak usia dini, hal tersebut dijelaskan sosialnya 7 ” . secara rinci oleh pengarang atau musonif

dewasa,

dan

Secara umum pesantren ini memiliki kitabnya dengan bahasa yang sederhana misi untuk mencetak dan mendidik seluruh dan bisa difahami oleh anak seusianya. santrinya untuk memenuhi kriteria seorang Kitab tersebut juga membahas manfaat muslimin dan muslimah yang benar-benar memiliki etika sejak kecil itu seperti apa, berkarakter,

bertatakrama, dan dan bagaimana dampak dari adanya berkepribadian islami sesuai dengan manfaat bagi dirinya pribadi dan orang lain akhlakul karimah yang dikonsepkan dalam di sekitarnya. Setelah santri dapat mengaji

dari kitab tersebut dan mendapatkan 6 Perbedaan akhlak pada setiap anak dapat

tambahan wawasan, mereka diharapkan dilihat secara kasat mata dari kepatuhan dan

dapat menyadari bahwa hidup itu tidak ketaatannya terhadap peraturan dan tata karma

bisa didasarkan atas kemauan kita sendiri yang diberlakukan di lingkungan pesantren.

tapi ada batasan-batasan yang harus 7 Wawancara dengan Eka Mulyana (Ketua

dipatuhi supaya terjadi harmonisasi. Dewan Santri Pesantren Sukamanah), Januari 2017

260 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 Kitab wasoyya dan taisirul khalak

Terdapat beberapa tahapan yang merupakan kitab lanjutan pada tingkatan harus dilalui untuk menjadi seorang santri Ibtidaiyah (MI). Wasoyya, berarti nasihat- di Pesantren Sukamanah. Pertama adalah nasihat. Apabila ditelusuri secara harfiah tahapan

pendaftaran, lalu atau bentuk katanya wasoyya berarti juga taujihad /orientasi/mos. Taujihad dapat wasiat, artinya wasiat dari seorang ayah diartikan sebagai kajian untuk mengetahui kepada anaknya mengenai bagaimana cara arah, tujuan yang akan dicapai. Pada menjalani kehidupan yang bermartabat, tahapan ini mental santri baru dikondisikan bisa hidup bahagia di dunia maupun di dan didoktrin sedemikian rupa supaya akhirat. Dalam kitab wassoyya sering dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan dipertegas

“yaa pesantren. Adaptasi dalam hal ini adalah bunnayya” yang artinya wahai anakku- penyesuaian cara hidup, cara bergaul, dan wahai anakku yang terus diulang-ulang cara belajar yang kondisinya berbeda dari dalam kitab tersebut. Isi dan makna yang keseharian mereka sebelumnya. Masa terkandung dalam kitab wassoyya, selaras taujihad ini berlangsung selama satu dengan Al-quran surat Luqman ayat 11-19 minggu, namun bisa ditambah apabila yaitu nasihat Lukman kepada anaknya. dimungkinkan dalam bentuk bimbingan Selanjutnya ada kitab Taisirul khalak. ibadah dan bimbingan akhlak. Hal ini Kitab ini terkait dengan akhlakul karimah dilakukan untuk mempercepat proses dan akhlakul majmumah atau akhlak baik adaptasi santri baru. Karena latar belakang dan akhlak jelek. Seperti tassamuf atau lingkungan sosial santri berbeda-beda, kejujuran lebih diperdetail lagi definisi dan dalam taujihad semua santri diarahkan manfaatnya.

dengan

kata-kata

pada satu tujuan yaitu mendapatkan ridho Pada

tingkatan selanjutnya Allah dengan cara belajar dan mengkaji Madrasah

Tsanawiyah (MTs) dan ilmu dengan cara-cara yang telah Madrsah Aliyyah (MA) terdapat kitab ditentukan oleh aturan pesantren. Tahapan T a’lim mu’talim, kitab ini lebih ini juga ditujukan langkah awal untuk mengajarkan cara belajar mengajar, fungsi menetralisir pengaruh-pengaruh luar, dan ilmu untuk apa, cara santri belajar harus untuk mengenalkan tatakrama kepada seperti

apa, bagaimana cara santri di lingkungan pesantren. Termasuk mentransferkan ilmu dari guru ke di dalammnya cara hidup bersahaja, santrinya, bagaimana cara ta’dzim atau mandiri, dan dewasa. hormat kepada seorang guru ataupun

Hampir sebagian besar santri di kepada kitab itu sendiri. Dalam kitab Pesantren Sukamanah mondok atau tinggal T a’lim mu’talim dibahas juga bagaimana di dalam lingkungan pesantren, namun ada akhlak kepada guru, kakak, teman sebaya, beberapa yang pulang pergi yang disebut orang tua, bahkan dengan ilmunya sendiri.

santri kalong. Santri kalong adalah Lebih tinggi lagi terdapat kitab sebutan bagi mereka yang berasal dari biddayatul hidayah untuk anak tingkatan kampung-kampung sekitar pesantren yang SMA atau MA. Sedangkan untuk tingkatan datang hanya untuk mengikuti pengajian dewasa ada kitab risalah muawanah dan saja. Sesuai dengan kebijakan pesantren al-hikam , itu membahas selain akhlak mereka dibebaskan dari seluruh biaya- dengan sesama baik itu teman, guru, dan biaya. orang tua, juga membahas bagaimana

Dalam menjalani kehidupan yang akhlak dengan Allah. Lebih kepada bersahaja selama di pesantren, terkadang

pendekatan ubudiyah 8 . ada saja santri yang secara mental tidak siap menghadapi lingkungan pesantren yang

atmosfernya berbeda dengan

8 Ubudiyah merupakan cara spiritual yang dilakukan oleh seseorang yang sungguh-

sungguh dalam beribadah kepada Alloh.

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 261 lingkungan mereka sebelumnya. Hal inilah

Terdapat hubungan yang cukup yang sering dirasakan oleh para pengurus signifikan antara pola adaptasi dan pesantren, karena mereka mengetahui pendidikan akhlak yang dilakukan oleh bahwa tidak seluruh santri datang atas Pesantren

Sukamanah. Kondisi ini kehendaknya sendiri. Sehingga sebetulnya berimbas pada implemenatasi etika, kegiatan taujihad merupakan proses seleksi kesopanan, dan tatakrama antara guru- alam, di mana nanti para santri akan murid, ataupun santri dengan para merasakan betah atau tidak, akan bertahan pengajar, kiai ataupun rekan sesama santri lama atau tidak dapat diketahui dari awal.

di pesantren. Etika, kesopanan, dan Memang adakalanya beberapa santri yang tatakrama yang ditonjolkan berupa sikap, mengundurkan diri karena tidak dapat perilaku, ucapan, dan bahasa tubuh, antara bertahan dalam sistem yang telah guru –murid. Adab-adab kesopanan dan diciptakan pesantren dengan sedemikian tatakrama inilah yang senantiasa dijaga rupa, namun jumlahnya tidak terlalu dan diatur dengan ketatnya, sehingga banyak hanya satu dua orang saja, itupun menjadi pembeda antara lingkungan dalam jangka waktu yang biasanya terjadi pesantren dengan lingkungan sosial lain pada interval waktu tertentu, yaitu sebulan pada umumnya. atau dua bulan sekali.

merujuk pada Untuk mencegah terjadinya hal pengertian tatakrama yang telah diuraikan tersebut dilakukan, diperlukan adanya di atas, bahwa dalam tatakrama terdapat komunikasi antara pihak pesantren dengan sebuah kesepakatan

Sebagaimana

yang disetujui orang tua. Pihak pesantren berusaha untuk bersama. Dengan demikian seorang santri mengedukasi

supaya ketika memutuskan untuk mondok di mempercayakan sepenuhnya pengasuhan pesantren, secara langsung menyatakan kepada

orang

tua

harus dan mengikuti penerapan tata aturan dan mengkhawatirkannya secara berlebihan.

pesantren

tanpa

tatakrama yang diberlakukan oleh pihak Rata-rata alasan santri yang kembali pesantren.

Sebagai konsekuensinya pulang ke rumahnya adalah karena mereka mereka harus tunduk dan patuh terhadap belum bisa meninggalkan kebiasaan aturan dan tatakrama tersebut. Di sisi lain lamanya di rumah mereka. Kebiasaan yang pihak

pesantren dalam memanjakan terutama santri yang masih menginternalisasikan nilai-nilai tatakrama, duduk di bangku tsnawiyah, seperti makan dan adab kesopanan menggunakan disuapi, tidur dekat dengan ibu, serta pendidikan

akhlak sebagai media berbagai kedekatan emosional lainnya pengimplementasian tatakramanya. dengan kedua orang tuanya, sangat

Tatakrama seorang santri apabila menghambat pola adaptasi di lingkungan bertemu dengan seniornya yang sudah barunya.

duduk di bangku madrasah aliyah biasa mengucapkan salam atau berjabatan

b. Tata Kelakuan dalam Pendidikan

tangan. Begitu pula dengan seniornya yang Akhlak didaulat menjadi pengurus kamar atau

Tata kelakukan merupakan bagian rois/roisah , bentuk penghormatan mereka dari norma sosial yang juga biasa disebut lebih tinggi lagi dengan mencium tangan. tatakrama dalam bahasa umum. Sebagai Hal serupa juga dilakukan kepada ustadz, tata kelakuan, tatakrama ini berhubungan dewan santri, dan kiai yang ada di erat dengan adab kesopanan atau sopan pesantren. Kepada mereka santri tidak santun. Mengaplikasikan tatakarama dalam hanya mengucap salam, dan mencium kehidupan sehari-hari sangat penting untuk tangan, tetapi sikap tubuh dan ta’dzimnya memudahkan

di juga lebih tinggi ditandai dengan berdiri lingkungan masyarakatnya.

manusia

diterima

apabila orang yang mereka hormati lewat

262 Patanjala Vol. 10 No. 2 Juni 2018: 251 - 266 di depannya atau mereka yang melewati Sehingga santri yang berasal dari luar

orang yang dihormatinya. daerah Sunda, seperti Jakarta dan Sebaliknya dari sikap dan perilaku sekitarnya, harus beradaptasi juga dengan senior kepada juniornya juga tidak tradisi dan bahasa Sunda. berlebihan, hanya sebatas mengayomi dan

Dalam hal kebudayaan, hanya tradisi bersikap respek terhadap santri junior. Para pencak silat saja yang masih dihidupkan santri-santri senior senantiasa memberikan dalam kehidupan pesantren, selebihnya ada perhatian selama memang hal tersebut di sekolah formal. Berbagai macam dibutuhkan juniornya, tidak ada kesan cuek kesenian seperti calung, angklung, kecapi atau tidak peduli bilamana santri junior suling, dan jaipongan masih dipelajari, membutuhkan bantuan dan bimbingan dari namun

dalam kegiatan santri-santri seniornya. Mereka akan pembelajaran di sekolah. Pesantren sebagai membantu semampu yang dapat mereka tempat di mana anak-anak sekolah lakukan. Dalam pergaulan sehari-hari menimba ilmu di dalamnya, sangat sikap hormat kepada santri senior memfasilitasi hal tersebut. Contohnya ditunjukan dengan berdiri memberikan apabila santri butuh mempelajari jenis- salam. Apalagi ketika datang guru atau kiai jenis alat musik tradisional seperti suling, santri-santri

sebatas

langsung datang yang harus dibawa ke pondok, hal itu tidak menyambangi dan mencium tangannya.

untuk tujuan Begitu pula halnya dengan tatakrama pembelajaran. pada orang tua yang dihormati, seperti para

dilarang

selama

halnya dengan alat ustadz dan kiai. Tidak seperti di pesantren- komunikasi seperti telepon seluler atau pesantren tradisional lainnya yang sangat handphone sangat dilarang. Alasan pihak tunduk dan patuh terhadap kiainya, pesantren membatasi alat komunikasi sehingga mengharuskan pada saat-saat adalah belajar dari pengalaman, karena tertentu para santri sungkem kepada ternyata dengan handphone pergaulan mamak kiainya, di Pesantren Sukamanah santri bisa sangat bebas berkomunikasi hal tersebut tidak dilakukan. Tidak ada dengan siapapun, mudah untuk janjian atau penghormatan berlebihan kepada mereka pacaran. Pesantren sangat membatasi dan yang dituakan dan dihormati. Semua menjaga hubungan percampuran antara dilakukan dengan batas-batas kewajaran santri laki-laki dan santri perempuan atau tertentu, sesuai dengan adab kesopan yang diistilahkan dengan ikhtilat. Selain itu santunan yang dimiliki pesantren.

Berbeda

untuk lebih mengedepankan pesantren Sementara itu untuk menunjukkan sebagai simbol kesederhanaan. Jadi dengan sikap hormat secara verbal, digunakan begitu siapapun mereka yang hendak istilah akang atau teteh untuk memanggil tinggal di pesantren, mereka harus yang lebih tua, ataupun juga rekan sebaya. mengedepankan kesederhanaan dengan Sebaliknya sapaan santri senior kepada salah satu contohnya adalah tidak yang di bawahnya cukup dengan panggilan menggunakan alat komunikasi modern. ade atau langsung menyebutkan namanya.

Untuk memfasilitasi komunikasi Adapun menyebutkan kata akhi atau ukhti antara orang tua dengan santri disediakan tidak digunakan dalam istilah pergaulan khusus oleh pihak pesantren melalui sehari-harai, hanya dilakukan ketika ada bidang keamanan, yaitu berupa telepon pertemuan formal atau ketika sedang khusus yang tidak berbasiskan telepon ceramah keagamaan. Begitu pula dalam pintar. Seluruh santri diperbolehkan untuk keseharian para santri lebih dominan menggunakan telepon tersebut apabila mengedepankan tradisi Sunda, terutama memang

sangat membutuhkan dalam berkomunikasi mereka lebih berkomunikasi dengan orang tua atau wali cenderung untuk menggunakan bahasa nya. Sedangkan untuk mengetahui keadaan Sunda sebagai bahasa sehari-hari mereka. dan perkembangan dunia luar, santri

Pendidikan Akhlak..... (Risa Nopianti) 263 diperbolehkan untuk mengakses komputer wajib menggunakan hijab tertutup, serta

pada setiap hari Kamis dan Jumat sore. berperilaku sopan sesuai dengan norma Tentunya

santri kepesantrenan; setiap santri harus bersikap menghadapi kondisi seperti ini pada ramah dan sopan kepada mudarris, awalnya, namun dengan dibiasakan pengurus, keluarga, dan orang-orang yang disertai pemberian sanksi yang tegas lebuh tua serta saling menyayangi dan dengan

berat

bagi

tidak dikembalikan lagi bekerjasama di antara seluruh penghuni handphone nya untuk selamanya atau diberi pesantren; santri hanya menggunakan sanksi diganti dengan denda yang cukup seragam pada jam-jam/hari-hari sekolah; tinggi nominalnya, perlahan-lahan mereka Untuk meminimalisir keresahan di bisa dan terbiasa.

lingkungan pesantren, semua santri Tatakrama dalam tataran yang telah dilarang melakukan hal-hal yang dapat dijabarkan di atas khususnya yang berlaku mengganggu ketentraman orang lain; di

Pesantren Sukamanah dapat proses perizinan harus ditempuh oleh dikategorikan sebagai norma sosial pada santri yang bermaksud keluar komplek tingkatan ketiga yaitu tata kelakuan. Tata pesantren; diwajibkan untuk meminta izin kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang dengan ketentuan sebagai berikut : hidup dari kelompok manusia yang

Bagi santri putra yang berkehendak dilaksanakan sebagai alat pengawas, secara

keluar pesantren diwajibkan meminta sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat

izin kepada rois dan putri kepada dewan terhadap

santri serta roisah; bagi santri yang tatakrama dan sopan santun yang dijaga

anggota-anggotanya.

Adab

memiliki keperluan pulang, santri wajib oleh setiap santri baik itu kepada

meminta izin kepada pengurus dewan sesamanya maupun kepada orang lain yang

santri dengan membawa buku izin memiliki kedudukan lebih tinggi darinya

untuk ditandatangani dan setelahnya merupakan sebuah bentuk alat pengawasan

melapor kepada rois/roisah; Santri yang internal. Dengan adanya alat pengawasan

bermaksud pulang, diharapkan untuk inilah para santri dapat hidup dan bergaul

meminta restu dan doa kepada dengan batasan-batasan tertentu yang

sesepuh/pimpinan pesantren atau dewan sudah ditetapkan berdasarkan pengetahuan

guru yang lain; Buku izin pulang harus mereka dalam berakhlakul karimah. Nilai-

ditandatangani oleh orang tua/wali dan nilai akhlak yang baik ini tertanam

menyerahkannya kembali buku izin sedemikian rupa oleh pendidikan dan

tersebut kepada rois/roisah sekaligus pengajaran yang diterimanya, sehingga tata

mengisi paraf pada bagian kembali kelakuan yang mereka lakukan senantiasa

dalam buku agenda pulang santri; terkontrol oleh nilai-nilai tersebut.

Khusus bagi santri putri, tidak diperkenankan pulang sebelum ada

c. Tata Tertib di Pesantren Sukamanah jemputan dari orang tua/wali santri Berikut ini disajikan sejumlah aturan

dengan membawa kartu jemputan yang harus dipatuhi seluruh santri yang

pulang.

mondok di Pesantren Sukamanah, yang